Cara Mengejar Kebenaran (26)
Baru-baru ini, kita telah mempersekutukan topik tentang Tuhan yang berinkarnasi. Topik ini berkaitan dengan penerapan "melepaskan" dalam "Cara Mengejar Kebenaran", dan kita bersekutu tentang "melepaskan gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang Tuhan" dalam topik "perlunya orang melepaskan penghalang antara dirinya dan Tuhan serta permusuhannya terhadap Tuhan". Kita telah mempersekutukan aspek ini beberapa kali, terutama membahas bagaimana cara memperlakukan Tuhan yang berinkarnasi. Kita membagi pembahasan ini menjadi dua topik. Dapatkah engkau semua memberitahu-Ku apakah kedua topik tersebut? (Mengenai Tuhan yang berinkarnasi, Tuhan telah memberi kepada kami dua prinsip penerapan yang benar: Prinsip pertama adalah tidak membandingkan Dia dengan Tuhan yang di surga, dan prinsip kedua adalah tidak menyamakan Dia dengan manusia yang rusak.) Kita telah mempersekutukan beberapa rincian dari kedua topik ini, yang berkaitan dengan beberapa perwujudan dari kenormalan dan kenyataan diri Tuhan yang berinkarnasi. Ini termasuk mempersekutukan prinsip spesifik apa saja yang dipatuhi dan ditaati oleh Tuhan yang berinkarnasi dalam hidup, keberadaan, cara-Nya berperilaku dan bekerja di antara manusia. Persekutuan tentang topik-topik ini digunakan untuk memungkinkan orang memahami dan mengetahui perwujudan apa saja yang diperlihatkan oleh Tuhan yang berinkarnasi, oleh orang yang memiliki identitas khusus ini, saat hidup di antara manusia. Kita terutama mempersekutukan topik tentang kenormalan dan kenyataan diri Tuhan yang berinkarnasi, serta mempersekutukan banyak hal spesifik. Apa dampaknya pada engkau semua setelah mendengarkannya? Apakah engkau memiliki lebih sedikit gagasan dan imajinasi tentang Tuhan yang berinkarnasi, atau engkau justru memiliki beberapa gagasan yang baru? (Kami memiliki lebih sedikit gagasan dan imajinasi tentang Tuhan yang berinkarnasi.) Dengan demikian, apakah mempersekutukan topik ini bermanfaat bagi orang-orang dalam mengenal Tuhan yang berinkarnasi? (Ya.) Itu cukup bagus.
Topik persekutuan kita tentang Tuhan yang berinkarnasi terutama berkisar pada perwujudan dan penerapan yang spesifik mengenai kenormalan dan kenyataan diri Tuhan yang berinkarnasi, yang bertujuan untuk memberi kepada orang-orang pemahaman yang lebih konkret tentang Tuhan yang berinkarnasi, manusia yang memiliki identitas khusus ini. Jadi, apakah engkau semua merasa bahwa makin engkau memahami kenormalan dan kenyataan diri Tuhan yang berinkarnasi, makin engkau merasa bahwa Dia hanyalah manusia biasa, tidak ada yang luar biasa, dan makin engkau memahami kenormalan dan kenyataan diri Tuhan yang berinkarnasi, makin engkau tidak merasakan aura keilahian-Nya? Apakah engkau memiliki pemikiran seperti ini? (Tidak. Mendengarkan beberapa contoh yang Tuhan bicarakan tentang kehidupan nyata dan perwujudan Tuhan yang berinkarnasi, aku merasa bahwa gambar luar Tuhan memang biasa dan normal, tetapi perwujudan kemanusiaan normal-Nya jauh melampaui perwujudan kami manusia; semua itu adalah hal-hal yang tidak dapat kami capai. Kemanusiaan normal yang Tuhan miliki tidak mengandung watak yang rusak, tidak mengandung kecongkakan atau tipu daya, tidak mengandung kesombongan atau kesenangan manusia. Meskipun di luarnya, Tuhan yang berinkarnasi terlihat biasa dan normal, orang dapat melihat kebesaran-Nya dari kerendahhatian-Nya. Inilah yang kurasakan.) Biasanya, ketika orang-orang terkenal, orang-orang hebat, atau tokoh-tokoh besar yang berprestasi di antara umat manusia memperkenalkan diri mereka dalam berbagai aspek, apakah mereka berbicara tentang kenormalan, kenyataan, biasa, dan umumnya diri mereka? (Tidak.) Jika seorang manusia rusak memperkenalkan dirinya agar orang lain mengenalnya, dia sama sekali tidak akan menggambarkan betapa biasa, umum, dan normalnya dirinya. Sebaliknya, melalui perkenalan dan penggambaran dirinya, dia akan berusaha membuat orang merasa bahwa dia berbeda dari orang lain, luar biasa, hebat, dan memiliki kemampuan manusia super. Jika orang bahkan dapat menganggap dia sebagai orang yang luar biasa, dia akan lebih bahagia. Lihatlah bagaimana manusia yang rusak memperkenalkan diri mereka. Pertama, mereka akan menggambarkan betapa sempurnanya mereka, tanpa cacat atau kekurangan. Mereka juga akan memamerkan betapa terkemukanya latar belakang keluarga mereka, betapa mulianya kedudukan mereka, kualifikasi akademis apa yang mereka miliki, dan apa yang menonjol tentang penampilan mereka. Sekalipun memiliki tahi lalat di wajahnya, mereka pasti menemukan cara yang unik untuk menggambarkannya, dengan berkata, "Lihat, bahkan tempat tahi lalat ini berada tidak biasa; konon orang dengan tahi lalat di tempat ini ditakdirkan untuk menjadi orang kaya atau bangsawan." Dalam hal penampilan, mereka dengan berlagak menyatakan betapa uniknya setiap fitur wajah mereka, dan lambang positif apa yang ada dalam fisiognomi dari setiap fitur wajah mereka, seperti ditakdirkan untuk menjadi orang kaya atau bangsawan, atau mampu mencapai kedudukan terkemuka, dan bahwa di antara orang-orang, mereka adalah orang yang tak ada bandingannya. Selain itu, mereka sangat senang memamerkan bakat dan kelebihan mereka di bidang tertentu, betapa luar biasa dan berbedanya cara berpikir dan ide-ide mereka, serta memamerkan prestasi apa yang telah mereka raih di kelompok mana, bagaimana tokoh-tokoh terkemuka memuji mereka, menghormati mereka, serta iri serta mengagumi mereka, atau kontribusi besar apa yang telah mereka berikan di industri mana, dan betapa atasan mereka menghargai mereka. Entah yang mereka katakan itu benar atau tidak, di setiap aspek perkenalan dirinya, mereka berusaha membuat orang lain merasa bahwa mereka berbeda dari orang lain, bahwa di antara orang-orang, mereka adalah jenis orang satu-satunya, yang unik, yang melampaui semua orang biasa. Mereka memandang semua orang dengan sikap merendahkan; mereka memandang orang lain sebagai orang-orang rendahan dan orang biasa yang hina, sementara hanya mereka sendirilah yang terhebat, termulia, dan paling luar biasa. Jika engkau bertanya tentang kualifikasi akademik mereka, mereka akan menjawab bahwa mereka lulus dari universitas bergengsi, bahwa mereka memiliki gelar pascasarjana atau doktor, padahal sebenarnya, mereka hanya kuliah di universitas biasa. Mereka tidak pernah membicarakan cacat, kekurangan, watak rusak, aspek-aspek dari karakter buruk mereka, atau kesalahan yang telah mereka lakukan. Selama itu tentang memperkenalkan diri agar orang lain mengenal mereka, mereka akan mencoba segala cara untuk pamer, memuji, dan mengemas diri mereka, menggambarkan diri mereka sebagai orang yang sangat hebat, luar biasa, dan tidak biasa. Sekalipun mereka sakit, mereka akan mengatakan penyakit itu adalah "penyakit orang kaya", membuat orang lain merasa mereka lembut, dimanja, dan berbeda dari orang lain. Apa pun yang terjadi, mereka sama sekali tidak akan membiarkan orang lain merasa bahwa mereka hanyalah orang yang biasa dan umum. Sebaliknya, mereka mencoba segala cara untuk membuat orang lain memuja mereka, menghormati, dan mengagumi mereka. Jika orang dapat mengikuti mereka dan memberi mereka tempat di hatinya, mereka akan merasa jauh lebih bangga akan diri mereka sendiri. Jika kaukatakan mereka biasa dan normal, anggota masyarakat biasa, mereka merasa telah sepenuhnya kehilangan muka dan merasa engkau telah benar-benar melukai harga diri mereka; bahkan itu seolah-olah akan membunuh mereka. Sepanjang hidupnya, mereka berusaha untuk menjadi unik dan luar biasa. Karena watak rusak mereka dan keinginan-keinginan semacam itu, banyak orang sering kali membangun sebuah gambar luar agar terlihat sangat luhur, berkelas, dan mulia, dan perilaku luar yang mereka perlihatkan, perkataan mereka, serta tindakan mereka sangat mencerminkan aura seorang tokoh besar. Di kelompok mana pun, jika seseorang berkata kepada mereka, "Dengan melihatmu sekilas di antara orang banyak ini; dari tatapanmu, fitur wajahmu, dan karismamu, aku tahu kau bukan orang biasa," mereka menjadi sangat gembira. Mereka akan membesar-besarkan hal ini tanpa batas, dan seumur hidup, mereka akan terus mengucapkan perkataan tersebut, memamerkannya di mana-mana, "Di antara orang banyak, dengan sekilas pandang, orang-orang dapat mengenaliku dan melihat bahwa aku ini adalah seorang pemimpin, seorang yang tak ada bandingannya, bukan orang biasa!" Mereka sangat suka menjadi orang semacam ini, sangat suka menempatkan diri sebagai individu yang istimewa and luar biasa yang berbeda dari yang lain, dan bahkan jenis orang satu-satunya. Banyak orang yang menaruh perhatian khusus pada orang-orang terkenal, orang-orang hebat, dan mereka yang memiliki status dan kedudukan di tengah masyarakat, memperhatikan setiap berita tentang mereka, perkataan dan tindakan mereka, serta kehidupan mereka sehari-hari. Tujuan perhatian ini bukanlah untuk hiburan, melainkan untuk meniru dan mengikuti mereka. Apa pun yang dimakan dan dikenakan orang-orang ini, apa pun yang populer di antara orang-orang ini, mereka menirunya. Apa pun topik yang dibahas orang-orang ini, mereka pun membahasnya. Mereka mengikuti dengan sangat saksama, takut ketinggalan dalam keseluruhan tren tersebut, takut tertinggal dan dipandang rendah. Mereka hanya ingin menjadi orang yang menonjol dan orang yang luar biasa di antara orang banyak, dan sama sekali tidak mau menjadi orang yang normal, yang biasa. Ada orang-orang yang meskipun berkualitas rata-rata, tidak memiliki kelebihan ataupun karunia, serta memiliki kondisi bawaan yang sangat biasa dan umum dalam segala hal, tetap tidak mau menjadi orang biasa, tidak mau menjadi orang yang tidak penting. Sebaliknya, mereka berdandan agar terlihat sangat luhur dan berkelas, atau menggambarkan diri mereka sebagai orang yang sangat luar biasa, bukan orang yang tak penting. Ada orang-orang yang bahkan bekerja keras untuk meniru tokoh-tokoh besar, orang-orang yang cakap dan kompeten, dan mereka yang memiliki keterampilan luar biasa. Mereka mengamati apa yang dilakukan, dikatakan, dan dibicarakan orang-orang ini, serta meniru mereka, berusaha menjadi tokoh-tokoh besar yang luar biasa seperti mereka, bukan lagi orang yang biasa, yang umum. Oleh karena itu, ketika kami mempersekutukan kenormalan dan kenyataan diri Tuhan yang berinkarnasi, beberapa orang pasti berpikir: "Manusia dengan penuh semangat memuji, mengemas, dan menyombongkan diri mereka sendiri sebagai orang yang sangat berbeda dari orang lain, sangat luar biasa dan hebat, tetapi Engkau selalu menggambarkan diri-Mu sendiri sangat normal dan nyata. Bukankah ini agak tidak masuk akal? Bukankah ini agak bodoh? Engkau adalah Kristus yang berinkarnasi, dengan identitas yang begitu mulia, dengan pancaran kemuliaan yang begitu luar biasa dan mahkota yang begitu agung di kepala-Mu. Bagaimana Engkau bisa menggambarkan diri-Mu sebagai orang yang biasa, normal, dan nyata? Selain itu, karena takut orang-orang tidak akan memercayainya, Engkau bahkan memberi begitu banyak contoh untuk membuktikan betapa normal, nyata, dan biasanya diri-Mu. Ini tentu saja agak membingungkan." Meskipun tidak sesuai dengan gagasan manusia, memang demikianlah faktanya. Perwujudan spesifik kenormalan, kenyataan, dan biasanya diri Tuhan yang berinkarnasi adalah seperti ini; inilah faktanya, Aku tidak dapat mengarang hal ini. Ada orang-orang yang berkata: "Bukankah Engkau setidaknya harus menyebutkan beberapa contoh yang membuat orang merasa Engkau berbeda dari orang lain dan luar biasa, dan bahwa identitas serta gambar diri-Mu sangat luhur dan mengesankan?" Baiklah, Aku minta maaf karena mengecewakan engkau semua, tetapi sesungguhnya tidak ada contoh semacam itu. Sebenarnya, uraian-Ku tentang cara-Ku berperilaku dan bertindak dalam kehidupan dan pekerjaan adalah perwujudan sejati dari Tuhan yang berinkarnasi; benar-benar seobjektif itu. Semua itulah kenyataannya; tidak ada contoh yang membuat orang melihat-Ku berbeda dari orang lain, luar biasa, agung, atau memiliki gambar diri yang luhur dan mengesankan. Ada orang-orang yang berkata, "Tidak bisakah Engkau mengarang sesuatu? Itu akan meninggalkan kesan yang lebih baik di hati orang-orang, dan tidak mengecewakan mereka. Engkau menggambarkan diri-Mu begitu normal dan nyata, hanya orang biasa; gambar diri-Mu sama sekali tidak luhur! Siapa yang masih akan mengidolakan-Mu dan mengagumi-Mu? Jika orang tidak mengagumi-Mu atau mengidolakan-Mu, bagaimana mungkin di dalam hatinya, mereka masih memiliki tempat bagi-Mu?" Kukatakan, Aku benar-benar tidak menginginkan hal ini. Tidak apa-apa jika engkau tidak mengagumi-Ku atau tidak mengidolakan-Ku; Aku cukup nyaman akan hal itu. Ada orang yang berkata, "Jika orang-orang tidak mengagumi-Mu atau tidak mengidolakan-Mu, apakah itu masih disebut mengikut Tuhan?" Entah engkau mengagumi-Ku atau mengidolakan-Ku atau tidak—hal-hal ini tidak penting; Aku benar-benar tidak peduli akan hal itu. Jika engkau tidak mengagumi atau tidak mengidolakan-Ku, tetapi engkau mampu merenungkan setiap firman yang Kuucapkan dengan hatimu, setiap aspek kebenaran yang Kupersekutukan, menerimanya sebagai firman Tuhan, dan caramu berperilaku, bertindak, serta memandang orang dan hal-hal adalah berdasarkan firman ini, itu sudah cukup—berarti firman-Ku tidak diucapkan dengan sia-sia. Katakanlah engkau tidak mengagumi atau tidak mengidolakan-Ku, tetapi firman yang Kuucapkan dan khotbah yang Kusampaikan membawamu ke hadapan Tuhan, memungkinkanmu untuk tahu bagaimana cara mengejar kebenaran, memungkinkanmu untuk tahu bagaimana bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran ketika menghadapi setiap masalah, untuk belajar cara berperilaku dan bertindak, belajar cara melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, untuk tahu bagaimana setia kepada Tuhan dan bagaimana melaksanakan tugasmu dengan cara yang memenuhi standar, untuk tahu bagaimana tunduk kepada Tuhan, takut akan Tuhan serta menjauhi kejahatan, dan pada akhirnya memungkinkanmu untuk membuang watak rusakmu dan didapatkan oleh Tuhan. Itu berarti firman-Ku tidak diucapkan dengan sia-sia, dan tujuan firman-Ku telah tercapai. Bagi-Ku, cukuplah jika engkau mampu memperlakukan-Ku dengan benar, memperlakukan-Ku dengan adil dan masuk akal berdasarkan prinsip. Tuntutan-Ku terhadap engkau semua tidaklah tinggi. Sebelumnya Aku telah menyebutkan tiga prinsip untuk interaksi kita: Bersikap jujur kepada Kristus, menghormati-Nya, dan menaati firman-Nya. Cukuplah jika engkau semua mampu menerapkan ketiga prinsip ini. Aku tidak membutuhkan orang untuk mengidolakan-Ku, juga tidak membutuhkan orang untuk memiliki kekaguman atau penghormatan yang tinggi terhadap-Ku. Aku tidak membutuhkan orang untuk memiliki gambar diri-Ku di dalam hati mereka. Aku tidak tertarik akan hal-hal ini. Banyak orang sangat mengidolakan sosok-sosok yang memiliki gambar diri yang luhur, yang berbeda dari yang lain, yang luar biasa cakap, dan menonjol, percaya bahwa Tuhan yang berinkarnasi tidak mungkin menjadi Anak manusia yang normal, nyata, dan biasa. Mereka yang belum pernah bertemu dengan-Ku berasumsi bahwa gambar diri-Ku tentu lebih luhur daripada gambar diri orang biasa, sangat mengesankan. Engkau sama sekali tidak boleh berpikir seperti ini. Aku sama sekali tidak mengesankan; postur tubuh-Ku cukup kecil dan tidak tinggi. Dalam kehidupan sehari-hari, perkataan dan tindakan-Ku sangatlah normal dan nyata. Semua aspek dalam kehidupan-Ku sehari-hari—cara-Ku berpakaian, sandang, pangan, papan, dan transportasi-Ku—sangatlah biasa. Aku tidak pernah berusaha menjadi jenis orang satu-satunya, juga tidak pernah berusaha menjadi unik. Aku hanya berusaha melakukan segala sesuatu dengan cara yang taat aturan, berperilaku dengan cara yang sesuai dengan kedudukan-Ku yang semestinya, melakukan pekerjaan-Ku dengan baik, melaksanakan pelayanan-Ku dengan baik, dan mengucapkan apa yang perlu diucapkan dengan jelas dan menyeluruh. Inilah prinsip-Ku dalam cara-Ku berperilaku dan bertindak. Aku tidak memiliki pengejaran manusia untuk menjadi berbeda, untuk menjadi luar biasa dan hebat, juga tidak pernah berusaha untuk dikenali dalam sekilas pandang saat berada di antara orang banyak. Sekalipun engkau tidak mengenali-Ku di antara orang banyak, Aku sama sekali tidak akan merasa sedih atau kesal, juga tidak akan pernah merasa telah kehilangan muka, dan tentu saja, Aku pasti tidak akan mengatakan bahwa engkau sedang menyinggung-Ku.
Ketika Aku berfirman dan bekerja serta berinteraksi dengan engkau semua, baik Aku sedang mempersekutukan aspek kebenaran apa pun, maupun mempersekutukan cara menyelesaikan masalah dalam aspek apa pun, atau sekadar mengobrol tentang hal sehari-hari atau membicarakan sesuatu, Aku selalu berusaha agar ucapan-Ku dipahami oleh engkau semua, dan apa pun yang Kubicarakan, Aku melakukannya untuk memberi manfaat bagi orang lain. Tentu saja, jika persekutuan tersebut adalah tentang masalah yang berkaitan dengan kebenaran, maka jauh lebih esensial bahwa persekutuan tersebut memungkinkan orang memperoleh prinsip untuk menerapkan kebenaran dan menemukan jalan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Jika hanya mengobrol tentang hal sehari-hari, itu jauh lebih normal, karena itu adalah kebutuhan kemanusiaan yang normal. Apa arti kebutuhan kemanusiaan yang normal ini? Itu berarti, terkadang orang perlu menyampaikan dan menceritakan apa yang mereka lihat dan dengar dalam kehidupan sehari-hari. Membicarakan hal sehari-hari, mengobrol, dan menceritakan kepada orang lain, semua itu adalah kebutuhan hati nurani dan rasionalitas kemanusiaan yang normal. Bagi-Ku, menceritakan berbagai hal lebih sering bertujuan untuk membantumu memahami lebih banyak tentang dunia ini, masyarakat ini, dan umat manusia ini, serta memberitahumu bagaimana engkau harus memandang beberapa hal yang terjadi di masyarakat ini dan di antara umat manusia ini, bagaimana memahami tren-tren jahat, bagaimana memahami berbagai hal, dan bagaimana memahami berbagai macam orang. Bahkan ketika mengobrol atau membicarakan hal sehari-hari, Aku akan sesekali, atau secara singkat, membahas beberapa masalah penting yang berkaitan dengan orang, peristiwa, dan hal-hal. Jadi, apa pun kesempatannya, ketika orang-orang berhubungan dengan-Ku, apa yang mereka lihat, dengar, dan pahami tentang diri-Ku adalah bahwa Aku sama sekali tidak luar biasa, melainkan semuanya normal, nyata, dan biasa. Hidup dengan penampilan manusia seperti ini, Aku merasa sangat bebas dan nyaman ketika Aku hidup bersama orang-orang. Jika kaupikir Aku memiliki tindakan yang luar biasa dan berbeda dari orang lain, atau bahwa beberapa bagian dari fitur luar wajah-Ku atau beberapa aspek lain dari-Ku berbeda dari orang lain atau sangat luar biasa, jika engkau berpikir seperti itu, Aku akan merasa sangat gelisah dan tidak nyaman. Aku sangat tidak suka orang mengatakan hal-hal semacam itu, dan Aku juga sangat tidak suka orang memandang-Ku dengan cara seperti itu. Terutama ada orang-orang yang ketika bertemu dengan-Ku untuk pertama kalinya, mereka mengamati-Ku, menatap sorot mata-Ku, fitur wajah-Ku, mendengarkan dengan saksama setiap kata yang Kuucapkan dan nada suara-Ku, ingin melihat apakah Aku seluar biasa dan seberbeda yang mereka bayangkan. Kukatakan, tidak perlu melakukan hal itu; tidak perlu mengamati atau meneliti diri-Ku. Aku adalah orang yang sangat biasa dan normal. Ketika engkau berinteraksi dengan-Ku, engkau haruslah merasa rileks, bebas, dan tenang. Jika engkau selalu mengamati dan meneliti, makin engkau meneliti, makin engkau akan menjadi lelah, dan makin engkau akan menjadi bingung. Jika Aku diteliti dan diamati olehmu, Aku akan makin merasa tidak suka dan muak terhadapmu. Dengan cara apa pun engkau meneliti-Ku, jika engkau tidak mengerti apa yang Kufirmankan, tidak tahu apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh firman-Ku, dan apa prinsip kebenaran yang seharusnya dipahami di sini, apa gunanya penelitianmu itu? Penelitianmu itu bahkan lebih menjijikkan. Suatu ketika, seseorang—Aku tidak tahu apakah dia sudah lama mengamati atau melihatnya secara tidak sengaja—berkata bahwa mata-Ku memiliki titik terang, dan satu tatapan saja sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Aku adalah Tuhan. Aku berkata, "Apa lagi yang kaulihat? Apakah kau melihat Roh Tuhan turun ke atas-Ku seperti burung merpati? Apakah kau melihat pedang bermata dua keluar dari mulut-Ku? Apakah kau melihat seluruh tubuh-Ku seperti tiang cahaya? Apakah kau melihat tongkat besi di tangan-Ku? Kaukatakan kau melihat titik terang di mata-Ku, tetapi apa yang kaukatakan salah. Alkitab berkata, 'Mata-Nya seperti nyala api.' Berdasarkan pemahamanmu, kau seharusnya melihat kedua mata-Ku seperti nyala api untuk melihat sesuatu yang merupakan aura ilahi Tuhan, tetapi kau hanya melihat titik terang, jadi itu berarti kau sedang merendahkan Tuhan." Katakan kepada-Ku, bukankah orang ini mempermalukan dirinya sendiri? Bukankah ini adalah perwujudan dari tingkat pertumbuhan yang kecil? (Ya.) Kukatakan kepadamu, engkau tidak perlu mengamati atau meneliti hal-hal ini. Hanya dengan mendengarkan firman yang Kusampaikan ini sudah cukup untuk memungkinkanmu masuk ke dalam kenyataan kebenaran dan memulai jalan keselamatan. Jika engkau bersikeras mengamati, masalah apa yang akan muncul? Bukan hanya tidak akan ada hasil, melainkan engkau juga tidak akan dapat mengenal Tuhan sedikit pun, dan gagasanmu tentang Tuhan akan menjadi makin kuat. Tuhan yang berinkarnasi sama sekali tidak berkaitan dengan manusia yang Tuhan kenakan atau tubuh sejati Tuhan yang Dia bicarakan, atau dengan gambar diri Tuhan yang dinubuatkan Tuhan dalam kitab Wahyu, atau gambar diri Tuhan yang umat manusia lihat melalui catatan masa lalu. Jadi, dengan cara apa pun engkau mengamati Tuhan yang berinkarnasi, Dia selalu normal dan nyata, orang biasa; Dia tidak akan memperlihatkan kepadamu sisi yang luar biasa atau yang berbeda dari orang lain. Jadi, apa maksud-Ku dengan mengucapkan perkataan ini? Aku hanya memberitahumu bahwa engkau tidak seharusnya mengamati atau meneliti Tuhan yang berinkarnasi. Makin engkau meneliti Dia, makin Tuhan akan menjauh darimu. Jika engkau tidak meneliti Dia, tetapi tunduk sepenuhnya dan mampu menerima kebenaran, Roh Kudus akan mencerahkan dan menerangimu, membimbingmu untuk memahami kebenaran. Jika engkau selalu mengamati dan meneliti Dia, Roh Kudus akan meninggalkanmu. Begitu Roh Kudus meninggalkanmu, seolah-olah seluruh penglihatanmu menjadi gelap dan engkau tidak dapat memahami apa pun. Engkau tidak akan memahami firman Tuhan ketika engkau membacanya; ketika sesuatu terjadi padamu, engkau tidak akan dapat mengetahui yang sebenarnya tentang hal itu atau tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan ketika menyampaikan persekutuan kepada orang lain, engkau tidak akan tahu harus mulai dari mana. Engkau akan merasa sangat canggung dan bingung, bahkan untuk melakukan hal paling sederhana yang biasa mampu kaulakukan. Itu adalah saat segala sesuatu menjadi sepenuhnya salah. Apakah ini pertanda baik? (Tidak.) Jadi, ketika tanda-tanda ini muncul, engkau harus segera berbalik dan berhenti mengamati dan meneliti Tuhan. Juga, jangan melakukannya ketika tanda-tanda ini tidak muncul. Mengapa engkau tidak boleh melakukannya? Jalan ini tidak mengarah ke mana pun; jalan ini bukanlah jalan yang seharusnya kautempuh. Jalan yang seharusnya kautempuh dalam mengikut Tuhan adalah menerima kebenaran dan tunduk kepada Tuhan, bukan mengamati, meneliti, atau mencobai Tuhan. Terutama terhadap Tuhan yang berinkarnasi, jika engkau belum pernah melihat-Nya dan tidak tahu seperti apa rupa-Nya, wajar untuk menilai-Nya dengan cermat saat pertama kali engkau bertemu. Setelah menilai-Nya, engkau akan memiliki sedikit kesan tentang-Nya, dan engkau dapat mencocokkan suara-Nya dengan suara yang berbicara dalam rekaman khotbah, "Jadi seperti inilah rupa Tuhan yang berinkarnasi, seperti inilah tinggi badan-Nya, seperti inilah cara-Nya berpakaian. Dia benar-benar normal, nyata, dan biasa—semuanya benar, sebagaimana dijelaskan dalam firman Tuhan." Ini sudah cukup; berhentilah di situ. Jangan terus-menerus meneliti hal ini di dalam hatimu. Selanjutnya, engkau harus mendengarkan dengan saksama apa yang Tuhan persekutukan, renungkan berkaitan dengan aspek kebenaran mana hal yang Tuhan persekutukan tersebut, segera tuliskan, lalu gunakan hatimu untuk merenungkannya, dan setelah memahaminya, terapkanlah itu. Inilah cara yang benar untuk memperlakukan Kristus—Tuhan yang berinkarnasi. Dengan cara apa pun Aku bersekutu, apa pun pembahasan yang kupersekutukan, mengenai Tuhan yang berinkarnasi, Aku selalu berusaha membuat engkau semua mengetahui kenormalan, kenyataan, dan biasanya diri Tuhan, dan tidak membuatmu mengaitkan diri-Nya, atau mengenal-Nya sebagai sesuatu yang luar biasa, agung, unik, atau berbeda dari orang lain. Setiap hal yang Kubicarakan, setiap contoh yang Kuberikan, berkaitan dengan topik tentang kenormalan, kenyataan, dan biasanya diri Tuhan yang berinkarnasi. Aku sama sekali tidak akan mengarang sesuatu yang membuatmu secara keliru menganggap-Ku berbeda dari yang lain, luar biasa, atau agung, bahwa Aku memiliki sikap seorang pemimpin, kemurahan hati seorang tokoh besar, atau keluasan pikiran dan ketinggian seorang tokoh besar. Biar Kuberitahukan kepadamu, Aku tidak pernah mengerti apa arti "ketinggian" atau "keluasan pikiran", dan Aku juga tidak merenungkan atau mencurahkan hati-Ku untuk aspek-aspek tersebut. Apa yang Kurenungkan? Aku merenungkan topik-topik apa yang akan Kupersekutukan kepada engkau semua yang dapat membawa engkau semua ke dalam kenyataan kebenaran, topik apa yang dapat mendorong, memimpin, menolong, dan membimbing engkau semua, sehingga engkau semua memiliki kemauan dan tekad untuk menderita dan membayar harga, serta mampu mengejar kebenaran, melaksanakan tugasmu dengan baik, dan memperoleh keselamatan. Aku selalu merenungkan topik-topik apa yang akan Kubahas dan khotbah-khotbah apa yang akan Kusampaikan, agar orang-orang dapat memulai jalan keselamatan, melaksanakan tugas mereka dengan baik dengan cara yang memenuhi standar, dan menjadi makhluk ciptaan sejati. Apa pun topik yang Kubahas, Aku selalu berusaha membantu engkau semua untuk menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar, belajar untuk tunduk kepada Tuhan, dan makin memiliki hati yang takut akan Tuhan. Aku tidak pernah merenungkan firman apa yang akan Kuucapkan yang akan membuat engkau semua menghormati-Ku, atau hal-hal apa yang harus Kulakukan untuk membuatmu mengagumi-Ku, sehingga di dalam hatimu, engkau merasa Aku sama tak terselaminya dengan tokoh terkenal atau tokoh besar; Aku tidak memiliki semua hal ini di dalam hati-Ku. Aku tidak pernah memikirkan bagaimana Aku harus berbicara, bagaimana cara bicara-Ku, atau bagaimana Aku harus menata diri-Ku agar engkau semua merasa Aku sangat luhur, agar engkau semua tidak mampu memahami-Ku atau mencapai-Ku, dan agar engkau semua tampak sangat tidak berarti dan bebal. Aku tidak pernah memikirkan hal-hal ini dalam hati-Ku, dan tidak pernah berbicara atau bertindak untuk melindungi status, citra, atau identitas-Ku sendiri; Aku hanya melaksanakan pelayanan-Ku dengan segenap hati.
