83. Pelajaran yang Dipetik dalam Mengidentifikasi Orang Jahat
Pada Juni 2022, pemimpin menugaskanku untuk mengawasi pekerjaan tulis-menulis. Aku teringat akan sebuah tim yang hasil kerjanya selalu buruk. Dari keadaan yang ditulis tentang pekerja di bagian tulis-menulis yang bernama Xiao Li, aku melihat bahwa dia sangat berfokus pada reputasi dan status. Setiap kali dia mengajukan pertanyaan, para saudari dalam tim itu harus segera menanggapi, jika tidak, dia akan bersikap buruk dan dalam sekejap memperlihatkan sikapnya yang gampang marah. Kupikir, "apakah kurangnya kerja sama yang harmonis di antara mereka memengaruhi pekerjaan mereka? Aku harus segera menemukan akar masalah ini."
Selama pertemuan itu, aku bertanya kepada semua orang tentang keadaan mereka. Pemimpin tim yang bernama Li Mei, membagikan pemikirannya tentang bagaimana dia tidak dapat bekerja sama secara harmonis dengan Xiao Li dan bahkan dia ingin berhenti. Xiao Li kemudian berkata bahwa sejak kecil sikapnya memang gampang marah dan pemarah, dan dia tak mampu menahan diri untuk memperlihatkan sikapnya yang gampang marah itu setiap kali mendengar sesuatu yang tidak menyenangkan. Xiao Li juga menyebutkan bahwa suatu kali Luo Lan menunjukkan bahwa dia kurang terbeban dalam pelaksanaan tugasnya, mengatakan bahwa dia selalu tidak bergegas, berlambat-lambat dalam bersaat teduh di pagi hari hingga jam sebelas dan baru setelah itu, mulai bekerja, dan bahwa dia sama sekali menolak untuk menerima perkataan tersebut, berpikir, "Bukankah Li Mei juga sama? Mengapa Luo Lan tidak mengatakan apa-apa tentang dia?" Dia merasa bahwa Luo Lan memperlakukan orang dengan tidak adil dan mengincar dirinya, itulah sebabnya dia berbicara dengan sikap yang gampang marah. Melalui makan dan minum firman Tuhan, dia akhirnya menyadari kemanusiaannya yang buruk, dan merasa bahwa adalah tepat bagi orang lain untuk mengisolasi dan mengucilkan dirinya, dan untuk menyebutnya orang jahat. Seperti apa pun orang lain memperlakukan dirinya, dia berkata bahwa dia harus menerima bahwa hal itu adalah dari Tuhan dan mengenal dirinya sendiri, serta tidak berprasangka buruk terhadap para saudarinya. Li Mei menjadi emosional dan berkata, "Beberapa hal yang Xiao Li katakan tidak benar. Kami tidak mengisolasi atau mengucilkan dirinya, dan kami juga tidak menyebutnya orang jahat." Xiao Li terus berbicara sambil menangis, berkata bahwa ketika dia mendengar tentang seorang antikristus yang diusir dari gereja, dia sangat terpengaruh. Antikristus ini telah menabur perselisihan dan menindas orang, dan dia merasa bahwa natur dirinya jauh lebih buruk daripada natur antikristus ini, dan dia merasa bahwa jika dia terus seperti ini, itu akan sangat berbahaya, jadi dia bersedia untuk bertobat. Semua ini sedikit membingungkanku, dan aku bertanya-tanya, "Apakah Xiao Li benar-benar mengenal dirinya sendiri? Apa artinya orang mempersekutukan kerusakannya sendiri secara normal, dan apa artinya meremehkan dan menyerang orang lain dengan berkedok mempersekutukan pengenalan akan diri sendiri? Dari persekutuan yang Xiao Li sampaikan, mengapa terdengar sepertinya Li Mei dan Luo Lan sedang bersekongkol dan mengucilkan dirinya?" Pada saat itu, aku tidak terlalu memikirkannya, berpikir, "Xiao Li masih muda, sedikit semaunya, dan watak rusaknya cukup serius, tetapi melihatnya menangis dan mengenal dirinya sendiri, dia sepertinya adalah orang yang menerima kebenaran. Perubahan membutuhkan proses, jadi dia harus diberi lebih banyak kelonggaran. Selain itu, kurangnya kerja sama yang harmonis bukan hanya kesalahan satu orang, bagaimanapun juga, kedua belah pihak sama-sama bertanggung jawab atas hal itu, dan ini kemungkinan besar karena kedua belah pihak tidak mengenal diri mereka sendiri dan hidup berdasarkan watak rusak mereka." Dengan mengingat hal ini, aku menemukan beberapa firman Tuhan tentang kerja sama yang harmonis untuk dibaca, dan mengingatkan mereka untuk tidak terpaku pada orang atau hal-hal, melainkan merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri berdasarkan firman Tuhan dan belajar dari satu sama lain. Aku juga menyampaikan persekutuan dari pengalamanku sendiri kepada Xiao Li tentang konsekuensi berbahaya jika bertindak dengan sikap yang gampang marah. Setelah persekutuanku, Xiao Li berkata, "Tidak ada dendam yang mendalam di antara aku dan para saudari. Aku bersedia bekerja sama secara harmonis dengan para saudari dan melaksanakan tugas dengan segenap hatiku. Aku benar-benar gampang marah dan memiliki watak yang sangat congkak, tetapi aku bersedia berdoa kepada Tuhan dan mencari solusinya." Li Mei terlihat agak tidak berdaya, berkata, "Aku benar-benar tidak tahu bagaimana mengalami lingkungan ini, dan tidak tahu bagaimana cara merenungkan dan mengenal diriku sendiri." Dia juga berkata bahwa untuk menyelesaikan masalah kerja sama yang tidak harmonis, kita harus terlebih dahulu memahami keseluruhan masalahnya. Mendengar hal ini, aku merasa bahwa masalahnya belum benar-benar selesai. Diam-diam aku mencari dari Tuhan dalam doaku, berkata dalam hatiku, "Tuhan, apa maksud-Mu dalam masalah ini? Apa akar penyebab dari masalah ini? Bagaimana cara menyelesaikan masalah ini sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran?"
