Cara Mengejar Kebenaran (1)

Kita sudah cukup lama mempersekutukan topik tentang cara mengejar kebenaran ini, dan semua yang telah kita persekutukan ada kaitannya dengan salah satu aspek penerapan mengenai cara mengejar kebenaran: melepaskan. Dengan kata lain, isi persekutuan kita semuanya adalah tentang hal-hal yang harus orang lepaskan selama proses mereka percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran, yang juga merupakan hal-hal yang harus orang lepaskan dalam hidup mereka dan di jalan hidup yang mereka tempuh. Inilah tepatnya beberapa hal yang memengaruhi pengejaran orang akan kebenaran. Jadi, apakah poin pertama dari pembahasan kita tentang melepaskan? (Perlunya orang melepaskan berbagai emosi negatif.) Lalu apakah poin kedua? (Perlunya orang melepaskan pengejaran, aspirasi, dan keinginan mereka.) Poin pertama dari pembahasan kita tentang melepaskan adalah perlunya orang melepaskan berbagai emosi negatif, dan poin kedua adalah perlunya orang melepaskan pengejaran, aspirasi, dan keinginan mereka. Masing-masing poin terdiri dari beberapa subtopik dan perincian, bukan? (Ya.) Apa pun yang kita persekutukan, atau kategori dan poin apa pun yang ada dalam pembahasan ini, dan sebanyak apa pun contoh yang diberikan, atau sebanyak apa pun keadaan dan esensi masalah yang disingkapkan, singkatnya, semua pembahasan yang kita persekutukan berhubungan dengan berbagai masalah yang orang hadapi selama proses mereka percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran atau dalam kehidupan nyata mereka, serta jalan penerapan yang harus orang pilih dan prinsip-prinsip kebenaran yang harus mereka patuhi setiap kali mereka menghadapi masalah-masalah ini. Berbagai aspek yang ada kaitannya dengan masalah ini tidaklah kosong dan tidak hanya ada dalam pemikiran atau dunia rohani orang-orang. Sebaliknya, aspek-aspek ini ada dalam kehidupan nyata orang-orang. Jadi, jika engkau bersedia mengejar kebenaran, apa pun jenis masalah yang menimpamu, Kuharap engkau mampu mencari kebenaran dan menemukan prinsip-prinsip kebenaran yang sesuai untuk kaujadikan sebagai landasanmu, menemukan jalan penerapan, dan dengan demikian memiliki jalan untuk kauikuti setiap kali masalah-masalah ini menimpamu. Inilah salah satu tujuan mendasar mempersekutukan semua pembahasan ini. Meskipun kita telah selesai mempersekutukan semua kebenaran ini, akan dibutuhkan beberapa waktu bagi orang-orang untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran ini. Orang harus memulai dengan mempersekutukan kebenaran ini, dan mereka harus menjadikan berbagai prinsip kebenaran sebagai landasan mereka, serta mengubah sudut pandang mereka terhadap segala macam hal, juga sikap hidup dan cara mereka dalam bertahan hidup. Dengan demikian, selama proses mereka percaya kepada Tuhan atau selama proses mereka hidup dan bertahan hidup, dengan mulai menerima prinsip-prinsip kebenaran ini, tanpa sadar orang akan berhasil mengubah berbagai pemikiran, sudut pandang, atau sikap dan cara mereka dalam bertahan hidup yang keliru, yang telah ada sebelumnya, yang usang dan berasal dari Iblis, dan mereka akan berhasil membuang watak mereka yang rusak. Oleh karena itu, firman yang kita persekutukan sebelumnya ini dan firman yang akan kita persekutukan di kemudian hari bukanlah sejenis pengetahuan, atau sejenis ajaran, dan tentu saja bukanlah sebuah teori. Melainkan, firman itu digunakan untuk membimbing, mengarahkan, dan membantu orang untuk menyelesaikan berbagai masalah dan kesulitan yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Setiap kali engkau menghadapi masalah, atau setiap kali engkau menghadapi suatu keadaan, atau seseorang, peristiwa, atau hal tertentu, engkau dapat mencari standar kebenaran yang harus kaupatuhi dan terapkan dalam isi persekutuan kita, sehingga engkau dapat bertindak dengan menjadikan kebenaran sebagai landasan dan standarmu, bukannya bertindak berdasarkan watak rusakmu dan sudut pandang lamamu yang keliru. Tujuan orang percaya kepada Tuhan adalah untuk mengejar kebenaran, tetapi tujuan mengejar kebenaran bukanlah agar orang mengisi kekosongan hidupnya, atau mengubah kehidupan mereka yang kosong, atau memperkaya dunia rohani mereka. Apa tujuan mengejar kebenaran? Bagi manusia, tujuannya adalah untuk membuang watak rusak mereka agar mereka dapat diselamatkan; tentu saja, tujuan orang membuang watak rusak mereka adalah juga agar dapat tunduk kepada Tuhan, takut akan Tuhan, dan menjauhi kejahatan. Namun bagi Tuhan, tujuan dan makna penting orang mengejar kebenaran tidaklah sesederhana itu; tujuannya bukan sekadar agar orang itu diselamatkan. Sebaliknya, ini adalah tentang bagaimana Tuhan mendapatkan seseorang yang tidak lagi ditipu oleh watak rusak Iblis, dan tentu saja, ini juga adalah tentang mendapatkan jenis orang yang mampu menjadi sesuai dengan Tuhan; yang yang lebih penting, ini adalah tentang bagaimana Tuhan mampu mendapatkan jenis orang yang Dia inginkan dari antara umat manusia yang diciptakan, orang yang mampu mengelola segala sesuatu dan hidup selamanya dengan segala sesuatu. Makna penting ini tidaklah sesederhana sekadar diselamatkan, seperti maknanya bagi manusia. Oleh karena itu, baik bagi manusia maupun bagi Tuhan, mengejar kebenaran sangatlah penting. Karena mengejar kebenaran sangat penting, isi dari salah satu aspek penerapan tentang mengejar kebenaran—yaitu "melepaskan"—sangatlah penting bagi setiap orang yang ingin berusaha untuk memperoleh keselamatan. Karena penerapan "melepaskan" sangat penting, berbagai prinsip kebenaran yang berkaitan dengan "melepaskan", serta berbagai keadaan, perwujudan watak rusak, dan pemikiran serta sudut pandang yang rusak yang berkaitan dengan penerapan "melepaskan" yang telah disingkapkan, adalah hal-hal yang harus orang pahami secara menyeluruh. Hanya ketika orang memeriksa dan memahami pemikiran dan sudut pandang keliru yang sering mereka perlihatkan dalam kehidupan sehari-hari, serta watak rusak dan perwujudan kerusakan mereka, dan dengan demikian mulai mengenal diri mereka sendiri, serta memahami dan menerima suatu aspek kebenaran, dan kemudian melakukan penerapan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran yang sesuai, barulah tujuan mereka dalam mengejar kebenaran akan tercapai. Pada dasarnya kita telah sampai pada akhir dari persekutuan kita selama kurun waktu ini tentang dua poin utama dari "melepaskan" dalam cara mengejar kebenaran. Apakah poin yang pertama? Perlunya orang melepaskan berbagai emosi negatif. Apakah poin yang kedua? Perlunya orang melepaskan pengejaran, aspirasi, dan keinginan mereka. Meskipun kita telah banyak membahas kedua hal ini dalam persekutuan kita, yang terlebih penting adalah engkau perlu memahami setiap prinsip kebenaran yang spesifik yang berkaitan dengan topik-topik ini. Hanya jika orang memahami prinsip-prinsip kebenaran, barulah mereka dapat berperilaku dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran ini dalam kehidupan mereka sehari-hari dan saat menempuh jalan hidup mereka, secara berangsur-angsur masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan, selama proses mengejar kebenaran, secara perlahan-lahan memperoleh hasil dari pemahaman mereka akan kebenaran dan memperoleh kebenaran.

Dua poin penerapan "melepaskan" dalam cara mengejar kebenaran yang telah kita persekutukan sebelumnya berhubungan dengan watak rusak manusia, berbagai pemikiran dan sudut pandang mereka, serta berbagai masalah yang menimpa mereka dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ada poin lain yang lebih penting atau, dapat dikatakan, poin yang bahkan lebih besar dalam hal "melepaskan" yang sebenarnya harus kita persekutukan. Apakah poin tersebut? Poin ini berkaitan dengan sikap manusia terhadap Tuhan, pemikiran dan sudut pandang mereka mengenai Tuhan, dan prinsip-prinsip penerapan yang mereka gunakan untuk memperlakukan Tuhan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa poin ini sedikit lebih penting daripada kedua poin pertama. Karena poin ini berkaitan langsung dengan sikap manusia terhadap Tuhan, pemikiran dan sudut pandang mereka mengenai Tuhan, dan hubungan antara manusia dan Tuhan, ini adalah poin terakhir yang akan kita bahas dalam hal "melepaskan" ini, dan tentu saja ini juga merupakan poin terpenting. Beberapa topik yang termasuk dalam kedua poin yang kita bahas sebelumnya berkaitan dengan sikap dan sudut pandang tertentu yang orang miliki tentang Tuhan, atau hubungan antara manusia dan Tuhan, tetapi dalam hal sudut pandang yang kita pakai dalam persekutuan kita, kita pada dasarnya menelaah berbagai masalah dengan orang-orang dari sudut pandang manusia—kita menelaah berbagai watak rusak atau pemikiran dan sudut pandang yang keliru yang orang miliki dalam konteks berbagai jenis masalah mereka. Yang akan kita persekutukan hari ini berkaitan dengan sikap manusia terhadap Tuhan dan pemikiran serta sudut pandang mereka mengenai Tuhan. Inilah hal-hal terpenting yang harus orang lepaskan selama proses mengejar kebenaran. Poin ini juga tidak sesederhana itu, karena siapa pun mereka, atau orang macam apa pun mereka, tak seorang pun hanya memiliki satu jenis sikap terhadap Tuhan atau satu jenis pemikiran dan sudut pandang mengenai Tuhan, dan tentu saja, hubungan antara manusia dan Tuhan bukan hanya sejenis hubungan, dan juga tidak hanya berkaitan dengan semacam keadaan manusia. Karena berbagai sikap manusia terhadap Tuhan, dan karena berbagai pemikiran dan sudut pandang yang orang miliki terhadap identitas, status, dan citra Tuhan, serta berbagai alasan lainnya, berbagai macam hubungan pun muncul di antara manusia dan Tuhan. Jadi, hari ini kita akan mempersekutukan poin ini dan melihat masalah serius atau pertentangan yang tak dapat didamaikan seperti apa yang masih ada di antara manusia dan Tuhan, dan apa lagi tepatnya yang perlu orang-orang lepaskan. Setelah memahami hal ini, jika engkau adalah orang yang mengejar kebenaran, hubunganmu dengan Tuhan akan membaik, dan sudut pandangmu tentang Tuhan secara berangsur-angsur akan menjadi makin benar, positif, atau sesuai dengan kebenaran. Poin ketiga dari pembahasan tentang melepaskan seharusnya adalah perlunya orang melepaskan penghalang di antara dirinya dan Tuhan serta permusuhannya terhadap Tuhan—inilah poin ketiga dari hal-hal yang harus orang lepaskan. Sebelum mulai mempersekutukan topik ini, mari kita terlebih dahulu membahas secara singkat masalah apa saja dalam kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan penghalang antara manusia dan Tuhan, dan permusuhan manusia terhadap Tuhan. Selain beberapa masalah subjektif yang berkaitan dengan orang-orang itu sendiri, bukankah ada berbagai macam masalah dalam cara orang memperlakukan Tuhan selama proses mereka percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran? Orang memiliki berbagai macam pemikiran dan sudut pandang yang keliru serta prinsip penerapan yang salah dalam cara mereka memperlakukan berbagai peristiwa dan hal-hal. Demikian pula, mereka memiliki berbagai macam pemikiran dan sudut pandang yang keliru serta prinsip-prinsip penerapan yang salah dalam cara mereka memperlakukan Tuhan. Jika, dalam menghadapi semua jenis orang, peristiwa, dan hal-hal, engkau mampu memperlakukan dan menerapkan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran—dengan kata lain, jika engkau mulai mengetahui pemikiran dan sudut pandang keliru yang engkau miliki mengenai semua jenis orang, peristiwa, dan hal-hal, serta sekaligus memperbaiki dan melepaskan pemikiran serta sudut pandang yang keliru ini, dan kemudian menghadapi serta menyelesaikan berbagai masalah berdasarkan pemikiran dan sudut pandang yang benar yang Tuhan beri tahukan kepada manusia—maka prinsip-prinsip penerapan dalam caramu memperlakukan berbagai jenis orang, peristiwa, dan hal-hal akan relatif sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Dapatkah ini dianggap sebagai tanda bahwa orang seperti ini telah diselamatkan? Jika dilihat sekarang, itu tidak dapat dianggap demikian. Seandainya Aku tidak membahas isi persekutuan pada hari ini, orang mungkin akan berpikir, "Mengenai berbagai macam hal, aku mampu memandang semua itu dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran di dalam firman Tuhan. Jadi, menurutku, aku adalah orang yang mengejar kebenaran, orang yang telah memperoleh hasil dalam mengejar kebenaran, dan orang yang diselamatkan." Berdasarkan topik yang telah Kubahas hari ini—berbagai sikap orang terhadap Tuhan—apakah ide mereka ini sesuai dengan fakta? (Tidak.) Jelas sekali tidak sesuai dengan fakta. Engkau bisa saja memiliki dasar tertentu dan sikap positif tertentu dalam caramu memperlakukan berbagai jenis orang, peristiwa, dan hal-hal, tetapi tetap ada berbagai macam penghalang di antara dirimu dan Tuhan, dan sikapmu terhadap Tuhan saat menghadapi berbagai masalah tetaplah sikap yang memusuhi. Masalah ini serius, dan merupakan masalah terbesar dari semua masalah. Selama kurun waktu engkau mengikuti Tuhan dan melaksanakan tugasmu, kinerjamu dalam semua aspek bisa saja tampak cukup baik bagi orang lain, dan bisa saja di luarnya, semua itu tampak sesuai dengan kebenaran dan prinsip. Namun, di dalam hatimu, terdapat banyak gagasan tentang Tuhan dan penghalang antara dirimu dan Tuhan, dan engkau bahkan masih memendam sikap yang memusuhi Tuhan ketika engkau menghadapi banyak masalah. Masalah-masalah ini sangat serius. Jika masalah-masalah ini memang ada di dalam hatimu, ini membuktikan bahwa engkau bukanlah orang yang telah diselamatkan. Karena masih banyak penghalang antara dirimu dan Tuhan, dan engkau masih memendam sikap yang memusuhi Tuhan saat menghadapi masalah-masalah utama dan penting, engkau bukan saja orang yang belum diselamatkan, tetapi engkau juga sedang berada dalam bahaya. Sekalipun engkau yakin bahwa engkau mampu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran saat menghadapi banyak masalah dalam hidup ini, dan bahwa tindakanmu relatif sesuai dengan kebenaran, dapat dikatakan bahwa ini hanyalah penampilan luar dan tidak dapat membuktikan bahwa engkau telah diselamatkan. Ini karena engkau belum mencapai kesesuaian dalam hubunganmu dengan Tuhan, dan engkau belum tunduk kepada Tuhan atau belum takut akan Dia. Oleh karena itu, setiap kali berbagai hal menimpamu, perilaku lahiriahmu atau pemikiran dan sudut pandangmu hanya dapat memperlihatkan bahwa engkau telah mematuhi doktrin, slogan, dan aturan yang kauyakini benar dalam hal-hal ini, bukannya mematuhi prinsip-prinsip kebenaran. Ini bisa saja merupakan hubungan yang kausimpulkan sendiri berdasarkan faktor pendukung tertentu, dan ini mungkin terdengar rumit, tetapi setelah kita mempersekutukan pembahasan spesifik tentang perlunya orang melepaskan penghalang antara dirinya sendiri dan Tuhan serta permusuhannya terhadap Tuhan, dan orang-orang telah melakukan pemeriksaan yang saksama, mereka akan memahami makna dari firman-Ku.

Sebelum secara resmi mulai mempersekutukan topik tentang perlunya orang melepaskan penghalang antara dirinya sendiri dan Tuhan serta permusuhannya terhadap Tuhan, mari kita terlebih dahulu membahas apa saja penghalang yang ada di antara manusia dan Tuhan. Apa saja penghalang di antara manusia dan Tuhan, dan apa saja permusuhan terhadap Tuhan yang dapat kaurasakan dan sadari dalam kehidupanmu sehari-hari, atau yang ada dalam diri orang lain? Perwujudan-perwujudan ini pasti ada. Semua itu terjadi di sekitar orang setiap hari, dan semua itu terjadi padamu setiap hari, jadi engkau tidak perlu mengeluarkan terlalu banyak energi untuk berpikir—ketika membuka mulutmu, engkau bisa langsung menyebutkan masalah-masalah tersebut. Bukankah demikian? (Ya.) Penghalang macam apa yang ada di antara manusia dan Tuhan? Mari kita terlebih dahulu membahas apa sajakah yang termasuk dalam istilah "penghalang" ini. Yang termasuk penghalang adalah pertentangan, pembangkangan, gagasan, kesalahpahaman, dan sejenisnya, bukankah demikian? Katakan lebih banyak kepada-Ku. (Ketika orang disingkapkan atau dipangkas saat melaksanakan tugasnya, mereka mungkin memiliki beberapa kesalahpahaman tentang Tuhan dan bersikap waspada terhadap-Nya, menganggap bahwa makin penting tugas yang mereka laksanakan, makin cepat mereka akan disingkapkan. Oleh karena itu, di dalam hatinya akan ada beberapa penghalang di antara mereka dan Tuhan, dan mereka tidak akan dapat menerima tugas dan amanat tertentu dengan hati yang murni dan terbuka.) Apa penghalangnya di sini? (Kewaspadaan dan kesalahpahaman.) Kewaspadaan dan kesalahpahaman. Ini adalah sejenis penghalang. Ada yang mau menambahkan? Tidak adakah penghalang di antara engkau semua dan Tuhan? Apakah hatimu bersih dan kudus? Pernahkah engkau berpikiran buruk atau negatif tentang Tuhan? (Tuhan, aku dapat menambahkan sesuatu. Setiap kali segala sesuatunya berjalan cukup lancar dalam keadaan Tuhan atur untukku, hubunganku dengan Tuhan tampaknya relatif normal. Namun, jika aku menghadapi kesulitan atau sesuatu yang tidak sesuai dengan gagasanku, aku mulai berspekulasi tentang apa yang akan Tuhan lakukan, apa yang akan menimpaku selanjutnya, dan akan seperti apa hasilnya. Aku terus memikirkannya, dan di benakku, aku bahkan mengeluh, menghakimi dan salah paham terhadap Tuhan, dan pada saat itulah hatiku tertutup. Aku juga ingin membahas sesuatu yang telah kulihat. Ketika beberapa orang menghadapi keadaan yang tidak diinginkan, mereka merasakan penentangan di dalam hati mereka dan berkata, "Mengapa Tuhan membuatku menghadapi keadaan ini? Mengapa itu tidak menimpa orang lain?" Mereka tidak dapat tunduk pada keadaan yang Tuhan atur bagi mereka, dan pertentangan pun muncul di antara mereka dan Tuhan.) Masalah yang kausebutkan pertama adalah bahwa ada penghalang di antara manusia dan Tuhan, bahwa sebagai respons otomatis terhadap keadaan tertentu, orang membangun penghalang di antara dirinya dan Tuhan, bersikap waspada terhadap Tuhan, dan salah paham tentang Tuhan. Masalah kedua yang kausebutkan adalah bahwa orang bersikap memusuhi Tuhan karena di dalam hatinya, mereka menentang. Adakah yang dapat menambahkan? (Setiap kali aku dipangkas oleh Yang di Atas dan kualitasku yang buruk tersingkap, aku menjatuhkan vonis pada diriku sendiri dan menganggap diriku tidak dapat diselamatkan, dan aku tidak memiliki motivasi untuk mengejar kebenaran meskipun aku menginginkannya. Ini adalah semacam kesalahpahaman tentang Tuhan. Selain itu, ketika beberapa saudara-saudari jatuh sakit dan dihadapkan dengan kematian, mereka berpikir, "Apakah Tuhan tidak mengingat semua kesibukan dan pengorbanan yang telah kulakukan untuk-Nya?" Di dalam hatinya, mereka berdebat dengan Tuhan, berteriak menuntut dan melawan Tuhan. Keadaan seperti ini sangat biasa terjadi.) Dalam hal penghalang antara seseorang dan Tuhan serta sikapnya yang memusuhi Tuhan, masalah yang kebanyakan orang wujudkan kurang lebih adalah bersikap waspada dan salah paham, serta pembangkangan dan ketidakpuasan yang orang perlihatkan ketika mereka menghadapi hal-hal tertentu, yang dengan kata lain berarti memusuhi Tuhan. Pada dasarnya itu saja. Berbagai masalah dengan sikap hati orang terhadap Tuhan sebenarnya jauh melampaui lingkup masalah yang telah engkau semua persekutukan. Ada beberapa masalah yang tidak engkau semua ketahui. Di satu sisi, ini karena orang tidak memeriksa masalah apa yang ada dalam diri mereka setiap kali mereka mengalami berbagai keadaan. Di sisi lain, orang tidak pernah merenungkan dengan saksama seperti apa tepatnya hubungan mereka dengan Tuhan, atau seperti apa sikap dan sudut pandang yang benar yang seharusnya orang miliki terhadap Tuhan. Jadi, berdasarkan berbagai perwujudan orang dan keadaan yang saat ini benar-benar ada dalam diri mereka, hari ini kita akan mempersekutukan secara spesifik tentang berbagai perwujudan penghalang di antara manusia dan Tuhan serta permusuhan manusia terhadap Tuhan. Tujuan mempersekutukan berbagai perwujudan ini adalah agar orang mampu secara proaktif melepaskan penghalang antara mereka dan Tuhan, serta permusuhan yang mereka pendam terhadap Tuhan setiap kali hal-hal ini muncul dalam diri mereka dalam kehidupan sehari-hari, agar memperoleh hubungan yang harmonis dengan-Nya, dan akhirnya menjadi sepenuhnya sesuai dengan-Nya. Dengan demikian, mereka akan sepenuhnya menyingkirkan penghalang di antara mereka dan Tuhan, serta permusuhan mereka terhadap Tuhan, dan menjadi takut akan Tuhan serta benar-benar tunduk kepada-Nya. Hanya seperti inilah hubungan yang normal di antara manusia dan Tuhan, serta hanya orang-orang seperti inilah yang merupakan makhluk ciptaan sejati.

