Cara Mengejar Kebenaran (2)
Selama beberapa waktu ini, kita telah membahas poin utama yang pertama dalam menerapkan cara mengejar kebenaran yaitu "melepaskan". Sebelumnya kita telah mempersekutukan poin ketiga tentang "melepaskan"—perlunya orang melepaskan penghalang di antara dirinya dan Tuhan serta permusuhannya terhadap Tuhan—yang merupakan pembahasan yang baru. Pembahasan ini tidak hanya terdiri dari satu aspek, tetapi terdiri dari banyak poin dan banyak isi. Berbagai pembahasan ini adalah apa yang orang alami dalam proses pekerjaan Tuhan, dan semua ini berkaitan langsung dengan kehidupan dan pengejaran orang, jadi aspek pertama yang benar-benar harus kita persekutukan adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang Tuhan. Ini adalah topik yang tidak dapat orang hindari selama proses menempuh jalan kepercayaan kepada Tuhan. Sebelumnya Aku telah mempersekutukan sebagian dari pembahasan ini. Silakan seseorang mengatakan apa saja yang telah Kupersekutukan secara spesifik. (Sebelumnya, Tuhan telah bersekutu tentang perlunya orang melepaskan penghalang di antara dirinya dan Tuhan serta permusuhannya terhadap Tuhan. Tuhan pertama-tama menyingkapkan gagasan dan imajinasi yang kami miliki tentang pekerjaan Tuhan. Misalnya, kami memiliki gagasan dan imajinasi tentang hari Tuhan, dan kami juga yakin bahwa pekerjaan Tuhan itu sangat supernatural dan selama Roh Kudus bekerja dan menggerakkan orang-orang, mereka akan mampu menyelesaikan masalah apa pun dan watak rusak mereka akan diubahkan. Saat menyingkapkan gagasan dan imajinasi ini, Tuhan memberi tahu kami bahwa hasil yang ingin Dia capai dalam pekerjaan-Nya adalah agar firman-Nya bekerja dalam diri kami, sehingga ketika sesuatu menimpa kami dalam kehidupan sehari-hari, kami mampu bertindak berdasarkan firman Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran—ini adalah tuntutan Tuhan terhadap masing-masing dari kami.) Ada lagi yang mau menambahkan? (Sebelumnya Tuhan juga telah mempersekutukan fakta bahwa orang-orang yakin bahwa Tuhan menghakimi mereka berdasarkan perwujudan mereka yang sementara waktu, dan mereka juga mengira bahwa dengan mematuhi peraturan lahiriah dan terlihat berperilaku baik, mereka sedang memuaskan Tuhan dan dapat memperoleh keselamatan—semua ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki. Selain itu, ketika orang sedang lemah atau memperlihatkan pemberontakan dan kerusakan, mereka yakin bahwa Tuhan akan mendisiplinkan dan menghukum mereka—ini juga adalah semacam gagasan dan imajinasi. Dari penyingkapan Tuhan tentang gagasan dan imajinasi yang orang miliki ini, kami sudah mengerti bahwa yang Tuhan inginkan bukanlah berperilaku baik yang terlihat di luarnya, dan Dia juga tidak ingin kami mematuhi penerapan dan peraturan lahiriah tertentu. Sebaliknya, Dia berharap bahwa ketika sesuatu menimpa kami, kami mampu mencari prinsip-prinsip kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran.) Semua orang memiliki gagasan dan imajinasi ini pada taraf berbeda, bukan? (Ya.) Sebelum orang mulai mengejar kebenaran, atau ketika mereka tidak memahami kebenaran dan belum memperoleh kebenaran, mereka cenderung menggunakan gagasan dan imajinasi seperti ini untuk membuat dugaan tentang cara Tuhan bekerja atau mengambil kesimpulan tentang bagaimana Tuhan akan bekerja. Pada saat yang sama, mereka juga cenderung menggunakan dugaan-dugaan ini untuk mendefinisikan diri mereka sendiri, menentukan kesudahan mereka sendiri, dan apakah mereka akan diberkati atau mengalami kemalangan di masa depan. Oleh karena itu, selama proses orang mengejar kebenaran, sebagian besar dari gagasan dan imajinasi ini sering kali menjadi hambatan bagi orang untuk menerima pekerjaan Tuhan, mengejar kebenaran, dan memperoleh kebenaran. Dengan kata lain, jika orang tidak mampu melepaskan gagasan dan imajinasi ini, dan selalu menganggapnya sebagai motivasi mereka dan penyebab utama mereka percaya kepada Tuhan dan mengikuti-Nya, maka gagasan dan imajinasi ini akan sangat menghalangi mereka dalam mengejar dan memperoleh kebenaran. Pada akhirnya mereka hanya dapat menggunakan gagasan dan imajinasi yang mereka miliki ini untuk menentukan nilai, identitas, dan status mereka sendiri di hadapan Tuhan, menentukan perlakuan seperti apa yang akan dapat mereka terima di rumah Tuhan, apa tempat tujuan mereka nantinya, berkat apa yang akan mereka peroleh di kemudian hari, seberapa besar otoritas yang akan mereka miliki, atas berapa kota mereka akan memerintah, dan apakah mereka akan menjadi sokoguru atau andalan di surga, atau seberapa banyak yang dapat mereka peroleh dalam hidup ini dan seberapa banyak yang dapat mereka peroleh di dunia yang akan datang. Karena gagasan dan imajinasi ini berkaitan dengan kehidupan dan pengejaran orang, hal-hal ini memengaruhi jalan yang orang tempuh dan tentu saja, juga memengaruhi kesudahan akhir dan tempat tujuan mereka. Orang-orang hidup dan mengejar di tengah gagasan dan imajinasi yang mereka miliki, sehingga mereka tentu saja memandang segala sesuatu, menilai, dan menentukan segala sesuatu, berdasarkan gagasan dan imajinasi tersebut. Jadi, dengan cara apa pun Tuhan membekali orang dengan kebenaran dan memberi tahu mereka pandangan apa yang seharusnya mereka pegang dan jalan apa yang seharusnya mereka tempuh, selama orang tidak melepaskan gagasan dan imajinasi yang mereka miliki, mereka akan terus hidup berdasarkannya, dan gagasan serta imajinasi ini akan dengan sendirinya menjadi hidup yang orang miliki dan hukum yang mereka gunakan untuk bertahan hidup, dan itu tentu saja akan menjadi cara dan metode yang orang gunakan dalam menghadapi berbagai macam peristiwa dan hal-hal. Setelah gagasan dan imajinasi yang orang miliki menjadi prinsip dan standar yang mereka gunakan dalam memandang orang dan hal-hal, dalam berperilaku dan bertindak, maka dengan cara apa pun mereka percaya kepada Tuhan, atau dengan cara apa pun mereka mengejar, dan sebanyak apa pun kesukaran yang mereka derita atau sebesar apa pun harga yang mereka bayar, semuanya itu akan sia-sia. Selama orang hidup berdasarkan gagasan dan imajinasi yang mereka miliki, orang ini sedang menentang Tuhan dan memusuhi-Nya; mereka tidak benar-benar tunduk pada lingkungan yang Tuhan atur atau pada tuntutan-Nya. Pada akhirnya, kesudahan mereka akan menjadi kesudahan yang sangat tragis. Jika engkau telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, dan telah mengorbankan dirimu untuk-Nya, sibuk ke sana kemari dan membayar harga yang besar, tetapi titik awal dan sumber dari semua yang kaulakukan adalah gagasan dan imajinasimu sendiri, itu berarti engkau tidak benar-benar menerima dan tunduk kepada Tuhan. Entah gagasan dan imajinasi ini berasal dari buku-buku, dari masyarakat, atau dari keinginan dan minat pribadimu, singkatnya, selama itu adalah gagasan dan imajinasi, itu bukanlah kebenaran; dan selama itu bukan kebenaran, itu adalah musuh kebenaran, batu sandungan bagi orang untuk menerima kebenaran, musuh Tuhan dan kebenaran. Oleh karena itu, selama engkau hidup berdasarkan gagasan dan imajinasimu, engkau akan mengukur dan memandang segala sesuatu berdasarkan gagasan dan imajinasi tersebut, dan karena gagasan dan imajinasimu itu, engkau pada akhirnya pasti akan memberontak terhadap lingkungan yang Tuhan atur untukmu, dan memberontak terhadap bimbingan atau kedaulatan Tuhan atas dirimu. Singkatnya, tidak ada penerimaan dan ketundukan yang sejati di sini. Mengapa demikian? Karena sebanyak apa pun kesukaran yang kauderita atau sebesar apa pun harga yang kaubayar, selama engkau hidup berdasarkan gagasan dan imajinasimu, kesukaran yang kauderita dan harga yang kaubayar itu tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan tidak ada kaitannya dengan kebenaran; dapat dikatakan bahwa kesukaran yang kauderita dan harga yang kaubayar didasarkan pada gagasan dan imajinasi manusia, dan pada preferensimu, bertujuan untuk memuaskan keinginan dagingmu dan memenuhi tujuan tertentu yang kaumiliki. Itu sama seperti yang diwujudkan oleh Paulus: Dia melakukan banyak pekerjaan dan sangat sibuk, memberitakan Injil ke sebagian besar negara-negara di Eropa, tetapi sebanyak apa pun kesukaran yang telah dia derita dan sebesar apa pun harga yang telah dia bayar, atau sebanyak apa pun dia menyibukkan dirinya, dia tidak pernah memiliki pemikiran dan pandangan yang sesuai dengan kebenaran, dia tidak pernah menerima kebenaran, tidak pernah memiliki sikap dan pengalaman tunduk kepada Tuhan yang nyata—dia selalu hidup dalam gagasan dan imajinasinya sendiri. Apa gagasan dan imajinasinya yang spesifik? Yaitu bahwa setelah menyelesaikan perlombaan dan melakukan pertandingan yang baik, akan ada mahkota kebenaran yang tersedia baginya—seperti inilah gagasan dan imajinasi Paulus. Apa dasar teoretis yang spesifik dari gagasan dan imajinasinya? Bahwa Tuhan akan menentukan kesudahan orang berdasarkan seberapa banyak mereka telah menyibukkan dirinya, seberapa besar harga yang telah mereka bayar, dan seberapa banyak kesukaran yang telah mereka derita. Atas dasar teoretis dari gagasan dan imajinasinya inilah Paulus tanpa sadar memulai jalan antikristus. Akibatnya, hingga akhir hidupnya pun, dia sama sekali tidak memiliki pemahaman tentang perilaku dan perwujudannya yang menentang Tuhan atau esensi penentangannya terhadap Tuhan, apalagi tentang pertobatan. Dia tetap berpegang pada gagasan dan imajinasinya yang semula saat percaya kepada Tuhan, dan dia bukan saja tidak memiliki sedikit pun ketundukan yang sejati kepada Tuhan, melainkan dia juga yakin bahwa dia jauh lebih berhak untuk menerima kesudahan dan tempat tujuan yang baik dari Tuhan sebagai upah. "Sebagai upah" adalah pernyataan yang enak didengar dan beradab, tetapi sebenarnya itu bukan sekadar meminta upah, atau bahkan bertransaksi—dia sedang meminta hal-hal ini secara langsung kepada Tuhan, benar-benar menuntut hal-hal ini dari Tuhan. Bagaimana cara dia menuntut hal-hal ini dari Tuhan? Seperti yang dia katakan, "Aku sudah menyelesaikan perlombaanku, aku sudah melakukan pertandingan yang baik—mahkota kemuliaan sekarang menjadi milikku. Inilah yang layak kuterima dan yang seharusnya tuhan berikan kepadaku." Jalan yang Paulus tempuh adalah jalan penentangan terhadap Tuhan, yang membawanya pada kehancuran, dan kesudahan akhir yang menimpanya adalah hukuman. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari gagasan dan imajinasi yang dimilikinya tentang Tuhan. Dia selalu memegang teguh gagasan dan imajinasinya sendiri; dia mengesampingkan dan mengabaikan apa yang Tuhan firmankan, kebenaran—jalan hidup—yang Tuhan berikan kepada manusia, bahkan memiliki sikap yang meremehkan dan menghina, dan bahkan tidak mengakui atau menerima kenyataan bahwa Yesus Kristus adalah inkarnasi Tuhan. Hingga akhir hidupnya pun, dia tetap berpaut pada gagasan dan imajinasinya seperti sebelumnya, serta terus menempatkan dirinya melawan Tuhan, dan akhirnya kesudahan yang pasti diperolehnya adalah kehancuran. Oleh karena itu, selama proses percaya kepada Tuhan, jika orang mampu melepaskan semua dari berbagai emosi negatif mereka, mampu melepaskan beberapa hal dalam kehidupan nyata yang menghalangi mereka untuk mengejar kebenaran, tetapi tidak mampu melepaskan penghalang di antara diri mereka dan Tuhan atau permusuhan mereka terhadap Tuhan, ini akan menjadi hal yang sangat disesalkan dan tragis, dan pada akhirnya, orang akan menuai kesudahan yang sama yaitu dihukum seperti yang Paulus alami. Itu sudah pasti. Oleh karena itu, dalam penerapan "melepaskan", poin tentang "perlunya orang melepaskan penghalang di antara dirinya dan Tuhan serta permusuhannya terhadap Tuhan" adalah poin yang paling krusial dan penting serta tidak boleh diabaikan. Hal berikut ini yang harus sering kauperiksa: Dalam hubunganmu dengan Tuhan dan selama proses mengalami pekerjaan Tuhan, gagasan dan imajinasi apa saja yang masih kaumiliki yang tidak sesuai dengan kebenaran, dengan keinginan Tuhan, atau tuntutan Tuhan dan hal apa yang menjadi penghalang antara dirimu dan Tuhan. Engkau harus memeriksa hal-hal ini, membandingkannya dengan firman Tuhan, dan kemudian melepaskannya. Tujuan dari melepaskan bukanlah untuk menjalani suatu proses, tetapi untuk menerima kebenaran, untuk menerima prinsip-prinsip kebenaran yang telah Tuhan sampaikan kepada manusia dalam hal ini, dan menggunakan prinsip-prinsip kebenaran ini untuk menggantikan gagasan dan imajinasimu, serta mengubah perspektif di balik pengejaranmu dan arah pengejaranmu, sehingga engkau dapat menjadi sesuai dengan Tuhan dalam hidupmu dan selama proses mengikuti Tuhan, bukannya menjadi sesuai dengan gagasan dan imajinasimu. Pekerjaan Tuhan adalah untuk meluruskan gagasan dan imajinasi yang orang miliki, dan Dia membekali orang dengan kebenaran adalah juga untuk meluruskan gagasan dan imajinasi mereka. Dengan meluruskan gagasan dan imajinasi mereka, Tuhan membuat manusia mampu memiliki pemikiran, pandangan, sudut pandang, dan perspektif yang benar dalam menghadapi setiap lingkungan yang Dia atur, dan dalam menghadapi setiap masalah yang mereka hadapi dalam hidup. Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dan membekali manusia dengan kebenaran melalui firman-Nya bukan untuk memenuhi gagasan dan imajinasi mereka, melainkan untuk melawan gagasan dan imajinasi mereka, agar pada akhirnya mereka mampu untuk melepaskan gagasan dan imajinasi tersebut dan memperoleh pengenalan akan Tuhan.
Sebelumnya kita telah mempersekutukan beberapa gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan. Selain gagasan dan imajinasi ini, orang juga memiliki beberapa gagasan dan imajinasi lain tentang pekerjaan Tuhan yang harus mereka lepaskan selama proses mengejar kebenaran. Misalnya, orang yakin bahwa, setelah menerima pekerjaan Tuhan, jika mereka mampu mengejar kebenaran, mereka akan sepenuhnya diperbarui, dan setelah mereka memiliki firman Tuhan sebagai hidup mereka, mereka akan memiliki hidup yang sama sekali baru, dan akan terlahir kembali menjadi pribadi yang baru. Mereka yakin bahwa itu berarti kualitas mereka telah meningkat dan naluri mereka juga telah berubah hingga taraf tertentu, sehingga berbagai hal yang tak terduga akan sering mereka alami. Dengan kata lain, mereka bukan hanya akan mampu melakukan hal-hal yang berada di luar jangkauan kualitas dan naluri mereka sendiri, tetapi mereka juga akan mampu melakukannya dengan sangat mudah dan lancar. Selain itu, selama proses percaya kepada Tuhan, ada orang-orang yang bahkan sering merasa bahwa sejak mereka mulai mengejar kebenaran, kepribadian dan temperamen mereka membaik, mata mereka menjadi lebih terang dan pendengaran mereka menjadi lebih baik dibanding sebelumnya. Dari waktu ke waktu, mereka becermin dan merasa bahwa mereka makin terlihat seperti malaikat; mereka merasa makin cantik dan jauh lebih bersemangat daripada sebelumnya. Ada orang-orang yang bahkan merasa bahwa beberapa kebiasaan hidup mereka telah berubah dan pola hidup mereka telah menjadi berbeda—dahulu, jika mereka tidur terlalu larut, mereka akan menguap terus-menerus, tetapi sejak mereka mulai mengejar kebenaran, reaksi-reaksi ini telah menghilang, dan mereka merasa bahwa ini sangat ajaib. Dalam gagasan dan imajinasinya, orang yakin bahwa begitu mereka mulai mengejar kebenaran, Tuhan akan melakukan pekerjaan tertentu di dalam diri mereka sehingga mereka mengalami perubahan yang tak terduga. Ini mencakup peningkatan kualitas mereka dalam semalam—mereka akan berubah dari orang yang berkualitas rata-rata atau berkualitas sangat buruk menjadi orang yang sangat tajam, cakap, dan berpengalaman, menjadi orang yang berkualitas dan berhikmat, serta ranah pemikiran mereka juga akan meningkat. Ketika orang pertama kali mulai percaya kepada Tuhan dan memutuskan untuk mengejar kebenaran, mereka memiliki imajinasi yang sangat berlebihan dan tidak realistis tentang mengejar kebenaran. Singkatnya, tak satu pun dari imajinasi mereka benar-benar sesuai dengan kenyataan. Orang yakin bahwa selama mereka mengejar kebenaran, banyak aspek tentang diri mereka akan meningkat dan melejit, bahwa di beberapa bidang mereka bahkan akan melampaui orang biasa. Oleh karena itu, ada orang-orang yang menjuluki diri mereka Lyu Chao, Ma Chao, dan ada juga yang menjuluki diri mereka Niu Chao. Masing-masing dari julukan ini berarti melampaui keledai, kuda, dan sapi jantan—yang berarti mampu berlari lebih cepat daripada kuda dan memiliki kekuatan yang lebih besar daripada keledai atau sapi jantan. Keledai umumnya sangat kuat dalam menarik sesuatu, kuda memiliki kaki yang sangat kuat, dan sapi jantan memiliki daya tahan yang sangat besar, sehingga orang-orang ini menjuluki diri mereka Lyu Chao, Ma Chao, dan Niu Chao. Engkau dapat melihat bahwa mereka memberi pertimbangan khusus pada julukan yang mereka pilih. Dari julukan yang orang pilih untuk diri mereka sendiri, dapat dilihat bahwa orang memiliki pemahaman mereka sendiri tentang pekerjaan Tuhan; sayangnya, pemahaman ini tidak sesuai dengan kebenaran dan tidak positif—ini adalah gagasan dan imajinasi manusia. Entah gagasan dan imajinasi ini menyimpang atau ekstrem, singkatnya, semua ini tidak sesuai dengan fakta dan kebenaran; semua ini sangat hampa dan berkaitan dengan hal-hal supernatural. Prinsip yang Tuhan gunakan untuk bekerja dalam diri orang adalah ini: Seperti apa pun kualitas yang orang miliki, atau seperti apa pun kemampuan kerja atau kemampuan mereka dalam menangani berbagai hal, apa pun naluri bawaan mereka, dan apa pun kepribadian, kebiasaan, pola hidup, minat dan hobi mereka, atau bahkan apa pun jenis kelamin mereka, singkatnya, pekerjaan Tuhan adalah untuk mencapai hasil yang membuat orang mampu untuk memahami kebenaran, menerima kebenaran, tunduk pada kebenaran, dan kemudian masuk ke dalam kenyataan kebenaran, di atas dasar kualitas bawaan, naluri, kepribadian, kebiasaan, pola hidup mereka yang benar, juga minat dan hobi mereka yang dapat dibenarkan, dan sebagainya. Jadi, di atas dasar apa hasil ini dicapai? Hasil ini dicapai di atas dasar orang memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami kebenaran, dan di atas dasar mereka memiliki kemanusiaan yang normal. Hasil ini tidak dicapai di atas dasar yang orang sebut kemanusiaan yang luhur, juga tidak dicapai di atas dasar kemanusiaan yang supernatural. Oleh karena itu, aspek kebenaran mana pun yang kami persekutukan, semua itu adalah untuk membuatmu mampu untuk masuk ke dalamnya di atas dasar engkau memiliki kemanusiaan yang normal dan kemampuan untuk memahami kebenaran. Namun, gagasan dan imajinasi yang orang miliki justru sebaliknya. Orang-orang meyakini bahwa hasil yang dicapai dalam diri manusia oleh pekerjaan Tuhan dan pengungkapan-Nya akan kebenaran bertentangan dengan kualitas dan naluri bawaan mereka, dan juga bertentangan dengan kepribadian, kebiasaan, minat, dan hobi mereka. Orang sering berharap bahwa mukjizat tertentu akan terjadi pada mereka, bahwa sesuatu yang supernatural atau sesuatu yang tidak terduga dan berada di luar jangkauan kualitas dan naluri mereka sendiri akan terjadi pada mereka, alih-alih berusaha keras untuk mencari kebenaran dengan cara yang praktis dan realistis. Fakta ini membuktikan apa? Bukankah ini membuktikan bahwa orang memandang pengejaran akan kebenaran sebagai sesuatu yang sangat supernatural dan hampa? Bukankah mereka memandang cara Tuhan bekerja dalam diri manusia sebagai sesuatu yang sangat supernatural dan hampa? (Ya.) Orang sering berharap bahwa makin mereka mengejar kebenaran, kualitas mereka akan menjadi makin tinggi, atau bahwa setelah mendengarkan banyak khotbah dan menerima serta memahami banyak kebenaran, kualitas mereka akan lebih tinggi daripada sebelumnya. Ini adalah gagasan dan imajinasi, bukan? (Ya.) Contohnya ketika mempelajari suatu profesi: Ketika engkau belajar di sekolah, jika engkau ingin menguasai profesi tertentu, engkau harus menghafal pengetahuan tentang profesi ini dengan menghafalkannya, dan belajar dari fajar hingga senja hari, menggunakan waktu luangmu untuk berusaha keras mempelajarinya. Sejak engkau mulai percaya kepada Tuhan, engkau mengira bahwa selama Roh Kudus bekerja, kualitas manusia akan meningkat, mereka akan berubah, dan mereka akan berbeda daripada sebelumnya. Jadi, engkau yakin bahwa dengan cara apa pun Tuhan bekerja, orang sekadar harus bekerja sama, dan tidak perlu berusaha keras untuk mengejar kebenaran dan mempelajari pengetahuan teknis; sudah cukup bagi orang untuk melaksanakan tugas mereka—orang akan tetap mengalami kemajuan dengan percaya kepada Tuhan dengan cara seperti ini. Bukankah seperti inilah cara orang membayangkan hal ini? (Ya.) Katakan kepada-Ku, apakah ini cara mengejar yang benar? Dapatkah mengejar dengan cara seperti ini membawa pada perubahan yang sejati? (Tidak.) Tidak akan mungkin terjadi perubahan. Misalnya, ada orang-orang yang mengira bahwa agar dapat bernyanyi dengan baik, mereka harus berlatih dari fajar hingga senja hari, mencuri teknik orang lain, dan mendengarkan berbagai jenis lagu untuk belajar dari kelebihan orang lain, dan bahwa hanya dengan cara inilah mereka dapat berprestasi. Sebaliknya, ada orang-orang yang yakin bahwa bernyanyi itu tergantung pada bakat; mereka yakin jika orang berbakat untuk bernyanyi dan suka bernyanyi, mereka akan dapat bernyanyi dengan baik, dan jika orang tidak berbakat untuk bernyanyi atau tidak suka bernyanyi, mereka harus mengandalkan Roh Kudus untuk menggerakkan mereka agar dapat bernyanyi dengan baik, agar dapat bernyanyi dengan penuh perasaan, sehingga mendengar mereka bernyanyi akan mendatangkan kesenangan bagi orang lain. Akibatnya, kebanyakan orang selalu memiliki khayalan seperti ini; mereka mengandalkan Roh Kudus untuk menggerakkan mereka, jika tidak, mereka tidak akan membuka mulut mereka untuk bernyanyi. Ini adalah gagasan dan imajinasi, bukan? Ada orang-orang yang menganggap bahwa orang tidaklah perlu berusaha keras untuk mempelajari pengetahuan teknis, dan asalkan orang mengejar kebenaran, Tuhan akan bekerja, dan tidak ada gunanya serta sia-sia bagi orang untuk melakukan pengorbanan yang tidak ada gunanya itu. Mereka mengira bahwa begitu Tuhan bekerja, itu lebih berguna daripada usaha apa pun yang orang lakukan, jadi asalkan orang melaksanakan tugas mereka dengan sungguh-sungguh dan bersedia mempersembahkan hati mereka kepada Tuhan, Roh Kudus akan bekerja di dalam diri mereka, dan kualitas serta kemampuan mereka akan langsung meningkat, melampaui lingkup kemanusiaan yang normal—mereka akan mampu memahami hal-hal yang sebelumnya tidak mereka pahami, dan meskipun sebelumnya mereka bahkan tidak mampu membaca dua baris teks sekaligus, mereka akan mampu membaca sepuluh baris sekaligus dan mengingat semuanya setelah mereka mulai percaya kepada Tuhan. Namun, sebanyak apa pun mereka berlatih, mereka tetap tidak dapat mencapai kemampuan ini, jadi mereka merenung, "Apakah Tuhan tidak menugerahkan kasih karunia kepadaku? Apakah aku tidak cukup bekerja keras dan tidak cukup bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasku?" Benarkah demikian? (Tidak.) Engkau mengira makin engkau mampu memperoleh hal yang supernatural, melebihi jangkauan kualitas dan kemampuanmu sendiri, makin itu membuktikan bahwa ini adalah pekerjaan Tuhan; bahwa jika ketulusan dan kemauanmu untuk bekerja sama makin meningkat, Tuhan akan makin banyak bekerja dalam dirimu, dan kualitas serta kemampuanmu akan makin meningkat. Bukankah ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki? (Ya.) Apakah engkau semua cenderung berpikir demikian? (Ya.) Apa akibatnya jika orang berpikir dengan cara seperti ini? Bukankah akibatnya selalu berupa kegagalan dan tujuan yang tidak tercapai? Bahkan ada orang-orang yang menjadi negatif. dengan berkata, "Aku telah mempersembahkan segenap ketulusanku kepada Tuhan—mengapa Tuhan tidak memberiku kualitas yang lebih baik? Mengapa Tuhan tidak memberiku kemampuan supernatural? Mengapa aku masih selalu merasa lemah? Kualitasku belum meningkat, aku tidak mampu memahami apa pun dengan jelas dan aku menjadi bingung ketika menghadapi hal-hal yang rumit. Aku seperti ini sebelumnya, mengapa sekarang pun aku masih seperti ini? Selain itu, dalam pelaksanaan tugasku dan dalam menangani masalah, mengapa aku tidak pernah mampu melampaui dagingku? Aku memahami beberapa doktrin, tetapi tetap saja, aku tidak mampu memahami segala sesuatunya dengan jelas, dan dalam menangani masalah, aku tetap saja bimbang, dan aku sangat kurang dari mereka yang berkualitas baik. Kemampuanku dalam bekerja juga buruk, dan pelaksanaan tugasku tidak efisien. Kualitasku belum meningkat sama sekali! Apa yang terjadi? Mungkinkah ini karena ketulusanku terhadap Tuhan kurang? Atau apakah karena Tuhan tidak menyukaiku? Di mana letak kekuranganku?" Ada orang-orang yang mencari berbagai alasan dan telah mencoba berbagai pendekatan untuk mengubah fakta ini, misalnya dengan mendengarkan lebih banyak khotbah, menghafal lebih banyak firman Tuhan, lebih banyak mencatat renungan rohani, serta lebih banyak mendengarkan persekutuan tentang kebenaran yang orang-orang sampaikan, dan dengan lebih banyak mencari, tetapi hasil akhirnya tetap mengecewakan. Kualitas dan kemampuan kerja mereka tetap sama seperti sebelumnya tanpa peningkatan sama sekali, bahkan setelah percaya kepada Tuhan selama tiga atau lima tahun. Mereka kemudian memperhatikan kepribadian mereka sendiri dan mendapati bahwa mereka tetap pengecut seperti sebelumnya, lamban seperti sapi tua, atau bahwa mereka masih memiliki kepribadian yang tidak sabar, menangani segala sesuatu dengan cara yang panik—tidak pernah ada perubahan! Ada orang-orang yang mengamati bahwa akhir-akhir ini minat dan hobi mereka tampaknya belum berubah, dan bahwa beberapa dari kekurangan, kebiasaan, dan cacat mereka juga belum berubah. Ada juga orang yang suka tidur setelah larut malam dan bangun kesiangan memperhatikan bahwa kebiasaan hidup ini juga tetap tidak berubah. Jadi, mereka semua bertanya-tanya, "Apa yang sedang terjadi? Mungkinkah karena Roh Kudus tidak bekerja dalam diriku? Apakah Tuhan telah meninggalkanku? Apakah Tuhan tidak senang denganku? Apakah aku sedang menempuh jalan yang salah? Apakah aku sedang mengejar dengan cara yang salah? Apakah aku tidak cukup melaksanakan tugasku dengan segenap hati? Apakah aku tidak cukup membayar harga?" Mereka mencari berbagai macam alasan, tetapi tetap saja berakhir tanpa hasil. Apa alasan kurangnya hasil mereka? (Itu karena mereka selalu hidup dalam gagasan dan imajinasi mereka sendiri. Mereka mengira setelah percaya kepada Tuhan, asalkan mereka tulus kepada-Nya, maka begitu Tuhan bekerja, kualitas dan kemampuan kerja mereka akan meningkat—ide-ide mereka yang seperti ini berasal dari gagasan dan imajinasi yang mereka miliki.) Gagasan dan imajinasi yang orang miliki menentukan tujuan dan metode pengejaran mereka, jalan yang mereka tempuh, dan pada akhirnya menentukan apa yang akan mereka peroleh dan kesudahan mereka. Apa yang akan orang peroleh jika mereka memiliki gagasan dan imajinasi seperti itu? Akankah mereka memperoleh kebenaran? Akankah mereka memperoleh iman yang sejati kepada Tuhan dan kasih sejati kepada Tuhan? Akankah mereka memperoleh ketundukan sejati kepada Tuhan? (Tidak.) Mereka tidak akan memperoleh hal-hal ini.
