27. Takut Memikul Tanggung Jawab Menyingkapkan Sifat Egois dan Tercelaku
Pada tahun 2023, aku melaksanakan tugas tulis-menulis di gereja. Pada bulan Juni, pengawas Yang Feng memberitahuku bahwa para pemimpin berencana menugaskannya untuk melaksanakan tugas di lokasi lain dan aku akan diangkat menjadi pengawas. Setelah mendengar hal ini, aku langsung merasa kewalahan, berpikir, "Aku dijadikan pengawas? Bagaimana bisa itu terjadi! Sejak aku menemukan Tuhan dan mulai melaksanakan tugas, aku selalu hanya menjadi anggota biasa di gereja. Aku tidak pernah menjadi pengawas. Para pengawas memiliki banyak tanggung jawab dan ruang lingkup pekerjaan yang luas. Mereka tidak hanya bertanggung jawab atas pekerjaan profesional, tetapi mereka juga harus menyelesaikan keadaan saudara-saudari dan mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam pekerjaan. Ini jauh lebih rumit daripada pekerjaan anggota biasa. Biasanya, aku tidak pandai berkomunikasi dengan orang, dan aku tidak memiliki kebijaksanaan. Ada juga banyak hal tentang pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang pengawas yang tidak kupahami atau tidak tahu cara melakukannya. Bukankah tugas ini terlalu berat bagiku? Selain itu, tanggung jawab seorang pengawas jauh lebih serius daripada anggota biasa. Ketika aku baru mulai melaksanakan tugas tulis-menulis, ada seorang pengawas yang tidak menyaring artikel sesuai prinsip dan selalu membuang artikel kesaksian berdasarkan pengalaman saudara-saudari sesuka hatinya. Hal ini mengacaukan serta mengganggu pekerjaan, dan mengakibatkan dia diberhentikan. Jika aku yang melaksanakan tugas ini, dan hasilnya buruk atau jika ada masalah yang muncul, aku harus bertanggung jawab. Kemungkinan terbaiknya, aku hanya akan dipangkas, tetapi kemungkinan terburuknya, jika pekerjaan kacau dan terganggu, aku mungkin akhirnya dikeluarkan dari gereja. Jika itu terjadi, masa depan dan takdirku akan berakhir!" Makin kupikirkan, makin aku merasa tugas ini sulit dilaksanakan, jadi aku memberi tahu Yang Feng, "Aku tidak bisa melaksanakan tugas ini. Bisakah kita memindahkan seorang pengawas dari tempat lain saja?" Yang Feng berkata bahwa mereka belum menemukan orang yang cocok pada saat itu. Aku menyadari bahwa situasi ini telah diizinkan oleh Tuhan, dan aku salah jika ingin menolaknya tanpa memiliki sikap tunduk. Jadi, aku memutuskan untuk tunduk terlebih dahulu. Meskipun aku setuju untuk menerima tugas sebagai pengawas, ketika mengingat bahwa di luar pekerjaan profesional, aku tidak banyak terlibat dalam pekerjaan lainnya, aku merasakan banyak tekanan dan tidak tahu bagaimana harus melakukan pekerjaan ini ke depannya, serta hanya berharap para pemimpin akan menugaskan orang lain untuk menggantikanku sebagai pengawas.
Selanjutnya, aku mulai bertanya-tanya, "Aku belum pernah melaksanakan tugas ini sebelumnya, dan banyak hal tentang tugas ini yang belum kupahami, jadi mengapa Tuhan mengatur situasi ini untukku? Bagaimana aku harus menyikapi ini?" Saat aku merenungkan hal-hal ini, satu bagian dari firman Tuhan tiba-tiba terlintas dalam pikiranku: "Ketika sebagian orang baru saja dipromosikan, mereka tidak tahu tugas apa yang harus dilaksanakan atau bagaimana melaksanakannya, dan mereka sedikit bingung. Ini adalah hal yang wajar; siapa yang sejak lahir sudah mampu melakukan segalanya? Jika engkau mampu melakukan segalanya, engkau pasti akan menjadi orang yang paling congkak dan sombong, dan tidak akan menyerah kepada siapa pun—jika demikian, masihkah engkau dapat menerima kebenaran? Jika engkau dapat melakukan segalanya, apakah engkau masih akan bergantung pada Tuhan dan memandang-Nya? Apakah engkau masih akan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah kerusakanmu sendiri? Tentu saja tidak. Sebaliknya, engkau akan menjadi congkak dan sombong serta menempuh jalan antikristus, engkau akan berjuang untuk mendapatkan kekuasaan dan status, serta tidak akan mengalah kepada siapa pun, dan engkau akan menyesatkan dan menjerat orang, serta mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja—jika demikian, apakah engkau masih dapat dipakai oleh rumah Tuhan? Jika engkau tahu bahwa engkau memiliki banyak kekurangan, engkau harus belajar untuk taat dan tunduk, serta melaksanakan berbagai tugas dengan baik sesuai dengan tuntutan rumah Tuhan; ini akan memungkinkanmu