48. Melepaskan Penyamaranku Sungguh Melegakan
Karena aku tahu sedikit tentang perbaikan perangkat elektronik, saudara-saudari sering datang menemuiku saat perangkat mereka bermasalah, dan biasanya aku dapat memperbaikinya. Suatu saat, perangkat milik seorang saudara mengalami masalah, dan aku membantunya memeriksa serta memperbaiki perangkat itu. Saudara itu berkata, "Kau tahu cara melakukannya? Kuharap kelak aku bisa belajar cara melakukannya juga." Aku merasa cukup senang dan berkata, "Ini tidak terlalu rumit. Begitu kau memahami prinsip-prinsipnya, bisa kau pelajari dengan cepat." Saudara itu mengangguk dengan kagum, dan aku merasa sangat bangga dan unggul.
Suatu hari, saudara-saudari butuh bantuan untuk merakit dua komputer dan meminta bantuanku. Aku berpikir, "Dahulu Saudara Liam dan Michael yang bertanggung jawab merakit komputer. Kini setelah mereka pergi, aku satu-satunya yang tahu sedikit tentang elektronik, tetapi sebenarnya aku belum pernah merakit komputer. Jika saudara-saudari akhirnya membawa peralatan itu kemari dan aku tidak merakitnya dengan baik, itu akan sungguh memalukan! Saudara-saudari akan berpikir, 'kukira kau paham tentang elektronik, tetapi kau bahkan tidak bisa merakit komputer'". Jadi, aku mencari beberapa video tutorial tentang cara merakit komputer untuk kupelajari sebelumnya, dan aku menemukan sebuah komputer untuk kubongkar, lalu kurakit ulang. Setelah beberapa kali latihan, aku sudah cukup menguasai perakitan dan pengaturan sistem komputer, dan aku pun bernapas lega. Tak lama kemudian, seorang saudara datang membawa sebuah komputer yang sudah dirakit dan hanya memerlukan penginstalan sistem. Kupikir ini seharusnya mudah. Namun, ketika aku mulai mengerjakannya, aku mendapati bahwa sistem di komputer ini sedikit berbeda dari yang pernah kuinstal sebelumnya, dan aku tidak bisa masuk ke antarmuka pengaturan. Aku khawatir orang lain menganggap aku tidak dapat melakukannya dan memandang rendah diriku, jadi kutundukkan kepala, terus mengutak-atik sambil mencoba menemukan caranya. Setelah beberapa waktu, aku masih belum berhasil. Saudara-saudara di sampingku memberikan pendapat mereka. Sebagian menganjurkan cara ini, sedang yang lain mengatakan sebaiknya menggunakan cara berbeda. Ada yang menyarankan untuk mencari video tutorial, dan ada juga yang menyarankan untuk menelepon Michael. Semua saran ini membuatku cemas. Aku berpikir, "Aku perlu menginstal ini dengan cepat. Jika aku membiarkan orang lain memberitahuku cara mengaturnya, bukankah itu membuatku terlihat tidak kompeten? Lalu saudara-saudara pasti akan memandang rendah diriku." Jadi, aku mengabaikan mereka dan terus mencobanya sendiri. Akhirnya, salah satu saudara menelepon Michael. Aku sama sekali tidak memperhatikan, tetapi aku tidak sengaja mendengar Michael berkata, "Tekan tombol ini agak lama dan kau seharusnya bisa masuk ke antarmuka pengaturan." Kulakukan hal itu dan mengeset ulang, dan tak lama kemudian, pengaturan pun selesai. Setelah itu, aku merenungkan apa yang telah kusingkapkan dalam situasi ini dan merasa sikapku cukup tidak masuk akal. Aku jelas tidak tahu cara melakukannya, tetapi tidak berani mengakuinya karena khawatir orang lain akan memandang rendah diriku. Ketika yang lain menelepon minta bantuan, aku merasa mereka tidak mengakui kemampuanku, dan aku bersikap menentang. Saat merenungkan apa yang telah kusingkapkan, aku merasa sedikit muak dengan diriku sendiri. Aku berpikir, "Lain kali, aku tidak boleh menutupi atau menyamarkan diriku seperti itu."