Malam itu, aku sedang beristirahat di kamar bersama Li Mei dan Luo Lan. Namun, aku tidak bisa tidur, dan terus memikirkan apa yang Li Mei ingatkan kepadaku selama pertemuan, yaitu bahwa untuk menyelesaikan masalah kerja sama yang tidak harmonis, kita harus memahami dengan jelas hal yang sebenarnya tentang masalah tersebut, dan mengetahui inti dari keseluruhan masalahnya. Aku menyadari bahwa selama persekutuanku dalam pertemuan itu, aku hanya menyuruh para saudari untuk mengenal diri mereka sendiri dan tidak terpaku pada orang atau hal-hal, tetapi aku tidak mendapatkan gambaran yang jelas tentang keseluruhan masalahnya, jadi masalahnya belum terpecahkan. Aku teringat akan firman Tuhan: "Segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari, semua yang dapat kaurasakan, semua yang dapat kaulihat, semua yang dapat kaudengar—semuanya terjadi atas seizin Tuhan. Setelah engkau menerima bahwa hal ini adalah dari Tuhan, nilailah hal ini berdasarkan firman Tuhan, dan ketahuilah orang seperti apa yang melakukan hal ini dan apa esensi dari hal ini, entah yang mereka katakan atau lakukan itu menyakitimu atau tidak, entah hati dan jiwamu telah diserang atau tidak, atau entah integritasmu telah diinjak-injak atau tidak. Lihatlah terlebih dahulu apakah orang itu adalah orang yang jahat atau orang biasa yang rusak, ketahuilah diri mereka yang sebenarnya terlebih dahulu berdasarkan firman Tuhan, lalu pahami dan perlakukan hal ini berdasarkan firman Tuhan. Bukankah ini langkah yang tepat untuk diambil? (Ya.) Pertama-tama, terimalah bahwa hal ini adalah dari Tuhan, dan pandanglah orang-orang yang terlibat dalam hal ini berdasarkan firman-Nya, untuk menentukan apakah mereka adalah saudara-saudari biasa, orang yang jahat, antikristus, pengikut yang tidak percaya, roh jahat, setan najis, atau mata-mata dari si naga merah yang sangat besar, dan apakah yang mereka lakukan memperlihatkan kerusakan secara umum, atau perbuatan jahat yang sengaja dimaksudkan untuk mengganggu dan mengacau. Semua ini harus ditentukan dengan membandingkannya terhadap firman Tuhan. Menilai segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan adalah cara yang paling akurat dan objektif" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (9)"). Firman Tuhan mencerahkan hatiku. Semua hal yang terjadi dalam tim tersebut diizinkan oleh Tuhan. Aku harus memandang orang dan hal-hal berdasarkan firman Tuhan, Yang dimulai dengan melihat orang macam apa pihak lain itu, apakah dia adalah saudara atau saudari yang memiliki watak yang rusak, yang mampu menerima kebenaran, atau apakah dia adalah orang jahat atau pengikut yang bukan orang percaya, yang sama sekali tidak menerima kebenaran. Jika dia adalah saudara-saudari sejati, kita harus menolongnya dengan penuh kasih, tetapi jika dia adalah orang jahat atau pengikut yang bukan orang percaya, kita harus menyingkapkan, memberhentikan, atau mengisolasi dirinya tepat pada waktunya. Jadi aku bertanya-tanya, "orang macam apa Xiao Li sebenarnya? Bagaimana aku harus menanganinya?" Jadi, aku bertanya kepada kedua saudari itu tentang perilaku Xiao Li yang konsisten.