untuk secara perlahan mencapai tahap di mana engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan cara yang memenuhi standar" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (5)"). Firman Tuhan langsung membawa terang ke hatiku, dan aku mulai sedikit lebih memahami maksud Tuhan. Aku menyadari bahwa cara pandangku salah. Aku pikir hanya mereka yang tahu segalanya dan yang bisa melakukan semuanya yang memenuhi syarat untuk dipromosikan untuk tugas pengawas. Padahal, rumah Tuhan telah mempromosikan dan membina banyak orang, dan tidak semua dari mereka sudah mengerti semuanya ketika mereka memulai, tetapi melalui latihan bertahap, sedikit demi sedikit mereka pun memahami prinsip-prinsip. Tidak memahami atau mengetahui segala hal saat memulai tugas baru adalah hal yang wajar, dan aku harus memiliki sikap yang benar terhadap hal ini. Kalau diingat-ingat, bukankah selama ini aku juga seperti itu dalam melaksanakan tugasku? Apa pun tugas yang kulaksanakan, aku tidak mengerti apa-apa ketika pertama kali mulai berlatih, tetapi aku ditugaskan untuk berlatih karena aku mampu memahami beberapa prinsip. Kemudian, berkat pencerahan dari Tuhan dan bantuan saudara-saudariku, juga melalui beberapa pengalaman gagal, disingkapkan, serta dengan merangkum dan merenung, sedikit demi sedikit, aku mulai mengerti dan memahami beberapa prinsip. Kali ini, gereja telah mengatur agar aku melaksanakan tugas sebagai pengawas, dan meskipun awalnya aku tidak akan tahu bagaimana melaksanakannya serta juga akan mengalami beberapa kesulitan, itu hal yang sangat biasa, aku hanya harus memulainya dengan tunduk dan mengandalkan Tuhan dalam berlatih. Dari firman Tuhan, aku juga menyadari bahwa, banyaknya kekuranganku dalam tugas ini bisa membantuku untuk tetap rendah hati, dan ketika menghadapi masalah, aku bisa lebih sering mencari pendapat orang lain, untuk menghindarkanku dari bersikap congkak, sombong, dan berpegang pada pandangan sendiri, yang akan mengganggu dan mengacaukan tugas-tugasku. Karena aku cukup congkak dan mengira bahwa aku memiliki kecerdasan dan kualitas, serta memahami beberapa prinsip kebenaran, aku terus meremehkan orang lain. Ketika aku menghadapi pendapat yang berbeda, aku berpikir akulah yang benar, dan karena itu, aku sering berpegang pada pandangan sendiri. Hal ini telah mengganggu dan mengacaukan pekerjaan, bahkan hampir membuatku diberhentikan. Jika aku tahu dan bisa melakukan segalanya, aku pasti akan cenderung bertindak berdasarkan watak congkakku. Namun kali ini, dalam tugas sebagai pengawas, aku memiliki kekurangan dalam banyak hal, dan tidak bisa bertindak congkak sekalipun menginginkannya. Sebenarnya, ini adalah perlindungan bagi diriku.
Kemudian, aku membaca satu bagian lain dari firman Tuhan: "Ketika rumah Tuhan mempromosikan dan membina orang untuk menjadi pemimpin, rumah Tuhan memberi mereka beban yang lebih besar untuk melatih mereka, membuat mereka bergantung pada Tuhan, dan membuat mereka berjuang untuk memperoleh kebenaran; hanya dengan cara demikianlah tingkat pertumbuhan mereka akan bertumbuh secepat mungkin. Semakin besar beban yang ditempatkan pada diri mereka, semakin besar tekanan yang mereka terima, dan semakin mereka dipaksa untuk mencari kebenaran dan bergantung pada Tuhan. Pada akhirnya, mereka akan mampu melakukan pekerjaan mereka dengan benar dan mengikuti kehendak Tuhan, dan dengan demikian mereka pun telah menempuh jalan yang benar untuk diselamatkan dan disempurnakan—ini merupakan hasil yang diperoleh ketika rumah Tuhan mempromosikan dan membina orang. Tanpa melaksanakan tugas spesifik ini, mereka tidak akan tahu apa yang kurang dari mereka, mereka tidak akan tahu bagaimana melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip, dan mereka tidak akan tahu apa artinya memiliki kenyataan kebenaran. Jadi, melakukan pekerjaan spesifik membantu mereka menemukan kekurangan mereka dan menyadari bahwa selain dari karunia yang mereka miliki, mereka tidak memiliki kenyataan kebenaran; membantu mereka merasakan betapa miskin dan menyedihkannya diri mereka, sehingga membuat mereka menyadari bahwa jika mereka tidak bergantung pada Tuhan dan mencari kebenaran, mereka tidak akan mampu melakukan pekerjaan apa pun; itu membuat mereka benar-benar mengenal diri mereka sendiri dan melihat dengan jelas bahwa jika mereka tidak