64. Bagaimana Membebaskan Diri dari Emosi yang Tertekan

Pada September 2023, aku bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman di beberapa gereja. Setelah beberapa waktu, makin banyak orang menerima pekerjaan baru Tuhan, dan gereja-gereja ini membutuhkan beberapa penyiram lagi. Setiap hari, selain menyirami para orang-orang percaya baru, aku juga harus membina para penyiram yang baru dipilih. Karena mereka semua baru saja memulai pelatihan, aku harus mengajari mereka lewat praktik langsung dalam setiap aspek, dan memberikan persekutuan yang terperinci. Di siang hari, aku pergi menyirami para orang-orang percaya baru, dan di malam hari, aku harus bersekutu tentang permasalahan serta kesulitan yang dihadapi para penyiram. Terkadang, bersekutu tentang satu permasalahan memakan waktu beberapa jam, dan adakalanya, ketika keadaan mereka buruk, aku harus mencari firman Tuhan untuk mempersekutukan dan menyelesaikan permasalahan mereka, yang membuatku sering bergadang. Seiring berjalannya waktu, aku mulai merasa bahwa membina orang itu benar-benar merepotkan. Hal itu membuatku kelelahan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara mental. Sejak aku mulai membina para penyiram, keseimbangan antara kerja dan istirahatku menjadi kacau. Terkadang aku hanya ingin meminta mereka untuk tidak menggangguku, tetapi aku khawatir bahwa ini akan membuat mereka merasa terkekang, jadi aku mengurungkannya. Saat itu, PKT sedang gencar menangkap orang percaya, dan para orang-orang percaya baru yang dibina oleh penyiram Tian Yun menjadi ketakutan dan negatif. Aku harus berkomunikasi dengan Tian Yun hampir setiap hari tentang permasalahan para orang-orang percaya baru, dan aku terus merasa gelisah. Pemimpin tim menulis surat kepadaku, memintaku menyusun rencana untuk memperkirakan berapa lama para penyiram perlu dibina sebelum mereka bisa menyiram para orang-orang percaya baru secara mandiri. Saat aku melihat semua kesulitan dalam pekerjaan ini, dan banyaknya surat tindak lanjut tentang pekerjaan itu, aku tak bisa tahan lagi. Aku berpikir, "Sebelumnya jauh lebih baik, hanya menyirami orang-orang percaya baru. Meskipun ada banyak orang-orang percaya baru yang perlu disirami, setidaknya aku punya sedikit waktu luang, dan terkadang aku bahkan bisa mengobrol dengan saudari-saudari yang menjadi tuan rumah. Sejak aku mulai membina para penyiram, aku tidak bisa lagi tidur lebih awal di malam hari dan harus bangun pagi-pagi. Keseimbangan antara istirahat dan pekerjaanku menjadi berantakan, dan aku harus mengerahkan begitu banyak tenaga fisik maupun mental. Kapan semua ini akan berakhir? Jika terus begini, bukankah tubuhku akan tumbang? Mungkin sebaiknya aku berbicara dengan pemimpin dan memberitahunya bahwa aku tidak dapat melaksanakan tugas ini serta meminta untuk kembali ke peran yang fokus pada satu pekerjaan saja?" Namun, aku kemudian berpikir, "Para penyiram di gereja-gereja ini semuanya baru dipilih, dan mereka belum memahami prinsip-prinsip penyiraman orang-orang percaya baru. Bukankah mengundurkan diri sekarang berarti aku akan meninggalkan tugasku dan mengkhianati Tuhan?" Memikirkan hal ini, aku tidak berani mengundurkan diri, tetapi aku tidak mengabdikan diriku pada pekerjaan pembinaan seintens sebelumnya. Misalnya, dalam membina Tian Yun, aku tahu bahwa dia baru saja mulai menjalani pelatihan, dan yang terbaik adalah membimbingnya secara langsung dengan bersekutu tentang masalah serta kesulitan para orang-orang percaya baru, tetapi aku tidak ingin bersusah payah, jadi aku hanya menganalisis keadaan para orang-orang percaya baru bersamanya, membantunya mencari beberapa bagian dari firman Allah, dan membiarkannya mempersekutukan serta menyelesaikan sendiri masalah itu. Terkadang aku dengan jelas melihat bahwa beberapa penyiram berada dalam keadaan yang buruk, tetapi aku menutup mata, berpikir, "Menyirami para orang-orang percaya baru saja sudah cukup membuatku sibuk. Jika aku menanyakan keadaanmu, aku pasti akan mendapat setumpuk masalah lagi, dan aku harus menanggung beban mental serta bersekutu untuk menyelesaikan masalah-masalah ini. Aku pasti harus berpikir begitu keras!" Jadi aku abaikan saja hal-hal itu. Beberapa penyiram mengajukan pertanyaan kepadaku dan aku tidak bersekutu dengan mereka dengan penuh perhatian seperti sebelumnya. Aku hanya menyuruh mereka melakukannya sendiri, berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan untuk mencari solusi. Setelah beberapa waktu, beberapa penyiram mengalami keadaan yang buruk karena tidak mampu menyelesaikan masalah para orang-orang percaya baru, dan mereka terpuruk dalam kesulitan mereka. Melihat begitu banyak masalah yang harus diselesaikan, aku merasa sangat tertekan dan menderita, dan aku selalu ingin melarikan diri dari lingkungan ini.