Mengenai perlunya orang melepaskan penghalang antara mereka dan Tuhan serta permusuhan mereka terhadap Tuhan, hal pertama yang harus orang lepaskan adalah gagasan dan imajinasi mereka. Ini adalah bagian pembahasan yang sangat penting, bukan? (Ya, benar.) Bukankah gagasan dan imajinasi tentang Tuhan ada dalam diri setiap orang? (Ya.) Tak seorang pun hidup seorang diri, dan tak seorang pun adalah robot. Setiap orang memiliki kehendak bebas, dan memiliki berbagai pemikiran dan sudut pandang yang mereka peroleh dari dunia luar; tentu saja, setiap orang juga memiliki berbagai gagasan dan imajinasi tentang Tuhan yang telah berkembang di dalam kehendak subjektif mereka berdasarkan kebutuhan, preferensi, dan keinginan mereka sendiri. Fakta bahwa itu disebut "gagasan" dan "imajinasi" berarti bahwa itu sama sekali tidak sesuai dengan kebenaran atau fakta; setidaknya, itu tidak sesuai dengan maksud Tuhan, identitas Tuhan, dan esensi Tuhan. Oleh karena itu, gagasan dan imajinasi ini adalah hal yang utama dan pertama yang harus orang lepaskan. Jadi, hal apakah yang ada kaitannya dengan gagasan dan imajinasi tentang Tuhan? Di satu sisi, itu mencakup gagasan tentang Tuhan yang sudah ada sebelumnya yang orang miliki sebelum mereka mulai percaya kepada-Nya. Di sisi lain, itu mencakup gagasan dan imajinasi baru tentang Tuhan yang orang miliki setelah mereka mulai percaya kepada-Nya, dan gagasan-gagasan baru ini adalah gagasan dan imajinasi yang lebih spesifik dan realistis. Sebelum orang mulai percaya kepada Tuhan, hati mereka penuh dengan imajinasi tentang Tuhan, dan imajinasi ini juga dapat dikatakan sebagai gagasan yang umumnya dimiliki oleh semua manusia. Ini seperti bagaimana orang Tionghoa menyebut Tuhan sebagai "Orang Tua di Langit", meskipun tidak percaya kepada-Nya, dan bagaimana orang Barat—yang sebagian besar percaya kepada Tuhan—menyebut-Nya sebagai "Tuhan". Meskipun banyak orang tidak percaya kepada Tuhan, kebanyakan orang meyakini bahwa Tuhan itu ada dan penuh dengan imajinasi tentang-Nya, menganggap Tuhan itu ada di antara segala sesuatu dan mengungguli segala sesuatu, serta Dia mahahadir, mahakuasa, dan memiliki kekuatan yang besar dan luar biasa. Jadi, siapakah tepatnya Tuhan ini? Tak seorang pun mengetahuinya, tetapi bagaimanapun juga, mereka tahu bahwa Tuhan adalah yang terbesar dan bahwa Dia mengendalikan segala sesuatu. Lalu, seperti apakah gambaran spesifik tentang Tuhan? Di benaknya, setiap orang, memiliki gagasan tentang penampilan dan gambar Tuhan yang telah mereka bayangkan dan tentukan. Kita telah membahas gagasan dan imajinasi manusia yang universal ini sebelumnya, dan itu bukanlah isi utama persekutuan hari ini. Yang akan kita persekutukan hari ini adalah berbagai macam gagasan dan imajinasi yang bertentangan dengan Tuhan dan tidak sesuai dengan esensi diri-Nya, yang seharusnya orang lepaskan, dalam semua jenis gagasan dan imajinasi yang berkaitan dengan penghalang antara manusia dan Tuhan serta permusuhan mereka terhadap Tuhan. Kita tidak akan membahas tentang gagasan dan imajinasi kosong, tidak nyata, dan tidak dapat dipahami tersebut. Dapat dikatakan bahwa, mengingat tingkat pertumbuhanmu pada saat ini, hal-hal tersebut pada dasarnya bukanlah masalah dan tidak akan memengaruhi pengejaranmu akan kebenaran, apalagi memengaruhimu dalam hal mengikuti Tuhan, dan bahwa sekalipun ada orang-orang yang masih memiliki beberapa imajinasi penuh angan-angan di benak mereka, hal-hal ini tidak akan memengaruhi mereka dalam hal mengikuti Tuhan, dan karenanya, itu bukanlah masalah besar. Gagasan dan imajinasi manusia yang akan kita persekutukan berkaitan dengan sikap orang terhadap Tuhan dalam kehidupan mereka sehari-hari, serta berkaitan dengan pelaksanaan tugas mereka, jalan yang orang tempuh, dan tentu saja terlebih dari itu, berkaitan dengan pengejaran mereka. Di antara berbagai gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang Tuhan, pertama-tama, orang memiliki banyak sekali gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan-Nya, yang jauh lebih realistis dibandingkan dengan berbagai imajinasi yang dimiliki orang-orang tidak percaya tentang Tuhan, dan itu tidaklah kosong atau tidak dapat dipahami. Semua itu adalah hal-hal yang ada dalam pikiran setiap orang saat mereka mengikuti Tuhan. Dengan kata lain, orang-orang dipenuhi dengan banyak gagasan dan imajinasi yang penuh angan-angan dan tidak realistis tentang pekerjaan Tuhan. Misalnya, orang membayangkan bahwa pekerjaan-Nya itu penuh dengan mukjizat, dan penuh dengan keajaiban yang tidak dapat diperkirakan atau dicapai oleh manusia. Tentu saja, gagasan dan imajinasi terbesar orang dalam hal ini adalah bahwa pekerjaan Tuhan mungkin mampu menyempurnakan seseorang dalam sekejap, atau bahwa hanya dengan mengucapkan beberapa patah kata atau mengadakan mukjizat atau keajaiban, Tuhan dapat langsung mengubah seseorang dan mengubahnya menjadi seseorang yang telah terbebas dari kehidupan daging dan berbagai kesulitan nyata yang daging hadapi. Mereka membayangkan orang ini tidak makan atau minum, dan tidak memiliki kebutuhan jasmani seperti robot; selain itu, mereka yakin bahwa orang ini berpikir dengan cara yang murni, tanpa pertimbangan yang egois, dan bahwa hati mereka sangat suci. Mereka membayangkan bahwa untuk mencapai hal ini, tidak perlu mengejar kebenaran, atau mempersekutukan kebenaran atau menerima pemangkasan selama bertahun-tahun. Sebaliknya, Tuhan dapat mencapai semua ini hanya dengan beberapa kata, karena apa pun yang Tuhan firmankan akan terlaksana dan apa pun yang Dia perintahkan akan tetap teguh. Terutama pada awalnya, ketika orang-orang baru saja menerima tahap ketiga dari pekerjaan Tuhan, mereka bahkan lebih dipenuhi dengan segala macam gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan-Nya. Ketika beberapa orang mendengar bahwa "pekerjaan Tuhan akan segera berakhir", mereka tidak tahu pada tahun, bulan, atau hari apa itu akan berakhir, tetapi mereka merasa cemas dan bahkan meninggalkan pekerjaan dan keluarga mereka. Beberapa petani berhenti bercocok tanam, dan yang lainnya berhenti beternak sapi dan domba. Ada orang-orang yang bahkan menjual harta dan mobil mereka, mengambil semua uang yang mereka miliki di bank, mengumpulkan aset mereka, dan mulai membawa emas, perak, dan barang-barang berharga mereka, siap untuk mengikuti Tuhan. Ini karena orang-orang mengira bahwa pekerjaan Tuhan akan berakhir, dan bahwa mereka tidak perlu lagi menjalani hidup mereka, dan mereka yakin bahwa Tuhan telah menghancurkan keluarga dan pernikahan, dan bahwa mereka harus meninggalkan pernikahan, pekerjaan, dan masa depan mereka, serta meninggalkan semua kesenangan duniawi untuk mengikuti Tuhan. Jika seseorang bertanya kepada mereka, "Ke mana kau akan pergi dengan koper dan semua keluargamu itu?" mereka akan berkata, "Aku akan pergi ke kerajaan surga." Lalu jika mereka ditanya, "Di manakah kerajaan surga itu?" mereka akan menjawab, "Aku belum tahu, aku akan pergi ke mana pun Tuhan membawaku." Entah mereka bertindak berdasarkan dorongan hati atau telah memikirkannya masak-masak, bagaimanapun juga, perwujudan ini menyingkapkan satu fakta, yaitu bahwa orang memiliki banyak imajinasi tentang pekerjaan Tuhan. Mereka tidak tahu bagaimana Tuhan akan bekerja untuk menyelamatkan mereka, atau bagaimana perasaan mereka atau seperti apa keadaan dan lingkungan yang akan mereka tinggali setelah Dia menyelamatkan mereka. Mengenai apa tepatnya maksud-maksud Tuhan, atau hasil apa yang ingin Tuhan capai melalui pekerjaan-Nya dalam diri orang-orang, mereka juga tidak mengetahui apa pun tentang hal ini. Jadi, apa yang mereka ketahui? Mereka hanya mengingat satu kalimat: Hari Tuhan sudah dekat, bencana telah datang, pekerjaan Tuhan akan segera berakhir, dan kita harus meninggalkan segalanya dan mengikuti Tuhan. Inilah sumber dan dasar terbentuknya semua gagasan dan imajinasi mereka, serta melalui gagasan dan imajinasi inilah mereka telah mengambil segala macam pilihan dan keputusan. Pilihan dan keputusan apa yang telah mereka ambil? Mereka telah memilih untuk meninggalkan dunia, meninggalkan studi mereka, meninggalkan karier mereka, meninggalkan pernikahan mereka, meninggalkan keluarga mereka, dan bahkan meninggalkan cinta mereka akan keluarga, dan sebagainya, dan setelah melepaskan semua hal ini, mereka menunggu berakhirnya pekerjaan Tuhan. Apa tujuan mereka menunggu berakhirnya pekerjaan Tuhan? Tujuan mereka adalah untuk diangkat dan mengikuti Tuhan. Diangkat ke mana tepatnya? Mereka mengira ke mana pun mereka akan diangkat, atau pada hari apa tepatnya mereka akan diangkat, bagaimanapun juga, mereka tidak akan masuk neraka. Mereka yakin bahwa sekalipun itu bukan surga, mereka akan pergi ke tempat yang lebih tinggi, dan bahwa sekalipun itu bukan surga, atau kerajaan yang nyata, mereka tidak mungkin salah dengan mengikuti Tuhan, dan bahwa mereka mungkin akan diangkat ke tempat di mana pun Tuhan berada. Meskipun gagasan dan imajinasi yang orang-orang miliki ini sempurna, dapatkah itu menjadi kenyataan? Apakah momen yang mereka nanti-nantikan—akhir dari pekerjaan Tuhan—sudah tiba? (Belum.) Karena pekerjaan Tuhan belum berakhir, apakah orang-orang merasa kecewa atau cemas? Apakah mereka merasa menyesal? Ada orang-orang yang kecewa, bukan? Ada orang-orang yang menjadi negatif ketika mereka menghadapi kesulitan saat melaksanakan tugas, atau merasa menyesal ketika mereka mengalami kesengsaraan dalam kehidupan rumah tangga mereka atau ketika mereka menderita penganiayaan dan tidak memiliki jalan keluar. Tentu saja, tidak mudah bagi beberapa orang untuk bertahan hingga saat ini, tetapi di dalam hatinya, mereka memang sangat cemas. Apa yang mereka cemaskan? Mereka berpikir, "Mengapa pekerjaan Tuhan belum berakhir? Berapa lama lagi pekerjaan Tuhan akan berlangsung? Haruskah aku pulang ke rumah dan melanjutkan hidupku? Haruskah aku kembali bekerja dan mencari masa depan bagi diriku sendiri di dunia ini? Haruskah aku membeli kembali rumahku? Tuhan tidak menanggapi kita atau memberi kita jawaban yang jelas tentang hal ini! Bukankah seharusnya kita diberi tahu kapan pekerjaan Tuhan akan berakhir, dan pekerjaan apa lagi yang akan Dia lakukan, sehingga kita dapat bersiap? Tuhan tidak memberi tahu kita hal-hal ini, Dia hanya terus mengungkapkan kebenaran, mempersekutukan kebenaran, dan berbicara tentang keselamatan. Dia tidak pernah berbicara tentang apa yang akan terjadi kelak, atau tentang masa depan, atau kapan umat manusia akan memasuki tempat tujuan yang indah, atau kapan kehidupan jasmani akan berakhir; Dia hanya membuat kita menunggu tanpa batas waktu." Orang tidak memiliki pengetahuan tentang pekerjaan Tuhan. Secara lebih spesifik, mereka tidak jelas tentang bagaimana cara Tuhan menyelamatkan manusia, metode apa yang Dia gunakan untuk menyelamatkan manusia, pekerjaan spesifik apa yang Tuhan lakukan dalam semua pekerjaan-Nya untuk memungkinkan orang diselamatkan, dan sebagainya. Sebaliknya, mereka selalu hidup dalam gagasan dan imajinasi mereka sendiri, serta menganggap pekerjaan Tuhan sebagai formalitas atau semacam sulap yang fantastis. Seolah-olah pekerjaan-Nya hanyalah retorika dan tidak memiliki isi spesifik apa pun di dalamnya—Tuhan hanya perlu mengucapkan beberapa firman dan apa pun yang Dia firmankan akan terlaksana, dan apa pun yang Dia perintahkan akan tetap teguh, dan setelah itu orang-orang akan berubah, serta menjadi seperti yang dinubuatkan dalam kitab Wahyu, berubah menjadi orang-orang kudus dan disucikan. Ide-ide penuh khayalan dan kosong seperti apa pun yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan, baik yang spesifik maupun yang tidak spesifik, singkatnya, orang dipenuhi dengan gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan-Nya, serta selalu hidup dalam gagasan dan imajinasi kosong dalam cara mereka memperlakukan pekerjaan Tuhan, dan dalam cara mereka memperlakukan setiap bagian dari pekerjaan spesifik yang Tuhan lakukan dan setiap hal spesifik yang Dia firmankan untuk menyelamatkan umat manusia. Tentu saja, kebanyakan orang hanya memiliki satu gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan Tuhan, yaitu bahwa begitu pekerjaan Tuhan berakhir, orang-orang akhirnya akan berhasil melewatinya, dan selama mereka dapat menunggu sampai pekerjaan-Nya berakhir dan bertahan hidup pada saat itu, mereka telah menang, dan semua yang telah mereka tinggalkan dan persembahkan, serta kesukaran yang telah mereka derita, dan harga yang telah mereka bayar, semuanya akan sepadan. Dinilai berdasarkan hal ini, di satu sisi, orang dipenuhi dengan segala macam imajinasi tentang pekerjaan Tuhan. Di sisi lain, orang tidak mengejar kebenaran dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan; sebaliknya, terdapat sifat berjudi dalam iman mereka—mereka mempertaruhkan hidup mereka dan semua harta benda mereka, masa depan mereka, pernikahan mereka, dan semua yang mereka miliki, dan mereka menganggap bahwa mereka hanya perlu bertahan sampai pekerjaan Tuhan berakhir, dan bahwa asalkan mereka masih hidup ketika Tuhan menyatakan bahwa pekerjaan-Nya telah berakhir, mereka kemudian akan mendapatkan keuntungan, dan memperoleh kembali semua yang telah mereka bayarkan. Bukankah seperti itulah cara orang berpikir? (Ya.) Sekarang setelah kita banyak membicarakan hal ini, apa sajakah gagasan dan imajinasi utama yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan? (Orang yakin bahwa pekerjaan Tuhan itu penuh dengan mukjizat, dan bahwa Tuhan dapat mentahirkan orang-orang hanya dengan beberapa kata, serta mereka dapat masuk ke dalam kerajaan surga tanpa perlu membayar harga apa pun atau tanpa mengejar kebenaran.) Inilah gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan. Gagasan dan imajinasi apa lagi yang ada? (Orang tidak mengetahui apa tepatnya hasil yang ingin Tuhan capai melalui pekerjaan-Nya dalam diri orang-orang, dan mereka mengira asalkan mereka dapat bertahan sampai pekerjaan Tuhan berakhir, akan ada harapan bagi mereka untuk masuk ke dalam kerajaan surga.) Ini juga merupakan gagasan dan imajinasi—orang menganggap pekerjaan Tuhan hanyalah suatu formalitas dan prosedur. Apa lagi? (Dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, orang-orang tidak mengejar kebenaran, sebaliknya terdapat sifat berjudi dalam iman mereka.) Apakah ini gagasan dan imajinasi? Ini adalah esensi kepercayaan orang kepada Tuhan dan esensi pengejaran mereka. Gagasan dan imajinasi apa yang ada di dalamnya? Bukankah orang-orang mengira bahwa selama mereka meninggalkan segalanya dan melaksanakan tugas sembari mengikuti Tuhan, mereka akan diubahkan, seolah-olah dengan cara disulap? (Ya.) Pemikiran orang sangat kosong, berkaitan dengan hal-hal supernatural, dan penuh angan-angan. Orang mengira mereka tidak perlu menerima hajaran, penghakiman, atau pemangkasan, ataupun perbekalan firman Tuhan, bahwa mereka hanya perlu mengikuti Tuhan dengan cara seperti ini, melaksanakan tugas apa pun yang diminta, dan bahwa selama mereka mengikuti sampai akhir, mereka akan diubahkan, dan pada akhirnya masuk ke dalam kerajaan surga begitu pekerjaan Tuhan berakhir. Bukankah seperti inilah gagasan dan imajinasi yang orang miliki? (Ya.)