Dari Li Mei dan Luo Lan, aku mengetahui bahwa Xiao Li sangat congkak, semaunya, dan gampang marah, bahwa dia sangat mementingkan reputasi dan status, dan setiap kali dia berbicara kepada para saudari, mereka harus menanggapinya dengan cepat, dan jika mereka lambat atau tidak menanggapi, Xiao Li akan langsung merasa kesal dan memarahi para saudari, dengan berkata, "Jika menurut kalian aku mengganggu kalian, katakan saja, dan aku tidak akan pernah bertanya lagi!" Hal ini membuat para saudari merasa sangat terkekang. Setelah itu, apa pun yang Xiao Li tanyakan, para saudari akan segera menanggapinya, entah mereka memahaminya atau tidak, karena takut membuat Xiao Li tidak senang dan menyebabkannya memperlihatkan sikapnya yang gampang marah. Suatu ketika, Li Mei menunjukkan beberapa masalah dalam pekerjaan Xiao Li, tetapi Xiao Li tidak menerimanya sama sekali. Dia berkata tuntutan Li Mei terlalu tinggi dan tidak membiarkannya memperlihatkan kerusakan. Li Mei berkata sikap Xiao Li yang gampang marah itu mengekang orang lain, menyebabkan Xiao Li segera meninggikan suaranya dan mulai menangis tentang betapa sulitnya bergaul dengan orang-orang seperti Li Mei, berkata bahwa dia merasa seolah-olah perkataan Li Mei hampir mencekiknya. Seluruh pertemuan dikacaukan oleh hal ini. Setelah masalah itu, Xiao Li mengakui di depan semua orang bahwa dia seperti seorang antikristus, yang tidak menerima dirinya dipangkas. Lain waktu, Luo Lan berbicara tentang kerusakannya sendiri sebagai penyenang orang selama pertemuan, berkata bahwa dia melihat Xiao Li tidak menerima kebenaran, tetapi dia tidak menunjukkan hal ini karena ingin mempertahankan hubungan di antara mereka. Setelah mendengar ini, Xiao Li menangis dan membuat keributan, dengan berkata, "Silakan laporkan aku kepada pemimpin, lihat apakah aku akan diberhentikan atau dikeluarkan. Setiap kali egoku terluka, aku tidak bisa mengendalikan diri, aku berada di ambang kehancuran!" Setelah mengatakan ini, dia memindahkan komputernya ke ruangan lain dan melakukan perenungan seorang diri selama dua hari, dan mengabaikan para saudari. Kemudian dalam sebuah pertemuan, Xiao Li dengan berlinang air mata berbicara tentang pemahamannya tentang dirinya sendiri, dan meminta maaf kepada Li Mei dan Luo Lan. Namun setelah itu, dia masih saja menunjukkan sikapnya yang gampang marah dan terpaku pada orang dan hal-hal.
Mendengar tentang semua perilaku Xiao Li, aku menyadari keparahan masalah ini. Masalah Xiao Li bukan hanya wataknya yang congkak dan semaunya. Bukankah dia sama seperti orang jahat yang Tuhan singkapkan, yang tidak masuk akal dan dengan semaunya bersikap menyusahkan? Aku membaca firman Tuhan: "Orang-orang yang tidak bernalar dan suka membuat masalah hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri saat bertindak, berbuat sekehendak hati mereka. Perkataan mereka hanyalah kesesatan dan argumen yang tak masuk akal, dan mereka tidak bernalar. Watak mereka yang kejam meluap-luap. Tak seorang pun berani berhubungan dengan mereka, dan tak seorang pun mau menyampaikan persekutuan tentang kebenaran kepada mereka, karena takut mendatangkan bencana kepada diri mereka sendiri. Orang-orang merasa gelisah setiap kali menyampaikan pemikirannya kepada mereka, takut jika mengatakan satu kata yang tidak mereka sukai atau tidak sesuai dengan keinginan mereka, mereka akan memanfaatkannya dan membuat tuduhan yang semena-mena. Bukankah orang-orang semacam itu jahat? Bukankah mereka adalah setan-setan hidup? Semua orang-orang yang memiliki watak kejam dan tak bernalar adalah setan hidup. Dan ketika seseorang berinteraksi dengan setan hidup, mereka dapat mendatangkan malapetaka kepada diri mereka sendiri hanya karena kecerobohan sesaat. Bukankah akan menimbulkan masalah besar jika setan hidup semacam itu ada di dalam gereja? (Ya.) Setelah setan hidup ini meluapkan dan melampiaskan kemarahan mereka, mereka mungkin berbicara seperti manusia selama beberapa waktu dan meminta maaf, tetapi mereka tidak akan berubah sesudahnya. Siapa yang tahu kapan suasana hati mereka akan buruk dan mereka akan kembali meluapkan kemarahan, melontarkan argumen mereka yang tak masuk akal. Target dari luapan amarah dan pelampiasan mereka selalu berbeda, sama seperti sumber dan latar belakang pelampiasan mereka. Artinya, apa pun bisa memicu kemarahan mereka, apa pun bisa membuat mereka merasa tidak puas, dan apa pun bisa membuat mereka bereaksi dengan amukan dan perilaku yang sukar dikendalikan. Betapa buruk! Betapa menyusahkan! Orang-orang jahat yang gila ini dapat kehilangan akal kapan saja; tak seorang pun tahu apa yang mampu mereka lakukan. Aku paling membenci orang-orang semacam itu. Mereka semua harus disingkirkan—mereka semua harus dikeluarkan. Aku tidak mau berhubungan dengan mereka. Pemikiran mereka kacau