Suatu hari, aku mendengar bahwa Saudari Lu Mei telah dialihtugaskan karena kualitasnya yang buruk, dan beban kerjanya telah dikurangi. Aku berpikir, "Kalau aku juga bisa melaksanakan tugas yang lebih ringan, aku tidak perlu begitu khawatir atau menanggung begitu banyak penderitaan." Pada saat itu, aku tiba-tiba menyadari bahwa keadaanku salah, dan aku berpikir, "Bukankah keinginanku yang terus-menerus untuk meninggalkan tugasku berarti aku mengkhianati Tuhan?" Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, pikiranku begitu bejat. Engkau telah meninggikanku untuk melaksanakan tugas yang begitu penting, tetapi aku tidak tahu bersyukur dan iri kepada saudari yang telah dialihtugaskan. Aku benar-benar tidak tahu apa yang baik untukku! Tuhan, aku telah melaksanakan tugasku dengan enggan, terus-menerus merasa lelah secara fisik dan mental. Aku tahu bahwa keadaan ini salah, tetapi aku masih belum tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Tolong tuntun aku keluar dari keadaan ini." Setelah itu, aku berbicara kepada pemimpin tentang keadaanku. Dia mencarikan beberapa bagian firman Tuhan untukku, dan beberapa dari firman ini meninggalkan kesan yang mendalam padaku: "Ada juga orang-orang yang selalu mengeluhkan kesulitannya ketika menjalankan tugas, yang tidak mau melakukan sedikit upaya, yang begitu memiliki sedikit waktu luang, langsung beristirahat, mengobrol tanpa tujuan, pergi bersantai dan mencari hiburan. Ketika pekerjaan membuatnya menjadi lebih sibuk dan merusak ritme serta rutinitas hidupnya, dia tidak senang dan tidak puas akan hal itu. Mereka menggerutu dan mengeluh, lalu bersikap asal-asalan dalam menjalankan tugasnya. Ini artinya mendambakan kenyamanan daging, bukan?" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (2)"). Apa yang disingkapkan oleh firman Tuhan persis mencerminkan keadaanku. Awalnya, ketika aku menyirami para orang-orang percaya baru, beban kerjanya ringan dan tidak terlalu melelahkan secara fisik, jadi aku bersedia bekerja sama. Namun, seiring bertambahnya beban kerja, dan aku juga harus membina para penyiram serta menyelesaikan masalah mereka melalui persekutuan, aku merasa tubuhku menderita, jadi aku merasa tidak senang, mengeluh, bersungut-sungut, dan bahkan ingin meninggalkan tugasku. Bukankah ini semua hanyalah perwujudan dari keinginanku yang mendambakan kenyamanan fisik?