Terkadang ketika lelah, Aku pergi ke tempat tinggal saudara-saudari untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat. Terkadang Aku juga berjalan-jalan di sekitar lahan pertanian, melihat kebun sayur, babi, dan domba. Ketika melihat anak kucing, Aku juga mengelusnya, memeluknya, dan berbicara kepadanya. Ketika melihat anak anjing yang lucu, Aku juga memeluknya. Ada seekor induk anjing yang melahirkan lebih dari sepuluh anak anjing. Dia begitu bahagia di depan orang-orang, seolah-olah telah memperoleh penghargaan. Aku memujinya, dengan berkata: "Kini kau merasa bahagia, bukan? Lihat, kau telah melahirkan begitu banyak anak anjing, kau benar-benar melakukan hal yang hebat, sangat baik, bagus sekali!" Aku mengelus dan memeluk lehernya. Aku juga mengunjungi kandang-kandang anjing, lahan pertanian, dan kebun sayur, melihat-lihat ke sekitar lahan; sungguh menyenangkan. Katakan kepada-Ku, apakah tokoh-tokoh besar itu pergi ke tempat-tempat yang kotor, bau, dan berantakan seperti ini? Tidak. Terutama tempat-tempat seperti kandang anjing dan kandang babi yang berbau tidak sedap—kebanyakan orang tidak bersedia pergi ke sana. Aku juga tidak suka bau busuk atau bau tak sedap, tetapi sedikit bau dari anak anjing masih bisa ditoleransi. Terkadang anak-anak anjing menggesek badan mereka kepada-Ku, mencium dan menjilati wajah-Ku, dan Aku memeluk mereka. Hewan sangatlah sederhana; mereka percaya pada tuannya dan tidak perlu bersikap waspada, sehingga mereka dapat bermain dan berinteraksi dengan tuannya sepuas hati. Kehidupan mereka sesederhana itu. Ada orang-orang yang selalu berkata mereka menyukai anjing, menyukai hewan kecil, dan peduli pada hewan kecil, tetapi ketika diminta untuk memeluk anak anjing, mereka tidak bersedia. Mereka berkata, "Anjing itu kotor dan bau, dan mereka bahkan mungkin memiliki virus!" Aku berkata, "Kau sangat cerewet. Bukankah kau menyukai hewan-hewan kecil? Ini berarti kau tidak benar-benar menyukai mereka." Bukankah orang-orang seperti itu cukup munafik? (Ya.) Mereka tidak menganggap diri mereka orang biasa; mereka menganggap diri mereka mulia, memiliki kedudukan, dan merupakan tokoh besar, jadi bagaimana mungkin mereka berinteraksi dengan hewan-hewan kecil yang orang anggap tidak berarti ini? Sekalipun menyentuhnya dengan tangan mereka, mereka harus segera mencuci tangan dan mendisinfeksinya, mereka bahkan berganti pakaian, dan sesampainya di rumah, mereka langsung mandi. Mereka memperhatikan kebersihan sampai sejauh ini. Katakan kepada-Ku, bukankah orang-orang semacam itu aneh? Jika engkau tidak benar-benar menyukai hewan kecil, janganlah berpura-pura. Begitu orang melihatmu berpura-pura, mereka tahu bahwa engkau terlalu munafik dan tidak tulus, merasa muak saat melihatmu, dan memiliki kesan buruk terhadapmu. Jika engkau tidak menyukai hewan, sama sekali jangan berpura-pura atau berusaha membuat dirimu terlihat baik. Makin engkau berusaha membuat dirimu terlihat baik, makin orang akan menganggapmu buruk dan rendah. Bersikap jujur dan tulus jauh lebih baik. Jika engkau tidak mampu bersikap jujur dan tulus, itu membuktikan ada masalah dengan kemanusiaanmu. Bagaimanapun juga, kenormalan dan kenyataan diri Tuhan yang berinkarnasi adalah fakta, dan bahwa diri-Nya biasa adalah juga fakta. Banyak orang telah melihat hal-hal ini melalui interaksi mereka dengan-Nya dan mengetahui bahwa ini adalah fakta. Inilah fakta yang paling harus engkau semua pahami dan ketahui. Orang yang sedemikian biasa dan normal itu adalah Tuhan yang berinkarnasi, dan ini bertentangan dengan gagasan yang orang miliki. Jika Dia bertindak seperti manusia yang rusak, memamerkan betapa berbeda diri-Nya dari orang lain baik saat melakukan hal besar maupun hal kecil, dan berusaha agar diri-Nya terlihat berbeda, itu mungkin sesuai dengan gagasan yang orang miliki. Di satu sisi, engkau melihat berbagai perwujudan dari manusia yang rusak, dan di sisi lain, engkau melihat Tuhan yang berinkarnasi yang, meskipun mengungkapkan begitu banyak kebenaran, tetap memperlihatkan perwujudan yang sama normalnya dengan orang biasa—yang manakah dari jenis-jenis perwujudan ini yang merupakan hal positif yang bermanfaat bagi manusia? Yang manakah yang merupakan hal negatif yang dibenci dan ditolak orang? Apakah sekarang engkau semua mampu membedakan hal ini hingga taraf tertentu? (Ya.) Kalau begitu, kita tidak perlu membahasnya secara terperinci; mari kita lanjutkan topik dari yang sebelumnya.
Terakhir kali, kita mempersekutukan topik lain mengenai melepaskan gagasan dan imajinasi tentang Tuhan yang berinkarnasi: tidak menyamakan Tuhan yang berinkarnasi dengan manusia yang rusak, bukan? (Ya.) Mengenai topik ini, Aku menyebutkan beberapa perwujudan spesifik Tuhan yang berinkarnasi dalam cara-Nya berperilaku dan bertindak dari perspektif kemanusiaan-Nya, serta beberapa perwujudan dari esensi watak-Nya—tidak menipu, tidak berdebat, tidak bertengkar, tidak bersiasat, tidak merendahkan orang lain, tidak membalas dendam, tidak membujuk, dan sebagainya. Dari semua ini, terakhir kali kita telah bersekutu sedikit tentang tidak menipu, tidak berdebat, dan tidak bertengkar. Perwujudan manakah yang harus kita persekutukan kali ini? (Tidak bersiasat.) Tidak bersiasat, seperti halnya tidak menipu, tidak berdebat, dan tidak bertengkar, juga merupakan prinsip yang mendasari Tuhan yang berinkarnasi, manusia biasa ini, dalam cara-Nya berperilaku dan bertindak. Tentu saja, prinsip ini juga berkaitan dengan esensi kemanusiaan-Nya dan watak-Nya. Tidak bersiasat juga merupakan perwujudan spesifik dari esensi watak, atau salah satu aspek cara berperilaku dari Tuhan yang berinkarnasi, manusia biasa ini. Apakah frasa "tidak bersiasat" mudah dipahami? Apakah engkau semua memahaminya? (Ya.) Pemahaman paling dasar tentang tidak bersiasat adalah tidak berencana jahat, dan tidak menggunakan taktik atau siasat licik. Itu berarti, ketika Aku berhubungan dan berinteraksi dengan engkau semua, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari, Aku selalu jujur dan tulus. Aku tidak menggunakan taktik, tidak bersiasat licik, ataupun berencana jahat. Sebaliknya, Aku berbicara dengan jujur, mengatakan apa pun yang ada dalam hati-Ku dan mengatakan berbagai hal kepadamu sebagaimana adanya. Aku tidak bersiasat terhadapmu atau tidak menipumu. Aku tidak akan menggunakan perkataan yang muluk-muluk untuk mendapatkan kepercayaanmu dan kemudian membuatmu rela mengorbankan diri, menderita, dan membayar harga. Pernahkah engkau semua melihat-Ku melakukan hal-hal semacam itu? (Tidak.) Ketika Aku bertanya kepadamu, engkau pasti akan menjawab tidak, tetapi dapatkah engkau semua memberikan contoh untuk menggambarkan hal ini? Jika masing-masing darimu dapat memberi sebuah contoh, maka fakta ini akan terbukti dengan tidak terbantahkan, dan engkau semua benar-benar akan memiliki pemahaman tentang poin ini—tidak bersiasat. Sebagai contoh, seseorang berkata bahwa di dunia ini, dia telah mempelajari beberapa keterampilan dan memahami profesi tertentu. Kebetulan di rumah Tuhan ada pekerjaan atau tugas yang berkaitan dengan profesi yang dia pelajari tersebut. Aku berbicara kepadanya, dengan berkata, "Kau memahami sedikit tentang profesi ini, dan kebetulan di rumah Tuhan ada pekerjaan di bidang ini. Berdasarkan pengetahuan profesionalmu dan sesuai dengan aturan atau prinsip di bidangmu, dapatkah kau melakukan pekerjaan ini dengan baik? Jika kau bersedia, maka pekerjaan ini menjadi milikmu." Adakah perkataan yang bersiasat atau eksploitatif dalam hal ini? Adakah perkataan yang menyembunyikan rencana jahat? (Tidak.) Yakinkah engkau bahwa tidak ada? (Yakin.) Karena engkau telah merekomendasikan dirimu sendiri dan memperkenalkan diri sebagai orang yang memahami profesi ini, dan Aku mengetahui situasimu, Aku menugaskan pekerjaan ini kepadamu. Jika engkau bersedia melakukannya, dan engkau berkata, "Aku menerima bahwa ini adalah dari Tuhan; aku mengambil pekerjaan ini, tugas ini," yang berarti, karena engkau dengan sukarela melakukannya, engkau harus melakukannya dengan baik. Jika engkau tidak bersedia, engkau dapat mengatakan secara langsung kepada-Ku bahwa engkau tidak ingin melaksanakan tugas ini. Apakah Aku akan memaksamu? (Tidak.) Berdasarkan prinsip-Ku dalam memperlakukan orang, Aku tidak akan memaksamu. Aku sama sekali tidak akan memaksa orang melakukan apa yang tidak ingin dilakukannya, memaksamu melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan-Ku sendiri. Aku tidak akan memaksamu melakukan hal yang tidak kauinginkan, atau bertindak seolah-olah, karena Aku memiliki identitas ini, maka perkataan-Ku haruslah berbobot, atau haruslah seperti perkataan kaisar dalam hal keharusan dan ketidakbolehan untuk diubah. Aku memperlakukan orang dengan toleransi; Aku memberimu kebebasan untuk memilih. Aku selalu mengatur pekerjaan berdasarkan kebutuhan pekerjaan rumah Tuhan. Jika ada orang yang berpengalaman di bidangnya atau berpengetahuan luas di bidangnya yang bersedia melakukan pekerjaan itu dan mampu melakukannya dengan lebih baik, itu tentu bagus. Jika tak seorang pun memahaminya, maka dengan kemampuan yang kita miliki, kita melakukannya semampu kita, sejauh yang kita bisa. Itulah prinsip-Ku. Jika engkau ditugaskan untuk melakukan pekerjaan tertentu, tetapi engkau berkata, "Aku tidak mau melakukannya. Aku tidak suka dieksploitasi oleh orang lain atau diarahkan oleh rumah Tuhan; aku membuat pilihanku sendiri," maka baiklah, rumah Tuhan tidak akan memakaimu. Melaksanakan tugas adalah sesuatu yang kaulakukan dengan senang hati dan rela. Hanya ketika orang bersedia melaksanakan tugasnya setelah percaya kepada Tuhan, barulah gereja dapat mengatur pekerjaan bagi mereka. Jika engkau tidak bersedia melaksanakan tugasmu, rumah Tuhan tidak akan memaksamu, dan terlebih lagi, Aku tidak akan menggunakan identitas atau status-Ku untuk memaksamu melakukan pekerjaan gereja. Umat pilihan Tuhan melaksanakan tugas mereka dan melakukan pekerjaan adalah sepenuhnya melalui pemahaman akan kebenaran. Ketika orang tidak memahami kebenaran, rumah Tuhan tidak akan memaksa atau menuntut mereka untuk melaksanakan tugas, dan terlebih lagi, Aku tidak akan memaksa mereka untuk bertindak sepenuhnya sesuai dengan kehendak-Ku. Jadi, jika Aku ingin engkau melakukan sesuatu, Aku akan mengatakannya secara langsung. Aku sama sekali tidak akan menggunakan taktik, atau memberikan petunjuk tidak langsung, atau menggunakan bahasa terselubung untuk membuatmu memahami maksud-Ku. Aku tidak akan melakukan hal itu. Jika engkau memiliki tingkat pertumbuhan dan rasa terbeban untuk melakukan pekerjaan bagi rumah Tuhan, Aku akan bertanya kepadamu secara langsung, "Bersediakah kau melakukan pekerjaan ini?" Atau Aku akan berkata secara lebih langsung lagi, "Lakukan saja pekerjaan ini." Aku berbicara dengan lugas, semuanya dalam bahasa yang sederhana. Selama engkau adalah manusia, engkau dapat memahaminya. Engkau tidak perlu membuang-buang sel otak untuk merenungkan dan memahami apa sebenarnya arti perkataan-Ku atau mengapa Aku mengatakannya. Aku tidak akan membuatmu memeras otak untuk memahami arti perkataan-Ku; Aku akan mengatakannya kepadamu secara langsung. Apa pun arti harfiah dari perkataan-Ku, itulah artinya. Selain itu, mengapa Aku memintamu untuk melakukan pekerjaan ini? Karena engkau adalah orang yang sedang melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan, dan engkau bersedia melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan. Itu berarti engkau berkewajiban untuk melakukan pekerjaan apa pun di rumah Tuhan yang mengharuskanmu untuk melakukan bagianmu. Pekerjaan atau tugas apa pun yang Kupercayakan kepadamu, Aku memercayakannya kepadamu sepenuhnya karena Aku menganggapmu sebagai orang yang percaya kepada Tuhan. Engkau harus menerimanya sebagai tanggung jawab, kewajiban, dan tugasmu; adalah benar melakukan hal itu. Baik itu memercayakan pekerjaan kepadamu maupun memberimu tugas, semuanya adalah agar engkau melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan dengan baik, dan juga agar engkau mencari kebenaran dan memperoleh kebenaran dalam melaksanakan tugasmu. Tidak ada hubungan transaksional di sini, Aku juga tidak sedang membujuk atau menipumu. Semua perkataan yang diucapkan dan tugas yang diberikan ini bersifat positif dan terbuka; tidak ada rahasia. Tidak ada hubungan uang, materi, atau kepentingan yang terlibat, juga tidak ada hubungan dengan mengeksploitasi atau dieksploitasi. Ini sama sekali bukan tentang memanfaatkan kelebihan, keterampilan, atau pengetahuan profesionalmu bagi keuntungan rumah Tuhan; rumah Tuhan sama sekali tidak akan melakukan hal itu. Orang melaksanakan tugasnya sepenuhnya berasal dari kesediaan dan kerelaan; rumah Tuhan tidak pernah memaksa siapa pun. Menerima tugasmu adalah apa yang seharusnya kaulakukan sebagai makhluk ciptaan. Melaksanakan tugas ini juga merupakan jalan bagimu untuk mengalami pekerjaan Tuhan dan memperoleh keselamatan. Dengan melaksanakan tugasmu, engkau belajar untuk tunduk kepada Tuhan, memperoleh kebenaran, dan dengan demikian menerima dirimu diterima, diingat, dan diakui oleh Tuhan. Inilah panen yang seharusnya kautuai dari pengabdianmu. Oleh karena itu, engkau harus menerima pekerjaan ini sebagai tugasmu, tanpa kekhawatiran atau kecurigaan sedikit pun. Apa pun yang Aku ingin untuk kaulakukan, Aku akan mengatakannya kepadamu dengan jujur. Aku senang berbicara dengan berterus terang. Aku tidak perlu membujukmu seperti kepada anak berusia tiga tahun, berbelit-belit, berputar-putar, dan mengatakan hal-hal yang menyenangkan kepadamu. Aku tidak akan melakukan hal itu. Jika engkau bisa bernyanyi atau menari, dan engkau memiliki kondisi bawaan ini, maka ketika engkau ditugaskan untuk melaksanakan tugas ini, engkau seharusnya menerimanya. Jika engkau berkata, "Berdasarkan kondisi bawaanku, aku tidak terlalu memenuhi syarat untuk tugas ini. Apakah boleh jika aku tidak melaksanakan tugas ini?" Tidak apa-apa. Itu adalah kebebasanmu; Aku tidak akan memaksamu.