dan watak mereka kasar, mereka dipenuhi dengan argumen dan perkataan setan yang tak masuk akal, dan ketika sesuatu menimpa mereka, mereka melampiaskannya dengan cara yang terburu nafsu. Beberapa dari mereka menangis ketika melampiaskan amarah, yang lain berteriak-teriak, yang lain menghentak-hentakkan kaki mereka, dan bahkan ada yang menggeleng-gelengkan kepala dan menunjuk-nunjuk dengan jari mereka. Mereka hanyalah binatang buas, bukan manusia. ... Meskipun mereka tahu betul bahwa mereka memiliki banyak masalah, mereka tidak pernah mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, mereka juga tidak membahas tentang mengenal diri mereka sendiri dalam persekutuan mereka dengan orang lain. Ketika masalah mereka sendiri disinggung, mereka mengelak dan membuat tuduhan balasan palsu, melemparkan semua masalah dan tanggung jawab kepada orang lain, dan bahkan mengeluh bahwa mereka berperilaku demikian karena orang lain memperlakukan mereka dengan buruk. Seolah-olah luapan kemarahan dan keributan mereka yang tak masuk akal disebabkan oleh orang lain, seolah-olah semua orang lain yang salah, mereka tidak memiliki pilihan selain bertindak seperti ini. Mereka membela diri mereka sendiri secara sah. Setiap kali mereka tidak puas, mereka mulai melampiaskan kemarahan mereka dan bicara omong kosong, bersikeras pada argumen mereka yang tidak masuk akal seolah-olah semua orang lain salah, bahwa hanya mereka orang baik dan semua orang lainnya jahat. Sebanyak apa pun mereka meluapkan kemarahan atau mengucapkan argumen yang tidak masuk akal, mereka menuntut agar orang-orang berkata bahwa mereka adalah orang yang baik. Bahkan ketika mereka berbuat salah, mereka melarang orang lain untuk menyingkapkan atau mengkritik mereka. Jika engkau menunjukkan bahkan satu masalah kecilnya, mereka akan melibatkanmu dalam perselisihan yang tak berujung, dan jangan harap engkau bisa hidup dengan tenang saat itu. Orang macam apa ini? Ini adalah seseorang yang tidak bernalar dan suka membuat masalah, dan mereka yang melakukannya dianggap sebagai orang-orang jahat" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (26)"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa ketika orang yang memiliki kemanusiaan dan nalar dihadapkan pada hal-hal yang tidak menyenangkan atau ketika orang lain menunjukkan masalah mereka, meskipun mereka mungkin tidak menerimanya pada saat itu, mereka kemudian dapat menerima bahwa hal itu adalah dari Tuhan dan tunduk, serta mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah mereka. Namun, orang-orang yang merepotkan dan tak masuk akal, yang memiliki watak yang bengis, serta tidak memiliki kemanusiaan dan tidak bernalar, mereka akan marah dan merajuk hanya karena ketidaksenangan kecil, melampiaskan ketidakpuasan mereka. Mereka sama sekali tidak menerima diri mereka dipangkas. Sebaliknya, mereka menggunakan berbagai kekeliruan untuk melakukan serangan balik dan bahkan membalas dendam. Membandingkan hal ini dengan perilaku Xiao Li, aku melihat bahwa Xiao Li adalah orang yang seperti itu. Dia selalu ingin orang di sekitarnya menjadikannya pusat perhatian, dan menjadi gampang marah, sangat kesal, dan memarahi orang lain karena ketidaksenangan sekecil apa pun, mengekang para saudari. Mereka takut mengatakan atau melakukan hal yang salah yang akan membuatnya kesal. Ketika pemimpin tim Li Mei menunjukkan masalah dirinya, dia tidak menerimanya, dan bahkan berpendapat bahwa tuntutan Li Mei terlalu tinggi dan bahwa dia tidak mengizinkannya untuk memperlihatkan kerusakan. Dia mencampuradukkan yang benar dan yang salah dan mengganggu kehidupan bergereja. Dalam pertemuan, Li Mei dan Luo Lan menggunakan firman Tuhan untuk merenungkan kerusakan mereka sendiri, dan meskipun hal-hal ini bersentuhan dengan masalah Xiao Li, apa yang mereka katakan adalah fakta. Orang yang berakal sehat seharusnya menangani segala sesuatunya dengan benar, tetapi Xiao Li menangis dan terus membuat keributan karena hal-hal ini bersentuhan dengan reputasinya. Dia berkata bahwa para saudari mengucilkan dirinya, dan bahkan berkata bahwa mereka seharusnya segera melaporkannya, memberhentikan atau mengeluarkannya, menyebabkan para saudari merasa terkekang olehnya, dan tidak berani membuka diri dan mempersekutukan keadaan mereka dalam pertemuan, dan di mana mereka tidak dapat berfokus pada tugas mereka. Setiap kali setelah merajuk, Xiao Li akan berbicara tentang mengenal dirinya sendiri dan meminta maaf kepada para saudari, dan sepertinya dia mampu menerima kebenaran. Namun setiap kali terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan atau yang mengancam reputasinya, dia akan langsung memperlihatkan sikapnya yang gampang marah dan melampiaskan ketidakpuasannya, membantah, dan menolak untuk berubah meskipun sudah berulang kali diberi