Dalam kepercayaan kepada Tuhan, orang harus memahami apa tepatnya yang ingin diubah oleh pekerjaan Tuhan dalam diri manusia, bagaimana cara Tuhan menyelesaikan masalah kerusakan manusia, dan apa yang ingin Dia capai dalam diri manusia—semua ini adalah masalah yang harus dipersekutukan dengan jelas, bukan? Singkatnya, orang harus memahami apa tepatnya dampak apa yang ingin Tuhan capai dalam diri manusia melalui pekerjaan-Nya. Pertama-tama, dalam tahap pekerjaan Tuhan ini, Dia sedang mengungkapkan kebenaran dan memberikan hidup. Pekerjaan membekali orang dengan kebenaran jelas adalah dengan mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran yang harus orang taati ketika mereka menghadapi berbagai macam orang, peristiwa, dan hal-hal dalam kehidupan nyata, sehingga setelah memahaminya, mereka dapat memandang orang dan hal-hal, serta berperilaku dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran ini, dan di atas dasar inilah watak rusak mereka dibereskan, dan mereka dimampukan untuk membuang watak-watak rusak ini serta benar-benar dan sepenuhnya tunduk kepada Tuhan. Tentu saja, ini juga merupakan tanda telah diselamatkan, dan ini adalah perwujudan sejati telah diselamatkan, yang pada akhirnya dapat terlihat dalam diri orang-orang. Dalam keseluruhan proses Tuhan membekali orang dengan kebenaran, apa sajakah masalah utama yang perlu diselesaikan? Ada dua jenis masalah utama yang harus diselesaikan. Masalah pertama yang harus diselesaikan adalah gagasan yang orang miliki. Berbagai macam pemikiran dan pandangan manusia yang keliru, menyimpang, dan dipegang erat yang berasal dari Iblis secara keseluruhan disebut sebagai gagasan manusia. Pemikiran dan pandangan yang keliru ini mengendalikan pemikiran dan perilaku orang, dan telah menjadi teori dasar dari pemikiran yang mereka gunakan dalam memandang orang dan hal-hal, serta dalam berperilaku dan bertindak, jadi semuanya itu harus diluruskan secara menyeluruh. Ini adalah masalah yang ada kaitannya dengan pemikiran orang yang perlu diluruskan. Masalah kedua yang harus dibereskan adalah watak rusak manusia. Watak yang rusak adalah topik yang sering dipersekutukan, dibahas, dan ditelaah dalam kehidupan bergereja. Beberapa watak yang rusak disebabkan oleh pemikiran dan pandangan keliru yang orang miliki, sementara watak rusak lainnya murni merupakan watak Iblis. Dua hal yang ingin Tuhan bereskan dalam diri manusia melalui pekerjaan dan firman-Nya adalah gagasan mereka dan watak rusak mereka. Gagasan mereka berkaitan dengan cara mereka memandang orang dan hal-hal, sedangkan watak rusak mereka berkaitan dengan cara mereka dalam berperilaku dan bertindak. Setelah kedua hal ini dibereskan dan orang telah memperoleh kebenaran dan mampu tunduk kepada Tuhan serta menjadi sesuai dengan-Nya, itu berarti pekerjaan Tuhan sudah mencapai dampaknya, dan pekerjaan Tuhan dalam diri mereka sudah selesai. Namun, dalam seluruh proses pekerjaan Tuhan—entah itu cara Tuhan bekerja, langkah-langkah spesifik pekerjaan-Nya, atau setiap kebenaran yang diungkapkan oleh-Nya—tak satu pun dari hal ini ditujukan pada aspek-aspek seperti kepribadian, kualitas, kemampuan, naluri, kebiasaan hidup dan pola hidup manusia, ataupun minat dan hobi mereka. Dengan kata lain, tujuan, maksud, dan makna penting pekerjaan Tuhan bukanlah untuk mengubah kualitas, kemampuan, naluri, kepribadian bawaan manusia, dan sebagainya. Apa pun kualitas dan kemampuan kerja yang kaumiliki, atau seperti apa pun kepribadian, kebiasaan hidup, naluri, dan berbagai aspek bawaan lain yang kaumiliki, Tuhan tidak melihat semua hal itu. Dia hanya melihat apakah engkau adalah orang yang memiliki kemanusiaan yang normal, dan kemudian di atas dasar ini, Dia membekalimu dengan kebenaran dan bekerja di dalam dirimu. Aspek kebenaran apa pun yang Tuhan berikan kepadamu, atau jenis pekerjaan apa pun yang Dia lakukan dalam dirimu, pada akhirnya itu bukanlah untuk mengubah kualitas dan naluri bawaanmu, itu bukanlah untuk meningkatkan kualitas atau nalurimu dan membuatnya menjadi lebih baik, atau membuatnya menjadi sangat supernatural—tak satu pun dari aspek-aspek ini adalah target yang ingin Tuhan ubah dengan pekerjaan-Nya. Oleh karena itu, sekalipun engkau telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, atau sebanyak apa pun khotbah yang telah kaudengarkan, atau sebanyak apa pun upaya yang telah kaulakukan untuk memahami firman Tuhan, kualitas bawaanmu akan tetap sama dan tidak akan berubah. Itu tidak akan berubah karena engkau telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, mendengarkan khotbah selama bertahun-tahun, dan menyibukkan diri serta mengorbankan dirimu selama bertahun-tahun. Tentu saja, hal yang sama juga berlaku untuk kepribadianmu, naluri, kebiasaan hidup, minat, hobi, dan sebagainya; semuanya itu tidak akan berubah karena engkau telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan telah melaksanakan tugasmu selama bertahun-tahun. Menurut gagasan yang orang miliki, perubahan ini tentu saja bukan berarti menurunkan, melainkan meningkatkan—membuat hal-hal ini menjadi lebih tinggi dan lebih baik daripada sebelumnya. Dengan kata lain, di tahap pekerjaan Tuhan mana pun, atau metode apa pun yang Dia gunakan untuk melakukan pekerjaan itu, yang diubah oleh pekerjaan-Nya bukanlah kualitas bawaan, kemampuan kerja, naluri, kepribadian manusia, dan sebagainya. Jadi, jika kualitasmu buruk dan saat ini engkau tidak memiliki kualitas untuk menjadi pemimpin atau pekerja, atau untuk menjadi pengawas atas bagian dari pekerjaan tertentu, maka engkau juga tidak akan memiliki kualitas tersebut 20 atau 30 tahun dari sekarang; dan sekalipun engkau akhirnya diselamatkan karena pengejaranmu akan kebenaran, engkau tetap tidak akan memiliki kualitas tersebut. Kualitasmu tidak akan berubah. Lalu, apakah nalurimu akan berubah? Semua orang mengalami kelahiran, penuaan, penyakit, dan kematian, dan ketika dihadapkan dengan peristiwa besar, mereka akan menjadi gugup, takut, ngeri, dan sebagainya—naluri seperti ini juga tidak akan berubah. Misalnya, ketika orang mendengar suara yang sangat keras, mereka semua akan menutup telinga dan bersembunyi di tempat yang aman—ini adalah naluri. Ketika tanganmu menyentuh api atau sesuatu yang panas, engkau akan secara naluriah menarik tanganmu, atau ketika mendengar kabar buruk, engkau akan secara naluriah merasa ngeri di dalam hatimu dan merasa takut. Ketika menghadapi bahaya, pemikiran pertamamu secara naluriah adalah, "Apakah aku aman? Apakah bahaya ini sedang menghampiriku?" Ini adalah naluri. Selain itu, ketika seseorang ingin memukulmu, engkau akan secara naluriah menghindar untuk melindungi dirimu sendiri; ketika debu atau air masuk ke matamu, engkau akan secara naluriah menutupnya; dan ketika gigimu sedang sakit, engkau akan sering menyentuh gigimu dengan tanganmu. Engkau akan secara naluriah memiliki refleks alami, memperlihatkan perwujudan tertentu, atau melakukan tindakan naluriah. Manusia dilahirkan dengan memiliki reaksi naluriah ini. Tak seorang pun dapat mengambilnya, dan Tuhan juga tidak akan mengubahnya. Reaksi-reaksi naluriah ini diberikan kepada manusia oleh Tuhan ketika Dia menciptakan mereka, dan semua itu dimaksudkan untuk melindungi manusia. Semua itu adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh manusia ciptaan. Tuhan tidak akan mengambil naluri ini, dan engkau juga tidak akan kehilangan nalurimu karena engkau mengejar kebenaran. Apa maksud perkataan-Ku ini? Maksud-Ku adalah, bukan berarti engkau tidak akan takut ketika ada api atau engkau tidak akan merasakan tanganmu melepuh ketika terkena wajan berisi minyak panas karena engkau mengejar kebenaran dan telah memahami banyak kebenaran serta memiliki ketundukan sejati kepada Tuhan—ini adalah suatu kemustahilan. Apa yang akan kaupikirkan jika seseorang memberikan kesaksian semacam itu? Akankah engkau merasa iri dan mengagumi orang itu? Penilaian dan penggolongan seperti apa yang akan kauberikan tentang hal tersebut? Setidaknya, ini adalah fenomena yang supernatural, dan Tuhan tidak akan melakukan hal itu. Mengenai naluri yang telah Tuhan ciptakan bagi umat manusia, Tuhan tidak akan mengambil nalurimu ini karena engkau mengejar kebenaran, dan Dia juga tidak akan mengubah naluri ini menjadi kekuatan supernatural. Misalnya, katakanlah engkau sedang berada di tempat yang gelap dan engkau tidak dapat melihat apa pun; engkau akan secara naluriah merentangkan tanganmu untuk merasakan sekelilingmu, dan mendengarkan dengan saksama menggunakan telingamu untuk membedakan suara-suara di sekitarmu, secara naluriah bergerak maju dengan berhati-hati. Engkau tidak akan melampaui daging karena engkau mengejar kebenaran—tidak akan terjadi bahwa makin gelap suatu tempat, makin engkau dapat melihat dengan jelas, dan makin engkau dapat mengerti sesuatu, makin mudah bagimu untuk menentukan arahmu—ini supernatural, dan ini adalah hal yang tidak Tuhan lakukan. Sekalipun engkau telah memahami banyak kebenaran, dan mampu tunduk pada kebenaran serta menerapkan kebenaran, jika nalurimu dalam hal ini dapat tetap sama dan tidak merosot, maka itu sudah bagus, tetapi engkau tetap menginginkannya menjadi supernatural—itu adalah kemustahilan! Selain itu, kemampuan seseorang untuk memandang dan menangani berbagai hal serta kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah bukanlah hal yang Tuhan ingin ubah dengan pekerjaan-Nya. Di satu sisi, kemampuan seseorang untuk menangani berbagai hal tergantung pada kualitas mereka, dan di sisi lain, itu tergantung pada IQ bawaan mereka, dan IQ mereka mencakup bakat mereka. Ada orang-orang yang dilahirkan dengan memiliki kemampuan dan bakat tertentu untuk menangani masalah eksternal, yang berarti mereka pandai dalam berpikir dan bersosialisasi, mereka dilahirkan dengan kemampuan istimewa untuk bersosialisasi, dan mereka tahu cara berinteraksi dengan orang lain, memandang hal-hal, dan menangani hal-hal tertentu. Di benaknya, mereka memiliki alur pemikiran yang sangat jelas dalam memikirkan berbagai macam hal, yang juga sangat logis. Ketika melihat sesuatu, mereka dapat memahami inti dari hal tersebut, tanpa penyimpangan atau tanpa bersikap tak masuk akal, dan menangani masalah dengan cara yang relatif akurat. Jenis orang ini memiliki kemampuan untuk menangani berbagai hal. Ada orang-orang yang tidak dilahirkan dengan kemampuan ini, dan mereka hanya suka membaca buku, menanam bunga, menanam rumput, memelihara burung, dan hal-hal seperti itu. Disebut apakah ini? Ini disebut memiliki cara hidup yang anggun dan santai. Mereka adalah orang-orang yang mengejar hal-hal yang bersifat elegan dan anggun. Mereka tidak pandai dalam bersosialisasi atau menangani masalah eksternal, mereka tidak memiliki kemampuan ini. Ketika mereka perlu pergi ke luar dan menangani masalah, berkonsultasi dengan pengacara atau berinteraksi dengan seseorang yang berstatus tinggi, mereka menjadi malu-malu dan takut. tidak berani menatap mata orang tersebut, dan ketika ditanya, mereka tergagap dan tidak tahu harus berkata apa. Mereka tidak berguna, bukan? Ketika orang seperti ini tidak dihadapkan dengan masalah tertentu, mereka sangat pandai menyombongkan diri, dengan berkata, "Aku pernah melakukan hal ini dan itu, aku memiliki masa lalu yang gemilang, aku pernah berinteraksi dengan orang ini dan itu, serta mengenal orang terkenal ini dan itu ...." Namun, ketika mereka benar-benar diutus untuk menangani sesuatu, mereka menghilang tanpa jejak. Ternyata satu-satunya hal yang mampu mereka lakukan adalah menyombongkan diri, dan mereka tidak memiliki bakat atau pengetahuan yang nyata, serta tidak memiliki kemampuan untuk menangani masalah. Apakah fakta bahwa seseorang itu buruk dalam menangani masalah dapat diubah dengan orang tersebut mengejar kebenaran? Sayangnya, tidak bisa. Lihatlah orang-orang yang berkepribadian introver dan yang sejak kecil takut menghadapi orang lain. Setelah berusia dua puluhan atau tiga puluhan, mereka masih sangat gugup ketika berbicara dengan orang lain atau menangani masalah yang mengharuskan mereka untuk berinteraksi dengan orang-orang. Setelah berusia paruh baya, mereka masih merasa malu dan tersipu ketika berbicara di depan orang banyak. Orang-orang semacam itu tidak akan pernah mampu menghadapi dunia yang lebih luas selama mereka hidup. Sebagian orang berbeda, mereka suka mengobrol dan berinteraksi dengan orang lain sejak berusia remaja. Dengan siapa pun mereka berinteraksi, mereka tidak merasa takut, dan apa pun yang sedang mereka lakukan, mereka tidak menjadi cemas atau panik. Mereka memiliki kecerdasan, sehingga mereka tidak mengalami demam panggung. Makin banyak orang, makin mereka senang dan bersemangat, dan makin mereka ingin tampil. Dapatkah kepribadian dan kemampuan seseorang dalam menangani masalah diubah dengan mereka mengalami pekerjaan Tuhan? (Tidak.) Tuhan tidak mengubah hal-hal ini dalam diri orang. Ada orang-orang yang tahu bahwa kemampuan mereka yang buruk dalam menangani masalah adalah cacat dalam kemanusiaan mereka, jadi mereka bekerja keras untuk mengatasinya. Mungkin saja, ketika mereka mencapai usia paruh baya atau lanjut usia, setelah mengalami puluhan tahun penempaan dan telah mengumpulkan banyak pengalaman, mereka nyaris tidak mampu mengatasi beberapa hal mendesak; tetapi mereka tetap tidak akan memiliki kemampuan untuk menangani masalah kritis, yang menyangkut hidup dan mati. Khususnya, ada orang-orang yang tidak dapat menangani apa pun sendiri setelah mereka lanjut usia; apa pun yang berusaha mereka tangani, mereka membuatnya menjadi sangat kacau—mereka sama sekali tidak sanggup memikulnya—dan mereka bahkan tidak sanggup menanggung beban untuk mengurus urusan keluarga mereka sendiri. Lalu apa yang mereka lakukan? Dalam beberapa kasus, anak-anak mereka memiliki kemampuan untuk menangani berbagai urusan, jadi orang-orang ini membiarkan anak-anak mereka membantu mereka, sementara mereka menikmati hal-hal yang telah dilakukan bagi mereka. Mereka berpikir, "Aku telah berkontribusi, aku memiliki kemampuan untuk menangani masalah," tetapi sebenarnya, mereka tidak memiliki kemampuan ini. Anak-anak merekalah, yang sekarang sudah dewasa dan mampu mengambil alih, yang menangani urusan-urusan ini. Orang-orang ini mungkin sekarang tidak segugup dan setakut seperti dahulu ketika menangani berbagai hal saat masih muda, tetapi bukan berarti kemampuan mereka dalam menangani berbagai hal telah berubah atau menjadi lebih baik. Itu berarti apa? Itu berarti mereka makin tua, telah memperoleh pengalaman, dan tidak lagi takut pada berbagai hal. Apa yang dimaksud dengan "tidak lagi takut pada berbagai hal"? Itu berarti mereka mampu lebih terbuka dalam memandang berbagai hal karena mereka telah mengalami banyak hal dan memahami pola dari berbagai hal. Jadi, jika mereka benar-benar menghadapi sedikit bahaya, mereka tidak akan takut, dan akan berpikir: "Baiklah, ini aku. Jika kau menginginkan uang, aku sama sekali tidak punya; jika kau menginginkan nyawaku, silakan saja ambil nyawaku—lakukan apa pun yang kausuka!" Apakah orang-orang semacam itu telah mengalami kemajuan? Mereka sama sekali belum mengalami kemajuan—mereka tetap saja sangat ceroboh dan bingung dalam menangani berbagai hal. Mereka sama gegabah dan tidak sabarnya seperti diri mereka sebelumnya. Sebelumnya, mereka gagal melaksanakan berbagai hal, dan sampai sekarang pun mereka belum berubah sedikit pun. Memang begitulah mereka. Katakan kepada-Ku, bukankah inilah yang terjadi? (Ya.)