Keesokan harinya aku keluar untuk mengurus beberapa hal, dan seorang saudara meneleponku untuk segera kembali. Dia mengatakan ada komputer yang perlu dirakit, dan mereka tidak tahu cara melakukannya. Aku langsung merasa keberadaanku kembali berarti. Kupikir, "Sepertinya segala sesuatu jadi berantakan tanpa diriku! Meskipun aku belum pernah merakit komputer sebelumnya, aku punya pengalaman dalam perbaikan, dan aku seharusnya dapat memahami prinsip-prinsip dasarnya dengan cepat. Nanti kujelaskan prinsip-prinsip itu kepada mereka dan menunjukkan bahwa aku masih tahu lebih banyak." Setiba di rumah, aku melihat bahwa komputer itu berbeda dari yang pernah kutangani sebelumnya, dan aku sedikit panik, sambil berpikir, "Jika kuakui bahwa aku belum pernah merakit komputer jenis ini sebelumnya, apakah mereka akan berkata, 'Rupanya ada hal-hal yang tidak dia ketahui' dan memandang rendah diriku?" Jadi, aku menjelaskan prinsip-prinsip perakitan berdasarkan pengalamanku sebelumnya dan cara mengoperasikannya, tetapi saat aku merakitnya, aku tidak yakin apa yang kulakukan itu benar. Aku begitu cemas sampai mulai berkeringat. Aku ingin menelepon Liam untuk meminta petunjuk, tetapi aku tidak sanggup meminta bantuan. Aku berpikir, "Saudara-saudari berpikir aku tahu cara melakukan ini, tetapi jika aku meminta bantuan Liam, mereka pasti akan menganggap keterampilanku tidak cukup bagus. Apakah mereka masih akan menghargaiku? Apakah mereka masih akan datang minta bantuan kepadaku? Tidak, aku tidak bisa membiarkan saudara-saudari memandang rendah diriku. Akan kucari tahu sendiri. Aku seharusnya bisa mengatasi ini." Jadi, aku membaca panduan sambil menggunakan metodeku sebelumnya untuk menyambungkan kabel dan mencobanya. Namun, begitu aku menyambungkan kabel dan menghidupkan daya, keluar asap dari kasing komputer itu, dan aku segera mencabut kabel dayanya. Saudara Charlie bertanya, "Apa yang terjadi?" Wajahku memerah dan aku berkata, "Aku mungkin salah menyambungkan kabel dan merusak papan sirkuit." Supaya bisa menghindar, aku berkata, "Aku akan mengambil alat ukur listrik untuk memeriksa apakah kabelnya terbakar." Saat kembali ke ruangan, pikiranku kacau, dan aku berpikir, "Bagaimana ini bisa terjadi? Aku tidak hanya gagal merakitnya, tetapi juga membuat papan sirkuitnya terbakar. Aku malu sekali. Aku tidak ingin bertemu siapa pun. Andai tahu akan jadi begini, aku pasti akan menelepon Liam untuk meminta petunjuk, dan ini tidak akan terjadi." Makin kupikirkan, makin aku menyesali apa yang telah kulakukan, dan aku ingin menampar diriku sendiri. Saat aku keluar dari ruangan, Charlie sudah berbicara di telepon dengan Liam, dan Liam memberitahunya cara menyambungkan kabel. Solusinya sebenarnya sangat sederhana, tetapi tidak terpikirkan olehku. Pada saat itu, aku merasa sangat menyesal dan berpikir, "Andai kubiarkan seseorang membimbingku, aku pasti tidak akan mengambil jalan yang salah, tetapi kini papan sirkuitnya sudah rusak dan kami harus menggantinya. Ini akan menunda saudara-saudari untuk menggunakannya dalam melaksanakan tugas mereka."