persekutuan. Jelas bahwa Xiao Li sama sekali tidak menerima kebenaran. Dia sedang merugikan para saudari dan mengganggu kehidupan bergereja tanpa bertobat sama sekali. Sebaliknya, dia akan menyerang balik, mengatakan bahwa perlakuan para saudari yang tidak adil dan pengucilan mereka terhadapnya adalah yang menyebabkannya bersikap gampang marah, seolah-olah sikapnya yang gampang marah itu dipicu oleh orang lain, dan bukan masalahnya sendiri. Dia benar-benar sangat merepotkan dan tak masuk akal serta tidak bernalar! Di masa lalu, aku mengira Xiao Li sekadar masih muda, semaunya, dan congkak, bahwa dia memiliki watak rusak yang parah, dan bahwa perenungan dirinya yang penuh air mata membuatnya tampak seolah-olah dia mampu menerima kebenaran dan berubah dengan diberi lebih banyak persekutuan dan bantuan yang penuh kasih. Namun melalui pengungkapan firman Tuhan, aku menyadari bahwa Xiao Li sangat merepotkan dan tak masuk akal, memiliki watak yang bengis, bahwa dia tidak menerima kebenaran dan muak akan kebenaran. Ini bukan sekadar kerusakan. Meskipun dia belum melakukan kejahatan besar apa pun, orang seperti itu bagaikan bom waktu yang bisa meledak kapan saja, dan mempertahankannya di dalam tim hanya akan menunda pekerjaan serta mengganggu kehidupan bergereja. Dia harus segera disingkapkan dan diberhentikan. Persis seperti apa yang Tuhan ungkapkan tentang orang-orang yang menyusahkan dan tak masuk akal: "Meskipun orang-orang ini mungkin tidak melakukan tindakan kejahatan yang besar, mereka sama sekali tidak menerima kebenaran. Dilihat dari esensi natur mereka, mereka bukan saja tidak memiliki hati nurani dan nalar, tetapi mereka juga tidak bernalar, suka membuat masalah, dan tidak rasional. Dapatkah orang-orang semacam itu memperoleh keselamatan dari Tuhan? Sama sekali tidak! Mereka yang sama sekali tidak menerima kebenaran adalah para pengikut yang bukan orang percaya, mereka adalah hamba-hamba Iblis. ... Mengeluarkan mereka yang tidak bernalar, suka membuat masalah, dan tidak bisa diajak berpikir dari gereja adalah tindakan yang benar-benar tepat. Ini pada dasarnya menghentikan gangguan mereka terhadap gereja dan umat pilihan Tuhan. Ini adalah tanggung jawab para pemimpin dan pekerja" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (26)"). Jika Xiao Li tetap tidak bertobat dan terus mengacaukan setelah diberhentikan, dia harus dikeluarkan dari gereja. Aku tidak mengidentifikasi esensi orang berdasarkan firman Tuhan tetapi memandang mereka berdasarkan gagasan dan imajinasiku. Aku begitu bingung!
Kemudian, aku berpikir, "selain tidak mampu mengidentifikasi esensi orang berdasarkan kebenaran dalam menangani Xiao Li, aku juga tidak mampu membedakan apa artinya membuka diri dan menceritakan yang sebenarnya tentang diri sendiri dengan cara yang normal, dan apa yang artinya menggunakan persekutuan sebagai dalih untuk pamer sambil menyerang orang lain. Aku benar-benar disesatkan oleh air mata dan pengenalan diri Xiao Li." Aku kemudian membaca firman Tuhan mengenai masalah ini: "Ketika orang-orang jahat bersekutu tentang masalah dan menelaah masalah tersebut, mereka selalu memiliki niat serta tujuan, dan itu selalu ditujukan kepada seseorang. Mereka tidak menelaah atau mengenal diri mereka sendiri, juga tidak membuka diri dan menceritakan yang sebenarnya tentang diri mereka untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri—sebaliknya, mereka memanfaatkan kesempatan untuk menyingkapkan, menelaah, dan menyerang orang lain. Mereka sering memanfaatkan persekutuan tentang mengenal diri mereka untuk menelaah serta mengutuk orang lain, dan dengan cara mempersekutukan firman Tuhan dan kebenaran, mereka menyingkapkan, meremehkan, dan menjelek-jelekkan orang lain. ... Ketika mempersekutukan kebenaran, mengapa orang-orang jahat ini tidak menyingkapkan atau menelaah diri mereka sendiri, tetapi justru selalu menargetkan dan menyingkapkan orang lain? Mungkinkah itu karena mereka sebenarnya tidak memperlihatkan kerusakan, atau karena mereka tidak memiliki watak yang rusak? Tentu saja tidak. Jadi, mengapa mereka bersikeras menargetkan orang lain untuk disingkapkan dan ditelaah? Apa tepatnya yang ingin mereka capai? Pertanyaan ini memerlukan pemikiran yang mendalam. Orang-orang sedang melakukan yang seharusnya jika mereka menyingkapkan perbuatan jahat orang-orang jahat yang mengganggu gereja. Namun sebaliknya, orang-orang ini menyingkapkan dan menyiksa orang-orang baik, dengan dalih mempersekutukan kebenaran. Apa niat dan tujuan mereka? Apakah mereka sangat marah karena mereka melihat bahwa Tuhan menyelamatkan orang-orang baik? Itulah yang sebenarnya terjadi. Tuhan tidak menyelamatkan orang-orang jahat, jadi orang-orang jahat membenci Tuhan dan orang-orang baik—semua ini cukup wajar. Orang-orang jahat tidak menerima