Ada orang-orang dari berbagai usia di antara engkau semua. Sampai sekarang, pernahkah engkau mengalami sesuatu yang istimewa—selama proses mengejar kebenaran, pernahkah kualitasmu berubah sepenuhnya dan menjadi jauh lebih baik daripada sebelumnya, atau pernahkah nalurimu berubah? Pernahkah engkau memiliki pengalaman seperti itu? (Tidak.) Kalau begitu, pernahkah ada orang yang berkata, "Dahulu aku sangat tidak berguna. Aku tidak fasih berbicara, aku sama sekali tidak memiliki kemampuan atau keterampilan, dan aku sama sekali tidak memiliki kemampuan bersosialisasi. Sekarang setelah aku menerima pekerjaan Tuhan, aku mampu berbicara dengan fasih, aku memiliki kemampuan bersosialisasi, dan dalam hal menangani berbagai hal, aku cerdas dan memiliki keterampilan, dan aku tahu bagaimana menangani berbagai hal"? Pernahkah ada orang yang memiliki pengalaman seperti ini? (Tidak.) Ada orang-orang yang berkata, "Meskipun hal-hal itu belum pernah terjadi padaku, selama proses mengalami pekerjaan Tuhan setelah mulai percaya kepada Tuhan, aku merasa bahwa kepribadianku telah berubah. Dahulu aku berbicara dengan lambat, dan semua orang memanggilku 'Si Lambat'. Aku juga punya julukan lain, yaitu 'Si Lamban'. Sejak aku mulai percaya pada Tuhan, reaksiku menjadi lebih cepat daripada sebelumnya, dan aku lebih cepat dalam berbicara dan bertindak. Aku juga menangani berbagai hal dengan lebih cepat dan efisien." Apakah hal-hal semacam itu terjadi? (Tidak.) Ada satu kasus di mana hal seperti ini mungkin terjadi. Misalnya, ketika ada seseorang yang mempelajari bahasa asing dan pertama kali berlatih mengucapkannya, dia berbicara dengan sangat lambat, satu demi satu kata. Orang lain berpikir bahwa orang ini mungkin berbicara sangat lambat karena dia dilahirkan dengan temperamen yang lambat. Setelah tiga atau lima tahun, karena orang ini sering berhubungan dengan orang yang berbicara bahasa asing tersebut, dia akhirnya berbicara dengan sangat lancar, sama cepatnya dengan orang yang berbicara dalam bahasa asli mereka, dan orang lain yang tidak mengetahuinya berpikir, "Kepribadian orang itu telah berubah. Dahulu dia berbicara dengan lambat dan orang-orang merasa tidak sabar saat mendengarkannya, tetapi kini dia berbicara dengan sangat lancar—dia telah menjadi orang yang berbicara dengan fasih. Dari caranya berbicara yang lugas dan jelas, orang dapat melihat bahwa dia menangani masalah dengan sigap dan memiliki kepribadian yang baik." Dalam kasus ini, apakah ada perubahan dalam kepribadiannya? (Tidak.) Sebenarnya, ini adalah pola yang normal. Ini adalah proses kemajuan yang normal dalam mempelajari semacam profesi—ini bukanlah proses berubahnya kepribadian. Baik itu kualitas, kemampuan dan naluri, maupun kepribadian, kebiasaan, minat, dan hobi, tak satu pun dari aspek-aspek ini merupakan hal-hal yang ingin Tuhan ubah melalui pekerjaan-Nya. Jika engkau selalu yakin bahwa tujuan Tuhan bekerja dan berfirman untuk membekali manusia dengan kebenaran adalah untuk mengubah semua kualitas bawaan manusia tersebut, dan mengira bahwa hanya dengan demikian, barulah seseorang dapat dianggap telah sepenuhnya dilahirkan kembali, benar-benar menjadi manusia baru sebagaimana yang Tuhan ucapkan, engkau salah besar. Ini adalah gagasan dan imajinasi manusia. Setelah memahami hal ini, engkau harus melepaskan gagasan, imajinasi, dugaan, atau perasaan seperti ini. Artinya, selama proses mengejar kebenaran, engkau tidak boleh selalu mengandalkan perasaan atau dugaan untuk menyimpulkan hal berikut: "Apakah kualitasku sudah meningkat? Apakah naluri bawaanku sudah berubah? Apakah kepribadianku masih seburuk sebelumnya? Apakah pola hidupku sudah berubah?" Jangan merenungkan hal-hal ini; perenungan seperti ini sia-sia karena hal-hal ini bukanlah aspek yang ingin Tuhan ubah, dan firman serta pekerjaan Tuhan tidak pernah menargetkan hal-hal ini. Pekerjaan Tuhan tidak pernah bertujuan untuk mengubah kualitas, naluri, kepribadian orang, dan sebagainya, dan Tuhan tidak pernah berfirman dengan tujuan untuk mengubah aspek-aspek manusia tersebut. Itu berarti pekerjaan Tuhan dalam membekali manusia dengan kebenaran dilakukan di atas dasar keadaan bawaan mereka, bertujuan untuk membuat manusia memahami kebenaran, dan kemudian menerima serta tunduk pada kebenaran. Dengan kata lain, seperti apa pun kualitas yang kaumiliki, dan seperti apa pun kepribadian dan nalurimu, yang Tuhan ingin lakukan adalah membuat kebenaran bekerja di dalam dirimu, mengubah gagasan lamamu dan watak rusakmu, bukan untuk mengubah kualitas, naluri, dan kepribadian bawaanmu. Sekarang engkau mengerti, bukan? Apa yang ingin Tuhan ubah dengan pekerjaan-Nya? (Pekerjaan Tuhan bertujuan untuk mengubah gagasan lama dan watak rusak dalam diri manusia.) Jadi, karena engkau telah memahami kebenaran ini, engkau harus melepaskan imajinasi dan gagasan yang tidak realistis dan berkaitan dengan hal-hal supernatual tersebut, dan jangan menggunakannya untuk mengukur atau menuntut dirimu sendiri. Sebaliknya, engkau harus mencari dan menerima kebenaran berdasarkan beragam kondisi bawaan yang Tuhan berikan kepadamu. Apa tujuan utamanya? Tujuannya adalah agar engkau memahami prinsip-prinsip kebenaran di atas dasar keadaan bawaanmu, memahami setiap prinsip kebenaran yang harus kauterapkan dalam menghadapi berbagai situasi yang kaualami, dan agar engkau mampu memahami orang dan hal-hal, serta berperilaku dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran tersebut. Dengan melakukan hal ini, engkau memenuhi tuntutan Tuhan. Ini karena tujuan firman dan pekerjaan Tuhan adalah untuk membuat kebenaran bekerja dalam diri orang sehingga itu menjadi prinsip dan standar penerapan mereka, serta agar kebenaran itu menjadi dasar yang mereka gunakan untuk memandang orang dan hal-hal, serta berperilaku dan bertindak, dan agar kebenaran itu menjadi hidup mereka, bukan agar kebenaran itu mengubah orang menjadi manusia super atau orang yang memiliki dengan kekuatan supernatural. Apa yang Kumaksud dengan "manusia super" dan "orang yang memiliki kekuatan supernatural"? Orang yang mampu melampaui nalurinya, melampaui lingkup kemampuannya, melampaui kualitasnya, dan bahkan melampaui gendernya, dan mampu hidup di luar gendernya—bukankah seperti inilah kekuatan supernatural itu? (Ya.) Misalnya, ada orang-orang yang dapat berbicara beberapa atau bahkan lebih dari sepuluh bahasa tanpa mempelajari bahasa apa pun secara khusus. Seperti inikah supernatural itu? (Ya.) Supernatural seperti ini berarti melampaui kualitas, kemampuan, dan naluri manusia, bukan? (Ya.) Selain itu, ketika berbicara dalam berbagai bahasa, mereka bahkan mampu dengan fleksibel menggunakan suara pria dan wanita yang berbeda. Bukankah ini jauh lebih supernatural? (Ya.) Sebanyak apa pun bahasa yang mereka kuasai, mereka tidak kebingungan ketika mengucapkannya, dan tidak merasa lelah berapa lama pun mereka berbicara, dan bahkan jika mereka tidak minum air, mereka tidak merasa haus. Selain itu, makin banyak mereka berbicara, makin terang mata mereka, makin wajah mereka bersinar, dan sekujur tubuh mereka bersinar. Bukankah ini supernatural? (Ya.) Sekalipun mereka ditembak saat berbicara, mereka baik-baik saja dan terus saja berbicara. Itu jauh lebih supernatural, bukan? (Ya.) Ketika mereka melihat peluru yang ditembakkan, mereka bahkan tidak berusaha menghindarinya, mereka malah menghadapinya secara langsung. Peluru itu menembus dada mereka, tetapi mereka tetap berdiri tegak dan tidak sempoyongan. Mereka tidak terpengaruh sedikit pun, dan bahkan sehelai rambut di kepala mereka pun tidak terluka. Ini melampaui naluri, bukan? (Ya.) Semua fenomena ini melampaui naluri manusia. Yang paling serius dari semuanya adalah mereka telah menjadi orang yang luar biasa, dengan kata lain, seseorang yang berbeda dari orang biasa, yang melampaui kualitas dan kemampuan manusia normal, dan yang juga melampaui naluri manusia normal. Perwujudan mereka dalam semua aspek berbeda dari orang biasa dan sangat supernatural. Ini berarti masalah. Apakah mereka masih manusia normal? (Tidak.) Lalu apakah mereka? (Roh jahat.) Mereka adalah roh jahat. Apakah engkau semua ingin mengejar hal ini? (Tidak.) Tak seorang pun dari engkau semua yang menginginkannya, jadi apakah engkau semua menganggap bahwa pekerjaan Tuhan akan mengubah orang sampai sejauh itu? Apakah tujuan pekerjaan Tuhan adalah untuk mengubah orang menjadi manusia yang luar biasa? (Tidak.) Tujuannya adalah agar engkau menerima kebenaran dan mengalami lingkungan yang telah Dia atur untukmu dalam lingkup kemanusiaan yang normal, sehingga dari sini engkau dapat memahami maksud Tuhan yang sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan-Nya, atau memahami kekurangan dan kelemahanmu sendiri, atau watak rusakmu, dan kemudian, di atas dasar pemahaman ini, mencari kebenaran dan menerapkannya, serta secara bertahap mulai masuk ke dalam kebenaran—proses ini lambat dan sama sekali tidak supernatural. Ketika orang sedang berada dalam keadaan negatif, mereka suka mengatakan ini: "Apa yang telah kuperoleh dari memercayai Tuhan selama bertahun-tahun?" Engkau mengatakan bahwa engkau belum pernah memperoleh apa pun, tetapi engkau harus berpikir secara saksama tentang hal ini. Setelah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, apakah engkau sekarang memiliki pandangan yang jelas tentang banyak hal? Apakah yang terjadi adalah bahwa makin lama engkau percaya, makin engkau merasa damai dan tenang, dan makin engkau merasa bahwa ini adalah jalan yang benar dalam hidup? Jika engkau memang merasa seperti ini, itu berarti engkau memang telah memperoleh sesuatu. Meskipun engkau tidak memperoleh hal materi apa pun, meskipun engkau tidak pernah memperoleh uang, status, ketenaran, keuntungan—hal-hal yang dapat kaugenggam dengan tanganmu atau yang dapat kaulihat dengan matamu—tetapi engkau telah memahami beberapa kebenaran di dalam hatimu. Engkau telah memperoleh beberapa pemahaman tentang keberadaan Tuhan yang sebenarnya dan kedaulatan-Nya atas segala sesuatu. Selain itu, engkau juga telah memahami maksud-maksud Tuhan dan tuntutan-Nya terhadap manusia, dan engkau mengetahui apa arti makhluk ciptaan dan tugas apa yang harus kaulaksanakan. Jika saat ini engkau tidak diizinkan untuk melaksanakan tugas, engkau akan merasa sedih dan merasa bahwa hidupmu hampa. Bukankah semua ini menunjukkan bahwa engkau telah memperoleh sesuatu dari kepercayaanmu kepada Tuhan? Apa yang telah kauperoleh lebih berharga daripada hal materi apa pun. Inilah dampak yang dicapai oleh pekerjaan Tuhan dalam diri manusia. Dia tidak bermaksud membuat orang menjadi mampu untuk mengalami beberapa perubahan supernatural dan tidak realistis yang melampaui kemanusiaan, naluri manusia, atau kebutuhan normal dan perwujudan daging yang normal. Sebaliknya, Dia bermaksud membuat orang mampu untuk mengalami berbagai jenis lingkungan dalam lingkup kemanusiaan yang normal, dan agar selama proses ini, orang secara progresif dan perlahan memperoleh berbagai jenis pemahaman dan pengalaman. Singkatnya, selama proses yang progresif dan lambat ini, pemikiran dan gagasan orang diubah sedikit demi sedikit, perspektif yang berdasarkannya mereka memandang orang dan hal-hal berubah, pandangan mereka tentang orang, peristiwa, dan hal-hal serta cara menangani berbagai jenis orang, peristiwa, dan hal-hal berubah, beberapa watak rusak mereka tidak lagi sejelas sebelumnya, serta hati nurani dan nalar mereka dipulihkan hingga taraf tertentu. Mereka memperoleh keuntungan nyata ini, dan bukan hal-hal yang tidak realistis, bersifat ilusi, hampa, kosong, atau bahkan supernatural.
Tuhan melakukan pekerjaan menyelamatkan umat manusia secara bertahap, dan tentu saja ada prinsip lain yang lebih utama, yaitu bahwa dalam melakukan pekerjaan-Nya, Tuhan membiarkan segala sesuatunya berjalan sebagaimana mestinya. Prinsip "membiarkan segala sesuatunya berjalan sebagaimana mestinya" ini mungkin agak sulit orang pahami. Apa artinya membiarkan segala sesuatunya berjalan sebagaimana mestinya? Itu berarti entah Tuhan sedang bekerja dalam diri orang atau berbicara kepada orang, Dia tidak pernah memaksa siapa pun untuk melakukan sesuatu. Tuhan mengatur lingkungan bagimu, dan membekalimu dengan kebenaran sebagaimana Dia melakukannya bagi orang-orang lainnya. Mengenai bagaimana seharusnya engkau memandang dan memahami lingkungan yang Dia atur, serta dengan sudut pandang dan sikap apa seharusnya engkau memperlakukannya, Tuhan memiliki firman yang jelas dan telah memberitahumu prinsip-prinsip kebenaran yang jelas. Mengenai caramu memperlakukannya, itu adalah pilihan bebasmu sendiri. Engkau dapat memilih untuk menerima kebenaran dan mengenal dirimu sendiri, atau engkau dapat memilih untuk menolak kebenaran; engkau dapat memilih untuk menerima penyingkapan tentang dirimu melalui lingkungan yang Tuhan atur, atau engkau dapat memilih untuk mengabaikan pekerjaan Tuhan—engkau memiliki kebebasan untuk memilih, engkau bebas untuk memilih. Misalnya, dalam hal tugas yang harus kaulaksanakan, engkau dapat memilih untuk melaksanakannya dengan segenap hati dan segenap kekuatanmu, atau engkau dapat memilih untuk melaksanakannya dengan sikap asal-asalan. Ini sepenuhnya didasarkan pada pilihan pribadimu, dan tentu saja, ini juga didasarkan pada kualitas, kemampuan, nalurimu sendiri, dan sebagainya. Tuhan tidak melakukan pekerjaan tambahan—dengan kata lain, dalam keadaan normal, Tuhan tidak melakukan pekerjaan tambahan dengan mendesak atau memaksamu. Ini berarti apa? Ini berarti Tuhan mengatur lingkungan bagimu, sama seperti seolah-olah Dia mengatur jamuan makan untukmu, di mana terdapat hidangan panas dan dingin, nasi dan sup, buah-buahan, minuman, dan sebagainya, dan mengenai apa yang kaupilih, Tuhan memberimu kebebasan—apa pun pilihanmu, engkau memiliki kebebasan untuk melakukannya, dan Tuhan tidak ikut campur, Dia hanya berfokus mengungkapkan kebenaran untuk membekali manusia. Ada orang-orang hanya melihat jamuan makan itu sepintas lalu, tanpa mencicipi sendiri seperti apa sebenarnya rasa hidangan lezat tersebut. Mereka hanya mengomentari jamuan makan tersebut, menyampaikan beberapa doktrin, lalu pergi. Ada orang yang hanya memilih untuk melihat jamuan makan itu, mengabaikan makanan lezatnya, dan pergi tanpa memiliki sikap atau pendapat apa pun. Ada juga orang-orang yang telah mencicipi dan mengalami sendiri hidangan lezat tersebut, dan juga telah belajar cara membuat salah satu makanan lezat itu. Di lingkungan yang Tuhan atur, seperti apa pun sikapmu—apakah engkau menyambut atau menolak dan menyangkalnya, atau apakah engkau membenci dan memusuhinya, dan sebagainya, semua itu adalah sikapmu terhadap Tuhan. Bagaimana Tuhan memperlakukan dan menangani berbagai sikap manusia? Setelah membekali orang dengan sangat banyak kebenaran, sikap Tuhan terhadap mereka hanyalah mengawasi dan mencatat. Mengenai apa yang orang pilih atau seperti apa sikap mereka, Tuhan tidak ikut campur—hal ini tidak ada kaitannya dengan Tuhan. Lalu, berkaitan dengan apakah hal ini? Ini berkaitan dengan jalan apa yang kaupilih, apa yang akhirnya kauperoleh, dan kesudahan akhirmu sendiri. Dalam hal ini, Tuhan tidak melakukan pekerjaan tambahan yang bersifat memfasilitasi, Dia hanya memenuhi tanggung jawab dan kewajiban yang harus Dia penuhi. Setelah Dia membekalimu dengan kebenaran dan memberitahumu prinsip-prinsip untuk menangani semua jenis orang, peristiwa, dan hal-hal, Dia mungkin juga mengatur lingkungan untukmu. Namun, Tuhan tidak ikut campur dengan apa tepatnya pilihan akhir yang kauambil atau jalan seperti apa yang kautempuh—Dia membiarkanmu memilihnya sendiri. Misalnya, jika engkau dipilih untuk menjadi pemimpin atau pekerja, engkau dapat memilih untuk bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan pengaturan kerja rumah Tuhan, atau bertindak semaunya dan gegabah berdasarkan preferensimu sendiri. Jika engkau memilih untuk menangani semuanya berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan melaksanakan tugasmu berdasarkan pengaturan kerja, Tuhan akan mengamati dan mencatatnya, dan pada akhirnya engkau akan memperoleh kebenaran dan tunduk kepada Tuhan—inilah salah satu hasilnya. Jika engkau melakukan segala sesuatu sekehendak hatimu sendiri, dan bertindak semaunya dan gegabah, melanggar pengaturan kerja rumah Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran, ini juga merupakan pilihan dan ini merepresentasikan jalan yang sedang kautempuh, dan Tuhan juga akan mengamati dan mencatatnya, dan tentu saja jelaslah akan seperti apa kesudahannya nantinya. Jika engkau telah memperoleh kebenaran dan hidup, ini juga akan memungkinkanmu untuk memperoleh perkenan Tuhan dan engkau pasti akan memiliki tempat tujuan yang baik.