Setelah itu, aku merenung sambil bertanya pada diriku sendiri, "Watak rusak apa yang kuperlihatkan dalam dua kejadian pengaturan sistem maupun perakitan komputer ini?" Aku berbicara tentang keadaanku dengan seorang saudara dan dia menunjukkan kepadaku, "Jika tahu sedikit tentang suatu ketrampilan, kadang kita bersikap takabur. Itu seperti bermain dengan api dan akhirnya kita sendiri yang terbakar." Saat mendengar hal ini, aku menyadari bahwa itulah masalahku. Jadi, aku mencari firman Tuhan yang terkait dengan hal ini. Tuhan berfirman: "Berdiri di posisi yang tepat sebagai makhluk ciptaan dan menjadi manusia biasa: Apakah ini mudah untuk dilakukan? (Tidak mudah.) Di manakah kesulitannya? Begini: Orang-orang selalu merasa bahwa di atas kepala mereka ada banyak lingkaran halo dan gelar. Mereka juga ingin memiliki identitas dan status sebagai tokoh yang hebat dan manusia super serta terlibat dalam semua praktik dan pertunjukan lahiriah yang pura-pura dan salah. Jika engkau tidak melepaskan hal-hal ini, jika perkataan dan perbuatanmu selalu dikekang dan dikendalikan oleh hal-hal ini, engkau akan merasa sulit untuk masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan. Akan sulit untuk tidak tergesa-gesa mencari solusi terhadap hal-hal yang tidak kaupahami dan sulit untuk lebih sering membawa masalah tersebut ke hadapan Tuhan serta mempersembahkan hati yang tulus kepada-Nya. Engkau tak akan mampu melakukan hal ini. Justru karena statusmu, gelarmu, identitasmu, dan semua hal semacam itu salah dan tidak benar, karena semuanya bertentangan dan berlawanan dengan firman Tuhan, hal-hal ini mengikatmu sehingga engkau tidak mampu menghadap ke hadirat Tuhan. Apa akibat dari hal-hal ini bagimu? Semua itu membuatmu pandai menyamarkan diri, berpura-pura mengerti, berpura-pura pintar, berpura-pura menjadi tokoh yang hebat, berpura-pura menjadi selebritas, berpura-pura mampu, berpura-pura bijaksana, bahkan berpura-pura tahu segalanya, mampu segalanya, dan mampu melakukan segalanya. Hal ini membuat orang lain akan memuja dan mengagumimu. Mereka akan mendatangimu dengan segala masalah mereka, mengandalkanmu dan menghormatimu. Dengan demikian, seolah-olah engkau memasukkan dirimu ke dalam kesusahan. Katakan kepada-Ku, apakah mengalami kesusahan enak rasanya? (Tidak.) Engkau tidak paham, tetapi engkau tidak berani berkata bahwa engkau tidak paham. Engkau tidak bisa mengerti, tetapi engkau tidak berani berkata bahwa engkau tidak bisa mengerti. Engkau jelas-jelas melakukan kesalahan, tetapi engkau tidak berani mengakuinya. Hatimu menderita, tetapi engkau tidak berani berkata, 'Kali ini benar-benar salahku, aku berutang kepada Tuhan dan kepada saudara-saudariku. Aku telah menyebabkan kerugian besar bagi rumah Tuhan, tetapi aku tidak memiliki keberanian untuk berdiri di hadapan semua orang dan mengakuinya.' Mengapa engkau tidak berani berbicara? Engkau yakin, 'Aku harus menjaga reputasi dan lingkaran halo yang telah diberikan oleh saudara-saudariku, aku tidak boleh mengkhianati rasa hormat dan kepercayaan besar yang mereka miliki terhadapku, apalagi harapan besar yang telah mereka miliki terhadapku selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, aku harus tetap berpura-pura.' Seperti apakah penyamaran seperti itu? Engkau telah berhasil menjadikan dirimu sebagai tokoh yang hebat dan manusia super. Saudara-saudari ingin datang kepadamu untuk bertanya, berkonsultasi, dan bahkan memohon nasihatmu tentang masalah apa pun yang mereka hadapi. Tampaknya mereka bahkan tidak mampu hidup tanpamu. Namun, bukankah hatimu menderita? Tentu saja, ada orang-orang yang tidak merasakan penderitaan ini. Antikristus tidak merasakan penderitaan ini. Sebaliknya, mereka bergembira atasnya karena menganggap bahwa status mereka di atas segalanya. Namun, rata-rata orang yang normal menderita saat mengalami kesusahan. Mereka merasa bahwa mereka bukan apa-apa, sama seperti manusia biasa. Mereka tidak yakin bahwa mereka lebih kuat daripada orang lain. Mereka tidak hanya menganggap bahwa mereka tidak mampu melaksanakan pekerjaan nyata apa pun, tetapi mereka