Kemudian, aku menemukan bagian lain dari firman Tuhan yang sama persis dengan keadaanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Jika orang selalu mencari kenyamanan dan kebahagiaan fisik, jika mereka selalu mengejar kebahagiaan dan kenyamanan fisik, dan tidak mau menderita, maka bahkan sedikit penderitaan fisik, menderita sedikit lebih banyak daripada orang lain, atau merasa sedikit lebih banyak bekerja daripada biasanya, akan membuat mereka merasa tertekan. Ini adalah salah satu penyebab perasaan tertekan. Jika orang tidak mempermasalahkan sedikit penderitaan fisik, dan mereka tidak mengejar kenyamanan fisik, melainkan mengejar kebenaran dan berusaha melaksanakan tugas mereka untuk memuaskan Tuhan, mereka tidak akan sering merasakan penderitaan fisik. Meskipun terkadang mereka merasa sedikit sibuk, lelah, atau jenuh, setelah tidur mereka akan bangun dengan perasaan yang lebih baik, dan kemudian melanjutkan pekerjaan mereka. Fokus mereka akan tertuju pada tugas dan pekerjaan mereka; mereka tidak akan menganggap sedikit kelelahan fisik sebagai masalah yang signifikan. Namun, ketika masalah muncul dalam pemikiran orang dan mereka selalu mengejar kenyamanan fisik, setiap kali tubuh fisik mereka sedikit diperlakukan tidak adil atau tidak dapat menemukan kepuasan, emosi-emosi negatif tertentu akan muncul dalam diri mereka. Jadi, mengapa orang semacam ini, yang selalu ingin berbuat sekehendak hatinya, memanjakan dagingnya, dan menikmati hidup, sering mendapati dirinya terperangkap dalam emosi negatif perasaan tertekan setiap kali mereka merasa tidak puas? (Itu karena mereka mengejar kenyamanan dan kesenangan fisik.) Itulah yang terjadi pada sebagian orang" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (5)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang keadaanku. Aku selalu merasa tertekan dan menderita karena aku terus-menerus mengejar kesenangan dan kenyamanan fisik, dan aku tidak ingin tubuhku menderita sedikit pun. Arah dan tujuan pengejaranku salah. Jika tujuan pengejaranku adalah untuk melaksanakan tugasku dengan baik untuk memuaskan Tuhan, dan aku menganggap tugasku sebagai tanggung jawab serta kewajibanku, aku akan rela menanggung penderitaan apa pun untuk melaksanakan tugasku dengan baik, dan aku tidak akan merasa tertekan hanya karena sedikit penderitaan. Ketika beban kerja ringan dan tubuhku tidak terlalu menderita, aku masih bisa tunduk, tetapi ketika beban kerja meningkat dan aku harus mengekang dagingku, aku merasa kelelahan secara fisik dan mental, seolah-olah ada gunung yang menekan tubuhku. Aku mengeluh bahwa tugas ini terlalu melelahkan dan menyakitkan, dan aku melaksanakannya dengan sikap asal-asalan dan tidak bertanggung jawab. Aku bahkan berharap dialihkan ke tugas yang lebih ringan, dan selalu berharap bahwa aku tidak perlu mengalami begitu banyak penderitaan fisik, dan bahwa aku bisa melaksanakan tugas yang mudah dan tetap diselamatkan oleh Tuhan pada akhirnya. Bukankah ini hanyalah angan-angan belaka?