Apa pun yang Kukatakan atau apa pun yang Kuminta untuk engkau semua lakukan, tidak ada tindakan bersiasat di dalamnya. Ketika Aku berbicara kepada para pemimpin dan pekerja, Aku bertanya kepada mereka, "Bagaimana kehidupan bergereja akhir-akhir ini? Orang-orang percaya baru telah mulai menjalani kehidupan bergereja—masalah apa yang masih mereka miliki? Apakah masalah tersebut sudah diselesaikan? Apa pendapat mereka setelah menonton film atau kesaksian berdasarkan pengalaman dari rumah Tuhan?" Beberapa pemimpin dan pekerja tidak dapat menjawab. Mereka merenungkan di dalam hatinya, "Apakah Engkau sedang berusaha menipuku untuk menyingkapkan situasiku yang sebenarnya? Apakah Engkau sedang memeriksa apakah aku telah melakukan pekerjaan nyata? Aku harus menjawab dengan hati-hati dan tidak ceroboh! Aku dapat berbicara tentang pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik, tetapi jika ada pekerjaan yang belum dituntaskan atau belum dilakukan dengan baik, aku sama sekali tidak boleh menyebutkannya. Begitu aku menyebutkannya, itu akan mengungkap masalahnya!" Jadi, ketika mereka melaporkan pekerjaan mereka, mereka selalu enggan untuk mengatakan sepatah kata pun, dan sangat takut mengungkapkan masalahnya. Orang-orang semacam itu memiliki pikiran yang rumit. Ketika Aku menanyakan sesuatu kepada mereka, perkataan itu sebenarnya sudah ada di ujung lidah mereka, tetapi mereka tidak mengatakannya secara langsung. Mereka harus merenungkan dan memprosesnya di benak mereka, "Mengapa Engkau menanyakan hal ini? Bagaimana aku bisa menjawab dengan tepat sehingga, di satu sisi, Engkau tidak akan tahu situasi sebenarnya, dan di sisi lain, Engkau akan merasa puas?" Sebenarnya, Aku tidak menyaring sepatah kata pun yang Kuucapkan di benak-Ku. Bagaimana keadaan-Ku saat Aku bertanya? Ketika Aku bertemu seseorang dan tahu pekerjaan apa yang menjadi tanggung jawabnya, Aku langsung berpikir tentang tugas-tugas spesifik apa yang mampu dilaksanakannya, masalah apa yang cenderung dihadapi dalam pekerjaannya, dan kesulitan apa yang mungkin dihadapinya. Memikirkan hal-hal ini, Aku langsung bertanya kepadanya, "Bagaimana kehidupan bergereja akhir-akhir ini di gereja-gereja yang menjadi tanggung jawabmu? Apakah para pemimpin gereja dan diaken semuanya sesuai? Apakah saudara-saudari tahu cara makan dan minum firman Tuhan? Apakah sebagian besar dari mereka bersaat teduh? Apakah mereka belajar lagu pujian dan tarian di waktu luang mereka? Bagaimana perkembangan pekerjaan penginjilan?" Setiap pertanyaan yang Kuajukan bersifat langsung dan lugas, tanpa menguji atau tanpa motif tersembunyi. Aku hanya memikirkan pekerjaan dan jalan masuk kehidupan yang orang miliki. Apa pun jawabanmu, engkau tidak akan mendapati dirimu diuji, dan Aku juga tidak akan memanfaatkan apa pun untuk menyalahkanmu; tidak ada hal yang menyingkapkan dirimu atau yang membuatmu disalahkan. Aku hanya berusaha mencari tahu tentang pekerjaan, Aku tidak dengan sengaja menanyakan situasi siapa pun, dan Aku juga tidak menargetkan siapa pun untuk ditangani atau diberhentikan. Gereja tidak melakukan pertengkaran kelas atau perselisihan faksi—gereja melakukan pekerjaan nyata. Terkadang ketika Aku bertemu saudara-saudari atau para pemimpin dan pekerja, Aku hanya ingin mengobrol santai, mengucapkan beberapa perkataan yang tulus, dan membicarakan beberapa hal sehari-hari. Terkadang Aku juga menanyakan masalah apa yang masih ada dalam pekerjaan gereja. Semua yang Kukatakan adalah bahasa sehari-hari, perkataan yang tulus. Misalnya, Aku bertanya kepada engkau semua, "Bagaimana kehidupan bergereja akhir-akhir ini? Dapatkah saudara-saudari mendapatkan manfaat dari setiap pertemuan? Dapatkah menjalani kehidupan bergereja membantu menyelesaikan masalah yang sebenarnya?" Beberapa orang menjawab, "Kehidupan bergereja akhir-akhir ini tidak baik. Meskipun kami berkumpul, tidak ada manfaat besar yang diperoleh, dan masalah mendasar tidak dapat diselesaikan." Lalu Aku bertanya, "Di mana letak masalahnya?" Kebanyakan orang tidak dapat menjawab. Katakan kepada-Ku, apakah ada jebakan dalam pertanyaan-Ku? Apakah ada rencana jahat di baliknya? Tidak ada sama sekali. Aku hanya bertanya untuk mencari tahu tentang pekerjaan dan memahami situasinya, sehingga Aku dapat mempersekutukan kebenaran kepada engkau semua dan menyelesaikan masalah. Apa pun jawabanmu, engkau semua tidak akan mendapati dirimu diuji. Beberapa orang yang relatif sederhana mampu berbicara dengan jujur. Mereka berkata, "Saudara-saudari baru saja menerima pekerjaan Tuhan dan belum memiliki banyak pengalaman. Mereka tidak memiliki apa pun untuk dikatakan selama pertemuan. Jika mereka terlalu banyak membaca firman Tuhan, mereka tidak dapat memahaminya, dan mereka juga mengantuk dan tidak mampu benar-benar memahami firman Tuhan. Kami tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah ini." Aku berkata, "Mudah menyelesaikannya. Semua orang dapat menyanyikan sebuah lagu pujian terlebih dahulu, lalu menari sebentar, lalu membaca beberapa firman Tuhan. Mereka yang memiliki pemahaman dapat berbicara tentang pemahaman mereka, dan mereka yang memiliki pengalaman dapat berbicara tentang pengalaman mereka. Mereka yang tidak memiliki pemahaman ataupun pengalaman juga dapat mengemukakan kesulitan mereka yang sebenarnya dan membiarkan saudara-saudari yang berpengalaman membantu menyelesaikannya. Bukankah pertemuan akan membuahkan hasil dengan cara ini? Mereka yang tingkat pertumbuhannya kecil juga dapat terdidik dalam kerohanian mereka." Engkau lihat, bukankah itu menyelesaikan masalahnya? Ketika mengobrol dengan orang-orang, terkadang Aku mengajukan beberapa pertanyaan, beberapa orang dengan pikiran yang rumit merenung, "Pertanyaan-Mu cukup langsung. Aku tidak mengerti apa maksud-Mu menanyakan hal ini. Aku harus berhati-hati dengan jawabanku!" Kukatakan kepadamu, engkau salah. Dengan siapa pun Aku mengobrol atau pertanyaan apa pun yang Kuajukan, tujuan utamanya selalu untuk menemukan dan menyelesaikan masalah, untuk membantu dan membimbingmu, serta menolongmu menyelesaikan masalah. Pertama, ini bukanlah untuk menyingkapkan dirimu dan membuatmu terlihat bodoh. Kedua, ini bukanlah untuk menguji apakah engkau mengatakan yang sebenarnya atau apakah engkau orang yang polos. Ketiga, ini bukanlah untuk menipumu agar menyingkapkan situasimu yang sebenarnya. Keempat, ini terlebih lagi bukanlah tentang menguji apakah engkau cakap untuk melakukan pekerjaan itu atau apakah engkau mampu melakukan pekerjaan nyata. Sebenarnya, dengan cara apa pun Aku mengobrol denganmu, semua itu adalah untuk membantu dan membimbingmu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik, melakukan pekerjaan dengan baik, dan menyelesaikan masalah. Ada orang-orang yang terlalu berlebihan dalam memikirkan pertanyaan-Ku yang sederhana, sangat takut ada makna tersembunyi. Bahkan ada yang curiga bahwa Aku sedang bersiasat terhadap mereka. Aku jelas ingin membantumu menyelesaikan masalah, tetapi engkau secara keliru mengira Aku sedang bersiasat terhadapmu. Bukankah ini berarti bersikap tidak adil terhadap-Ku? (Ya.) Jadi, apa masalahnya di sini? Hati manusia itu licik! Meskipun orang-orang mungkin berkata dengan lantang, "Engkau adalah Tuhan, aku harus mengatakan yang sebenarnya kepada-Mu, dan berterus terang kepada-Mu. Aku mengikuti-Mu, aku percaya kepada-Mu!" di lubuk hatinya, mereka tidak berpikir seperti itu. Betapa pun biasa dan sederhananya pertanyaan-Ku, itu sering ditafsirkan dengan cara yang terlalu sensitif oleh orang-orang. Melalui dugaan-dugaan mereka dan kemudian melalui penelitian, mereka melalui banyak lika-liku dan tampaknya menemukan jawaban akhir, tetapi sebenarnya, itu jauh dari maksud perkataan-Ku yang sebenarnya. Itu jelas merupakan pertanyaan yang sangat sederhana, tetapi mereka terlalu berlebihan dalam memikirkannya. Bukankah orang-orang semacam itu terlalu sensitif? Apa pun yang Kutanyakan, hati mereka bergejolak setelah mendengarnya: "Mengapa Engkau menanyakan hal ini? Bagaimana aku bisa menjawab dengan cara yang memuaskan-Mu dan tidak menyingkapkan kekurangan apa pun? Apa yang harus kukatakan terlebih dahulu, dan apa yang harus kukatakan kemudian?" Dalam tiga hingga lima detik, perkataan itu keluar, tanpa penundaan. Pikiran mereka lebih cepat daripada komputer. Mengapa begitu cepat? Sebenarnya, proses ini sudah menjadi natur kedua bagi mereka; itu adalah trik dan gaya mereka biasanya dalam berurusan dengan orang-orang dan menangani masalah. Mereka bersiasat terhadap semua orang. Jadi, sesederhana apa pun pertanyaan-Ku, mereka terlalu terlalu berlebihan dalam memikirkannya, meyakini bahwa Aku memiliki motif atau tujuan tertentu. Di dalam hati, mereka merenung, "Jika aku menjawab dengan jujur, bukankah aku akan menyingkapkan situasiku yang sebenarnya? Itu sama saja dengan mengkhianati diriku sendiri. Aku tidak boleh membiarkan-Mu mengetahui situasiku yang sebenarnya. Jadi, bagaimana aku harus menjawab dengan tepat? Bagaimana aku bisa membuat-Mu merasa senang dan puas, memiliki kesan yang baik tentangku, dan terus memakaiku?" Lihatlah betapa liciknya orang-orang ini! Pikiran orang-orang ini terlalu rumit. Dengan cara apa pun Aku berbicara kepada mereka, mereka akan ragu dan meneliti. Dapatkah orang-orang semacam itu menerapkan kebenaran? Dapatkah mereka layak untuk dipakai oleh Tuhan? Sama sekali tidak. Ini karena pikiran orang-orang semacam itu terlalu rumit, dan sama sekali tidak sederhana; siapa pun yang berhubungan dengan mereka dalam waktu yang lama dapat melihatnya. Orang sangat pandai dalam bersiasat, tetapi pernahkah Aku bersiasat terhadapmu ketika Aku berbicara dan berkomunikasi dengan engkau semua? (Tidak.) Entah Aku sedang berusaha mencari tahu tentang keadaanmu secara pribadi ataupun situasi pekerjaanmu, tujuannya selalu untuk membantumu, untuk menyelesaikan masalah dalam pekerjaan. Sekalipun engkau melakukan kesalahan dan pemangkasan atau pemberhentian menimpamu, Aku tidak akan bersiasat terhadapmu ataupun menyiksamu. Setelah masalah diselesaikan, itu sudah berakhir. Rumah Tuhan tidak akan bersiasat terhadapmu ataupun menyiksamu, apalagi memanfaatkan kesalahanmu sebagai alat untuk mengendalikanmu dan menolak untuk melepaskanmu, atau memikirkan cara-cara untuk mendiskreditkanmu dan membuat semua orang mengucilkan dan menolakmu, membuatmu merasa putus asa sehingga engkau sendiri mengundurkan diri. Aku sama sekali tidak akan melakukan hal itu. Jika engkau tidak cocok untuk menjadi pemimpin atau pekerja, paling-paling Aku akan berkata, "Kualitasmu terlalu buruk, dan engkau kurang memiliki pemahaman rohani. Engkau tidak cocok untuk menjadi pemimpin atau pekerja. Sekalipun engkau terpilih sebagai pemimpin atau pekerja, engkau tidak akan mampu melakukan pekerjaan nyata." Rumah Tuhan sama sekali tidak akan menyiksa atau bersiasat terhadapmu karena hal ini.
Ada prinsip-prinsip mengenai orang macam apa yang dipromosikan dan dipakai oleh rumah Tuhan, dan orang macam apa yang tidak dipakai, orang mana yang dibina oleh rumah Tuhan dan mana yang tidak; semua itu didasarkan pada kebutuhan pekerjaan rumah Tuhan. Siapa pun yang dipromosikan dan dipakai, tujuannya adalah untuk membina mereka agar mereka mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik dan tahu bagaimana mengalami pekerjaan Tuhan, serta agar mereka mampu memikul pekerjaan dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Apa pun masalah yang sedang diselesaikan, tujuannya adalah untuk memungkinkan mereka memahami lebih banyak kebenaran, dan belajar cara memetik pelajaran dan memperoleh kemampuan untuk mengenali berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal yang mereka temui. Dengan cara ini, akan lebih mudah bagi mereka untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran dalam segala aspek. Ini bukanlah tentang mengeksploitasi dirimu agar melakukan pelayanan, apalagi mengeksploitasi dirimu untuk mengisi posisi yang kosong karena orang yang cocok tidak dapat ditemukan, hanya untuk menendangmu keluar ketika muncul seseorang yang cocok. Bukan seperti itu. Sebenarnya, ini memberimu kesempatan untuk melatih dirimu. Jika engkau mengejar kebenaran, engkau akan tetap teguh; jika engkau tidak mengejar kebenaran, engkau tetap tidak akan mampu untuk tetap teguh. Sama sekali tidak benar bahwa karena rumah Tuhan menganggapmu tidak menyenangkan, maka mereka akan memanfaatkanmu dan mencari kesempatan untuk menyingkirkanmu. Ketika rumah Tuhan berkata akan membina dan mempromosikan dirimu, mereka akan sungguh-sungguh membinamu. Yang penting adalah bagaimana engkau berusaha mengejar kebenaran. Jika engkau tidak sedikit pun menerima kebenaran, rumah Tuhan akan menyerah mengenaimu dan tidak akan lagi membinamu. Setelah suatu masa pembinaan, ada orang-orang yang diberhentikan karena kualitas mereka buruk dan mereka tidak mampu melakukan pekerjaan nyata. Selama masa pembinaan mereka, ada orang-orang yang tidak sedikit pun menerima kebenaran, bertindak semaunya, mengacaukan serta mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, dan diberhentikan. Ada juga orang yang sama sekali tidak mengejar kebenaran, menempuh jalan antikristus, selalu bekerja demi ketenaran, keuntungan, dan status, lalu diberhentikan dan disingkirkan. Semua situasi ini ditangani berdasarkan prinsip-prinsip rumah Tuhan dalam hal memakai orang. Rumah Tuhan akan tetap membina mereka yang mampu menerima kebenaran dan berusaha untuk mengejar kebenaran, sekalipun mereka melakukan pelanggaran dengan melakukan beberapa kesalahan. Jika seseorang bukanlah orang yang mampu menerima kebenaran, dan tidak menerima kebenaran ketika pemangkasan menimpa mereka, mereka harus langsung diberhentikan dan disingkirkan. Ada orang-orang yang berkata: "Bukankah ini seperti memeras seseorang sampai kering lalu membuangnya? Bukankah ini berarti mengeksploitasi orang?" Katakan kepada-Ku, pernahkah ada orang yang diberhentikan, disingkirkan, atau tidak lagi dibina oleh rumah Tuhan karena mereka tidak lagi memiliki nilai untuk dieksploitasi? Pernahkah terjadi hal semacam itu? (Tidak.) Lalu dalam keadaan apa rumah Tuhan memberhentikan atau menyingkirkan orang? (Rumah Tuhan hanya memberhentikan atau menyingkirkan seseorang ketika mereka tidak mampu memikul pekerjaan, atau ketika mereka menyebabkan kekacauan dan gangguan serta melakukan kejahatan.) Tak seorang pun diberhentikan tanpa alasan. Ada orang yang berkualitas buruk dan tidak mampu melakukan pekerjaan nyata. Ada orang yang memiliki kualitas tertentu tetapi tidak melakukan pekerjaan nyata ataupun melindungi kepentingan rumah Tuhan; mereka tidak melakukan pekerjaan yang mampu mereka lakukan, tidak mau memedulikan pekerjaan gereja dan tidak mau melelahkan diri untuk melakukannya, tidak mau menderita dan membayar harga, serta tidak mau menyinggung orang lain. Orang-orang semacam itu tidak dapat melakukan pekerjaan nyata sehingga harus disingkirkan; tidaklah tepat lagi bagi mereka untuk memegang jabatan tersebut. Mereka tidak hanya menghalangi pekerjaan gereja, tetapi juga memengaruhi jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan. Dalam situasi seperti itu, mereka harus memiliki kesadaran diri dan segera mengundurkan diri, membiarkan orang yang mampu melakukan pekerjaan nyata mengambil alih pekerjaan ini. Ada orang-orang yang tidak melakukan pekerjaan nyata tetapi menikmati manfaat dari status, dan bahkan menyebabkan gangguan dan kekacauan. Mereka selalu khawatir Yang di Atas akan menemukan masalah mereka dan memberhentikan mereka, jadi ketika tiba saatnya melaporkan pekerjaan mereka, mereka berpura-pura mengajukan beberapa pertanyaan untuk mencari kebenaran dan terlihat sangat proaktif, ingin memberikan kesan yang baik kepada Yang di Atas dan membuktikan bahwa mereka adalah orang yang mencari kebenaran dan mampu melakukan pekerjaan nyata. Yang di Atas mempromosikan dan memakai orang bukan berdasarkan apakah mereka mampu berbicara dengan baik, apakah mereka mahir dalam mengajukan pertanyaan, atau apakah mereka cerdas, melainkan memilih dan membina orang berdasarkan apakah mereka mencintai kebenaran, apakah mereka mengejar kebenaran, dan apakah mereka mampu melaksanakan tugas mereka dengan penuh pengabdian. Ada juga orang yang bukan saja tidak melakukan pekerjaan nyata atau tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan, tetapi juga menyebabkan kekacauan dan gangguan serta mengkhianati kepentingan rumah Tuhan. Pengaturan kerja rumah Tuhan dengan jelas menetapkan apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dilakukan, tetapi mereka tidak melaksanakan satu hal pun dan bahkan dengan gegabah melakukan kesalahan. Ada banyak orang semacam itu, dan mereka semua telah diberhentikan. Apa pun situasinya, ketika rumah Tuhan mempromosikan orang-orang ini, tujuannya adalah selalu untuk membina dan menuntun mereka ke dalam kenyataan kebenaran, dengan harapan mereka mampu melakukan pekerjaan gereja dengan baik dan melaksanakan tugas yang seharusnya mereka laksanakan dengan baik. Sekalipun engkau tidak tahu cara melakukan suatu pekerjaan karena engkau bodoh dan kurang wawasan atau karena engkau berkualitas buruk, asalkan engkau berusaha untuk mengejar prinsip-prinsip kebenaran, memiliki rasa tanggung jawab ini, bersedia melakukan pekerjaan ini dengan baik, dan mampu melindungi pekerjaan gereja, rumah Tuhan akan tetap membinamu sekalipun engkau pernah melakukan beberapa hal bodoh di masa lalu. Ada orang-orang yang meskipun berkualitas agak buruk, masih mampu melakukan beberapa pekerjaan sederhana. Meskipun persekutuan tentang kebenaran untuk menyelesaikan masalah yang mereka sampaikan tidak membuahkan hasil yang baik, mereka mampu melindungi pekerjaan gereja. Apa pun aspek kebenaran yang dipersekutukan di setiap pertemuan, mereka mampu menerimanya dan taat serta tunduk. Jika suatu pekerjaan tidak dilakukan dengan baik, mereka dapat memetik pelajaran darinya. Meskipun kualitas mereka agak buruk, hati mereka mampu berusaha untuk mengejar kebenaran. Setelah bekerja selama beberapa waktu, mereka mengalami kemajuan, dan hasil mereka menjadi makin baik. Di mata-Ku, orang-orang semacam itu memiliki harapan untuk memperoleh keselamatan. Kebanyakan orang yakin bahwa mereka yang berkualitas baik kemungkinan besar akan memperoleh keselamatan. Menurut-Ku, itu belum tentu. Kuncinya adalah orang harus mengejar kebenaran agar mereka dapat memperoleh pekerjaan Roh Kudus, membuang watak rusak mereka, dan memperoleh keselamatan. Ada orang-orang yang berkualitas rata-rata dan hasil dari tugas mereka juga rata-rata, tetapi setelah bertahun-tahun memperoleh penyiraman dan perbekalan dari rumah Tuhan, mereka mulai dengan segenap hati mengejar kebenaran, dan pada akhirnya mereka memang memahami beberapa kebenaran. Mereka juga memperoleh beberapa pengalaman nyata, mampu mengetahui yang sebenarnya tentang beberapa hal, dan mampu menyelesaikan beberapa masalah, makin mengalami kemajuan dalam pekerjaan gereja. Ini cukup baik; orang-orang semacam itu layak untuk dibina. Meskipun engkau mungkin tidak sepenuhnya cakap untuk pekerjaan ini, setidaknya ada pengakuan dari Yang di Atas bagimu dalam melakukan pekerjaan ini. Katakan kepada-Ku, apakah mengatur orang untuk melaksanakan tugas berarti mengeksploitasi mereka? (Tidak.) Sebanyaknya apa pun pekerjaan yang mampu kaulakukan, atau seperti apa pun kualitasmu, mempromosikan dan memakaimu bukanlah berarti mengeksploitasi dirimu. Sebaliknya, maksudnya adalah menggunakan kesempatan ini agar engkau berlatih dalam melakukan pekerjaan, dan untuk menyempurnakanmu melalui pengejaranmu akan kebenaran dan melalui bekerja keras serta memikul beban yang berat. Di satu sisi, ini menyempurnakanmu secara pribadi; di sisi lain, ini juga menyelesaikan pekerjaan rumah Tuhan. Engkau telah mempersiapkan perbuatan baik sekaligus memperoleh hasil dalam jalan masuk kehidupanmu sendiri. Betapa baiknya hal itu! Itu adalah dua hasil yang baik dalam satu langkah. Ada orang dari antara mereka yang telah tersingkap dan disingkirkan berkata, "Apakah kau sedang mencoba mengeksploitasi diriku untuk melakukan pelayanan bagi rumah Tuhan? Tidak mungkin! Aku tidak sebodoh itu!" Mereka bahkan mampu mengucapkan perkataan seperti itu—apakah mereka benar-benar percaya kepada Tuhan? Apakah orang-orang semacam itu memahami kebenaran? Bagaimana mungkin mengatur orang untuk melaksanakan sedikit tugas berarti mengeksploitasi mereka? Jika engkau benar-benar orang yang memahami kebenaran, engkau seharusnya memahami maksud Sang Pencipta dan engkau seharusnya melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan dengan baik. Ini berarti melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban sebagai manusia. Jika engkau bahkan tidak memiliki hati nurani dan nalar sebanyak ini, apakah engkau layak disebut makhluk ciptaan? Jika engkau benar-benar memiliki hati nurani dan nalar, engkau haruslah memperlakukan tugasmu dengan benar. Jika engkau memiliki kualitas untuk itu, engkau harus berusaha untuk mengejar kebenaran. Jika engkau bersedia secara proaktif melakukan bagianmu, rumah Tuhan akan mengatur agar engkau melakukan pekerjaan tertentu, memikul suatu beban. Ini bukan berarti bersiasat terhadapmu atau mengeksploitasi dirimu, melainkan mempromosikanmu, membinamu, membiarkanmu berlatih, dan menuntunmu ke dalam kenyataan kebenaran. Sesederhana itu. Ada orang-orang yang berkata: "Sekarang aku sudah tua, semangatku tidak cukup, dan kekuatan fisikku menurun. Aku tidak ingin memikul beban ini lagi. Bolehkah aku mengundurkan diri?" Kukatakan itu tidak masalah, tetapi sebelum mengundurkan diri, engkau harus memikirkannya dengan saksama. Jika itu bukan benar-benar karena alasan fisik, tetapi karena pemikiranmu sendiri telah berubah, karena engkau telah berpikir ulang, engkau takut menderita, takut menjadi lelah, takut mendaki lebih tinggi lalu jatuh lebih keras, selalu memiliki pemikiran dan sudut pandang bahwa berada di puncak berarti kesepian—maka engkau harus berhati-hati. Jangan menolak amanat ini, tugas yang istimewa ini; engkau harus memikirkannya dengan saksama. Kesempatan seperti ini sedikit dan jarang—kesempatan ini sangat langka, bukan? Mungkin engkau akan bersikeras, dengan berkata, "Engkau tidak perlu membujukku. Aku sudah memikirkannya sejak lama dan sudah memutuskan. Engkau tidak bisa membujukku; aku tidak ingin menanggung kelelahan ini lagi. Semua orang merasa nyaman, mengapa hanya aku yang merasa begitu lelah? Apakah aku ditakdirkan untuk menderita? Aku tidak bersedia menanggung penderitaan semacam ini! Aku tidak bersedia pasrah pada takdir! Gereja seharusnya tidak bersiasat terhadapku; aku bukan budak milik gereja, dan aku juga tidak menjual diriku kepada gereja!" Engkau seharusnya tidak melanjutkan perkataan yang tidak menyenangkan ini; mengatakan lebih banyak akan membuatmu melakukan terlalu banyak dosa, dan engkau perlu bertanggung jawab atas perkataan yang kauucapkan dan pilihan yang telah kauambil. Pertama, engkau percaya kepada Tuhan untuk memperoleh berkat; engkau tidak menjual dirimu kepada rumah Tuhan. Kedua, jika engkau ingin menjual dirimu kepada rumah Tuhan, rumah Tuhan tetap harus memikirkan dengan saksama apakah engkau seberharga itu, apakah membelimu akan bermanfaat. Jadi, jika menurutmu rumah Tuhan sedang bersiasat terhadapmu dan ingin mengeksploitasi dirimu agar melakukan pelayanan, pikiranmu itu salah, karena standar yang rumah Tuhan gunakan untuk memeriksa orang-orang adalah apakah mereka benar-benar percaya kepada Tuhan, apakah mereka mencintai kebenaran, dan apakah mereka mampu menaati firman Tuhan dan tunduk kepada Tuhan. Rumah Tuhan memilih dan membina orang berdasarkan standar-standar ini. Jika engkau berpikir begitu buruk tentang rumah Tuhan, berarti engkau tidak memiliki hati nurani ataupun nalar, dan engkau sama sekali tidak berharga. Rumah Tuhan bukan saja tidak akan memakaimu untuk melaksanakan tugas, melainkan juga harus segera menyingkirkanmu, pengikut yang bukan orang percaya. Jika engkau bukan orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, engkau harus segera meninggalkan rumah Tuhan; jangan berkeliaran di rumah Tuhan. Engkau bukan bagian dari rumah Tuhan; rumah Tuhan tidak membutuhkan orang-orang semacam itu. Cepatlah pergi.