juga akan menunda pekerjaan gereja dan menunda umat pilihan Tuhan, sehingga mereka akan disalahkan dan mengundurkan diri. Ini adalah orang yang bernalar. Apakah masalah ini mudah untuk diselesaikan? Mudah bagi orang yang berakal sehat untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi sulit bagi orang yang tidak memiliki nalar. Jika, setelah memperoleh status, engkau tanpa malu-malu menikmati manfaat status sehingga engkau disingkapkan dan disingkirkan karena gagal melakukan pekerjaan nyata, engkau telah menanggungnya sendiri dan pantas mendapatkan apa yang kaudapatkan! Engkau tidak pantas mendapatkan bahkan sedikit pun rasa kasihan atau belas kasihan. Mengapa Aku mengatakan ini? Karena engkau bersikeras untuk berdiri di posisi yang tinggi. Engkau sendiri yang memasukkan dirimu ke dalam kesusahan. Engkau melukai dirimu sendiri" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menghargai Firman Tuhan adalah Landasan Kepercayaan kepada Tuhan"). Firman Tuhan menyingkapkanku, dan membuatku merasa sangat malu. Demi menjaga statusku di mata orang-orang, aku selalu menyamarkan diri dan berpura-pura. Meskipun tahu sedikit tentang perbaikan, aku sebenarnya belum pernah merakit komputer. Ketika saudara-saudari memintaku untuk merakit komputer, aku khawatir mereka akan memandang rendah diriku, jadi aku belajar dan berlatih terlebih dahulu. Setelah itu aku mengerti sedikit tentang prinsip-prinsip merakit komputer. Namun, ada banyak konfigurasi yang berbeda, dan aku tidak sepenuhnya memahami kinerja maupun perbedaan setiap konfigurasi. Agar tidak dipandang rendah oleh saudara-saudari, ketika aku menemukan komputer yang belum pernah kuinstal atau kurakit sebelumnya, aku tidak berani mengakui bahwa aku tidak tahu cara melakukannya. Aku khawatir mereka akan berkata, "Bukankah kau seharusnya tahu tentang perangkat elektronik? Kenapa kau bahkan tidak bisa merakit komputer?" Demi menjaga citra diriku sebagai orang yang berpengetahuan tentang elektronik dan teknologi di antara saudara-saudari, aku terus menutupi dan menyamarkan diriku. Dengan komputer pertama, meskipun aku jelas tidak dapat menginstalnya, aku tidak berani mengakui kebenaran. Aku menundukkan kepala, mencoba mencari tahu sendiri. Ketika seorang saudara menelepon untuk meminta bantuan, aku bahkan tidak ingin mendengarkan. Kemudian, saat merakit komputer lain, aku makin meninggikan diriku, berpikir bahwa mereka tidak mengerti, sedang aku mengerti, jadi aku menempatkan diri sebagai "guru", menjelaskan prinsip-prinsip dan cara merakitnya. Aku tahu jelas bahwa komputer ini berbeda dari komputer-komputer yang pernah kurakit sebelumnya, dan menggunakan metode penyambungan kabel sebelumnya mungkin tidak akan berhasil, dan aku terpikir ingin menelepon Liam untuk meminta petunjuk, tetapi aku khawatir kehilangan citra baik sebagai orang yang berpengetahuan tentang elektronik dan teknologi di mata saudara-saudari. Jadi, aku hanya berusaha keras menyambungkan kabel sambil mencoba menjelaskan berbagai hal, hingga akhirnya, kepulan asap hitam muncul dari komputer. Penyamaranku benar-benar terbongkar dan aku tidak bisa lagi melanjutkan penyamaran itu. Bukan hanya saudara-saudari menjadi tahu siapa diriku yang sebenarnya, tetapi aku juga membuat papan induk komputer terbakar. Hal ini menunda saudara-saudari untuk menggunakan komputer dalam melaksanakan tugas mereka. Hanya melalui penyingkapan firman Tuhan-lah aku menyadari bahwa aku hidup dalam watak Iblis dan bahkan tidak bisa sedikit pun bicara jujur. Aku selalu menutupi dan menyamarkan diriku, berusaha menjaga citra baikku sebagai orang yang berpengetahuan dalam bidang elektronik dan teknologi. Dengan menyamarkan diri seperti ini, aku tidak hanya gagal menyembunyikan kekurangan dan kelemahanku, tetapi akhirnya aku malah menyingkapkan diriku yang sebenarnya, dan membuat semua orang melihat bahwa aku tidak benar-benar memahami teknologi ini. Mereka pun melihat dengan lebih jelas betapa aku ini licik dan munafik. Akibatnya, aku kehilangan integritasku. Saat itulah aku menyadari betapa bodohnya aku yang telah menyamarkan diri.