atau mengejar kebenaran; mereka sendiri tidak dapat diselamatkan, tetapi mereka menyiksa orang-orang baik yang mengejar kebenaran dan dapat diselamatkan. Apa masalahnya di sini? Jika orang-orang ini mengenal diri mereka sendiri dan memiliki kebenaran, mereka dapat membuka diri dan bersekutu, tetapi mereka selalu menargetkan dan memprovokasi orang lain—mereka selalu memiliki kecenderungan menyerang orang lain—dan mereka selalu menjadikan orang-orang yang mengejar kebenaran sebagai musuh yang mereka bayangkan. Inilah ciri orang jahat. Mereka yang mampu melakukan kejahatan seperti itu adalah para setan dan Iblis sejati, antikristus yang khas dan harus dibatasi, dan jika mereka melakukan banyak kejahatan, mereka harus segera ditangani; usir mereka dari gereja. Semua orang yang menyerang dan mengucilkan orang baik adalah orang-orang yang memberi pengaruh buruk. Mengapa Aku menyebut mereka orang-orang yang memberi pengaruh buruk? Karena mereka cenderung memicu perselisihan dan konflik yang tidak perlu di dalam gereja, yang menyebabkan keadaan di sana menjadi makin parah. Mereka menargetkan satu orang di suatu hari dan orang lain di hari berikutnya, serta mereka selalu menargetkan orang lain, yaitu mereka yang mencintai dan mengejar kebenaran. Hal ini cenderung mengganggu kehidupan bergereja dan memengaruhi kebiasaan makan dan minum firman Tuhan oleh umat pilihan Tuhan, serta memengaruhi persekutuan normal mereka tentang kebenaran" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (15)"). "Untuk hidup dalam kemanusiaan yang normal, bagaimana seharusnya orang terbuka dan membuka dirinya? Dengan terbuka tentang perwujudan watak mereka yang rusak, membiarkan orang lain melihat kenyataan hati mereka yang sebenarnya, lalu, dengan berdasarkan firman Tuhan, mereka menganalisis dan mengetahui esensi masalahnya, serta dengan segenap hati membenci diri mereka sendiri. Saat mereka membuka diri, mereka tidak boleh berusaha membenarkan diri atau berusaha membela diri sendiri, sebaliknya, mereka hanyalah harus menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Tentang Kerja Sama yang Harmonis"). Dengan merenungkan firman Tuhan, aku memahami bahwa membuka diri dan menceritakan yang sebenarnya tentang diri sendiri secara normal berarti bahwa melalui penyingkapan firman Tuhan, orang benar-benar memahami kerusakan mereka sendiri dan esensi dari masalah mereka, mampu menelaah watak rusak mereka, dan dari perkataan mereka, orang lain dapat merasakan kebencian mereka terhadap diri mereka sendiri. Persekutuan semacam itu membantu orang memahami kebenaran dan bermanfaat bagi mereka. Namun, beberapa orang menggunakan dalih untuk membuka diri dan menyampaikan persekutuan dalam pertemuan, tetapi tidak benar-benar memahami diri mereka sendiri, dan sebaliknya, mereka menyingkapkan masalah orang lain, memutarbalikkan fakta, dan menyerang orang lain, menyebabkan perselisihan, membuat hubungan menjadi rumit dan tegang, membuat orang tidak dapat bergaul secara normal, dan mengganggu kehidupan bergereja. Orang semacam itu adalah orang yang perkataan dan tindakannya berpengaruh buruk pada orang lain. Aku teringat kembali pada perilaku Xiao Li dalam pertemuan itu. Dia tampaknya mengetahui kemanusiaannya yang buruk dan sikapnya yang gampang marah, tapi dia tidak menelaah kerusakannya, sama sekali tidak merenungkan masalah yang ditunjukkan oleh para saudari, dan tidak benar-benar memahami wataknya yang congkak dan bengis. Sebaliknya, dia berkata sikapnya yang gampang marah itu disebabkan oleh orang lain yang mengucilkan dan mengisolasi dirinya. Persekutuan yang disampaikannya memiliki kecenderungan memengaruhi orang lain, mencoba membuat orang lain melihat bahwa bukan hanya dia yang memiliki kerusakan tetapi para saudari juga bermasalah, menyesatkan orang lain agar menganggap Luo Lan dan Li Mei sedang bersekongkol untuk mengucilkan dan mengisolasi dirinya, menggambarkan dirinya sebagai korban. Sebenarnya, Luo Lan dan Li Mei tidak mengucilkannya sama sekali, mereka justru menjaganya. Bahkan dengan memangkas dan menunjukkan masalah dirinya, mereka membantunya untuk mengenal dirinya sendiri. Namun, Xiao Li tidak mengerti sama sekali, dan untuk melindungi reputasi dan statusnya, dia memutarbalikkan fakta, menyerang orang lain, dan menimbulkan masalah, menyebabkan para saudari terganggu dan tidak dapat berfokus pada tugas mereka. Sebelumnya, Aku tidak mampu mengidentifikasi cara Xiao Li dalam menyerang orang lain atau wataknya yang jahat. Ketika aku melihatnya menangis dan mengenal dirinya sendiri serta mengungkapkan kesediaannya untuk bertobat, kupikir dia mampu menerima kebenaran dan bahwa aku harus mengandalkan kasih untuk bersekutu dengannya dan membantunya. Baru pada saat itulah aku melihat bahwa perspektifku tidak sesuai dengan kebenaran.