Entah Aku sedang mengobrol atau secara formal menyampaikan persekutuan dan berkhotbah, tujuan-Ku dalam setiap firman yang Kuucapkan, setiap hal yang Kubicarakan, dan setiap aspek kebenaran yang Kupersekutukan adalah untuk memungkinkan engkau semua mengetahui keadaanmu yang rusak, mengenali cacat, kekurangan, kelemahan, dan kesulitanmu, dan yang terpenting, mengetahui watak rusakmu sendiri dan perwujudan kerusakanmu di berbagai latar belakang dan lingkungan. Setelah engkau semua mengetahui watak rusakmu, engkau akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang dirimu sendiri, engkau akan mengetahui ukuranmu sendiri, engkau akan menjadi sedikit lebih masuk akal. Lalu, engkau akan membandingkan dirimu terhadap firman Tuhan, dan menemukan prinsip-prinsip penerapan dan jalan penerapan yang relevan dalam firman Tuhan untuk menyelesaikan kesulitanmu sendiri, baik itu membereskan watak rusak yang kauperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari maupun kekurangan dalam kemanusiaanmu. Lambat laun, engkau akan membuang watak-watak rusak ini dan berbagai pemikiran serta sudut pandang Iblis yang dibenci Tuhan, dan dengan menerima kebenaran, engkau akan mencapai perubahan sejati dalam pandanganmu tentang berbagai hal dan watak hidupmu. Inilah satu-satunya cara yang sesuai dengan maksud-maksud Tuhan. Dalam semua perkataan yang Kuucapkan ini, baik saat mengobrol dengan engkau semua dalam kehidupan sehari-hari maupun saat secara formal menyampaikan persekutuan dan berkhotbah, setiap kata diucapkan berdasarkan situasimu yang sebenarnya. Aku mengucapkan perkataan ini karena Aku telah melihat kebutuhan engkau semua. Meskipun fakta-fakta yang Kusebutkan mungkin telah melalui beberapa pemrosesan sederhana, contoh-contoh ini merupakan contoh representatif yang dipilih berdasarkan fakta-fakta dari perwujudan kerusakanmu dan tindakanmu. Dengan menggunakan fakta-fakta dan contoh-contoh ini, Aku menyingkapkan watak rusak dan esensi natur manusia agar orang mampu merenungkan dirinya sendiri, dan ini akan membuahkan hasil yang baik. Oleh karena itu, apa pun topik yang Kupersekutukan, pertama, tidak ada jebakan; kedua, tidak ada rencana jahat; dan ketiga, tidak ada ujian. Semua ini memungkinkan engkau semua untuk lebih memahami maksud dan tuntutan Tuhan, agar engkau mampu memandang orang dan hal-hal, serta berperilaku dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan pada akhirnya datang ke hadapan Tuhan serta memiliki ketundukan dan rasa takut terhadap-Nya. Semua ini adalah fakta. Jadi, ketika Aku berkomunikasi atau mengobrol dengan engkau semua tentang beberapa hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, atau secara formal melakukan percakapan dan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pekerjaan, berapa tahun pun telah berlalu, ketika engkau mengingat kembali, apakah engkau melihat adanya rencana jahat atau jebakan di dalam firman-Ku? (Tidak.) Apakah ada niat untuk mengeksploitasi dirimu? Apakah ada niat untuk memerasmu? (Tidak.) Apakah engkau yakin? (Yakin.) Misalnya, seseorang bertanggung jawab atas peternakan di sebuah lahan peternakan. Aku bertanya kepadanya berapa hari yang dibutuhkan seekor ayam untuk bertelur, dan dia merenung: "Apa maksud-Mu menanyakan hal ini? Apakah Engkau sedang berusaha melihat apakah aku memberi makan ayam-ayam itu dengan baik? Lalu bagaimana aku harus menjawab dengan tepat? Jika kukatakan mereka bertelur satu butir sehari, itu sebenarnya tidak mungkin; itu berarti berbohong. Jika kukatakan mereka bertelur satu butir setiap dua atau tiga hari, apakah Engkau akan mengira aku tidak memberi makan ayam-ayam itu dengan baik, dan bahwa aku tidak memberi mereka pakan yang bergizi? Lalu bagaimana aku harus menjawab dengan tepat?" Dia terus merenung di dalam hatinya dan tidak pernah memberikan jawaban. Sebenarnya, Aku tidak memiliki maksud lain menanyakan hal ini; Aku hanya ingin mendapatkan informasi tentang bagaimana ayam-ayam itu dibesarkan. Namun, begitu Aku bertanya, dia terlalu banyak berspekulasi dan terus mencoba menebak apa maksud-Ku menanyakan hal ini. Katakan kepada-Ku, apakah orang-orang semacam itu sulit dihadapi? Apakah mungkin untuk berkomunikasi secara normal ketika berhubungan dengan orang-orang semacam itu? Menjadi tidak mungkin untuk berkomunikasi. Aku punya suatu kebiasaan: Aku selalu senang berkeliling dan memeriksa berbagai hal. Terkadang Aku menemukan beberapa masalah. Jika itu masalah kebersihan lingkungan, itu harus dibereskan. Jika itu masalah personel, penyesuaian harus dilakukan. Jika itu masalah yang berkaitan dengan keterampilan profesional, kita harus berkonsultasi dan belajar. Ketika masalah ditemukan, itu harus diperbaiki. Banyak masalah telah ditemukan secara tidak sengaja dan terselesaikan selama obrolan sehari-hari; beberapa masalah nyata mudah diselesaikan. Jadi, orang-orang tidak perlu merasa gugup saat berhubungan dengan-Ku dan berinteraksi dengan-Ku. Banyak masalah ditemukan melalui berinteraksi dengan orang-orang dan itu mudah untuk diselesaikan. Berhubungan dan mengobrol dengan orang-orang sangatlah penting; ini bukan hanya mengenai mencari tahu tentang situasinya dan menemukan masalahnya, melainkan juga tentang menyelesaikan masalah pada saat yang sama. Bukankah ini adalah keuntungan? (Ya.) Ketika Aku mengobrol dengan orang-orang, ada orang yang berbicara jujur, sementara yang lain berpikir dengan cara yang sangat rumit dan tidak berani berbicara jujur, selalu bertanya-tanya apakah Aku memiliki makna tersembunyi dalam perkataan-Ku atau apakah Aku sedang mencoba bersiasat terhadap seseorang. Jadi, begitu Aku menanyakan sesuatu kepada mereka, mereka menjadi gugup dan dahi mereka mulai berkeringat. Aku berkata, "Cuaca tidak panas, mengapa kau berkeringat?" Mereka berkata, "Engkau mungkin tidak merasa panas, tetapi aku merasa panas! Apa yang Engkau katakan sangat menakutkanku sampai jantungku hampir copot. Sekarang telapak tangan dan telapak kakiku berkeringat, jantungku berdebar-debar, dan aku tidak tahu harus berbuat apa." Aku berkata, "Kau tidak perlu gugup. Aku hanya mengobrol santai, hanya berbincang. Jika memang ada masalah, kita hanya akan menyelesaikannya. Jangan menganggap-Ku begitu menakutkan, seolah-olah menemukan masalah berarti Aku akan mengeksekusi seluruh keluarga besarmu. Aku tidak 'membereskan' orang; Aku menyelesaikan masalah. Menyelesaikan masalah adalah kuncinya." Keyakinan seperti apa yang seharusnya kaumiliki? Di satu sisi, Aku pasti bertindak berdasarkan prinsip, sepenuhnya adil. Aku tidak akan bertindak berdasarkan emosi, sikap yang semaunya atau sewenang-wenang: Aku tidak akan menganggapmu tidak menyenangkan, lalu mencari-cari kesalahanmu, mencari-cari celahmu, atau mencari-cari kekuranganmu, lalu mengusirmu dan mencari seseorang yang menyenangkan-Ku untuk melakukan pekerjaan itu. Di sisi lain, Aku menangani semua orang berdasarkan situasi dan masalah yang sebenarnya; ada prinsip-prinsipnya. Orang boleh melakukan kesalahan, boleh bersikap bodoh, lemah, dan negatif. Namun, ada satu hal yang tidak boleh: Jika engkau membuat masalah dan dengan sengaja mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, engkau harus merenungkan dirimu sendiri. Jika engkau tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan, jika engkau selalu mengkhianati kepentingan rumah Tuhan, maka gereja tidak membutuhkanmu untuk melaksanakan tugasmu; rumah Tuhan harus mencari orang yang sesuai untuk menggantikanmu. Ini berarti bertindak berdasarkan prinsip. Cara-Ku menyelesaikan masalah, cara-Ku menangani masalah, cara-Ku berinteraksi dengan orang lain—semuanya dilakukan berdasarkan prinsip. Engkau tidak perlu khawatir Aku akan menanganimu jika Kutemukan masalah dengan dirimu; itu tergantung apa masalahnya, dan situasinya akan ditangani berdasarkan natur dari masalahnya. Jika natur masalahmu tidak terlalu serius, jika engkau tidak dengan sengaja menimbulkannya, tetapi itu karena kelalaian atau kebodohan sesaat, maka masalah tersebut akan diselesaikan dengan mempersekutukan kebenaran. Petiklah pelajaran dan jangan mengulangi kesalahan tersebut. Terkadang, itu disebabkan karena orang kurang pengetahuan dan pengalaman serta tidak memahami keterampilan profesional tertentu; jika itulah yang terjadi, segeralah pelajari keterampilan profesional tersebut dan jangan malas. Namun, jika itu memang disengaja dan dilakukan dengan berniat, jika engkau tidak mau melaksanakan tugas ini dan bahkan dengan sengaja merusak aset rumah Tuhan, maka hal ini harus ditangani dengan serius. Mereka yang seharusnya diberhentikan akan diberhentikan, dan mereka yang seharusnya dikeluarkan akan dikeluarkan; tidak ada gunanya takut. Jika engkau semua memiliki keyakinan ini, maka ketika Aku berbicara dan menangani masalah bersamamu, engkau semua akan merasa jauh lebih tenang. Ketika Aku berbicara kepadamu atau membahas pekerjaan atau hal-hal profesional, engkau harus tahu cara untuk tenang, tahu bahwa Tuhan tidak akan bersiasat terhadap siapa pun, juga tidak akan bersiasat terhadapmu; engkau dapat merasa tenang. Jika engkau bahkan tidak memiliki keyakinan ini, jika engkau tidak percaya bahwa Tuhan itu baik dan benar, maka ketika kaukatakan engkau percaya kepada Tuhan, mengikuti Tuhan yang berinkarnasi, mengikuti Kristus—di manakah imanmu? Bagaimana engkau bisa berterus terang kepada-Nya? Jika setiap saat engkau bersikap waspada terhadap-Nya, berspekulasi tentang-Nya, curiga terhadap-Nya, dan meneliti Dia, berarti engkau tidak memiliki iman yang sejati kepada-Nya. Jika engkau tidak memiliki kepercayaan sejati, tidak memiliki iman sejati kepada manusia ini, lalu sejauh mana engkau bisa percaya pada firman-Ku? Adakah pernyataan yang benar-benar dapat kaupercayai, benar-benar kauterima? Hampir tidak ada, bukan? (Ya.)
Suatu ketika, Aku mengunjungi sebuah gereja untuk melihat keadaan. Ketika memasuki ruangan, Aku menyapa semua orang terlebih dahulu. Beberapa orang datang menghampiri-Ku, segera mempersilakan-Ku duduk, lalu berkata bahwa mereka sedang mendiskusikan sesuatu. Saat mereka sedang berbicara, Aku tiba-tiba menyadari bahwa beberapa saat yang lalu ada empat atau lima orang di ruangan itu, tetapi sekarang hanya tersisa dua orang. Kupikir mungkin mereka telah kembali ke ruangan masing-masing untuk menyisir rambut dan menyegarkan diri, lalu akan segera keluar, tetapi Aku tinggal di sana cukup lama dan mereka tidak muncul. Saat itulah Aku mengerti: Mereka tidak menerima kedatangan-Ku; Aku datang pada waktu yang tidak tepat. Aku adalah tamu tak diundang. Kedatangan-Ku membuat mereka merasa terkekang dan tidak nyaman. Mereka berpikir, "Apakah ada tujuan tertentu dalam kunjungan-Mu?" Mereka takut jatuh ke dalam jebakan, takut ditipu, takut akan rencana jahat, jadi mereka menolak untuk bertemu langsung dengan-Ku dan menolak untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan-Ku. Ini bukan melebih-lebihkan, dan Aku juga tidak membumbui apa pun. Aku tidak sedang mengatakan sebuah cerita—ini benar-benar terjadi. Mungkin baru setelah Aku membuka pintu dan pergi, mereka akhirnya menghela napas lega, berkata, "Akhirnya Dia sudah pergi! Oh, itu membuatku sangat takut!" Kupikir, apakah Aku memiliki "pesona" yang sedemikian besar hingga Aku bisa menakuti orang sampai sejauh ini? Katakan kepada-Ku, menunjukkan masalah apa ketika orang memperlihatkan perwujudan ini? Aku benar-benar belum pernah melihat orang percaya kepada Tuhan dengan cara seperti ini. Orang semacam ini suka tinggal di sudut-sudut gelap; mereka tidak suka tinggal di tempat terang, dan tidak suka hidup dengan cara yang terbuka dan terang-terangan. Katakan kepada-Ku, ketika Aku berhubungan dengan engkau semua, apakah engkau semua merasa canggung dan gugup, tidak ingin berkomunikasi dengan-Ku? Atau apakah engkau bersedia berhubungan dengan-Ku, ingin memperoleh beberapa kebenaran, dan tidak merasa keberatan sekalipun itu membuatmu sedikit gugup? Bagaimana keadaan pikiranmu? (Meskipun kami merasa sedikit gugup, itu tidak apa-apa asalkan kami dapat memahami kebenaran dan memperoleh beberapa manfaat.) Kebanyakan orang, setelah berhubungan dengan-Ku dan berkomunikasi dengan-Ku selama dua atau tiga jam, mendapati bahwa banyak firman dalam persekutuan-Ku sangatlah penting, merupakan hal-hal yang belum pernah mereka dengar sebelumnya, sehingga mereka merasa mendengarkan firman tersebut pada hari itu sangatlah berharga, dan mereka menjadi sangat bersedia untuk mendengarkan persekutuan-Ku. Jika Aku sesekali berbincang santai, mereka merasa sedikit kecewa dan hanya puas jika mereka dapat memperoleh sesuatu dari firman-Ku. Bagi orang-orang semacam itu, Aku bersedia mempersekutukan beberapa kebenaran, dengan menggabungkan hal-hal dalam kehidupan nyata, agar semua orang dapat memperoleh manfaat. Ada orang-orang yang ketika bertemu dengan-Ku, selalu takut Aku akan bertanya kepada mereka tentang situasi tertentu, dan mereka tidak akan tahu bagaimana cara menjawabnya dan tampak sangat canggung. Pikiran orang-orang semacam itu terlalu rumit; mereka tidak sederhana. Ada orang-orang yang bersedia mencari kebenaran, secara terbuka menceritakan kesulitan apa pun yang mereka miliki tanpa takut ditertawakan—itu adalah pendekatan yang tepat. Prinsip dalam komunikasi dan dialog di antara kita adalah membuka hati dan mengatakan apa pun yang ada di pikiran kita, berbicara dengan jujur. Aku berhubungan dan berinteraksi dengan engkau semua dalam kemanusiaan yang normal. Karena identitas dan status-Ku, Aku tahu lebih banyak daripada engkau semua, jadi tentu saja, Aku harus berbicara lebih banyak. Jika engkau semua bersedia mendengarkan, engkau dapat memperoleh sesuatu; jika engkau tidak mau mendengarkan, Aku tidak akan memaksamu. Mengenai topik-topik yang kita bahas, jika engkau semua memiliki wawasan, ide, pengalaman, pemahaman, atau pengetahuan, engkau semua juga dapat membagikannya. Ini disebut berinteraksi; seperti inilah kemanusiaan yang normal itu. Jika engkau merasa apa yang Kukatakan sangatlah penting, engkau harus mendengarkan dengan penuh perhatian. Jika engkau tidak mampu memahami apa yang Kukatakan, Aku akan berhenti berbicara dan membiarkanmu berbicara. Jika tidak ada yang akan kaukatakan, Aku akan mengajukan pertanyaan dan membimbingmu. Misalnya, Aku mungkin bertanya, "Bagaimana kehidupan bergerejamu akhir-akhir ini? Apakah ada kesulitan dalam melaksanakan tugasmu?" Jika engkau mengalami kesulitan, bicarakanlah kesulitan itu dengan jujur, dan Aku akan membantumu menyelesaikannya. Ini disebut berinteraksi, dan ini adalah sesuatu yang seharusnya ada dalam kemanusiaan yang normal. Bukankah ini sesuatu yang disukai semua orang? (Ya.) Jika engkau memiliki hati nurani dan nalar, kemanusiaanmu akan normal, dan percakapan serta obrolan kita dapat dibangun di atas landasan kejujuran, kepercayaan, dan rasa hormat, yang memungkinkan kita untuk terbuka dan mengungkapkan isi hati kita. Jika engkau tidak memiliki hati nurani dan nalar, dan tidak ingin mencari kebenaran, maka hanya ada satu jalan untuk kauterapkan: Mulai sekarang, belajarlah untuk tidak meneliti, jangan berusaha membaca pikiran-Ku dari perkataan dan ungkapan-Ku, jangan merasa terkekang, dan jangan mengucapkan perkataan yang mencobai. Mungkin ada orang-orang yang berkata, "Aku tidak dapat mencapai hal-hal ini." Jika demikian, engkau tidak usah mengatakan apa pun. Jika engkau diminta untuk diam, tetapi engkau berpikir Aku sedang bersiasat terhadapmu dan mengekangmu, itu juga mudah diatasi: Silakan saja engkau pergi. Aku tidak menuntut siapa pun yang Kutemui, dan Aku tidak pernah mengekang orang. Jika orang selalu mencari-cari kesalahan-Ku, dan entah Aku berbicara kepada mereka atau tidak, mereka tidak pernah merasa bahwa itu adalah hal yang baik, maka Aku hanya bisa menjauhi orang semacam itu dan menghindari hubungan dengan mereka. Jika ada orang-orang yang selalu takut untuk berhubungan dengan-Ku, selalu berpikir Aku akan bersiasat terhadap mereka, tetapi masih ingin berhubungan dengan-Ku untuk memperoleh kebenaran, Kukatakan bahwa dengan mentalitas semacam itu, engkau tidak akan dapat memperoleh kebenaran; engkau bukanlah orang yang mencintai kebenaran. Engkau selalu memikirkan yang terburuk tentang orang lain, meyakini bahwa tak ada seorang pun yang sebaik dirimu. Apa pun yang Kukatakan kepadamu, engkau selalu berpikir Aku pasti sedang bersiasat terhadapmu. Engkau tidak percaya kepada-Ku dan sama sekali tidak memercayai-Ku. Jika demikian, mustahil bagi kita untuk hidup dalam keharmonisan; setidaknya, kita tidak selaras dalam hal kemanusiaan. Kita tidak memiliki hobi atau minat yang sama, tidak memiliki tujuan yang sama untuk dikejar atau dicita-citakan. Dalam hal kemanusiaan, jalan yang kautempuh, kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, dan sukacitamu, serta kesukaan dan minatmu berbeda dengan-Ku. Semua yang kausukai negatif, sementara topik-topik yang ingin Kubahas semuanya berkaitan dengan hal-hal positif. Engkau selalu berusaha untuk meneliti Aku. Kebenaran apa pun yang Kupersekutukan, engkau selalu merenung apakah ada rencana jahat di dalamnya, apakah Aku sedang bersiasat, apakah engkau mungkin menderita kerugian atau tertipu. Jika engkau selalu merenungkan hal-hal ini, situasi seperti apa yang akan muncul ketika kita berbicara dan berinteraksi satu sama lain? (Kecanggungan.) Dalam situasi seperti itu, Aku akan merasa tidak nyaman di dekatmu, dan engkau akan merasa tidak nyaman di dekat-Ku; kita berdua akan merasa tidak nyaman. Bukankah berada di dekat satu sama lain seperti ini hanya akan membuat kita sama-sama tersiksa? Akankah ada kebahagiaan dalam hal itu? Tidak akan ada kebahagiaan dalam hal itu. Jika engkau ingin mendengar apa yang Kukatakan, jika engkau bersedia mendengarkan, jika topik-topik yang Kubahas adalah apa yang kaucita-citakan, apa yang kauhargai dalam hatimu, apa yang kaukejar, dan dapat memenuhi kebutuhan kemanusiaanmu, tidak akan ada kemuakan atau penentangan di hati kita bahkan sekalipun kita hanya duduk diam di sana. Kita dapat berinteraksi, dan dalam hidup bersama, kita dapat mencapai keharmonisan. Namun, bagaimana jika engkau tidak suka mendengar perkataan yang Kuucapkan dan bahkan di dalam hatimu merasakan kemuakan dan penentangan, sekalipun semuanya itu sangat nyata dan bermanfaat bagi orang-orang. Engkau benar-benar tidak memahami hal-hal positif yang Aku bicarakan, dan perkataan persekutuan tentang kebenaran yang Kusampaikan untuk menyelesaikan masalah, terutama topik-topik tentang membereskan watak yang rusak, dan engkau bahkan merasa Aku sedang mencuci otakmu, menipumu, berusaha memanfaatkanmu untuk memberitakan Injil dan mendapatkan lebih banyak orang untuk memperluas pengaruh rumah Tuhan. Jika demikian, engkaulah yang salah. Engkau selalu berpikir dengan cara yang menyimpang, selalu ingin memutarbalikkan fakta, menyebut hitam sebagai putih, dan bahkan menggambarkan hal-hal positif yang sesuai dengan kebenaran sebagai hal-hal yang negatif dan jahat yang tidak sesuai dengan tren-tren sosial. Apa pun yang Aku katakan, engkau tidak percaya bahwa itu adalah kebenaran, bahwa itu adalah hal positif. Itu berarti, kita tidak dapat berkomunikasi; karena tidak memiliki pemahaman yang sama, kita tidak dapat hidup dalam keharmonisan. Kita tidak dapat makan di meja yang sama; kita tidak dapat mencapai kesatuan hati dan pikiran. Lalu, orang macam apa dirimu? Tepatnya, engkau bukanlah bagian dari rumah Tuhan; engkau adalah orang tidak percaya. Betapa pun tepatnya topik-topik yang Kubahas, atau betapa pun tepatnya jalan penerapan dan prinsip-prinsip penerapan tersebut, engkau selalu menafsirkannya sebagai hal-hal yang lain. Engkau selalu memandang, memahami, dan menafsirkannya melalui lensa yang jahat dan dari pendirian dan sudut pandang yang jahat; engkau tidak menerima jalan penerapan dan prinsip-prinsip penerapan yang benar yang Aku bicarakan. Jadi, mendengarkan Aku berbicara terasa tidak nyaman bagimu. Mengapa terasa tidak nyaman? Karena ini bukanlah kebutuhan kemanusiaanmu. Apa yang kaubutuhkan? Mengejar kebebasan, mencari kekayaan, makan, minum, dan bergembira. Moto hidupmu adalah "Hidup hanyalah tentang makan enak dan berpakaian bagus" dan "Nikmati hidupmu selagi bisa". Apa yang kausukai? Engkau menyukai tren-tren jahat, pakaian yang aneh, selebritas dan orang-orang terkenal, serta keluarbiasaan dan kehebatan manusia. Karena engkau demikian, engkau bukanlah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan, engkau bukanlah bagian dari rumah Tuhan; kemanusiaanmu tidak membutuhkan hal-hal positif. Ketika Aku berinteraksi denganmu, apa pun yang Kukatakan, apa pun yang Kulakukan, atau dengan cara apa pun Aku melakukannya, bagi mereka yang tidak memiliki hati nurani, nalar, atau kebutuhan kemanusiaan yang normal, semuanya itu hanyalah teori, pepatah, metode. Bahkan ada orang-orang yang berpikir, "Ketika Engkau berbicara, engkau begitu terperinci, dan bahkan memberikan contoh. Bukankah ini hanya upaya untuk menanamkan pemikiran dan pandanganmu secara mendalam ke dalam hati orang-orang? Bukankah ini hanya upaya untuk membuat orang menerima pemikiran dan pandanganmu, mencuci otak mereka, dan seiring waktu, membuat mereka mati rasa dengan berbagai pemikiran dan pandangan-Mu tersebut?" Jika engkau benar-benar merasa seperti ini, jika engkau yakin bahwa perkataan ini bukanlah kebenaran, bukan jalan yang benar yang harus orang terima dan terapkan, juga bukan prinsip yang harus orang taati, maka engkau dapat menolaknya; itu adalah kebebasanmu. Engkau juga dapat meninggalkan gereja. Engkau berhak untuk memilih bagi dirimu sendiri, dan juga berhak untuk menolak menerima kebenaran. Namun, jangan memutarbalikkan fakta atau menyebut hitam sebagai putih. Kebenaran tetaplah kebenaran; kebenaran tidak dapat berhenti menjadi kebenaran karena beberapa setan dan Iblis menyangkal dan mengutuknya, apalagi berhenti menjadi kebenaran karena banyak orang tidak menyukainya atau tidak dapat menerimanya. Kebenaran ada untuk selamanya; kebenaran tidak berubah selamanya. Sebanyak apa pun orang yang dapat menerimanya, kebenaran selamanya adalah kebenaran. Obrolan, komunikasi, dan interaksi-Ku dengan engkau semua sepenuhnya dibangun di atas landasan engkau semua memercayai-Ku; ini adalah salah satu prinsip paling dasar. Untuk dapat memercayai, hal terpenting adalah engkau semua harus menegaskan di dalam hatimu bahwa dalam setiap perkataan yang Kuucapkan, setiap pertanyaan yang Kuajukan, atau setiap hal yang Kubicarakan, tidak terdapat siasat, tidak terdapat rencana jahat, tidak terdapat jebakan, dan tentu saja tidak terdapat ujian terhadapmu. Jadi, engkau semua bisa tenang—ketika Aku berinteraksi denganmu, itu seharusnya membuatmu merasa sepenuhnya bebas dan rileks. Jika engkau semua merasa bahwa berinteraksi dengan-Ku tidak terasa bebas atau rileks, bahwa engkau merasa terkekang atau sangat tidak nyaman, atau di dalam hatimu, selalu waspada, maka menurut-Ku itu benar-benar bukan masalah-Ku, tetapi masalahmu. Dalam aspek apa letak masalahmu? Engkau sendiri harus jelas tentang masalah apa yang engkau semua miliki dan apa yang engkau semua pikirkan dalam hatimu; kemudian, selesaikan masalah-masalah spesifik secara spesifik. Apa pun masalah yang dapat kautemukan, selesaikanlah itu. Jika engkau menemukan banyak masalah, catatlah dan selesaikan satu per satu. Jika setiap masalah tidak dapat diselesaikan sekaligus, selesaikanlah satu per satu, secara perlahan. Ketika hal-hal ini terjadi, engkau harus memeriksa dan merenungkan, lihat apa yang sebenarnya sedang kaupikirkan saat itu, tentang masalah apa engkau berpikir seperti itu, dan sudut pandang apa yang kaumiliki tentang masalah apa; lalu selesaikan secara bertahap. Suatu hari nanti, ketika engkau melepaskan pemikiran dan sudut pandang ini di dalam hatimu, semua masalah ini terselesaikan, dan engkau sungguh-sungguh memahami kebenaran dan melihat nilai dari kebenaran, maka engkau akan percaya kepada-Ku. Engkau akan percaya bahwa Aku mampu memperlakukan siapa pun dan masalah apa pun berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan sama sekali tidak akan bersiasat terhadapmu. Hasilnya, interaksi kita dapat menjadi rileks dan menyenangkan, kita dapat hidup dalam keharmonisan, dan kebahagiaan kemudian dapat berkembang dari keharmonisan kita ini. Memiliki kebahagiaan, kegembiraan, damai, dan sukacita—bukankah itu hal yang baik? (Ya.)