Sesudahnya, aku merenung lebih jauh sambil bertanya pada diriku sendiri, "Watak rusak apa yang mendorongku untuk selalu menyamarkan diri?" Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Watak macam apakah ketika orang selalu menyamarkan diri, selalu menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, selalu berpura-pura agar orang lain menghormati mereka dan tidak dapat melihat kesalahan atau kekurangan mereka, ketika mereka selalu berusaha menampilkan sisi terbaik mereka kepada orang-orang? Ini adalah watak yang congkak, palsu, dan munafik, ini adalah watak Iblis, ini adalah sesuatu yang jahat. Sebagai contoh, lihatlah anggota rezim Iblis: sebanyak apa pun mereka bertengkar, berseteru, atau membunuh di balik layar, tak seorang pun yang diperbolehkan untuk melaporkan atau menyingkapkan mereka. Mereka takut orang akan melihat wajah Iblis mereka, dan mereka melakukan segala yang mereka bisa untuk menutupinya. Di depan umum, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, mengatakan betapa mereka mengasihi rakyat, betapa baik, mulia dan tak bercelanya mereka. Ini adalah natur Iblis. Ciri paling menonjol dari natur Iblis adalah tipu muslihat dan tipu daya. Dan apa tujuan dari tipu muslihat dan tipu daya ini? Untuk menipu orang, untuk menghalangi orang agar tidak melihat esensi dan diri mereka yang sebenarnya, dan dengan cara demikian mencapai tujuan untuk memperlama kekuasaan mereka. Rakyat jelata mungkin tidak memiliki kekuasaan dan status semacam itu, tetapi mereka juga ingin membuat orang lain memiliki pandangan yang baik tentang diri mereka, ingin orang memiliki penilaian yang tinggi terhadap mereka, dan ingin status mereka tinggi di hati orang lain. Ini adalah watak yang rusak, dan jika orang tidak memahami kebenaran, mereka tidak mampu mengenali hal ini. Watak yang rusak adalah yang paling sulit untuk dikenali; mengenali kesalahan dan kekuranganmu sendiri itu mudah, tetapi mengenali watak rusakmu sendiri tidaklah mudah. Orang-orang yang tidak mengenal diri mereka sendiri tidak pernah membicarakan keadaan mereka yang rusak—mereka selalu berpikir bahwa mereka baik. Dan tanpa disadari, mereka mulai pamer: 'Selama bertahun-tahun aku beriman, aku telah mengalami begitu banyak penganiayaan dan menderita begitu banyak kesukaran. Tahukah kalian bagaimana aku mengatasi semua itu?' Apakah ini watak yang congkak? Apa motivasi di balik upaya mereka untuk memamerkan diri? (Untuk membuat orang-orang menghormati mereka.) Apa motif mereka membuat orang-orang menghormati mereka? (Agar memiliki status di benak orang-orang ini.) Jika engkau memiliki status di benak orang lain, maka ketika mereka berada bersamamu, mereka menghormatimu, dan terutama bersikap sopan ketika mereka berbicara kepadamu. Mereka selalu mengagumimu, mereka selalu memprioritaskan dirimu dalam segala hal, mereka memberi jalan kepadamu, mereka menyanjung dan mematuhimu. Dalam segala hal, mereka mencarimu dan membiarkanmu mengambil keputusan. Dan engkau merasakan kenikmatan dari hal ini—engkau merasa dirimu lebih kuat dan lebih baik daripada orang lain. Semua orang menyukai perasaan ini. Ini adalah perasaan memiliki status di hati orang lain; orang ingin menikmati ini. Inilah sebabnya orang bersaing untuk mendapatkan status, dan semua orang ingin memiliki status di hati orang lain, ingin dihargai dan dipuja oleh orang lain. Jika mereka tidak dapat memperoleh kenikmatan seperti itu darinya, mereka tidak akan mengejar status" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Karena firman Tuhan, aku menyadari bahwa keinginan untuk selalu menutupi dan menyamarkan diriku didorong oleh watak yang congkak dan licik. Watak congkakku membuatku ingin dikagumi dan dipuja orang lain, dan watak licikku membuatku menutupi serta menyamarkan diri dalam hal kekurangan maupun kelemahanku, hanya menunjukkan sisi baikku dalam upaya untuk memperoleh kekaguman orang lain. Sama seperti PKT yang ahli dalam menutupi dan mengabaikan berbagai masalah. Setajam apa pun perpecahan mereka atau seberapa banyak pun hal buruk yang mereka lakukan, mereka tidak pernah mengizinkan media untuk melaporkannya karena takut orang-orang akan melihat wajah Iblis mereka dan berhenti mendukung mereka. Mereka juga menggunakan media untuk sebisa mungkin mempromosikan dan mengagungkan citra kebesaran, kejayaan, dan kebenaran mereka, menipu dan membodohi orang-orang, dengan tujuan memerintah rakyat selamanya. Sungguh tercela dan jahat! Ketika merakit komputer, aku juga menyingkapkan watak Iblis. Guna melindungi harga diri dan statusku, aku tidak mengakui hal yang tidak kuketahui atau tidak dapat kulakukan. Aku menutupi semua kekurangan dan kelemahanku, berpura-pura berpengetahuan dan mampu melakukan segala hal. Semua ini untuk membuat orang lain menghargaiku. Bukankah semua tindakan menutupi dan menyamarkan diriku ini berarti menipu dan mengelabui saudara-saudari? Bukankah aku sama tercela dan jahatnya seperti Iblis? Saat merenungkan hal ini, aku merasa benar-benar tidak tahu malu. Aku selalu berusaha agar orang lain mengagumi dan memujaku sehingga mereka terus mengelilingiku, mendatangiku untuk segala hal, serta memperlakukanku dengan hormat dan sopan. Ketika saudara-saudara meneleponku, mengatakan bahwa mereka tidak tahu cara merakit komputer dan memintaku untuk melakukannya, saat itu aku merasa keberadaanku sangat dibutuhkan serta lebih baik dari mereka, dan kesombonganku sangat terpuaskan. Karena aku menikmati perasaan itu, aku sebisa mungkin menutupi dan menyamarkan diri agar orang-orang menghargaiku.