Orang dipenuhi dengan segala macam gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan Tuhan. Hal baru saja kita persekutukan berkaitan dengan gagasan orang tentang hari-hari ketika Tuhan bekerja. Selain gagasan-gagasan ini, ada jenis gagasan dan imajinasi lainnya, yaitu setiap kali orang menghadapi beberapa kesulitan nyata, dalam keinginan subjektifnya, mereka sering berharap akan secara tiba-tiba mendapatkan inspirasi dari Tuhan dan kemudian mendapatkan ilham, tanpa perlu makan dan minum firman Tuhan, memperlengkapi diri mereka dengan kebenaran, atau memahami prinsip-prinsip kebenaran pada saat-saat biasa, dan bahwa Tuhan dapat membantu mereka untuk menyelesaikan masalah apa pun yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari, sebesar atau sekecil apa pun masalah tersebut. Pemahaman dan pengertian orang tentang pekerjaan Tuhan sangat penuh dengan angan-angan dan kosong, dan orang juga penuh dengan gagasan dan imajinasi tentang metode Tuhan dalam menyelamatkan manusia. Orang tidak ingin mencari berbagai kebenaran dalam pekerjaan Tuhan dan menangani setiap hal dengan cara yang nyata berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Sebaliknya, mereka berharap setiap kali menghadapi jenis masalah apa pun, Tuhan akan memberi mereka terang dan pewahyuan, sama seperti Dia memberikan pewahyuan kepada para nabi, sehingga apa pun yang menimpa mereka dalam kehidupan nyata, mereka akan memiliki hikmat dan kemampuan, serta cara untuk menangani segala jenis masalah, tanpa perlu berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran, atau tanpa perlu makan dan minum firman Tuhan, seolah-olah mereka hidup di dunia sulap. Berdasarkan imajinasi mereka, orang mengira begitu mereka mulai percaya kepada Tuhan, mereka akan menjadi cerdas dan pandai. Ada orang-orang yang bahkan mengira begitu mereka mulai percaya kepada Tuhan, mereka akan menjadi cantik, dan tidak lagi memiliki kesulitan dan masalah kedagingan apa pun, atau hambatan karena watak rusak mereka, atau kesulitan nyata apa pun dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka yakin asalkan mereka memiliki keinginan untuk memuaskan Tuhan, Dia akan memberi mereka kekuatan dan menciptakan keadaan yang baik dan unggul bagi mereka, membuat semua ini menjadi kenyataan, dan mewujudkan semua aspirasi dan keinginan mereka, dan terutama ketika menghadapi hal-hal yang berada di luar jangkauan kualitas dan naluri mereka, Tuhan akan lebih mengulurkan tangan-Nya untuk membantu sehingga mereka dapat dengan cerdik atau mudah melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan. Ada juga orang-orang yang kualitasnya buruk dan kurang keterampilan dalam segala macam profesi yang menganggap bahwa Tuhan hanya perlu melakukan mukjizat atau keajaiban dan kualitas mereka akan tiba-tiba menjadi baik, dan mereka akan tiba-tiba menjadi cerdas. Mereka juga yakin bahwa tidak ada yang sulit bagi Tuhan untuk melakukan apa pun, dan bahwa Tuhan dapat membantu mereka mencapai apa pun yang mereka sendiri tak mampu mencapainya, serta membantu mereka mengatasi masalah sulit apa pun yang mereka sendiri tak mampu mengatasinya dan yang berada di luar kemampuan mereka. Singkatnya, dalam pekerjaan Tuhan, orang memiliki banyak gagasan dan imajinasi. Di satu sisi, mereka penuh dengan berbagai imajinasi tentang durasi pekerjaan Tuhan, dan juga telah melakukan berbagai tindakan dan membayar berbagai harga dalam hal ini. Pada saat yang sama, orang juga penuh dengan segala macam gagasan dan imajinasi tentang berbagai kesulitan dan masalah yang mereka hadapi, dan bahkan tentang watak rusak mereka sendiri. Sebagian besar dari gagasan dan imajinasi ini kosong, penuh angan-angan, dan tidak realistis, dan terlebih dari itu, gagasan dan imajinasi itu melampaui kualitas dan pikiran manusia, serta melampaui jangkauan naluri mereka. Orang sering berharap bahwa Tuhan tidak akan bertindak berdasarkan kesulitan nyata mereka, atau berdasarkan kualitas, pikiran, serta naluri mereka, dan bahwa Dia justru akan membuat mereka mampu untuk melampaui semua ini, melampaui kemanusiaan normal mereka, kualitas, dan naluri mereka untuk melakukan hal-hal tertentu. Orang dipenuhi dengan gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan Tuhan, dan isi imajinasi mereka sangat supernatural. Gagasan dan imajinasi ini sepenuhnya bertentangan dan bermusuhan dengan kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan. Orang-orang tidak berpikir: Jika Tuhan melakukan hal-hal yang supernatural ini, mengapa Dia masih mengucapkan begitu banyak firman dan membekali orang-orang dengan begitu banyak kebenaran? Dia tentunya tidak perlu melakukan hal itu. Alasan mengapa pekerjaan Tuhan begitu nyata adalah karena Tuhan berharap untuk membekali manusia dengan semua firman dan kebenaran-Nya dan membuat firman dan kebenaran itu bekerja dalam diri mereka, sehingga mereka dapat hidup berdasarkan firman dan kebenaran tersebut. Maksud-Nya bukanlah untuk membuat orang-orang menjadi mampu untuk melampaui kemanusiaan normal atau naluri mereka, tetapi untuk membuat mereka mampu, atas dasar kemanusiaan yang normal, untuk menaati prinsip-prinsip kebenaran, dan untuk menaati tugas dan amanat yang telah Dia berikan kepada mereka. Namun, gagasan dan imajinasi manusia justru bertolak belakang dengan pekerjaan Tuhan, dan sama sekali tidak sesuai dengan cara Tuhan bekerja. Tuhan ingin bekerja dengan cara yang nyata, sedangkan imajinasi manusia tentang pekerjaan Tuhan berkaitan dengan hal-hal yang supernatural, kosong, dan tidak realistis. Tentu saja, ada orang-orang yang berharap bahwa Tuhan akan menggunakan beberapa metode yang bahkan lebih istimewa untuk memberi mereka pewahyuan, membekali mereka, menyokong dan membantu mereka, bahkan mengubah mereka dan membuat mereka dapat diselamatkan. Misalnya, ada orang yang setiap kali menghadapi masalah, mereka sering kali tidak mencari jawaban atau jalan penerapan dari dalam firman Tuhan, tetapi malah berlutut, memejamkan mata, dan berdoa. Mereka tidak mencari kebenaran tentang masalah tersebut ketika berdoa, dan kemudian menemukan firman Tuhan yang sesuai untuk menyelesaikannya. Sebaliknya, di dalam hatinya, mereka berharap Tuhan dapat memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan; atau mencerahkan mereka dengan sebuah kalimat, ide, atau gambaran; atau memungkinkan mereka untuk memperoleh sedikit terang dan memberi mereka sedikit motivasi—mereka ingin memahami kebenaran dengan cara ini. Tentu saja, ada orang-orang yang mengambil pendekatan yang lebih ekstrem, yaitu, setiap kali menghadapi suatu masalah, mereka berharap Tuhan dapat menyingkapkan kepada mereka satu bagian dari firman-Nya dalam sebuah mimpi, memberi tahu mereka apakah mereka harus melakukan ini dan itu serta bagaimana cara melakukannya, atau apakah mereka harus pergi ke tempat ini dan itu, atau apakah mereka harus memberitakan Injil kepada si Anu atau tidak. Ada orang-orang yang, ketika dihadapkan dengan kesulitan besar, berharap untuk menerima mimpi atau mendapatkan jawaban dalam mimpi, dan bahkan berharap untuk menganalisis dan menafsirkan mimpi mereka bersama dengan saudara-saudari mereka atau para pemimpin gereja, sambil berpikir, "Apa arti mimpi yang Tuhan berikan kepadaku ini? Apa yang Dia ingin untuk aku lakukan? Apakah Dia menyuruhku pergi atau tidak?" Mereka yakin bahwa pekerjaan Tuhan adalah memberikan pewahyuan kepada orang-orang, memimpin dan membekali orang dengan menggunakan cara-cara khusus ini, dan dengan demikian membuat mereka dapat diselamatkan. Bukankah ini adalah gagasan dan imajinasi? (Ya.) Ada orang yang ketika masalah menimpa mereka, dan mereka tidak tahu harus berbuat apa dan tidak mendapatkan jawaban dari Tuhan ketika berdoa, mereka mengambil keputusan dengan melempar koin. Contohnya, ketika harus pergi ke suatu tempat untuk memberitakan Injil, mereka berdoa kepada Tuhan tentang apakah mereka harus pergi atau tidak dan tidak mendapatkan jawaban, lalu apa yang mereka lakukan? Mereka cukup melempar koin untuk memutuskan apakah akan pergi atau tidak. Mereka berpikir jika koin itu mendarat dengan sisi kepala menghadap ke atas, itu membuktikan bahwa Tuhan menghendaki mereka pergi, sedangkan jika koin itu mendarat dengan sisi ekor menghadap ke atas, itu membuktikan bahwa Tuhan tidak menghendaki mereka untuk pergi. Mereka melempar koin tiga kali dan koin itu mendarat dengan sisi kepala menghadap ke atas sekali dan sisi ekor menghadap ke bawah dua kali, jadi mereka menyimpulkan, "Itu dua banding satu, yang berarti Tuhan tidak menghendaki aku pergi," dan mereka pun tidak pergi. Mereka bahkan merasa cukup tenang untuk tidak pergi, mengira bahwa itu adalah keinginan Tuhan, dan berkata kepada diri mereka sendiri, "Aku harus mengikuti tuntunan Tuhan. Ini adalah keputusan Tuhan, bukan keputusanku. Aku harus tunduk pada tuntunan Tuhan dan tidak pergi." Jadi, apakah mereka sebenarnya harus pergi atau tidak? Dapatkah mencari maksud Tuhan dengan cara ini mendapatkan jawaban yang akurat? Jawabannya pasti tidak akan akurat. Ketika dihadapkan dengan situasi seperti itu, engkau harus mengambil keputusan berdasarkan prinsip dan apakah lingkungannya memungkinkan atau tidak—hanya inilah metode yang benar. Memberitakan Injil adalah kewajibanmu, tugasmu, dan pekerjaan yang harus kaulakukan hari ini, jadi engkau harus pergi—sudah seharusnya engkau pergi. Namun, orang sering kali tidak memahami atau menangani hal-hal seperti itu berdasarkan kenyataan ini. Sebaliknya, mereka sering kali memperlakukannya berdasarkan beberapa gagasan dan imajinasi, serta menilainya dengan menggunakan beberapa cara dan metode yang tidak biasa, dan pada akhirnya mengambil beberapa keputusan yang tidak masuk akal dan menyimpang. Bukankah ini disebabkan oleh gagasan dan imajinasi mereka? (Ya.) Dalam pekerjaan Tuhan, ketika Tuhan tidak memberikan firman yang jelas yang memberi tahu orang tentang bagaimana setiap hal harus dilakukan atau prinsip apa yang harus dipatuhi dalam menangani setiap jenis masalah, perlu bagi orang-orang untuk mengikuti arahan Roh Kudus dan mengikuti tuntunan yang Tuhan berikan kepada mereka di tengah lingkungan yang nyata. Tentu saja, mereka juga perlu berdiskusi atau berdoa dan mencari bersama dengan saudara-saudari mereka, dan pada akhirnya memutuskan bagaimana cara menangani masalah yang ada berdasarkan situasi yang sebenarnya. Namun, dalam pekerjaan Tuhan, ketika Tuhan memiliki firman yang jelas dan petunjuk yang jelas yang memberitahukan kepada orang-orang prinsip penerapan untuk berbagai hal, tidak perlu bagi mereka untuk menggunakan formalitas ini, dan orang tidak perlu lagi mematuhinya. Jika mereka terus mematuhinya, itu hanya akan menunda segala sesuatunya. Contohnya, jika setiap kali terjadi sesuatu dan perlu bagi mereka untuk pergi dan bertindak, orang tetaplah berlutut dan berdoa, bertanya, "Tuhan, aku harus pergi atau tidak? Jika Engkau tidak ingin aku pergi, buatlah keadaan tertentu untuk menghalangiku, atau jika Engkau ingin aku pergi, buatlah segala sesuatunya berjalan lancar bagiku." Ini artinya mematuhi formalitas secara kaku dan bukan ini yang Tuhan tuntut untuk orang lakukan. Ketika Tuhan memiliki firman yang jelas mengenai tuntutan dan standar-Nya, orang tidak perlu lagi melewati formalitas apa pun untuk mencari, berdoa, menyelidiki, dan sebagainya. Sebaliknya, di satu sisi, mereka harus bertindak berdasarkan situasi dan lingkungan nyata yang sebenarnya, dan di sisi lain, yang terpenting adalah mereka harus bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran—inilah yang benar. Setiap hari, tanganilah segala sesuatunya dalam urutan yang benar, lakukanlah apa pun yang seharusnya kaulakukan, dan jangan lakukan hal-hal yang tidak seharusnya kaulakukan; tanganilah apa pun yang mendesak dan perlu ditangani, tundalah apa pun yang dapat dikesampingkan untuk sementara waktu, dan tanganilah terlebih dahulu masalah-masalah yang mendesak. Bukankah ini adalah prinsipnya? (Ya, benar.) Itu memang adalah prinsipnya. Engkau harus mengingat hal ini: ketika engkau berdoa kepada Tuhan dan berusaha memahami maksud-maksud-Nya, engkau harus melakukannya berdasarkan firman-Nya; dalam situasi khusus, yaitu ketika tidak ada firman yang jelas dari Tuhan yang memberikan petunjuk, engkau harus tetap tahu bahwa Dia memiliki firman dan prinsip penerapan yang jelas untuk segala jenis masalah, dan dalam kasus seperti itu, engkau harus bertindak berdasarkan berbagai prinsip kebenaran yang Tuhan peringatkan kepada orang-orang di masa lalu. Namun, di benaknya, orang telah mengembangkan banyak gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan Tuhan yang menggelikan, aneh, dan berkaitan dengan hal-hal yang supernatural, yang mengubah firman Tuhan dan berbagai prinsip kebenaran menjadi hiasan dan doktrin kosong, sehingga membuat firman Tuhan tidak dapat menjadi standar manusia untuk menangani berbagai hal atau menjadi jalan penerapan ketika masalah menimpa mereka. Ini adalah hal yang sangat disayangkan, dan itu sepenuhnya disebabkan oleh kenyataan bahwa orang telah mengembangkan banyak sekali gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan Tuhan.

Orang memiliki beberapa gagasan dan imajinasi yang menggelikan, aneh, dan ganjil tentang pekerjaan Tuhan yang meresap dalam kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya, ketika orang hendak melaksanakan tugas yang seharusnya mereka laksanakan, lalu terjadi sesuatu yang menurut mereka tidak seharusnya terjadi, seperti ponsel mereka dicuri saat dalam perjalanan untuk melaksanakan tugas, atau mobil mereka mogok atau mereka terjatuh dalam perjalanan ke sana, atau masalah-masalah lainnya. Apa artinya hal ini? Apakah itu berarti bahwa Tuhan menghalangi mereka untuk melaksanakan tugas ini? Apakah itu berarti bahwa melaksanakan tugas ini tidak sesuai dengan maksud-maksud Tuhan? Apakah itu berarti bahwa tugas ini tidak seharusnya dilaksanakan? Bolehkah itu dipahami dan dimengerti seperti ini? (Tidak boleh.) Jika ini adalah hal terpenting yang harus kaulakukan saat ini dalam pelaksanaan tugasmu, dan engkau melakukannya, maka sekalipun engkau menghadapi beberapa rintangan dan kesulitan di sepanjang jalan, atau bahkan terjadi hal-hal yang menurut orang tidak seharusnya terjadi, tidak dapat dikatakan bahwa tugas yang kaulaksanakan dan pekerjaan yang kaulakukan ini tidak diperkenan Tuhan, atau bahwa Tuhan menghalangimu agar tidak melakukan hal-hal ini—itu adalah gagasan dan imajinasi manusia. Jika Tuhan ingin menghalangimu, Dia tidak akan menggunakan metode-metode tersebut. Sebaliknya, Dia akan langsung mengatur suatu keadaan sehingga engkau secara alami tidak harus pergi dan melaksanakan tugas tersebut. Artinya, Tuhan akan membuatnya sangat jelas dalam pikiranmu bahwa ada sesuatu yang lebih penting yang harus kaulakukan hari ini, dan akibatnya tugas tersebut harus dipindahkan ke urutan kedua atau ketiga dalam daftarmu, dan akan dilaksanakan nanti. Seperti apa pun engkau memperhitungkannya, engkau akan mendapati bahwa tidak mungkin untuk menyelesaikan tugas tersebut hari ini berdasarkan situasi yang sebenarnya. Ini artinya Tuhan sedang menghalangimu. Namun, apa pun yang kaupikirkan, dan apa pun rintangan atau kesulitan yang timbul dalam proses pelaksanaan tugas itu, bagaimanapun juga, jika tugas itu harus dilaksanakan hari ini, engkau harus pergi dan melakukannya. Jika Tuhan menghalangimu, Dia akan menggunakan cara yang paling tepat dan sesuai untuk membuatmu dengan sendirinya melepaskan tugas itu—inilah cara Tuhan bekerja. Cara Tuhan bekerja adalah membiarkan orang melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan dalam lingkup naluri kemanusiaan. Di satu sisi, ini adalah sikap yang seharusnya orang miliki. Di sisi lain, ada juga faktor keadaan objektif—jika keadaan memungkinkan untuk tugas itu dilaksanakan, maka itu harus dilakukan; jika keadaan tidak memungkinkan, maka orang harus menunggu beberapa waktu untuk melaksanakannya. Apa tujuan menunggu? Itu artinya menunggu waktu dan keadaan yang tepat yang Tuhan atur. Jika keadaan terus-menerus tidak sesuai dan segala sesuatunya terus bermasalah saat engkau berusaha melaksanakan tugas ini, itu berarti engkau tidak boleh melaksanakannya. Sudahkah engkau mengerti? (Ya.) Dalam kehidupan orang sehari-hari, tidak perlu bagi mereka untuk berusaha memahami apa yang sedang mereka rasakan dalam roh mereka saat mereka melaksanakan tugas, apa pun jenis tugasnya, entah itu hal-hal besar atau kecil, atau entah itu urusan pribadi atau urusan gereja. Jika engkau merasa kurang bersemangat hari ini dan di dalam hatimu, engkau tidak ingin melaksanakan tugas, tanyakan kepada orang-orang lain yang akan melaksanakannya bersamamu apakah mereka merasa kurang bersemangat. Jika orang lain tidak merasa kurang bersemangat, dan di dalam hatinya, bersedia melaksanakan tugas tersebut, tetapi berdasarkan perasaanmu sendiri engkau menyimpulkan bahwa itu tidak seharusnya dilaksanakan, bukankah engkau sedang bersikap terlalu subjektif tentang hal itu? (Ya.) Oleh karena itu, setiap kali orang-orang melaksanakan tugas, mereka setidaknya harus memahami bahwa mereka tidak boleh berusaha memahami perasaan mereka atau bertindak berdasarkan perasaan mereka. Contohnya, misalkan engkau harus melaksanakan beberapa tugas, dan engkau merasa sedikit gugup, matamu terus berkedut, dan telingamu berdenging, dan engkau berkata, "Kelopak mata kananku berkedut, apakah itu pertanda buruk? Apakah aku harus melaksanakan tugas ini?" Seseorang kemudian berkata, "Kedutan di mata kiri menandakan keberuntungan sedangkan kedutan di mata kanan menandakan bencana", dan setelah mendengarnya, engkau tidak berani pergi dan melaksanakan tugas tersebut. Tidak peduli mata mana pun yang berkedut, jika ini adalah tugas yang sebelumnya telah disetujui, dan semua faktor yang diperlukan untuk melaksanakan tugas ini sudah ada, serta waktu dan tempatnya tepat, engkau harus pergi dan melaksanakannya. Jika engkau memutuskan untuk tidak pergi hanya karena satu orang berkata bahwa kedutan di mata kanan menandakan bencana, apakah keputusanmu itu tepat? (Tidak.) Mengapa tidak tepat? Jika itu adalah tanggung jawab dan tugasmu, dan saat ini lingkungan objektif dan semua keadaannya memungkinkan untuk tugas tersebut dilaksanakan, dan selain itu, tugas itu perlu dilaksanakan dengan segera, engkau harus pergi dan melakukannya. Memangnya kenapa jika kelopak mata kananmu berkedut? Mungkin saja beberapa masalah kecil muncul dan segala sesuatunya tidak berjalan dengan lancar, tetapi tugas itu tetap diselesaikan. Hanya jika Tuhan menghalanginya dan lingkungannya tidak memungkinkan, barulah engkau boleh tidak pergi dan tidak melaksanakan tugas itu. Seseorang berkata, "Pasti ada sesuatu yang salah sehingga mata kananmu berkedut," tetapi orang lain berkata, "Ini adalah tugas yang telah disetujui sebelumnya, jadi kita harus pergi dan melaksanakannya." Pada akhirnya, engkau semua berangkat untuk melaksanakannya, tetapi mobilnya tiba-tiba mogok di tengah jalan. Katakan kepada-Ku, jika mata kanan seseorang berkedut saat kelompok itu berangkat, haruskah mereka pergi dalam kasus itu? Aku ingin melihat apakah engkau semua benar-benar memahami kebenaran atau tidak. Bagaimana menurutmu, apakah hal yang benar untuk pergi dan melaksanakan tugas ini? (Ya.) Itu sudah pasti. Engkau tidak boleh menilai apakah engkau harus pergi atau tidak berdasarkan apakah kelopak mata kanan atau kirimu berkedut. Pertama-tama, melaksanakan tugas ini adalah hal yang benar. Jadi, mengapa mobilnya mogok dalam perjalanan ke sana? Apakah itu diizinkan oleh Tuhan? Sulit untuk dijelaskan, bukan? (Mogoknya mobil dalam perjalanan ke sana mungkin disebabkan oleh kelalaian manusia, seperti jika mobil tersebut tidak diperiksa terlebih dahulu untuk melihat apakah ada masalah dengannya atau tidak.) Itu salah satu kemungkinan alasannya. Jika kita mengesampingkan alasan itu, apakah normal bagi sebuah mobil untuk mogok di tengah perjalanan? (Ya.) Pertama, jika engkau membeli mobil bekas buatan Tiongkok yang kualitasnya tidak terlalu bagus, dan engkau tidak merawatnya atau memperbaikinya dengan benar dan terus mengendarainya, mobil tersebut akan mogok di tengah perjalanan. Jika mobil itu mogok di tengah perjalanan, apakah itu berarti tugas tersebut pasti tidak dapat diselesaikan? (Belum tentu.) Mobil tersebut mogok dan membutuhkan waktu satu atau dua jam untuk memperbaikinya. Ketika engkau tiba di tempat tujuan, saudara-saudari di sana berkata, "Untunglah kalian baru datang pada saat ini. Agen mata-mata baru saja pergi. Seandainya kalian datang dua jam lebih awal, kalian pasti telah ditangkap oleh si naga merah yang sangat besar. Itu hampir saja terjadi!" Engkau dapat melihat bahwa hal yang buruk ternyata menjadi hal yang baik. Apakah benar untuk pergi dan melaksanakan tugas itu? (Ya.) Apakah ada maksud baik Tuhan dalam kerusakan mobil itu? (Ya.) Jadi, apakah kelopak mata kananmu yang berkedut adalah tanda kemalangan atau keberuntungan? (Tidak kedua-duanya.) Hasilnya, tidak ada bencana yang terjadi. Jika kita memotong cerita itu pada saat mobil mogok, maka klaim bahwa "kedutan di mata kanan menandakan bencana" tampaknya cukup akurat. Mobil yang mogok adalah kemalangan, bukan? Namun, melihat hasil akhirnya, mobil yang mogok ternyata menjadi hal yang baik. Seandainya mobil itu tidak mogok, engkau semua pasti telah mendapat masalah begitu sampai di tempat tujuan—engkau bukan hanya akan gagal menyelesaikan tugas, melainkan engkau juga pasti telah ditangkap. Namun ternyata, mobil itu mogok di tengah jalan dan butuh waktu dua jam untuk memperbaikinya, jadi saat engkau sampai di sana, bahaya baru saja berlalu dan engkau aman. Ini artinya Tuhan sedang melindungimu! Renungkanlah, jika dipandang dari perspektif mobil yang mogok, tampaknya seolah-olah Tuhan sedang menghalangimu untuk pergi, tetapi sebenarnya engkau baru mengetahui apa yang telah terjadi setelah mobil diperbaiki dan engkau tiba tanpa insiden lebih lanjut. Bagaimana engkau semua memandang prinsip-prinsip dan metode tindakan Tuhan selama seluruh proses ini? Pemahaman seperti apa yang seharusnya orang miliki tentang pekerjaan Tuhan? Singkatnya, ada kebenaran yang dapat dicari di sini, dan Aku akan melihat apakah engkau semua mampu mencarinya atau tidak. (Tuhan, pemahamanku adalah bahwa entah hal baik atau hal buruk menimpa orang-orang, ada maksud baik Tuhan dalam hal ini.) Ini adalah satu aspek. (Aspek lainnya, yaitu bahwa pekerjaan Tuhan bukanlah sesuatu yang supernatural atau fantastis, tetapi sangat nyata.) Ya, itu pemahaman yang bagus. Pekerjaan Tuhan itu nyata, dan tidak fantastis atau supernatural; siapa pun yang memiliki kemanusiaan yang normal dapat merasakannya dan mengetahuinya melalui pengalaman, dan itu juga sesuatu yang mampu orang pahami. Bukankah ini pemahaman yang seharusnya orang miliki tentang pekerjaan Tuhan? (Ya.) Selain pemahaman ini, apa lagi yang harus orang pahami? Mereka harus memahami bahwa Tuhan berdaulat atas segala sesuatu. Dalam pekerjaan Tuhan, setiap hal spesifik yang Dia lakukan membuat orang menjadi mampu untuk melihat bahwa tindakan-Nya sangat nyata. Pada awalnya, ketika kelompokmu berangkat, beberapa darimu mendiskusikan apakah akan pergi atau tidak. Tuhan tidak menghalangimu; Dia tidak membuatmu merasa mual, atau muntah, atau diare. Dia tidak menghalangimu, juga tidak mendesakmu untuk pergi. Bukankah ini sangat nyata? Dia mengizinkan kelompok itu untuk membicarakannya bersama-sama. Beberapa orang berkata bahwa kelopak mata kanan mereka berkedut, sementara yang lain berkata mereka merasa tidak nyaman di dalam hatinya, tetapi entah engkau mengandalkan perasaan dan suasana hatimu, atau mengandalkan imajinasi yang berkaitan dengan hal-hal supernatural, pada akhirnya engkau harus pergi ke tempat yang seharusnya engkau harus pergi, dan Tuhan tidak menghalangimu dalam keadaan apa pun. Bukankah sangat nyata bagi Tuhan untuk bekerja dengan cara seperti ini? (Ya.) Tindakan Tuhan tidak sedikit pun kosong; segala jenis perwujudan manusia diizinkan, dan ini bahkan termasuk kelopak mata beberapa orang yang berkedut. Katakan kepada-Ku, dapatkah Tuhan menghentikan atau mengendalikan berkedutnya kelopak mata orang-orang? Bukankah begitu mudah bagi Tuhan untuk mengendalikannya? Namun, apakah Dia mengendalikannya? (Tidak.) Tuhan tidak mengendalikannya. Dia tidak campur tangan, Dia memberimu kebebasan. Kelopak matamu berkedut sebagaimana mestinya, tetapi pada akhirnya, kelompok itu tetap berangkat—semua ini sangat nyata. Namun, ada masalah di tempat tujuan, dan Tuhan tidak menyingkirkan bahaya ini hanya karena engkau semua sedang menuju ke sana. Tuhan tidak melakukan hal itu, dan masalah tetap terjadi sebagaimana mestinya. Namun, Tuhan melakukan hal yang cerdas: Dia membuat mobilmu mogok di tengah jalan, sehingga pada saat mobil sudah diperbaiki dan engkau semua tiba di tempat tujuan, bahaya telah berlalu. Ini artinya Tuhan sedang melindungimu. Engkau dapat melihat bahwa karena jeda waktu ini, Dia dengan cerdik memungkinkanmu untuk menghindari bahaya. Segala sesuatu yang Tuhan lakukan sangat nyata, bukan? (Ya.) Jadi, ini menunjukkan kepadamu, dengan cara yang sangat nyata, bahwa apa yang Tuhan lakukan sama sekali tidak kosong atau supernatural, dan bahwa terjadinya setiap hal adalah alami dan tak terelakkan, tetapi di situlah letak kemahakuasaan Tuhan. Di sepanjang seluruh peristiwa, apa pun imajinasi orang-orang, apa pun kesulitan, kelemahan, dan masalah mereka, apakah sudut pandang yang mereka diskusikan bersama-sama itu benar atau salah, tak ada satu pun dari hal ini yang memengaruhi apa yang akhirnya terjadi, juga tidak memengaruhi hasil yang tak terelakkan dari peristiwa tersebut. Setiap hal yang seharusnya terjadi memang terjadi, masalah yang seharusnya terjadi memang terjadi, mobil yang seharusnya mogok memang mogok, dan sudut pandang orang-orang juga tersingkap, tetapi hasil akhir dari peristiwa itu tetap terjadi berdasarkan cara yang telah Tuhan tetapkan, dan berdasarkan apa yang telah Tuhan tentukan dari semula dan bagaimana Tuhan mengendalikan peristiwa itu. Inilah kemahakuasaan Tuhan, bukan? (Ya.) Semua ini terjadi begitu nyata dan normal, sama seperti segala sesuatu yang terjadi pada orang-orang setiap hari dalam kehidupan mereka sehari-hari; itu terjadi secara alami dan itu bukan sesuatu yang supernatural, fantastis, atau kosong. Oleh karena itu, dalam hal ini orang haruslah memahami bahwa pekerjaan Tuhan itu nyata dan bahwa Dia berdaulat atas segala sesuatu. Bagaimana seharusnya orang bertindak? Pertama-tama, mereka harus memahami prinsip-prinsip apa yang harus mereka patuhi apa pun yang menimpa mereka. Jika mereka hanya mengikuti perasaan manusia, itu tidak dapat diandalkan. Mereka seharusnya tidak mengikuti perasaan supernatural, atau menebak-nebak berdasarkan imajinasi yang kosong. Sebaliknya, mereka harus bertindak dan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan berdasarkan keadaan yang sebenarnya dan tugas yang seharusnya mereka laksanakan. Selain itu, yang penting adalah mereka harus bertindak dan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Bukankah ini jauh lebih mudah? (Ya.) Oleh karena itu, masalah apa pun yang kauhadapi, dan tahap apa pun yang telah dicapai oleh pekerjaan Tuhan, engkau tidak perlu mengikuti perasaanmu, engkau tidak perlu memeriksa apakah tanggal tertentu itu membawa keberuntungan atau tidak, dan tentu saja engkau terutama tidak perlu melihat fenomena astronomi atau mendengarkan ramalan apa pun—lakukan saja apa yang seharusnya kaulakukan. Ada orang-orang yang suka melihat fenomena astronomi atau memeriksa apakah tanggal tertentu membawa keberuntungan atau tidak, dengan berkata, "Besok bukanlah tanggal yang baik, apakah semuanya akan serba salah jika aku pergi keluar? Apakah si naga merah yang sangat besar akan melakukan penangkapan? Mengapa ada burung gagak yang bersuara di depan pintu ketika aku bangun pagi dan pergi keluar pagi ini? Aku mendengar bahwa beberapa orang melihat kucing hitam ketika mereka keluar tadi malam. Semua ini adalah tanda-tanda yang tidak menyenangkan! Apa yang harus kulakukan? Apakah akan terjadi bahaya?" Jika engkau memiliki kemanusiaan yang normal dan pemikiran manusia normal, engkau seharusnya mampu menilai keadaan seperti apa yang berbahaya dan keadaan seperti apa yang relatif aman, serta tahu bagaimana cara menghadapinya dan menanganinya berdasarkan situasi yang sebenarnya—engkau tidak perlu melihat hal-hal lainnya tersebut. Mengenai apa yang boleh kaulakukan dan tidak boleh kaulakukan setiap hari, di satu sisi, ada firman Tuhan yang jelas sebagai prinsip-prinsip kebenaran, dan di sisi lain, engkau memiliki kemanusiaan yang normal, hati nurani, dan nalar. Asalkan engkau melakukan apa yang seharusnya kaulakukan setiap hari berdasarkan pengaturan keadaan yang sebenarnya dan arahan yang firman berikan, serta berdasarkan kebutuhan yang sebenarnya dari kemanusiaan yang normal dan tanggung jawab serta kewajibanmu sendiri, itu tidak menjadi masalah. Jika orang-orang memperlakukan kehidupan sehari-hari mereka seperti ini, bukankah segalanya akan jauh lebih sederhana? (Ya.)