Orang-orang yakin bahwa pekerjaan Tuhan itu terdiri dari pengaturan dan penataan-Nya. Lalu, apa gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang pengaturan dan penataan Tuhan? Mereka menganggapnya semacam manipulasi, yang berarti Tuhan itu diam-diam sedang menyelubungi manusia dengan jaring yang besar, memanipulasi semua perilaku mereka dan lingkungan di mana mereka berada, serta memantau semua yang mereka lakukan. Ini adalah gagasan dan imajinasi yang orang miliki, bukan? (Ya.) Akibatnya, di dalam hatinya, orang mulai bersikap waspada terhadap Tuhan dan merasa takut kepada-Nya, dan ini disebabkan karena gagasan dan imajinasi yang mereka miliki tentang pengaturan dan penataan Tuhan. Sikap mereka yang takut dan waspada seperti ini berarti mereka sebenarnya tidak tunduk dan takut akan Tuhan, sebaliknya ini adalah suatu bentuk pemberontakan dan penentangan. Manusia menganggap bahwa Tuhan itu mahakuasa dan mahahadir, dan bahwa apa pun yang mereka lakukan, adalah benar bahwa "saat manusia bertindak, Surga sedang mengawasi". Mereka yakin bahwa tujuan Tuhan selalu mengawasi dan memperhatikan mereka adalah untuk mengekang hati, tangan, dan kaki mereka, tidak memberi mereka kebebasan untuk memilih, dan memaksa mereka untuk menerapkan kebenaran, memaksa mereka untuk mengubah pemikiran dan pandangan mereka, dan memaksa mereka untuk melakukan berbagai hal berdasarkan keinginan Tuhan. Semua ini adalah gagasan manusia. Sebenarnya, ini adalah semacam penghujatan terhadap Tuhan. Sebenarnya, Tuhan tidak pernah bermaksud untuk memaksa, mengikat, atau memanipulasi manusia. Tuhan tidak pernah mengekang atau mendesak orang, dan terlebih lagi, Dia tidak memaksa orang. Yang Tuhan berikan kepada manusia adalah kebebasan penuh—Dia mengizinkan manusia untuk memilih jalan yang harus mereka tempuh. Sekalipun engkau berada di rumah Tuhan, dan sekalipun engkau telah ditentukan sejak semula dan dipilih oleh Tuhan, engkau tetap bebas. Engkau dapat memilih untuk menolak berbagai tuntutan dan pengaturan Tuhan, atau engkau dapat memilih untuk menerimanya; Tuhan memberimu kesempatan untuk memilih dengan bebas. Namun, apa pun yang kaupilih, atau dengan cara apa pun engkau bertindak, atau apa pun sudut pandangmu dalam menangani masalah yang sedang kauhadapi, atau cara dan metode apa pun yang akhirnya kaugunakan untuk menyelesaikannya, engkau harus bertanggung jawab atas tindakanmu. Kesudahan akhirmu bukan didasarkan pada penilaian dan definisi pribadimu, dan sebaliknya Tuhan menyimpan catatan tentang dirimu. Setelah Tuhan mengungkapkan sangat banyak kebenaran, dan setelah orang-orang mendengar kebenaran yang sangat banyak ini, Tuhan akan secara ketat mengukur benar dan salahnya masing-masing orang serta menentukan kesudahan akhir setiap orang berdasarkan apa yang telah Dia firmankan, apa yang Dia tuntut, dan prinsip-prinsip yang telah Dia rumuskan bagi orang-orang. Dalam hal ini, pemeriksaan Tuhan, serta pengaturan dan penataan Tuhan bukanlah berarti bahwa Tuhan itu sedang memanipulasi orang, atau bahwa Dia sedang mengikat orang—engkau bebas. Engkau tidak perlu bersikap waspada terhadap Tuhan, dan engkau juga tidak perlu merasa takut atau gelisah. Engkau adalah orang yang bebas dari awal hingga akhir. Tuhan memberimu lingkungan yang bebas, kehendak bebas untuk memilih, dan ruang untuk memilih dengan bebas, yang memungkinkanmu untuk memilih bagi dirimu sendiri, dan kesudahan apa pun yang akhirnya kaudapatkan sepenuhnya ditentukan oleh jalan yang kautempuh. Ini adil, bukan? (Ya.) Jika pada akhirnya engkau diselamatkan, engkau menjadi orang yang tunduk kepada Tuhan dan sesuai dengan Tuhan, dan engkau menjadi orang yang diterima oleh Tuhan, itulah yang kaudapatkan karena pilihan-pilihanmu yang benar; jika pada akhirnya engkau tidak diselamatkan, engkau tidak mampu sesuai dengan Tuhan, engkau tidak didapatkan oleh Tuhan, dan engkau bukan orang yang diterima oleh Tuhan, itu pun tergantung pada pilihanmu sendiri. Oleh karena itu, dalam pekerjaan-Nya, Tuhan memberi orang banyak ruang untuk memilih, dan Dia juga memberi orang kebebasan mutlak. Ini karena Tuhan menggunakan kebenaran untuk mengukur semua orang, peristiwa, dan hal-hal, termasuk kesudahan dan tempat tujuan manusia. Kesudahan dan tempat tujuan manusia juga ditentukan dengan menggunakan kebenaran—inilah prinsip pekerjaan Tuhan, yang tidak akan pernah berubah. Tuhan tidak akan menerimamu, menunjukkan kasih karunia kepadamu, dan membiarkanmu diselamatkan karena engkau takut kepada-Nya, bersikap waspada terhadap-Nya, dan berjalan dengan gentar dan tunduk sampai akhir; Tuhan juga tidak akan membiarkanmu diselamatkan pada akhirnya karena kontribusi apa pun yang telah kauberikan. Dengan kata lain, pada akhirnya tak seorang pun akan mendapatkan kesudahan atau tempat tujuan yang baik yang tidak sepantasnya mereka terima—apa pun kesudahan yang akhirnya diperoleh masing-masing orang ditentukan oleh jalan yang mereka tempuh. Aku akan memberimu sebuah contoh. Katakanlah Tuhan mengatur suatu lingkungan bagimu, dan di lingkungan ini, yang seharusnya kaulakukan adalah merenungkan dan mengetahui pelanggaranmu sendiri, serta mulai memahami watak rusakmu, pemikiran dan pandanganmu yang keliru, cacat dan kekurangan, atau beberapa kesalahpahaman dan keluhanmu tentang Tuhan. Engkau juga seharusnya berhenti membuat alasan dan memberikan argumen yang tidak masuk akal untuk membela diri dan sebaliknya, engkau seharusnya mampu tunduk, mencari kebenaran yang sesuai untuk mengubah situasimu saat ini, dan menerima kebenaran untuk bekerja dalam dirimu, lalu bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Dengan melakukannya, engkau akan memperoleh dampak yang diinginkan. Ketika hal yang sama terjadi lagi padamu, engkau dengan sendirinya akan melakukan penerapan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan Tuhan tidak perlu mengatur lingkungan khusus untuk membantumu. Ini adalah sesuatu yang dapat dicapai orang, dan jika mereka dapat mencapainya, Tuhan tidak akan melakukan pekerjaan yang tidak perlu. Namun, terhadap mereka yang tidak mengejar kebenaran, sikap Tuhan berbeda. Ada orang-orang yang tidak mencari kebenaran atau merenungkan diri mereka sendiri ketika sesuatu menimpa mereka, tetapi justru terus bersikap negatif dan menggerutu, mengeluh tentang Tuhan dan orang lain. Mereka bukan hanya mengembangkan gagasan tentang Tuhan, tetapi juga menghakimi-Nya. Jika seseorang memangkas dan menyingkapkan mereka, mereka akan mencari-cari alasan untuk membenarkan diri sendiri, dan mereka mungkin juga menjadi pasif dan bermalas-malasan dalam pekerjaan mereka, atau bahkan mengacaukan banyak hal. Orang-orang semacam itu tidak dapat diselamatkan, dan mereka adalah orang-orang yang dibenci dan ditolak oleh Tuhan. Jika engkau sedikit berminat akan kebenaran saat percaya kepada Tuhan, dan engkau bersedia mendengarkan khotbah dan berusaha untuk mengejar kebenaran, serta memiliki sedikit sikap yang positif, Tuhan akan memeriksa hatimu, dan menggerakkanmu sedikit ketika engkau mencari kebenaran, dan kemudian Dia akan memeriksa apakah engkau mampu menerapkan kebenaran atau tidak. Namun, jika engkau memilih untuk bersikap negatif dan bermalas-malasan dalam pekerjaanmu, membuat alasan dan membenarkan dirimu sendiri, membuat keributan di mana-mana, dan tidak memilih untuk mengenal dirimu sendiri atau bertobat, apa yang akan Tuhan lakukan dan bagaimana Dia akan menanganimu? Tuhan hanya akan secara diam-diam mengamati perubahan apa yang terjadi. Tuhan tidak akan menggerakkanmu, Dia juga tidak akan mendesakmu untuk membaca firman-Nya dan mencari kebenaran. Tuhan tidak akan terlibat atau ikut campur—Dia akan membiarkanmu berbuat sekehendak hatimu. Ketika hati nuranimu tersadar dan engkau berpikir, "Aku seharusnya tidak melakukannya," atau engkau sesekali mendengar kesaksian berdasarkan pengalaman yang mirip dengan situasimu saat ini dan mengetahui bagaimana orang itu bertindak, lalu tiba-tiba merasa bahwa apa yang kaulakukan tidak pantas, tidak rasional, dan tidak senonoh, serta ada rasa sakit yang tajam di dalam hatimu, sejak saat itu, engkau tidak akan lagi bersikap negatif atau lemah, dan akan merasa malu membuka mulutmu untuk membenarkan dirimu sendiri, dan ide atau tindakanmu yang mengganggu dan mengacaukan segala sesuatu akan makin jarang terjadi, dan makin tidak parah. Sejauh apa pun perkembangan hal ini pada akhirnya, semua ini, bagaimanapun juga, adalah perilakumu sendiri. Tuhan hanya secara tersembunyi dan diam-diam mengawasi, dengan tujuan menemukan bukti untuk pada akhirnya menilai dirimu. Sama seperti ketika kota Niniwe akan dihancurkan, Tuhan hanya mengutus Yunus untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang Niniwe. Tuhan tidak menggerakkan mereka untuk mengakui dosa-dosa mereka, bertobat, atau memahami masalah mereka sendiri—Dia tidak melakukan hal-hal ini. Tuhan hanya mengutus Yunus untuk menyampaikan pesan, dan sekaligus secara diam-diam mengamati untuk melihat seperti apa respons dan tindakan yang akan mereka lakukan setelah mendengar pemberitahuan ini, dan untuk melihat apa rencana semua dari beragam orang dari raja sampai rakyat jelata, dan bagaimana sikap mereka terhadap pemberitahuan dari Tuhan ini. Yang Dia lakukan hanyalah mengamati secara diam-diam. Apa artinya "mengamati"? Itu berarti bagaikan penonton, Tuhan mengawasi proses bagaimana segala sesuatunya berkembang dan arah perubahannya, dan Dia tidak ikut campur dengan cara apa pun. Selain menyuruh Yunus untuk menyampaikan beberapa kalimat itu, Tuhan sama sekali tidak melakukan pekerjaan tambahan, dan Dia juga sama sekali tidak melakukan pekerjaan menasihati orang, dan terlebih dari itu, tidak ada kata-kata tambahan yang harus disampaikan, hanya beberapa kalimat yang keluar dari mulut Yunus. Tentu saja, prinsip-prinsip pekerjaan Tuhan dalam diri orang-orang zaman sekarang tetap tidak berubah—Dia masih bekerja dengan cara seperti ini, dan ini adalah sikap Tuhan terhadap umat manusia dari awal hingga akhir. Entah Dia ingin mengubah seseorang atau mencapai sesuatu dalam diri seseorang, sikap, prinsip, dan metode Tuhan dalam pekerjaan-Nya tidak berubah. Mengapa demikian? Yang Tuhan ciptakan adalah manusia yang hidup, manusia ciptaan yang memiliki kehendak bebas, dan bukan mesin atau boneka. Ketika Tuhan mengungkapkan kebenaran atau ingin menyelesaikan sesuatu, sering kali Dia terlebih dahulu mengatur lingkungan tertentu agar orang dapat berusaha memahami maksud-maksud-Nya, dan terkadang Dia akan memberitahu orang secara langsung apa maksud dan tuntutan-Nya; sisanya tergantung pada bagaimana orang itu mengambil keputusan berdasarkan kehendak bebas mereka dan berbagai kondisi yang mereka miliki. Inilah sikap Tuhan terhadap orang-orang Niniwe, dan sikap-Nya sekarang ini terhadap orang-orang yang ingin Dia selamatkan tetap tidak berubah. Prinsip-prinsip pekerjaan Tuhan tidak pernah berubah; Tuhan selalu bekerja dengan cara seperti ini, dan prinsip-prinsip pekerjaan-Nya dalam diri manusia yang Dia ciptakan selalu seperti ini. Setelah Yunus memberi tahu orang-orang Niniwe, dia pergi mencari tempat untuk menenangkan diri dan mengamati orang-orang di kota itu dari jauh untuk melihat kegemparan dan aktivitas seperti apa yang akan terjadi di antara orang-orang Niniwe dari raja hingga rakyat jelata di kota itu setelah pesan Tuhan disampaikan, dan setelah semua orang mengetahui berita bahwa Tuhan akan menghancurkan Niniwe—yang dilakukannya hanyalah mengamati. Tentu saja, pengamatan seperti ini membutuhkan waktu, dan selama proses ini, Tuhan mengamati perubahan dalam semua hal ini. Jika segala sesuatunya berkembang ke arah yang baik, tentu saja Tuhan akan senang; jika segala sesuatunya berkembang ke arah yang buruk, Dia mungkin berduka, tetapi itu tergantung pada situasinya. Tuhan akan berduka karena manusia diciptakan oleh Tuhan, dan Tuhan berduka ketika manusia menghadapi kehancuran, atau ketika suatu kehidupan akan binasa. Namun, ketika dihadapkan dengan orang-orang rusak yang sangat mati rasa dan bodoh, yang sangat memberontak, Tuhan tidak berduka. Tuhan akan melakukan apa yang seharusnya Dia lakukan berdasarkan rencana-Nya yang semula, berdasarkan cara-Nya dalam bekerja, serta berdasarkan cara dan prinsip yang Dia gunakan untuk menangani makhluk ciptaan. Tidak ada perasaan atau emosi manusia di sini, hanya ada prinsip dan standar Sang Pencipta dalam melakukan segala sesuatu. Jadi, dalam hal ini, manusia harus melepaskan gagasan mereka sendiri dan memahami sikap dan metode Tuhan dalam memperlakukan manusia dengan tepat, bukannya menggunakan pikiran manusia ciptaan yang sempit untuk berspekulasi dan menduga-duga pemikiran dan ide-ide Tuhan. Bahwa Tuhan bekerja dalam dirimu, mengatur lingkungan untukmu, dan mengatur orang, peristiwa, serta berbagai hal untuk melatihmu dan memungkinkanmu untuk berlatih, dan Dia ingin agar kebenaran itu bekerja dalam dirimu—maksud Tuhan yang semula untuk melakukan segala sesuatu dengan cara seperti ini didasarkan pada apa? Ini didasarkan pada prinsip menghormati dan menghargai kehidupan. Ini bukanlah semacam perasaan yang dimiliki Sang Pencipta terhadap manusia ciptaan—Tuhan tidak memiliki perasaan. Prinsip dari maksud yang semula ini melampaui perasaan kekerabatan jasmani manusia, dan tentu saja, ini juga bukan semacam kasih sayang—ini muncul karena prinsip menghargai dan menghormati kehidupan. Ada orang-orang yang berkata: "Apakah ini adalah keluasan pikiran Tuhan? Apakah ini adalah tingkat tinggi keberadaan-Nya?" Apakah menurut engkau semua demikian? (Tidak.) Engkau boleh menggunakan istilah "tingkat keberadaan" dan "keluasan pikiran" untuk menggambarkan manusia, tetapi jangan menggunakannya untuk menggambarkan Tuhan. Ini bukanlah keluasan pikiran atau tingkat keberadaan. Di satu sisi, ini dapat dikatakan sebagai keindahan Sang Pencipta, dan di sisi lain, dapat juga dikatakan bahwa ini adalah penyingkapan identitas dan esensi Tuhan. Tuhan menghargai dan menghormati kehidupan setiap makhluk ciptaan, tetapi di atas dasar menghargai dan menghormati ini, Tuhan tidak berkompromi dalam prinsip-prinsip-Nya, dan prinsip-prinsip ini bukanlah berasal dari perasaan atau dari daging. Berasal dari apakah prinsip-prinsip ini? Itu berasal dari prinsip-prinsip kebenaran, yang adalah milik Tuhan saja. Renungkanlah, jika orang memiliki anak, mereka akan memanjakan anak-anak mereka secara berlebihan dan memiliki perasaan yang sangat dalam terhadap anak-anak mereka. Mereka bahkan berharap dapat menggendong anak-anak mereka dan menemani mereka sepanjang hari. Tuhan tidak memiliki perasaan atau kasih sayang seperti itu terhadap manusia. Karena ikatan darah di antara mereka, orang mengembangkan perasaan semacam itu terhadap anak-anak mereka, dan perasaan semacam itu akan membuat orang kehilangan nalar dan prinsip mereka. Itu bukanlah perwujudan yang alami atau normal dari kemanusiaan yang normal, juga bukan perwujudan kasih. Itu semata-mata adalah perasaan dan sikap yang gampang marah—itu adalah perasaan yang muncul karena adanya ikatan darah. Perasaan bukanlah kebenaran, dan bukanlah apa yang seharusnya dimiliki oleh kemanusiaan yang normal; itu adalah hal yang negatif. Tuhan tidak menyayangi atau memanjakan umat manusia. Bagaimana sikap Tuhan terhadap umat manusia? Tuhan telah memilihmu, bertanggung jawab atasmu, bekerja dalam dirimu, membayar harga karenamu, dan mengucapkan firman untuk membekalimu dengan kebenaran dan kehidupan, berdasarkan prinip menghargai kehidupan manusia ciptaan dan menghormati kehidupan. Namun, cara Tuhan bekerja bukanlah seperti yang manusia bayangkan, yaitu dengan memegangmu erat-erat, atau bahasa sehari-harinya, dengan mendesakmu. Tidak seperti itu. Tuhan tidak mendesak orang; Dia tidak pernah memaksa orang untuk melakukan apa pun. Agar dapat memperoleh berkat, dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, orang selalu ingin mendesak Tuhan, dan selalu ingin memaksa Tuhan untuk memberi mereka berkat, dan juga ingin memegang Tuhan erat-erat dan mendesak-Nya agar Dia membiarkan mereka masuk ke dalam kerajaan surga. Bukankah demikian? (Ya.) Tuhan tidak mendesakmu. Penggunaan bahasa sehari-hari "mendesakmu" ini kurang bagus, tetapi itu cukup jelas dan mudah bagi orang untuk memahaminya. Tuhan tidak memegangmu erat-erat—engkau bebas. Jika engkau menghargai semua pekerjaan yang Tuhan lakukan dalam dirimu karena Dia menghormati, menghargai, dan menghargai hidupmu, engkau seharusnya tidak memilih untuk bersikap waspada, memendam kesalahpahaman tentang-Nya, merasa menentang, atau menolak Tuhan ketika Dia menata dan mengatur lingkungan apa pun untukmu. Sebaliknya, engkau seharusnya melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh makhluk ciptaan dan menunjukkan sikap yang seharusnya makhluk ciptaan miliki terhadap Sang Pencipta—bersikap tunduk dan menerima. Bukankah benar demikian? (Ya.) Aspek ini sekarang telah dipersekutukan dengan jelas.
Cara orang memperlakukan pekerjaan Tuhan telah menyingkapkan salah satu dari gagasan dan imajinasi yang mereka miliki. Apakah gagasan dan imajinasi ini? Orang menafsirkan pengaturan dan penataan Tuhan sebagai cara Tuhan untuk memanipulasi dan mengendalikan mereka. Seperti inikah cara Tuhan bekerja? (Tidak.) Di lubuk hatinya, orang takut kepada Tuhan yang tersembunyi. Setiap kali menyebut tentang Tuhan, mereka merasa bahwa Dia menakutkan dan tidak indah. Mereka yakin jika engkau tidak mendengarkan firman Tuhan dan tunduk pada pengaturan dan penataan-Nya, Dia akan marah kepadamu sampai engkau mendengarkan firman-Nya dan tunduk pada pengaturan dan penataan-Nya, dan bahwa Dia tidak akan menyerah sampai Dia menyempurnakanmu. Bukankah ini gagasan yang orang miliki? Orang membayangkan tentang Tuhan sebagai apa? Bukankah mereka membayangkan Dia sebagai seorang diktator? Menurut mereka engkau harus menerima aturan-Nya, menerima kebijakan-Nya, dan bersikap hormat terhadap-Nya serta melakukan apa pun yang Dia perintahkan kepadamu, dan engkau tidak boleh berbicara tentang Dia di belakang-Nya, dan harus menerima lingkungan yang Dia atur untukmu, dan jika engkau tidak menerimanya, engkau akan dihukum dan menerima hukuman yang setimpal. Apakah Tuhan benar-benar melakukan hal-hal seperti ini? (Tidak.) Tuhan menghormatimu dan bertanggung jawab atasmu. Tuhan menghargai kehidupan manusia ciptaan. Orang tidak boleh gagal mengenali apa yang baik bagi diri mereka, atau tidak menghargai kebaikan-Nya. Jika engkau benar-benar menghargai kebaikan Tuhan, engkau harus menerima lingkungan yang Dia atur dan menerima bahwa hal itu adalah dari-Nya. Sekalipun engkau tidak menerima kebenaran yang terkandung di dalamnya, tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran yang terkandung di dalamnya, dan tidak memahami apa yang harus kauterapkan atau ubah, setidaknya engkau tidak boleh bersikap waspada terhadap Tuhan atau salah paham terhadap-Nya—inilah yang seharusnya kaucapai. Sekalipun engkau tidak mendapatkan apa pun dari lingkungan-lingkungan ini, jangan salah menafsirkan keinginan Tuhan. Tuhan tidak berusaha mendapatkan apa pun darimu. Engkau hanyalah makhluk ciptaan yang sangat kecil, apa yang mungkin Tuhan ingin dapatkan darimu? Hidupmu dan semua yang kaunikmati hari ini diberikan kepadamu oleh Tuhan, dan begitu pula sedikit doktrin yang kaupahami. Kehendak bebasmu, kualitasmu, bakatmu, dan kemampuan serta keterampilanmu, baik yang besar maupun yang kecil, semuanya diberikan kepadamu oleh Tuhan. Apa yang ada padamu yang ingin Tuhan dapatkan darimu? Jika Tuhan mendapatkan kemuliaan setelah Dia membuat kebenaran bekerja dalam dirimu, membuatmu tunduk kepada-Nya dan takut akan Dia, lalu engkau menganggap bahwa inilah yang ingin Tuhan dapatkan darimu, bukankah engkau sedang menilai-Nya dengan menggunakan standarmu yang tercela? Ini adalah penghujatan terhadap Tuhan, bukan? (Ya.) Kemuliaan apa yang bisa Tuhan dapatkan dari manusia? Pada akhirnya, manusia itu sendirilah yang memperoleh keuntungan nyata. Sebelum pekerjaan-Nya selesai, Tuhan telah memperoleh kemuliaan, karena Tuhan itu sendiri mulia—kebenaran dan otoritas-Nya adalah bukti kekalahan Iblis, dan keduanya adalah kenyataan dari semua hal yang positif. Tuhan itu sendiri mulia, jadi apakah Dia masih perlu memperoleh sedikit kemuliaan dari makhluk ciptaan yang sangat kecil sepertimu? Tuhan tidak berusaha memperoleh apa pun dari manusia. Jika Dia ingin memperoleh sesuatu, yang diinginkan-Nya adalah agar manusia mampu untuk pada akhirnya memenuhi tuntutan-Nya berdasarkan rencana pengelolaan-Nya, dan begitu manusia memperoleh keselamatan serta mampu menjadi sesuai dengan Tuhan, barulah Dia kemudian akan beristirahat—karena keselamatan umat manusia, Tuhan akan dapat beristirahat sebagai gantinya—inilah yang ingin Tuhan peroleh. Jadi, bukankah manusialah yang memperoleh keuntungan nyata pada akhirnya? Ketika manusia telah memperoleh kebenaran, mereka tidak akan lagi merasa tersesat dalam hidup—mereka akan memiliki arah dan jalan—dan mereka akan menjadi sesuai dengan Tuhan serta tidak lagi memberontak terhadap-Nya, mereka tidak akan lagi ditawan oleh kekuatan jahat apa pun, mereka akan menjadi makhluk ciptaan sejati, dan mereka tidak akan lagi menghadapi kematian—betapa besarnya kehormatan itu! Yang memperoleh keuntungan nyata terbesar adalah manusia, merekalah yang menerima pekerjaan Tuhan dan keselamatan dari Tuhan. Apakah aspek ini telah dipersekutukan dengan jelas? Apa gagasan dan imajinasi orang dalam hal ini? (Mereka menafsirkan pengaturan dan penataan Tuhan sebagai cara-Nya memanipulasi dan mengendalikan orang.) Jika kita tidak mempersekutukan hal ini, orang akan selalu memiliki beberapa pemikiran dan pandangan di benak mereka yang tidak dapat mereka ungkapkan atau yang belum terbentuk menjadi teori yang sistematis. Meskipun hal-hal ini tidak membatasi mereka dalam pelaksanaan tugas mereka, atau tidak memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari dengan cara yang nyata, hal-hal itu sangat memengaruhi pengejaran mereka akan kebenaran, sikap mereka terhadap Tuhan, dan hubungan mereka dengan Tuhan. Oleh karena itu, semua ini adalah hal-hal yang harus orang-orang lepaskan. Begitu masalah ini diselesaikan, engkau akan melepaskan penghalang di antara dirimu dan Tuhan, dan satu jenis rintangan di jalanmu dalam mengejar kebenaran pun akan disingkirkan, sehingga akan lebih mudah bagimu untuk mengejar kebenaran. Setelah kesulitan nyata diselesaikan, penghalang dan rintangan di antara dirimu dan Tuhan akan berkurang, sehingga engkau akan mampu melaksanakan tugasmu dan menerapkan kebenaran dengan lebih mudah. Ini seperti pergi ke medan perang—menurut engkau semua, apakah lebih baik membawa beban yang ringan atau membawa beban yang berat saat engkau pergi berperang? Manakah yang lebih nyaman? (Pergi berperang dengan membawa beban yang ringan.) Pergi berperang dengan beban yang ringan, hanya membawa senjata di punggungmu sudah cukup—itu mudah dan sederhana. Jika selain itu, engkau membawa panci dan koper, atau kosmetik dan peralatan kebugaran, bebannya akan terlalu berat; akan menyakitkan untuk membawa begitu banyak barang ke medan perang, dan tidak nyaman untuk berperang. Gagasan dan imajinasi ini adalah seperti berbagai macam beban yang dibawa orang ke mana-mana, serta menjadi masalah dan hambatan bagi mereka ke mana pun mereka pergi. Singkatnya, dari waktu ke waktu hal-hal ini akan memengaruhimu dan menghalangimu dari mengejar dan menerapkan kebenaran. Ketika tidak ada masalah yang kritis, engkau akan terlihat seolah-olah tidak memiliki masalah besar apa pun. Namun, begitu masalah prinsip yang kritis muncul, engkau akan memiliki penghalang dari hal-hal ini yang memisahkanmu dari Tuhan. Ketika hal-hal ini muncul, engkau akan merasa bahwa ada masalah dalam hubunganmu dengan Tuhan, bahwa ada pertentangan antara dirimu dan Tuhan; imanmu kepada Tuhan tidak akan lagi begitu murni, dan engkau akan memiliki banyak kesulitan. Namun, ketika engkau melepaskan hal-hal ini, engkau akan merasa nyaman, hatimu akan rileks dan lepas, serta tidak lagi terkekang atau terbelenggu. Meskipun hal-hal ini akan muncul dari waktu ke waktu di alam bawah sadar atau pemikiranmu, engkau pada dasarnya telah membereskannya, dan ketika engkau melakukan lagi suatu hal, engkau akan merasa jauh lebih tenang melakukannya dan melakukannya dengan jauh lebih sederhana. Meskipun gagasan dan imajinasi ini mungkin masih sedikit berdampak di pemikiranmu yang terdalam, setidaknya engkau sudah mengenali dengan jelas dalam kehendak subjektifmu bahwa itu bukanlah hal yang positif, jadi secara subjektif engkau akan melepaskannya dan tidak terpengaruh olehnya. Dengan demikian, pada dasarnya engkau sudah melepaskan dan menyingkirkan penghalang di antara dirimu dan Tuhan.