mengejar kebenaran dan perubahan watak, tidak mungkin mereka layak untuk dipakai oleh Tuhan. Semua ini merupakan hasil yang harus dicapai ketika pemimpin dan pekerja dibina dan dilatih. Hanya dengan memahami aspek-aspek ini, orang dapat mengejar kebenaran dengan cara yang realistis, berperilaku rendah hati, memastikan untuk tidak akan lagi menyombongkan diri ketika melakukan pekerjaannya, secara konsisten meninggikan Tuhan dan memberikan kesaksian bagi Tuhan dalam melaksanakan tugasnya, dan masuk selangkah demi selangkah ke dalam kenyataan kebenaran. ... Makin banyak kesempatan untuk berlatih, makin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, makin luas wawasannya, dan makin cepat mereka akan bertumbuh. Namun, jika orang tidak melakukan pekerjaan kepemimpinan, mereka hanya akan menghadapi dan mengalami kehidupan dan pengalaman pribadi, hanya mengenali watak rusaknya sendiri, serta berbagai keadaan pribadi—semuanya hanya berhubungan dengan dirinya sendiri. Begitu mereka menjadi pemimpin, mereka menghadapi lebih banyak orang, lebih banyak peristiwa, dan lebih banyak lingkungan yang mendorong mereka untuk sering datang ke hadirat Tuhan untuk mencari prinsip-prinsip kebenaran. Bagi mereka, orang, peristiwa, dan hal-hal ini tanpa disadari membentuk beban, dan secara alami juga menciptakan kondisi yang sangat menguntungkan bagi jalan masuk mereka ke dalam kenyataan kebenaran, dan ini merupakan hal yang baik. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kualitas, memikul beban, dan memiliki kemampuan kerja akan masuk secara perlahan sebagai orang percaya biasa, tetapi akan masuk lebih cepat sebagai seorang pemimpin atau pekerja" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (5)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mulai sedikit memahami tentang pentingnya rumah Tuhan mempromosikan dan membina orang-orang. Promosi dan pembinaan di rumah Tuhan tidak dilakukan untuk menyingkapkan atau menyingkirkan orang, melainkan untuk memberikan beban dan menyediakan lebih banyak kesempatan bagi mereka untuk berlatih. Dengan tanggung jawab yang lebih besar, masalah-masalah yang ditemui dalam pekerjaan bertambah, dan pemangkasan, kemunduran, serta kegagalan juga akan lebih sering terjadi. Mungkin tampaknya daging harus menanggung penderitaan, tetapi justru melalui situasi seperti inilah Tuhan menolong kita mengenali watak rusak kita, menemukan kekurangan dan kelemahan kita, serta mendorong kita untuk lebih mengandalkan-Nya dan mencari kebenaran. Hal ini berguna untuk kita memahami diri sendiri, memasuki kenyataan kebenaran, dan mencapai keselamatan. Jika kita hanya mengalami sedikit hal dan tidak menghadapi kesulitan apa pun, maka penyingkapan watak rusak kita juga sangat sedikit, sehingga membuat kita sulit melihat dengan jelas kekurangan kita, membatasi pemahaman akan watak rusak kita, dan memperlambat pertumbuhan kita dalam segala aspek. Makin kupikirkan, makin aku menyadari bahwa promosi dan pembinaan seseorang di rumah Tuhan mengandung maksud Tuhan yang sangat besar. Gereja mengaturku untuk melaksanakan tugas sebagai pengawas bukan untuk sengaja mempersulitku, bukan pula untuk menyingkapkan atau menyingkirkanku, melainkan supaya aku bisa lebih banyak berlatih, agar lebih cepat masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan juga melaksanakan tugasku dengan lebih baik. Namun, aku tidak memahami maksud Tuhan dan masih saja mengeluh serta menentang. Aku benar-benar tidak memiliki kemanusiaan dan nalar!
Kemudian, aku berpikir lebih dalam lagi, "Mengapa aku enggan menerima tugas sebagai pengawas? Selain memiliki pandangan yang keliru, watak rusak apa lagi yang tersembunyi di balik ini?" Dalam perenunganku, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Ada orang-orang yang takut bertanggung jawab saat melaksanakan tugas mereka. Jika gereja memberi mereka tugas, pertama-tama mereka akan mempertimbangkan apakah pekerjaan itu menuntut mereka untuk bertanggung jawab atau tidak, dan jika ya, mereka tidak akan menerima tugas itu. Syarat mereka untuk melaksanakan tugas adalah, pertama, tugas itu harus ringan; kedua, tugas itu tidak menyibukkan atau melelahkan; dan ketiga, apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak perlu bertanggung jawab. Hanya tugas semacam itulah yang mau mereka lakukan. Orang macam