Aku bertanya pada diri sendiri, "Jika aku terus mengejar reputasi dan status, serta menikmati kekaguman orang lain, apa konsekuensinya nanti?" Aku membaca firman Tuhan ini: "Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, tetapi engkau tetap dengan keras kepala bersaing untuk mendapatkan status, engkau tak henti-hentinya menghargai dan melindunginya, selalu berusaha mengambilnya untuk dirimu sendiri. Bukankah terdapat sedikit sifat yang menentang Tuhan dalam semua ini? Status tidak ditetapkan untuk manusia oleh Tuhan; Tuhan membekali manusia dengan kebenaran, jalan, dan hidup sehingga pada akhirnya mereka menjadik makhluk ciptaan yang memenuhi standar, makhluk ciptaan kecil dan tidak begitu berarti—bukan seseorang yang memiliki status dan gengsi serta dihormati oleh ribuan orang. Oleh karena itu, dari sudut pandang mana pun, pengejaran akan status adalah jalan buntu. Betapapun masuk akalnya alasanmu untuk mengejar status, jalan ini tetaplah jalan yang salah dan tidak diperkenan oleh Tuhan. Sekeras apa pun engkau berusaha atau sebesar apa pun harga yang kaubayar, jika engkau menginginkan status, Tuhan tidak akan memberikannya kepadamu; jika status tidak diberikan oleh Tuhan, engkau akan gagal dalam perjuangan untuk mendapatkannya, dan jika engkau terus berjuang, hanya akan ada satu hasil: engkau akan disingkapkan dan disingkirkan, dan engkau akan menemui jalan buntu. Engkau mengerti hal ini, bukan?" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Firman Tuhan dengan jelas menyatakan natur dan konsekuensi dari mengejar reputasi maupun status. Esensi dari terus-menerus mengejar reputasi maupun status adalah menentang Tuhan, dan akibatnya adalah menemui jalan buntu. Karena kita sebagai manusia hanyalah makhluk ciptaan yang kecil, kita harus menyembah dan menghormati Tuhan, melaksanakan tugas kita dengan jujur dan taat. Inilah hati nurani dan nalar yang seharusnya dimiliki manusia. Tuhan telah mengungkapkan kebenaran di akhir zaman untuk menanamkan firman-Nya dalam diri manusia, menjadikannya kehidupan kita, yang memungkinkan kita hidup dalam kemanusiaan normal dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Tuhan tidak ingin manusia mengejar reputasi, status, atau kekaguman orang lain selama melaksanakan tugas mereka. Jika aku selalu menyamarkan diri dan mengejar reputasi maupun status, dan aku tidak bertobat, berubah, atau menerapkan kebenaran, pada akhirnya, aku pasti akan disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan. Aku memikirkan tentang bagaimana sebagian besar antikristus yang diusir dari rumah Tuhan telah mengejar reputasi dan status. Mereka tidak segan-segan merusak dan benar-benar mengganggu serta mengacaukan pekerjaan gereja, yang akhirnya membuat mereka diusir. Saat menyadari betapa seriusnya masalah ini, aku berdoa kepada Tuhan, bersedia mengubah keadaanku dan tidak lagi mengejar kekaguman orang lain, Sebaliknya, aku ingin dengan jujur menjadi makluk ciptaan yang kecil.