Meskipun pekerjaan Tuhan itu mahakuasa dan menakjubkan, meskipun firman Tuhan adalah kebenaran dan hidup, tidaklah mungkin untuk menyempurnakan atau mengubah orang hanya dalam semalam. Ada orang-orang yang berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka, sering berkata, "Aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, jadi mengapa aku masih belum berubah? Mengapa aku masih belum mencapai pengudusan? Mengapa, di dalam hatiku, aku masih mencintai dunia? Mengapa aku masih begitu sombong? Mengapa aku masih memiliki hawa nafsu jahat? Dahulu aku suka menonton beberapa video atau acara-acara hiburan dari dunia orang tidak percaya. Mengapa aku masih sesekali ingin menontonnya, meskipun aku telah percaya kepada Tuhan sampai sekarang, makan dan minum firman Tuhan selama bertahun-tahun, melaksanakan tugasku, meninggalkan segala sesuatu, dan mengorbankan diriku selama bertahun-tahun, dan merasa sepertinya aku telah melepaskan hal-hal itu di dalam hatiku?" Ini adalah beberapa gagasan yang orang miliki, bukan? Khususnya, dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, ada orang-orang yang selalu mengejar hal-hal seperti menaklukkan tubuh mereka, tidak mendambakan kesenangan daging, menanggung lebih banyak penderitaan dan bekerja keras, serta mampu mengatasi banyak kesukaran fisik. Namun, meskipun mereka terus mengejar dengan cara seperti ini, mereka tetap merasa bahwa mereka sering dikendalikan oleh keinginan daging yang berlebihan, keinginan akan kenyamanan, dan kemalasan, sehingga mereka sering bersikap negatif dan kehilangan iman kepada Tuhan, berpikir, "Pekerjaan Tuhan telah mencapai titik ini, jadi mengapa aku begitu mengecewakan dan masih sering bersikap negatif?" Terkadang, setelah mereka memperoleh beberapa hasil dalam suatu tugas dan mendapatkan persetujuan semua orang, mereka merasa tenang dan berpikir, "Masih ada harapan bagiku untuk diselamatkan. Pekerjaan Tuhan dan firman-Nya begitu baik. Pekerjaan-Nya benar-benar dapat mengubah orang." Namun tak lama kemudian, mereka merasa bahwa mereka masih merindukan orang-orang yang mereka kasihi. Khususnya, terkadang mereka bahkan mengenang orang-orang yang pernah mereka kagumi, dan mengingat dengan penuh kerinduan akan kehidupan duniawi yang mereka jalani, benar-benar merindukan hari-hari kejayaan mereka saat mereka menjalaninya di dunia, jadi mereka bertanya-tanya, "Mengapa aku masih merindukan hal-hal itu? Mengapa aku belum melepaskan kesenangan daging dan memisahkan diriku dari dunia sebagai orang yang telah dikuduskan? Mengapa aku belum berubah?" Lalu mereka kembali merasa sedih. Mereka sering kali tinggal di tengah pemikiran dan sudut pandang seperti ini. Keadaan mereka terkadang baik, terkadang buruk, sebentar mereka lemah, sebentar mereka kuat, terkadang mereka negatif, terkadang mereka positif. Mereka sering mendefinisikan diri mereka berdasarkan perwujudan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Jika mereka berada dalam keadaan baik, mereka merasa bahwa mereka adalah target untuk diselamatkan; jika mereka berada dalam keadaan buruk, mereka merasa tidak ada harapan bagi mereka untuk diselamatkan dan bahwa mereka tidak dapat diselamatkan. Mereka berada di satu ekstrem atau ekstrem lainnya. Ketika mereka berada dalam keadaan yang baik, mereka merasa seperti orang kudus dan sangat dekat dengan Tuhan, merasa tidak ada penghalang di antara mereka dan Tuhan, dan merasa Tuhan berada di sisi mereka. Ketika mereka berada dalam keadaan yang buruk, mereka merasa seperti telah jatuh ke dalam neraka tingkat ke-18 dan tidak dapat melihat atau menjamah Tuhan, serta merasa bahwa Tuhan sangat jauh dari mereka. Mengapa demikian? Mengapa mereka memiliki keadaan-keadaan ini? Apakah keadaan ini normal atau tidak normal? (Tidak normal.) Ketika mereka berada dalam keadaan yang baik, mereka melakukan apa pun yang gereja atur untuk mereka lakukan, dan mereka mampu mengatasi kesulitan apa pun, menanggung kesukaran apa pun, dan membayar harga apa pun. Mereka merasa bahwa mereka adalah orang yang paling mampu tunduk kepada Tuhan, bahwa mereka adalah orang di rumah Tuhan yang mengejar kebenaran, dan tidak ada kesulitan yang dapat menghalangi mereka. Mereka bekerja sangat keras untuk melaksanakan tugas mereka dan bersedia untuk berusaha keras. Mereka tidak merasa lelah, sebanyak apa pun mereka berbicara saat menyampaikan persekutuan kepada orang lain, dan mereka tidak keberatan melewatkan waktu makan, atau kehilangan dua atau tiga jam waktu tidur. Mereka bersedia mengorbankan diri mereka untuk Tuhan dan mengabdikan seluruh hidup mereka bagi Tuhan. Akibatnya, mereka merasa bahwa mereka telah berubah. Mereka tidak lagi memikirkan keluarga mereka, tidak lagi merindukan orang-orang yang pernah mereka kasihi, dan tidak lagi mengenang dengan penuh kerinduan kemuliaan dan kehormatan yang pernah mereka miliki di dunia ini. Mereka membuang semua itu dan mengorbankan diri mereka untuk Tuhan dengan sepenuh hati, menaati prinsip, memangkas siapa pun yang menyebabkan gangguan atau kekacauan, menegakkan keadilan bagi rumah Tuhan, tetap teguh dalam berpihak pada keadilan, membela kepentingan rumah Tuhan, dan membangun citra mereka sendiri sebagai "hakim" yang ketat dan tidak memihak. Mereka melakukannya dengan cukup baik selama beberapa waktu. Namun, mungkin saja akan ada waktunya ketika mereka memperlihatkan watak rusak mereka atau melakukan sesuatu yang salah, dan kemudian mereka akan menjadi negatif dan lemah, berpikir, "Tuhan telah menyingkapkanku, Dia tidak lagi mengasihiku." Sejak saat itu, mereka tidak akan mampu bangkit lagi. Mereka akan merasa bahwa mereka bukan apa-apa dan bahwa mereka tidak mampu melakukan apa pun, bahwa mereka masih memiliki pemikiran yang egois dan hawa nafsu jahat, sering merindukan orang-orang yang pernah mereka kasihi dan sukai, sering bersikap negatif dan lemah, masih menentang Tuhan, tidak mampu menerapkan kebenaran, dan belum berubah meskipun telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, dan mereka akan berpikir, "Bukankah ini berarti sudah tamat riwayatku?" Mereka akan merasa bahwa tidak ada kesempatan bagi mereka untuk diselamatkan, dan bahwa sama sekali tidak ada harapan bagi mereka. Ketika mereka senang, mereka sangat gembira, dan ketika mereka menderita, mereka sangat sengsara. Mereka selalu berada di salah satu dari kedua ekstrem ini, berpindah dari satu ekstrem ke ekstrem yang lain. Mengapa demikian? Entah keadaan dan perwujudan yang mereka perlihatkan itu positif atau negatif, singkatnya, semuanya adalah jenis masalah yang sama, yaitu bahwa mereka penuh dengan gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan Tuhan, serta selalu mendefinisikan diri mereka dan menggolongkan diri mereka berdasarkan suasana hati, serta berdasarkan penyingkapan dan perwujudan mereka selama periode tertentu, sementara pada saat yang sama, mereka mendefinisikan pekerjaan Tuhan, hasil yang dicapai oleh pekerjaan-Nya dalam diri orang-orang, serta tujuan dan sasaran yang dicapai oleh pekerjaan-Nya dalam diri orang-orang. Inikah sumber masalahnya? (Ya.) Ketika orang berada dalam keadaan positif, mereka berdoa di hadirat Tuhan, mengungkapkan tekad mereka sembari menangis tersedu-sedu, bersedia mengabdikan seluruh hidup mereka bagi Tuhan tanpa meminta apa pun, bersedia mengikuti Tuhan dan mengorbankan diri mereka untuk-Nya. Ketika berdoa dan membulatkan tekad seperti ini, mereka merasa bahwa semua kesulitan bukan lagi kesulitan. Mereka tergerak hingga menangis, dan bahkan percaya bahwa Roh Kuduslah yang telah menggerakkan mereka. Mereka berpikir, "Roh Kudus telah menggerakkanku. Tuhan pasti sangat mengasihiku! Tuhan tidak pernah meninggalkanku!" Mereka berdoa sembari menangis dan berkata bahwa mereka telah digerakkan oleh Roh Kudus—bukankah ini adalah khayalan? (Ya.) Sebenarnya, engkau digerakkan oleh seberapa baiknya perasaanmu tentang dirimu sendiri; engkau digerakkan oleh tekad, cita-cita, keinginan, dan tindakanmu sendiri, bukan oleh Roh Kudus. Mengapa Kukatakan bahwa engkau digerakkan oleh dirimu sendiri? Engkau memiliki begitu banyak gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan Tuhan, dan semuanya itu sangat menyimpang—apakah menurutmu Tuhan akan menggerakkanmu? Dengan engkau berada dalam keadaan ekstrem ini, akankah Tuhan menggerakkanmu sehingga engkau menjadi jauh lebih ekstrem? Jika Tuhan menggerakkanmu, itu hanya akan membuatmu menjadi jauh lebih ekstrem, dan membuatmu mengagumi dirimu sendiri dan menjadi makin digerakkan oleh dirimu sendiri, dan membuatmu makin ingin membulatkan tekad ini: "Aku akan mengurangi waktu tidurku dan menderita lebih banyak kesukaran, aku akan makan makanan apa pun entah itu enak atau tidak, aku tidak akan keberatan makan makanan apa pun, dan tidak akan peduli apakah makanan itu baik atau tidak untuk tubuhku. Aku harus mengatasi preferensi dagingku yang dahulu, aku harus secara khusus menyembuhkan kegagalan dagingku yang dahulu, dan aku harus membuat dagingku lebih menderita dan tidak membiarkannya merasa nyaman. Jika dagingku terasa nyaman, aku tidak akan mengasihi Tuhan; jika dagingku terasa nyaman, aku akan menikmati kenyamanan daging dan tidak bekerja keras untuk melaksanakan tugasku." Jika ini adalah Roh Kudus yang menggerakkanmu, engkau hanya akan terus berada dalam ekstrem ini, dan bahkan akan makin secara keliru meyakini bahwa engkau telah menang atas daging dan mengalahkan Iblis, dan bahwa engkau telah diselamatkan. Itulah sebabnya Kukatakan bahwa engkau bukan digerakkan oleh Roh Kudus, melainkan oleh dirimu sendiri. Apakah engkau semua sering digerakkan oleh dirimu sendiri? (Ya.) Engkau semua digerakkan oleh tekadmu sendiri untuk mengorbankan diri dan menderita kesukaran bagi Tuhan, dan di dalam hatimu, engkau semua sangat rela untuk menderita kesukaran bagi Tuhan, untuk menderita kesukaran sebesar apa pun, atau bahkan untuk mati, dan kemudian air mata mengalir di pipimu. Sebenarnya, Tuhan tidak tergerak oleh tergeraknya dirimu, Dia juga tidak tergerak oleh tekadmu. Perwujudanmu ini hanyalah dorongan sesaat, gejolak gairah yang membara yang bersifat sementara. Dalam situasi ini, engkau bahkan mungkin berdoa kepada-Nya dan berkata, "Tuhan, aku rela mati untuk-Mu! Tuhan, aku begitu sibuk melaksanakan tugasku hari ini sehingga aku melewatkan makan. Sekalipun aku harus melewatkan 10 kali makan, aku akan rela melakukannya! Manusia hidup bukan dari roti saja, melainkan dari firman yang keluar dari mulut Tuhan. Tuhan, aku bersedia untuk mengasihi-Mu sepanjang hidupku, untuk selama-lamanya, dan kasihku kepada-Mu tidak akan pernah berubah!" Perkataanmu yang muluk-muluk ini membuatmu menangis tersedu-sedu, tetapi sikap Tuhan terhadapmu tidak berubah. Mengapa? Itu karena engkau digerakkan oleh dorongan sesaat, dan air matamu bukanlah air mata penyesalan, bukanlah air mata karena perasaan berutang, atau air mata karena telah benar-benar mengenal dirimu sendiri, dan terlebih lagi, bukanlah air mata kesedihan karena ketidakmampuanmu untuk menerapkan kebenaran dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran. Oleh karena itu, emosimu ini hanya dapat menggerakkan dirimu sendiri, dan mungkin juga menggerakkan orang-orang lain atau mereka yang ada di sekitarmu, tetapi Tuhan tidak tergerak olehnya. Oleh karena itu, bukan Roh Kudus yang menggerakkanmu, melainkan engkau yang menggerakkan dirimu sendiri. Air matamu mengalir karena engkau telah menggerakkan dirimu sendiri. Air matamu, perkataanmu yang emosional, dan hasratmu yang membara hanyalah fenomena yang dangkal, semua itu hanyalah semacam perilaku. Semua itu bukanlah perubahan pada esensi dan kehidupanmu, juga bukan perwujudan bahwa kebenaran telah menjadi hidupmu. Ketika engkau memiliki gairah dan dorongan untuk mengorbankan dirimu dan menderita bagi Tuhan serta sangat proaktif, engkau merasa bahwa Roh Kuduslah yang menggerakkanmu, bahwa engkau telah berubah, dan bahwa engkau adalah target untuk diselamatkan—ini adalah sejenis gagasan dan imajinasi yang kaumiliki tentang pekerjaan Tuhan. Ketika engkau menjadi negatif karena kegagalan dan kejatuhan sementara, atau karena kerusakan dan kekuranganmu tersingkap, atau karena engkau dipangkas dan disingkapkan, engkau merasa sedih dan menderita, serta menganggap dirimu belum berubah dan bahwa tidak ada harapan bagimu untuk diselamatkan—ini adalah jenis gagasan dan imajinasi lain yang kaumiliki tentang pekerjaan Tuhan. Sebenarnya, apa pun yang Tuhan lihat—entah engkau berada dalam keadaan negatif atau positif, atau sejauh mana keadaanmu telah memburuk dan jatuh—apa yang Tuhan lihat sejak awal? Tingkat pertumbuhanmu yang Tuhan lihat. Tuhan akan menentukan seberapa banyak engkau telah berubah dan seberapa banyak kenyataan kebenaran yang telah kaumasuki berdasarkan situasimu yang sebenarnya, perwujudanmu yang sebenarnya, dan tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya. Ketidakmampuanmu saat ini untuk bangkit kembali dan kejatuhanmu saat ini ke dalam keputusasaan total bukanlah standar yang Tuhan gunakan untuk memandangmu atau menentukan tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya. Jadi, entah engkau sedang berada dalam keadaan positif atau negatif, atau entah engkau sedang dipenuhi dengan gairah yang membara atau merasa putus asa, itu tidak akan memengaruhi penilaian dan penggolongan Tuhan terhadapmu. Engkaulah satu-satunya yang menggolongkan dirimu secara tidak benar berdasarkan penyingkapan dan perwujudan sesaatmu—entah engkau menggolongkan dirimu sebagai orang seperti Petrus, atau sebagai orang yang tidak dapat diselamatkan—karena engkau memiliki banyak sekali gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan Tuhan. Namun, seperti apa pun caramu mendefinisikan, perasaan baik atau buruk apa pun yang kaualami, semua itu disebabkan oleh gagasan dan imajinasi yang telah kaukembangkan tentang pekerjaan Tuhan, dan gagasan serta imajinasi ini tidak sesuai dengan definisi Tuhan yang akurat dan nyata tentang seseorang serta pendefinisian yang akurat dan nyata yang Dia berikan mengenai mereka. Bukankah benar demikian? (Ya.) Oleh karena itu, entah itu adalah perwujudan mereka sendiri, esensi mereka sendiri, atau penggolongan akhir mereka sendiri, orang tidak boleh mendefinisikan hal-hal ini berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka sendiri. Sebaliknya, mereka harus mengukur hal-hal ini berdasarkan hukum-hukum normal dari pekerjaan Tuhan dan hasil-hasil aktual yang ingin Tuhan capai dalam pekerjaan-Nya, atau berdasarkan cara Tuhan bekerja dan definisi-Nya yang akurat tentang orang-orang. Gagasan dan imajinasi utama apa yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan di sini? Orang yakin bahwa tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya ditentukan berdasarkan perwujudan sesaat mereka, atau perwujudan mereka selama kurun waktu tertentu, yaitu jika mereka berada dalam keadaan baik selama kurun waktu ini, berarti Roh Kudus akan bekerja dalam diri mereka, dan mereka telah berubah, memiliki hidup, telah bertumbuh dalam tingkat pertumbuhan, dan dapat memperoleh keselamatan; jika mereka berada dalam keadaan buruk dan tidak memiliki iman yang sejati kepada Tuhan selama kurun waktu ini, berarti mereka sama sekali tidak mengalami tingkat pertumbuhan. Bukankah ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki? (Ya.) Gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan adalah bahwa pekerjaan itu bukan dilakukan dalam diri orang-orang dalam jangka panjang dan terus-menerus, melainkan bahwa pekerjaan itu memberi mereka sedikit pencerahan yang sesaat, menyebabkan mereka mewujudkan ledakan energi dan dorongan sesaat. Gagasan dan imajinasi lainnya adalah orang yakin bahwa pekerjaan Tuhan itu supernatural, bahwa Dia menggerakkan orang-orang untuk memiliki sikap yang positif, dan memiliki kemauan untuk menderita kesukaran dan mengorbankan diri bagi-Nya, dan kemudian memperoleh tingkat pertumbuhan serta menjadi orang-orang yang memiliki kebenaran Tuhan sebagai hidup mereka. Mereka yakin jika mereka menjadi lemah karena satu masalah, Tuhan akan memutuskan bahwa mereka telah gagal dan disingkapkan, lalu mereka akan dikutuk oleh Tuhan, disingkirkan dan ditinggalkan oleh-Nya. Bukankah ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki? (Ya.)