apakah ini? Bukankah ini orang yang licin dan licik? Mereka tidak mau memikul tanggung jawab sekecil apa pun. Mereka bahkan takut dedaunan akan menghancurkan tengkorak mereka saat berguguran dari pohon. Tugas apa yang mampu dilaksanakan oleh orang semacam ini? Apa gunanya mereka berada di rumah Tuhan? Pekerjaan rumah Tuhan ada kaitannya dengan pekerjaan melawan Iblis dan penyebaran Injil Kerajaan. Tugas apa yang tidak memerlukan tanggung jawab? Apakah menurutmu menjadi seorang pemimpin mengandung tanggung jawab? Bukankah tanggung jawab mereka lebih besar, dan bukankah mereka harus lebih bertanggung jawab? Terlepas dari apakah engkau memberitakan Injil, bersaksi, membuat video, dan sebagainya—pekerjaan apa pun yang kaulakukan—selama itu berkaitan dengan prinsip kebenaran, itu mengandung tanggung jawab. Jika engkau melaksanakan tugasmu tanpa prinsip, itu akan memengaruhi pekerjaan rumah Tuhan, dan jika engkau takut bertanggung jawab, berarti engkau tidak mampu melaksanakan tugas apa pun. Apakah orang yang takut bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya adalah pengecut, atau apakah ada masalah dengan watak mereka? Engkau harus bisa membedakannya. Sebenarnya ini bukan masalah kepengecutan. Jika orang itu mengejar kekayaan atau melakukan sesuatu untuk kepentingannya sendiri, mengapa dia bisa begitu berani? Dia mau mengambil risiko apa pun. Namun, ketika dia melakukan sesuatu untuk gereja, untuk rumah Tuhan, dia sama sekali tak mau mengambil risiko. Orang-orang semacam itu egois dan tercela, yang paling curang dari semuanya. ... Jika engkau melindungi dirimu sendiri setiap kali sesuatu menimpamu dan menyediakan jalan keluar, atau pintu belakang bagimu sendiri, apakah engkau sedang menerapkan kebenaran? Ini bukanlah menerapkan kebenaran—ini berarti bersikap licik. Sekarang ini engkau sedang melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan. Apa prinsip pertama melaksanakan tugas? Pertama-tama, engkau harus melaksanakan tugas dengan segenap hatimu, mengerahkan segenap upayamu, dan melindungi kepentingan rumah Tuhan. Ini adalah prinsip kebenaran, prinsip yang harus kauterapkan. Melindungi diri dengan menyediakan jalan keluar, pintu belakang bagi dirinya sendiri adalah prinsip penerapan yang diikuti orang-orang tidak percaya, dan merupakan falsafah tertinggi mereka. Mengutamakan diri sendiri dalam segala hal dan mendahulukan kepentingan sendiri di atas segalanya, tidak memikirkan orang lain, tidak ada kaitannya dengan kepentingan rumah Tuhan dan kepentingan orang lain, mengutamakan kepentingan sendiri dan kemudian memikirkan jalan keluar—bukankah seperti inilah orang tidak percaya itu? Seperti inilah tepatnya orang tidak percaya itu. Orang semacam ini tidak layak untuk melaksanakan tugas" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). Dari firman Tuhan, aku sadar bahwa dalam melaksanakan tugas, aku harus terlebih dahulu mempertimbangkan bagaimana mencurahkan hati serta kekuatanku dan menjunjung tinggi kepentingan gereja. Tuhan mengatakan bahwa jika manusia terus-menerus takut mengambil tanggung jawab, selalu merencanakan dan memikirkan kepentingan pribadinya, serta menolak dan menghindari tugasnya, maka mereka adalah orang-orang yang licik, egois, hina, dan tidak ada bedanya dengan orang-orang yang tidak percaya. Tuhan membenci dan jijik terhadap orang-orang semacam ini. Awalnya, aku berpikir bahwa karena aku belum pernah melaksanakan tugas sebagai pengawas dan tidak memiliki pengalaman adalah wajar bagiku untuk menolak tugas ini, dan ini bukanlah hal serius, tetapi sekarang aku menyadari bahwa ini hanyalah gagasan dan imajinasiku sendiri, yang tidak sesuai dengan kebenaran. Aku teringat saat pertama kali mendengar bahwa aku akan diangkat menjadi pengawas. Aku tidak merasa hal ini adalah pengangkatan dari Tuhan dan tidak memikirkan bagaimana untuk melaksanakan tugas ini dengan baik. Sebaliknya, yang pertama kali terpikir olehku adalah banyaknya tanggung jawab yang harus kutanggung sebagai seorang pengawas, jika aku tidak melaksanakannya dengan baik, aku akan dipangkas, dan jika aku menyebabkan kekacauan dan gangguan, masa depan serta takdirku bisa berakhir. Aku merasa bahwa aku akan lebih aman jika hanya menjadi anggota tim biasa, karena dengan demikian, aku tidak harus mengemban banyak tanggung jawab dan mengurangi