Kita sering mempersekutukan topik tentang mengejar kebenaran dengan cara seperti ini. Dapatkah engkau semua merasakan pentingnya mengejar kebenaran? Ketika engkau melihat orang-orang di sekitarmu yang kaukenal ditangani oleh gereja, bahkan ada yang dikeluarkan atau diusir, apa yang engkau semua pikirkan mengenai hal ini? Apakah engkau memperoleh pengalaman atau pelajaran dari hal ini? Apa masalah utama dengan mereka yang dipindahkan ke kelompok B dan mereka yang dikeluarkan? (Ketika aku melihat beberapa orang di sekitarku yang kukenal dipindahkan ke kelompok B atau dikeluarkan, itu menggugah hati dan pikiranku. Meskipun mereka telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, mereka benar-benar tidak mengejar kebenaran, dan jika aku juga tidak mengejar kebenaran serta tidak mencari kebenaran setiap kali aku menghadapi sesuatu, pada akhirnya aku akan disingkirkan seperti mereka.) Tahukah engkau apa prinsip yang rumah Tuhan gunakan dalam menangani orang-orang ini? Apakah rumah Tuhan mengeluarkan mereka hanya karena mereka memiliki kemanusiaan yang buruk dan tidak mengejar kebenaran, dan karena rumah Tuhan tidak menyukai mereka? (Tidak.) Lalu, apakah semua orang yang tidak ditangani tidak memiliki masalah dengan kemanusiaan mereka, bahwa mereka semua mencintai kebenaran, mengejar kebenaran, dan mampu tunduk kepada kebenaran, serta mengasihi dan takut akan Tuhan? Benarkah demikian? (Tidak.) Apakah orang-orang itu dikeluarkan atau dipindahkan ke kelompok B oleh rumah Tuhan hanya karena mereka tidak mencintai dan muak akan kebenaran? Apakah mereka ditangani karena mereka memiliki kemanusiaan yang buruk dan sama sekali menolak untuk menerima kebenaran, atau karena penampilan mereka yang buruk atau karena pelanggaran sesaat? Inikah prinsip yang rumah Tuhan gunakan dalam menangani orang-orang? (Tidak.) Apakah karena orang tidak mengejar kebenaran maka rumah Tuhan menangani mereka, mendiskualifikasi mereka dari melaksanakan sebuah tugas, dan menyingkirkan mereka? (Tidak.) Jadi, mengapa rumah Tuhan menangani dan menyingkirkan orang-orang ini? (Karena mereka tidak bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan mereka mengacaukan serta mengganggu pekerjaan gereja, menyebabkan pekerjaan rumah Tuhan menjadi sangat dirugikan.) Inikah alasan utamanya? (Ya.) Apa alasan lainnya? Pernahkah ada orang yang disingkirkan karena terus-menerus berbohong? (Tidak.) Pernahkah ada orang yang disingkirkan karena mereka tidak mencintai kebenaran dan muak akan kebenaran? Pernahkah ada orang yang disingkirkan karena mereka tidak setia dalam melaksanakan tugasnya? (Tidak.) Apakah menurutmu sangat disayangkan jika orang-orang ini disingkirkan? Adakah di antara mereka yang diperlakukan tidak adil? (Tidak.) Sama sekali tak seorang pun di antara mereka yang diperlakukan secara tidak adil. Berdasarkan perbuatan jahat yang dilakukan orang-orang ini, mereka pantas mati delapan belas kali ketika mereka pergi ke alam roh, dan mereka semua harus dihukum—dengan mati lalu hidup kembali, kemudian dihukum lagi, lalu mati lagi, kemudian hidup kembali, lalu dihukum lagi, kemudian mati lagi—mereka pantas mati sebanyak delapan belas kali. Mereka melakukan banyak perbuatan jahat dan dosa-dosa mereka itu kejam! Jadi, mengapa orang-orang ini ditangani dan diusir? Karena tidak ada pilihan lain selain bahwa mereka harus ditangani—mereka tidak melaksanakan tugasnya, mereka menyebabkan kekacauan dan gangguan, serta merusak banyak hal! Ada orang-orang yang bahkan mengira bahwa orang-orang ini ditangani karena mereka suka berbohong dan memiliki kemanusiaan yang buruk, atau karena mereka bersaing untuk memperoleh status dan kekuasaan serta tidak setia dalam melaksanakan tugas mereka; orang-orang bingung lainnya berkata bahwa itu karena mereka tidak mencintai kebenaran dan tidak mengejar kebenaran. Jadi, apakah engkau semua mencintai kebenaran? Apakah semua orang yang belum disingkirkan mencintai kebenaran dan mengejar kebenaran? (Tidak.) Tak satu pun dari hal ini adalah faktanya. Sebenarnya, orang-orang ini ditangani dan diusir karena selama proses melaksanakan tugas, mereka menyebabkan kekacauan dan gangguan serta merusak banyak hal, mereka melakukan hal-hal yang ingin dilakukan oleh Iblis, para setan, dan si naga merah yang sangat besar tetapi tidak mampu melakukannya, karena mereka secara serius melanggar ketetapan administratif rumah Tuhan dan membuat Tuhan sangat murka. Mereka disingkirkan hanya karena tidak ada pilihan lain selain bahwa itulah yang harus dilakukan. Ini bukan karena rumah Tuhan tidak penuh kasih dan bersikap kasar terhadap orang, dan bukan karena Tuhan tidak memberi orang kesempatan. Sebaliknya, ini karena orang-orang tersebut telah bertindak keterlaluan, menyebabkan kekacauan dan gangguan, serta menyebabkan pekerjaan gereja menjadi sangat dirugikan. Mereka tidak melaksanakan tugas mereka, dan mereka bahkan tidak berjerih payah; mereka menyebabkan kekacauan dan gangguan, serta melakukan kejahatan. Tak seorang pun dari antara umat pilihan Tuhan merasa senang dengan keberadaan orang-orang seperti ini di dalam gereja. Jika engkau mengatakan sesuatu yang mengejek atau berbohong di gereja, itu hanyalah perilakumu secara pribadi, itu hanya karena engkau tidak mencintai kebenaran dan tidak mengejar kebenaran, dan selama itu tidak menyebabkan kekacauan atau gangguan, tak seorang pun akan menanganimu; jika terkadang engkau agak bersikap asal-asalan ketika melaksanakan tugasmu, tetapi engkau sering kali efektif, maka selama engkau tidak menyebabkan gangguan atau kekacauan, rumah Tuhan akan memberimu kesempatan untuk tinggal dan melaksanakan tugas, memperlakukanmu berdasarkan prinsip. Namun, orang-orang ini menyebabkan gangguan dan kekacauan. Mereka dengan gegabah melakukan perbuatan jahat, dan mereka melanggar prinsip dalam segala hal, menyebabkan kekacauan besar; semua aspek pekerjaan gereja dirusak, dan hasil dari tugas yang dilaksanakan oleh banyak saudara-saudari menjadi sama sekali sia-sia. Akibat dari kekacauan dan gangguan yang mereka sebabkan sangatlah serius, dan akan membutuhkan banyak waktu bagi orang lain untuk memperbaikinya, jadi orang-orang ini harus disingkirkan! Hanya dengan cara inilah kita dapat melindungi saudara-saudari sehingga mereka dapat melaksanakan tugas mereka seperti biasa dan memperoleh hasil yang baik. Hanya dengan mengeluarkan orang-orang jahat dan antikristus ini, barulah kita dapat menciptakan lingkungan kerja dan kehidupan yang layak bagi saudara-saudari. Jika orang-orang jahat dan antikristus ini tetap berada dalam gereja, mereka hanya akan menjadi bencana, dan akan ada suasana yang busuk dan keruh serta kekacauan di mana pun mereka berada. Semua yang mereka lakukan bahkan tidak memenuhi standar berjerih payah. Yang mereka lakukan hanyalah mengganggu, merusak, dan menghancurkan. Semua yang mereka lakukan bertujuan untuk mengacaukan dan mengganggu pekerjaan dan kehidupan bergereja. Bukankah mereka adalah para hamba Iblis? Dapatkah orang-orang semacam itu tetap tinggal di gereja? Mereka bukan manusia biasa yang rusak, melainkan hamba Iblis! Apa yang telah dilakukan orang-orang ini? Mereka menghambur-hamburkan uang persembahan milik Tuhan dan memberikannya kepada orang-orang tidak percaya tanpa syarat—orang-orang ini sangat murah hati dalam memberi uang kepada orang-orang tidak percaya, memberikannya secara paksa bahkan sekalipun orang-orang itu tidak memintanya. Ketika mereka meminta orang-orang tidak percaya untuk melakukan suatu pekerjaan dan orang-orang tidak percaya itu mengatakan bahwa seratus dolar sudah cukup, mereka bersikeras membayar tiga ratus dolar, dan ketika orang-orang tidak percaya itu meminta tiga ratus dolar, mereka bersikeras membayar lima ratus dolar, bahkan memberi orang-orang tidak percaya tersebut bonus tambahan setelah membayar lunas upah mereka. Sebanyak apa pun uang persembahan yang harus digunakan, mereka tidak mau bertanya kepada Yang di Atas tentang hal itu, dan malah hanya mengambil keputusan sendiri. Pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak melakukannya berdasarkan pengaturan kerja rumah Tuhan, atau berdasarkan prinsip-prinsip yang diberikan oleh rumah Tuhan, dan tentu saja, mereka tentu saja tidak melakukannya berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Mereka hanya mengikuti keinginan mereka sendiri dan berbuat sekehendak hati, tanpa sama sekali membela kepentingan rumah Tuhan. Mereka lebih suka membela orang-orang tidak percaya daripada kepentingan rumah Tuhan, dan mereka menghamburkan uang persembahan milik Tuhan di mana-mana. Apakah itu uang yang telah mereka hasilkan? Mereka sama sekali tidak menahan diri dalam hal memberikan bonus dan hadiah kepada orang-orang tidak percaya, dan tak seorang pun diizinkan untuk menentang mereka, dan mereka menegur siapa pun yang tidak setuju dengan mereka. Apakah menurutmu orang-orang seperti ini adalah orang yang percaya kepada Tuhan dan mengikut Tuhan? Mereka adalah sampah, bukan? Haruskah orang-orang seperti ini dikeluarkan? (Ya.) Kejahatan apa lagi yang dilakukan oleh orang-orang ini? Selama memberitakan Injil, mereka melaporkan angka-angka palsu untuk menipu rumah Tuhan, secara kejam menyiksa dan menindas siapa pun yang tidak melaporkan angka-angka palsu. Mereka memaksa orang lain untuk melaporkan angka-angka palsu, tidak memberi mereka pilihan selain melakukannya. Orang macam apa mereka ini? Apakah mereka masih manusia? Jika engkau berkata bahwa mereka sekadar memiliki kemanusiaan yang buruk, tidak mencintai kebenaran, dan tidak mengejar kebenaran, apakah pernyataanmu ini dapat dibenarkan? Bukankah pernyataanmu ini omong kosong? (Ya.) Mereka bukan hanya tidak mencintai kebenaran dan tidak mengejar kebenaran, melainkan mereka juga bahkan tidak memiliki kemanusiaan yang normal, dan terlebih lagi, tidak mencintai dan tidak mengejar kebenaran—mereka adalah para setan! Engkau mengerti hal ini dengan jelas sekarang, bukan? (Ya.) Natur apa yang orang-orang ini miliki? (Natur Iblis.) Mereka memiliki natur Iblis. Setelah dikeluarkan, orang-orang ini menentang, dan bahkan merasa diperlakukan tidak adil, berkata, "Aku tidak bersalah, aku tidak melakukannya!" Kenyataannya ada di depan mata mereka, tetapi mereka tidak mau mengakuinya dan bahkan dengan keras kepala berpaut pada alasan-alasan mereka dan tetap menentang sampai akhir; bukankah ini membuktikan bahwa adalah benar untuk mengeluarkan mereka? Apa akibatnya jika orang-orang seperti ini tidak dikeluarkan? Apakah mereka akan bertobat? Sekalipun engkau memberi mereka kesempatan untuk terus melaksanakan tugas dan hanya memangkas mereka, dapatkah mereka bertobat dan berubah menjadi lebih baik? (Tidak.) Mereka sama sekali tidak mungkin bisa bertobat. Esensi natur apakah ini? Orang macam apa yang tidak bisa bertobat, dan tidak bertobat bahkan ketika dihadapkan pada kenyataannya? (Para setan.) Para setan, orang-orang yang memiliki esensi Iblis, roh-roh jahat, dan setan-setan najis tidak akan bertobat; dengan cara apa pun engkau mempersekutukan kebenaran, mereka tidak akan bertobat. Mereka bahkan tidak mengakui bahwa kenyataannya mereka telah berbuat jahat, jadi dapatkah mereka menerima kebenaran dan mulai mengenal diri mereka sendiri? Mereka sama sekali tidak akan melakukan hal itu! Jika mereka dapat mengakui bahwa kenyataannya mereka telah berbuat jahat, mereka pasti memiliki kesempatan untuk menerima kebenaran, tetapi mereka bahkan tidak mengakui kenyataan tersebut, dan tidak mengakui ataupun menerima natur dari perbuatan mereka—orang-orang semacam itu tidak mungkin bisa bertobat. Mereka sama seperti orang Sodom—jika engkau memberi tahu orang Sodom, "Jika engkau tidak bertobat, Tuhan akan menghancurkan kota ini," akankah mereka menerimanya? Bagaimana sikap mereka setelah mendengar perkataan ini? Mereka akan bertindak seolah-olah mereka tidak mendengarnya dan terus melakukan segala sesuatu berdasarkan preferensi mereka sendiri, melakukan apa pun yang mereka suka, tanpa bertobat sama sekali. Oleh karena itu, kesudahan akhir mereka adalah mereka dihancurkan. Mengenai orang-orang yang menyebabkan kekacauan dan gangguan di dalam gereja, Tuhan memberi mereka kesempatan, tetapi mereka tidak menghargainya ataupun bertobat, dan mereka bersikeras menentang Tuhan sampai akhir. Orang-orang ini tidak memiliki hati nurani atau nalar—apakah mereka layak dikasihani? (Tidak.) Adakah orang yang membela orang-orang yang tidak layak dikasihani ini? Adakah orang yang mengagumi mereka, merasa bahwa mereka telah menderita dan membayar harga selama bertahun-tahun, dan bahwa mereka telah bekerja sangat keras dan sangat rajin, dan bahwa beberapa dari mereka memiliki kualitas yang cukup bagus, serta memiliki kemampuan kerja dan keterampilan kepemimpinan yang hebat, merasa sangat disayangkan bahwa mereka harus disingkirkan? Apakah itu hal yang disayangkan? (Tidak.) Itu bukan hal yang disayangkan, yang berarti adalah hal yang benar untuk menyingkirkan mereka. Amati saja dan lihatlah apakah orang-orang ini mampu menerima kebenaran atau tidak dan jalan apa yang sedang mereka tempuh. Jika orang bahkan menyebabkan kekacauan atau gangguan saat melaksanakan tugas, mereka adalah sampah umat manusia! Merupakan hal yang sudah seharusnya bahwa makhluk ciptaan haruslah melaksanakan tugas mereka, dan apa pun tugas itu, mereka harus memenuhi tanggung jawab mereka. Sekalipun pelaksanaan tugas mereka tidak memenuhi standar, setidaknya mereka tidak boleh menyebabkan kekacauan dan gangguan! Menyebabkan kekacauan dan gangguan adalah sesuatu yang dilakukan Iblis; itu seharusnya bukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia yang rusak. Manusia yang rusak telah dirusak oleh Iblis dan mereka tidak berdaya selain menentang Tuhan. Namun, orang-orang yang memiliki kemanusiaan yang normal, hati nurani, dan nalar tidak akan dengan sengaja menyebabkan kekacauan dan gangguan saat melaksanakan tugas mereka. Ini karena hati nurani dan nalar mereka mengekang mereka, sehingga mereka tidak akan mengacaukan, mengganggu atau merusak pekerjaan rumah Tuhan selama proses mereka melaksanakan tugas. Sekalipun orang tidak mampu melaksanakan tugas mereka dengan cara yang sesuai standar, melakukannya dengan standar rata-rata masih dapat diterima, dan ini setidaknya memenuhi standar hati nurani dan nalar. Namun, orang-orang ini bahkan tidak dapat memenuhi standar ini, jadi pada akhirnya mereka hanya akan sampai di titik ini—dikeluarkan atau diusir dari rumah Tuhan karena banyaknya perbuatan jahat mereka. Mereka adalah sampah umat manusia!
Selanjutnya, mari kita membahas masalah gagasan dan imajinasi dalam "perlunya orang melepaskan penghalang di antara dirinya dan Tuhan serta permusuhannya terhadap Tuhan", yang merupakan poin ketiga dalam "melepaskan" dalam penerapan cara mengejar kebenaran. Kita baru saja membahas beberapa gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan. Melihatnya sekarang, bukankah orang memiliki beberapa gagasan dan imajinasi lain tentang pekerjaan Tuhan? Akankah gagasan dan imajinasi ini memengaruhi cara orang dalam memperlakukan pekerjaan Tuhan, cara mereka mengalami pekerjaan Tuhan, dan cara mereka memahami serta mengenal pekerjaan Tuhan? Di antara berbagai jenis orang yang muncul di gereja, salah satu jenisnya adalah orang jahat dan antikristus. Kejahatan apa pun yang mereka lakukan yang menyebabkan mereka ditangani, dan masalah apa pun yang menyebabkan gereja mengeluarkan atau mengusir mereka, selalu ada orang-orang yang memiliki gagasan tertentu tentang tindakan rumah Tuhan untuk mengeluarkan para pengikut yang bukan orang percaya, orang-orang jahat, serta antikristus, dan gagasan serta imajinasi ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka sama sekali tidak memiliki pemahaman tentang pekerjaan Tuhan atau kedaulatan Tuhan. Dalam gagasan dan imajinasi yang orang miliki, gereja adalah tempat di mana Tuhan bekerja di bumi, jadi gereja adalah tempat bagi orang untuk melihat kedaulatan Tuhan secara langsung, dan dapat juga dikatakan bahwa gereja adalah tempat di mana kedaulatan Tuhan terwujud secara langsung dan jelas. Namun, di tempat ini, orang sering melihat munculnya beberapa orang, peristiwa, dan hal-hal yang tidak sesuai dengan gagasan mereka. Dalam gagasan yang orang miliki, mereka mengira bahwa, karena gereja adalah tempat yang ada kaitannya dengan pekerjaan Tuhan, itu seharusnya merupakan tempat yang tenang dan tenteram yang dipenuhi dengan keramahan dan kedamaian, kasih dan toleransi, serta sukacita dan penghiburan. Mereka yakin bahwa orang-orang seperti orang jahat dan antikristus seharusnya tidak pernah muncul di dalam gereja, dan tidak seharusnya ada kejadian di mana orang jahat melakukan kejahatan. Mereka mengira bahwa di bawah kedaulatan Tuhan, tentu saja tidak seharusnya ada kejadian di mana prinsip-prinsip kebenaran dilanggar di dalam gereja, apalagi ada orang yang melanggar hukum atau hal-hal yang melanggar hukum dalam bentuk apa pun, atau hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan manusia, perasaan manusia, dan kemanusiaan. Mereka yakin bahwa segala sesuatu di dalam gereja seharusnya sangat damai, tenang, menyenangkan, positif, optimis, dan membangkitkan semangat, dan bahkan tidak seharusnya ada pertengkaran, atau terjadi hal-hal mengerikan atau hal-hal buruk apa pun yang tidak sesuai dengan kebutuhan umat manusia. Semua ini adalah gagasan yang orang miliki. Namun, kenyataannya tidak sesuai dengan gagasan dan imajinasi yang orang miliki. Di periode dan tahap pekerjaan mana pun, selalu terjadi peristiwa-peristiwa di dalam gereja di mana ada orang-orang jahat dan antikristus yang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, menyebabkan aspek-aspek tertentu pekerjaan rumah Tuhan dirusak, tatanan pekerjaan gereja dikacaukan serta diganggu, dan hal-hal lain semacam ini. Ketika hal-hal ini terjadi, orang merasa bahwa itu tidak mungkin, dan hati mereka dipenuhi dengan ketidakberdayaan, ketidakpahaman, dan kebingungan, sehingga mereka bertanya-tanya, "Apakah Tuhan itu benar-benar ada? Bagaimana tepatnya Tuhan berdaulat atas umat manusia dan mengelola gereja-Nya, mengelola rumah-Nya? Apakah Tuhan benar-benar memedulikan hal ini atau tidak? Di manakah Tuhan? Ketika hal-hal yang melanggar hukum ini terjadi dan ketika orang-orang jahat muncul dan menyebabkan gangguan, mengapa tak ada seorang pun bertindak untuk menghentikan mereka, dan mengapa Tuhan juga tidak bertindak dan menghentikan mereka? Apa sebenarnya yang sedang terjadi di sini? Bukankah gereja adalah rumah Tuhan? Bukankah mereka yang mengikuti Tuhan adalah umat pilihan-Nya? Mengapa Tuhan tidak menjaga atau melindungi rumah-Nya? Mengapa Tuhan tidak melindungi umat pilihan-Nya sehingga mereka dapat hidup dengan damai di zona nyaman, di tempat berlindung yang aman?" Keraguan dan kebingungan yang orang miliki ini disebabkan oleh berbagai gagasan yang orang miliki, bukan? (Ya.) Jadi, gagasan-gagasan ini terutama tentang apa? Bukankah itu tentang pekerjaan Tuhan dan kedaulatan Tuhan? Karena berbagai hal seperti orang-orang jahat melakukan kejahatan serta menyebabkan kekacauan dan gangguan di dalam gereja, dan karena orang tidak memahami hal-hal ini, sulit bagi mereka untuk mengetahui yang sebenarnya mengenai asal-usul dari hal-hal ini dan apa hasil akhirnya nanti. Karena orang tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal ini, mereka mengembangkan berbagai macam ide dan gagasan tentang Tuhan. Ada orang-orang yang berpikir, "Rumah Tuhan seharusnya menunjukkan kasih kepada orang-orang jahat dan antikristus. Jika rumah Tuhan tidak menunjukkan kasih kepada mereka, bukankah itu sama saja seperti masyarakat? Di tengah masyarakat, selalu ada sekelompok orang yang menganiaya beberapa kelompok orang lainnya, yang semuanya adalah demi bersaing untuk memperoleh kekuasaan dan pengaruh. Dengan mengeluarkan dan mengusir orang-orang jahat, bukankah rumah Tuhan juga sedang menyiksa orang? Ternyata tidak seaman itu tinggal di rumah Tuhan! Jika engkau benar-benar menghadapi situasi yang bergolak, engkau mungkin akan diperlakukan tidak adil dan dikeluarkan, dan tak seorang pun akan membenarkanmu! Di manakah tepatnya Tuhan itu? Mengapa Tuhan tidak keluar dan mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu? Biarkan kami melihat keberadaanmu, biarkan kami melihat kemahakuasaanmu, biarkan kami melihat kedaulatanmu dengan mata kepala kami sendiri, dengan demikian kami akan merasa tenang, bukan?" Di dalam gereja, setiap kali orang mengalami beberapa peristiwa yang mereka anggap membingungkan, perasaan seperti kegelisahan dan keraguan muncul dalam diri beberapa dari mereka, dan ada orang-orang yang bahkan ingin menghindari peristiwa-peristiwa ini, ada yang tenggelam dalam kenegatifan; khususnya ada orang-orang yang setelah disesatkan dan dibodohi oleh antikristus, menyerah terhadap diri mereka sendiri, dan ada yang setelah disesatkan, dimanfaatkan oleh antikristus dan telah menjadi kaki tangan mereka, bahkan diisolasi untuk merenungkan diri atau dikeluarkan oleh gereja. Sementara orang-orang merasa bingung tentang semua hal ini, mereka juga memiliki keraguan tentang keberadaan Tuhan. Ini karena sumber utama iman dari banyak orang kepada Tuhan adalah keyakinan mereka bahwa Tuhan itu berdaulat atas semua hal, atas segala sesuatu. Dengan kata lain, banyak orang meyakini bahwa Tuhan mampu berdaulat atas segala sesuatu, atas semua hal, dan atas nasib umat manusia, jadi mereka percaya akan keberadaan Tuhan, akan identitas dan esensi Tuhan. Namun, hal-hal yang terjadi di sekitar mereka ini menyebabkan mereka ragu dan goyah dalam kepercayaan mereka akan kedaulatan Tuhan, dan kemudian mereka mulai meragukan fakta bahwa Tuhan itu berdaulat atas segala sesuatu, dan kemudian iman mereka kepada Tuhan juga mulai goyah, sehingga serangkaian masalah ini muncul. Orang memiliki segala macam gagasan dan imajinasi tentang kedaulatan Tuhan, dan gagasan serta imajinasi ini tentu saja tidak sesuai dengan kebenaran atau fakta, dan sebaliknya merupakan penafsiran yang keliru atau kesalahpahaman yang orang miliki. Jadi, selanjutnya kita akan bersekutu tentang bagaimana Tuhan berdaulat atas semua orang, peristiwa, dan hal-hal di sekitarmu yang dapat kaulihat dan rasakan, apa saja prinsip-prinsip kedaulatan Tuhan atas semua ini, dan apa tujuan yang ingin Dia capai.