Kemudian, aku berpikir, "Aku sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan selalu melaksanakan tugasku di gereja, jadi mengapa ketika aku menghadapi beberapa kesulitan dan sedikit tekanan dalam tugasku, aku mulai merasa tertekan dan bahkan berpikir untuk meninggalkan tugasku?" Kemudian, aku membaca dua bagian Firman Tuhan: "Untuk mendapatkan pemahaman tentang natur, selain menggali hal-hal yang orang sukai dalam natur mereka, beberapa dari aspek terpenting yang berkaitan dengan natur mereka juga harus digali. Misalnya, pandangan orang tentang berbagai hal, metode dan sasaran mereka dalam hidup, nilai-nilai kehidupan dan cara pandang orang tentang hidup, serta pandangan dan gagasan mereka mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kebenaran. Semua ini adalah hal-hal yang tersembunyi jauh di kedalaman jiwa orang dan memiliki kaitan langsung dengan perubahan watak. Lalu, bagaimana cara pandang manusia yang rusak mengenai kehidupan? Dapat dikatakan seperti ini: 'Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya.' Semua manusia hidup untuk dirinya sendiri; bahasa kasarnya, mereka hidup untuk daging. Mereka hidup sekadar untuk memasukkan makanan ke mulut mereka. Apa bedanya keberadaan seperti ini dengan keberadaan hewan? Hidup dengan cara seperti ini sama sekali tidak ada nilainya, apa lagi bermakna. Cara pandang orang tentang hidup ini adalah tentang apa yang engkau andalkan untuk hidup di dunia ini, untuk apa engkau hidup, dan bagaimana engkau hidup—dan semua ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan esensi dari natur manusia. Dengan menganalisis natur manusia, engkau akan melihat bahwa orang-orang semuanya menentang Tuhan. Mereka semua adalah Iblis, dan tidak ada orang yang benar-benar baik" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa yang Harus Orang Ketahui tentang Perubahan Watak"). "Kedagingan manusia ibarat ular itu: esensinya adalah untuk mencelakakan hidupnya—dan ketika daging telah mendapatkan semua keinginannya, engkau akan kehilangan hidupmu. Daging adalah dari Iblis. Selalu ada keinginan berlebihan di dalamnya; daging selalu memikirkan dirinya sendiri, dan selalu menginginkan kemudahan dan ingin menikmati kenyamanan, kurang memiliki perasaan cemas dan perasaan urgensi, berkubang dalam kemalasan, dan jika engkau memuaskannya sampai titik tertentu, pada akhirnya ia akan melahapmu. Artinya, jika engkau memuaskannya saat ini, maka lain kali ia akan memintamu untuk memuaskannya lagi. Daging selalu memiliki keinginan yang berlebihan dan permintaan baru, dan memanfaatkan caramu menurutinya untuk membuatmu semakin lebih menyayanginya dan hidup di tengah kenyamanannya—dan jika engkau tidak pernah bisa mengalahkannya, pada akhirnya engkau akan merusak dirimu sendiri. Apakah engkau dapat memperoleh hidup di hadapan Tuhan atau tidak dan akan seperti apa kesudahan akhirmu, itu tergantung pada bagaimana engkau menerapkan pemberontakanmu terhadap daging. Tuhan telah menyelamatkanmu, memilihmu dan menentukanmu dari semula, tetapi jika saat ini engkau tidak mau memuaskan-Nya, engkau tidak mau menerapkan kebenaran, engkau tidak mau memberontak terhadap dagingmu sendiri dengan hati yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, pada akhirnya engkau akan menghancurkan dirimu sendiri, dan akan menanggung penderitaan yang bukan kepalang. Jika engkau selalu menuruti daging, Iblis akan secara perlahan-lahan menelanmu, dan meninggalkanmu tanpa kehidupan, atau tanpa jamahan Roh, sampai tiba harinya engkau menjadi gelap sepenuhnya di dalam dirimu. Ketika engkau hidup dalam kegelapan, engkau akan ditawan oleh Iblis, engkau tidak lagi memiliki Tuhan di dalam hatimu, dan pada saat itu engkau akan menyangkali keberadaan Tuhan dan meninggalkan-Nya" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memperoleh sedikit pemahaman tentang akar dan akibat serius dari mendambakan kenyamanan serta kemudahan. Aku hidup berdasarkan ide-ide dan sudut pandang yang keliru seperti "Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya", "Life is all about eating well and dressing nice", dan "Manjakan dirimu, dan nikmatilah hidupmu". Aku tidak bersedia menanggung sedikit pun penderitaan dalam tugasku, dan aku merencanakan serta mempertimbangkan segala sesuatu dengan memikirkan kenyamanan fisikku. Gereja mengatur agar aku menyirami para orang-orang percaya baru dan membina para penyiram. Ini merupakan tanggung jawabku. Namun, aku selalu merasa bahwa tugasku melelahkan dan