Apa sajakah gagasan dan imajinasi yang orang miliki yang baru saja kita persekutukan? (Orang memiliki beberapa jenis gagasan dan imajinasi tentang pekerjaan Tuhan. Mereka yakin bahwa tingkat pertumbuhan seseorang ditentukan oleh perwujudan mereka selama kurun waktu tertentu atau oleh perwujudan sesaat mereka, dan mereka menganggap bahwa pekerjaan Tuhan dalam diri orang-orang terjadi dalam sekejap, bukan secara jangka panjang dan berkelanjutan. Orang juga yakin bahwa pekerjaan Tuhan itu sangat supernatural dan bahwa Tuhan sering menggerakkan orang-orang. Ketika orang digerakkan oleh Roh Kudus untuk sesaat, mereka merasa bahwa mereka akan disempurnakan atau bahwa mereka makin dekat untuk mencapai standar Petrus, dan ketika orang gagal dan menjadi lemah, mereka yakin bahwa mereka telah disingkirkan.) Apa sajakah gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan dalam hal ini? Orang yakin bahwa perwujudan sesaat mereka merepresentasikan tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya, dan bahwa Tuhan mendefinisikan orang berdasarkan perwujudan sesaat mereka. Orang mengira bahwa Tuhan itu senang melihat orang mengalami kesukaran dan membayar harga, bahwa Dia senang melihat orang sering berdoa dan membulatkan tekad serta digerakkan hingga mereka menangis tersedu-sedu, dan mengira Dia senang jika orang mampu meninggalkan segala sesuatu dan mengorbankan diri mereka serta bekerja dengan tekun, dan mampu mengatasi berbagai kesulitan daging. Mereka mengira entah mereka bertindak berdasarkan prinsip atau tidak, entah mereka bertindak sesuai dengan kebenaran atau tidak, asalkan mereka mampu untuk sering membayar harga, dan dalam melaksanakan tugas, mereka sering tidak makan dan tidur, bangun pagi-pagi sekali dan tidur setelah larut malam, serta bekerja siang dan malam, maka Tuhan akan senang akan hal ini. Ini berarti mereka yakin bahwa pekerjaan apa pun yang Tuhan lakukan atau sebanyak apa pun firman yang Dia ucapkan, Dia hanya berharap semua orang mampu menderita kesukaran dan membayar harga untuk-Nya, tidak makan makanan enak atau mengenakan pakaian bagus, serta tidak memiliki waktu luang, dan bahwa mereka harus menghabiskan waktu setiap hari untuk melaksanakan tugas mereka atau berdoa, dan sering membulatkan tekad, mengungkapkan tekad mereka, bertekad, dan bersumpah. Ada orang-orang yang mengira bahwa Tuhan itu senang mengekang hati dan anggota tubuh manusia, bahwa Dia tidak memberi orang-orang kebebasan dan kemerdekaan, dan sebaliknya Dia senang membuat mereka merasa tertekan sehingga mereka tidak dapat dimerdekakan, dan senang merampas kebebasan orang untuk menjalani kehidupan manusia yang normal. Orang-orang berpikir demikian, bukan? (Ya.) Apa lagi yang orang pikirkan? Bahwa Tuhan tidak mengizinkan orang untuk gagal, memperlihatkan kelemahan atau kerusakan, atau memperlihatkan kekurangan mereka. Orang juga yakin jika mereka ingin memperoleh keselamatan dan disempurnakan, maka selama proses melaksanakan tugas, mereka sama sekali tidak boleh lemah, tidak boleh memiliki kebutuhan, kekurangan, atau kelemahan kemanusiaan yang normal, dan tidak boleh memperlihatkan watak yang rusak. Bukankah ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki? (Ya.) Dalam gagasan dan imajinasinya, orang yakin bahwa di bawah pekerjaan dan bimbingan Tuhan, mereka pada dasarnya harus tetap muda, tetap bersemangat, dan penuh gairah untuk pekerjaan mereka dan memiliki sikap yang serius terhadapnya, serta terus-menerus tegang dan tidak pernah santai. Bukankah inilah yang orang pikirkan? Apakah ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki, ataukah ini adalah tuntutan Tuhan yang sebenarnya terhadap orang-orang? (Ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki.) Orang mengira jika mereka sedikit negatif dan lemah, atau memiliki sedikit kesulitan daging, atau memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan dalam kemanusiaan mereka, atau memperlihatkan watak yang rusak, dan sesekali menginginkan kenyamanan daging, maka Tuhan tidak akan menginginkan mereka, Dia tidak akan berfirman kepada mereka atau bekerja dalam diri mereka, dan mereka akan disingkirkan dan tidak memiliki harapan untuk diselamatkan. Benarkah demikian? (Tidak.) Bukankah ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki? (Ya.) Dalam gagasan dan imajinasi yang orang miliki, di satu sisi, mereka yakin bahwa Tuhan menyukai orang yang terus-menerus penuh dengan semangat dan gairah yang membara mengenai pekerjaan mereka, dan di sisi lain, mereka yakin bahwa Tuhan tidak menyukai kenegatifan orang-orang dan tidak mengizinkan mereka memperlihatkan kelemahan mereka. Dengan kata lain, orang menganggap bahwa Tuhan menyukai para petapa, bukan? Mereka mengira bahwa mereka haruslah hidup dalam kemiskinan sepanjang hidup mereka, sama sekali tidak memperhatikan hal-hal duniawi, dan membaca firman Tuhan setiap hari di bawah cahaya redup lampu minyak yang dingin; mereka yakin bahwa doa pagi dan sore adalah wajib, bahwa mereka harus bersyukur kepada Tuhan sebelum makan, dan bahwa mereka tidak boleh memiliki berbagai kebutuhan kemanusiaan yang normal. Mereka yakin bahwa hanya dengan cara demikianlah mereka dapat dianggap benar-benar setia kepada Tuhan dan benar-benar setia pada pekerjaan mereka, serta hanya dengan mempertahankan semangat seperti ini, barulah mereka dapat disukai oleh Tuhan dan menjadi orang yang Tuhan ingin selamatkan dan sempurnakan. Karena orang memiliki gagasan dan imajinasi seperti ini, ada orang-orang yang merasa sangat tertegur di dalam hatinya ketika mereka sesekali merindukan keluarga mereka, dan juga merasa gelisah setiap kali mereka mengobrol sebentar, mengira bahwa Tuhan akan menegur mereka. Ketika beberapa wanita muda sesekali berdandan dan mengenakan pakaian yang sedikit mencolok dan cukup modis, mereka merasa tidak nyaman, dan berpikir, "Bukankah agak tidak pantas bagiku untuk berpakaian seperti ini? Bukankah ini sedikit tidak bermoral?" Sebenarnya, mereka tidak mengenakan pakaian yang aneh atau pakaian yang terbuka, tetapi mereka hanya merasa bahwa itu kurang bermoral dan berpikir, "Tuhan sedang menegurku di dalam hatiku. Dia tidak suka aku berpakaian seperti ini." Jika engkau menganggap Tuhan tidak menyukainya, mengapa engkau tidak mengenakan jubah biksu Buddhis atau jubah Tao? Betapa "anggun" dan "sopan"-nya pakaian seperti itu! Pakaian seperti itu tidak akan dianggap tidak bermoral, bukan? Ada orang-orang yang sesekali memperlihatkan sedikit kesombongan atau pamer, dan kemudian merasa ditegur dan merasa gelisah di dalam hatinya dan berpikir, "Tuhan tidak lagi menyukaiku. Dia tidak lagi menginginkanku." Ada orang-orang yang bahkan menetapkan aturan bahwa mereka tidak boleh menyisir rambut, merias wajah, atau becermin, dan bahwa mereka hanya boleh mandi sebulan sekali atau enam bulan sekali, dan mengira jika mereka mandi lebih sering dari sebulan sekali atau enam bulan sekali, itu dibenci oleh Tuhan dan mereka pasti tidak akan diselamatkan. Mereka menetapkan aturan bahwa mereka harus bangun sebelum pukul lima pagi, dan mengira jika mereka bangun setengah jam lebih lambat, berarti mereka sedang menikmati kenyamanan, dan bukan orang yang mengasihi Tuhan; mereka menetapkan aturan bahwa mereka harus tidur setelah tengah malam, dan merasa jika mereka tidur sebelum tengah malam, mereka bukan orang yang melaksanakan tugas mereka dengan setia. Orang-orang ini membuat banyak aturan tertentu mengenai cara mereka perilaku, kehidupan sehari-hari, dan kebutuhan hidup mereka sendiri. Mereka tidak mencari apa yang Tuhan tuntut, mereka juga tidak berusaha memahami apa pandangan dan sikap Tuhan terhadap hal-hal ini. Sebaliknya, mereka meyakini dengan sikap yang sepenuhnya subjektif bahwa dalam pekerjaan Tuhan, Dia tidak mengizinkan orang untuk memiliki perwujudan ini, dan bahwa jika mereka pernah memiliki perwujudan ini, mereka sedang sangat memberontak, dan mereka dibenci oleh Tuhan, dan karena itu tidak dapat diselamatkan. Sering kali, hanya karena beberapa hal sepele yang tidak layak disebutkan, seperti mengucapkan hal yang salah, menggunakan kata yang salah, memakan beberapa camilan tambahan, atau sesekali menonton beberapa video hiburan, orang-orang berpikir, "Tamatlah riwayatku, aku benar-benar pemberontak! Aku tidak menyangka bahwa aku bisa memiliki perilaku dan kecenderungan seperti itu—aku tidak menyangka bahwa aku masih memiliki masalah-masalah ini. Ini mengerikan. Aku harus merenungkan diriku sendiri secara mendalam, menelaah diriku di kedalaman jiwaku, dan menjalani perubahan yang radikal. Aku tidak boleh membiarkan ini begitu saja!" Orang-orang sangat mementingkan hal-hal seperti ini yang tidak ada kaitannya dengan prinsip-prinsip kebenaran. Semua ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki dan Tuhan membencinya. Tuhan tidak ingin melihat manusia memperlihatkan perwujudan seperti ini. Jadi, kebenaran apa yang harus orang-orang pahami dalam hal ini? Prinsip-prinsip apa yang harus dipatuhi? Karena hal-hal ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki, ini jelas bukan prinsip yang Tuhan tuntut terhadap manusia, dan ini jelas tidak ada kaitannya dengan tuntutan Tuhan terhadap manusia. Karena semua itu adalah gagasan dan imajinasi, ini berarti semua itu dipahami dan disusun dalam pikiran manusia—singkatnya, semua itu berasal dari pikiran manusia dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan kenyataan kebenaran yang Tuhan tuntut agar manusia miliki. Dengan cara apa pun orang mematuhi gagasan dan imajinasi ini, selama itu tidak ada kaitannya dengan kebenaran, mematuhinya akan sia-sia. Sekalipun engkau mematuhinya, engkau sedang tidak mematuhi prinsip-prinsip kebenaran, dan Tuhan tidak akan mengingatnya. Khususnya, ada orang-orang yang di dalam hatinya merasa sangat gelisah dan sangat tertegur ketika mereka sesekali memperlihatkan preferensi atau kebiasaan daging mereka sendiri. Bagaimana kegelisahan dan teguran ini muncul? Apakah itu hasil dari diri mereka yang digerakkan oleh Roh Kudus? (Tidak, orang memiliki gagasan dan imajinasi tentang Tuhan, itulah sebabnya mereka merasa gelisah.) Dasar dari perasaan-perasaan ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki, bukan kebenaran. Ada orang-orang yang dengan segera merasa tertegur dan gelisah di dalam hatinya, dan mereka bergegas berdoa dan mengakui dosa-dosa mereka, dan buru-buru bertobat. Engkau bertobat dari apa? Hal-hal yang telah kaulakukan ini adalah perilaku umum dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu bukan dosa, dan tentu saja bukan pelanggaran besar. Jangan membesar-besarkan hal-hal yang tidak penting seperti itu! Jika engkau menganggap bahwa hal-hal itu salah, engkau dapat memilih untuk tidak melakukannya. Namun, tidak melakukannya bukan berarti engkau sedang mematuhi prinsip-prinsip kebenaran, dan merasa gelisah bukan berarti engkau telah melanggar prinsip-prinsip kebenaran. Mengapa engkau bertobat? Mengapa engkau berbalik? Apakah karena gagasan dan imajinasimu menyebabkanmu secara keliru meyakini bahwa itu adalah perilaku yang tidak seharusnya kaulakukan, atau apakah karena engkau menganggap bahwa perilakumu bertentangan dengan firman Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran? Jika semua itu bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan engkau benar-benar merasa gelisah, engkau harus segera berbalik dan bertobat kepada Tuhan. Kegelisahan ini setidaknya merupakan teguran terhadap hati nurani manusia. Jika engkau merasa gelisah hanya karena engkau telah menentang gagasan dan imajinasimu sendiri, bukankah engkau sedang menuruti perasaan yang tidak perlu? (Ya.) Ini murni menuruti perasaan yang tidak perlu dan itu berlebihan. Mengapa engkau tidak merasa gelisah ketika engkau mengikuti antikristus? Mengapa engkau tidak merasa tertegur karenanya? Ketika engkau melihat orang-orang jahat mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja serta merugikan kepentingan rumah Tuhan, dan engkau tidak bangkit untuk menghentikan mereka, apakah engkau merasa gelisah? Ketika engkau melanggar prinsip-prinsip kebenaran dan berbicara serta bertindak sekehendak hatimu, apakah engkau merasa gelisah? Jika engkau telah melanggar prinsip-prinsip kebenaran dalam hal-hal ini, tetapi engkau tidak pernah merasa gelisah karenanya, itu berarti engkau bahkan tidak memiliki kemanusiaan, dan engkau juga tidak memiliki hati nurani. Dan jika engkau tidak memiliki hati nurani, hal-hal apa yang akan membuatmu merasa gelisah? Kegelisahanmu murni karena engkau menuruti perasaan yang tidak perlu. Gagasan dan imajinasimu sendirilah yang menyiksamu dan membuatmu merasa gelisah—itu tidak ada gunanya. Apa hasil akhirnya jika engkau percaya kepada Tuhan sesuai dengan gagasan dan imajinasimu sendiri? Engkau hanya akan menjadi makin munafik dan makin seperti orang-orang Farisi. Engkau hanya akan makin menyimpang dari firman Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran, serta akan mustahil bagimu untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Engkau selalu merasa baik tentang dirimu sendiri, tetapi apa tepatnya yang begitu baik tentang dirimu? Engkau sangat dipenuhi dengan gagasan dan imajinasi, dan semua yang kaurasakan tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Perasaanmu yang digerakkan dan tertegur, rasa bersalah dan penyesalan yang kaurasakan, pertobatan yang menurutmu harus kaumiliki, dan sumpah serta tekad yang kaubuat semuanya berkaitan dengan gagasan dan imajinasimu. Hal-hal ini hanya didasarkan pada gagasan dan imajinasimu dan tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Oleh karena itu, apa pun yang kaulakukan—entah itu menderita kesukaran dan membayar harga atau mempersembahkan sesuatu dan mengorbankan dirimu sendiri, serta apa pun yang kaukorbankan—semua itu sia-sia jika itu tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Sudahkah engkau mengerti? (Ya.)