Terkadang Aku bertanya kepada orang-orang sudah berapa tahun mereka percaya kepada Tuhan ketika Aku bertemu mereka. Seseorang berkata bahwa dia baru percaya selama tiga tahun dan merasa malu. Di dalam hatinya, dia berpikir bahwa dia belum lama percaya kepada Tuhan dan memiliki tingkat pertumbuhan yang kecil, sehingga ketika dia membandingkan dirinya dengan mereka yang telah percaya selama sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun, dia selalu merasa rendah diri, merasa lebih rendah dibandingkan mereka. Dia merenung, "Apakah Engkau menanyakan ini untuk mengingatkanku bahwa aku belum lama percaya kepada Tuhan, bahwa tingkat pertumbuhanku kecil, dan rumah Tuhan membuat pengecualian dalam mempromosikanku, dan untuk membuatku merasa sangat bersyukur kepada rumah Tuhan?" Mengapa pertanyaan semacam itu membuatnya begitu canggung? Itu karena dia terlalu memperumit pertanyaan-Ku, berpikir bahwa terdapat rencana jahat dalam perkataan-Ku dan bahwa Aku sedang mencoba bersiasat terhadapnya. Dia menafsirkan satu pertanyaan yang begitu sederhana menjadi pertanyaan dengan berlapis makna. Setelah mengatakan bahwa dia telah percaya selama tiga tahun, dia merasa dirinya berada dalam situasi yang sulit. Bukankah di dalam hatinya, dia merasa tidak puas dengan pertanyaan-Ku? Sebenarnya, Aku mengajukan pertanyaan ini tanpa maksud tertentu, dan Aku tidak berharap pertanyaan ini akan menempatkanmu dalam situasi yang sulit. Jadi, mengapa engkau merasa berada dalam situasi yang sulit? Itu karena pikiranmu terlalu rumit. Apakah ada yang salah dengan pertanyaan-Ku? (Tidak.) Aku hanya menanyakannya dengan santai. Jika Aku bertanya kepadamu berapa banyak pacar yang pernah kaumiliki, itu mungkin tidak pantas, karena itu akan mencampuri urusan pribadimu. Namun, yang Kutanyakan adalah sesuatu yang berkaitan dengan imanmu kepada Tuhan—Aku bertanya kepadamu sudah berapa tahun engkau percaya kepada Tuhan. Bukankah itu pantas? (Ya.) Lalu mengapa engkau tidak berani menjawab? Ini benar-benar bukan masalah-Ku; ini adalah masalahmu. Pikiranmu terlalu rumit. Apa artinya engkau memiliki pikiran rumit seperti ini? Bukankah itu berarti watakmu jahat dan licik? (Ya.) Mengapa Aku bertanya kepadamu sudah berapa tahun engkau percaya kepada Tuhan? Aku menanyakannya untuk mengetahui tingkat pertumbuhanmu, kebenaran apa yang kaupahami, apakah engkau telah membangun landasan, kesulitan apa yang kaumiliki, apakah engkau mampu melaksanakan suatu tugas, dan apakah engkau telah mengalami ujian. Berdasarkan hal-hal ini, Aku menentukan persekutuan apa yang akan Kusampaikan kepadamu, dorongan apa yang akan Kuberikan, dan hanya itu. Pemikiran-Ku yang sedemikian sederhana disalahartikan olehmu dengan menganggap-Ku memiliki motif tersembunyi, membuatmu merasa muak terhadap-Ku. Katakan kepada-Ku, bukankah ini berarti Aku mendapat masalah sebagai imbalan atas maksud baik-Ku? (Ya.) Ketika Aku bertanya kepadamu sudah berapa tahun engkau percaya kepada Tuhan, apakah ada motif bahwa Aku ingin meremehkanmu? (Tidak.) Apakah ada niat jahat? Apakah ada niat untuk membuatmu merasa canggung dan terlihat buruk? (Tidak.) Entah engkau telah percaya kepada Tuhan selama beberapa bulan, atau selama satu atau dua tahun, maksud-Ku hanyalah untuk menolongmu. Melihatmu cukup bersungguh-sungguh dalam pengejaranmu, cukup bersemangat, melihatmu begitu banyak menderita, membayar harga yang begitu mahal, dan meninggalkan begitu banyak hal, Aku ingin berbincang denganmu agar engkau dapat memperoleh sesuatu yang biasanya tidak kaudapatkan. Menanyakan sudah berapa tahun engkau percaya, di satu sisi, muncul karena kepedulian terhadapmu, dan di sisi lain, karena rasa sayang terhadapmu. Adakah niat jahat dalam hal ini? (Tidak.) Itu adalah pertanyaan yang sudah semestinya, tetapi orang itu memutarbalikkannya menjadi apa? "Engkau ingin semua orang tahu bahwa aku belum lama percaya kepada Tuhan, bahwa tingkat pertumbuhanku kecil dan aku tidak memahami kebenaran apa pun, bahwa aku lebih buruk daripada orang lain, bahwa aku lebih rendah, dan Engkau ingin mempermalukanku." Jika engkau berpikir seperti itu, masih dapatkah kita berinteraksi? (Tidak.) Oleh karena itu, agar kita dapat berinteraksi dan hidup dalam keharmonisan, hal pertama yang harus engkau semua lakukan adalah memercayai Aku dan tidak meragukan atau berspekulasi tentang Aku. Jika tidak ada interaksi di antara kita, di mana letak masalahnya? Masalahnya terletak pada manusia; artinya, orang memiliki segala macam kesulitan. Dari apakah berbagai kesulitan ini muncul? Itu muncul dari berbagai pemikiran dan pandangan keliru yang orang miliki. Jadi, pemikiran dan pandangan keliru apa yang dimiliki orang yang baru saja disebutkan? Dia berpikir bahwa percaya kepada Tuhan selama tiga tahun menjadikan dirinya orang yang baru percaya di gereja, bahwa percaya hanya dalam waktu singkat adalah sesuatu yang memalukan dan membuatnya menjadi lebih rendah, dan bahwa dia memahami terlalu sedikit kebenaran dan masih belum mampu membagikan kesaksian berdasarkan pengalaman. Dengan demikian, dia memandang dirinya "warga negara kelas dua", dipandang rendah oleh orang lain, dan merasa malu serta dipermalukan untuk membicarakannya. Di sisi lain, ada orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan selama sepuluh atau dua puluh tahun, sementara dia baru percaya selama tiga tahun, sehingga dia khawatir orang lain akan berkata kepadanya, "Apa yang telah kaulakukan selama ini? Mengapa kau tidak menerimanya lebih awal? Apakah kau memiliki masa lalu yang memalukan?" Di mata orang-orang duniawi, yang sangat dipentingkan adalah kualifikasi, pengalaman, dan latar belakang, dan mereka menggunakan hal-hal ini untuk menggolongkan orang ke dalam berbagai peringkat. Lalu apa sudut pandang orang ini? Dia juga sangat mementingkan latar belakang dan pengalaman yang orang miliki, sehingga di dalam hatinya, ada berbagai peringkat orang, tergantung pada apakah seseorang telah percaya kepada Tuhan selama tiga, lima, sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun. Peringkat ini membuatnya merasa bahwa tiga tahun dia beriman adalah hal yang agak memalukan di gereja, seperti menjadi "warga negara kelas dua". Baginya, ini adalah tanda memalukan, sebuah penghinaan. Dia memandang jumlah tahun seseorang telah percaya kepada Tuhan sebagai hal yang sangat penting, dan kebetulan dia baru percaya selama tiga tahun. Jika angka nol ditambahkan setelah angka tiga, sehingga menjadi tiga puluh tahun beriman, dia akan merasa ini mulia. Dia akan berkata: "Aku termasuk kelompok pertama yang menerima pekerjaan Tuhan. Aku mengikuti Tuhan ketika Dia baru mulai menampakkan diri dan bekerja. Selama bertahun-tahun ini, Aku telah memberitakan Injil dan bersaksi bagi Tuhan di mana-mana, berjuang bersama Tuhan untuk membangun kerajaan-Nya! Aku adalah seorang veteran di rumah Tuhan, seorang tokoh pendiri!" Dia akan merasa ini sangat mulia. Ada orang-orang yang baru saja menerima pekerjaan Tuhan, melihat bahwa Tuhan telah mengungkapkan begitu banyak kebenaran dan ada begitu banyak kesaksian berdasarkan pengalaman di rumah Tuhan, dan mereka merasa terlalu terlambat dalam mulai percaya kepada Tuhan. Jika mereka mengatakan telah percaya selama antara satu dan tiga tahun, mereka merasa sulit untuk berbicara, dan mereka merenungkan dalam hati: "Mengapa selama bertahun-tahun itu, aku tidak percaya? Tuhan mengungkapkan begitu banyak kebenaran, mengapa aku tidak menyelidikinya? Siapa yang menghalangiku untuk percaya kepada Tuhan? Siapa yang menyebabkanku menderita begitu pedih? Para pendeta agamawi itu; orang-orang itu benar-benar para setan dan Iblis yang menelan jiwa manusia. Jika Aku tidak dapat masuk ke dalam kerajaan surga, Aku harus membuat perhitungan dengan mereka!" Lalu mereka berpikir lagi, "Ah, ini memang nasib burukku; aku tidak memiliki berkat itu." Namun, mereka kemudian berpikir, "Tidak, itu tidak benar. Tuhan itu mahakuasa; mengapa Tuhan tidak membawaku, domba kecil yang hilang ini, kembali ke rumah-Nya lebih cepat?" Dengan demikian, mereka mengalihkan kesalahan kepada Tuhan. Sebenarnya, apa pun yang mereka pikirkan, pertama-tama, sudut pandang mereka tentang percaya selama tiga tahun versus tiga puluh tahun tidaklah tepat. Mereka menggunakan jumlah tahun beriman untuk memeringkat orang, meyakini bahwa masa beriman yang singkat membuat seseorang itu lebih rendah. Setelah mengembangkan sudut pandang ini, ketika Aku bertanya kepada mereka sudah berapa tahun mereka percaya, mereka malu untuk berbicara. Mengatakan "tiga tahun" membuat mereka merasa sangat canggung, sangat malu, sangat hina, seolah-olah nilai dan peringkat mereka langsung terungkap. Mereka memandang hal ini sebagai hal yang sangat penting; sudut pandang inilah yang memengaruhi sikap mereka terhadap pertanyaan-Ku. Bukankah benar demikian? (Ya.) Misalkan sudut pandang mereka adalah: "Memang benar aku baru percaya kepada Tuhan selama tiga tahun, dan hanya dengan tiga tahun beriman, tingkat pertumbuhanku memang kecil. Mengenai banyak kebenaran, aku bahkan tidak mampu menjelaskan doktrin-doktrinnya dengan jelas. Karena Tuhan bertanya sudah berapa tahun aku percaya, aku akan mengatakan yang sebenarnya. Aku tak perlu merasa malu akan apa pun. Di hadapan Tuhan, semuanya terbuka, semuanya tersingkap. Aku akan menjawab apa pun yang Tuhan tanyakan." Jika mereka berpikir seperti ini, semuanya akan sederhana. Tidak akan ada kaitannya dengan identitas, status, harga diri, atau peringkat apa pun. Mereka tidak akan dibatasi, dipengaruhi, dikendalikan, atau dimanipulasi oleh pemikiran atau pandangan yang keliru, dan pada akhirnya, mereka akan dapat dengan mudah dan jujur berkata, "Aku sudah percaya kepada Tuhan selama tiga tahun." Lalu Aku akan melanjutkan dengan bertanya, "Kau sudah percaya kepada Tuhan selama tiga tahun; apakah engkau memahami kebenaran tentang visi?" Jika mereka adalah orang dengan pikiran yang rumit, mereka akan berpikir: "Jika kukatakan aku tidak memahaminya, bukankah itu berarti aku tidak melakukan pekerjaanku yang semestinya dalam imanku? Setelah percaya selama tiga tahun dan masih belum memahami kebenaran tentang visi, bukankah itu berarti aku tidak makan dan minum firman Tuhan dengan tekun? Namun, jika kukatakan aku memahaminya, Tuhan tidak akan mempersekutukan topik ini, dan aku akan kehilangan kesempatan ini. Jika kukatakan aku tidak memahaminya, mungkinkah Dia akan mempersekutukan sedikit lebih banyak kepadaku, menambahkan sedikit lagi? Jika kukatakan aku memahaminya, Dia tidak akan menambahkan apa pun lagi untukku, tetapi mungkin Dia akan menghargaiku?" Engkau lihat, mereka kembali berpikir dengan cara yang menyimpang, bukan? Bukankah pikiran orang semacam itu terlalu rumit? (Ya.) Orang-orang semacam itu memang menyusahkan. Kepada siapa pun mereka berbicara, mereka selalu memperhitungkan bagaimana menjawab tanpa kehilangan muka atau tanpa merugikan kepentingan mereka. Selain itu, mereka selalu mengamati sikap orang lain terhadap mereka, selalu memperhitungkan bagaimana membuat orang lain menghargai mereka, dan bagaimana mengangkat status mereka sendiri. Mereka selalu memperhitungkan hal-hal ini, sehingga tidak mudah bagi mereka untuk terbuka dalam persekutuan dan mengungkapkan isi hati mereka. Ketika Aku bertanya kepada mereka, "Dalam imanmu kepada Tuhan, apakah engkau memahami kebenaran tentang visi?" adakah makna lain dalam pertanyaan ini? (Tidak.) Mengapa Aku mengajukan pertanyaan ini secara langsung? Biasanya, mereka yang telah percaya selama satu hingga tiga tahun, masih membutuhkan persekutuan kebenaran tentang visi; ini hal yang lumrah. Jika mereka memahami kebenaran tentang visi, maka tidak perlu mempersekutukan hal itu, dan kita dapat membicarakan topik-topik lainnya. Jika mereka berkata, "Aku masih belum begitu memahami kebenaran tentang visi, terutama kebenaran tentang pekerjaan penghakiman Tuhan untuk menyelamatkan manusia, yang terlalu mendalam, dan aku masih belum memahaminya. Dapatkah Engkau bersekutu tentang hal itu?" itu berarti kita telah menemukan topik yang sama, dan Aku akan bersekutu tentang hal itu. Jika semua orang mendengarnya sekali lagi, mereka akan mendapatkan sedikit lebih banyak, bukan? (Ya.) Ada orang-orang yang tidak memahami tetapi berpura-pura memahami. Untuk apa engkau berpura-pura? Engkau terus berpura-pura, yang menyiratkan bahwa engkau memahami segalanya, dan jika Aku mengatakan lebih banyak, itu akan berlebihan. Jika demikian, Aku tidak akan mengatakan apa-apa, dan engkau tidak akan mendapatkan apa-apa. Jadi, apa pun situasinya, jika engkau mampu berbicara dengan jujur, tanpa kecurigaan, tanpa berlebihan dalam menafsirkan firman-Ku, percakapan dan komunikasi kita dapat mencapai tingkat interaksi yang hidup. Kita dapat berkomunikasi, berbincang, dan berinteraksi dalam kemanusiaan yang normal, membahas topik-topik yang kita semua sukai. Bukankah itu baik? (Ya.) Dengan cara ini, engkau semua akan memperoleh sesuatu. Ada orang-orang yang sangat penuh perhitungan. Ketika Kutanyakan kepada mereka apakah mereka memahami kebenaran tentang visi, mereka merenungkan di dalam hatinya, "Apa maksud-Mu menanyakan hal ini? Apakah Engkau sedang mencoba melihat apakah aku yakin tentang jalan yang benar, apakah aku telah meletakkan landasan, mencoba melihat seperti apa kualitasku, untuk menguji kualitasku? Itu berarti aku harus berkata bahwa aku memahaminya." Jadi, mereka berkata: "Tiga tahun ini, aku terus-menerus makan dan minum firman Tuhan, aku telah menonton banyak film dari rumah Tuhan, aku sering mendengarkan khotbah dan persekutuan, dan aku sering membagikan pemahaman berdasarkan pengalamanku sendiri dalam pertemuan. Aku memahami semua kebenaran tentang visi ini." Apa tujuan mereka mengatakan hal ini? Mereka ingin Aku memiliki kesan yang baik tentang mereka, ingin membuat-Ku merasa bahwa kualitas mereka sangat baik dan menghargai mereka. Apakah menurutmu Aku akan menghargai mereka hanya karena mereka mengucapkan beberapa patah kata ini? (Tidak.) Apakah Aku akan menghargai seseorang dengan begitu mudahnya? Sama sekali tidak; mereka salah menilai hal ini. Jika kaukatakan engkau memahami semua kebenaran tentang visi, biarkan Aku mengujimu. Aku akan mengujimu berdasarkan kebenaran tentang visi yang sering kaubaca. Mengapa Tuhan melakukan pekerjaan hajaran dan penghakiman? Apa dampak utama yang ingin dicapai melalui hajaran dan penghakiman? Selama tiga tahun engkau beriman, pernahkah engkau mengalami pekerjaan hajaran dan penghakiman? Pernahkah engkau sekali saja mengalami hajaran dan penghakiman? Ketika mengalami hajaran dan penghakiman, apakah engkau memahami prinsip-prinsip kebenaran? Tahukah engkau apa maksud-maksud Tuhan? Dapatkah engkau membagikan pengalaman yang spesifik? Kebanyakan orang hanya akan melontarkan beberapa doktrin dan tidak dapat membagikan pemahaman berdasarkan pengalaman nyata apa pun. Manusia kurang dalam terlalu banyak hal, jadi ketika kita berbincang, ada banyak topik untuk dibahas. Namun, topik macam apa pun yang dibahas, persekutukanlah sebanyak yang kauketahui. Jika engkau tidak mengetahui sesuatu, katakan saja engkau tidak tahu. Jangan berpikir dengan cara yang menyimpang. Pertanyaan apa pun yang diajukan kepadamu, jawab sajalah pertanyaan itu. Katakan apa yang kaupikirkan dalam hatimu pada saat itu. Apa pun situasi sebenarnya, katakan saja hal itu dengan jujur. Jangan bertele-tele, jangan membumbui, jangan mengatakan hal-hal yang menciptakan kesan palsu hanya untuk membuat dirimu terlihat lebih baik dan mengemas dirimu, jangan berbohong dan jangan menipu. Semua ini adalah hal-hal yang tidak boleh kaulakukan. Jadi, pertanyaan apa pun yang Kuajukan kepadamu atau topik seperti apa pun yang Kupersekutukan kepadamu, katakanlah sebanyak yang kauketahui. Jika Kudapati engkau tidak memahami aspek kebenaran tertentu, atau bahwa pemahamanmu bersifat doktrinal, atau bahwa pemahamanmu menyimpang dan engkau memiliki pemikiran dan pandangan yang keliru, Aku akan segera mengoreksi, membimbing, dan membantumu, sehingga engkau dapat memahami aspek kebenaran ini, memiliki pemahaman yang murni, dan memiliki jalan penerapan yang akurat. Dengan cara ini, persekutuan kita akan efektif. Jadi, prinsip mempersekutukan suatu topik dibangun di atas landasan berkata dengan jujur, di atas landasan persekutuan bersama dan diskusi atau percakapan tentang kebenaran dan hal-hal positif, sehingga orang-orang dapat menjadi lebih memahami tentang topik positif yang sedang dipersekutukan, memahaminya dengan lebih akurat, dan memiliki jalan penerapan yang lebih jelas. Ini tidak boleh dibangun di atas landasan kecurigaan, siasat, dan tipu daya.
Menurut engkau semua, baikkah mempersekutukan topik-topik seperti kenormalan dan kenyataan Tuhan yang berinkarnasi? (Baik.) Mengapa itu baik? (Kami yakin itu dapat meluruskan gagasan dan imajinasi kami tentang Tuhan yang berinkarnasi.) Ada orang-orang yang berkata, "Engkau telah menyingkapkan diri-Mu yang sebenarnya kepada kami, dan sekarang kami tahu orang seperti apa diri-Mu. Engkau terlalu naif dengan mengatakan yang sebenarnya! Engkau memang memiliki perwujudan kenormalan dan kenyataan tersebut, tetapi mengapa Engkau mengatakan yang sebenarnya? Engkau harus membuat orang merasa bahwa Engkau itu misterius, tak terselami, luhur, dan tak dapat diketahui yang sebenarnya. Sekalipun Engkau tidak bersiasat terhadap orang-orang, Engkau harus mengatakan bahwa Engkau bisa. Engkau harus menyatakan diri memiliki seni memanipulasi orang dan seni memanfaatkan mereka, mengetahui Tiga Puluh Enam Siasat, dan mampu mengeksploitasi segala jenis orang untuk melakukan pelayanan bagi-Mu. Hanya berbicara dengan cara demikian, barulah orang akan mengidolakan diri-Mu; Engkau tidak boleh mengatakan yang sebenarnya. Dengan Engkau mengatakan yang sebenarnya seperti itu, mengapa aku jadi merasa Engkau sama sekali tidak misterius atau tidak tak terselami? Bahwa Engkau tidak seperti Tuhan? Lihatlah tokoh-tokoh besar di dunia—mereka yang berkecimpung dalam urusan militer atau politik, dan para raja di masa lampau. Siapa di antara para tokoh besar itu, orang-orang luar biasa itu, yang pernah mengatakan yang sebenarnya? Pernahkah ada di antara mereka yang berkata bahwa mereka normal, nyata, dan biasa, hanyalah orang yang biasa saja? Mereka sangat ingin orang-orang menganggap bahwa mereka berbeda dari yang lain, bahwa mereka diutus dari surga, dan bahwa, meskipun mereka sekarang telah menjadi orang biasa, mereka tetap misterius dan tak terselami, dan bahwa mereka tak dapat diketahui yang sebenarnya oleh orang biasa—hanya dengan demikian, barulah mudah untuk memerintah orang!" Semua raja itu memiliki seni memerintah sebagai kaisar, dan para menteri mereka serta rakyat jelata tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang orang macam apa mereka sebenarnya. Bagaimana bunyi pepatah itu? "Kehendak kaisar sulit untuk diselami, dan perintahnya tidak boleh tidak dipatuhi." Semua pejabat dari dunia orang tidak percaya memiliki mentalitas seperti ini; bahkan kepala divisi, kepala bagian, atau manajer kecil pun memiliki mentalitas seperti ini. Mereka tidak ingin orang-orang mengetahui yang sebenarnya tentang ukuran sejati mereka, cacat apa yang ada dalam kemanusiaan mereka, kesalahan apa yang telah mereka lakukan, atau kekurangan apa yang ada dalam tindakan mereka. Begitu kekurangan mereka ditemukan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyamarkan dan menyembunyikannya, dan jika perbuatan buruk mereka terungkap dan disingkapkan, mereka kemudian mencari kambing hitam. Tujuan mereka melakukannya adalah untuk menutupi yang sebenarnya tentang hal itu agar orang-orang terus mengagumi dan mengidolakan mereka. Apa pun yang dilakukan orang seperti ini, mereka melakukannya dengan pemikiran awal yang matang dan perencanaan untuk mencapai tujuan mereka sendiri, sehingga setiap orang merasa bahwa mereka bukanlah orang biasa, bahwa mereka mampu mengendalikan situasi, bahwa merekalah yang memegang kendali. Mereka sama sekali tidak akan pernah membiarkan orang lain tahu bahwa mereka adalah orang yang normal, nyata, dan biasa. Sebenarnya, mereka hanyalah manusia rusak biasa, yang memiliki siasat licik yang jauh lebih banyak daripada kebanyakan orang, dan mereka pandai berkomplot dan berencana jahat. Bagaimana mungkin mereka membiarkan orang lain tahu betapa penuh rahasia dan berniat jahatnya kemanusiaan mereka? Bukankah itu akan menodai citra mereka? Semua manusia yang rusak memiliki mentalitas seperti ini, dan mereka semua sama munafiknya dengan orang Farisi, memiliki hati yang penuh rahasia dan berniat jahat. Meskipun di dalam hatinya, mereka mengakui bahwa Tuhan mampu menjadi manusia, bagaimana mereka bisa percaya bahwa Tuhan yang berinkarnasi akan menjadi manusia yang biasa dan normal? Di dalam hatinya, mereka yakin jika Tuhan benar-benar menjadi manusia, setidaknya orang-orang seharusnya dapat, di dalam daging-Nya, melihat aura ilahi-Nya dan berbagai tanda identitas dan esensi Tuhan. Mereka juga dengan teguh meyakini, "Dalam memandang semua orang, Tuhan yang berinkarnasi haruslah memiliki perspektif dan sikap yang memandang rendah orang banyak, tetapi aku tidak dapat melihat hal-hal ini dalam diri-Mu. Engkau juga selalu mengatakan bahwa Engkau berperilaku dengan cara yang taat aturan dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan tempat-Mu yang semestinya. Bukankah ini sepenuhnya menyingkapkan bahwa Engkau sebenarnya adalah manusia biasa? Bukankah gambar Tuhan yang berinkarnasi yang luhur, misterius, dan tak terselami di dalam hati manusia akan sepenuhnya hancur?" Menurut engkau semua, apakah kehancuran ini baik? (Ya. Itu menghancurkan gagasan dan imajinasi kami.) Aku mengucapkan firman ini justru untuk menghancurkan impianmu, gagasan, dan imajinasimu, sehingga engkau semua tidak lagi hidup dalam mimpi, tetapi dalam kenyataan. Hal ini sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran yang Aku ingin untuk engkau semua patuhi: bahwa engkau haruslah berperilaku dengan cara yang taat aturan, bahwa engkau haruslah melakukan segala sesuatu sesuai dengan tempatmu yang semestinya, dan menjadi orang biasa yang berada di tempatnya sebagai makhluk ciptaan, karena Aku Sendiri melakukan segala sesuatu dengan cara seperti ini. Ketika Aku berinteraksi dengan engkau semua, dan dalam kehidupan pribadi-Ku, Aku tidak pernah berbicara dengan sombong atau hampa, dan Aku juga tidak pernah pamer atau menyombongkan diri-Ku. Ini adalah sesuatu yang dapat engkau semua lihat dan rasakan. Selain itu, Aku tidak pernah bersiasat terhadap siapa pun, ketika Aku melakukan sesuatu Aku tidak penuh tipu daya dan tidak pernah bermalas-malasan, dan Aku berperilaku dengan cara yang taat aturan. Standar minimum hati nurani ini harus dijunjung tinggi. Ada orang-orang yang menggunakan siasat ketika mereka berbicara dan bertindak, mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan kepada orang lain, kemudian berusaha dengan segala cara agar orang-orang itu jatuh ke dalam jebakan mereka, untuk melayani mereka dan melakukan pelayanan bagi mereka. Aku tidak melakukan hal-hal seperti itu. Jika Aku ingin seseorang membantu-Ku melakukan sesuatu, Aku akan meminta kepadanya secara langsung. Ada orang-orang yang berkata, "Engkau memiliki identitas dan status ini, jadi bukankah menyuruh orang melakukan sesuatu hanyalah soal Engkau mengucapkan perkataan itu?" Sekalipun hanya soal mengucapkan perkataan, Aku tetap harus menanganinya dengan cara yang taat aturan, dan Aku tidak dapat memaksa orang, apalagi memaksa mereka melakukan hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan. Jika engkau bersedia, lakukanlah itu; jika tidak bersedia, engkau dapat menolaknya. Namun, jika Aku memintamu untuk melakukan sesuatu, Aku akan selalu mengatakan yang sebenarnya. Aku sama sekali tidak akan berbelit-belit atau berbicara berputar-putar untuk menipumu, atau memikatmu agar terpancing, lalu menyuruhmu dengan rela melayani-Ku dan melakukan pelayanan bagi-Ku; lalu, setelah bersiasat terhadapmu, bahkan memaksamu untuk berkata bahwa engkau melakukannya dengan rela dan merasa sepertinya Aku tidak berutang apa pun kepadamu. Aku sama sekali tidak akan pernah melakukan hal ini. Praktik-praktik ini—entah itu yang orang sebut sebagai seni memanfaatkan orang lain, aturan main, taktik untuk mempermainkan orang, atau strategi kekaisaran untuk memanipulasi orang lain—tak satu pun dari semua ini ada dalam diri-Ku. Aku tidak mempermainkan orang—orang lain mungkin melakukannya, tetapi Aku tidak akan melakukannya, dan Aku juga tidak akan meniru atau belajar dari mereka. Aku tidak pernah membaca hal-hal seperti The Art of War atau Tiga Puluh Enam Strategi, dan Aku sama sekali tidak akan berpura-pura atau menyebut hitam sebagai putih ketika Aku berbicara. Ketika Aku berbicara dan bertindak, satu adalah satu, dan dua adalah dua. Satu-satunya pengecualian adalah ketika, karena keadaan khusus, Aku mungkin mengungkapkan sesuatu dengan cara yang bijak, tetapi ini semata-mata karena mempertimbangkan kelemahan dan kesulitan orang, serta tingkat pertumbuhan mereka yang kecil. Ini adalah untuk melindungi dan menyayangi mereka, dan tidak ada niat jahat di dalamnya, jadi ini juga bukan bersiasat. Mungkin beberapa orang akan sangat kecewa, berpikir, "Jadi ternyata hati dan pikiran-Mu tidak mengandung berbagai siasat dari orang-orang terkenal dan hebat di dunia. Jadi, ternyata Engkau sesederhana ini!" Bukankah hal yang baik untuk sesederhana ini? Tidak bersiasat bukan berarti Aku tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang orang-orang; bukan berarti Aku tak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hakikat dan esensi segala sesuatu; bukan berarti Aku tidak tahu cara menangani segala macam orang, peristiwa, dan hal-hal. Tanpa bersiasat, Aku tetap mampu menerapkan prinsip untuk menangani segala macam orang, peristiwa, dan hal-hal dengan tepat dan akurat sesuai dengan lingkungan dan latar belakangnya, membuat mereka secara alami memainkan peran mereka dan hidup sesuai aturan dan hukum mereka di bawah kedaulatan dan pengaturan Tuhan, bukannya menggunakan taktik, melakukan tipu daya, ataupun mempermainkan orang untuk mengelabui mereka. Prinsip yang Kugunakan dalam melakukan segala sesuatu, prinsip yang Kugunakan dalam menangani berbagai masalah, dan prinsip yang Kugunakan dalam memperlakukan segala macam orang, peristiwa, dan hal-hal, semuanya telah dibahas dalam persekutuan dan khotbah-Ku selama bertahun-tahun. Ketika Aku membicarakan hal-hal ini, Aku tidak sedang meneriakkan slogan; hal-hal ini berasal dari pemikiran-Ku dan dari esensi kemanusiaan-Ku, dan Aku juga menerapkan pemikiran dan pandangan-Ku untuk menangani segala macam orang, peristiwa, dan hal-hal. Jadi, ketika Aku menerapkan pemikiran dan pandangan-Ku untuk menangani segala macam orang, peristiwa, dan hal-hal, atau menangani semua itu berdasarkan prinsip-prinsip ini, apakah menurut engkau semua hasil akhirnya adalah mengikuti jalan Tuhan atau memberontak terhadapnya? (Mengikuti jalan Tuhan.) Oleh karena itu, betapa pun normal, nyata, dan biasanya—betapa pun sama sekali tidak misteriusnya—Aku, Tuhan yang berinkarnasi, tampaknya bagi orang-orang, hal ini sama sekali tidak akan memengaruhi pemahamanmu tentang kebenaran, dan Aku juga tidak akan menyesatkanmu. Sebaliknya, justru karena Aku sendiri memiliki prinsip dalam cara-Ku berperilaku dan bertindak, jika engkau semua mampu mengejar kebenaran, mampu berperilaku dan bertindak dengan cara yang patuh dan taat aturan berdasarkan prinsip-prinsip yang Kubicarakan, serta menerapkan berdasarkan arah dan tujuan yang Kutunjukkan, maka cepat atau lambat engkau semua akan mencapai keselamatan, mencapai ketundukan kepada Tuhan, dan menjadi orang yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Ini adalah hal yang pasti. Mampu mencapai keselamatan—bukankah ini adalah tujuan yang dikejar oleh mereka yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan? Lalu, apa lagi yang engkau semua cari? Mengenai apakah Aku misterius dan tak terselami, luhur, atau berbeda dari yang lain, atau apakah Aku memiliki beberapa kemampuan khusus yang tak terbayangkan olehmu atau yang tak kaumiliki, itu tidaklah penting. Selain itu, juga tidak penting apakah engkau semua menganggap-Ku normal dan nyata, dan tidak layak untuk diidolakan atau dikagumi olehmu. Apa yang penting? Firman yang diucapkan oleh-Ku, orang yang kecil ini, orang yang biasa dan normal ini, adalah yang pasti akan membawa engkau semua ke hadapan Tuhan, dan pasti akan memungkinkan engkau semua untuk mencapai keselamatan. Ada hal lain yang pasti: Jika engkau semua menerapkan dan mengalami berdasarkan firman yang telah Kuucapkan ini, pasti suatu hari nanti seluruh pemikiran, pandangan, dan watak hidupmu akan diubahkan, dan engkau akan menjadi manusia baru. Engkau dapat menjadi salah seorang manusia baru—Aku yakin akan hal itu. Apakah engkau semua yakin akan hal ini? (Ya.)