Lalu aku membaca bagian lain dari firman Tuhan: "Jika engkau tidak ingin berada dalam kesusahan, engkau harus melepaskan semua gelar dan lingkaran cahaya ini dan memberi tahu saudara-saudarimu mengenai keadaan dan pemikiran sebenarnya di dalam hatimu. Dengan cara ini, saudara-saudari dapat memperlakukanmu dengan benar dan engkau tidak perlu menyamar. Sekarang setelah engkau membuka diri dan menjelaskan keadaanmu yang sebenarnya, bukankah hatimu terasa lebih nyaman, lebih tenang? Mengapa berjalan dengan memikul beban yang begitu berat di atas pundakmu? Jika engkau mengungkapkan keadaanmu yang sebenarnya, apakah saudara-saudari akan meremehkanmu? Akankah mereka benar-benar meninggalkanmu? Sama sekali tidak. Sebaliknya, saudara-saudari akan berkenan kepadamu dan mengagumimu karena engkau berani mengungkapkan isi hatimu. Mereka akan berkata bahwa engkau adalah orang yang jujur. Hal ini tidak akan menghalangi pekerjaanmu di gereja, juga tidak akan menimbulkan dampak negatif sedikit pun terhadapnya. Jika saudara-saudari benar-benar melihat bahwa engkau memiliki kesulitan, mereka akan dengan sukarela membantumu dan bekerja sama denganmu. Bagaimana menurutmu? Bukankah akan seperti ini jadinya? (Ya.) Selalu menyamar agar orang lain menghormatimu adalah hal yang paling bodoh. Cara yang terbaik adalah menjadi manusia biasa yang memiliki hati yang biasa, mampu membuka diri terhadap umat pilihan Tuhan dengan cara yang murni dan sederhana, serta sering berbagi secara tulus. Jangan pernah menerima jika orang lain menghormatimu, mengagumimu, memujimu secara berlebihan, atau mengucapkan kata-kata yang menyanjungmu. Semua hal ini harus ditolak. ... Bagaimana seharusnya engkau berlatih untuk menjadi manusia sederhana, manusia biasa, manusia yang normal? Pertama-tama, engkau harus menyangkal dan melepaskan hal-hal yang kaupegang yang kauanggap sangat baik dan berharga, serta perkataan dangkal dan indah yang orang lain tujukan kepadamu untuk mengagumi dan memujimu. Jika di dalam hatimu, engkau tahu dengan jelas orang seperti apa dirimu, apa esensimu, apa kekuranganmu, dan kerusakan apa yang kauperlihatkan, engkau harus mempersekutukannya secara terbuka dengan orang lain, sehingga mereka dapat melihat bagaimana keadaanmu yang sebenarnya, apa pemikiran dan pendapatmu, sehingga mereka tahu apa pengetahuan yang kaumiliki tentang hal-hal seperti itu. Apa pun yang kaulakukan, jangan berpura-pura atau menyembunyikan sesuatu, jangan sembunyikan kerusakan dan kelemahanmu sendiri dari orang lain sehingga tidak ada yang mengetahuinya. Perilaku palsu semacam ini merupakan penghalang di dalam hatimu, ini juga merupakan watak yang rusak, dan dapat mencegah orang bertobat dan berubah. Engkau harus berdoa kepada Tuhan, dan teruslah merenungkan dan menganalisis hal-hal palsu, seperti pujian yang orang lain berikan kepadamu, sanjungan yang mereka limpahkan kepadamu, dan mahkota yang mereka berikan kepadamu. Engkau harus melihat kerugian yang ditimbulkan hal-hal ini terhadapmu. Dalam melakukannya, engkau akan mampu menilai dirimu sendiri, engkau akan mencapai pengetahuan diri, dan tidak akan lagi menganggap dirimu sebagai manusia super, atau sosok yang hebat. Setelah memiliki kesadaran diri seperti itu, akan menjadi mudah bagimu untuk menerima kebenaran, menerima firman Tuhan dan apa yang Tuhan kehendaki dari manusia di dalam hatimu, menerima keselamatan Sang Pencipta atasmu, dengan teguh menjadi orang biasa, orang yang jujur dan dapat diandalkan, dan menjalin hubungan yang normal antara dirimu—seorang makhluk ciptaan, dengan Tuhan—Sang Pencipta. Inilah tepatnya yang Tuhan kehendaki dari manusia, dan inilah sesuatu yang sepenuhnya dapat dicapai oleh mereka" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menghargai Firman Tuhan adalah Landasan Kepercayaan kepada Tuhan"). Firman Tuhan mengoreksi ide dan sudut pandangku yang keliru, serta menunjukkan jalan penerapan kepadaku. Sebelumnya, aku selalu khawatir jika aku menyingkapkan kekurangan dan kelemahanku, orang akan memandang rendah diriku, jadi aku selalu menutupi dan menyamarkan diriku. Namun kenyataannya, sekalipun aku menyamarkan