Setelah kita mempersekutukan dan menelaah gagasan serta imajinasi yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan, apakah engkau semua sedikit lebih memahami tentang bagaimana memandang perilaku seperti apakah orang mengalami kesukaran atau tidak, apakah mereka membayar harga atau tidak, apakah mereka mengekang diri dalam melaksanakan tugas mereka atau tidak, dan apakah mereka gemar makan makanan enak dan berpakaian bagus atau tidak, dan sebagainya, serta apa saja prinsip yang Tuhan ingin untuk orang taati, dan apa tepatnya hasil yang ingin Tuhan capai dalam diri manusia melalui pekerjaan-Nya? Hasil yang ingin Tuhan capai dalam diri manusia bukanlah untuk melihat apakah engkau penuh semangat bagi pekerjaanmu sepanjang waktu. Dengan kata lain, yang ingin Tuhan lihat bukanlah semangatmu atau tekadmu untuk menderita kesukaran dan membayar harga. Di mata Tuhan, jika engkau tidak memahami kebenaran, maka perwujudan-perwujudan tersebut hanyalah dorongan sesaat. Dengan kata lain, semua itu hanyalah semangatmu. Apakah semangat itu pada esensinya? Itu adalah sikapmu yang terburu nafsu, atau lebih spesifiknya, itu adalah pendekatan emosionalmu terhadap berbagai hal. Yang Tuhan inginkan bukanlah semangat yang orang miliki, pendekatan emosional mereka terhadap berbagai hal, dorongan sesaat mereka, atau semacam keadaan yang penuh semangat seperti ini. Apa yang Tuhan inginkan? (Dia ingin orang mampu memahami kebenaran.) Setidaknya, Dia ingin engkau mampu mencintai kebenaran serta memahami kebenaran, dan ketika dihadapkan dengan berbagai masalah, engkau bukanlah menaati aturan, formalitas, atau perilaku, melainkan menaati prinsip-prinsip kebenaran; Dia juga ingin agar dalam tugas yang kaulaksanakan dan dalam segala hal, engkau mampu mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan melakukan penerapan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, serta membuat firman Tuhan dan kebenaran menjadi kenyataanmu—inilah hasil yang ingin dicapai oleh pekerjaan Tuhan. Mengenai kehidupan pribadimu, apakah engkau ingin tidur lebih awal dan bangun pagi-pagi sekali, atau tidur larut malam dan bangun agak siang, atau karunia seperti apa yang kaumiliki atau seberapa fasih caramu berbicara, semua ini tidak masalah bagi Tuhan. Entah engkau memiliki tekad untuk menderita kesukaran atau tidak, atau seberapa banyak harga yang kaubayarkan, Tuhan tidak menilai hal-hal ini. Ada orang-orang yang berkata, "Demi kepercayaanku kepada Tuhan, aku tidak membeli pakaian bagus selama beberapa tahun, dan aku tidak pergi ke salon selama lebih dari sepuluh tahun." Sekalipun engkau tidak makan enak, tidak mengenakan pakaian bagus, dan menderita banyak kesukaran sepanjang hidupmu, apa pentingnya hal itu? Apakah itu yang Tuhan inginkan? Apakah tujuan utama dari khotbah dan persekutuan Tuhan untuk membekali orang dengan begitu banyak kebenaran hanyalah untuk mengubahmu menjadi seorang petapa? Apakah tujuannya hanyalah untuk mengubahmu menjadi orang-orang celaka yang menyedihkan, pengemis, atau anak muda yang penuh amarah? Tidak. Yang ingin Tuhan lakukan adalah agar firman-Nya dan prinsip-prinsip kebenaran bekerja dalam diri manusia. Oleh karena itu, ketika banyak orang yakin bahwa Tuhan itu senang melihat orang menderita lebih banyak kesukaran dan membayar harga yang lebih besar, dan bahwa Dia senang melihat mereka menjalani kehidupan yang sangat hemat, sulit, dan sederhana, sangat bertekad dan beraspirasi, sangat bersemangat, atau sangat mengekang diri, dan benar-benar patuh serta berperilaku baik, semua ini hanyalah gagasan dan imajinasi yang mereka miliki tentang pekerjaan Tuhan. Misalkan, selama bertahun-tahun dalam hidupmu, engkau hanya makan satu kali sehari dan tidur tiga jam di malam hari, tidak mampu makan makanan enak atau mengenakan pakaian bagus, dan engkau melakukan apa yang menurutmu harus kaulakukan selama bertahun-tahun, serta tak terhitung banyaknya engkau telah menderita kesukaran dan membulatkan tekad. Dengan kata-katamu sendiri, engkau "tetap berkomitmen pada aspirasi yang kaumiliki sejak semula", dan engkau menderita kesukaran dan mengorbankan diri untuk Tuhan serta mengabdikan seluruh hidupmu bagi Tuhan. Namun, sekalipun engkau melakukan semua ini, jika engkau tidak pernah berusaha untuk memahami firman Tuhan atau kebenaran, dan tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran dalam segala sesuatu yang kaulakukan, engkau pasti akan ditinggalkan. Engkau ingin memperoleh keselamatan dengan menderita kesukaran dan membayar harga, dengan tidak pernah mengubah aspirasi yang kaumiliki sejak semula, dengan mengorbankan dirimu bagi Tuhan seumur hidupmu, dan mempersembahkan semua yang kaumiliki kepada-Nya. Ini hanyalah mimpi—ini adalah angan-angan. Sekalipun engkau makan tepung jagung dan bakpao jagung seumur hidupmu dan tidak pernah makan makanan enak atau menikmati hal-hal yang bagus, itu tidak akan ada gunanya. Tuhan tidak pernah melihat perilaku seseorang, juga tidak melihat aturan apa yang orang ikuti secara lahiriah, atau apakah di luarnya mereka terlihat menjalani kehidupan yang sederhana dan biasa atau tidak. Yang ingin Tuhan lihat adalah jalan apa yang sedang kautempuh, prinsip apa yang kautaati dalam setiap hal yang kauhadapi, dan apakah engkau menaati prinsip-prinsip kebenaran ketika menangani masalah. Jika engkau tidak menaati prinsip-prinsip kebenaran, maka sebaik apa pun engkau mengikuti ketentuan dan aturan yang ketat tersebut, itu tidak akan ada gunanya. Itu hanya akan menunjukkan bahwa engkau adalah orang yang hidup dalam gagasan dan imajinasimu, orang yang hidup dalam kehendak baik yang sepenuhnya bersifat subjektif, orang yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan pekerjaan Tuhan, dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan cara-cara yang Tuhan gunakan untuk melakukan pekerjaan-Nya dalam menyelamatkan manusia—orang yang jauh dari pekerjaan Tuhan. Oleh karena itu, jika engkau ingin mendapatkan sesuatu dari pekerjaan Tuhan, engkau harus terlebih dahulu berusaha keras untuk memahami kebenaran; engkau tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun atau mengerahkan upaya apa pun berdasarkan gagasan dan imajinasimu sendiri—melakukannya tidak ada gunanya. Ada seseorang yang bertanya kepada-Ku: "Menurut-Mu, apakah aku terlihat lebih sopan dan pantas dengan rambut panjang atau rambut pendek?" Aku menjawabnya dengan pertanyaan, "Apakah engkau suka rambutmu panjang atau pendek?" Dia menjawab, "Aku suka rambutku panjang. Namun menurutku, berambut panjang itu tidak sopan dan tidak pantas, dan Tuhan tidak menyukainya." Lalu Aku menjawab, "Kapan Tuhan mengatakan itu? Apakah ini ada kaitannya dengan kebenaran?" Ada seseorang lainnya yang bertanya kepada-Ku: "Bolehkah aku makan camilan?" Lalu Aku menjawab, "Apakah makan camilan merupakan kebutuhan dari kemanusiaan yang normal? Apakah Tuhan menetapkan bahwa orang tidak boleh makan camilan? Apakah Tuhan mengutuk hal tersebut?" Lalu dia berkata, "Menurutku Tuhan mengutuknya, karena makan camilan itu tidak bermoral." Apa yang dimaksud dengan "tidak bermoral"? Jika engkau menganggap bahwa makan camilan itu tidak bermoral, apakah tidak makan camilan berarti engkau bermoral? Apakah tidak makan camilan berarti engkau memahami kebenaran dan menerapkan kebenaran? Dengan mengatakannya seperti ini, engkau bisa memahami perkataan-Ku, bukan? (Ya.) Gagasan dan imajinasi bukanlah kebenaran dan tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Jika engkau cerdas, engkau seharusnya bergegas untuk memeriksa gagasan dan imajinasi yang masih kaumiliki, serta tindakan, pemikiran, dan sudut pandang orang Farisi seperti apa yang masih kaumiliki, lalu melepaskannya tanpa menundanya. Tujuan melepaskan hal-hal ini bukanlah untuk membuatmu menjadi tidak bermoral dan berpuas diri, tetapi untuk membuatmu datang di hadirat Tuhan untuk mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan mulai memperoleh kebenaran sebagai hidupmu. Tuhan tidak ingin melihatmu menjadi pengemis dan menjalani kehidupan seorang petapa. Ada orang-orang yang berkata, "Tuhan tidak suka orang menjadi pengemis, jadi apakah itu berarti Dia suka mereka menjadi kaya?" Tuhan juga tidak suka orang menjadi kaya. Ada orang-orang yang berkata, "Merupakan gagasan dan imajinasi manusia bahwa Tuhan itu senang jika orang menderita kesukaran jasmani. Jadi, jika Tuhan tidak senang orang menderita kesukaran, apakah itu berarti Dia senang mereka hidup dalam kenyamanan?" Salah, ini pun adalah gagasan dan imajinasimu. Lalu, bagaimana cara bertindak yang benar? (Tuhan senang jika orang dapat datang ke hadirat-Nya dan mencari prinsip-prinsip kebenaran, apa pun yang menimpa mereka.) Kapan pun itu, prinsip-prinsip kebenaran tidak boleh dilupakan. Ada orang-orang yang berkata, "Tuhan senang jika orang membulatkan tekad di hadapan-Nya dan memiliki tekad untuk menderita kesukaran." Ada orang yang berkata, "Tuhan tidak menyukai orang yang tidak mau menderita kesukaran." Apakah benar atau salah mengucapkan perkataan seperti ini? Pernyataan mana yang benar dan mana yang salah? (Kedua-duanya salah.) Ada orang-orang yang selalu menderita kesukaran demi status, ketenaran, dan keuntungan mereka sendiri—mereka memiliki tekad yang kuat untuk menderita kesukaran. Apakah perwujudan ini menyenangkan Tuhan? (Tidak.) Ada orang-orang yang tidak mau menderita kesukaran dalam hal yang berkaitan dengan hal-hal pribadi, tetapi bersedia menderita kesukaran demi melaksanakan tugas mereka dan demi kebenaran, serta bersedia menderita sedikit kesukaran agar dapat bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Manakah dari perwujudan ini yang lebih baik? (Menderita kesukaran demi prinsip-prinsip kebenaran.) Apa yang dapat dilihat dari hal-hal ini? Bahwa bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan menerapkan kebenaran adalah hal yang benar. Baik dalam hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas, maupun dalam hal kehidupan pribadi, apakah orang mengalami kesukaran atau tidak, itu bukanlah suatu standar atau prinsip. Apa yang dimaksud dengan prinsip? Prinsip adalah tuntutan Tuhan, firman Tuhan, dan kebenaran. Jika engkau menerapkan berdasarkan prinsip kebenaran, sekalipun engkau tidak mengalami kesukaran ketika melakukannya, apa yang sedang kaulakukan adalah benar, dan Tuhan berkenan akan hal itu; jika engkau tidak bertindak berdasarkan prinsip kebenaran, sekalipun engkau mengalami banyak kesukaran atau mengalami penghinaan besar dalam prosesnya, itu sia-sia, dan Tuhan tidak berkenan dengan tindakanmu. Itu sama seperti seandainya orang mendengarkan perintah dari antikristus dan kemudian melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, melakukan pekerjaan berdasarkan preferensi antikristus tersebut, banyak berbicara dan menderita, serta sangat menyibukkan dirinya, sampai-sampai tubuhnya menjadi bungkuk dan sakit karena kelelahan fisik. Apakah Tuhan berkenan akan hal ini? Akankah Tuhan mengingatnya? (Dia tidak berkenan akan hal itu, dan Dia tidak akan mengingatnya.) Jadi, seperti apa sikap Tuhan? (Tuhan membenci orang-orang semacam itu.) Apa yang Tuhan katakan? "Pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan." Inilah sikap Tuhan, bukan? (Ya.) Sebanyak apa pun kesukaran yang telah kauderita atau berapa pun harga yang telah kaubayar, meskipun engkau bisa saja menggunakan ini untuk menyombongkan kontribusimu, Tuhan tidak melihat hal-hal ini. Tuhan hanya melihat apakah engkau melakukan hal-hal ini berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan apakah engkau mengikuti firman Tuhan—Dia menggunakan prinsip ini untuk mengukur dirimu. Jika engkau tidak mengikuti firman Tuhan, tetapi bertindak berdasarkan ide-idemu sendiri, maka sebanyak apa pun kesukaran yang kauderita atau berapa pun harga yang kaubayarkan, semua itu akan sia-sia. Tuhan bukan saja tidak akan mengingatnya, tetapi Dia juga akan mengutuknya. Itu akan mendatangkan kehancuranmu sendiri, bukan? (Ya.) Pada akhirnya, orang-orang semacam itu akan disingkirkan—mereka pantas menerimanya, bukan? (Ya.) Tuhan telah mengucapkan ribuan firman dan memberitahumu prinsip-prinsip kebenaran, tetapi engkau sama sekali tidak mendengarkannya. Engkau selalu memiliki ide-idemu sendiri, dan berharap untuk menggantikan kebenaran dengan gagasan dan imajinasimu sendiri, dan dengan melakukannya, engkau ingin mendapatkan perkenanan Tuhan, masuk ke dalam kerajaan, dan diberkati serta diberi upah. Bukankah ini mencari kematian? Bukankah orang-orang seperti itu sejenis dengan Paulus? (Ya.) Oleh karena itu, jika orang ingin melepaskan penghalang di antara mereka dan Tuhan serta sikap mereka yang memusuhi Tuhan, mereka harus memiliki pemahaman yang akurat tentang pekerjaan Tuhan. Mereka tidak boleh berspekulasi tentang Tuhan, mengukur pekerjaan-Nya, atau mengukur perilaku dan tindakan mereka sendiri berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka, lalu menangani segala sesuatu berdasarkan gagasan dan imajinasi tersebut. Hasil akhir pendekatan seperti ini adalah bahwa itu akan sia-sia, dan dalam kasus yang serius, mereka akan mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, menyinggung watak Tuhan, dan dihukum. Oleh karena itu, dalam memperlakukan pekerjaan Tuhan, orang haruslah melepaskan berbagai gagasan dan imajinasi mereka tentang Tuhan. Dengan kata lain, mereka harus memeriksa dan menelaah gagasan serta imajinasi mereka sendiri, lalu melepaskannya, mulai mencari maksud-maksud Tuhan dan kebenaran, serta menggunakan prinsip-prinsip kebenaran untuk menggantikan gagasan, imajinasi, prinsip dan tindakan mereka yang salah. Hanya dengan cara ini, barulah engkau dapat mulai menempuh jalan keselamatan. Jika tidak, mustahil bagimu untuk diselamatkan, itu tidak mungkin! Ini adalah semacam gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan. Mari kita akhiri persekutuan kita di sini.

Orang memiliki jenis gagasan dan imajinasi lainnya tentang pekerjaan Tuhan, yaitu bahwa dalam kehidupan mereka sehari-hari, ketika mereka lemah, ketika berbagai macam pemberontakan terhadap Tuhan muncul dalam diri mereka, atau ketika mereka telah melakukan hal-hal yang memberontak terhadap Tuhan dan melawan Tuhan, mereka percaya pada gagasan dan imajinasi mereka bahwa mereka harus didisiplinkan, dididik, atau bahkan dihukum, dikutuk, dan sebagainya. Contohnya, terkadang orang mengatakan hal yang salah atau mengungkapkan beberapa gagasan, atau mereka memiliki pendapat tertentu dan beberapa pembangkangan terhadap sesuatu, dan setelah beberapa waktu, mereka berpikir, "Aku telah memperlihatkan pemberontakan dan pengkhianatan ini, tetapi mengapa aku tidak didisiplinkan karenanya? Lidahku tidak terkena sariawan, aku tidak bermimpi buruk di malam hari, dan di dalam hatiku, aku tidak merasa gelisah. Mengapa demikian? Mengapa aku tidak merasakan pekerjaan Roh Kudus?" Dalam gagasan dan imajinasi mereka, mereka yakin bahwa karena Tuhan telah datang untuk menyelamatkan mereka, dan karena pekerjaan Tuhan pasti bukan hanya untuk menaklukkan mereka, melainkan juga untuk mengubah dan menyucikan mereka, serta mengubah segala jenis pemikiran dan sudut pandang yang mereka miliki yang tidak selaras dengan kebenaran, itu berarti jika ada beberapa hal dalam pemikiran mereka yang tidak selaras dengan kebenaran, atau hal-hal yang menjijikkan, kotor, atau jahat, maka mereka harus didisiplinkan, ditegur, atau bahkan dihukum karenanya, dan mereka berpikir, "Bagaimana orang bisa berubah dan bagaimana mereka bisa dikuduskan jika mereka tidak sering didisiplinkan?" Gagasan dan imajinasi apa yang orang miliki di sini? Bahwa mereka harus sering didisiplinkan, ditegur, dididik, dihukum, dan bahkan dihajar serta dihakimi dan bahwa hanya dengan cara demikianlah mereka dapat mencapai perubahan watak. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, ketika orang memperlihatkan kekotoran, kejahatan, dan kerusakan, mereka melakukannya dengan sangat alami, mereka dapat merasakannya, dan mereka bahkan merasa tenang menjalani kehidupan dengan cara seperti ini dan tidak merasa bahwa mereka didisiplinkan atau dihukum, dan mereka menganggap hal ini tidak normal. Orang beranggapan jika mereka memperlihatkan kerusakan, mereka setidaknya harus merasa tertegur, atau jatuh sakit, atau muncul sariawan di mulut mereka, atau tersedak atau lidah mereka tergigit saat makan, dan bahwa mata mereka harus menjadi merah dan bengkak jika mereka menonton sesuatu yang tidak seharusnya mereka tonton. Katakan kepada-Ku, apakah Tuhan melakukan hal-hal ini? (Tidak.) Apakah Dia sama sekali tidak melakukannya? (Ketika orang tidak memahami kebenaran, Tuhan mungkin mendisiplinkan dan menegur mereka sedikit berdasarkan tingkat pertumbuhan mereka, sehingga mereka dapat merenungkan diri mereka sendiri dan masuk ke dalam kebenaran. Namun, setelah orang memahami kebenaran dan tahu dengan jelas di dalam hatinya bahwa apa yang telah mereka lakukan itu salah, Tuhan pasti tidak akan mendisiplinkan mereka dalam kasus itu, karena Dia berharap mereka dapat mencari kebenaran, dan menggunakan firman-Nya dan kebenaran untuk mengukur tindakan dan perilaku mereka sendiri.) Itu dipersekutukan dengan sangat baik. Dalam pemahaman dan imajinasi manusia, mereka yakin bahwa setiap kali mereka memperlihatkan kerusakan dan pemberontakan, Tuhan seharusnya mendisiplinkan mereka, dan khususnya, ketika orang-orang jahat melakukan kejahatan, hukuman Tuhan seharusnya segera menimpa mereka, sehingga orang-orang jahat itu pasti dihukum. Namun dalam kehidupan nyata, mereka jarang melihat hukuman ini terjadi. Di satu sisi, ketika orang memperlihatkan berbagai jenis kerusakan dan pemberontakan, mereka tidak didisiplinkan atau dididik, dan di sisi lain, ketika orang jahat melakukan kejahatan, mereka tidak dihukum. Hal ini membuat orang memiliki gagasan tertentu tentang pekerjaan Tuhan di lubuk hatinya, dan ada orang-orang yang bahkan akan kehilangan iman mereka, serta mengukur pekerjaan Tuhan berdasarkan hal-hal lahiriah ini, dan menghakimi pekerjaan-Nya. Ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki, bukan? Ketika orang memperlihatkan kerusakan dan pemberontakan, haruskah Tuhan mendisiplinkan mereka, atau mendidik dan menghakimi mereka? (Tidak.) Ada orang-orang yang berkata, "Ketika Tuhan menyelamatkan manusia, Dia haruslah menyelamatkan mereka sepenuhnya. Apa tujuan pekerjaan Tuhan? Bukankah untuk menyucikan manusia? Jadi, ketika orang memperlihatkan kerusakan dan pemberontakan, Tuhan seharusnya mendisiplinkan dan menegur mereka—ini berarti bertanggung jawab terhadap mereka. Jika tidak, berarti Dia tidak memedulikan manusia dan tidak benar-benar mengasihi serta tidak berbelas kasihan terhadap mereka." Bukankah orang berpikir dengan cara seperti ini? (Ya.) Kebenaran apa yang seharusnya dipahami di sini? Apakah didisiplinkan, dididik, dan dihukum merupakan proses yang esensial bagi manusia untuk memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran? Apakah itu merupakan cara dan sarana yang Tuhan perlukan untuk menyelamatkan manusia dan mengubah mereka? Ada orang-orang yang tidak dapat memahaminya dan berpikir, "Jika Tuhan benar-benar ada dan Dia melakukan pekerjaan-Nya untuk menyelamatkan manusia, lalu mengapa Dia tidak mendisiplinkan orang-orang ketika mereka memperlihatkan kerusakan atau memberontak terhadap-Nya? Mengapa Tuhan tidak menghukum orang-orang jahat karena berbuat jahat?" Ketika Tuhan tidak mendisiplinkan manusia, atau ketika orang-orang jahat tidak dihukum karena berbuat jahat, bukankah itu akan menyebabkan beberapa orang mempertanyakan keberadaan Tuhan dan hasil dari pekerjaan-Nya? Jika seringnya orang didisiplinkan dan dihukum dapat membuat mereka mencari kebenaran atau mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran, maka pendisiplinan dan hukuman akan menjadi cara utama Tuhan dalam bekerja untuk menyelamatkan manusia, dan menjadi sarana yang diperlukan untuk melakukannya. Namun, mengingat tingkat kerusakan manusia saat ini, dapatkah natur Iblis mereka diubah dengan segera melalui pendisiplinan dan hukuman dari Tuhan? Mampukah orang benar-benar bertobat seketika itu juga? Mampukah mereka langsung masuk ke dalam kenyataan kebenaran? (Tidak.) Itu di luar kemampuan mereka. Oleh karena itu, dalam tahap pekerjaan Tuhan ini, pada saat yang sama Tuhan mengungkapkan kebenaran untuk membekali manusia dengan kehidupan, selain dari pekerjaan Roh Kudus untuk mencerahkan dan membimbing manusia, Dia tidak melakukan sesuatu yang supernatural, dan bahkan jarang melakukan hal-hal seperti mendidik, mendisiplinkan, atau menghukum manusia. Mendidik, mendisiplinkan, dan menghukum manusia bukanlah bagian utama dari pekerjaan Tuhan, tetapi Dia tetap melakukan hal-hal ini. Dengan kata lain, dalam kasus orang-orang khusus tertentu atau masalah-masalah khusus, atau di lingkungan khusus tertentu, demi mencapai hasil-hasil khusus tertentu atau karena alasan-alasan khusus tertentu, Tuhan akan melakukan pekerjaan mendisiplinkan, mendidik, atau menghukum orang-orang. Namun secara keseluruhan, dalam tahap pekerjaan-Nya ini, cara utama Dia bekerja adalah dengan berfirman dan mengungkapkan kebenaran untuk menyediakan apa yang orang butuhkan di jalan pengejaran mereka akan kebenaran, dan tujuan dari hal ini adalah untuk membuat mereka mampu memahami prinsip-prinsip kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Sekarang setelah Tuhan mengungkapkan banyak kebenaran, Dia jarang melakukan pekerjaan mendisiplinkan, mendidik, dan bahkan menghukum seperti yang Dia lakukan pada zaman dahulu. Jadi, orang haruslah lebih berfokus pada berbagai prinsip kebenaran yang harus mereka terapkan ketika menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari, bukannya berfokus pada apakah Tuhan sedang mendisiplinkan mereka, menghalangi mereka, atau membuat segala sesuatunya berjalan lancar bagi mereka dalam hal tertentu, dan cara-cara serta penerapan-penerapan lainnya. Karena Tuhan jarang menggunakan metode seperti mendisiplinkan, mendidik, dan menghukum, bukan berarti Dia tidak pernah menggunakannya, Dia hanya jarang menggunakannya. Apa yang Kumaksud dengan "jarang menggunakannya"? Terkadang, dalam beberapa keadaan khusus, Dia akan menggunakan metode mendisiplinkan, mendidik, atau menghukum untuk—dengan cara yang ringan atau representatif dan simbolis—melakukan beberapa pekerjaan yang membantu orang untuk memahami kebenaran dan melakukan penerapan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Dengan kata lain, Dia menggunakan cara-cara ini untuk membantu orang masuk ke dalam prinsip-prinsip kebenaran, tetapi hanya itu saja. Jadi, mengapa Tuhan tidak banyak menggunakan metode-metode ini dalam pekerjaan-Nya? Mengapa Dia tidak bekerja terutama dengan cara-cara ini? Di satu sisi, itu karena pada tahap pekerjaan-Nya ini, Dia telah memberi tahu dan membekali orang-orang dengan berbagai kebenaran yang seharusnya mereka pahami, dan mereka telah mendengar kebenaran-kebenaran ini, serta telah memiliki pemahaman dan pengetahuan tentangnya dalam lingkup pemahaman mereka. Ini adalah salah satu alasan. Alasan lainnya berkaitan dengan faktor-faktor subjektif manusia. Orang memiliki hati nurani manusia normal, dan di bawah pengaruh hati nurani ini, mereka akan mengukur apakah watak rusak yang mereka perlihatkan, atau tindakan, pemikiran, dan sudut pandang mereka sendiri positif ataukah negatif. Di dalam dirinya, orang setidaknya memiliki standar hati nurani yang berdasarkannya mereka mengukur semua ini. Jika engkau menggunakan hati nuranimu untuk mengukur hal tertentu dan engkau yakin bahwa hal itu positif, engkau boleh melakukannya, dan engkau tidak perlu menegur dirimu sendiri jika engkau sedikit lamban atau terlambat melakukannya. Jika engkau menggunakan hati nuranimu untuk mengukur hal itu dan engkau yakin bahwa hal itu negatif dan merupakan hal yang tidak boleh dilakukan, engkau harus menahan dirimu dan tidak mengatakan atau melakukannya. Namun, jika engkau tidak memiliki perasaan yang didorong oleh hati nurani dan nalarmu, itu berarti engkau bukan manusia. Jika engkau bahkan tidak memiliki hati nurani dan nalar, engkau tidak mungkin dapat mengukur apakah sesuatu itu benar atau salah, positif atau negatif, dan dengan demikian tidak ada artinya bagi Tuhan untuk mendisiplinkan dirimu dan menghukummu. Dengan kata lain, Tuhan tidak bekerja dalam diri mereka yang tidak tunduk pada pengaruh hati nurani, dan Dia tidak menyelamatkan orang-orang semacam itu. Apa sajakah yang termasuk "tidak menyelamatkan mereka"? Dia bahkan tidak ingin mendisiplinkan mereka; Dia tidak mendisiplinkan mereka ataupun menghukum mereka. Ada orang-orang yang bertanya, "Jika orang melakukan kejahatan, apakah Tuhan akan menghukum mereka?" Tuhan tidak akan langsung menghukum mereka, karena gereja memiliki ketetapan administratif. Jika mereka adalah orang jahat yang menyebabkan gangguan atau kekacauan, engkau cukup mengeluarkan atau mengusir mereka. Sekalipun mereka tidak memenuhi persyaratan untuk dikeluarkan atau diusir, mereka akan dikirim ke kelompok B. Jika orang memboroskan uang persembahan milik Tuhan, itu lebih serius, dan mereka harus mengganti apa pun yang seharusnya mereka ganti, dan setelah itu mereka harus ditangani dengan semestinya. Inilah prinsip pekerjaan Tuhan dan prinsip yang Dia gunakan untuk memperlakukan orang-orang. Sederhana, bukan? (Ya.) Apakah menurutmu Tuhan memilihmu berarti bahwa Dia pasti menyempurnakanmu, dan tidak akan berhenti sampai Dia berhasil? Itu hanya terjadi pada mereka yang memiliki hati nurani dan nalar, serta yang mengejar kebenaran—itu hanya terjadi pada mereka yang dapat diselamatkan. Adapun mereka yang bahkan tidak memiliki kesadaran hati nurani, mereka hanya perlu diperlakukan dan ditangani berdasarkan ketetapan administratif gereja—Tuhan tidak akan mendisiplinkan mereka. Apa gunanya mendisiplinkan mereka? Mendisiplinkan orang-orang yang tidak memiliki kemanusiaan yang normal dan hati nurani sama saja dengan berusaha memaksa ikan untuk hidup di darat, atau memaksa babi untuk terbang, itu sama seperti melemparkan mutiara ke hadapan babi dan melemparkan hal-hal kudus kepada yang orang-orang yang najis untuk dimakan—Tuhan tentu saja tidak melakukannya. Oleh karena itu, dalam hal ini, orang tidak boleh berpikir, "Aku dipilih oleh Tuhan, aku adalah salah satu dari domba Tuhan, dan sekalipun aku melakukan kesalahan dan melakukan kejahatan, Tuhan tidak akan meninggalkanku." Pernyataan ini tidak dapat diterima—sulit untuk mengatakan apakah engkau adalah seekor domba atau serigala. Bagaimana engkau mengukur apakah engkau adalah salah satu dari domba Tuhan atau bukan? Itu tergantung pada apakah engkau memiliki kesadaran akan hal itu dan apakah hati nuranimu merasa dicela dan ditegur setelah engkau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kemanusiaan dan hati nurani. Jika hati nuranimu merasa ditegur, engkau akan mengubah diri menjadi lebih baik, dan sekalipun engkau tidak memahami kebenaran, engkau akan dapat bertindak berdasarkan standar hati nurani. Setidaknya, engkau akan mampu bertindak berdasarkan kemanusiaan yang normal. Jika engkau memiliki perwujudan-perwujudan ini, itu berarti engkau adalah salah satu dari domba Tuhan. Jika, ketika engkau dihadapkan dengan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani kemanusiaan yang normal dan melanggar keadilan moral, engkau tidak memiliki rasa keadilan sedikit pun, dan engkau tidak merasa benci atau muak atas kejahatan yang telah kaulakukan, atau atas gangguan yang disebabkan oleh orang-orang jahat, dan hati nuranimu sama sekali tidak merasa ditegur, itu berarti engkau bukanlah salah satu dari domba Tuhan, engkau adalah serigala, engkau adalah binatang buas, dan engkau adalah setan. Inilah standar untuk mengukur apakah engkau adalah salah satu dari domba Tuhan ataukah serigala. Jika engkau bukan salah satu dari domba Tuhan, tetapi engkau masih selalu mengukur pekerjaan Tuhan dengan menggunakan ide, gagasan, dan imajinasi seperti, "Aku telah memperlihatkan kerusakan dan pemberontakan, tetapi Tuhan belum mendisiplinkanku; Tuhan seharusnya mendisiplinkanku," itu artinya engkau bodoh. Engkau sama sekali bukan salah satu dari domba Tuhan, dan Tuhan tidak bermaksud menyelamatkanmu, jadi apakah engkau memenuhi syarat untuk mengukur dan menilai pekerjaan Tuhan? Jika ini bukan kebodohan, lalu apakah ini? Engkau dapat mengukur hal ini, bukan? (Sekarang aku bisa.)