Aku membaca bagian lain dari firman Tuhan yang menyingkapkan antikristus, yang memberiku kemampuan untuk mengidentifikasi pengenalan diri yang salah. Tuhan berfirman: "Jika orang seperti ini melakukan kesalahan, kemudian menangis setelah dipangkas dan dikritik oleh saudara-saudarinya, di permukaan mereka mengaku berutang kepada Tuhan, dan berjanji akan bertobat, beranikah engkau memercayai mereka? (Tidak.) Kenapa tidak? Bukti yang paling meyakinkan adalah bahwa mereka biasa berbohong! Sekalipun mereka tampak bertobat, menangis tersedu-sedu, memukul dada, dan bersumpah, janganlah memercayai mereka, karena mereka meneteskan air mata buaya, air mata untuk menipu orang. Kata-kata sedih dan penuh penyesalan yang mereka ucapkan tidak tulus; itu adalah taktik licik yang dirancang untuk mendapatkan kepercayaan orang melalui cara-cara curang. Di depan orang, mereka menangis tersedu-sedu, mengakui kesalahan, bersumpah, dan menyatakan pendirian mereka. Namun, orang yang memiliki hubungan baik dengan mereka secara pribadi, yang relatif mereka percaya, menyampaikan cerita yang berbeda tentang mereka. Walaupun secara terbuka mengakui kesalahan dan bersumpah untuk berubah mungkin tampak tulus di permukaan, apa yang mereka katakan secara diam-diam membuktikan bahwa perkataan mereka sebelumnya tidaklah jujur melainkan palsu, dirancang untuk mengelabui lebih banyak orang. Apa yang akan mereka katakan secara diam-diam? Apakah mereka akan mengakui bahwa perkataan mereka sebelumnya palsu? Tidak, mereka tidak akan melakukannya. Mereka akan menyebarkan hal-hal negatif, berdalih, dan membenarkan diri sendiri. Pembenaran dan dalih ini menegaskan bahwa pengakuan, pertobatan, dan sumpah mereka semuanya palsu, dimaksudkan untuk menipu orang lain. Dapatkah orang seperti itu dipercaya? Bukankah ini kebiasaan berbohong? Mereka bahkan bisa membuat-buat pengakuan, meneteskan air mata palsu, berjanji untuk berubah, dan bahkan sumpah mereka adalah kebohongan. Bukankah ini natur setan?" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Lampiran Empat (Bagian Satu)). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa orang benar-benar bertobat bukanlah dengan sekadar berpura-pura menangis dan berbicara tentang mengenal diri sendiri, melainkan orang harus mampu menelaah dan memahami watak rusaknya sendiri, benar-benar membenci dirinya sendiri dan menolak cara-caranya yang jahat, dan setelah itu, memiliki kesaksian dalam hal menerapkan kebenaran. Meskipun Xiao Li menangis dan berkata bahwa dia menghargai reputasi dan status, dan bahwa dia adalah orang yang jahat, ketika dihadapkan dengan masalah, dia tetap saja bersikap gampang marah dan terpaku pada orang dan hal-hal serta menemukan berbagai argumen yang diputarbalikkan untuk membenarkan dirinya sendiri, tidak memperlihatkan pertobatan yang tulus. Pemahamannya salah dan dibuat karena tak punya pilihan lain. Dia takut saudara-saudari akan mengenalinya sebagai orang jahat dan dia akan dikeluarkan dari gereja, kehilangan kesempatannya untuk diselamatkan, membuatnya tak punya pilihan selain menangis dan mengenal dirinya sendiri di hadapan saudara-saudari sebagai upaya untuk mendapatkan simpati mereka. Pengetahuannya munafik, menyesatkan, dan menipu.
Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Bagaimana seharusnya manusia yang mengejar kebenaran memandang orang lain? Pandangan mereka terhadap orang dan hal-hal, serta perilaku dan tindakannya, semuanya harus didasarkan pada firman Tuhan, dengan kebenaran sebagai standarnya. Jadi, bagaimana engkau memandang masing-masing orang berdasarkan firman Tuhan? Perhatikan apakah mereka memiliki hati nurani dan nalar, orang yang baik atau orang yang jahat. Dalam interaksimu dengannya, engkau mungkin melihat bahwa meskipun mereka memiliki kekurangan dan kelemahan kecil, kemanusiaan mereka cukup baik. Mereka bertoleransi dan sabar dalam berinteraksi dengan orang lain, dan ketika seseorang sedang dalam keadaan yang negatif dan lemah, mereka mengasihinya dan mampu membekali dan membantunya. Seperti itulah sikap mereka terhadap orang lain. Lalu, bagaimana sikapnya terhadap Tuhan? Dalam sikapnya terhadap Tuhan, kita dapat menilai dengan lebih baik apakah mereka memiliki kemanusiaan atau tidak. Mungkin dengan semua yang Tuhan lakukan, mereka tunduk, mencari, dan mendambakannya, serta dalam proses melaksanakan tugasnya dan interaksinya dengan orang lain—ketika mereka bertindak—mereka memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka bukanlah pemberani, bertindak secara berlebihan, dan bukan orang yang bersedia melakukan dan mengatakan apa pun. Ketika terjadi sesuatu yang melibatkan Tuhan atau pekerjaan-Nya, mereka sangat berhati-hati. Setelah engkau memastikan bahwa mereka memiliki semua sikap ini, berdasarkan hal-hal yang diperlihatkan dari sisi kemanusiaannya, bagaimana caranya engkau menilai apakah orang itu baik atau jahat? Nilailah berdasarkan firman Tuhan. Ukurlah berdasarkan apakah mereka berhati nurani dan bernalar, serta berdasarkan sikapnya terhadap kebenaran dan terhadap Tuhan" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (3)"). Aku melihat bahwa cara Tuhan mengukur apakah seseorang itu baik atau jahat terutama didasarkan pada kemanusiaan orang tersebut dan sikap mereka terhadap kebenaran, apakah kemanusiaan mereka baik, apakah mereka mampu bertoleransi dan bersabar ketika perkataan atau tindakan orang lain memengaruhi mereka, apakah mereka tunduk dan takut akan Tuhan, dan apakah mereka mampu mencari maksud Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran ketika menghadapi masalah. Ini bukanlah tentang seberapa banyak mereka terlihat mengenal diri mereka di dalam perkataannya, melainkan bagaimana sebenarnya cara mereka menjalani hidup. Namun, aku tidak menilai orang atau situasi berdasarkan firman Tuhan, dan secara keliru yakin jika seseorang menangis dan terlihat mengenal dirinya sendiri, Itu berarti mereka mampu menerima kebenaran dan benar-benar bertobat. Aku memperlakukan orang jahat yang menyusahkan dan tak masuk akal sebagai saudara-saudari sejati, dan ingin mengandalkan kasih untuk membantu dan mendukung orang itu. Aku benar-benar buta dan sangat bingung! Kupikir kurangnya kerja sama yang harmonis di antara orang-orang disebabkan karena kedua belah pihak tidak mengenal diri mereka sendiri dan terpaku pada orang dan hal-hal, dan bahwa hanya dengan mengetahui dan merenungkan masalahnya sendiri akan menyelesaikan hal ini. Ini hanyalah gagasan dan imajinasiku sendiri. Jika pihak lain adalah orang yang jahat atau pengikut yang bukan orang percaya, maka orang-orang seperti itu sama sekali tidak menerima kebenaran dan tidak akan mengenal diri mereka sendiri, jadi bagaimana mungkin ada kerja sama yang harmonis dengan orang-orang semacam itu? Membuat kedua belah pihak merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri hanyalah mengabaikan masalahnya, dan hanya dapat memperburuk keadaan, menyebabkan gangguan pada kehidupan bergereja, dan merugikan kehidupan saudara-saudari. Menyadari hal ini, aku segera melaporkan perilaku Xiao Li yang konsisten kepada para pemimpin, dan para pemimpin kemudian setuju bahwa berdasarkan prinsip, dia perlu disingkapkan dan diberhentikan. Setelah Xiao Li diberhentikan, kehidupan bergereja dari tim tersebut kembali normal, dan saudara-saudari dapat berfokus pada tugas mereka, yang menghasilkan beberapa peningkatan dalam efisiensi dan efektivitas pekerjaan mereka. Setelah pengalaman ini, Aku benar-benar menyadari bahwa menilai orang dan situasi berdasarkan firman Tuhan adalah satu-satunya jalan untuk melakukan penerapan!