risikoku untuk disingkapkan atau disingkirkan. Kemudian, meskipun aku menerima tugas ini, aku melaksanakannya dengan sangat enggan dan selalu berharap para pemimpin akan menemukan orang lain untuk menggantikanku. Aku teringat bagaimana ketika orang-orang tidak percaya berinteraksi, mereka selalu saling mewaspadai satu sama lain, selalu takut orang lain akan merugikan kepentingannya, sehingga mereka selalu berusaha menyimpan rencana rahasia. Namun, meskipun aku telah menemukan Tuhan dan melaksanakan tugasku, aku masih saja bersikap waspada terhadap Tuhan. Jika aku merasa bahwa tugas yang diatur untukku oleh gereja tidak mengancam masa depanku, maka aku bersedia membayar harga dan melaksanakannya. Namun begitu aku merasa bahwa tugas-tugas ini mungkin membawa risiko tertentu, aku tidak ingin melaksanakannya. Aku sering berkata bahwa aku harus mempertimbangkan maksud Tuhan, tetapi ketika dihadapkan pada tugas yang membutuhkan kerja samaku, aku hanya memikirkan masa depan dan takdirku sendiri. Aku menggunakan kurangnya pengalamanku sebagai alasan untuk menghindari tugas-tugasku, tanpa mempertimbangkan Tuhan sama sekali. Aku menyadari bahwa aku benar-benar egois, hina, licin, dan licik. Orang-orang yang tidak percaya mengutamakan kepentingan pribadi di atas segalanya, dan bukankah pikiran serta hal-hal yang kusingkapkan ini sama saja dengan mereka? Aku menyadari bahwa aku benar-benar tidak memiliki hati nurani dan akal sehat. Meskipun ada banyak hal yang tidak kumengerti sebagai pengawas, aku seharusnya berlatih dahulu dan melihat bagaimana hasilnya. Jika aku sudah melakukan yang terbaik tetapi masih tidak mampu melaksanakan tugasku dengan baik, maka aku tidak akan menyesal. Kemudian, Yang Feng membawaku berkeliling untuk mengenalkanku pada pekerjaan di berbagai kelompok. Pada awalnya, aku benar-benar bingung dan tidak tahu harus berbuat apa atau bagaimana cara melakukannya, tetapi kemudian, saat aku melakukannya sambil meraba-raba arah, aku pun menemukan jalan untuk maju.
Tidak lama kemudian, PKT kembali melakukan serangkaian penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang percaya, sehingga kami harus segera pindah karena tempat yang kami tinggali menjadi tidak aman. Situasi di tempat-tempat lain juga buruk. Para pemimpin tingkat atas meminta agar gereja-gereja di berbagai tempat menyediakan anggota berkualitas bagus untuk tugas tulis-menulis. Aku berpikir dalam hati, "Dalam situasi genting yang sedang kami hadapi sekarang, beberapa pekerjaan gereja sudah sulit untuk dilaksanakan. Jika orang-orang yang berkualitas akhirnya dipindahkan, bagaimana kami bisa berharap pekerjaan ini berjalan efektif ke depannya? Jika Yang Feng juga pergi pada saat yang kritis ini, maka akulah yang harus memikul tanggung jawab jika pekerjaan menjadi tidak efektif atau ada masalah yang muncul. Jika keadaan memburuk, aku bisa saja diberhentikan atau disingkirkan, dan kemudian tidak akan memiliki masa depan atau takdir yang baik." Ketika memikirkan ini, aku menyesal dahulu telah menerima tugas ini. Yang Feng kebetulan tidak bisa meninggalkan wilayah itu untuk sementara waktu karena alasan keamanan, dan aku berpikir, "Jika dia tidak pergi, maka dia tetap akan bertanggung jawab atas pekerjaan. Meskipun aku seorang pengawas, aku hanya akan menjadi seorang asisten. Jika memang terjadi masalah, para pemimpin akan tetap mencarinya." Pada saat itu, aku menggunakan kesibukanku dengan pekerjaan yang ada sebagai alasan dan tidak terlalu memperhatikan pekerjaan secara keseluruhan. Aku berpikir dalam hati, "Karena Yang Feng belum pergi, dia bisa menangani masalah apa pun yang muncul." Tidak lama kemudian, para pemimpin memahami keadaanku dan mengirimiku beberapa bagian dari firman Tuhan. Tuhan berfirman: "Seorang antikristus memandang berkat sebagai sesuatu yang lebih besar daripada surga, lebih besar daripada hidup, lebih penting daripada mengejar kebenaran, perubahan watak, atau keselamatan pribadi, dan lebih penting daripada melakukan tugas mereka dengan baik, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Mereka berpikir bahwa menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar, melakukan tugas mereka dengan baik dan diselamatkan, semua itu adalah hal-hal remeh yang hampir tidak layak disebutkan atau dikomentari, sedangkan mendapatkan berkat adalah satu-satunya hal di sepanjang hidup mereka yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Dalam apa pun yang mereka hadapi, sebesar atau sekecil apa pun, mereka menghubungkannya dengan diberkati, dan sangat berhati-hati dan penuh perhatian, serta selalu mencadangkan jalan keluar untuk diri mereka sendiri" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Dua Belas). "Khususnya, ada beberapa orang yang ketika diminta untuk bertanggung jawab atas pekerjaan tertentu, mereka tidak mempertimbangkan cara mereka dapat mempersembahkan kesetiaan mereka, atau cara melaksanakan tugas ini dan melaksanakan pekerjaan ini dengan baik. Sebaliknya, mereka mempertimbangkan caranya mengelak dari tanggung jawab, caranya menghindari pemangkasan, caranya agar tidak bertanggung jawab, dan caranya muncul tanpa merugi ketika masalah atau kesalahan terjadi. Mereka terlebih dahulu mempertimbangkan rute pelarian mereka sendiri dan cara memuaskan preferensi dan minat mereka sendiri, bukan cara melaksanakan tugas mereka dengan baik dan mempersembahkan kesetiaan mereka. ... Jadi, orang seperti apa yang melaksanakan tugasnya dengan cara ini? Apakah mereka orang-orang yang mengejar kebenaran? Pertama-tama, satu hal yang pasti: Orang-orang seperti ini tidak mengejar kebenaran. Mereka berusaha menikmati sejumlah berkat, menjadi terkenal, dan menjadi sorotan di rumah Tuhan, sama seperti ketika mereka bertahan hidup di masyarakat. Dari segi esensi, orang-orang seperti apakah mereka? Mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). "Jika orang tidak memahami kebenaran, tidak ada yang lebih sulit bagi mereka untuk melepaskan daripada kepentingan mereka sendiri. Itu karena falsafah hidup mereka adalah 'Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya' dan 'Manusia mati demi mendapatkan kekayaan sama seperti burung mati demi mendapatkan makanan'. Jelas, mereka hidup untuk kepentingan mereka sendiri. Orang mengira tanpa memiliki kepentingan mereka sendiri—jika mereka harus kehilangan kepentingan mereka—mereka tak akan mampu bertahan hidup. Ini seolah-olah kelangsungan hidup mereka tidak dapat dipisahkan dari kepentingan mereka sendiri, jadi kebanyakan orang buta terhadap segala hal kecuali kepentingan mereka sendiri. Mereka memandang kepentingan mereka sendiri lebih tinggi daripada apa pun, mereka hidup demi kepentingan mereka sendiri, dan meminta mereka untuk melepaskan kepentingan mereka sendiri adalah seperti meminta mereka untuk menyerahkan nyawa mereka" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Mengetahui Watak Orang adalah Landasan untuk Mengubahnya"). Tuhan mengungkapkan bahwa para antikristus menganggap menerima berkat sebagai tujuan dari percaya kepada Tuhan. Mereka tidak berupaya mengejar kebenaran dan mengaitkan segala sesuatu yang terjadi dengan penerimaan berkat. Untuk tugas-tugas tertentu yang diberikan gereja, mereka selalu takut mengambil tanggung jawab atau melakukan pelanggaran karena menunda-nunda pekerjaan, dan mereka selalu bersikap waspada terhadap Tuhan karena takut akan disingkirkan dan kehilangan kesempatan untuk menerima berkat. Perilaku mereka ini benar-benar jahat dan licik! Aku melihat bahwa perilakuku sama seperti seorang antikristus. Sejak aku ditugaskan sebagai pengawas, yang kupikirkan hanyalah bagaimana jika aku tidak melaksanakannya dengan baik, itu bisa merugikan pekerjaan, membuatku disingkapkan dan disingkirkan, lalu kehilangan kesempatan untuk menerima berkat. Yang kupikirkan bukanlah bagaimana supaya cepat membiasakan diri dengan pekerjaan atau bagaimana menyelesaikan berbagai masalah dalam pekerjaan. Aku hanya mempertimbangkan kepentingan pribadiku. Saat merenungkan perilakuku, aku menyadari bahwa aku telah dikendalikan oleh racun Iblis "Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya" Segala yang kulakukan dan katakan didasarkan pada prinsip kepentingan diri, dan aku benar-benar egois serta hina. Aku sangat menyadari bahwa ketika Yang Feng dialihtugaskan, tidak akan ada yang mengawasi pekerjaan tulis-menulis di beberapa gereja, dan pekerjaan itu akan terdampak, tetapi aku tetap mengkhawatirkan kepentingan pribadiku dan enggan menerima tugas ini. Meskipun aku telah membaca beberapa firman Tuhan dan memahami bahwa ketika gereja mempromosikan seseorang, maksud Tuhan adalah agar mereka berlatih dan