merugikanku, jadi aku melakukannya dengan sikap asal-asalan. Bahkan ketika aku melihat beberapa penyiram dengan keadaan yang buruk, aku tidak mau bersekutu dengan mereka untuk mengatasi keadaan mereka. Beberapa orang-orang percaya baru takut ditangkap, sehingga mereka menjadi negatif dan lemah, dan Tian Yun, yang baru saja mulai berlatih, tidak bisa mempersekutukan kebenaran dengan jelas. Seharusnya aku membimbingnya untuk mendukung para orang-orang percaya baru bersama-sama, tetapi aku mendambakan kenyamanan fisik dan tidak benar-benar membimbing Tian Yun untuk bersekutu dengan mereka, yang menyebabkan masalah para orang-orang percaya baru tetap tidak terselesaikan, dan Tian Yun terpuruk dalam kesulitan. Hal ini tidak hanya merugikan kehidupan para orang-orang percaya baru, tetapi juga menunda pembinaan para penyiram, dan sementara itu, aku hidup dalam kegelapan dan penderitaan yang tak tertahankan, sehingga aku nyaris meninggalkan tugasku dan mengkhianati Tuhan. Baru pada saat itulah aku menyadari betapa seriusnya akibat dari mendambakan kenyamanan. Jika aku tidak berubah, pada akhirnya aku pasti akan hancur. Rumah Tuhan telah membinaku selama bertahun-tahun, tetapi sekarang ketika banyak orang-orang percaya baru di gereja membutuhkan penyiraman, aku tidak memikirkan bagaimana membayar harga untuk menyirami para orang-orang percaya baru dengan baik dan membina para penyiram. Sebaliknya, aku menghindari kerja keras, dan pada saat-saat kritis, aku mundur ketika dihadapkan dengan kesulitan dan memilih bermalas-malasan. Aku benar-benar egois dan tercela! Pada saat yang sama, aku juga memahami bahwa Tuhan telah mengatur situasi ini bukan untuk dengan sengaja mempersulitku, melainkan untuk menyingkapkan kerusakanku, dan membuatku memberontak terhadap dagingku, melepaskan diri dari pikiran dan pandangan bejat yang ditanamkan Iblis, hidup sesuai dengan firman Tuhan, dan mengejar untuk menjadi orang yang memiliki kemanusiaan. Ini adalah keselamatan dari Tuhan untukku!

Aku kemudian membaca firman Tuhan lagi: "Semua orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya, mereka semua bersedia untuk melaksanakan tugas mereka, mampu memikul suatu pekerjaan dan melakukannya dengan baik sesuai dengan kualitas mereka dan aturan rumah Tuhan. Tentu saja, mungkin sulit untuk beradaptasi dengan kehidupan seperti ini pada awalnya. Engkau mungkin merasa lelah secara fisik dan mental. Namun, jika engkau benar-benar memiliki tekad untuk melakukan bagianmu dan kesediaan untuk menjadi orang yang normal dan baik, dan ingin memperoleh keselamatan, engkau harus membayar sedikit harga dan mengizinkan Tuhan untuk mendisiplinkan dirimu. Ketika engkau merasa sangat ingin bersikap seenaknya, engkau harus memberontak terhadap keinginan itu dan melepaskannya, secara berangsur mengurangi sikap seenaknya dan keinginan egoismu. Engkau harus mencari pertolongan Tuhan dalam hal-hal penting, pada saat-saat penting, dan dalam tugas-tugas penting. Jika engkau benar-benar bertekad, mohonlah kepada Tuhan agar Dia menghajar dan mendisiplinkanmu, serta mencerahkanmu sehingga engkau mampu memahami kebenaran, sehingga dengan demikian engkau akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Jika engkau sudah benar-benar bertekad, dan engkau berdoa kepada Tuhan di hadirat-Nya serta memohon kepada-Nya, Tuhan akan bertindak. Dia akan mengubah keadaan dan pemikiranmu. Jika Roh Kudus sedikit saja bekerja dalam dirimu, sedikit saja menggerakkanmu, sedikit saja mencerahkanmu, hatimu akan berubah, dan keadaanmu akan berubah. Saat perubahan ini terjadi, engkau akan merasa bahwa hidup dengan cara seperti ini tidak membuatmu tertekan. Keadaan dan emosimu yang tertekan akan berubah dan menjadi lebih baik, dan akan berbeda dari sebelumnya. Engkau akan merasa menjalani hidup dengan cara seperti ini tidaklah melelahkan. Engkau akan menemukan kenikmatan saat melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan. Engkau akan merasa bahwa berperilaku, dan melaksanakan tugasmu dengan cara seperti ini, menanggung kesukaran dan membayar harga, mematuhi aturan, dan melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip adalah kehidupan yang baik. Engkau akan merasa bahwa kehidupan seperti inilah yang seharusnya dimiliki oleh orang normal. Ketika engkau hidup berdasarkan kebenaran dan melaksanakan tugasmu dengan baik, engkau akan merasa bahwa hatimu tenang dan damai, dan hidupmu bermakna. ... Semua orang dewasa harus memikul tanggung jawab orang dewasa, sebesar