Istilah "kedaulatan Tuhan" mencakup lingkup pembahasan yang sangat luas. Jika kita kesampingkan lingkungan yang lebih luas, dalam hal gereja, fakta bahwa Tuhan berdaulat atas segala sesuatu adalah hal yang nyata. Kedaulatan Tuhan bukanlah kata-kata kosong, juga bukan sekadar fenomena, melainkan ada contoh-contoh nyata tentangnya, dan hasil-hasil yang nyata. Jadi, apa sajakah prinsip-prinsip kedaulatan Tuhan di dalam gereja? Mari kita renungkan hal ini terlebih dahulu: apakah Tuhan berdaulat dan mengatur siapa saja orang yang diterima untuk masuk ke dalam gereja? (Ya.) Ini tidak kosong. Siapa saja orang yang menerima Injil dan firman Tuhan, dan siapa saja orang yang dapat menerima pekerjaan Tuhan, dan siapa saja orang yang dapat masuk ke dalam gereja—semua ini ditentukan oleh Tuhan. Untuk saat ini, mari kita tidak membahas tentang kemanusiaan orang-orang ini, dan apakah mereka adalah orang jahat atau bukan; fakta bahwa mereka dapat masuk ke dalam gereja berarti Tuhan telah menentukan hal ini. Apakah penentuan Tuhan merupakan salah satu aspek kedaulatan Tuhan? (Ya.) Pertama-tama, ada satu hal yang bisa kita yakini, yaitu bahwa masuknya setiap orang ke dalam gereja ditentukan oleh Tuhan. Istilah "penentuan Tuhan" kedengarannya agak abstrak, jadi mari kita katakan saja "Tuhanlah yang menjadi penentu keputusan, Tuhanlah yang menjaga pintu." Tuhan adalah pintu gerbang menuju kerajaan dan juga pintu gerbang menuju gereja. Tuhanlah yang menjaga pintu jika menyangkut orang-orang seperti apa yang bisa secara resmi menjadi anggota gereja, anggota keluarga Tuhan. Entah mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya atau orang-orang jahat yang berhasil masuk ke dalam gereja, atau orang-orang baik yang tertarik untuk percaya kepada Tuhan atau yang mampu menerima kebenaran dan mengikuti Tuhan, jika mereka bergabung dengan gereja dan menjadi anggota gereja, ini bukan sesuatu yang dapat diputuskan oleh siapa pun, itu karena kedaulatan, pengaturan, dan penentuan Tuhan. Entah mereka percaya kepada Tuhan dengan memiliki motif atau tujuan tersembunyi tertentu, atau seperti apa kemanusiaan mereka, atau seperti apa tingkat pendidikan dan latar belakang sosial mereka, Tuhanlah yang memutuskan bahwa mereka dapat bergabung dengan gereja dan datang ke hadapan-Nya—Tuhanlah yang menjaga pintu. Dapatkah manusia menjaga pintu dengan benar? (Tidak.) Manusia tidak dapat memutuskan hal ini, itu tidak bergantung pada kehendak manusia. Misalnya, ketika engkau bertemu dengan seseorang yang cerdas dan memiliki status di tengah masyarakat, engkau berpikir, "Alangkah baiknya jika orang ini bisa datang ke rumah Tuhan untuk menjadi pemimpin gereja. Gereja kita kekurangan orang-orang semacam itu." Namun, Tuhan tidak menginginkan orang itu; Dia tidak menggerakkan dirinya. Ketika orang lain memberitakan Injil dan mempersekutukan firman Tuhan kepadanya, dia tidak memahami apa yang telah dia dengar. Ketika dia mendengarkan hal lain, dia mampu memahaminya; hanya ketika mendengarkan firman Tuhan, dia tidak mampu memahaminya, dan menjadi seperti orang bodoh—masih dapatkah orang semacam itu masuk ke dalam gereja? Meskipun dia tertarik untuk memperoleh berkat, dia tidak mampu menenangkan hatinya dan tidak dapat duduk diam ketika mendengarkan firman Tuhan dan persekutuan tentang kebenaran, dan setelah mendengarkan dua atau tiga khotbah, dia berhenti datang. Orang-orang semacam itu tidak memiliki iman yang sejati, jadi akankah niat baikmu terhadapnya ada pengaruhnya? Akankah engkau dapat membawanya ke dalam gereja? Tidak. Tuhanlah yang menjadi penentu keputusan mengenai hal itu. Tuhan berkata bahwa Dia tidak menginginkan orang semacam itu, dan entah itu untuk melakukan pelayanan atau untuk memainkan peran tertentu, Dia tidak menginginkan orang itu. Jadi, sekalipun engkau dengan berniat baik memaksa orang itu, itu akan sia-sia, dan pada akhirnya, dia tetap harus pergi. Dia tidak mungkin menjadi anggota gereja; siapa pun yang memaksanya, itu akan sia-sia. Ini adalah hal yang tidak dapat diputuskan oleh manusia; ini ditentukan oleh Tuhan, dan Tuhanlah yang menjaga pintunya. Ada seseorang yang tidak memiliki status sosial, dia bukan tokoh penting, dan berkualitas rata-rata serta berpenampilan biasa-biasa saja, tetapi dia cukup sederhana dan jujur, serta tertarik akan hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan kepada Tuhan. Kesulitan apa pun yang dia hadapi, dia tidak dapat dipisahkan dari Tuhan, dan dia sangat bersemangat—energi yang penuh semangat ini adalah sesuatu yang membuat saudara-saudari senang melihatnya, dan Tuhan juga senang melihatnya—dan sebenarnya, karena digerakkan oleh Roh Tuhanlah yang membuatnya menjadi sangat bersemangat. Setelah masuk ke dalam gereja dan melihat bahwa orang-orang di gereja semuanya adalah orang baik, makan dan minum firman Tuhan serta mempersekutukan kebenaran setiap hari, dia sangat terdorong oleh hal ini dan merasa bahwa ini adalah jalan hidup yang benar, jadi dia mulai memberitakan Injil dan melaksanakan tugasnya dan menjadi pengikut Tuhan. Siapa yang memutuskan bahwa dia dapat percaya kepada Tuhan? (Tuhanlah yang memutuskan.) Tuhanlah yang memutuskan. Dia hanya dapat percaya kepada Tuhan karena Tuhan mengizinkannya masuk ke dalam gereja. Jika Tuhan tidak bekerja dan menggerakkan dirinya, dia tidak akan dapat percaya kepada Tuhan, dan jika dia dipaksa masuk ke dalam gereja, cepat atau lambat dia pasti akan meninggalkannya. Manusia tidak memiliki kemampuan dalam natur bawaan mereka untuk menerima kebenaran; fakta bahwa mereka dapat mencintai kebenaran dan menerima kebenaran membuktikan bahwa Tuhan bekerja dalam diri mereka. Jika Tuhan bekerja dalam diri mereka, mereka dapat menjadi anggota gereja—ini merupakan prasyarat bagi semua jenis orang yang masuk ke dalam gereja, prasyaratnya adalah bahwa Tuhan menginginkan mereka. Peran apa pun yang mereka mainkan di gereja, bagaimanapun juga, Tuhanlah yang menjaga pintu rumah-Nya. Jika Dia tidak mengizinkan mereka masuk, mereka berada di luar pintu; jika Dia mengizinkan mereka masuk, mereka berada di dalam rumah. Oleh karena itu, menjadi anggota gereja bukanlah hal yang sederhana. Mengenai prinsip-prinsip spesifik apa saja yang menjadi dasar bagi Tuhan untuk menerima orang, tentu saja Tuhan memiliki prinsip-prinsip-Nya sendiri. Kita tidak akan mempersekutukan orang seperti apa yang Tuhan inginkan dan orang seperti apa yang tidak Dia inginkan—ini sangat rumit. Mengapa Kukatakan bahwa ini rumit? Tuhan memiliki rencana tentang siapa yang masuk ke dalam gereja, peran apa yang mereka mainkan selama periode apa, dan tugas apa yang mereka laksanakan atau pekerjaan penting apa yang mereka lakukan selama periode apa, dan dalam periode apa mereka menyesuaikan diri dengan kebutuhan pekerjaan rumah Tuhan dan kebutuhan personelnya. Tuhan mengatur dan mengendalikan pada tingkat makroskopis dan keseluruhan, bukannya hanya bertindak pada saat ini—ini adalah hal yang sangat rumit, dan tidak dapat dijelaskan dengan gamblang dalam beberapa kata, jadi kita tidak akan membahasnya secara terperinci. Singkatnya, apakah seseorang dapat masuk ke dalam pintu gerbang rumah Tuhan, itu tidak diputuskan oleh siapa pun; Tuhanlah yang berdaulat atas hal ini dan mengaturnya. Setelah masuk ke dalam rumah Tuhan, berbagai jenis orang melaksanakan berbagai jenis tugas, memainkan berbagai jenis peran, dan menempuh berbagai jenis jalan. Semua dari beragam jenis orang ini memiliki berbagai macam perwujudan, entah baik atau buruk, positif atau negatif, proaktif atau pasif—semua ini berada di bawah kedaulatan dan kekuasaan Tuhan.
Kedaulatan Tuhan berarti bahwa segala sesuatu muncul dan terjadi sesuai dengan proses alaminya di bawah pengaturan-Nya; tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan, dan perkembangan serta perubahan setiap peristiwa tidak diprakarsai atau ditentukan oleh siapa pun—Tuhanlah yang berdaulat atas semua hal ini. Tentu saja, hasil akhir dan penggolongan dari setiap peristiwa juga didasarkan pada esensi dari jenis peristiwa itu dan esensi dari jenis orang yang terlibat di dalamnya, dan dasar untuk menggolongkan peristiwa itu sepenuhnya adalah firman Tuhan dan prinsip-prinsip yang dituntut Tuhan. Tidak ada jenis peristiwa apa pun yang terjadi secara kebetulan, dan hasil akhir dari jenis peristiwa apa pun tidak diputuskan oleh manusia. Sebenarnya, awal dari jenis peristiwa apa pun yang terjadi diatur dan dimunculkan oleh Tuhan. Ketika Tuhan memunculkan jenis peristiwa tertentu, Dia mengatur jenis orang tertentu untuk berperan di dalamnya, dan jenis orang tersebut mungkin berperan sebagai pelaku pelayanan atau sebagai kontras, mereka mungkin memainkan peran negatif, atau mereka mungkin memainkan peran positif. Namun, peran apa pun yang mereka mainkan, awal dari semua hal ini diatur oleh Tuhan. Ada dua penjelasan tentang pengaturan Tuhan dalam hal ini. Salah satu penjelasannya adalah bahwa Tuhan sendirilah yang membuat beberapa pengaturan positif dan memberikan beberapa pengarahan yang positif dan melakukan pengawasan, dan membuat beberapa tokoh positif memprakarsai suatu peristiwa—inilah salah satu penjelasan tentang "pengaturan Tuhan". Penjelasan lainnya adalah bahwa Tuhan mengutus dan mengirimkan sejenis roh untuk melakukan hal-hal tertentu. Hal-hal ini negatif dan jahat di mata manusia, dan dengan demikian tokoh-tokoh negatif dan jahat ini jelas merupakan tokoh-tokoh negatif, yaitu, jenis-jenis orang yang Tuhan tentukan dari sejak semula untuk masuk ke dalam rumah-Nya sebagai kontras dan bahan pembelajaran yang negatif. Tuhan membuat mereka memainkan peran-peran ini, karena dengan esensi natur mereka, inilah satu-satunya peran yang dapat mereka mainkan, dan Dia membiarkan mereka melakukannya sepuas hati mereka dan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan sebagai kontras sepuas hati mereka. Selama keseluruhan proses itu, perwujudan apa pun yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh positif atau tokoh-tokoh negatif ini, prinsip Tuhan dalam memperlakukan dan menangani semua hal ini adalah membiarkannya berjalan sesuai dengan proses alaminya. Dalam memandang dan menangani hal-hal ini, tokoh-tokoh positif memiliki beberapa sudut pandang yang positif, dan beberapa sudut pandang yang sesuai dengan kemanusiaan dan standar hati nurani. Meskipun beberapa dari mereka memperlihatkan beberapa watak yang rusak—memperlihatkan beberapa perwujudan sebagai penyenang orang, atau memperlihatkan beberapa watak rusak lainnya—setidaknya mereka menaati hati nurani dan nalar kemanusiaan, yaitu mereka menaati prinsip dasar dalam cara mereka berperilaku. Mengenai tokoh-tokoh negatif, Tuhan tidak ikut campur di dalamnya atau tidak membimbing apa pun yang mereka lakukan, tetapi membiarkan mereka mengikuti proses yang secara alami mereka lakukan; mereka juga melakukannya sepuas hati mereka, dan menyingkapkan keburukan mereka serta melakukan hal-hal tertentu sepuas hati mereka. Mereka berhasil memerankan tokoh-tokoh negatif yang Tuhan singkapkan, yaitu orang-orang jahat dan antikristus, membuat orang lain menjadi mampu untuk melihat dengan jelas, dalam kehidupan nyata, orang seperti apa yang adalah setan-setan, orang seperti apa yang adalah orang-orang jahat, dan orang seperti apa yang adalah antikristus, juga seperti apa tepatnya wajah mengerikan dari antikristus, orang-orang jahat, Iblis, dan setan-setan yang Tuhan singkapkan. Jika tokoh-tokoh negatif ini tidak digunakan sebagai bahan pembelajaran yang hidup dalam kehidupan nyata, maka dalam pikiranmu, setan-setan dan Iblis akan selamanya tidak berwujud, dan akan selamanya hanya menjadi tebakan atau sebuah gambaran. Namun, sekarang contoh-contoh hidup ini ditempatkan tepat di depan matamu, dan setan-setan yang mengenakan kulit manusia ini sedang hidup dengan jelas di depan matamu, dan ucapan serta perilaku mereka, setiap perkataan dan tindakan mereka, ekspresi wajah mereka, bahkan nada bicara mereka, semuanya muncul dengan jelas dalam kehidupanmu, tepat di hadapanmu, dan terpatri di benakmu. Ini bukanlah hal yang buruk bagimu. Hal semacam ini terjadi berulang kali di dalam gereja. Pertama kali itu terjadi, engkau merasa gelisah dan berpikir bahwa engkau perlu berdoa kepada Tuhan. Kedua kalinya itu terjadi, engkau berpikir, "Aku harus belajar menggunakan kebenaran untuk melindungi diriku sendiri, dan ketika bertemu lagi dengan orang seperti ini, aku harus menghindari mereka," dan engkau mulai berpikir tentang cara melindungi dirimu sendiri dan menjauhi orang jahat. Ketiga kalinya orang seperti ini muncul, engkau berpikir, "Mengapa orang ini berbicara persis seperti si naga merah yang sangat besar, seperti Iblis? Bukankah hal-hal yang dia katakan menyesatkan? Bukankah dia adalah orang jahat? Tampaknya firman Tuhan telah mengatakan bahwa orang-orang yang memperlihatkan perwujudan ini adalah antikristus. Aku harus mengenali dan menyingkapkan orang ini, aku tidak boleh disesatkan olehnya, dan aku harus menjauhinya." Dengan mengalami hal seperti ini berulang kali, engkau memperoleh pemahaman yang makin jelas dan makin menyeluruh tentang cara mengidentifikasi antikristus, orang jahat, Iblis, dan setan-setan, serta apa artinya kekacauan dan gangguan. Pemahamanmu tidak lagi hanya terpaku pada kata-kata dan doktrin, apalagi pada gambaran. Sebaliknya, engkau makin mampu mengidentifikasi hal-hal ini dalam kehidupan nyata, dan pada saat yang sama, engkau mampu memandang orang-orang ini dengan menggunakan kebenaran, dan mengatasi hal-hal yang telah terjadi dengan menggunakan kebenaran. Tentu saja, ketika hal-hal ini terjadi, engkau juga terus-menerus mengoreksi pandangan dan sudut pandangmu, memikirkan apa tepatnya sudut pandang yang seharusnya kaupakai terhadap orang-orang ini, dari perspektif apa engkau harus memandang mereka, dan hubungan seperti apa yang harus kaupertahankan dengan mereka. Ketika engkau menghadapi hal-hal ini, tanpa kausadari, engkau akan merenungkan masalah-masalah ini, terus-menerus mencari kebenaran untuk menemukan jawaban dan menarik kesimpulan, serta pada akhirnya memperoleh sesuatu. Selama proses ini, yang Tuhan lakukan hanyalah membekali orang dengan kebenaran dan memungkinkan mereka untuk memahami kebenaran, baik itu dengan mempersekutukan kebenaran maupun dengan memungkinkan orang untuk memahami kebenaran dalam hal-hal yang terjadi pada mereka—singkatnya, Tuhan tidak menghentikan situasi ini sejak awal. Jika hal ini harus terjadi, dan itu bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan dan bagi pekerjaan gereja, Tuhan akan mengizinkan hal ini untuk terjadi pada orang-orang, dan Dia tidak akan menghentikannya, tetapi akan membiarkannya berkembang sesuai dengan proses alaminya. Tujuan Tuhan dalam bekerja dengan seperti cara ini adalah, di satu sisi, untuk menyingkirkan orang, dan di sisi lain, untuk menyempurnakan orang. Tentu saja, dalam menyingkirkan orang, Dia pasti menargetkan mereka yang bertindak sebagai kontras dan yang bahkan tidak layak untuk melakukan pelayanan, sedangkan dalam menyempurnakan orang, Dia menargetkan umat pilihan-Nya—mereka yang bersedia mengejar kebenaran. Ada dua makna penting dalam hal ini. Salah satu makna pentingnya adalah bahwa melalui perbuatan yang mereka lakukan, orang-orang jahat tersingkap, disingkirkan, dan dikeluarkan dari gereja. Makna penting yang kedua adalah bahwa, selama proses orang-orang jahat ini secara bertahap berbuat dan bertindak sebagai kontras, umat pilihan Tuhan dimungkinkan untuk belajar mengidentifikasi, dan memahami kebenaran di dalam firman Tuhan; dengan demikian, Tuhan membuat kebenaran itu bekerja dalam diri orang-orang dengan cara yang nyata—yang berarti, Tuhan mengizinkan berbagai perwujudan esensi jahat dari berbagai jenis orang jahat, antikristus, Iblis, dan setan-setan yang Dia singkapkan untuk diperlihatkan dalam kehidupan nyata orang, dan ini memungkinkan orang untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan yang jelas tentang berbagai jenis tokoh, peristiwa, dan hal-hal yang jahat, buruk, dan negatif. Misalnya, katakanlah Tuhan berkata kepadamu, "Engkau tidak boleh menyentuh arang panas dengan tanganmu; jari-jarimu akan terbakar dan akan terasa sakit." Engkau tidak tahu seperti apa arang panas itu, engkau tidak tahu seperti apa rasanya jika engkau menyentuhnya, dan setelah Dia memberitahumu hal ini, yang kaupahami adalah sebuah doktrin. Beberapa orang kemudian membayangkan bahwa arang panas adalah sebuah bola atau potongan panjang. Seperti apa warna arang panas? Seperti apa rasanya saat menyentuhnya? Seperti apa rasa sakit saat menyentuhnya? Engkau tidak tahu. Kesanmu tentang arang panas hanyalah gambaran dari apa yang mampu dibayangkan oleh pikiranmu, dan itu tidak akan pernah ada kaitannya dengan hal yang sebenarnya. Lalu suatu hari, ketika Tuhan mengeluarkan sebuah nampan dengan arang-arang panas di atasnya dan meletakkannya di hadapanmu, engkau tidak mengenalinya, dan engkau hanya merasa bahwa arang panas itu terlihat sangat panas. Engkau dengan hati-hati meraihnya dengan tanganmu, untuk melihat apakah jari-jarimu akan terasa makin panas saat engkau menyentuhnya. Tuhan berkata, "Engkau dapat mencobanya, tetapi jangan menyentuhnya terlalu lama, jika tidak, kulitmu akan terbakar." Ada orang yang bodoh—mereka mengulurkan kelima jari mereka dan menggenggam sepotong arang panas, dan seluruh tangan mereka pun terbakar dan melepuh. Ada orang yang cerdas dan berhati-hati—mereka hanya mengulurkan satu jari dan menyentuhnya dengan lembut, lalu menarik jarinya kembali dalam waktu kurang dari sedetik, berkata, "Aduh, ini terlalu panas! Ini benar-benar membakar!" Entah engkau menggunakan lima jari atau satu jari untuk menyentuhnya, bagaimanapun juga, apa yang kausentuh adalah benda nyata, bukannya gambar atau kata-kata, dan selama sisa hidupmu, engkau tidak akan pernah melupakan perasaan dan pengalaman menyentuh arang panas, dan apa arti arang panas bagimu. Ketika engkau melihat arang panas lagi, engkau akan memberi tahu orang lain: "Kau dapat menggunakannya untuk menghangatkan tubuh, mengeringkan pakaian, dan memanggang roti, tetapi kau tidak boleh menyentuhnya dengan tanganmu. Tanganmu akan terbakar dan melepuh jika menyentuhnya." Orang-orang mungkin berkata: "Jadi, apa yang akan terjadi jika tanganku terbakar dan melepuh?" Lalu engkau akan menjawab: "Setidaknya, kau tidak akan dapat memegang sesuatu dengan tanganmu, dan juga akan merepotkan bagimu untuk makan dan bahkan lebih merepotkan bagimu untuk melakukan pekerjaan fisik." Ini berbicara dari pengalaman, bukan? Setelah pengalaman yang mendalam itu, perasaan terbakar dari arang panas akan terpatri dalam ingatanmu, sehingga engkau tidak akan pernah lagi menyentuh arang panas seketika itu juga. Tuhan berdaulat atas segala sesuatu dan mengatur berbagai macam hal untuk terjadi pada manusia agar mereka bisa memetik pelajaran dan memperoleh manfaat darinya, dan agar kebenaran serta firman yang Dia berikan kepada manusia dapat benar-benar bekerja dalam diri mereka, sehingga di dalam hatinya, firman dan kebenaran Tuhan bukan lagi menjadi doktrin, slogan, atau aturan, melainkan menjadi hidup mereka, serta menjadi prinsip dan standar yang mereka andalkan untuk bertahan hidup, dan menjadi bagian dari kehidupan mereka—dengan demikian, pekerjaan Tuhan akan mencapai dampaknya.