Apakah sekarang engkau semua memiliki pemahaman yang baru tentang perwujudan kenormalan dan kenyataan Tuhan yang berinkarnasi? (Ya.) Jika engkau semua melihat bahwa cara-Ku dalam berperilaku dan bertindak, serta pemikiran dan sudut pandang-Ku, semuanya berada dalam lingkup kenormalan dan kenyataan, dan jika prinsip-prinsip-Ku dalam bertindak, serta pemikiran dan sudut pandang-Ku setiap saat dapat memengaruhimu dan engkau semua akan menerimanya dengan rela, maka Aku akan mengatakan sesuatu yang pasti: Karena engkau semua mencintai kebenaran dengan cara ini, mampu mencari kebenaran dari perwujudan yang normal dan nyata dari Tuhan yang berinkarnasi, dan juga mampu menerima prinsip-prinsip yang Tuhan gunakan dalam cara-Nya berperilaku serta pemikiran dan pandangan-Nya dalam berbagai hal, maka pengejaranmu dan arah dalam caramu berperilaku akan secara alami berkembang ke arah yang positif. Itu berarti, saat engkau terus percaya, engkau akan makin memiliki kemanusiaan yang normal dan makin hidup dalam keserupaan dengan manusia, dan engkau juga akan makin dekat dengan tuntutan Tuhan, dan pada akhirnya memperoleh keselamatan. Perolehan semacam itu berkaitan langsung dengan penyiraman dan perbekalan dari Tuhan yang berinkarnasi, manusia yang biasa dan normal ini. Jika engkau semua mampu menerima dan juga mencintai esensi dan perwujudan kenormalan dan kenyataan Tuhan yang berinkarnasi ini, serta cara-Nya dalam berperilaku dan prinsip-Nya dalam melakukannya, maka perwujudanmu dan kemanusiaanmu akan menjadi makin baik. Apa artinya itu akan menjadi makin baik? Mengatakan bahwa engkau akan makin menjadi seperti orang baik mungkin agak hampa. "Menjadi makin baik" ini berarti hati nuranimu dan rasionalitasmu akan berkembang ke arah yang positif. Namun, jika engkau membenci atau merasa jijik dengan kenormalan, kenyataan, dan biasanya diri Tuhan yang berinkarnasi, atau bahkan mendiskriminasi, tidak menerima, merasa menentang, dan mencemoohnya, maka akan sangat sulit bagimu untuk menerima semua kebenaran yang Dia ungkapkan, dan sulit bagimu untuk memahami makna dan pengaruh nyata dari kemanusiaan normal yang Dia miliki. Sebaliknya, engkau bahkan akan muak dan membenci semua kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan dalam kemanusiaan-Nya yang normal. Dengan demikian, akan sangat sulit bagimu untuk hidup dalam keserupaan dengan orang normal dan menjadi orang yang Tuhan perkenan, karena hal-hal yang engkau puja bukanlah hal-hal yang positif melainkan hal-hal yang negatif. Para selebritas dan bintang masyarakat, serta tren sosial, adalah hal-hal yang kaudambakan dan kaupuja. Dengan demikian, jalan yang kautempuh adalah jalan yang salah, dan mengenai arah pengejaran dan perkembanganmu, satu hal yang pasti: Engkau tidak akan berkembang ke arah yang positif, melainkan ke arah yang jahat. Misalnya, Aku berkata bahwa Aku tidak bersiasat terhadap orang-orang, dan seseorang berkata, "Jika Engkau tidak bersiasat terhadap orang-orang, bagaimana Engkau bisa melakukan pekerjaan sebesar ini? Ketika Engkau berhubungan dan berinteraksi dengan orang-orang, Engkau haruslah bersiasat. Jika Engkau tidak tahu cara bersiasat, Engkau tidak bisa mempermainkan orang, dan Engkau tidak akan mampu melakukan pekerjaan itu." Kukatakan, jika engkau mampu mengatakan hal-hal semacam ini, engkau sudah tamat. Pemikiran dan sudut pandangmu tidak hanya menyimpang, tetapi terlebih dari itu, itu jahat. Mustahil bagimu untuk menempuh jalan yang benar, karena kemanusiaanmu tidak memiliki unsur mencintai kebenaran dan mencintai hal-hal positif. Mustahil bagimu untuk menempuh jalan keselamatan.
Ketika Aku berbincang dengan orang-orang dalam kemanusiaan yang normal, masalah percakapan yang tidak berjalan lancar sering kali muncul. Apa maksud-Ku tidak berjalan dengan lancar? Terkadang, ketika Aku berinteraksi dan mengobrol dengan seseorang dengan cara yang sangat normal, mereka justru memperumit atau memikirkannya secara berlebihan, dan percakapan itu pun tidak dapat dilanjutkan. Jika itu tidak dapat dilanjutkan, apa yang Kulakukan? Aku berhenti saja berinteraksi dengan orang itu—Aku mencari seseorang yang mampu berinteraksi dengan orang lain, yang tahu cara berkomunikasi dan mengobrol, yang memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal, lalu mengobrol dan berinteraksi dengannya. Dalam hubungan-Ku dengan engkau semua, situasi paling umum yang Kulihat adalah orang-orang merasa, "Identitas dan statusmu terlalu berpengaruh ketika Engkau berbicara dan berkomunikasi dengan orang-orang. Engkau adalah Tuhan yang berinkarnasi, dan kami adalah makhluk ciptaan. Jika kami mengatakan sesuatu yang salah, kami cenderung menganggap diri kami memiliki status yang sama dan menyinggung watak Tuhan. Selain itu, sebagai Tuhan yang berinkarnasi, pekerjaan-Mu adalah untuk menyelamatkan umat manusia, dan Engkau merepresentasikan Tuhan itu sendiri, jadi tanggung jawab-Mu atau pekerjaan yang Engkau lakukan hanya dapat mengungkapkan kebenaran untuk mengatasi masalah keselamatan umat manusia yang rusak. Engkau seharusnya hanya berbicara tentang pekerjaan, atau topik-topik yang berasal dari keilahian. Engkau tidak boleh berbicara tentang kehidupan manusia normal—masalah makanan, pakaian, tempat tinggal, dan transportasi, atau berbicara tentang bagaimana orang ini dan itu. Jika Engkau berbicara tentang bagaimana mereka, Engkau sedang menghakimi mereka atau memiliki motif tersembunyi." Karena orang memiliki gagasan ini, mereka menggolongkan Tuhan yang berinkarnasi sebagai non-manusia. Jadi, ketika Aku berinteraksi dengan orang yang tidak memiliki cara berpikir yang normal dan kemanusiaan yang normal, serta Aku berbicara sedikit tentang masalah sehari-hari atau kebutuhan sehari-hari, ada orang-orang yang membangun penghalang di benak mereka, berpikir, "Apa gunanya membicarakan hal ini? Ini bukan hal rohani! Selain itu, apakah Engkau membahas ini karena memiliki motif tersembunyi?" Jika Aku membahas situasi seseorang, ada orang yang bertanya-tanya, "Apakah ini menghakimi atau bersiasat terhadap orang di belakang mereka? Apakah Engkau sedang merencanakan sesuatu terhadap mereka? Apakah Engkau akan mempromosikan mereka atau menyingkirkan mereka? Apakah Engkau akan terus memakai mereka atau akan memberhentikan mereka?" Jika Aku membicarakan masalah seseorang, ada orang-orang yang berpikir, "Apakah Engkau tidak menyukai atau merasa jijik kepada orang itu? Apakah dia melakukan sesuatu yang menyakiti-Mu? Apakah dia mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyinggung-Mu?" Terutama ketika membahas topik-topik sensitif yang berkaitan dengan pemimpin dan pekerja, ada orang-orang yang jauh lebih takut untuk berinteraksi, dengan berkata, "Engkau membicarakan hal-hal ini untuk pekerjaan, tetapi kami tidak akan membahasnya dengan-Mu. Ini adalah topik-topik yang sensitif. Begitu kami mengatakan sesuatu yang tidak akurat, Engkau akan menyingkapkan dan memangkas kami, dan Engkau akan melihat perwujudan kerusakan kami serta memiliki kesan yang buruk tentang kami, yang tentu saja tidak pantas." Ada juga saat-saat ketika Aku mengangkat topik tertentu, seperti bertanya, "Siapa di antara keluargamu yang percaya kepada Tuhan?" Topik ini sensitif di Tiongkok daratan. Namun, di Tiongkok daratan, topik ini tidak dianggap sensitif jika ditanyakan kepada individu tertentu yang telah cukup lama berhubungan denganmu dan cukup kaukenal—di luar negeri, bahkan lebih tidak sensitif lagi. Namun, jika Aku menanyakan hal ini, ada orang-orang yang bahkan tidak berani menjawab. Mereka merenung, "Apakah Engkau sedang berusaha menggali latar belakangku dengan menanyakan siapa di antara keluargaku yang percaya?" Jika Aku bertanya, "Ada berapa banyak orang di gereja lokalmu? Siapa pemimpin gerejanya?" mereka berpikir, "Oh tidak, apakah Engkau sedang berusaha mencari tahu tentang gereja? Aku tidak boleh membicarakan hal ini denganmu. Jika aku mengatakan sesuatu dan pemimpin gereja mengetahuinya, akan ada masalah." Lihat, mereka bersikap waspada bahkan ketika membicarakan hal-hal tentang gereja, dan mereka takut untuk mengatakan apa pun. Banyak orang tidak berani membahas topik-topik yang berkaitan dengan pemimpin gereja dan pekerjaan gereja, atau mengatakan apa yang ada di pikiran mereka dengan bebas. Salah satu alasan utamanya adalah karena takut menyingkapkan situasi gereja dan menyinggung para pemimpin dan pekerja, dan sekaligus takut secara tidak sengaja memperlihatkan pemikiran dan pandangan mereka sendiri dan dipangkas atau disingkapkan. Ini adalah sesuatu yang tidak mereka inginkan untuk terjadi. Jadi, ketika Aku berinteraksi dengan banyak orang, bahkan komunikasi biasa pun tidak dapat berjalan dengan lancar. Ketika Aku berinteraksi dan menangani berbagai hal dengan orang-orang tidak percaya yang pikiran dan latar belakangnya rumit, setelah selesai menangani segala sesuatunya, Aku segera pergi—Aku tidak dapat menjalin hubungan yang mendalam atau menjadi terlalu dekat. Namun, ketika Aku berinteraksi dengan saudara-saudari, Aku mendapati kebanyakan orang juga seperti itu: Aku tidak bisa terlalu dekat atau membangun hubungan yang mendalam. Itu bukanlah karena Aku menganggap diri-Ku lebih tinggi dan tidak bersedia berinteraksi dengan kebanyakan orang; melainkan, ketika Aku berusaha mendekati atau menjalin hubungan dengan mereka, mereka secara tidak sadar mengabaikan atau menghindari-Ku. Mengapa engkau menghindari-Ku? Jika engkau mengatakan sesuatu yang salah, Aku tidak akan mengutukmu atau tidak akan mempermasalahkannya. Jika engkau adalah pemimpin atau pekerja, kita dapat mempersekutukan kebenaran dan berbincang tentang aspek apa pun yang tidak kaupahami. Jika engkau adalah saudara atau saudari biasa dan engkau benar-benar mengatakan sesuatu yang salah atau memiliki beberapa pemikiran dan pandangan yang keliru, maka itu tergantung pada apakah Aku bersedia membicarakan hal tersebut denganmu atau tidak. Jika Kulihat kualitasmu buruk dan engkau tidak memiliki kemampuan untuk memahami, dan tak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang apa pun, maka Aku tidak ingin mengobrol denganmu, dan sekalipun kita mengobrol, itu tidak akan membuahkan hasil apa pun. Namun, jika kualitasmu baik, engkau memiliki kemampuan untuk memahami, dan mampu mengetahui yang sebenarnya tentang beberapa hal, maka mengobrol denganmu dapat membuahkan hasil, dan itu tidak akan sia-sia. Dengan siapa pun Aku mengobrol santai atau masalah apa pun yang Kutemukan, di dalam hati-Ku, pertama-tama Aku tidak akan mengutuk mereka, kedua, Aku tidak akan mengumpat mereka, dan ketiga, Aku tidak akan menyatakan seperti apa kesudahan mereka. Bertindak seperti itu akan tidak berdasar, dan Aku tidak melakukan hal-hal bodoh. Dalam hal kemanusiaan yang normal, terkadang ketika Aku bertemu seseorang yang akrab, Aku hanya ingin berbicara sebentar dan mengobrol. Jika engkau bersedia, Aku akan berbicara denganmu. Jika tidak bersedia, Aku tidak akan memaksamu. Ada orang-orang yang takut untuk mengobrol dengan-Ku. Apa pun yang Kukatakan, mereka bersikap waspada terhadap-Ku dan tidak mengungkapkan pandangan mereka, takut mereka akan mengatakan sesuatu yang salah dan memberi-Ku sesuatu yang dapat Kumanfaatkan terhadap mereka. Jika Aku melihatmu tidak mau mengungkapkan isi hatimu, Aku akan berhenti di titik yang tepat. Jika engkau selalu bersikap waspada terhadap-Ku, selalu takut bahwa Aku sedang bersiasat terhadapmu, maka Aku tidak akan mau berbicara denganmu. Katakan kepada-Ku, apakah rasionalitas-Ku ini normal? (Ya.) Ketika Aku berbicara dan berkomunikasi dengan seseorang, akan selalu ada semacam konteks. Misalnya, jika engkau bertanggung jawab atas peternakan di sebuah lahan peternakan, kita akan berbicara tentang peternakan. Jika engkau seorang pemimpin gereja, kita akan membahas hal-hal gereja, hal-hal yang berkaitan dengan saudara-saudari, seperti apa keadaan saudara-saudari saat ini, atau bagaimana kehidupan bergereja. Jika engkau adalah seorang pemberita Injil, kita akan membahas tentang pekerjaan penginjilan. Semua ini berkaitan dengan orang-orang dalam lingkup kemanusiaan yang normal, dan ini juga merupakan bagian dari pekerjaan-Ku. Beberapa hal tidak berkaitan dengan pekerjaan gereja tetapi masih merupakan urusan umum rumah Tuhan. Membicarakan hal-hal ini saat kita bertemu adalah hal yang normal. Engkau sedang menangani berbagai hal dan melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan, jadi ketika kita bertemu, Aku sudah seharusnya menyapamu dan mengobrol denganmu, dan melihat apakah engkau mengalami kesulitan. Terkadang, saat mengobrol santai, Aku menanyakan sesuatu seperti, "Suhu udara telah turun beberapa malam terakhir—apakah di tempatmu dingin?" Ada orang-orang yang tidak mau mendengar hal ini, berpikir, "Kami sudah dewasa; apakah kami membutuhkan-Mu untuk mengkhawatirkan kami?" Niat yang baik tidak dihargai, bukan? Di lain waktu, ketika Aku pergi ke dapur, Aku bertanya, "Bagaimana sayuran tahun ini? Apakah cukup untuk dimakan? Sayuran atau makanan apa yang engkau semua sukai?" Ini adalah hal yang sangat normal, bukan? (Ya.) Namun, hati manusia terlalu rumit, dan dalam beberapa kasus, perbincangan tidak mengalir dengan lancar sekalipun Aku berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka dengan cara yang normal. Mengapa demikian? Ini terjadi karena orang selalu takut menyingkapkan masalah dan situasi mereka yang sebenarnya. Lalu apa yang orang takutkan? Mereka takut bahwa: "Jika aku menyingkapkan situasiku yang sebenarnya, Engkau akan menyingkapkanku dalam khotbah-khotbah-Mu di pertemuan, menggunakanku sebagai sasaran." Mengapa engkau tidak boleh dijadikan sasaran? Ketika Aku mempersekutukan kebenaran tentang masalahmu, itu menyelesaikan masalah tersebut. Bukankah ini sesuatu yang ekstra yang telah kauperoleh? Bukankah ini keberuntunganmu? Ini adalah hal yang baik. Ini membuktikan bahwa Aku menganggapmu serius dan cukup menghargaimu. Apakah ini hal yang benar? Jika Aku tidak memperhatikan dirimu dan engkau tidak ada dalam hati-Ku, dan jika Aku menemukan masalah dalam dirimu tetapi tidak mengindahkannya serta tidak memberimu bimbingan dan persekutuan, maka dapatkah engkau memahami kebenaran dan menyelesaikan masalahmu? Akankah engkau bahagia dengan hal itu? Jika engkau merasa puas dengan hal itu, berpikir, "Tak satu pun masalah yang Tuhan singkapkan ada hubungannya denganku, jadi ini membuktikan bahwa aku tidak memiliki masalah," jika engkau mengalami pekerjaan Tuhan dengan cara ini, engkau bukanlah seseorang yang mengejar kebenaran. Ada orang-orang yang, setelah bertahun-tahun beriman, sama sekali tidak pernah dipangkas, mereka tidak pernah melayani satu kali pun sebagai kontras, tetapi mereka merasa sombong dan beruntung, berpikir bahwa mereka sangat baik, bahwa mereka tidak memiliki masalah, dan bahwa mereka pasti akan diselamatkan. Bukankah ini sangat menyusahkan? Orang semacam itu pasti tidak dapat memperoleh keselamatan.
Orang yang memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal, ketika berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain dalam kemanusiaan yang normal, akan mengikuti perasaan hati nurani dan nalar kemanusiaan yang normal. Dengan perasaan ini, mereka memiliki standar dan prinsip minimum dalam cara mereka memperlakukan orang lain. Ketika engkau berbicara dan berinteraksi dengan orang dalam cara berpikir kemanusiaan yang normal, di satu sisi, orang dapat merasakan bahwa engkau memiliki kesadaran hati nurani kemanusiaan. Di sisi lain, engkau bertindak dengan rasa kepatutan sehingga orang lain tidak menganggap dirimu orang yang tidak menyenangkan. Poin penting lainnya adalah ketika engkau berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, mereka akan mendapatkan manfaat dari perkataan yang kausampaikan dan memperoleh beberapa hal yang dibutuhkan kemanusiaan. Inilah yang kita sebut berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang. Apa yang dimaksud dengan berkomunikasi? Secara sederhana, itu berarti mengobrol. Kebanyakan orang tidak tahu bagaimana cara mengobrol; begitu mereka berbicara, mereka cenderung berdebat dan bertengkar, atau mereka pamer dan menceramahi orang lain agar mereka patuh. Mereka yang memiliki sedikit kefasihan ingin berkhotbah kepada orang lain dan bertindak sebagai guru bagi orang-orang itu segera setelah mereka membuka mulut. Semua perwujudan ini adalah ungkapan dari watak yang rusak. Orang yang memiliki watak yang rusak tidak dapat mengobrol dengan orang lain secara normal. Sekalipun mereka berbicara dengan normal selama beberapa waktu, itu tidak dapat bertahan lama. Pada titik tertentu, mereka akan mulai berdebat, merasa sangat marah dan sepenuhnya dikuasai oleh kemarahan itu. Ini bukanlah obrolan yang normal. Obrolan yang normal tentunya bukan berdebat tentang yang benar dan yang salah, ataupun bertengkar dan bercekcok, apalagi menghakimi atau mengutuk orang. Mari kita definisikan mengobrol. Mengobrol berarti berbincang dan berbagi informasi—inilah yang kita sebut mengobrol. Apakah definisi ini akurat? (Akurat.) Dalam hal apa itu akurat? Berbincang dan berbagi informasi dibangun di atas landasan hati nurani dan rasionalitas kemanusiaan yang normal. Lihat—bagaimana orang-orang yang berhati nurani dan bernalar mengobrol dan berkomunikasi? Mereka tidak berdebat, dan mereka mampu saling menghormati, memberi manfaat bagi lawan bicaranya. Setelah mendengar apa yang dibagikan lawan bicara, mereka mendapatkan beberapa informasi baru. Kemudian, mereka menanggapi dengan menyampaikan beberapa informasi yang mereka ketahui kepada lawan bicara, sehingga lawan bicaranya itu juga mendapat manfaat dan, dalam kemanusiaan mereka, memperoleh pengalaman, wawasan, dan pengetahuan. Membagikan informasi yang mereka ketahui kepada lawan bicara berdasarkan prinsip-prinsip menghormati orang itu dan hidup secara harmonis dengan menempatkan diri setara dengannya, dan kemudian menerima informasi yang dibagikan lawan bicara kepada mereka—bukankah ini saling membantu? Hal ini dibangun di atas landasan kesetaraan, saling membantu, keharmonisan, dan keadilan. Inilah yang dimaksud dengan berkomunikasi dan mengobrol. Katakan kepada-Ku, apakah definisi-Ku akurat? (Akurat.) Penerapan mengobrol dan berkomunikasi berdasarkan prinsip ini adalah benar. Jika komunikasi dan obrolan dipenuhi dengan siasat, argumen, pertengkaran, rencana jahat, tipu muslihat, jebakan, dan ujian, dan jika semua yang diperlihatkan adalah watak yang rusak, jika semuanya adalah saling menindas, di mana masing-masing orang pamer, bersaing satu sama lain, bersaing untuk melihat siapa yang berbicara lebih luhur atau berbicara lebih banyak, maka ini bukanlah komunikasi yang normal. Ini bukanlah komunikasi dalam lingkup hati nurani dan rasionalitas kemanusiaan yang normal. Komunikasi ini bukanlah perbincangan dan berbagi informasi, melainkan pertengkaran dan percekcokan baik secara terbuka maupun terselubung. Bukankah benar demikian? (Ya.)