apa pun tekanan yang mereka hadapi, seperti kesukaran, penyakit, dan bahkan berbagai kesulitan—semua ini adalah hal-hal yang harus dialami dan ditanggung oleh semua orang. Semua ini adalah bagian dari kehidupan manusia normal. Jika engkau tidak mampu menahan tekanan atau menanggung penderitaan, itu berarti engkau terlalu rapuh dan tidak berguna. Siapa pun yang hidup harus menanggung penderitaan ini, dan tak seorang pun dapat menghindarinya. Baik di tengah masyarakat maupun di rumah Tuhan, itu sama untuk semua orang. Ini adalah tanggung jawab yang harus kaupikul, beban berat yang harus dipikul oleh orang dewasa, sesuatu yang sudah seharusnya mereka pikul, dan engkau tidak boleh menghindarinya. Jika engkau selalu berusaha melarikan diri atau menyingkirkan semua ini, maka perasaan tertekanmu akan muncul, dan engkau akan selalu terjerat olehnya. Namun, jika engkau mampu memahami dan menerima semua ini dengan benar, dan memandangnya sebagai bagian penting dari kehidupan dan kelangsungan hidupmu, maka masalah ini seharusnya tidak menjadi alasan bagimu untuk memiliki emosi negatif. Di satu sisi, engkau harus belajar memikul tanggung jawab dan kewajiban yang seharusnya dimiliki dan dipikul oleh orang dewasa. Di sisi lain, engkau harus belajar untuk hidup berdampingan secara harmonis dengan orang lain di lingkungan hidup dan lingkungan pekerjaanmu dengan memiliki kemanusiaan yang normal. Jangan hanya berbuat sekehendak hatimu. Apa tujuan hidup berdampingan secara harmonis? Tujuannya adalah untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dan memenuhi kewajiban dan tanggung jawab yang seharusnya kauselesaikan dan penuhi sebagai orang dewasa dengan baik, untuk meminimalkan kerugian yang disebabkan oleh masalah yang kauhadapi dalam pekerjaanmu, dan untuk memaksimalkan hasil dan efisiensi pekerjaanmu. Inilah yang seharusnya kaucapai. Jika engkau memiliki kemanusiaan yang normal, engkau harus mencapai hal ini saat bekerja di antara orang-orang. Mengenai tekanan pekerjaan, apakah itu berasal dari Yang di Atas atau dari rumah Tuhan, atau jika tekanan itu diberikan kepadamu oleh saudara-saudarimu, itu adalah sesuatu yang harus kautanggung. Engkau tidak boleh berkata, 'Ini terlalu menekanku, jadi aku tidak mau melakukannya. Aku hanya mencari hiburan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan dalam melaksanakan tugasku dan bekerja di rumah Tuhan.' Ini tidak dapat diterima; orang dewasa yang normal tidak boleh memiliki pemikiran seperti ini, dan rumah Tuhan bukanlah tempat bagimu untuk bersenang-senang. Semua orang menghadapi tekanan dan risiko tertentu dalam hidup dan pekerjaan mereka. Dalam pekerjaan apa pun, terutama dalam melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan, engkau harus berusaha untuk memperoleh hasil yang optimal" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (5)"). Dari firman Tuhan, aku memahami tuntutan Tuhan bagi manusia. Sebagai orang dewasa dengan kemanusiaan yang normal, seseorang hendaknya memikul tanggung jawab dan melaksanakan tugasnya dengan baik, yang mengharuskannya untuk, membayar harga, dan berupaya menerapkan prinsip-prinsip kebenaran. Dia tidak boleh memikirkan keinginan dagingnya terus-menerus. Inilah sikap yang seharusnya dimiliki seseorang terhadap tugasnya. Aku memikirkan bagaimana beberapa saudara-saudari melayani sebagai pemimpin, pengawas, pekerja penginjilan, atau melaksanakan tugas umum di gereja, dan terlepas dari usia mereka, mereka semua memikul pekerjaan masing-masing dan memenuhi tanggung jawab mereka, sementara aku terus-menerus mengeluh dan tidak memikul tanggung jawab serta tidak melaksanakan tugasku sendiri. Aku merasa sangat malu. Setelah mengikuti Tuhan selama bertahun-tahun dan menikmati begitu banyak penyiraman serta pemeliharaan dari firman Tuhan, aku belum memikirkan maksud Tuhan, dan selalu mendambakan kenyamanan fisik. Aku benar-benar tidak pantas disebut manusia! Gereja mengatur agar aku menyirami para orang-orang percaya baru dan juga membina para penyiram. Inilah cara Tuhan meninggikan aku. Aku harus mempertimbangkan cara melaksanakan tugasku dengan baik, dan segera membina para penyiram. Aku juga memahami bahwa apa pun kesulitan atau sebanyak apa penderitaan yang kuhadapi, itu bukanlah alasan untuk menolak amanat yang diberikan kepadaku, dan tentu saja itu tidak boleh membuatku merasa tertekan. Sebaliknya, aku harus mengandalkan Tuhan dan mencari kebenaran untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ini.