Dalam hal kedaulatan Tuhan, yang seharusnya orang pahami adalah bahwa Tuhan mengatur permulaan suatu peristiwa, lalu membimbing dan memimpin proses perkembangannya. Mengenai apa hasil akhir dari peristiwa itu, apa yang diperoleh orang-orang yang mengejar kebenaran darinya dan berapa banyak yang mereka peroleh, di mana peristiwa ini dan orang-orang serta hal-hal yang terlibat di dalamnya berakhir, dan bagaimana semua itu akhirnya diatur, semua ini tentu saja juga ditentukan oleh Tuhan—ini adalah prinsip kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Tuhan hanya menentukan dari sebelumnya awal, proses, dan hasil dari setiap peristiwa, dan Dia membiarkan seluruh peristiwa itu berkembang dengan bebas ke arah yang telah Dia tetapkan. Tujuannya adalah untuk membuat segala sesuatu terjadi sesuai dengan pola-pola alamiah, atau membiarkan segala sesuatu menjalankan fungsinya tanpa mengalami penyimpangan atau pemrosesan apa pun, agar dapat mencapai efek yang ingin Tuhan capai. Bukankah demikian? (Ya.) Misalnya, ketika Tuhan mengatur agar suatu peristiwa dimulai dan terjadi, Dia kemudian mulai mengamati sikap orang-orang yang bersentuhan dengan peristiwa ini, dan apa pandangan mereka terhadapnya—apakah mereka melihatnya dengan penuh perhatian atau tidak tertarik untuk memperhatikannya, dan apakah mereka menghadapinya dengan segenap hati atau menolak, menentang, dan menghindarinya—Tuhan mengamati perwujudan dari berbagai jenis orang tersebut. Jadi, apakah Tuhan ikut campur dalam perwujudan berbagai jenis orang? Tuhan tidak ikut campur. Tuhan memberimu hak untuk memilih dengan bebas. Engkau dapat menunjukkan bahwa engkau menaruh perhatian besar pada peristiwa ini dan sangat bersungguh-sungguh tentang hal itu, atau engkau dapat mengambil sikap mengabaikannya dan bersikap acuh tak acuh terhadapnya, serta tentu saja, engkau juga dapat mengambil sikap abstain, menghindarinya, dan tidak berpartisipasi di dalamnya—Tuhan hanya akan secara diam-diam mengamati. Namun, kemunculan dan terjadinya seluruh peristiwa itu diprakarsai oleh Tuhan. Ini adalah langkah awal dari kedaulatan Tuhan atas suatu peristiwa. Ketika peristiwa ini mulai berkembang, mengenai siapa orang-orang yang berpartisipasi di dalamnya, siapa orang-orang yang terlibat di dalamnya, dan ke arah mana peristiwa itu berkembang setelah mereka terlibat di dalamnya, tentu saja Tuhanlah yang mengarahkan dan mengatur semua orang ini, sehingga peristiwa tersebut berkembang ke arah dan dengan dampak yang Tuhan inginkan. Demikian pula, ketika peristiwa ini terungkap dan seluruh peristiwa berkembang mencapai puncaknya, Tuhan akan tetap mengamati sikap, perwujudan, pendapat, dan pandangan dari berbagai jenis orang. Dia mengamati apakah engkau benar-benar menanggapi peristiwa ini dengan serius, apakah engkau sangat serius, teliti, dan bersungguh-sungguh sehubungan dengan peristiwa ini, atau apakah engkau acuh tak acuh terhadapnya, mengabaikannya, dan sangat mati rasa terhadapnya, atau mengambil sikap yang menghindar dan jijik terhadapnya. Dia akan mengamati untuk melihat apakah engkau adalah orang yang mencintai kebenaran, dan apakah engkau adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam hal firman Tuhan, tuntutan Tuhan, dan kebenaran. Selama proses perkembangan seluruh peristiwa, sikapmu menjadi makin jelas, dan Tuhan akan melihat dengan makin jelas sikapmu terhadap kebenaran, sikapmu terhadap lingkungan yang Dia atur, dan Dia juga akan melihat dengan jelas sikapmu dalam mengejar kebenaran. Ketika seluruh peristiwa berkembang sampai pada akhirnya dan hasilnya tak dapat dihindari, Tuhan tetap akan memperhatikan apa yang telah kauperoleh dari seluruh peristiwa tersebut, apa yang sedang kaupikirkan di benakmu, dan apa yang sedang kauperhitungkan. Dia akan melihat apakah engkau hanya berfokus untuk mendapatkan pengalaman dan memetik pelajaran dari peristiwa ini agar dapat melindungi dirimu sendiri—menjadi penyenang orang—atau apakah engkau melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan tidak lagi bingung seperti sebelumnya. Tuhan juga akan melihat bagaimana sikapmu terhadap peristiwa ini, apakah engkau tetap diam dan tidak mengungkapkan pandangan apa pun, menjauhkan diri dari apa pun yang tidak memengaruhimu secara pribadi, atau apakah dalam menghadapi peristiwa ini engkau bukan saja tidak memiliki pemahaman yang murni, tetapi kesalahpahaman dan keluhanmu tentang Tuhan juga menjadi makin parah, dan engkau telah mengembangkan jauh lebih banyak gagasan dan imajinasi tentang-Nya, bahkan sampai pada titik ingin menghindarinya. Berbagai jenis orang memiliki pemikiran dan pandangan yang berbeda ketika berbagai jenis peristiwa terjadi, dan Tuhan akan mengamati dan mencatat semuanya. Pada tahun tertentu, pada hari tertentu, dan pada jam, menit, atau detik tertentu, apa yang sedang kaupikirkan, apa yang sedang kaukatakan, apa yang sedang kauperhitungkan, apa yang sedang kaurencanakan, aspek kebenaran apa yang mulai kaupahami, bagaimana sikapmu ketika seseorang mempersekutukan aspek kebenaran tertentu, apakah engkau menentang dan muak akan kebenaran serta tidak ingin mendengarkannya, atau berencana untuk melarikan diri—Tuhan memeriksa semua hal ini. Ada juga beberapa orang yang sama sekali tidak pernah memiliki sikap terhadap orang, peristiwa, dan hal-hal yang terjadi di dalam gereja, rumah Tuhan, atau di sekitar mereka, yang mati rasa dan bodoh seperti orang pandir. Mereka hanya berpaut erat pada pandangan mereka sendiri, berpikir: "Selama aku tidak melakukan kejahatan serta tidak menyebabkan kekacauan dan gangguan, atau menghakimi orang lain, dan selama aku sama sekali tidak berkomentar atau memiliki sikap atau pandangan apa pun ketika bertemu orang, peristiwa, atau hal-hal apa pun, dan aku hanya bertindak seperti robot dan melaksanakan tugasku dengan baik dan berjerih payah dengan baik dengan cara yang menaati aturan, itu sudah cukup." Ini juga merupakan sejenis pemikiran dan pandangan. Tentu saja, Tuhan juga akan mengamati dan mencatat jenis pemikiran dan pandangan ini. Tujuan kedaulatan Tuhan atas semua hal dan peristiwa, dan atas setiap hal spesifik yang terjadi di sekitar orang adalah untuk mengatur lingkungan bagi mereka dan membekali mereka dengan bahan pembelajaran yang hidup, sehingga dalam menghadapi berbagai macam hal, berbagai jenis orang memperlihatkan sisi mereka yang sebenarnya, dan memperlihatkan pemikiran dan pandangan mereka yang sebenarnya, serta sikap mereka yang sebenarnya terhadap Tuhan dan kebenaran. Sikap-sikap yang orang miliki ini diwujudkan sepenuhnya dalam keadaan yang bebas dan merdeka. Tuhan tidak pernah ikut campur, mencampuri, atau memanipulasi, Dia hanya mengizinkan berbagai jenis orang untuk mengungkapkan pemikiran, pandangan, dan sikap mereka sepuas hati mereka dan sesuai dengan proses alaminya, serta pada akhirnya menyingkapkan dan memperlakukan berbagai jenis orang berdasarkan perwujudan mereka. Siapa yang termasuk dalam "berbagai jenis orang" ini? Pengaturan apa yang Tuhan buat untuk berbagai jenis orang? Tuhan memungkinkan mereka yang mencintai kebenaran untuk memperoleh kebenaran; Dia memungkinkan mereka yang tidak tertarik pada kebenaran tetapi bersedia berjerih payah untuk merasa tenang dalam melakukannya. Sedangkan mereka yang jijik dan muak akan kebenaran, Dia akan menyingkapkan sikap mereka yang muak akan kebenaran, tetapi jika mereka dapat tenang untuk melakukan pelayanan atau layak untuk melakukan pelayanan, Tuhan akan memilih orang-orang yang lebih baik dari mereka dan memberi mereka hak untuk melakukan pelayanan, sedangkan jika mereka tidak layak untuk melakukan pelayanan atau mereka muak akan kebenaran sampai-sampai mereka dapat menyebabkan kekacauan dan gangguan, Tuhan akan mengeluarkan mereka pada waktu dan kesempatan yang tepat. Semua pekerjaan yang Tuhan lakukan ini tidak sesuai dengan gagasan yang orang miliki, bukan? (Ya.) Dapatkah orang melihat toleransi dan keindahan Tuhan dalam semua hal ini? (Dari hal-hal ini, kami dapat melihat bahwa melalui pekerjaan nyata ini, Tuhan menuntun orang untuk mengalami, dan di balik semua pekerjaan ini terdapat kasih Tuhan bagi manusia.) Di dalam pekerjaan ini terdapat maksud baik Tuhan, hikmat pekerjaan-Nya, dan sikap-Nya yang bertanggung jawab terhadap manusia yang ingin Dia selamatkan. Ada satu aspek lainnya, yaitu bahwa hal yang Tuhan miliki dan keberadaan Tuhan bukanlah hal-hal yang dimiliki manusia. Tuhan sangat teliti dan bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu yang Dia lakukan, dan tidak pernah ceroboh. Khususnya dalam hal manusia memperoleh kebenaran, Dia sangat teliti dan bersungguh-sungguh; untuk bertanggung jawab atas kehidupan manusia dan kesudahan manusia, Tuhan harus bertindak dengan cara seperti ini. Tentu saja, bagi Tuhan, seperti inilah tepatnya esensi diri-Nya, milik-Nya, dan keberadaan-Nya. Sikap apa pun yang kaumiliki terhadap hidupmu, dan terhadap kesudahan dan tempat tujuanmu, entah itu sikap yang serius dan teliti atau sikap yang asal-asalan, bagaimanapun juga, bagi Tuhan, karena Dia telah memilihmu dan karena Dia membekalimu dengan kebenaran dan ingin menyelamatkanmu, Dia akan sepenuhnya memahami setiap perkataan dan tindakanmu, dan sikapmu dalam segala sesuatu, dan Dia pada akhirnya akan menentukan kesudahanmu berdasarkan semua sikapmu. Berdasarkan semua sikapmu itu, Dia akan melihat apakah engkau pada akhirnya akan menjadi orang yang memperoleh kebenaran, dan orang yang akan mampu tunduk kepada Tuhan dan sesuai dengan-Nya atau tidak. Mungkin engkau tidak pernah bersungguh-sungguh tentang hal Tuhan menyelamatkan manusia, tidak pernah merenungkannya dengan saksama, dan tidak tahu bagaimana cara Tuhan menyelamatkan manusia. Namun, sebagai Sang Pencipta yang berdaulat atas manusia ciptaan, Dia tidak kacau dan bingung seperti manusia; Dia melakukan pekerjaan menyelamatkan umat manusia dengan cara yang serius. Dia telah menciptakan dan memilihmu. Dia berjanji kepada manusia bahwa Dia akan menyelamatkan mereka sepenuhnya, jadi Dia akan menyelesaikan pekerjaan ini dan akan bertanggung jawab sampai akhir. Oleh karena itu, dalam Tuhan menyelesaikan pekerjaan-Nya dan tanggung jawab-Nya sampai akhir, terdapat perwujudan yang nyata dan isi pekerjaan yang nyata. Dengan cara inilah Tuhan bekerja, dan inilah sikap-Nya yang tulus dan bersungguh-sungguh. Tuhan tidak akan bersikap asal-asalan denganmu, atau mengelabuimu dengan slogan tertentu dan pekerjaan Tuhan ini secara khusus lebih mencerminkan harga sesungguhnya yang telah Tuhan bayar untuk menyelamatkan manusia dan sikap-Nya yang bertanggung jawab terhadap manusia.
Setelah orang memahami prinsip dan tujuan Tuhan dalam menyelamatkan manusia dan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu, bukankah gagasan dan imajinasi yang mereka miliki tentang Tuhan dalam hal ini akan diluruskan hingga taraf tertentu? (Ya.) Apa yang harus orang pahami dalam hal ini? Orang harus memahami bahwa dalam berbagai jenis hal atau dalam satu hal spesifik yang atasnya Tuhan berdaulat, kerja sama manusia mencakup 80 atau bahkan 90 persen, dan pemikiran, pandangan, serta sikap mereka terhadap hal tersebut sangat penting di mata Tuhan. Jangan mengira bahwa Tuhan tidak akan mengindahkanmu dan mengabaikanmu jika engkau tidak mengatakan apa pun dan tidak mengutarakan pendapatmu ketika engkau menghadapi sesuatu. Jika engkau ingin Tuhan mengabaikanmu, maka lebih baik engkau tidak percaya kepada Tuhan. Karena engkau berada di rumah Tuhan dan karena Tuhan telah memilihmu, Tuhan pasti tidak akan mengabaikanmu. Segala sesuatu diperiksa di mata Tuhan, terlebih lagi dirimu, manusia yang sangat kecil. Sekalipun engkau adalah seekor semut, jika engkau telah dipilih oleh Tuhan, Dia akan tetap senantiasa memeriksa dan menuntunmu. Karena Tuhan memeriksamu, engkau hanya perlu menerima hal-hal yang kaualami. Jangan menghindarinya—menghindar bukanlah pilihan yang bijaksana. Engkau harus menghadapinya. Hanya ketika engkau menghadapinya dan memiliki sikap yang jelas, barulah engkau akan memiliki kesempatan, di lingkungan yang telah Dia atur untukmu, untuk memperoleh kebenaran yang Tuhan izinkan untuk kaupahami, sedangkan menghindarinya tidak akan menjadikanmu mampu untuk memahami kebenaran secara diam-diam. Selain kebenaran tentang visi, kebenaran-kebenaran lainnya—yaitu berbagai jenis kebenaran tentang kehidupan dan kelangsungan hidup manusia—itu diungkapkan melalui suatu lingkungan atau melalui latar belakang dari perilaku jenis orang tertentu. Orang hanya dapat benar-benar memahami kenyataan dari kebenaran-kebenaran ini setelah mereka memperoleh pengalaman nyata dan pemahaman. Kebanyakan orang tidak dapat melihat hal ini dengan jelas, dan sikap mereka terhadap berbagai jenis kebenaran adalah suam-suam kuku, dan mereka juga selalu ingin menghindari lingkungan-lingkungan ini, serta tidak ingin mencari kebenaran yang ada kaitannya dengan masalah-masalah nyata. Mereka tidak belajar untuk membedakan berbagai jenis orang dan peristiwa berdasarkan kebenaran, dan mereka juga tidak berlatih menerapkan kebenaran untuk menyelesaikan berbagai masalah. Apa pun yang mereka hadapi, mereka tidak memiliki sikap atau pandangan, dan mereka tidak berpartisipasi dalam persekutuan dan diskusi. Mereka sudah puas hanya dengan berdoa kepada Tuhan, membaca firman Tuhan, mempelajari lagu pujian, dan melaksanakan tugas mereka setiap hari, dan itu saja. Akan Kukatakan satu hal kepadamu, yaitu bahwa ciri orang yang berjerih payah adalah bahwa mereka hanya bersedia untuk mengerahkan upaya, dan mereka tidak tertarik pada aspek kebenaran apa pun atau tidak bersedia untuk bersungguh-sungguh terhadap aspek kebenaran apa pun, dan merasa bahwa melakukannya menyusahkan—seperti inilah orang yang berjerih payah. Jika engkau bukan hamba Iblis, atau orang jahat atau antikristus, paling-paling engkau hanya bisa menjadi orang yang berjerih payah. Namun, lain halnya dengan umat Tuhan yang dapat memperoleh keselamatan. Mereka tidak puas dengan hanya berjerih payah dan mengerahkan sedikit usaha, sebaliknya mereka mempelajari dan memahami berbagai kebenaran dalam semua jenis orang, peristiwa, dan hal-hal, lalu memandang dan menangani berbagai jenis orang dan peristiwa berdasarkan kebenaran-kebenaran ini. Dengan demikian, berbagai kebenaran lambat laun bekerja dalam diri mereka, dan lambat laun menjadi hidup mereka, menjadi prinsip bagi tindakan dan cara mereka berperilaku. Hanya setelah kebenaran itu menjadi hidupmu, barulah engkau akan mampu tunduk kepada Tuhan, takut akan Tuhan, dan menjauhi kejahatan; jika tidak, efek ini tidak dapat dicapai. Jangan takut untuk mengalami berbagai hal, dan jangan takut untuk mengidentifikasi orang. Bukanlah hal yang buruk bahwa berbagai jenis peristiwa terjadi, dan Tuhan berdaulat atas hal ini. Karena Tuhanlah yang berdaulat dan membuat pengaturan, apa yang harus kautakutkan? Karena Tuhanlah yang berdaulat dan membuat pengaturan, maka bagimu, terjadinya suatu peristiwa setidaknya bukanlah sesuatu yang kejam atau suatu pencobaan. Sebaliknya, itu adalah agar engkau dapat memetik pelajaran, agar terdidik dalam kerohanianmu dan memperoleh manfaat, dan agar engkau disempurnakan. Jika engkau mampu tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, memperlakukan apa yang terjadi padamu sebagai bahan pembelajaran yang positif, dan mencari kebenaran serta memetik pelajaran yang seharusnya kaupelajari, maka kebenaran itu akan dengan sendirinya dan tanpa disadari bekerja dalam dirimu dan menjadi hidupmu. Oleh karena itu, adalah salah bagi kebanyakan orang untuk bersikap acuh tak acuh, menghindar, tidak berpartisipasi, dan tidak terlibat, serta tidak menyampaikan pandangan atau persekutuan, ketika mereka dihadapkan pada berbagai peristiwa—ini tidak dianjurkan. Mengapa Kukatakan itu salah dan tidak dianjurkan? Sikap ini memperlihatkan kepada Tuhan bahwa engkau tidak tertarik pada keselamatan dari-Nya atau maksud-maksud baik-Nya, dan bahwa engkau tidak tertarik untuk disempurnakan oleh Tuhan, dan tidak mengindahkannya serta menolaknya. Ketika Tuhan melihat bahwa seperti inilah sikapmu, akankah Dia tetap ingin menyelamatkanmu? Sekalipun Tuhan ingin menyelamatkanmu, bagaimana Dia dapat menyelamatkanmu jika engkau tidak bekerja sama? Seperti kata pepatah, "Sia-sia menjaring angin", dan pepatah ini dengan tepat mengacu pada jenis orang ini.
Di dalam seluruh rencana pengelolaan Tuhan, khususnya dalam tahap akhir pekerjaan-Nya ini, Dia telah mengungkapkan sangat banyak kebenaran, dan engkau telah mendengar semuanya. Sebanyak apa pun dari kebenaran-kebenaran itu yang telah kaualami atau pahami, setidaknya engkau mengetahuinya, jadi Tuhan tidak akan melakukan pekerjaan tambahan apa pun baik dengan mengintervensi ataupun memfasilitasi. Tuhan hanya menunggu sikapmu serta kerja samamu dalam segala sesuatu yang yang menimpamu—Dia ingin melihat sikapmu, pandanganmu, pengejaranmu, dan jalan yang kautempuh. Jika, setiap kali engkau menghadapi orang, peristiwa, atau hal-hal, Tuhan mencatat bahwa engkau tidak memiliki sikap, tidak memiliki pandangan, dan selalu tidak memiliki apa pun untuk dikatakan, maka katakan kepada-Ku, bukankah engkau adalah orang bodoh? Orang macam apa yang selalu tidak memiliki apa pun untuk dikatakan? Bukankah orang yang tuli, bisu, tolol, atau idiot? Yang Tuhan catat adalah bahwa engkau tidak memiliki sikap, jadi ketika Dia akhirnya memberimu nilai, engkau hanya akan mendapatkan nilai nol. Ketika sesuatu menimpamu, Tuhan bertanya, "Apakah engkau bersedia membayar harga?" dan engkau menjawab, "Ya, aku bersedia!" dan Dia bertanya, "Apakah engkau memiliki tekad? Apakah engkau telah bersumpah?" dan engkau menjawab, "Ya!" Jika engkau hanya memiliki tekad ini, tetapi ketika ditanya apa yang telah kauperoleh dari mengalami lingkungan ini, engkau tidak memiliki apa pun untuk dikatakan, dan engkau tidak memperoleh apa pun dari setiap lingkungan yang telah kaualami, maka pada akhirnya, ketika Tuhan memberimu nilai, Dia hanya akan memberimu nilai dua poin. Mengapa dua poin? Karena tekadmu yang sedikit itulah engkau telah memperoleh dua poin. Katakan kepada-Ku, bukankah hidupmu akan tamat? Apakah masih akan ada harapan bagimu untuk diselamatkan? Harapan untuk diselamatkan diperoleh melalui usahamu sendiri. Itulah buah yang kaudapatkan sebagai imbalan karena memilih untuk menempuh jalan mengejar kebenaran. Jadi, apa pun yang menimpamu, jangan takut akan hal itu atau menghindarinya, dan jangan tutupi kepalamu dengan tanganmu dan masuk ke dalam tempurungmu seperti kura-kura—sebaliknya, hadapilah dengan positif dan proaktif. Jika engkau gentar dan takut akan sesuatu, dan tidak berani memberikan penilaian tentang apa pun—siapa pun yang terlibat di dalamnya—karena takut tersingkap dan ketahuan oleh orang lain jika engkau mengatakan sesuatu yang salah, dan engkau selalu takut dan tidak pernah berpartisipasi, ini berarti engkau sedang membuang kesempatanmu! Engkau mungkin telah mengerahkan banyak tenaga untuk melaksanakan tugasmu, tetapi sebenarnya engkau telah menentukan kesudahanmu sendiri sejak lama. Pada akhirnya, engkau hanya akan mendapatkan dua poin, jadi bukankah engkau adalah orang yang bodoh? Bukankah mendapatkan dua poin sama saja berarti engkau orang yang bodoh? Karena engkau hanya akan mendapatkan dua poin, bukankah kepercayaanmu kepada Tuhan selama hidup ini telah sia-sia? Ini adalah tahap akhir pekerjaan Tuhan, jika imanmu telah sia-sia kali ini, maka kesudahanmu akan ditentukan. Tuhan tidak akan pernah lagi melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia. Ini adalah kesempatan terakhir—jika engkau tetap tidak berjuang untuk memperolehnya dan membiarkannya berlalu begitu saja, dan engkau tidak dapat memperoleh keselamatan, itu akan sangat disayangkan! Seberapa lamanya pun engkau telah mengalami pekerjaan Tuhan, engkau setidaknya harus mendapatkan nilai kelulusan, jadi masih akan ada harapan bagimu untuk bertahan hidup. Jika jerih payahmu bahkan tidak memenuhi standar, dan engkau juga telah menyebabkan banyak kekacauan dan gangguan, engkau tidak akan menuai buah sama sekali, dan harapanmu untuk memperoleh keselamatan akan menjadi nol. Di setiap lingkungan yang Tuhan atur, jangan menjadi penonton; jadilah peserta, jadilah bagian darinya. Namun, ada satu prinsip yang setidaknya harus kaupatuhi: jangan menyebabkan gangguan. Engkau dapat berpartisipasi dan mengutarakan pendapat serta penilaianmu sendiri, dan sekalipun engkau berbicara seperti orang awam dan hanya mengucapkan kata-kata dan doktrin, itu tidak menjadi masalah. Namun, engkau harus berpartisipasi dalam setiap hal dengan memiliki prinsip dan niat untuk mencari kebenaran, menerapkan kebenaran, dan tunduk pada kebenaran—hanya dengan demikian, barulah ada harapan bagimu untuk memperoleh keselamatan. Di atas dasar apakah harapan untuk memperoleh keselamatan dibangun? Itu dibangun di atas dasar engkau mampu berjuang menuju kebenaran, merenungkan kebenaran, dan berupaya mengejar kebenaran ketika terjadi hal apa pun. Hanya di atas dasar inilah, engkau dapat memahami kebenaran, menerapkan kebenaran, dan memperoleh keselamatan. Namun, jika engkau selalu menjadi penonton ketika masalah terjadi—tidak memberi penilaian atau membuat penggolongan apa pun, dan tidak mengungkapkan pendapat pribadimu—dan engkau tidak memiliki pandangan apa pun mengenainya, atau sekalipun memiliki pandangan, engkau tidak mengungkapkannya, dan engkau tidak tahu apakah pandangan itu benar atau salah, tetapi hanya membiarkannya terkunci di benakmu dan hanya memikirkannya, pada akhirnya, engkau tidak akan memperoleh kebenaran. Coba pikirkan, ini seperti merasa kelaparan sementara duduk di pesta perjamuan besar. Bukankah engkau menyedihkan? Dalam pekerjaan Tuhan, jika engkau telah percaya selama sepuluh tahun dan sepanjang waktu itu engkau hanya menjadi penonton, atau engkau telah percaya selama 20 atau 30 tahun dan hanya menjadi penonton selama itu, pada akhirnya, ketika tiba saatnya untuk menentukan kesudahanmu, nilai yang Tuhan berikan pada catatanmu hanyalah dua poin, dan dengan demikian, engkau akan dianggap orang yang sangat bodoh, dan kesempatanmu untuk memperoleh kebenaran serta harapanmu untuk diselamatkan akan sepenuhnya dihancurkan oleh dirimu sendiri. Pada akhirnya, engkau akan dicap sebagai