Apa standar untuk memiliki hati nurani? Bagaimana engkau mengukur apakah orang memiliki hati nurani atau tidak? (Itu tergantung pada apakah di dalam hatinya, mereka memiliki rasa keadilan saat melihat orang-orang jahat berbuat jahat atau saat melihat hal-hal yang merugikan kepentingan rumah Tuhan, dan tergantung pada apakah mereka mampu membenci hal-hal ini atau tidak. Jika di dalam hatinya, mereka sama sekali tidak memiliki kesadaran, itu berarti mereka tidak memiliki hati nurani. Selain itu, jika orang di dalam hatinya tidak memiliki kesadaran tentang kejahatan yang telah mereka lakukan, atau tentang hal-hal yang telah mereka lakukan yang jelas-jelas melanggar prinsip, orang-orang semacam itu juga tidak memiliki hati nurani.) Jika engkau tidak memiliki hati nurani, berarti engkau bukan manusia. Jika demikian, apakah Tuhan akan tetap menyelamatkanmu? Jika Tuhan tidak akan menyelamatkanmu, apakah Dia akan tetap mendisiplinkanmu? Mendisiplinkan dan mendidik adalah bagian minimal dari pekerjaan Tuhan. Ketika Aku berkata "minimal", yang Kumaksud adalah bahwa Tuhan tidak banyak menggunakan metode-metode ini, tetapi itu tetap merupakan bagian dari pekerjaan Tuhan. Jika engkau bahkan tidak memiliki hati nurani atau nalar, adakah gunanya bagi Tuhan untuk mendisiplinkanmu? Jika engkau tidak memiliki rasa keadilan, dan engkau tidak merasakan apa pun terhadap semua hal yang jahat, semua yang bertentangan dengan kebenaran, semua yang bertentangan dengan keadilan moral, bahkan terhadap hal yang bertentangan dengan hati nuranimu, jika engkau tidak membenci hal-hal semacam itu, dan jika engkau tidak mampu berpihak pada Tuhan untuk membela kepentingan rumah Tuhan, dan engkau tidak mampu bangkit dan mengatakan satu hal pun untuk membela pekerjaan gereja—tidak mampu melontarkan satu pernyataan pun yang jujur—berarti engkau bukan manusia. Engkau bukan manusia, tetapi engkau sangat berharap agar Tuhan mendisiplinkanmu. Engkau benar-benar sedang meninggikan dirimu sendiri dan tidak menganggap dirimu sebagai orang luar! Ada orang-orang yang berkata, "Jika orang bukanlah salah satu dari domba Tuhan melainkan seekor serigala, Tuhan tidak akan mendisiplinkan dirinya. Jadi, jika dia adalah salah satu dari domba Tuhan, apakah Tuhan akan mendisiplinkan dirinya?" Dalam keadaan khusus, Tuhan terkadang akan mendisiplinkanmu dan mengambil tanggung jawab ini demi dirimu. Sekalipun engkau mati rasa dan tidak memiliki kesadaran, Tuhan akan mengingatkanmu, mendisiplinkanmu, dan menegurmu. Pekerjaan Tuhan dilakukan sampai batas yang sepatutnya dan hanya itu. Mengapa Dia bekerja dengan cara seperti ini? Karena jika engkau memiliki hati nurani, maka ketika Tuhan menegurmu dengan cara seperti ini, hati nuranimu akan segera memiliki kesadaran, dan engkau akan menyalahkan dirimu sendiri dan merasa berutang kepada-Nya; engkau akan merasa menyesal, sedih, menderita, dan akan mampu berbalik dan pada akhirnya mencari prinsip-prinsip kebenaran serta melakukan penerapan berdasarkan kebenaran—inilah hasil yang Tuhan inginkan. Jika engkau memiliki hati nurani yang peka serta memahami banyak kebenaran, dan sekalipun Tuhan tidak mendisiplinkanmu, mendidikmu, atau mengingatkanmu, engkau tetap mampu menyadari masalahnya, dan hati nuranimu masih memiliki kesadaran serta merasa dicela dan ditegur, maka itu jauh lebih baik, dan pendisiplinan dari Tuhan tidak diperlukan. Sekalipun Tuhan tidak mendisiplinkanmu, hati nuranimu sangat peka dan merasa ditegur, dan engkau merasa menyesal, sedih, berutang kepada Tuhan, serta merasa bahwa engkau telah menyakiti hati-Nya, mengecewakan-Nya, dan tidak memuaskan-Nya, dan engkau mampu secara proaktif mencari prinsip-prinsip kebenaran dan bertindak berdasarkan tuntutan-Nya. Inilah efek dari hati nurani orang yang memiliki kemanusiaan yang normal, dan inilah juga efek yang seharusnya orang hasilkan. Oleh karena itu, apakah seseorang adalah salah satu dari domba Tuhan atau bukan, dan apakah mereka dapat diselamatkan atau tidak, itu tergantung pada apakah mereka memiliki kemanusiaan yang normal dan hati nurani. Ini sangat krusial dan penting. Jika engkau berkata bahwa engkau memahami banyak kebenaran, maka ketika engkau sendiri memberontak, atau ketika engkau menghadapi orang-orang jahat yang berbuat jahat, apakah kebenaran yang kaupahami itu ada pengaruhnya? Apakah kebenaran itu menghasilkan efek mengawasimu, mencerahkanmu, dan membuat hati nuranimu merasa ditegur dan menjalankan perannya? Jika engkau tidak memiliki kesadaran hati nurani, berarti engkau tidak memiliki hati nurani dan kemanusiaan yang normal, itu berarti yang kaupahami adalah doktrin dan bukan kebenaran. Jika engkau hanya memahami doktrin, engkau tidak akan mampu menerapkan kebenaran, dan engkau bukanlah salah seorang dari mereka yang akan diselamatkan. Engkau mengerti, bukan? (Ya.) Oleh karena itu, dalam pekerjaan Tuhan, untuk hal-hal yang berkaitan dengan beberapa cara paling mendasar yang Tuhan gunakan untuk bekerja, orang tidak boleh membatasinya berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka sendiri. Entah engkau pernah didisiplinkan, dididik, dan dihukum oleh Tuhan, atau tidak pernah didisiplinkan, dididik, atau dihukum, ini tidak menunjukkan seberapa banyak prinsip kebenaran yang telah kaupahami, juga tidak menunjukkan bahwa engkau adalah orang yang telah Tuhan pilih. Engkau mungkin saja telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan telah berulang kali didisiplinkan dan dididik, tetapi engkau tidak pernah bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran—jika demikian, ketika engkau tidak diselamatkan pada akhirnya, semua itu adalah salahmu sendiri dan itulah tepatnya yang pantas kauterima. Mungkin juga, engkau jarang didisiplinkan dan dihukum dalam kepercayaanmu kepada Tuhan, tetapi karena hati nuranimu, engkau sering merasa ditegur dan dicela, serta ketika engkau melakukan pelanggaran, engkau merasa menyesal dan berbalik, serta mampu mencari prinsip-prinsip kebenaran, menerapkan kebenaran, dan bertindak berdasarkan prinsip kebenaran—dalam hal ini, engkau adalah salah seorang dari mereka yang akan diselamatkan. Sudahkah engkau mengerti? (Ya.) Aku telah menyebutkan dua situasi. Apa sajakah itu secara spesifik? (Satu situasi adalah bahwa ada orang yang telah banyak didisiplinkan dan dihukum, tetapi pada akhirnya mereka tetap tidak mampu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan belum memperoleh kebenaran, jadi mereka tidak diselamatkan, dan semua ini adalah salah mereka sendiri. Situasi lainnya adalah bahwa ada orang-orang yang mampu menggunakan hati nurani mereka untuk mengekang diri tanpa perlu banyak didisiplinkan atau dididik oleh Tuhan, dan setiap kali mereka melanggar prinsip atau memperlihatkan pemberontakan, mereka merasa ditegur oleh hati nurani mereka, dan mampu secara proaktif mencari kebenaran dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan mereka setidaknya mampu melakukan beberapa hal positif, jadi mereka termasuk di antara orang-orang yang akan diselamatkan. Tuhan baru saja membahas kedua situasi ini.) Standar untuk menilai kedua jenis orang ini adalah apakah mereka mampu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran atau tidak. Ada orang-orang yang tidak mampu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran sebanyak apa pun doktrin yang mereka pahami atau sebanyak apa pun mereka telah didisiplinkan dan dihukum, itu berarti mereka bukanlah orang yang ditargetkan untuk diselamatkan. Sebaliknya, ada orang-orang yang jarang didisiplinkan dan dihukum oleh Tuhan atau jarang dididik dan ditegur oleh-Nya, tetapi mereka sering kali mampu merenungkan diri mereka sendiri, dan setiap kali mereka bertindak melanggar prinsip atau memperlihatkan pemberontakan, mereka mampu merasa bahwa hati nurani mereka menegur dan mencela mereka, dan setelah itu mereka merasa menyesal dan mampu secara proaktif bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Meskipun mereka jarang didisiplinkan atau dididik oleh Tuhan, jenis orang seperti ini adalah orang-orang yang ditargetkan untuk diselamatkan. Pendisiplinan dan hukuman yang Kumaksud di sini tidak ada kaitannya dengan penghakiman dan hajaran firman Tuhan, itu hanyalah apa yang orang-orang anggap sebagai pendisiplinan dan hukuman dalam gagasan dan imajinasi mereka sendiri. Dalam gagasan dan imajinasinya, orang yakin bahwa jika mereka sering didisiplinkan dan dihukum, ini berarti mereka memiliki kesaksian berdasarkan pengalaman, dan bahwa mereka adalah orang-orang yang rohani. Orang juga sering mengaitkan pendisiplinan dan hukuman dengan pekerjaan Roh Kudus, dan yakin bahwa itu ada kaitannya dengan aliran Roh Kudus. Ada orang-orang yang sering berkata, "Aku tidak melaksanakan tugasku dengan baik, dan aku kembali dipangkas. Sekarang ada sariawan di mulutku dan aku jatuh sakit—ini adalah pendisiplinan Tuhan." Banyak orang sering mempersekutukan pengalaman semacam ini, tetapi engkau harus melihat seperti apa perwujudan mereka setiap kali masalah menimpa mereka—lihat apakah mereka merasa ditegur oleh hati nurani mereka ketika melakukan sesuatu yang salah, dan apakah mereka mampu tetap teguh dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran serta membela kepentingan rumah Tuhan ketika mereka bertemu dengan orang-orang jahat yang berbuat jahat atau ketika mereka bertemu dengan hal-hal yang jahat. Jika tidak, itu berarti orang-orang ini tidak memiliki hati nurani dan mereka bukan manusia! Mereka mengucapkan perkataan yang terdengar muluk, dan berbicara dengan sangat sempurna tentang banyak kesaksian berdasarkan pengalaman yang mereka miliki—seolah-olah Tuhan telah menunjukkan kepada mereka begitu banyak kasih karunia, dan telah melakukan begitu banyak pekerjaan dalam diri mereka serta mengucapkan begitu banyak firman kepada mereka, dan ini tampaknya memberi kesan bahwa mereka telah memperoleh keselamatan. Namun, dalam kehidupan mereka sehari-hari, setiap kali mereka menghadapi masalah yang berkaitan dengan prinsip, mereka tidak pernah menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran, dan mereka selalu menarik diri seperti kura-kura yang bersembunyi di dalam tempurungnya dan menghindari masalah. Setiap kali mereka diminta untuk berbicara dan mengemukakan pandangan serta sudut pandangnya, mereka abstain, berpura-pura bodoh, dan tetap diam. Mereka sama sekali tidak menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran, mereka juga tidak menerapkan kebenaran. Orang-orang macam apa ini? Mereka adalah orang-orang munafik. Ketika mereka sedang menyirami dan membantu orang lain, mereka berbicara tentang teori-teori rohani dengan cara yang sangat sistematis dan logis, serta terus berbicara selama berjam-jam pada suatu waktu, membuat beberapa orang tersentuh hingga menangis, tetapi mereka tidak pernah menerapkan kebenaran dalam tindakan mereka sendiri—mereka adalah orang-orang Farisi. Sebanyak apa pun pengalaman rohani palsu dan doktrin rohani palsu yang mereka bicarakan, atau sebanyak apa pun perkataan kosong dan perkataan berlebihan yang mereka ucapkan, hati nurani mereka tidak menegur mereka; dan jika menyangkut masalah pokok apa pun tentang yang benar dan yang salah atau masalah prinsip, mereka tidak berpihak pada kebenaran atau tidak menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran, dan hati nurani mereka sama sekali tidak menegur mereka, tetapi sesudahnya mereka masih dapat dengan tidak tahu malu membanggakan bagaimana mereka membela kepentingan rumah Tuhan, dan mereka tetap dapat melontarkan banyak doktrin yang terdengar muluk—inilah yang dimaksud dengan bersikap munafik dan tidak memiliki kesadaran hati nurani. Mereka sangat sering gagal menerapkan kebenaran, sangat sering melanggar kebenaran, sangat sering menipu dan menyesatkan orang-orang, tetapi hati nurani mereka sama sekali tidak menegur mereka, dan mereka masih bisa dengan lancang memamerkan diri mereka sendiri—seperti inilah orang yang tidak memiliki kemanusiaan! Mereka berjalan dengan congkak dan menipu seperti ini di mana-mana, dan mereka bahkan tidak merasa malu; mereka tidak menerapkan kebenaran, tetapi mereka tetap membual bahwa mereka adalah orang-orang yang rohani, bahwa mereka adalah orang-orang yang telah diselamatkan dan disempurnakan oleh Tuhan, dan yang mengasihi Tuhan lebih dari siapa pun—seperti inilah orang yang tidak memiliki kesadaran hati nurani, dan mereka bukanlah orang-orang yang telah diselamatkan. Mungkinkah orang yang telah diselamatkan tidak memiliki kemanusiaan yang normal dan kesadaran hati nurani? Ada orang-orang tertentu yang merasa bahwa mereka tidak terlalu menyukai kebenaran, dan setiap kali mereka menghadapi masalah yang ada kaitannya dengan prinsip-prinsip kebenaran, atau masalah-masalah pokok tentang yang benar dan yang salah, mereka menjadi penyenang orang, berusaha mengatasinya dengan asal-asalan, dan tidak pernah mampu menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran, dan karenanya mereka merasa ditegur dalam hatinya, dan sering berdoa di hadirat Tuhan serta merasa berutang kepada-Nya. Meskipun mereka sering kali lemah dan tidak mampu menerobos penghalang ini, di dalam hatinya, mereka tahu bahwa mereka belum menjunjung tinggi kebenaran atau keadilan, dan bahwa mereka belum mampu teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan, dan bahwa mereka hanyalah para penyenang orang, sehingga mereka merasa terlalu malu untuk mengatakan bahwa mereka memiliki kesaksian. Ini karena mereka belum menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran dan tidak memiliki kesaksian pengalaman yang sejati, karena mereka miskin, buta, dan belum memenuhi tuntutan Tuhan; di dalam hatinya, mereka menyadari hal ini, dan hati nurani mereka sering kali merasa ditegur karenanya. Mereka merasa bahwa mereka berutang kepada Tuhan dan merasa sedih karenanya. Masih ada harapan dan peluang bagi orang-orang ini untuk memperoleh keselamatan. Sebaliknya, ada orang-orang yang di luarnya terlihat memahami kebenaran dengan sangat baik, dan mampu menyirami, membekali, serta menolong orang-orang, tetapi ketika mereka menghadapi masalah yang ada kaitannya dengan prinsip-prinsip kebenaran, atau masalah-masalah pokok tentang yang benar dan yang salah, mereka tidak pernah berpihak kepada Tuhan dan tidak pernah menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran, tetapi malah membual bahwa mereka adalah orang yang rohani, orang yang mengasihi Tuhan, dan orang yang setia kepada Tuhan. Orang-orang semacam ini berada dalam masalah besar. Mereka tidak berani menghadapi kenyataan, mereka tidak berani menyelesaikan masalah-masalah nyata, mereka tidak berani menyatakan pendirian mereka ketika menghadapi masalah-masalah besar, dan tidak berani menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran secara terbuka dan lugas, tetapi setelah kejadian itu, mereka tetap tanpa rasa malu menyombongkan diri bahwa mereka adalah orang yang rohani, mengatakan bahwa mereka adalah yang paling mengasihi Tuhan dan paling mampu memahami maksud-maksud Tuhan. Orang-orang semacam ini sama sekali tidak memiliki kesadaran hati nurani. Dapatkah orang yang tidak memiliki kesadaran hati nurani menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran? Beranikah mereka menyatakan pendirian mereka secara terbuka dan berpihak kepada Tuhan ketika menghadapi orang-orang jahat? Tidak mungkin; sangat sulit bagi orang-orang semacam itu untuk menerapkan kebenaran.