Setelah beberapa waktu, aku mendapati bahwa seorang orang-orang percaya baru, Saudari Tingting, memiliki pemahaman yang baik dan cocok untuk dibina. Namun, mengingat bahwa aku sudah membina beberapa penyiram, dan bertanggung jawab untuk menyirami para orang-orang percaya baru, jika aku juga membina Tingting, waktuku untuk bersantai akan makin sedikit. Terlebih lagi, Tingting baru percaya kepada Tuhan enam bulan yang lalu, dia belum memahami banyak kebenaran, dan membinanya akan membutuhkan banyak usaha, jadi aku memutuskan untuk meminta penyiram lain yang membinanya. Belakangan, aku menyadari bahwa keadaanku ini salah, dan aku masih tidak mau mengkhawatirkan berbagai hal, membayar harga, atau merasa lelah dan menderita. Aku teringat akan suatu bagian dari firman Tuhan: "Sesuatu terjadi yang mengharuskanmu menanggung penderitaan, pada saat seperti itulah engkau harus memahami apa maksud Tuhan, dan bagaimana harus memperhatikan maksud-Nya. Engkau tidak boleh memuaskan dirimu sendiri: Pertama-tama, sangkal dirimu sendiri. Tidak ada yang lebih hina daripada kedagingan. Engkau harus berusaha memuaskan Tuhan, dan engkau harus memenuhi tugasmu. Dengan pemikiran seperti itu, Tuhan akan memberimu pencerahan khusus dalam masalah ini, dan hatimu pun akan menemukan penghiburan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Aku menyadari bahwa aku aku tidak boleh hanya menuruti keinginan dagingku. Aku harus memikirkan cara untuk memuaskan Tuhan dan bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Tingting memiliki kualitas yang baik, pemahaman yang murni, dan semangat yang kuat untuk mencari, dan jika dibina, dia bisa memikul sebagian pekerjaan. Aku harus membuatnya melaksanakan tugas sesegera mungkin. Ini akan bermanfaat bagi pekerjaan dan juga membantu pertumbuhan kehidupannya. Setelah itu, aku berusaha meluangkan waktu untuk bersekutu dengan Tingting dan membimbingnya tentang bagaimana melaksanakan tugas penyiraman. Meskipun terkadang aku merasa cukup lelah dan menghadapi kesulitan, aku tidak lagi merasa tertekan tetapi justru memberontak terhadap dagingku untuk bekerja sama secara nyata. Perubahan dalam diriku ini merupakan hasil dari firman Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Sebelumnya:  63. Setelah Putraku yang Masih Muda Jatuh Sakit

Selanjutnya:  67. Aku Bisa Menyikapi Hobiku Dengan Benar

Konten Terkait

15. Setelah Kebohongan

Oleh Saudari Chen Shi, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Engkau harus tahu bahwa Tuhan menyukai mereka yang jujur. Secara hakikat,...

40. Kembali ke Rumah

Oleh Saudari Muyi, Korea Selatan"Kasih Tuhan yang berlimpah dengan bebas dianugerahkan kepada manusia dan mengelilingi manusia; manusia...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Connect with us on Messenger