memahami kebenaran, bukan untuk menyingkapkan dan menyingkirkan mereka, aku masih merasa tidak aman dan tidak memiliki keberanian untuk menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Terutama setelah penangkapan-penangkapan oleh PKT, pekerjaan menghadapi berbagai kesulitan, dan seseorang yang memiliki hati nurani serta nalar seharusnya dengan aktif menerima tanggung jawab. Namun yang kupikirkan hanyalah masa depanku sendiri dan bagaimana aku bisa menyelamatkan diri. Untuk menghindari tanggung jawab, aku menggunakan kesibukanku dengan pekerjaanku saat ini sebagai alasan untuk tidak berpartisipasi dalam pekerjaan secara keseluruhan. Aku bahkan berpikir bahwa karena Yang Feng berada dalam bahaya, dia tidak akan nyaman untuk melaksanakan tugas di tempat lain, jadi aku tidak perlu menjadi pengawas dan menempatkan diriku dalam bahaya. Aku hanya memikirkan kepentingan pribadiku dan sama sekali tidak mempertimbangkan pekerjaan gereja. Aku bahkan berharap buruk bagi orang lain dan menyingkapkan pikiran jahat. Bagaimana aku bisa mengatakan bahwa aku memiliki kemanusiaan? Aku menyadari bahwa aku hanya percaya kepada Tuhan untuk menerima berkat dan imbalan, bahkan ketika aku bisa melaksanakan beberapa tugas, aku masih saja mencoba tawar-menawar dengan Tuhan. Ketika benar-benar harus mengambil tanggung jawab, aku akan bersembunyi jauh-jauh. Di hatiku tidak ada ketulusan terhadap Tuhan atau tugasku! Hal-hal yang sering kukatakan seperti "Aku akan melaksanakan tugasku dengan baik dan mempertimbangkan maksud Tuhan" hanyalah kata-kata kosong. Aku hanya mengucapkan kata-kata manis untuk mencoba mendapatkan perkenanan Tuhan agar Dia memberiku tempat tujuan yang baik di masa depan. Bukankah aku sebenarnya sedang mencoba menipu dan memanfaatkan Tuhan? Aku menyadari bahwa aku tidak hanya egois dan hina, tetapi juga memiliki watak yang benar-benar jahat. Makin aku merenung, aku makin merasa bahwa hal-hal yang telah kusingkapkan ini menjijikkan dan dibenci oleh Tuhan. Aku memikirkan tingkat pertumbuhan dan pengalamanku yang terbatas, lalu menyadari bahwa Tuhan telah memberkatiku dengan memberikan kesempatan untuk berlatih melalui tugas sebagai pengawas, ini bertujuan agar aku bisa cepat memahami prinsip-prinsip dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Namun, aku tidak menghargai kesempatan yang Tuhan berikan kepadaku, dan aku tidak berpikir tentang bagaimana melaksanakan tugasku dengan baik dan membalas kasih Tuhan. Sebaliknya, aku menolak dan menghindari tugasku. Aku benar-benar tidak memiliki hati nurani dan nalar, serta tidak bisa membedakan yang baik dari yang buruk! Setelah menyadari hal ini, aku dipenuhi rasa bersalah dan merasa berutang dan aku ingin memanfaatkan kesempatan untuk belajar sebanyak mungkin dari Yang Feng selama dia masih di sini. Tidak lama kemudian, Yang Feng dan beberapa saudara-saudari ditangkap oleh polisi, dan seluruh pekerjaan menjadi tanggunganku. Meskipun ada beberapa tekanan, aku tahu bahwa aku tidak bisa lari dari situasi ini dan harus melaksanakan tugasku, jadi aku bekerja sama dengan saudara-saudari untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Suatu kali, aku menghapus sebuah artikel kesaksian pengalaman berdasarkan gagasan serta imajinasiku sendiri, dan para pemimpin tingkat atas mengirim surat untuk menindaklanjuti dan menyelidiki masalah ini. Aku berpikir, "Ini bukan masalah kecil. Ini mungkin tidak akan sekadar dipangkas, kemungkinan terburuknya, aku bahkan bisa diberhentikan." Aku merenungkan alasan terjadinya masalah ini sambil menunggu para pemimpin menanganinya. Para pemimpin mengetahui bahwa ini adalah kali pertama kami menghadapi masalah seperti ini, jadi mereka tidak meminta pertanggungjawaban dari kami, tetapi mereka mendorong kami untuk merenung dan merangkum lebih banyak. Pada saat itu, aku berpikir, "Tanggung jawab dalam tugas ini terlalu besar. Mengapa aku tidak langsung memberi tahu para pemimpin bahwa aku tidak bisa melaksanakan tugas ini dan meminta untuk diberikan tugas lain yang tanggung jawabnya lebih ringan?" Sambil memikirkan ini, aku menyadari bahwa pikiran ini salah dan aku teringat firman Tuhan ini: "Apakah engkau percaya bahwa Tuhan memeriksa segala sesuatu? Semua orang melakukan kesalahan. Jika seseorang yang niatnya benar belum punya pengalaman dan belum pernah menangani hal semacam itu sebelumnya, tetapi mereka telah melakukan yang terbaik, itu terlihat oleh Tuhan. Engkau harus percaya bahwa Tuhan memeriksa segala sesuatu dan memeriksa hati manusia. Jika orang bahkan tidak memercayai hal ini, bukankah mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya?" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). Firman Tuhan membuatku mengerti bahwa Tuhan tidak memperlakukan kita semata-mata berdasarkan hasil dari suatu peristiwa, tetapi juga mempertimbangkan niat kita dalam melaksanakan tugas serta konteks di mana masalah itu muncul. Misalnya, beberapa orang mungkin baru saja menerima tugas, dan karena mereka belum lama dilatih dan memiliki pemahaman terbatas terhadap prinsip-prinsip, penyimpangan bisa saja terjadi dalam tugas mereka, oleh karena itu, mereka harus diberi persekutuan dan bantuan terlebih dahulu. Jika setelah beberapa waktu berlatih, mereka masih tidak menunjukkan perbaikan karena kualitas mereka yang relatif buruk, maka mereka harus dialihkan ke tugas yang lebih sesuai. Namun, jika kualitas mereka memadai tetapi mereka terus-menerus mengandalkan niat serta watak rusak mereka dalam melaksanakan tugas, melanggar prinsip, dan menyebabkan kekacauan serta gangguan, maka mereka perlu dipangkas. Jika mereka tetap tidak bertobat, mereka harus diberhentikan dan disingkirkan. Di rumah Tuhan, orang-orang diperlakukan sesuai dengan prinsip, terlepas dari tugas apa yang mereka emban atau apakah mereka seorang pengawas. Seperti pengawas yang kulihat saat pertama kali melaksanakan tugas tulis-menulis yang kemudian diberhentikan, dia telah lama hidup dalam keadaan yang salah, melaksanakan tugasnya dengan sikap congkak dan merasa benar sendiri serta tidak mencari prinsip-prinsip, juga telah benar-benar mengacaukan pekerjaan. Inilah yang berujung pada pemberhentiannya. Namun, rumah Tuhan tidak mengusirnya karena hal ini, dan ketika dia mulai merenung serta mengenali dirinya lalu bersedia bertobat, rumah Tuhan pun memberinya kesempatan kedua, dan hingga kini dia masih melaksanakan tugasnya. Di sisi lain, beberapa orang mengamuk dan melakukan hal-hal buruk dalam tugasnya, mereka juga mengacaukan dan mengganggu pekerjaan serta menolak bertobat. Meskipun mereka memikul tanggung jawab yang kecil, bukan pengawas, pemimpin, atau pekerja, orang-orang seperti ini juga akan disingkirkan. Ketika menyadari hal ini, aku mendapatkan pemahaman tentang watak benar Tuhan. Dahulu, aku memandang Tuhan seperti pejabat pemerintah yang akan menyiksa dan menekan orang-orang jika dia melihat mereka melakukan sesuatu yang salah yang memengaruhi kepentingannya, dan yang sama sekali tidak mempertimbangkan konteks situasi, apalagi memperlakukan orang berdasarkan esensi mereka. Aku berpikir bahwa jika seseorang hanya mengatakan hal yang salah atau melakukan sesuatu yang sedikit bertentangan dengan keinginannya, maka dia bisa menggunakan kekuasaannya untuk menangani orang tersebut. Tindakan menghakimi Tuhan dengan sudut pandang semacam itu adalah fitnah dan penghujatan terhadap-Nya! Setelah menyadari hal ini, aku melepaskan kewaspadaanku terhadap Tuhan dan kesalahpahaman yang kumiliki tentang-Nya, dan aku mendapati diriku dapat menghadapi tugas-tugasku dengan tenang. Saat menangani pekerjaan atau memeriksa artikel, aku akan lebih serius dan melakukan apa yang aku bisa, dan jika memang muncul masalah yang harus kupertanggungjawabkan, aku akan tunduk, menghadapi, dan menjalaninya.
Sekarang, ketika aku melaksanakan tugas, terkadang aku masih memikirkan masa depan dan takdirku. Aku takut jika aku melakukannya dengan buruk, itu akan menimbulkan kekacauan dan gangguan, dan aku mungkin akan disingkapkan serta disingkirkan, tetapi aku bisa berdoa kepada Tuhan, memberontak terhadap pikiran-pikiran ini, dan tetap melaksanakan tugasku dengan normal. Terkadang, aku mungkin tidak melihat segala sesuatu dengan jelas atau tidak melaksanakan tugas dengan sepenuh hati, sehingga memunculkan masalah, tetapi aku tidak hanya hidup dalam kewaspadaan dan kesalahpahaman. Sebaliknya, aku bisa memperlakukan segala sesuatu dengan benar, merenungkan diri dan segera menemukan alasan terjadinya masalah-masalah ini, serta langsung mengubah keadaan ketika menemukan masalah. Ketika menerapkannya dengan cara ini, hatiku menjadi tenang dan damai. Syukur kepada Tuhan!