Untuk mencapai komunikasi dengan orang lain tanpa bersiasat, engkau harus belajar untuk berkomunikasi dalam lingkup hati nurani dan rasionalitas kemanusiaan yang normal. Tujuan berkomunikasi adalah untuk membantu orang lain dan juga untuk menerima bantuan dan manfaat dari mereka. Seperti inilah komunikasi yang normal, dan dengan cara inilah engkau dapat mencapai komunikasi tanpa bersiasat. Lihatlah bagaimana orang-orang tidak percaya berkomunikasi dan mengobrol; dapatkah itu mencapai efek berkomunikasi yang normal? (Tidak.) Ketika orang-orang yang rusak berkomunikasi dan mengobrol, apakah isi, motif, dan nada komunikasi mereka normal? (Tidak.) Komunikasi mereka benar-benar bagaikan sabung ayam atau perkelahian antar anjing-anjing. Dapatkah komunikasi mereka berjalan dengan lancar? (Tidak.) Mereka bahkan tidak dapat menahan diri untuk tidak bersiasat terhadap yang lain atau tidak bertengkar dengan mereka. Agar dapat berjalan dengan lancar, komunikasi membutuhkan hati yang mengasihi, keinginan untuk saling membantu, dan kesediaan untuk belajar dari kelebihan orang lain untuk mengimbangi kelemahan satu sama lain. Ketika Aku berkomunikasi dan mengobrol dengan engkau semua, tidak cukup hanya Aku sendiri yang tidak bersiasat; engkau semua juga harus menerapkan berdasarkan prinsip ini, yakni tidak bersiasat dan tidak curiga. Jika Aku tidak bersiasat tetapi engkau semua terus-menerus bersiasat, dan bukan saja tidak bersiasat tetapi juga curiga bahwa Aku sedang bersiasat, maka komunikasi kita tidak dapat berjalan dengan lancar, dan kita juga tidak dapat mencapai interaksi yang sejati dan bermanfaat ataupun hidup dalam keharmonisan. Ada orang-orang yang ketika melihat-Ku datang, segera mencari tempat untuk bersembunyi. Jika mereka benar-benar tidak dapat menghindari-Ku, mereka dengan enggan menyapa-Ku, tetapi di dalam hatinya, mereka tidak ingin bertemu dengan-Ku, berpikir, "Sungguh menyebalkan. Engkau di sini untuk mencari tahu lagi tentang situasi kami yang sebenarnya. Setelah melakukannya, Engkau akan kembali mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran dan mempermalukan kami. Apa yang harus kami lakukan?" Jika engkau tidak bersedia bertemu atau berinteraksi dengan-Ku, dan di dalam hatimu, engkau merasa lelah saat berinteraksi dengan-Ku, dan engkau selalu merasa Aku sedang berusaha bersiasat terhadapmu, maka engkau dapat menghindari-Ku ketika melihat-Ku mendekat. Jika engkau merasa ketika berinteraksi dengan-Ku, Aku tidak bersiasat dan itu membuatmu merasa tenang, bersukacita, bebas, dan rileks, maka mari kita bertemu, mengobrol, dan berbincang tentang bagaimana keadaanmu akhir-akhir ini. Jika engkau bertanya kepada-Ku, "Bagaimana kabar-Mu akhir-akhir ini?" Aku akan menjawab dengan jujur. Jika Aku bertanya kepadamu, "Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini? Apakah hidupmu telah mengalami kemajuan? Apakah engkau telah memperoleh sesuatu dari melaksanakan tugasmu?" dan engkau juga mampu menjawab dengan jujur, ini sangat baik. Setiap pertemuan dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Jika tidaklah benar bagi orang untuk selalu bersembunyi dari-Ku ketika mereka melihat-Ku, apakah benar untuk selalu mengucapkan sanjungan yang tidak tulus untuk dengan sengaja menjilat-Ku? (Tidak.) Mengapa itu tidak benar? (Suka menjilat sama saja dengan bersikap tidak jujur dan licik. Lebih baik bagi kami untuk berbicara dengan lebih autentik, dan kami hanya perlu memperlakukan Tuhan dengan mentalitas yang normal. Di satu sisi, kami harus bersikap jujur terhadap-Nya. Di sisi lain, kami tidak boleh menjilat, dengan sengaja mencoba mengambil hati Tuhan, atau dengan sengaja mengakrabkan diri dengan-Nya.) Dengan-Ku, hanya ada satu yang harus dilakukan: Ketika Aku bertemu denganmu, jangan bersembunyi dari-Ku, dan ketika Aku tidak mencarimu, jangan mengganggu-Ku. Lakukan apa yang seharusnya kaulakukan, dan buat semuanya berjalan dengan normal. Aku tidak akan ikut campur dalam pelaksanaan tugasmu, dan engkau semua tidak boleh ikut campur dengan-Ku. Baik bersembunyi dari-Ku maupun mengganggu-Ku adalah prinsip yang tidak boleh orang ikuti dalam berhubungan dan berinteraksi dengan-Ku. Jadi apa prinsipnya? Prinsipnya adalah berkomunikasi dalam lingkup hati nurani dan nalar kemanusiaan yang normal, serta mampu bercakap-cakap dengan jujur dan mengatakan yang sebenarnya; apa pun yang Kutanyakan, engkau harus menjawabnya dengan jujur. Mengapa orang tidak mampu mengatakan yang sebenarnya? Misalnya, katakanlah Aku bertanya kepadamu, "Berapa banyak orang yang kaudapatkan dalam pemberitaan Injil bulan ini?" dan engkau tidak mau menjawabnya. Jika Kulihat engkau merasa tidak nyaman, Aku tidak akan mendesak lebih jauh. Aku tidak ingin menempatkan orang dalam situasi yang sulit, dan Aku tidak pernah memaksa siapa pun untuk berbicara. Ada orang-orang, apa pun yang ditanyakan orang lain kepada mereka, selalu merenung, "Apa maksud mereka menanyakan hal ini?" Mereka tidak mau menjawabnya secara langsung, sangat takut salah menjawab dan menyebabkan diri mereka mendapat masalah. Jika engkau selalu berspekulasi dan bersiasat seperti ini, kita tidak dapat berkomunikasi. Engkau tidak perlu selalu meneliti makna dari pertanyaan-Ku, dan engkau juga tidak boleh bersiasat terhadap-Ku. Jika engkau mampu bersikap sederhana dan membuka diri untuk membicarakan isi hatimu, kita bisa berkomunikasi satu sama lain. Mudahkah atau sulitkah melakukan hal ini? (Mudah.) Mudah untuk diucapkan, tetapi mungkin sedikit sulit untuk dilakukan. Tidak semudah kedengarannya. Misalnya, mungkin Aku pernah mengajukan satu pertanyaan kepadamu, dan engkau tidak mengatakan yang sebenarnya pada saat itu—engkau berbohong. Hubungan dan komunikasi itu gagal. Setelah gagal, apa yang harus kaulakukan? Berusahalah untuk cukup berani mengakuinya saat kita bertemu lagi: "Aku berbohong terakhir kali. Mulai sekarang, aku akan mengatakan yang sebenarnya." Lalu Aku akan memberimu semangat—Aku akan bertepuk tangan dan mengacungkan jempol: Engkau telah berhasil menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur. Bukankah itu bagus? (Ya.)
Dalam hal mempersekutukan topik tentang tidak bersiasat, sebanyak apa pun contoh yang diberikan, hal yang sedang disampaikan kepadamu adalah sebuah prinsip. Tahukah engkau apa prinsip tersebut? (Jangan gunakan perspektif manusia yang rusak untuk mengukur Tuhan atau jangan curiga terhadap Tuhan.) Benar. Jangan perlakukan Tuhan dengan menggunakan perspektif manusia yang rusak. Jadi, prinsip apa yang harus diikuti? (Perlakukan Tuhan sebagai Tuhan.) Apakah tidak boleh memperlakukan-Nya sebagai manusia? Apakah tidak boleh memperlakukan-Nya sebagai manusia yang normal, yang biasa? Entah engkau memperlakukan-Nya sebagai Tuhan atau sebagai manusia, prinsip terpenting dalam interaksi antarpribadi adalah bersikap jujur satu sama lain. Ketika Aku berbicara dan melakukan sesuatu bersamamu, Aku tidak bersiasat terhadapmu, dan engkau juga harus bersikap jujur terhadap-Ku. Jadi, jika seseorang bersiasat terhadapmu, haruskah engkau juga bersiasat terhadapnya? (Tidak.) Jika seseorang bersiasat terhadapmu, engkau juga harus memperlakukan mereka berdasarkan prinsip. Itu adalah cara yang benar. Bukan hanya karena Aku tidak bersiasat terhadapmu, maka engkau bersikap jujur terhadap-Ku, tanpa bersiasat ataupun curiga. Sebaliknya, sekalipun orang lain bersiasat terhadapmu, engkau tetap dapat bertindak dan menangani masalah berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Inilah yang disebut menaati prinsip. Ada orang-orang yang berkata, "Mereka bersiasat terhadapku—bagaimana mungkin aku tidak membalas? Jika tidak kutunjukkan pada mereka apa yang mampu kulakukan untuk membalas dan membiarkan mereka menindasku seperti ini, bukankah aku yang rugi? Apakah aku orang yang mudah ditindas?" Katakan kepada-Ku, apakah penalaran mereka masuk akal? Mata ganti mata, gigi ganti gigi—ini masuk akal di antara orang-orang dunia. Namun, jika diukur berdasarkan kebenaran, pernyataan ini salah. Bersiasatnya mereka terhadapmu adalah perbuatan yang jahat. Jika engkau membalas, menggunakan cara yang sama yakni bersiasat terhadap mereka, di mata Tuhan, esensinya sama; keduanya adalah perbuatan yang jahat. Tuhan tidak akan berkata bahwa karena mereka bersiasat terhadapmu, maka sepenuhnya dapat dibenarkan dan sesuai dengan prinsip jika engkau melawan, dan bahwa itu bukanlah perbuatan yang jahat. Tuhan tidak melihat alasanmu bersiasat terhadap mereka; Dia melihat apakah tindakanmu itu sendiri adalah sebuah siasat, apakah itu adalah perbuatan yang jahat, dan apakah engkau memperlakukan masalah ini dengan mengukurnya berdasarkan kebenaran ataukah berdasarkan pandangan moral manusia. Jika masalah itu diukur berdasarkan pandangan moral manusia, maka "mata ganti mata, gigi ganti gigi" akan dianggap tepat. Mereka bersiasat terhadapmu terlebih dahulu, jadi wajar bagimu untuk membalas dan bersiasat terhadap mereka dengan cara yang sama, dan mereka harus menerima konsekuensi tersebut. Jika diukur dari perspektif manusia, dengan menggunakan pandangan moral manusia, itu tidak salah. Jika diukur berdasarkan hukum, mungkin itu tidak ilegal. Namun di mata Tuhan, ini bertentangan dengan kebenaran. Apa pun yang bertentangan dengan kebenaran, di mata Tuhan, adalah perbuatan yang jahat dan dikutuk. Sekalipun perlawananmu adalah hal yang dapat dibenarkan, Tuhan tidak akan menahan diri untuk mengutukmu hanya karena perlawananmu masuk akal dan dapat dibenarkan secara moral. Tuhan akan melihat caramu memperlakukan mereka setelah mereka bersiasat terhadapmu. Jika engkau memperlakukan mereka dengan cara yang sama, Tuhan akan mengutukmu. Namun, jika engkau memperlakukan mereka berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan memperlakukan mereka dengan adil dan benar dengan cara yang Tuhan ajarkan kepadamu, maka meskipun secara moral orang mungkin memiliki gagasan dan mengutukmu, dan secara hukum engkau mungkin dihukum, di mata Tuhan, Tuhan berfirman bahwa dalam hal ini engkau bertindak berdasarkan prinsip dan itu bukanlah perbuatan jahat—Dia tidak akan mengutukmu. Jika engkau mampu memperlakukan orang lain berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, ini berarti menerapkan kebenaran. Engkau tidak boleh memperlakukan Kristus berdasarkan gagasan dan imajinasimu atau berdasarkan watak rusakmu, atau menggunakan rencana jahat dan tipu muslihat terhadap-Nya. Seperti ini jugalah seharusnya caramu dalam memperlakukan orang lain. Jika engkau mampu memperlakukan Kristus, manusia biasa ini, dengan benar, maka dengan cara yang sama engkau juga dapat memperlakukan orang lain dengan benar. Siapa pun orangnya, engkau harus memiliki sikap yang benar dalam caramu memperlakukan mereka. Dengan demikian, prinsip dan metodemu dalam memperlakukan orang lain akan benar. Jika engkau melakukan kesalahan dalam sikapmu terhadap orang lain atau dalam pemikiran dan sudut pandangmu tentang cara memperlakukan mereka, engkau akan segera merenungkan dirimu sendiri berdasarkan firman Tuhan dan mengoreksi pemikiran dan sudut pandangmu itu, sekaligus terus-menerus mengatur perilakumu, dan secara bertahap, pemikiran dan sudut pandangmu tentang cara memperlakukan orang lain serta prinsip dalam caramu berperilaku dan bertindak akan makin sesuai dengan kebenaran. Ketika prinsip-prinsip kebenaran menjadi hidupmu, watak rusakmu akan dibuang dan berubah, dan engkau akan mampu memperlakukan orang lain dengan adil dan benar, dan dengan cara yang sesuai dengan maksud-maksud Tuhan. Jika mereka tidak bersiasat terhadapmu, engkau berpikir bahwa adalah hal yang benar untuk tidak bersiasat terhadap mereka. Namun, jika mereka bersiasat terhadapmu, dan engkau mampu menahan diri sehingga tidak bersiasat terhadap mereka, melainkan mencari kebenaran dan memperlakukan mereka berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, bukankah itu kemajuan? Bukankah itu perubahan? (Ya.) Jika mereka bersiasat terhadapmu dan engkau juga bersiasat terhadap mereka, bukankah engkau sedang menempuh jalan yang sama dengan orang yang bersiasat terhadapmu itu? Dengan demikian, apa bedanya engkau dengan orang-orang dunia? Pandanganmu terhadap orang-orang, hal-hal, caramu berperilaku, dan bertindak belum berubah. Semua itu tidak berdasarkan firman Tuhan atau prinsip-prinsip kebenaran, melainkan berdasarkan prinsip orang-orang dunia: Barangsiapa bersiasat terhadapmu, engkau bersiasat terhadap mereka—mata ganti mata, gigi ganti gigi. Engkau tidak ada bedanya dengan orang-orang dunia, dengan orang-orang tidak percaya. Jika, entah orang bersiasat terhadapmu atau tidak, engkau tidak pernah bersiasat terhadap mereka melainkan memperlakukan mereka berdasarkan firman Tuhan dan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, maka pendirian dan perspektif ini benar; ini adalah menerapkan kebenaran. Pada Zaman Kasih Karunia, apa yang Tuhan Yesus katakan kepada orang-orang? Jika seseorang memukul pipi kananmu, apa yang harus kaulakukan? (Tuhan Yesus berfirman: "Barang siapa memukul pipi kananmu, palingkanlah juga pipi kirimu kepadanya" (Matius 5:39).) Ada orang-orang yang berkata, "Jika orang memukulku, aku akan balas memukulnya! Jika dia memukul pipi kiriku, aku akan memukul pipi kirinya. Jika dia memukul pipi kananku, aku akan memukul pipi kanannya. Ini tidak dikutuk baik secara moral maupun hukum." Tuhan berfirman, "Salah. Jika dia memukul pipi kirimu, berikan juga pipi kananmu kepadanya. Jangan membalas." Bisakah engkau melakukan hal itu? Entah tuntutan Tuhan dapat diterima di mata manusia atau tidak—mungkin bagi sebagian orang, ini adalah perkataan yang bodoh, penerapan yang konyol—ini adalah tuntutan Tuhan terhadapmu. Bisakah engkau melakukannya? Engkau berkata, "Aku tidak bisa melakukannya. Jika dia memukul pipi kiriku, aku harus balas memukulnya, atau harga diri dan martabatku akan hilang, dan aku akan benar-benar kehilangan muka." Entah pernyataanmu ini dapat dibenarkan atau tidak di antara umat manusia yang rusak, jika di mata Tuhan pernyataanmu salah, sudut pandangmu salah, dan perilakumu salah, maka perilakumu dikutuk di mata Tuhan. Apa alasan itu dikutuk? Itu karena engkau tidak mendengarkan firman Tuhan, engkau tidak mengikuti jalan Tuhan. Tuhan memberitahumu bahwa jika seseorang memukul pipi kirimu, engkau juga harus memberikan pipi kananmu kepadanya. Apakah engkau melakukannya? Tuhan hanya bertanya kepadamu: Apakah engkau mendengarkan firman Tuhan? Apakah engkau menerapkan berdasarkan apa yang Tuhan perintahkan kepadamu? Jika engkau tidak menerapkan seperti ini, berarti engkau tidak mengikuti jalan Tuhan dan engkau adalah orang yang memberontak terhadap Tuhan; engkau bukanlah orang yang menerapkan kebenaran, dan bukan orang yang memandang segala sesuatu dan berperilaku berdasarkan firman Tuhan. Jika engkau demikian, Tuhan tidak menyukaimu, engkau bukanlah orang yang diterima Tuhan, dan di mata Tuhan, pukulan yang engkau balaskan adalah perbuatan yang jahat. Mungkin engkau akan selalu berpikir bahwa hal itu sepenuhnya dapat dibenarkan, bahwa itu adalah cara yang diperlukan untuk melindungi martabat dan hakmu. Namun di mata Tuhan, pukulan itu berarti engkau tidak mengikuti jalan Tuhan, dan engkau juga tidak mau melakukannya, engkau tidak mendengarkan firman Tuhan, dan di matamu, firman Tuhan hanyalah doktrin, kata-kata kosong. Engkau hanya mengkhotbahkan firman Tuhan tetapi tidak pernah menerapkannya. Tuhan akan menggolongkanmu sebagai orang yang tidak mengikuti jalan Tuhan. Dengan demikian, masih dapatkah engkau memperoleh penerimaan Tuhan? Jika engkau tidak mengikuti jalan Tuhan, firman Tuhan tidak akan pernah menjadi hidupmu. Sebanyak apa pun engkau membela diri, bagi Tuhan, Dia tidak akan mendengarkannya. Tuhan tidak akan berkata, "Seseorang memukul pipi kirimu tanpa alasan, dan engkau cukup menyedihkan. Untuk melindungi martabatmu, engkau boleh balas memukulnya. Setelah balas memukul, engkau dapat berdoa dan mengakui dosamu, dan Tuhan akan mengampunimu dan tidak mengutukmu." Tuhan tidak berfirman seperti itu. Tuhan berfirman jika seseorang memukul pipi kirimu, berikan juga pipi kananmu kepadanya. Jika engkau mampu melakukannya, engkau adalah orang yang mengikuti jalan Tuhan. Jika engkau tidak mampu, di mata Tuhan, engkau adalah orang yang memberontak terhadap Tuhan, orang yang tidak menerapkan firman Tuhan atau tidak mengikuti jalan Tuhan, orang yang jahat. Bagaimana sikap Tuhan terhadap orang jahat? Tuhan berkata, "Enyahlah dari hadapan-Ku! Aku tidak mengenalmu." Tuhan tidak menginginkan orang-orang semacam itu. Mengerti? (Mengerti.) Hal yang sama berlaku untuk bersiasat. Engkau berkata, "Mereka bersiasat terhadapku, jadi apa salahnya aku bersiasat terhadap mereka?" Engkau bersiasat terhadap orang lain, itu jelas salah. Dalam hal apa itu salah? Itu salah karena bersiasat itu sendiri adalah perbuatan yang jahat, bukan perbuatan yang baik. Jadi, ketika mereka bersiasat terhadap orang-orang, Tuhan mengutuk mereka. Jika engkau melakukan hal yang sama, Tuhan akan mengutukmu dengan cara yang sama. Engkau haruslah bertindak dengan cara yang bebas dari bersiasat, dengan cara yang diterima oleh Tuhan. Tugasmu adalah menerapkan berdasarkan jalan dan prinsip-prinsip penerapan yang telah Tuhan beritahukan kepadamu, bukan membela dirimu ataupun melindungi martabat atau reputasimu. Reputasi, status, dan martabatmu sendiri tidaklah penting. Apa yang penting? Yang penting adalah apakah firman Tuhan diterapkan dalam dirimu, apakah firman Tuhan telah menjadi hidupmu, apakah engkau telah hidup dalam firman Tuhan, dan apakah firman Tuhan telah dilaksanakan dengan baik dalam dirimu. Mengerti? (Mengerti.) Ada orang-orang yang berkata, "Dia memakiku, jadi aku akan balas memakinya." Tepatkah berkata seperti ini? (Tidak.) Yang lain berkata, "Dia selalu bersikap picik terhadapku, jadi mengapa aku tidak boleh bersikap picik terhadapnya? Jika tidak, bukankah aku akan terlihat bodoh?" Apakah penting bagaimana orang lain memandangmu? (Tidak.) Orang selalu mempermasalahkan reputasi, selalu takut orang lain akan menganggap mereka bebal dan bodoh. Sebenarnya, bagaimana orang lain memandangmu tidaklah penting. Apa yang penting? Ketika mereka menganggapmu bebal, bodoh, atau mengejekmu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau bereaksi dengan sikap yang gampang marah, dengan metode dan cara manusia, atau berdasarkan prinsip yang telah Tuhan beritahukan kepadamu? Sudahkah engkau menerapkan berdasarkan firman Tuhan? Sudahkah engkau menjunjung tinggi tugasmu? Hanya karena mereka mentertawakanmu dan menyebutmu bodoh, engkau mengamuk dan melepaskan pekerjaanmu, "Kau menganggapku bodoh, jadi aku tidak akan lagi melakukannya!" Engkau tidak melakukannya demi mereka. Jika engkau melepaskan tugasmu, apa yang akan Tuhan katakan? "Karena seseorang menyebutmu bodoh, engkau melepaskan tugas yang telah Kupercayakan kepadamu. Engkau tidak memiliki kesetiaan!" Tuhan akan melihatnya seperti ini. Jika engkau benar-benar memiliki Tuhan di dalam hatimu, jika engkau benar-benar memiliki kesetiaan kepada Tuhan, maka jika seseorang mentertawakanmu dan menyebutmu bodoh, engkau harus terlebih dahulu merenung: "Kaukatakan aku bodoh, kaukatakan aku tolol, dan kau mentertawakanku di belakangku. Aku tidak akan berdebat denganmu dan aku tidak akan dendam terhadapmu. Aku ini dungu dan kualitasku buruk, tetapi Tuhan telah meninggikanku dan tidak memandang rendah diriku. Tugas ini bukan diberikan kepadaku olehmu, melainkan diberikan kepadaku oleh Tuhan: Ini adalah amanat Tuhan untukku. Tidak menjadi masalah apakah engkau menganggapku tinggi atau rendah. Aku tidak melaksanakan tugasku agar engkau melihatnya. Melaksanakan tugasku adalah panggilanku. Aku harus melaksanakan tugasku dengan baik, dan harus setia kepada Tuhan. Aku harus menghargai tugas ini, dan hidup sesuai dengan peninggian dan kepercayaan Tuhan terhadapku. Aku harus mengabdikan diri untuk tugasku. Aku tidak boleh mengabaikan tugasku dan mengecewakan Tuhan karena engkau menyebutku bodoh. Itu akan menjadikanku benar-benar bodoh." Bukankah berpikir seperti ini sesuai dengan prinsip? Bukankah ini berarti melepaskan sikap yang gampang marah? Ini berarti tidak bereaksi dengan sikap yang gampang marah. Ketika engkau semua mampu bertindak seperti ini, engkau benar-benar telah berubah, dan memiliki tingkat pertumbuhan. Engkau tidak akan dikekang oleh orang, peristiwa, atau hal-hal. Seperti apa pun lingkungannya, engkau akan mengingat firman Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran dengan teguh di benakmu, dan tidak akan memperlakukan hal apa pun dengan sikap yang gampang marah, dengan emosi, atau suasana hati, atau preferensi, keinginan, ataupun ambisi pribadi. Firman Tuhan akan menjadi hal yang tertinggi dan terbesar di dalam hatimu, dan ketika sesuatu terjadi, engkau akan terlebih dahulu mencari firman Tuhan, "Firman Tuhan mengatakan ini, jadi aku akan berpegang teguh padanya. Tidak penting jika orang lain menganggapku bodoh. Yang penting adalah bagaimana Tuhan memandangku. Meskipun aku dungu dan kualitasku buruk, Tuhan tetap memercayakan tugas kepadaku. Betapa besarnya peninggian dari Tuhan yang telah kunikmati! Ini adalah berkat!" Jika engkau mampu memperlakukan hal-hal yang kautemui berdasarkan firman Tuhan, engkau akan tahu bagaimana menerapkan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran.