orang yang sangat bodoh, dan itu pantas untukmu, bukan? (Ya.) Apa rahasianya agar tidak menjadi orang yang sangat bodoh? (Rahasianya adalah tidak menjadi penonton.) Jangan menjadi penonton. Engkau percaya kepada Tuhan, jadi engkau harus mengalami pekerjaan Tuhan agar memperoleh keselamatan. Ada orang yang mungkin bertanya, "Jadi, apakah Engkau memintaku untuk berpartisipasi dalam segala hal? Namun, orang-orang berkata, 'Jangan mengomentari apa yang bukan urusanmu.'" Memintamu untuk berpartisipasi maksudnya adalah memintamu untuk mencari kebenaran dan memetik pelajaran dari hal-hal yang kautemui. Misalnya, ketika engkau bertemu dengan tipe orang tertentu, engkau harus memiliki kemampuan untuk mengenali orang itu melalui perwujudan yang diperlihatkannya dan tindakannya. Jika dia melanggar kebenaran, engkau harus mengidentifikasi apa yang telah dilakukannya yang melanggar kebenaran. Jika orang lain mengatakan bahwa orang ini adalah orang jahat, engkau harus mengenali apa yang dia katakan dan lakukan, serta perwujudan kejahatan seperti apa yang dilakukannya yang membuatnya dapat digolongkan sebagai orang jahat. Jika orang lain mengatakan bahwa orang ini tidak membela kepentingan rumah Tuhan dan justru membantu pihak luar dengan mengorbankan kepentingan rumah Tuhan, engkau harus mengajukan pertanyaan tentang apa yang telah dilakukan orang tersebut. Setelah mengajukan pertanyaan, sekadar mengetahui hal-hal ini tidaklah cukup. Engkau juga harus merenungkan: "Mungkinkah aku melakukan hal semacam itu? Jika tidak ada yang mengingatkanku, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama, dan bukankah kemudian aku akan mengalami kesudahan yang sama seperti orang itu? Bukankah ini akan berbahaya? Untunglah Tuhan mengatur lingkungan ini untuk memberiku peringatan, yang merupakan perlindungan terbesar bagiku!" Setelah merenungkan hal ini, engkau menyadari satu hal: engkau tidak boleh mengikuti jalan yang diambil oleh orang semacam itu, engkau tidak boleh menjadi orang seperti itu, dan engkau harus mengingatkan dirimu sendiri. Apa pun yang kaualami, engkau harus memetik pelajaran darinya. Jika ada hal-hal yang tidak sepenuhnya kaupahami dan terasa ganjil di hatimu, engkau harus bertanya tentang hal itu, mencari tahu, dan memastikan keadaan yang sebenarnya dengan mencari kebenaran. Ini bukan keingintahuan; ini berarti bersikap sungguh-sungguh. Bersikap sungguh-sungguh bukan berarti bersikap asal-asalan atau mengikuti pendapat orang banyak—ini adalah sikap yang bertanggung jawab. Dengan memperoleh kejelasan tentang masalahnya, kemudian mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, baru setelah itulah, ketika kembali menghadapi situasi yang sama di kemudian hari, engkau akan memiliki jalan penerapan, kemampuan untuk menerapkan secara akurat, serta perasaan damai dan tenang. Engkau sedang bersikap sungguh-sungguh berdasarkan prinsip untuk berusaha memahami yang sebenarnya dari kenyataan yang terjadi, lalu dari situ, engkau memperoleh kebenaran, belajar cara memandang orang dan hal-hal, bukannya mengikuti orang lain atau mengikuti arus dalam segala hal. Hanya dengan bersikap sungguh-sungguh dalam tindakanmu, barulah engkau dapat menerapkan kebenaran dan bertindak berdasarkan prinsip. Mereka yang tidak bersungguh-sungguh akan cenderung mengikuti orang lain dan terbawa arus dan dengan demikian, kemungkinan besar mereka akan melanggar prinsip-prinsip kebenaran. Misalnya, katakanlah seseorang selalu melaksanakan tugasnya dengan sikap asal-asalan dan karenanya didiskualifikasi dari pelaksanaan tugasnya. Engkau berkata, "Dari luar, dia terlihat baik-baik saja. Mengapa aku tidak menyadari bahwa dia bersikap asal-asalan? Apakah aku telah tertipu olehnya? Dalam hal apa dia melaksanakan tugasnya dengan asal-asalan? Hal-hal apa yang dia lakukan dengan sikap asal-asalan?" Ketika orang lain memberitahumu dalam hal apa saja orang itu berperilaku asal-asalan, engkau berkata, "Orang itu benar-benar pandai berpura-pura! Dari luar, dia terlihat baik-baik saja, dan dia mengatakan hal-hal yang sangat baik. Dia berkata, 'Tuhan telah memberi kita begitu banyak kasih karunia—kita tidak boleh hidup tanpa hati nurani, kita harus melaksanakan tugas kita dengan semestinya!' Ketika mendengarnya berkata seperti itu, kukira dia telah melaksanakan tugasnya dengan setia; aku tidak pernah menyangka bahwa dia bersikap sangat asal-asalan! Bukankah aku telah tertipu? Aku tidak memiliki kemampuan untuk mengenali orang, aku tidak memandang orang dan hal-hal atau memperlakukan orang berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Aku hanya menilai orang dengan melihat seberapa baik orang itu berbicara, tanpa melihat hasil yang dia peroleh dalam tugasnya, atau perilaku dan perwujudannya yang spesifik, atau esensi dirinya—dalam hal ini aku telah melakukan kesalahan. Ternyata orang-orang yang di luarnya terlihat baik belum tentu benar-benar baik, dan meskipun mereka mengatakan hal-hal yang enak didengar, mereka mungkin tidak benar-benar melakukan apa yang mereka katakan, dan mereka mungkin belum tentu orang yang memiliki hati nurani dan kemanusiaan. Mulai sekarang, aku harus memandang orang berdasarkan firman Tuhan, dan belajar untuk mengenali orang. Aku tidak boleh dikelabui lagi!" Engkau dapat melihat bahwa apa pun yang terjadi, selama engkau sedikit bersungguh-sungguh dan mencari kebenaran untuk kemudian menarik kesimpulan, engkau akan memperoleh sesuatu. Jika engkau memang menuai keuntungan ini, bukankah itu hal yang baik? (Ya.) Engkau telah belajar sesuatu dan memperoleh sedikit manfaat dalam hal mengenali orang—inilah yang kauperoleh dari kesungguhan dan usaha keras dalam hal kebenaran. Misalkan engkau tidak bersungguh-sungguh dengan cara seperti ini. Ketika engkau mendengar seseorang telah diusir karena selalu bersikap asal-asalan dalam melaksanakan tugasnya, engkau tidak bertanya, "Mengapa dia bersikap asal-asalan? Mengapa dia diusir?" Sebaliknya engkau hanya berpikir, "Apa masalahnya dengan bersikap asal-asalan? Bagaimanapun juga, aku sendiri tidak diusir, jadi semuanya baik-baik saja." Jika engkau seperti ini, apakah itu berarti engkau telah menerima sedikit peringatan, memetik sedikit pelajaran, atau mengembangkan sedikit kemampuan untuk mengidentifikasi dari hal ini? Belum. Mengapa engkau belum mengalaminya? Karena engkau tidak tertarik atau tidak bersikap serius dengan hal-hal semacam itu, dan engkau sama sekali tidak terbeban dalam hal jalan masuk kehidupanmu sendiri atau dalam hal mengejar kebenaran, dan engkau tidak tertarik dan tidak berpartisipasi dalam persekutuan yang orang lain sampaikan tentang hal mengejar kebenaran dan jalan masuk kehidupan, dan paling-paling, engkau hanya setuju dengan mereka secara asal-asalan dan itu saja. Banyakkah jenis orang seperti ini? Ketika sesuatu menimpa mereka, mereka terutama suka bersikap asal-asalan dan sekadar melakukan rutinitas, dan sama sekali tidak terbeban dalam hal jalan masuk kehidupan mereka sendiri atau dalam hal mengejar kebenaran. Selain sedikit suka bergosip ketika berinteraksi dengan orang lain, mereka sama sekali tidak tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan jalan masuk kehidupan atau pelajaran yang harus orang petik di lingkungan yang Tuhan atur. Setelah mereka menyelesaikan sedikit pekerjaan yang harus mereka lakukan, mereka duduk termenung di sana, hanya ingin tidur atau beristirahat sejenak, dan mereka tidak memiliki beban apa pun dalam hal jalan masuk kehidupan mereka sendiri. Selain sedikit tekad dan sedikit keinginan yang mereka miliki, orang-orang ini pada akhirnya tidak akan memperoleh kebenaran, dan pada akhirnya, nilai total mereka hanya bisa dua poin, mereka tidak akan mampu menyingkirkan kebodohan mereka yang nilainya dua itu, jadi dalam kehidupan ini, hidup mereka akan tamat. Jika hidupmu tamat kali ini, engkau benar-benar akan tamat, dan tidak akan ada harapan bagimu untuk diselamatkan karena kesudahanmu telah ditetapkan. Nilai yang akhirnya diterima makhluk ciptaan berkaitan secara langsung dengan kesudahan mereka. Jika engkau menerima nilai kelulusan, maka kesudahanmu adalah engkau akan diselamatkan. Jika engkau tidak menerima nilai kelulusan, engkau tidak akan memiliki kesudahan yang baik. Inilah saatnya ketika kesudahan orang akhirnya ditentukan, dan begitu suatu kesudahan ditetapkan, itu bersifat permanen dan tidak akan berubah. Tidak akan ada kesempatan lain untuk berjuang mengejar kesudahan yang baik dan tidak ada kesempatan untuk mengubahnya—nasibmu akan ditentukan sekali untuk selamanya. Sudahkah engkau mengerti? Apakah ini dimaksudkan untuk menakut-nakutimu? (Tidak.) Renungkanlah—Tuhan sedang melakukan pekerjaan mengelola dan menyelamatkan umat manusia, dan Dia membekali manusia dengan berbagai kebenaran yang seharusnya mereka miliki—berapa kali Tuhan dapat melakukan pekerjaan semacam ini? (Hanya satu kali ini.) Pekerjaan ini belum pernah dilakukan sebelumnya, dan tidak akan pernah dilakukan lagi. Ini adalah satu-satunya waktu, dan begitu selesai, pekerjaan besar Tuhan akan sepenuhnya terlaksana. Apa yang dimaksud dengan "sepenuhnya terlaksana"? Itu berarti bahwa Dia tidak akan melakukannya lagi, dan tidak berencana untuk melakukannya lagi. Oleh karena itu, apa pun kesudahan akhir orang kali ini, itulah yang akan menjadi kesudahan mereka dan itu tidak akan berubah. Tuhan tidak akan memberi manusia kesempatan untuk melakukannya lagi atau menjalani kehidupan mereka lagi. Waktu yang telah berlalu tidak akan pernah kembali, dan tidak akan ada perubahan apa pun. Jadi, jika engkau tidak memanfaatkan kesempatan ini, engkau akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Jika engkau mengabaikan berbagai lingkungan dan berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Tuhan atur, mati rasa dan bodoh ketika menghadapinya, serta memperlakukannya dengan acuh tak acuh, itu berarti engkau adalah orang yang sangat bodoh. Bahkan engkau sendiri tidak menganggap serius kesudahan dan tempat tujuanmu sendiri, lalu siapa yang akan mengindahkanmu? Engkau telah diberitahukan hal ini berkali-kali tetapi engkau tidak menganggapnya serius, jadi siapa dirimu selain bahwa engkau adalah orang yang sangat bodoh? Tidak ada yang lebih penting daripada masalah diselamatkan. Bukankah demikian? (Ya.) Tentu saja, seperti yang baru saja Kukatakan, kesudahan seseorang ditentukan oleh perwujudan mereka secara keseluruhan di berbagai lingkungan yang atasnya Tuhan berdaulat, jadi orang harus memperhatikan perwujudan mereka secara keseluruhan dalam kehidupan sehari-hari. Maksudnya di sini bukanlah untuk mengajakmu untuk bergosip dan terlibat dalam perselisihan, melainkan agar berdasarkan lingkungan dan kondisi yang ada, dan agar semaksimal mungkin, engkau mulai memahami kebenaran dan masuk ke dalam kebenaran, memulai jalan mengejar kebenaran, dan berjuang untuk kurang lebih mampu menerapkan ketiga poin dari "melepaskan" yang telah kita persekutukan, sebelum pekerjaan Tuhan selesai—maka engkau akan lulus dengan nilai 60 atau lebih, dan engkau akan menjadi orang yang diselamatkan. Namun, jika engkau bahkan gagal dalam ketiga poin ini, atau jika engkau tidak lulus dari ketiga poin ini, dan jika engkau tidak memiliki jalan masuk yang nyata dalam ketiga poin ini, engkau tidak akan memperoleh nilai kelulusan, dan engkau tidak akan menjadi objek yang akan diselamatkan. Sudahkah engkau mengerti? (Ya.)
Penerapan apa yang harus menjadi fokus perhatian engkau semua sekarang ini? Engkau harus mencari kebenaran dan memetik pelajaran di lingkungan yang telah Tuhan atur. Jika setiap hari engkau merasa puas dengan hanya mengerahkan upaya dan melakukan pekerjaan tanpa sama sekali mengejar kebenaran, itu berarti engkau hanyalah orang yang berjerih payah. Jika engkau telah mengerahkan upaya, mengalami berbagai lingkungan yang diatur oleh Tuhan, dan memahami beberapa kebenaran; dan sebanyak apa pun kebenaran yang telah kauperoleh, engkau pada akhirnya telah memperoleh keuntungan, entah itu besar atau kecil, banyak atau sedikit; dan sekalipun dibutuhkan waktu yang sangat lama bagimu untuk memperoleh hal-hal ini dan kemajuanmu lambat, setidaknya engkau berada dalam aliran pekerjaan Tuhan, dan engkau adalah orang yang telah memperoleh keuntungan; itu berarti engkau akan memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Apakah hal paling mendasar yang harus engkau semua lakukan sekarang? Engkau harus keluar dari berbagai jenis urusan yang rumit dan yang tidak berarti serta menetapkan hatimu untuk mengejar kebenaran; engkau harus berjuang, dalam waktu yang singkat, untuk menangani berbagai keadaanmu, untuk mengetahui kelemahan utamamu, berbagai kelemahanmu, dan masalahmu, lalu mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, sehingga engkau memiliki jalan untuk diikuti dan tujuan untuk dikejar, serta prinsip-prinsip kebenaran yang jelas untuk dipatuhi dalam tugas yang kaulakukan. Engkau harus memiliki tujuan dan arah yang jelas untuk kaukejar yang berkaitan dengan kekuranganmu sendiri, tugasmu sendiri, dan lingkunganmu sendiri, bukannya malah sibuk melakukan banyak hal yang tidak efektif dan sia-sia, secara membabi buta pergi ke mana pun kakimu membawamu, yang mana itu berbahaya. Engkau harus menyingkirkan keadaan dan situasi kehidupanmu saat ini di mana engkau hanya mengerahkan upaya tetapi tidak memperoleh kebenaran. Jangan menjadi penonton, dan jangan terlibat dalam segala macam perselisihan. Jika engkau tidak ingin terlibat di dalamnya, engkau harus belajar untuk berusaha keras untuk memahami prinsip-prinsip kebenaran. Jika engkau memahami setiap prinsip kebenaran, engkau akan dapat melepaskan diri dari berbagai perselisihan ini. Mengapa Kukatakan demikian? Hanya setelah engkau memahami berbagai kebenaran, barulah engkau dapat masuk ke dalamnya dan memiliki harapan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Kemudian, ketika engkau berpartisipasi dalam berbagai hal, engkau akan memiliki prinsip-prinsipnya dan tahu bagaimana menghadapi hal-hal ini. Jika engkau hanya berhenti menjadi penonton, tetapi benar-benar bingung tentang setiap kebenaran, jika engkau tidak memahami kebenaran apa pun, dan yang kaupahami hanyalah doktrin dan beberapa kata, jika engkau tidak tahu bagaimana membedakan berbagai jenis orang, dan ketika engkau menghadapi masalah, engkau hanya berbicara tentang jalannya peristiwa tersebut, dan membuat penilaian tentang siapa yang benar dan siapa yang salah dan hanya itu, dan pada akhirnya engkau tidak memperoleh kebenaran, itu berarti partisipasimu dalam masalah apa pun tidak ada artinya. Berubah menjadi apa partisipasi semacam ini? Itu berubah menjadi pemicu perselisihan. Oleh karena itu, engkau harus belajar berusaha keras untuk memahami prinsip-prinsip kebenaran, dan setelah engkau menjadi makin jelas tentang bagaimana cara menerapkannya—dan engkau menerapkannya dengan makin akurat—engkau akan memiliki harapan untuk masuk ke dalam kebenaran, dan kemudian engkau juga akan memiliki harapan untuk diselamatkan.
Mengenai bagaimana orang dapat memperoleh kebenaran di lingkungan yang telah Tuhan atur bagi mereka, ada berapa prinsip penerapan yang baru saja kita persekutukan seluruhnya? Jangan menjadi penonton, dan apa lagi? (Jangan hanya mengerahkan upaya.) Menyingkirkan jenis keadaan di mana engkau merasa puas hanya dengan mengerahkan upaya tetapi tidak mau mengejar kebenaran. Apa lagi? (Jangan terlibat dalam berbagai macam perselisihan.) Jangan terlibat dalam berbagai macam perselisihan, jangan terjebak dalam berbagai jenis urusan yang rumit—jangan gantikan mematuhi prinsip-prinsip kebenaran dengan hal-hal ini. Engkau semua harus mematuhi semua prinsip ini. Jika engkau menaatinya, engkau tidak akan jauh dari mengejar kebenaran dan akan segera mampu untuk masuk ke dalam kenyataan mengejar kebenaran. Apakah ini mudah untuk diterapkan? Aku telah berinteraksi dengan orang-orang di dalam gereja selama bertahun-tahun, tetapi sangat sedikit orang yang mengajukan pertanyaan kepada-Ku tentang jalan masuk kehidupan atau pertanyaan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan sangat sedikit orang yang berbicara tentang keadaan pribadi mereka dan kemudian mencari jalan penerapan. Sebaliknya, ada orang-orang yang mengajukan pertanyaan yang tidak ada kaitannya dengan kebenaran, dan mereka bahkan menggunakan kata seperti "mencari". Ketika Aku mendengar kata "mencari", Aku mendengarkan dengan sangat penuh perhatian dan serius, memberikan mereka perhatian penuh-Ku, tetapi ketika ternyata mereka bertanya tentang masalah eksternal yang sepele, Aku merasa jijik. Aku berkata, "Masalah yang engkau tanyakan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan gereja atau jalan masuk kehidupan. Jangan gunakan kata 'mencari'. Engkau menghina kata 'mencari'". Bolehkah kata "mencari" digunakan dengan tidak semestinya? (Tidak boleh.) Seseorang bahkan pernah bertanya kepada-Ku, "Anakku punya tahi lalat di punggungnya. Beberapa orang berkata bahwa tahi lalat ini berarti dia adalah pembawa sial, dan yang lain mengatakan bahwa mungkin ada potensi risiko penyakit di area tempat tahi lalat itu tumbuh. Apa pun itu, aku tidak peduli apakah dia adalah pembawa sial atau bukan, tetapi jika itu benar-benar membahayakan kesehatannya, apakah menurut-Mu tahi lalat ini harus dibuang?" Jika engkau semua ditanya seperti ini, bagaimana engkau akan menjawabnya? Apakah menurutmu ini ada kaitannya dengan kebenaran? Apakah ini ada kaitannya dengan pekerjaan gereja? (Tidak.) Ini tidak ada kaitannya dengan hal-hal tersebut, jadi apakah Aku berkewajiban untuk memperhatikan hal ini? (Tidak.) Aku tidak punya kewajiban seperti itu. Jadi, Aku berkata, "Fakta bahwa putramu punya tahi lalat di tubuhnya tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Jangan tanya Aku tentang hal itu, pergilah dan tanyakan kepada seorang dokter. Aku bukan dokter keluargamu." Apakah menurut engkau semua Aku harus peduli dengan hal ini? (Tidak.) Siapa pun yang kautanya, tak seorang pun akan mau memedulikan hal ini. Bukan karena mereka takut mengambil tanggung jawab. Melainkan, itu karena mereka tidak berkewajiban untuk memedulikan hal-hal seperti itu. Apakah membuang atau tidak membuang tahi lalat anakmu akan memengaruhi pekerjaan gereja? Apakah itu akan memengaruhi pelaksanaan tugasmu? Hal ini tidak ada kaitannya dengan-Ku. Jangan tanyakan kepada-Ku tentang hal itu, ini adalah hal yang tidak ada gunanya. Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kebenaran, tetapi engkau tetap menggunakan kata "mencari". Engkau mencemari kata "mencari"—itu menjijikkan! Seseorang juga bertanya: "Seekor kura-kura telah masuk ke halamanku, haruskah aku menangkapnya atau tidak? Aku ingin mencari dari-Mu." Dia mengajukan pertanyaan ini untuk mencari jawaban dari-Ku—apakah menurutmu Aku harus menjawabnya? (Tidak.) Dia berkata, "Bagaimana jika aku melanggar hukum dengan menangkapnya? Jika aku melanggar hukum dan Engkau tidak menghentikanku, Engkau harus bertanggung jawab!" Apa yang akan kaukatakan? (Engkau memutuskan untuk menangkapnya atas kemauanmu sendiri—pelanggaran hukummu tidak ada hubungannya denganku.) Apakah engkau melanggar hukum atau tidak, itu adalah urusanmu, dan tidak ada hubungannya dengan-Ku. Engkau dapat bertanya kepada-Ku tentang hal-hal seperti prinsip-prinsip pekerjaan gereja dan prinsip-prinsip kebenaran, tetapi untuk hal-hal yang berkaitan dengan hukum, carilah pengacara—konsultasikan dengan pengacara di negara mana pun engkau berada. Aku bukan pengacara, jadi jangan bertanya kepada-Ku tentang hal-hal semacam itu. Aku berada di sini untuk mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan menyelamatkan umat manusia. Aku hanya membekalimu dengan kebenaran dan mempersekutukan prinsip-prinsip. Mengenai apakah engkau dapat diselamatkan atau tidak, itu tidak ada kaitannya dengan-Ku; itu adalah urusanmu sendiri. Selain itu, ini adalah masalah pribadi dalam hidupmu sendiri—dan terlebih dari itu, engkau tidak seharusnya menanyakannya kepada-Ku, dan Aku tidak berkewajiban untuk menjawabmu. Seperti itulah seharusnya, bukan? (Ya.)
Topik yang berkaitan dengan pekerjaan Tuhan ini berkaitan erat dengan kesudahan akhir manusia, jadi manusia tidak boleh membawa serta gagasan dan imajinasi yang mereka miliki ketika mereka menerima dan mengalami pekerjaan Tuhan; mereka harus melepaskan gagasan dan imajinasi ini dari akarnya dan mereka tidak boleh membiarkannya ada di antara diri mereka dan Tuhan. Hanya dengan memperlakukan pekerjaan Tuhan dengan pemikiran, pandangan, dan sikap yang benar, barulah orang dapat memiliki kesempatan untuk memahami dan memperoleh kebenaran; hanya dengan memperlakukan pekerjaan Tuhan dengan sikap, pemikiran, dan pandangan yang benar, barulah orang dapat benar-benar memahami dan mengalami pekerjaan Tuhan, serta pada akhirnya memperoleh kebenaran yang seharusnya mereka peroleh dari dalam pekerjaan Tuhan. Oleh karena itu, apa pun yang kaulepaskan, singkatnya, semua itu adalah untuk membuatmu mampu untuk menempuh jalur yang benar dan memulai jalan mengejar kebenaran, yang hasil dan tujuan akhirnya tidak lain adalah untuk membuatmu mampu memahami prinsip-prinsip kebenaran dan memperoleh kebenaran. Inilah tujuan utama kita mempersekutukan pembahasan ini. Apa pun yang telah kita persekutukan, tujuan utamanya adalah untuk membuat orang mampu untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Jika engkau memahami kebenaran, dan engkau memiliki prinsip-prinsip kebenaran sebagai dasarmu dalam banyak hal, dan engkau tidak lagi tanpa arah, tanpa tujuan, atau tersesat dalam melakukan segala sesuatu, ini bukan berarti bahwa kualitasmu telah meningkat, tetapi ini berarti engkau memiliki kebenaran Tuhan, firman Tuhan, sebagai kriteria bagi tindakan dan caramu berperilaku. Dengan kata lain, berdasarkan kualitas, kemampuan, dan bakat bawaanmu, engkau telah memahami kebenaran dan engkau memiliki kriteria bagi caramu berperilaku, jadi engkau adalah manusia ciptaan yang dapat hidup secara mandiri di dalam dunia ini dan di antara segala sesuatu. Hanya manusia semacam itulah yang benar-benar memenuhi standar sebagai manusia ciptaan—inilah manusia ciptaan yang standar. Sudahkah engkau mengerti? (Ya.) Kalau begitu, mari kita akhiri persekutuan kita untuk hari ini. Sampai jumpa!
15 Juli 2023