Jika orang memiliki hati nurani kemanusiaan yang normal, mereka akan mengatur pemikiran, perkataan, dan perbuatan mereka. Apa yang dimaksud dengan "mengatur"? Itu berarti ketika pemikiran dan perilakumu menyimpang dari standar kemanusiaan yang normal, hati nuranimu akan menilai bahwa berpikir dengan cara seperti itu adalah salah dan bahwa tidak baik melakukan hal itu, jadi engkau akan merasa malu dan merasa tidak nyaman serta tertegur. Setelah memiliki perasaan ini, engkau akan mengekang pemikiran dan perilakumu hingga taraf tertentu, dan taraf tertentu pengekangan ini akan mengatur perilakumu dan membuatmu mampu untuk tidak melakukan hal yang jelas-jelas melanggar prinsip-prinsip kebenaran, dan hal yang bertentangan dengan hati nurani dan keadilan moralmu. Namun, jika engkau tidak memiliki standar hati nurani, ketika engkau melakukan sesuatu, engkau tidak akan memiliki standar apa pun untuk mengatur dan mengendalikan pemikiran dan perilakumu, sehingga engkau akan menjadi liar, engkau akan melakukan apa pun yang terlintas di benakmu, apa pun yang kauinginkan, dan apa pun yang bermanfaat dan menguntungkan bagi dirimu sendiri. Dalam keadaan ini di mana engkau sama sekali tidak memiliki pengekangan terhadap dirimu sendiri, pemikiran dan perilakumu akan sangat diperkuat. Apa yang dimaksud dengan "sangat diperkuat"? Artinya, sama sekali tidak akan ada peraturan bagi pemikiran dan perilakumu. Ini akan sama seperti ketika orang tidak percaya menipu orang-orang—mereka tidak memiliki kesadaran hati nurani, dan jika mereka menipumu seribu dolar, mereka tidak akan merasa bersalah, dan jika mereka menipumu hingga keluargamu hancur, mereka juga tidak akan merasa bersalah, dan sekalipun engkau berlutut dan memohon kepada mereka, mereka tidak akan memperhatikanmu. Mereka benar-benar orang yang sangat jahat. Mengapa mereka mampu melakukan kejahatan seperti itu? Itu karena mereka tidak memiliki kesadaran hati nurani, atau hati nurani mereka tidak mengekang mereka, jadi mereka bisa menjadi sangat jahat dan menjadi orang-orang berdosa yang kejam. Oleh karena itu, penting untuk memiliki hati nurani kemanusiaan yang normal. Syarat pertama orang mampu menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran adalah mereka harus memiliki kesadaran hati nurani. Memiliki kesadaran hati nurani dan rasa malu adalah apa yang memungkinkan perilakumu diatur dan memberimu kesempatan untuk memulai jalan mencari dan menerapkan kebenaran. Jika engkau tidak memiliki kesadaran hati nurani untuk mengatur dirimu sendiri, tidak akan ada kesempatan bagimu untuk memulai jalan mengejar kebenaran. Oleh karena itu, hanya atas dasar memiliki kesadaran hati nurani, barulah orang dapat memiliki kesempatan untuk dituntun menuju jalan menerapkan kebenaran dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran—tetapi bahkan saat itu, mereka hanya memiliki kesempatan ini. Kukatakan bahwa mereka hanya memiliki kesempatan ini, karena sekalipun pemikiran dan perilaku seseorang diatur oleh kesadaran hati nurani, mereka mungkin tetap melanggar prinsip-prinsip kebenaran atau tidak bertindak berdasarkannya, mengambil jalan tengah, tidak menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran, tetapi juga tidak bekerja sama dengan orang-orang jahat. Dengan kata lain, di bawah pengaruh hati nurani, orang-orang yang cukup baik mampu menerapkan kebenaran dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran, sedangkan orang-orang yang kualitasnya sedikit lebih buruk setidaknya dapat menghindarkan diri mereka untuk tidak dikendalikan atau dipaksa oleh orang-orang jahat, dan menghindarkan diri untuk tidak mengikuti orang-orang itu dalam melakukan kejahatan—ini berarti hanya mencapai dasar yang berasal dari standar hati nurani. Meskipun engkau belum menerapkan kebenaran, engkau belum melakukan kejahatan. Orang seperti ini setidaknya masih dapat disebut sebagai orang yang memiliki hati nurani, dan meskipun dia belum menerapkan kebenaran, dia pasti tidak akan melakukan kejahatan. Inilah pengaruh hati nurani terhadap orang-orang. Bagi mereka yang mencintai kebenaran, salah satu pengaruh hati nurani yang paling bermanfaat adalah bahwa hati nurani memiliki kesempatan untuk mengatur perkataan dan perilaku mereka, serta dapat menuntun mereka ke jalan menerapkan kebenaran dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran. Oleh karena itu, hati nurani bagi manusia merupakan bagian yang sangat penting dari kemanusiaan mereka, dan merupakan sesuatu yang tanpanya orang tidak bisa hidup. Jadi, apa yang dimaksud dengan "hati nurani"? Kita akan membahasnya secara terperinci nanti jika ada kesempatan, tetapi mari kita membahasnya secara singkat hari ini. Hati nurani mengacu pada kebaikan hati dan rasa keadilan yang orang miliki, yang merupakan dua kualitas paling dasar. Jika engkau memiliki dua kualitas ini, engkau adalah orang yang memiliki hati nurani; jika engkau tidak memiliki salah satu dari dua kualitas ini, berarti engkau tidak memiliki hati nurani. Orang yang tidak memiliki hati nurani tidak memiliki kemanusiaan yang normal, dan tidak memiliki kemanusiaan yang normal berarti mereka tidak memiliki rasa keadilan dan tidak baik hati. Apa yang dimaksud dengan "tidak memiliki rasa keadilan"? Itu berarti bengkok dan jahat. Apa yang dimaksud dengan "tidak baik hati"? Itu berarti kejam, ganas, dan jahat. Orang yang memiliki watak ini adalah orang yang tidak memiliki kemanusiaan, dan akibatnya, mereka mampu melakukan segala jenis kejahatan, karena mereka tidak memiliki hati nurani kemanusiaan yang normal, atau tidak memiliki kedua esensi ini, yaitu rasa keadilan dan kebaikan hati yang terkandung dalam hati nurani kemanusiaan yang normal. Mereka tidak tahu malu, sangat bengkok, dan terutama ganas dan kejam, jadi mereka mampu melakukan segala jenis kejahatan. Dengan kata lain, sejahat dan sekejam apa pun hal-hal yang mereka lakukan, mereka tidak merasakan apa pun—mereka tidak merasa buruk, dan tidak merasa tertegur. Mengapa mereka mampu melakukan segala macam kejahatan? Itu karena mereka tidak baik hati dan tidak memiliki esensi kemanusiaan; kejahatan apa pun yang mereka lakukan, mereka menganggap itu dapat dibenarkan dan tidak merasa bahwa itu adalah kejahatan. Misalnya, jika engkau adalah orang yang memiliki kesadaran hati nurani, ketika engkau mengatakan sesuatu yang mencaci atau menyerang orang lain, engkau tidak akan sanggup menanggungnya. Engkau akan berpikir, "Aku telah mengatakan beberapa hal untuk mencacinya, dan itu sudah cukup. Mencaci orang membuat orang itu merasa sangat sedih! Aku juga akan sedih jika seseorang mencaciku seperti itu, jadi sekarang setelah aku mengatakan beberapa hal untuk mencaci orang itu guna meredakan kebencianku dan melampiaskan kemarahanku, aku akan diam." Jadi, engkau akan berhenti. Namun, orang-orang jahat tidak berpikir seperti itu. Mereka berpikir, "Mencacimu adalah hukuman yang ringan. Aku juga akan memukulimu, menghancurkan keluargamu, dan membuat anak-anakmu menderita! Kejahatan atau hal buruk apa pun yang kulakukan kepadamu, itu dapat dibenarkan. Asalkan kau mendapatkan balasan yang setimpal dan aku bisa meredakan kebencianku, aku bersedia melakukan apa pun!" Bahkan mereka bisa saja tidak mencacimu, tetapi langsung melakukan hal-hal jahat dan membalas dendam terhadapmu—seperti inilah berbuat jahat. Seperti inilah orang yang tidak memiliki kesadaran hati nurani—mereka mampu melakukan segala jenis kejahatan.

Dalam berbagai gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan, gagasan yang mereka sadari terutama adalah gagasan yang sering mereka bicarakan yang berkaitan dengan pendisiplinan, didikan, dan hukuman. Di satu sisi, kita telah bersekutu tentang gagasan dan imajinasi yang muncul di dalam diri orang dalam pekerjaan Tuhan; di sisi lain, orang juga harus tahu bahwa Tuhan bekerja dalam diri manusia dengan berbagai cara. Tergantung pada zaman yang berbeda di mana Dia bekerja, dan tergantung pada standar yang berbeda yang Dia tuntut dari manusia, dan tentu saja tergantung pada hasil yang berbeda yang ingin Dia capai dalam diri manusia melalui pekerjaan-Nya, serta juga tergantung pada target pekerjaan-Nya yang berbeda dan esensi natur manusia yang berbeda, Tuhan menggunakan berbagai metode dan bekerja dalam diri manusia dengan berbagai cara. Pendisiplinan, didikan, dan hukuman hanyalah sebagian kecil dari pekerjaan-Nya, dan itu bukanlah metode utama yang Dia gunakan dalam pekerjaan-Nya. Karena pada tahap ketiga pekerjaan-Nya Tuhan telah mengungkapkan banyak kebenaran untuk membekali manusia dan untuk mencapai hasil menyelamatkan mereka, jumlah pekerjaan pendisiplinan, didikan, dan bahkan hukuman yang Dia lakukan terhadap manusia sangatlah sedikit. Selain itu, tergantung pada target pekerjaan-Nya yang berbeda, Tuhan juga melakukan hal-hal ini berdasarkan prinsip-prinsip yang sesuai, dan tindakan-tindakan-Nya berbeda tergantung pada target dan berbagai keadaan yang berbeda. Dengan demikian, dibandingkan dengan pekerjaan lainnya, Dia jarang mendisiplinkan, mendidik, atau menghukum manusia. Oleh karena itu, orang tidak boleh lagi berpegang pada gagasan dan imajinasi mereka sebelumnya tentang pekerjaan Tuhan, dan karena Tuhan telah mengungkapkan banyak firman dan banyak kebenaran, mereka tidak seharusnya terus bergantung pada pendisiplinan, didikan, atau hukuman Tuhan terhadap mereka, bersikap pasif dengan membiarkan-Nya mendorong mereka untuk menerapkan kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran—orang tidak seharusnya memiliki ide semacam ini. Ide yang benar yang seharusnya orang miliki adalah bahwa mereka tidak boleh secara pasif bergantung pada pendisiplinan, didikan, atau hukuman Tuhan untuk membuat mereka memahami maksud-Nya atau datang ke hadirat-Nya, dan bahwa mereka justru harus lebih positif dan proaktif untuk datang ke hadirat Tuhan untuk mencari maksud-maksud-Nya dan prinsip-prinsip kebenaran. Setiap saat, firman Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran adalah arahan bagimu untuk melangkah maju, dan itu adalah prinsip dan jalan seharusnya paling kaujunjung tinggi dan terapkan dalam kehidupanmu sehari-hari atau di jalan kehidupanmu, sedangkan pendisiplinan, didikan, atau hukuman Tuhan hanyalah cara kerja yang Dia perlihatkan dalam situasi khusus tertentu dan dalam keadaan di mana Dia menganggapnya perlu. Bagi orang-orang, mereka seharusnya tidak secara pasif menunggu atau secara pasif meminta agar hal ini terjadi, dengan berpikir, "Tuhan seharusnya mendisiplinkan, mendidik, dan menghukumku sehingga aku dapat mulai mencintai kebenaran dan mampu masuk ke dalam prinsip-prinsip kebenaran." Ini adalah ide yang keliru, dan orang tidak boleh memiliki ide semacam ini. Ada orang-orang yang mendengar bahwa orang yang tidak memiliki hati nurani adalah binatang buas dan tidak dapat diselamatkan, jadi mereka menjadi cemas dan berpikir, "Jika aku tidak dapat diselamatkan, itu akan sangat menyusahkan. Karena aku tidak memiliki kesadaran hati nurani kemanusiaan yang normal, aku lebih suka Tuhan mendisiplinkan dan menghukumku sebagai pengganti hati nurani kemanusiaan yang normal." Apakah ini ide yang bagus? Sebagai makhluk ciptaan, dan sebagai salah seorang dari umat manusia yang rusak, jika engkau benar-benar menganggap bahwa engkau tidak memiliki kemanusiaan yang normal dan tidak memiliki hati nurani kemanusiaan yang normal, jika engkau secara mendalam merasa menderita karena tidak memilikinya, dan engkau berharap agar pendisiplinan, didikan, dan hukuman Tuhan tidak akan meninggalkanmu, dan bahwa itu akan memungkinkanmu untuk berubah dan pada akhirnya bertahan hidup—jika engkau benar-benar memiliki jenis tekad seperti ini, mungkin ini adalah hal yang baik, dan ini adalah secercah harapan untuk kelangsungan hidupmu. Namun, jika engkau tidak memiliki jenis tekad seperti itu, maka Aku berkata kepadamu: Engkau berada dalam bahaya besar jika engkau tidak memiliki kesadaran hati nurani kemanusiaan yang normal. Sekalipun engkau terkadang menerima pendisiplinan, didikan, dan hukuman Tuhan, itu adalah sesuatu yang telah Dia anugerahkan kepadamu. Tuhan melakukan hal-hal ini dan menggunakan metode-metode ini untuk mengingatkan dan memperingatkanmu, agar engkau lebih sedikit berbuat jahat dan hukuman yang kauterima menjadi lebih ringan. Tuhan telah cukup menyelamatkan harga dirimu; engkau seharusnya bersyukur kepada Tuhan karena Dia membuat pengecualian dengan menunjukkan kasih karunia ini kepadamu, alih-alih tidak mengetahui apa yang baik untukmu. Dalam situasi normal, Tuhan tidak akan melakukan pekerjaan apa pun atau menggunakan cara apa pun untuk bekerja dalam diri seseorang yang tidak memiliki hati nurani dan nalar kemanusiaan. Jika engkau telah menerima pendisiplinan, didikan, atau hukuman dari Tuhan, yang mana pun itu, entah itu ringan atau agak lebih berat, engkau seharusnya bersyukur kepada Tuhan untuk semua itu. Bahasa sehari-harinya, ini berarti Tuhan setidaknya masih menghargai dan meninggikanmu. Tuhan sama sekali tidak memandangmu dengan sikap bermusuhan atau mengutukmu, jadi engkau harus menerima bahwa hal itu adalah dari Tuhan. Jika engkau benar-benar mendapat kesempatan untuk menerima pendisiplinan, didikan, atau hukuman Tuhan selain perbekalan kebenaran, itu membuktikan bahwa Tuhan masih memperlakukanmu sebagai makhluk ciptaan dan salah seorang dari umat manusia yang rusak. Engkau seharusnya bersyukur kepada Tuhan, memahami hal ini dengan benar, dan tunduk pada pendisiplinan, didikan, atau hukuman Tuhan. Engkau seharusnya tidak memendam sikap bermusuhan terhadap Tuhan karena hal itu, dan engkau juga tidak boleh menjadi makin memberontak terhadap Tuhan karena hal itu. Apa pun jenis pendisiplinan yang telah kauterima, atau seberat apa pun hukuman yang telah kauterima, engkau harus tunduk kepada Tuhan dan segera bersyukur kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya karena telah mengingatkan dan memperingatkanmu, karena telah memberimu kesempatan ini, dan karena telah membiarkanmu memiliki kesempatan untuk menerima bahwa semua ini adalah dari Tuhan. Ini juga membuktikan bahwa engkau masih memiliki hubungan dengan Tuhan dan bahwa ikatan ini belum sepenuhnya terputus. Dalam pekerjaan Tuhan mengelola umat manusia, dan dalam proses Dia menyelamatkan manusia, Tuhan masih memilikimu di dalam hati-Nya; setidaknya, Tuhan masih melihatmu—ketika Dia melihat pemberontakan dan kerusakanmu, Dia masih bersedia untuk mendisiplinkanmu, mendidikmu, dan menghukummu. Ini membuktikan bahwa Dia belum sepenuhnya menyerah terhadapmu; bagimu, ini adalah keberuntungan, dan ini juga adalah kabar baik. Oleh karena itu, meskipun engkau mengalami sedikit pendisiplinan atau didikan yang menyakitkan, engkau harus segera datang ke hadirat Tuhan. Tujuan datang ke hadirat Tuhan bukanlah agar engkau bersujud di hadapan-Nya, juga bukan untuk membuatmu merasa bahwa Tuhan itu menakutkan atau mengerikan. Sebaliknya, engkau seharusnya memahami apa yang harus kaulakukan agar dapat menyenangkan Tuhan, apa yang harus kaulakukan agar Tuhan tidak lagi marah kepadamu, dan apa yang harus kaulakukan agar kemarahan-Nya sirna. Setidaknya, engkau harus berupaya sebaik mungkin, dalam lingkup yang dapat kaucapai dengan kualitasmu, untuk menerapkan prinsip-prinsip kebenaran yang telah Tuhan katakan kepadamu, dan engkau tidak boleh lagi membuat Tuhan marah kepadamu. Jika Tuhan berulang kali marah kepadamu, dan engkau terus bersikap sangat mati rasa, tetap tegar tengkuk dan dengan keras kepala memandang Tuhan dengan sikap bermusuhan dan melawan-Nya sampai akhir, maka yang akhirnya akan kauhadapi adalah bahwa Tuhan akan menyerah terhadapmu. Saat ketika Tuhan tidak lagi mendisiplinkan, mendidik, atau menghukummu, adalah saat ketika Tuhan telah menyerah terhadapmu. Begitu Tuhan menyerah terhadapmu, Dia akan berhenti mengingatkanmu, dan Dia akan menyingkirkanmu dari pandangan-Nya, memindahkanmu ke tempat di luar gereja, ke tempat yang jauh dari pusat pekerjaan-Nya; setidaknya, Dia akan membuatnya sedemikian rupa sehingga Dia tidak dapat melihatmu selama periode pekerjaan-Nya—Tuhan tidak mau lagi melihatmu. Jika engkau melakukan kejahatan sampai sejauh ini dan mencapai titik ini, maka tidak ada harapan bagimu untuk diselamatkan. Sudahkah engkau mengerti? (Ya.)

Persekutuan hari ini berkaitan dengan topik perlunya orang melepaskan penghalang antara dirinya sendiri dan Tuhan serta sikap bermusuhan terhadap Tuhan. Baik itu menyingkapkan gagasan dan imajinasi orang tentang Tuhan, maupun menyingkapkan sikap mereka terhadap Tuhan, atau bersekutu tentang bagaimana dan dengan cara apa Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dalam diri manusia, bagaimanapun juga, semua ini pada akhirnya memberi tahu orang-orang bahwa: sudut pandang yang benar yang paling harus mereka miliki terhadap pekerjaan Tuhan adalah menerima dan tunduk pada penghakiman dan didikan Tuhan, serta menerima firman Tuhan dan setiap prinsip-prinsip kebenaran yang Dia berikan kepada mereka, dan bukannya menyimpang dari Tuhan. Setiap kali melakukan apa pun, mereka harus mencari prinsip-prinsip kebenaran dan bertindak berdasarkan prinsip tersebut, serta berusaha untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, bukannya berusaha untuk memperlihatkan perilaku lahiriah, atau berusaha agar di luarnya mereka terlihat menderita kesukaran dan membayar harga, serta tentu saja bukan terjebak dalam gagasan dan imajinasi mereka serta membesar-besarkannya. Kesimpulannya, apa pun gagasan dan imajinasimu tentang Tuhan, hasil yang ingin dicapai oleh pekerjaan Tuhan adalah membuat firman-Nya dan kebenaran bekerja dalam diri orang-orang, serta memungkinkan mereka untuk memiliki prinsip-prinsip kebenaran untuk dipatuhi dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran ini dalam segala sesuatu yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan di jalan kelangsungan hidup mereka—inilah hasil yang diharapkan dari pekerjaan Tuhan. Hasil akhir yang dicapai oleh pekerjaan Tuhan adalah bahwa kebenaran menjadi kenyataan dan hidup manusia, dan Dia tidak mencapai semua ini berdasarkan gagasan dan imajinasi manusia. Engkau mengerti hal ini, bukan? Kita kurang lebih telah cukup mempersekutukan topik-topik ini, bukan? (Ya.) Mari kita akhiri persekutuan kita untuk hari ini. Sampai jumpa!

8 Juli 2023

Selanjutnya:  Cara Mengejar Kebenaran (2)

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Connect with us on Messenger