Mari kita lanjutkan pembahasan tentang hal tidak bersiasat. Dalam kehidupan sehari-hari, orang sering disiasati oleh orang lain dalam berbagai hal yang menimpa mereka. Ada yang bersaing denganmu demi ketenaran dan keuntungan, ada yang berdebat denganmu tentang yang benar dan yang salah, bahkan ada yang berargumen denganmu hanya karena satu kata, ada yang menghakimi dan merendahkanmu di belakangmu, dan ada yang menjatuhkanmu serta bertindak tak masuk akal terhadapmu. Ketika dihadapkan dengan berbagai siasat orang terhadapmu, bagaimana engkau menanganinya? Engkau harus menaati satu prinsip dengan hati teguh: "Dengan cara apa pun orang lain bersiasat terhadapku, aku tidak akan bersiasat terhadap mereka; aku akan menjauhi mereka! Aku harus memahami apa maksud Tuhan dan pelajaran apa yang Dia ingin untuk kuperoleh. Aku harus tetap teguh pada pendirianku serta menerapkan firman Tuhan, dan menjunjung tinggi tugasku. Bertindak berdasarkan prinsip-prinsip firman Tuhan tidak akan pernah salah dan tidak akan pernah membawa kerugian. Setinggi apa pun orang lain menganggap diriku, itu bukanlah mahkota atau hadiah; itu adalah malapetaka!" Jika engkau menaati prinsip tersebut, itu dapat menghalangimu agar tidak melakukan kejahatan dan dikutuk oleh Tuhan. Jika, sepanjang hidupmu, engkau mampu tetap teguh di tempatmu sebagai makhluk ciptaan, melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan dengan baik, dan menyelesaikan pekerjaan yang Tuhan percayakan kepadamu dengan segenap hati dan pikiranmu, serta mengabdikan segenap pemikiranmu dalam pelaksanaan tugasmu—sekalipun karena sangat mencurahkan segenap dirimu, engkau sampai mengabaikan makan dan tidur atau melelahkan pikiranmu—engkau melakukan pekerjaan yang telah Tuhan percayakan kepadamu dengan baik, dan engkau mencapai terlaksananya tugasmu dengan cara yang memenuhi standar, maka engkau akan menjalani kehidupan yang bernilai. Dalam kehidupan ini, kita tidak boleh berusaha untuk melakukan hal-hal besar, membangun bisnis apa pun, atau menciptakan mukjizat. Kita hanyalah orang-orang kecil dan seharusnya lebih banyak membaca firman Tuhan, berusaha memahami kebenaran dalam hal-hal yang menimpa kita, memenuhi tanggung jawab kita, dan melakukan apa yang seharusnya kita lakukan dengan baik. Kita haruslah memastikan bahwa kita mampu sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dalam segala hal, bahwa tugas yang kita laksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang dituntut dalam pengaturan kerja, dan ketika kita dengan saksama memeriksa motivasi, tujuan, dan prinsip-prinsip dari setiap hal yang kita lakukan, semuanya itu sesuai dengan tuntutan firman Tuhan, dan dapat bertahan dalam pemeriksaan dan pengujian oleh Tuhan. Setiap hari, engkau melaksanakan tugasmu secara normal, dengan damai dan sukacita, selalu hidup di hadapan Tuhan. Ketika di dalam hatimu, ada sesuatu yang ingin kaukatakan kepada Tuhan, engkau berdoa kepada-Nya; ketika tidak ada perkataan apa pun untuk kaudoakan, engkau tetap dapat mendekat kepada Tuhan di dalam hatimu, dan ketika engkau berdoa, engkau menerima pencerahan dan bimbingan Tuhan, dan digerakkan oleh-Nya. Engkau juga mampu setia kepada Tuhan ketika melaksanakan tugasmu, dan berperilakulah dengan cara yang terbuka dan jujur. Betapa indahnya hal itu! Dalam memperlakukan orang, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan mereka, cacat dan pelanggaranmu secara umum menjadi makin sedikit. Dengan cara apa pun orang lain bersiasat terhadapmu, engkau tidak bereaksi dengan sikap yang gampang marah. Kapan pun engkau merasa tidak mampu mengatasi sikapmu yang gampang marah, engkau berdoa kepada Tuhan; ketika merasa lemah, engkau juga berdoa kepada Tuhan. Ketika Roh Kudus menggerakkanmu sedikit, engkau akan memperoleh kekuatan untuk mengatasinya, dan rintangan itu pun dapat kaulewati. Setiap kali engkau menghadapi siasat, serangan, pembalasan, dan sebagainya dari orang lain, itu seperti melewati rintangan, seperti mengatasi kesulitan. Pada akhirnya, engkau mampu mengatasi semua siasat ini, mengatasi serangan, pembalasan, dan pertikaian orang terhadapmu, tidak bereaksi berdasarkan sikap yang gampang marah atau watak yang rusak, melainkan mampu menaati prinsip. Dengan demikian, engkau benar-benar seorang pemenang. Betapa indahnya hal itu! Sedangkan, jika engkau hidup dalam sikap yang gampang marah dan watak yang rusak sepanjang hari, ketika seseorang bersiasat terhadapmu atau mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan, engkau akan menganggap serius hal itu, sangat terganggu olehnya, menjadi gelisah, matamu menyala-nyala penuh amarah, dan engkau pun menjadi murka. Atau, setelah mendengar perkataan yang tidak menyenangkan, di dalam hatimu, engkau merasa gelisah, mulutmu dipenuhi sariawan, engkau kehilangan selera makan dan minum, dan engkau tidak dapat tidur di malam hari. Kemudian, engkau menjadi jauh dari Tuhan. Engkau hidup dalam sikap yang gampang marah atau dalam emosi, menghabiskan setiap hari dalam kesengsaraan, tak mampu makan dan minum firman Tuhan dengan normal, tak mampu melaksanakan tugasmu dengan normal, hatimu dikuasai dan terjerat dalam hal-hal tentang yang benar dan yang salah ini. Setelah terjerat, sangat sulit bagimu untuk melepaskan diri, dan terkadang engkau tidak dapat melepaskan diri selama beberapa bulan. Jika masalahnya besar, seperti pernikahan atau gugatan hukum, maka siasat itu jauh lebih parah, dan begitu engkau terjerat dalam hal-hal ini, engkau pun menyia-nyiakan begitu saja tahun-tahun terbaik dalam hidupmu hingga berbulan-bulan—atau bahkan bertahun-tahun. Pada akhirnya, seluruh hidupmu terbuang sia-sia—engkau tidak melaksanakan tugasmu dengan baik, dan engkau tidak memperoleh kebenaran. Bukankah itu berarti engkau sepenuhnya hancur? Jika engkau terus-menerus hidup dalam perselisihan, siasat, pertengkaran, dan kepicikan, dapatkah engkau tetap melaksanakan tugasmu dengan baik? Engkau bukan saja tidak akan melaksanakan tugasmu dengan baik, melainkan dalam bersiasat dan bertikai, engkau juga akan mengumpulkan banyak perbuatan jahat. Ketika hidup dalam siasat dan pertengkaran di antara orang-orang, berapa banyak hal buruk yang akan kaulakukan, berapa banyak perkataan lancang, perkataan memberontak, perkataan yang melanggar kebenaran, dan perkataan yang menentang Tuhan yang akan kauucapkan? Semua ini tergolong perkataan para setan. Sekalipun beberapa perkataan tidak diucapkan dengan lantang, itu diproses dalam pikiranmu; engkau membenci, mencaci, dan mengutuk orang lain di dalam hatimu. Semua hal ini sangat jelas di mata Tuhan. Tuhan melihat apa rancanganmu, bagaimana engkau merencanakan, dan bagaimana engkau menerapkan ketika sesuatu menimpamu. Ketika hidup dalam siasat dan pertengkaran seperti ini, engkau tidak pernah tahu bahwa engkau harus merenungkan dirimu sendiri, bertobat, dan mengakui dosa-dosamu kepada Tuhan, dan engkau juga tidak tahu bahwa engkau harus mencari kebenaran dalam hal-hal ini, bukannya secara membabi buta "menikmatinya". Meskipun engkau lelah secara fisik dan mental, engkau tidak pernah merenungkan diri sendiri ataupun berdoa kepada Tuhan dan menerima pendisiplinan dan bimbingan Tuhan, menerima firman Tuhan ke dalam hatimu, dan membiarkan Tuhan berkuasa. Engkau tidak pernah bertekad untuk menerapkan firman Tuhan. Ini membuktikan bahwa engkau bukanlah orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran. Mereka yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran berfokus pada bagaimana menerapkan kebenaran dan hidup dalam keserupaan dengan manusia di dalam hatinya, menghargai perkenanan Tuhan di atas segalanya. Ini memungkinkan mereka untuk menjauhi pertengkaran dan siasat; hati mereka sering kali mampu mendekat kepada Tuhan dan mereka mampu hidup di hadapan Tuhan. Sebagai hasilnya, tugas-tugas mereka membuahkan hasil yang makin besar, mereka merasa bahwa menjalani hidup dengan cara ini bernilai dan memberikan kontribusi tertentu bagi umat manusia, sehingga di dalam hatinya, mereka memiliki damai dan sukacita sejati. Karena mereka mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan dengan baik, setiap hari yang mereka jalani menjadi benar-benar bernilai dan bermakna. Namun, jika engkau hidup dalam berbagai macam pertengkaran dan siasat, itu berarti engkau sedang mengumpulkan dosa setiap hari selama engkau hidup. Engkau bukan saja gagal untuk hidup dalam nilai dan makna yang seharusnya manusia ciptaan miliki, melainkan juga mengumpulkan dosa untuk masa depanmu. Di dalam hati-Nya, Tuhan makin membenci dan menolakmu, serta menjadi makin kecewa terhadapmu. Jika Tuhan melihat bahwa perhatian dan harapan-Nya terhadapmu akan sia-sia, bagaimana perasaan Tuhan terhadapmu? Jika hal-hal yang kaulakukan membuat Tuhan makin kecewa, membuat Tuhan makin berkecil hati, hingga suatu hari engkau benar-benar tidak bertobat dan Tuhan ingin menyerah mengenaimu, maka katakan kepada-Ku, nilai dan makna apa yang kaumiliki dalam hidup dan imanmu kepada Tuhan? Harapan apa yang tersisa dalam hidupmu? Hanya karena orang lain bersiasat terhadapmu dan menghakimimu, demi untuk memperjuangkan harga dirimu serta mengembalikan reputasi dan martabatmu sendiri, engkau terjebak dalam perselisihan dengan orang lain dan menunda urusanmu yang semestinya. Terkadang, hanya karena seseorang mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan atau memberimu tatapan tertentu yang menyinggungmu, membuatmu kehilangan muka dan melukai harga dirimu, engkau bahkan menjadi dendam di dalam hatimu dan terus-menerus terlibat dalam perselisihan dengannya. Lalu, apa yang terjadi pada akhirnya? Engkau menyia-nyiakan waktumu yang berharga untuk hal-hal ini, merusak kesempatanmu untuk mencapai keselamatan dan sama sekali tidak memperoleh kebenaran. Akibatnya, Tuhan membenci dan menolakmu, tidak lagi memperhatikanmu, dan engkau sepenuhnya hancur. Jadi, apa yang ingin Kukatakan kepada engkau semua dengan mempersekutukan hal-hal ini? Memilih cara berperilaku, memilih dengan cara apa engkau akan berperilaku, sangatlah penting. Hidup di antara orang-orang, setiap orang akan sering menghadapi siasat, pertengkaran, untung rugi demi kepentingan pribadi, dan beragam suara yang memuji, mengkritik, menghakimi, serta mengutuk; setiap orang akan menghadapi hal-hal ini. Aku juga telah hidup di dunia ini hingga masa ini, dan Aku juga tidak hidup sendirian tanpa interaksi dengan orang lain. Aku juga menghadapi hal-hal ini, tetapi hati-Ku tidak akan bersiasat. Lihatlah Aku—bagaimana cara-Ku hidup? Hal-hal ini sama sekali tidak memengaruhi hidup-Ku atau pekerjaan-Ku. Setiap hari, Aku hanya berfokus melakukan pekerjaan-Ku. Hidup hingga saat ini, Aku tidak pernah terpengaruh oleh lingkungan eksternal. Identitas dan status-Ku, nilai-Ku di mata orang-orang—tak satu pun dari hal-hal ini yang terpengaruh. Tidak hanya itu, Aku bahkan khawatir engkau semua akan secara keliru menganggap-Ku sangat luhur, sangat luar biasa, dan sangat berbeda dari yang lain, jadi Aku harus memberikan beberapa contoh nyata tentang kenormalan, kenyataan, dan biasanya diri-Ku dengan cara yang lebih spesifik agar engkau semua tidak mengidolakan-Ku dan tidak memiliki imajinasi serta gagasan yang tidak realistis tentang-Ku. Hanya setelah Aku mengatakan hal-hal ini, barulah beberapa orang menyadari bahwa Aku hanyalah orang biasa, orang normal, dan mereka kemudian menjadi acuh tak acuh terhadap-Ku. Aku tidak peduli tentang hal-hal ini. Selama engkau mampu menerima firman yang Kuucapkan ini, itu sudah cukup; Aku tidak memiliki tuntutan lain. Jika engkau semua menghabiskan sepanjang hari menatap-Ku, meneliti-Ku, membaca ekspresi-Ku, itu akan membuat-Ku tidak nyaman. Aku tidak suka orang-orang mengidolakan-Ku atau menjilat-Ku, terlebih lagi, Aku tidak suka orang-orang selalu mengerumuni-Ku. Aku suka ketenangan. Engkau lihat, bukankah Aku hidup dengan cukup baik selama bertahun-tahun ini? Lalu, mengapa engkau semua tidak mencoba hidup dengan cara yang sama? Lihat apakah engkau dapat bertahan hidup tanpa bersaing demi ketenaran dan keuntungan, tanpa bersaing demi status, tanpa melindungi martabatmu sendiri, tanpa memperebutkan siapa yang berotoritas untuk bicara. Jika engkau bertindak, hidup, memiliki cara berperilaku, melakukan sesuatu, dan melaksanakan tugasmu berdasarkan firman Tuhan dan tuntutan Tuhan, lihatlah akan bagaimana hidupmu—lihat apakah engkau akan memperoleh sukacita dan apakah engkau akan memiliki kedamaian di dalam hatimu. Cobalah cara hidup yang berbeda, lakukan penerapan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan miliki tujuan yang jelas, dan engkau akan melihat masa depan yang cerah di depanmu. Jika engkau selalu membalas orang yang bersiasat terhadapmu, yang memengaruhi statusmu, yang memiliki reputasi lebih tinggi daripadamu, yang membicarakanmu di belakangmu, dan sebagainya, jika engkau hidup di tengah hal-hal ini, maka tidak ada jalan di depanmu, hanya ada kegelapan. Engkau akan selalu tersesat, merasa, "Hidupku melelahkan, tidak ada kebahagiaan, aku tidak memiliki berkat!" Engkau tidak menikmati berkat-berkat yang Tuhan berikan kepadamu, tetapi terus menggali ke dalam neraka. Katakan kepada-Ku, dapatkah engkau memiliki berkat? Dapatkah engkau memiliki sukacita dan kedamaian?
Bagaimana perasaanmu tentang persekutuan mengenai topik-topik ini? (Bagus.) Dalam hal apa itu bagus? (Kami merasa itu dapat menyelesaikan kesulitan yang kami hadapi dalam kehidupan nyata dan watak rusak yang kami perlihatkan. Tuhan juga telah menunjukkan beberapa jalan yang spesifik bagi kami: cara untuk kami tidak bertengkar dan bersiasat terhadap orang lain, dan cara terbebas dari kekangan orang, peristiwa, dan hal-hal serta cara hidup dalam terang.) Apa tujuan utama mempersekutukan prinsip-prinsip ini? Tujuannya bukan hanya untuk membantumu terlepas dari kehidupan yang penuh pertengkaran dengan orang lain; yang terpenting adalah untuk memungkinkanmu hidup dalam kemanusiaan yang normal dan menjalani kehidupan kemanusiaan yang normal. Jika engkau bertindak berdasarkan firman Tuhan, engkau dapat mencapai ketundukan kepada Tuhan, menjadikan firman-Nya dan kebenaran sebagai hidupmu, memperoleh keselamatan, serta dan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan: Engkau dapat menjadi orang semacam itu. Mengerti? (Ya.) Tujuannya bukan hanya untuk terlepas dari kehidupan yang penuh siasat dan pertengkaran dengan orang lain; jika hanya untuk itu, engkau tidak akan memperoleh kebenaran. Katakan kepada-Ku, tanpa memperoleh kebenaran, apa tujuan penerapan yang orang lakukan? Bukankah itu akan tetap hampa? Hidup di tengah masyarakat ini, di antara orang-orang, engkau akan selalu memiliki pemikiran dan pandanganmu sendiri ketika sesuatu menimpamu; mustahil untuk sama sekali tidak memiliki pemikiran atau pandangan, seolah-olah engkau hidup seorang diri. Situasi semacam itu tidak ada. Ketika tak ada seorang pun yang bersiasat terhadapmu atau bertengkar denganmu, engkau mampu membuat dirimu tidak bersiasat atau bertengkar dengan orang lain. Namun, ketika seseorang bersiasat terhadapmu atau bertengkar denganmu, apa yang kaulakukan? Apakah hanya meneriakkan slogan seperti "Aku tidak akan bertengkar dengan mereka, aku tidak akan bersiasat terhadap mereka" menyelesaikan masalah? (Tidak.) Jadi bagaimana masalah ini harus diselesaikan? Ada orang-orang yang meneriakkan slogan, dengan berkata, "Bukankah aku sudah terlalu tua untuk tetap bersiasat? Pekerjaan Tuhan telah berlanjut sejauh ini, tetapi aku masih bersiasat? Apa gunanya bersiasat tentang hal-hal itu?" Dapatkah perkataan ini menyelesaikan masalah? (Tidak.) Kebanyakan orang, ketika sesuatu menimpa mereka, di dalam hatinya, mereka masih belum mampu melepaskan dan masih bersiasat serta bertengkar dengan orang lain. Jadi bagaimana seharusnya masalah ini diselesaikan? Masalah ini harus diselesaikan dengan membereskan masalah pemikiran dan pandangan yang orang miliki, serta watak rusak mereka, berdasarkan firman Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran. Setelah engkau menerima pemikiran atau sudut pandang yang benar, perspektif, sikap, dan pendirianmu mengenai hal-hal tersebut akan berubah. Perasaanmu tentang hal-hal tersebut akan berbeda; engkau akan merasa bahwa bertengkar dengan orang lain tidak ada artinya—itu membuang-buang tenagamu, menghambat pekerjaan, menyebabkan hatimu merasa tidak nyaman, dan tidak ada sukacita atau kedamaian dalam hal ini. Kemudian, ketika di dalam firman Tuhan engkau membaca kutukan terhadap hal-hal semacam itu, di dalam hatimu, pandangan terhadap hal-hal tersebut akan berubah total, keadaan emosimu akan berbeda, keinginanmu untuk bertengkar dengan orang lain akan berkurang, kemarahanmu akan mereda, dan sikapmu yang gampang marah akan lenyap. Jika orang lain bertengkar denganmu, tanpa henti memprovokasi dirimu, engkau tidak akan terpengaruh, merasa bahwa itu bukan masalah besar dan tidak perlu bertengkar dengan mereka. Bahkan orang-orang yang melihat pun tidak tahan melihatnya, berkata, "Mereka memperlakukanmu seperti itu, bagaimana mungkin kau tidak merasakan apa pun? Apakah kau dungu?" Engkau berkata, "Dahulu aku menganggap hal-hal seperti itu sangat serius; rasanya seperti langit sedang runtuh. Jika aku tidak menjelaskannya kepada mereka, atau jika mereka tidak memberiku penjelasan, aku pasti tidak akan melepaskannya begitu saja. Namun sekarang berbeda. Aku tidak lagi bersiasat atau bertengkar dengan orang lain, bukan karena aku sudah lebih tua, tetapi karena di dalam firman Tuhan aku telah mengetahui yang sebenarnya tentang esensi rusak umat manusia. Perilaku mereka adalah ungkapan dan perwujudan khas dari orang jahat, antikristus, Iblis, sebagaimana diungkapkan dalam firman Tuhan. Dahulu aku pun memiliki perwujudan ini, tetapi sekarang, di dalam firman Tuhan, aku melihat bahwa wajah asli semacam ini, watak seperti ini, terlalu buruk dan menjijikkan; Tuhan muak akan hal ini! Sekarang aku sendiri muak akan hal ini, dan di dalam hatiku, aku tidak mau hidup dalam watak yang rusak itu. Jadi, ketika mereka kembali bertengkar denganku, aku hanya merasa muak dan jijik terhadap mereka, dan tidak tertarik atau berhasrat untuk bertengkar. Di dalam firman Tuhan, aku juga telah menemukan prinsip-prinsip penerapan, dan aku tahu bagaimana memperlakukan orang-orang semacam itu." Apa yang dikatakan firman Tuhan? Di satu sisi, firman Tuhan menyingkapkan dan menggolongkan orang-orang semacam itu; di sisi lain, Tuhan memberi tahu orang bahwa prinsip dalam memperlakukan orang lain adalah memperlakukan mereka dengan adil. Jika mereka adalah saudara-saudari sejati, dan mereka memperlihatkan watak yang rusak, kita harus memperlakukan mereka dengan kasih, mempersekutukan kebenaran untuk membereskan pelanggaran dan watak rusak mereka, sehingga mereka tidak lagi menentang Tuhan atau melanggar. Mungkin melalui bantuan, masalah mereka akan terselesaikan. Jika mereka tidak menerima bantuan, tidak mampu menerima kebenaran, tetapi mampu melaksanakan tugas mereka dan tidak mengganggu pekerjaan gereja, maka mereka seharusnya diizinkan untuk tetap berada di gereja untuk melaksanakan tugas mereka. Jika mereka tidak melaksanakan tugas dengan benar dan tetap bertengkar serta bersiasat terhadap orang lain, sehingga menimbulkan gangguan, maka mereka harus dikeluarkan berdasarkan ketetapan administratif rumah Tuhan dan prinsip-prinsip rumah Tuhan dalam memperlakukan orang. Bukankah hati kita akan damai? Rumah Tuhan memiliki prinsip dan jalan untuk menangani orang-orang yang buruk. Bagaimana membedakan dan menangani orang-orang ini, bagaimana memperlakukan orang-orang ini—ada prinsip dan jalan di dalam firman Tuhan untuk semua ini. Jika orang menerapkan berdasarkan firman Tuhan, masalah akan ditangani dengan mudah dan sukacita, mereka tidak akan merasa bahwa itu adalah masalah yang sulit, hati mereka tidak akan terganggu sama sekali, dan masalah akan diselesaikan dengan sangat alami. Jika mereka menghadapi masalah semacam itu beberapa tahun yang lalu, mereka tidak akan mampu melewatinya, tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Namun sekarang, setelah beberapa tahun pengalaman hidup, masalah ini bukan lagi suatu kesulitan bagi mereka; mereka mampu menyelesaikannya. Tiba-tiba, mereka mendapati bahwa tingkat pertumbuhan mereka telah bertumbuh dan mereka benar-benar telah berubah. Lalu bagaimana perasaan kebanyakan dari orang-orang ini? "Sebelumnya, aku selalu merasa kualitasku buruk, dan aku sering memberontak terhadap Tuhan dan menentang-Nya, seolah-olah aku tidak dapat diselamatkan. Sekarang, dalam menangani masalah ini, aku merasa tidak memiliki kesulitan, bahwa aku mampu menyelesaikan masalah, dan memiliki harapan." Harapan apa? (Harapan untuk memperoleh keselamatan.) Ketika engkau melihat adanya harapan untuk memperoleh keselamatan, apakah di depanmu engkau melihat terang atau gelap? (Terang.) Ini menggenapi pepatah—terang itu memanggilku. Benar? (Ya.) Ketika tingkat pertumbuhanmu dapat mencapai tingkat ini, engkau akan benar-benar merasa bahwa menerapkan kebenaran itu sebenarnya tidak perlu meneriakkan slogan; semudah dan sesukacita itu. Selama engkau menerima firman Tuhan, selama engkau menerima prinsip-prinsip kebenaran yang berasal dari Tuhan, menerapkan kebenaran adalah semudah itu, dan tingkat pertumbuhanmu bertumbuh tanpa kausadari. Ketika engkau merasa tingkat kedewasaanmu telah bertumbuh, bahwa engkau telah berubah, dan tahun-tahun percayamu kepada Tuhan telah membuahkan hasil dan tidak sia-sia, jika seseorang kemudian mengucapkan perkataan yang lancang, dengan berkata, "Apa yang telah kuperoleh dari percaya kepada Tuhan? Selama 20 tahun aku percaya kepada Tuhan, yang telah kulakukan hanyalah menderita dan mengerahkan upaya; aku telah meninggalkan dan mengorbankan begitu banyak, tetapi belum menikmati satu pun berkat—hanya kelelahan yang tak berujung!" engkau akan membenci orang itu di dalam hatimu, "Orang ini tidak punya hati nurani, dan hanya mengucapkan perkataan setan! Dilihat dari betapa menyedihkan penampilannya, dia benar-benar tidak mendapatkan apa pun—yang bisa dia lakukan hanyalah bersikap tak masuk akal dan menghambat, dan satu-satunya hal yang bisa dia katakan hanyalah perkataan yang lancang!" Mereka selalu berkata, "Apa yang telah kuperoleh dari percaya kepada Tuhan?" Lalu apa sebenarnya yang berharap untuk kauperoleh dengan percaya kepada Tuhan? Apakah engkau berharap untuk memperoleh kasih karunia dan berkat materi, ataukah berharap untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan? Inilah jalan yang harus orang pilih dalam kepercayaan kepada Tuhan. Jalan manakah yang sebenarnya sedang kautempuh? Jika engkau adalah orang yang mengejar kebenaran, dan engkau menerapkan semua kebenaran yang kaupahami dan menjadikannya kenyataan, maka engkau akan memperoleh hidup yang kekal, dan, setelah mengalami pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, engkau tidak akan percaya dengan sia-sia. Jika engkau hanya berfokus menikmati kasih karunia tetapi tidak memperoleh kebenaran dan hidup, dan engkau mengeluh kepada Tuhan, dengan berkata, "Apa yang telah kuperoleh?" ini membuktikan bahwa engkau bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Sebanyak apa pun kasih karunia yang kaunikmati, jika engkau belum memperoleh sedikit kebenaran, maka imanmu terlalu menyedihkan; ini memperlihatkan bahwa engkau adalah orang yang buta. Sekarang, Tuhan mengungkapkan kebenaran untuk membekali manusia dengan hidup, menyampaikan firman baru setiap hari, sangat banyak sehingga orang dapat makan, minum, dan menikmatinya untuk selama-lamanya. Ada terlalu banyak kebenaran yang harus diterapkan dan dimasuki; ada banyak kebenaran yang tidak dapat sepenuhnya dialami bahkan dalam seumur hidup. Mereka yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan mengejar kebenaran telah memperoleh begitu banyak, dan begitu berlimpah. Namun, jika orang tidak mengejar kebenaran, tidak mencintai kebenaran, dan tidak menerapkan kebenaran, mereka akan selalu merasa belum memperoleh apa pun. Mereka yang menikmati kebenaran merasa benar-benar dipenuhi hingga meluap-luap dengan firman ini. Jadi, baik dalam hal kebenaran maupun berkat materi, apa yang Tuhan berikan kepada manusia itu berlimpah; dapat dikatakan bahwa rumah Tuhan adalah tanah yang berlimpah dengan susu dan madu. Firman Tuhan yang dimakan dan diminum dalam pertemuan begitu berlimpah; kesaksian berdasarkan pengalaman, film, lagu pujian, tarian—semuanya ada di sana, berlimpah. Hal-hal materi—makanan, pakaian, dan barang-barang untuk keperluan sehari-hari—juga berlimpah. Selain itu, pelayanan yang dilakukan oleh si naga merah yang sangat besar yang telah diatur oleh Tuhan, kinerja para antikristus dan pemimpin palsu, dan berbagai macam hal negatif yang diperlihatkan di hadapan orang-orang setiap hari, memungkinkan orang untuk memetik pelajaran dan bertumbuh dalam kemampuan untuk membedakan. Jika engkau tidak dapat memetik seluruh pelajaran sekaligus, Tuhan akan terus mengatur lingkungan, orang, peristiwa, dan hal-hal untukmu, dan baru akan menyingkirkan hal-hal tersebut setelah engkau cukup belajar. Oleh karena itu, jika engkau mampu menerima pekerjaan Tuhan, jika engkau adalah orang yang mencintai kebenaran, engkau sedang menghadiri perjamuan yang berlimpah ruah. Beberapa tahun beriman akan membawa kemajuan besar dan perubahan nyata bagimu. Tuhan telah secara pribadi menggembalakan, menyirami, dan memimpin umat pilihan-Nya selama bertahun-tahun ini. Semua orang yang mampu menerima kebenaran dapat merasakan bahwa mereka telah memperoleh begitu banyak, dan mereka telah mengalami beberapa perubahan sejati. Khususnya, mereka yang melaksanakan tugas secara penuh waktu, mereka telah berubah jauh lebih banyak. Engkau dapat merasakan bahwa ketika mengikuti Tuhan, jalan menjadi makin terang, dan engkau memiliki iman sejati untuk memperoleh keselamatan dan masuk ke dalam kerajaan surga. Namun, jika engkau selalu menolak menerima kebenaran, dan di dalam hatimu, engkau tidak bersedia menerapkan kebenaran, engkau tidak akan dapat merasakan bahwa ada harapan bagimu untuk diselamatkan. Engkau akan terus bertanya kepada orang-orang di sekitarmu, "Menurutmu, apakah aku memiliki pemahaman rohani?" Jika seseorang berkata, "Engkau tampaknya tidak memiliki pemahaman rohani," engkau akan berpikir, "Tamatlah riwayatku, aku sudah tidak ada harapan!" Sebenarnya, bukan berarti engkau tidak ada harapan; tetapi itu berarti engkau tidak mengejar kebenaran. Jika engkau memahami kebenaran dan juga mampu menerapkan kebenaran, engkau akan secara bertahap memperoleh pemahaman rohani. Setelah engkau memiliki pemahaman rohani, engkau akan memahami makin banyak kebenaran, dan engkau akan mampu membagikan beberapa kesaksian berdasarkan pengalaman dalam setiap aspek. Di dalam hatimu, engkau akan merasa diperkaya dan sangat puas, serta merasa bahwa engkau telah memperoleh begitu banyak dari mengikuti Tuhan. Benar, bukan? (Ya.) Jika orang tidak menerapkan kebenaran atau tidak menerima kebenaran sebagai hidup mereka, di dalam hatinya, mereka akan selalu merasa tersesat dan tanpa tujuan, tanpa iman sejati. Mereka akan selalu bertanya kepada orang-orang di sekitar mereka apakah ada harapan bagi mereka untuk memperoleh keselamatan. Ada juga orang yang terus-menerus bertanya kepada orang lain apakah mereka memiliki pemahaman rohani, menganggap apakah mereka memiliki pemahaman rohani atau tidak sebagai bukti apakah mereka ada harapan. Katakan kepada-Ku, apakah orang-orang semacam dungu? (Ya.) Entah engkau memiliki pemahaman rohani atau tidak, engkau harus berusaha untuk mengejar kebenaran—dan tidak hanya berusaha untuk memahaminya, tetapi juga berusaha untuk menerapkannya. Setelah engkau mampu memahami kebenaran dan menerapkan kebenaran, bukankah akan ada harapan untuk mencapai keselamatan? Bukankah demikian? (Ya.) Engkau semua harus memikirkan hal ini.
Sekian persekutuan kita hari ini. Sampai jumpa!
7 September 2024