diri dan tidak mengatakan apa pun, saudara-saudariku sudah dapat melihat siapa aku yang sebenarnya, dan jika aku mampu berbicara jujur serta mengungkap kekuranganku, mereka tidak akan memandang rendah diriku. Sebaliknya, mereka akan melihat bahwa aku menerapkan menjadi orang yang jujur, dan akan menghormati serta menyetujui hal itu. Aku memilih untuk menutupi dan menyamarkan diri, tidak berani mengungkapkan hal yang tidak kuketahui atau tidak dapat kulakukan. Akibatnya, saat kebenaran terungkap, aku tidak hanya gagal memperoleh kekaguman dari saudara-saudari, tetapi aku juga mempermalukan diri sendiri, membuat orang lain tidak menyukai dan membenciku. Kini aku menyadari bahwa sudut pandangku salah dan bodoh, dan aku perlu memberontak terhadap pikiran-pikiran ini serta menerapkan sesuai dengan firman Tuhan. Kenyataannya, semua orang normal memiliki kekurangan dan kelemahan. Sekalipun seseorang telah bekerja di suatu bidang tertentu selama bertahun-tahun dan telah menjadi sangat terampil di bidang itu, ada saat-saat tertentu ketika mereka tidak mengetahui sesuatu. Memiliki kekurangan dan kelemahan bukankah hal yang memalukan. Jika seseorang mengetahui dan dapat melakukan segala sesuatu, dia akan menjadi manusia super. Selain itu, karena aku berpikir akulah yang paling berpengetahuan tentang elektronik di kelompok itu, ditambah pula dengan pujian orang lain, aku mulai bersikap takabur. Namun, dari sudut pandang profesional, pengetahuanku masih mendasar. Kalau dipikir-pikir, saat Liam masih di sini, dia lebih terampil dengan perangkat elektronik, dan dibandingkan dengan dia, keterampilanku masih di bawahnya. Namun, bahkan dia pun harus berkonsultasi dengan saudara-saudari yang lebih berpengetahuan tentang perangkat tertentu yang tidak dia pahami, dan membuat kesenjangan pengetahuanku menjadi lebih nyata. Jadi, bagaimanapun orang akan melihatnya, aku seharusnya tidak meninggikan diriku sendiri. Sebaliknya, aku seharusnya menghadapi kekurangan dan kelemahanku dengan baik, dan bersikap terbuka kepada semua orang agar mereka dapat memahamiku. Ini adalah perilaku yang bernalar.
Kemudian, ada perangkat lain yang rusak dan seorang saudara meminta bantuanku untuk memperbaikinya. Setelah memeriksanya, aku menilai ada satu bagian yang rusak dan menggantinya, tetapi setelah mencobanya, perangkat itu tetap tidak berfungsi. Aku mengerjakannya lebih lama lagi, tetapi tetap tidak dapat memperbaiknya. Lalu aku berpikir, "Apa aku salah menilai masalahnya? Haruskah aku menelepon Michael untuk meminta petunjuk? Dia sudah lebih sering mengerjakan perangkat jenis ini sebelumnya, jadi mungkin dia pernah mengalami masalah ini." Namun, lalu aku berpikir, "Jika aku tidak dapat menyelesaikannya dan harus meminta bantuan, saudara-saudari pasti akan menganggap aku tidak cukup terampil, dan mereka tidak akan menghargaiku lagi. Tak bisa kubiarkan mereka memandang rendah diriku. Jika aku terus mencoba, aku seharusnya bisa menemukan caranya sendiri." Ketika memikirkan hal itu, aku menyadari bahwa aku mencoba untuk menutupi dan menyamarkan diriku lagi, jadi aku berdoa dalam hati, "Tuhan, aku belum banyak mengerjakan mesin jenis ini dan aku tidak yakin di mana letak masalahnya. Aku khawatir saudara-saudara akan memandang rendah diriku, dan aku ingin menyamarkan diriku lagi. Tuhan, bimbinglah aku agar menjadi orang yang jujur, yang mampu menghadapi kekurangan maupun kelemahanku, dan secara aktif mencari bantuan dari orang lain." Setelah berdoa, aku menelepon Michael untuk meminta petunjuk. Mengikuti petunjuknya, aku memeriksa dan mengidentifikasi akar permasalahannya, lalu segera memperbaikinya. Menerapkan cara ini membuatku merasa lega dan tenang. Di satu sisi, aku tidak menunda saudara-saudari untuk menggunakan peralatan tersebut dalam melaksanakan tugas mereka, dan di sisi lain, aku secara sadar menerapkan sedikit kebenaran dengan tidak menutupi serta menyamarkan diriku lagi. Bimbingan firman Tuhan-lah yang memberiku tujuan yang tepat untuk dikejar. Aku bersedia mengejar dan menerapkan kebenaran, melaksanakan tugasku dengan jujur, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar.