29. Aku Tidak Lagi Menghindar dari Kesengsaraan

Pada bulan Agustus 2023, aku menjadi pemimpin di sebuah gereja. Pada tanggal 29, datang sepucuk surat dari para pemimpin tingkat atas. Surat itu mengatakan bahwa dua gereja terdekat menjadi sasaran penangkapan oleh PKT dalam beberapa hari terakhir, dan banyak saudara-saudari ditangkap. Mereka bertanya apakah aku tahu tentang situasi di sana. Setelah membaca surat itu, aku terkejut, "Bagaimana mungkin begitu banyak saudara-saudari ditangkap lagi? Para pemimpin mungkin mengirim surat ini untuk mencari tahu apakah aku bisa pergi dan menangani dampak kejadian itu. Meskipun aku tidak memahami situasi di sana, aku memiliki sedikit pengalaman sebelumnya dalam menangani dampak kejadian itu. Jika aku harus pergi, aku akan mampu melaksanakan tugas tersebut. Selain itu, karena begitu banyak saudara-saudari dari gereja-gereja di sana telah ditangkap, akan sulit menemukan orang untuk menangani dampaknya." Namun, aku berpikir lain, "Sangat berbahaya untuk menangani dampaknya. Aku adalah buron polisi. Jika aku pergi, mungkin aku akan ditangkap juga. Bagaimanapun, aku tidak benar-benar memahami apa yang sedang terjadi di gereja-gereja tersebut, dan selain itu, para pemimpin tidak mengatur agar aku pergi. Lebih baik aku tidak mengajukan diri untuk melaksanakan tugas tersebut." Oleh karena itu, aku menjawab bahwa aku belum pernah ke sana dan tidak memahami situasinya. Aku tidak menyangka bahwa begitu aku mengirim surat itu, sepucuk surat lain pun datang dari para pemimpin tingkat atas. Surat itu mengatakan bahwa aku harus pergi ke kedua gereja tersebut untuk menangani dampak kejadian itu. Para pemimpin juga memberikan daftar tujuh belas orang yang ditangkap. Para pemimpin gereja dan orang-orang yang melaksanakan beberapa tugas penting lainnya telah ditangkap. Dalam surat tersebut, para pemimpin tingkat atas juga mempersekutukan kepadaku beberapa cara untuk menangani dampak penangkapan itu, memintaku untuk menemukan Saudari Zhou Na di sana dan bekerja dengannya, serta mendorongku untuk banyak berdoa kepada Tuhan dan memperhatikan keselamatanku. Hatiku sangat tidak nyaman ketika aku membaca surat tersebut. Aku berpikir tentang begitu banyak saudara-saudari dari gereja-gereja tersebut yang ditangkap, sehingga hanya ada sedikit orang yang mampu menangani dampak setelahnya. Aku memiliki sedikit pengalaman dalam hal ini dan cocok untuk melaksanakan tugas ini, tetapi aku memilih untuk berdiam diri karena takut ditangkap dan khawatir akan keselamatanku sendiri. Aku juga tidak bersedia melakukan pekerjaan itu kecuali jika diminta secara khusus. Ketika berbagai hal menimpaku, satu-satunya hal yang kupikirkan adalah kepentinganku sendiri; aku tidak memikirkan kepentingan gereja sedikit pun. Aku terlalu egoistis! Oleh karena itu, aku membalas surat para pemimpin bahwa aku bersedia menangani dampaknya. Namun, kemudian aku berpikir, "Sebagian besar pemimpin dan pekerja di kedua gereja tersebut telah ditangkap. Jika beberapa dari mereka tidak tahan terhadap penyiksaan dan menjadi seperti Yudas, jika aku pergi, bukankah aku akan langsung ditangkap? Aku sendiri adalah buron PKT, jadi jika aku ditangkap, aku pasti akan mengalami penyiksaan yang jauh lebih buruk daripada yang lain. Sekalipun tidak dipukuli sampai mati, aku akan menjadi cacat." Ketika memikirkan ini, hatiku merasa sangat takut. Namun, tugas memanggil, dan aku tidak bisa bersikap egoistis dan tercela, hanya memikirkan diriku sendiri. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia menuntunku. Aku merenungkan firman Tuhan: "Dalam tugasmu dan apa yang menjadi tugasmu, dan dalam hal yang lebih besar dari itu, yaitu amanat yang Tuhan berikan dan kewajibanmu, serta pekerjaan penting yang berada di luar tugasmu tetapi mengharuskanmu untuk melakukannya, pekerjaan yang diaturkan untukmu dan yang harus engkau sendiri yang mengerjakannya—engkau harus membayar harga, sesulit apa pun itu. Sekalipun engkau harus mengerahkan dirimu sepenuhnya, sekalipun penganiayaan akan kaualami, dan sekalipun nyawamu terancam, engkau tidak boleh menyesali harga yang harus kaubayar, melainkan mempersembahkan kesetiaanmu dan tunduk sampai mati. Seperti inilah perwujudan nyata, pengorbanan nyata dan penerapan nyata dari mengejar kebenaran" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Mengapa Manusia Harus Mengejar Kebenaran"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa panggilan tugas itu adalah ujian Tuhan bagiku. Tuhan ingin melihat sikapku terhadap tugasku, dan melihat apakah aku beriman dan tunduk kepada-Nya. Meskipun menangani dampak kejadian itu berbahaya, aku dipanggil secara pribadi untuk melaksanakan tugas tersebut. Aku harus melaksanakan tugas tersebut dengan baik semahal apa pun harga yang harus kubayar. Yang terpenting adalah melindungi persembahan Tuhan agar tidak hilang. Aku memikirkan bagaimana rumah Tuhan telah menyirami dan membinaku selama bertahun-tahun ini. Sekarang, pada saat yang kritis ini, aku harus melindungi pekerjaan gereja. Aku tidak boleh terus memikirkan diriku sendiri dan mengurung diriku seperti kura-kura dalam tempurungnya. Oleh karena itu, aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku adalah makhluk ciptaan, dan sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan jika aku tunduk kepada-Mu. Aku tidak boleh memiliki pilihan dan tuntutanku sendiri. Meskipun lemah, aku bersedia memikirkan maksud-Mu dan tidak meninggalkan penyesalan apa pun dalam tugasku. Kiranya Engkau memimpin dan membimbingku."

Pada tanggal 31 Agustus, aku tiba di salah satu gereja terdekat dan bertemu dengan Zhou Na. Aku mendengar Zhou Na berkata bahwa PKT mengirim banyak petugas polisi untuk menangkap saudara-saudari pada kesempatan ini. Kedua pemimpin, diaken penginjilan, dan para tuan rumah semuanya telah ditangkap. Tidak tersisa satu rumah pun yang aman. Aku berpikir, "Begitu banyak orang telah ditangkap. Sepertinya polisi telah mengikuti dan mengawasi mereka untuk waktu yang lama. Sangat berbahaya untuk melaksanakan tugas di sini!" Ketika memikirkan ini, hatiku merasa sangat takut. Dalam hatiku, aku berdoa kepada Tuhan. Aku teringat akan firman Tuhan: "'Sekuat' apa pun Iblis, seberani dan seambisius apa pun dirinya, sehebat apa pun kemampuannya untuk menimbulkan kerusakan, seluas apa pun teknik yang digunakannya untuk merusak dan memperdaya manusia, selihai apa pun trik dan rencana jahat yang digunakannya untuk mengintimidasi manusia, sehebat apa pun kemampuannya mengubah bentuk keberadaan dirinya, ia tidak pernah mampu menciptakan satu makhluk hidup pun, tidak pernah mampu menetapkan hukum atau aturan untuk keberadaan segala sesuatu, dan tidak pernah mampu mengatur dan mengendalikan objek apa pun, baik yang hidup atau mati. Di alam semesta dan cakrawala, tidak ada orang atau objek apa pun yang lahir dari dirinya, atau ada karena dirinya; tidak ada orang atau objek apa pun yang diatur olehnya, atau dikendalikan olehnya. Sebaliknya, ia bukan saja harus hidup di bawah kekuasaan Tuhan, tetapi, lebih dari itu, ia harus menaati semua perintah dan titah Tuhan. Tanpa izin Tuhan, sulit bagi Iblis untuk menyentuh bahkan setetes air pun atau butiran pasir di atas tanah; tanpa izin Tuhan, Iblis bahkan tidak bebas untuk memindahkan semut di atas tanah, apalagi umat manusia, yang diciptakan oleh Tuhan" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Firman Tuhan memberiku iman. Tuhan berkuasa dan berdaulat atas segala sesuatu. Iblis juga berada di tangan Tuhan. Tanpa izin Tuhan, betapa pun merajalelanya Iblis, dia tidak dapat melakukan apa pun terhadapku. Apakah aku ditangkap atau tidak, itu ada di tangan Tuhan. Keesokan harinya, aku dan Zhou Na pergi menemui orang-orang yang menjaga persembahan dan barang-barang gereja. Dengan sehati sepikir, kami berdoa kepada Tuhan dan mendiskusikan bagaimana bekerja sama. Dalam beberapa hari, kami memindahkan barang-barang dan persembahan gereja dengan aman dari sana. Aku menyadari perlindungan serta pimpinan Tuhan, dan aku sangat bersyukur kepada Tuhan dalam hatiku.

Segera setelah itu, aku dan Zhou Na pergi ke gereja yang lain. Hampir semua pemimpin dan diaken di gereja ini ditangkap. Hanya diaken penginjilan yang lolos dari penangkapan, dan bahkan tidak ada rumah di mana kami bisa beristirahat. Kami tidak punya pilihan selain mengatur untuk bertemu dengan diaken penginjilan di ladang jagung atau di perbukitan untuk mendiskusikan pekerjaan. Ada banyak kesulitan dalam pekerjaan pada saat itu, dan kami tidak bisa menyelesaikannya sekaligus. Aku merasa lemah di dalam hatiku, dan hidup di tengah-tengah kesulitan. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk mencerahkan dan membimbingku. Setelah berdoa, aku teringat akan firman Tuhan: "Hikmat yang terbesar adalah mencari Tuhan dan mengandalkan Dia dalam segala sesuatu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kepercayaan kepada Tuhan Harus Dimulai dengan Memahami yang Sebenarnya mengenai Tren Jahat Dunia"). Hatiku tiba-tiba menjadi cerah, "Ya, aku harus mengandalkan Tuhan. Tuhan memiliki otoritas dan kuasa untuk mengendalikan langit dan bumi serta segala sesuatu. Jika aku mengandalkan Tuhan, tidak ada yang sulit untuk dicapai." Firman Tuhan seperti penyelamat bagiku, memberiku iman dan kekuatan. Aku mulai merenungkan apa yang harus kulakukan tanpa rumah keluarga yang menjadi tuan rumah yang aman. Kemudian, aku menyadari bahwa jika aku meminta seorang saudari untuk menyewa rumah, bukankah kami akan memiliki tempat untuk tinggal dan mendiskusikan pekerjaan? Aku segera memberi tahu Zhou Na tentang ide ini. Kami berdua bersepakat dan pergi mencari seorang saudari untuk mempersekutukan hal itu pada hari itu juga. Namun, aku masih merasa khawatir pada saat itu. Lingkungannya sangat berbahaya; apakah saudari itu akan setuju? Aku tidak menyangka dia akan berkata bahwa dia sedang berencana untuk menyewa sebuah rumah dan menjadi tuan rumah kami. Ajaibnya, kami memiliki ide yang sama. Aku sangat tersentuh. Kami berdua menggenggam tangan saudari itu dengan penuh rasa syukur, tak bisa membendung air mata. Aku sangat memahami bahwa semua ini adalah pimpinan Tuhan. Pada saat terlemahku, saat mengalami kesulitan terbesar, dan siksaan terburuk, aku mengandalkan Tuhan dan melihat tangan-Nya; aku menyadari bahwa Tuhan melindungi pekerjaan-Nya sendiri dengan mempersiapkan seorang calon tuan rumah terlebih dahulu, menyiapkan jalan ke depan bagi kami. Aku tak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan dalam hatiku. Setelah itu, aku mengetahui bahwa setelah diaken urusan umum Lin Xi ditangkap, putranya mengeluarkan sejumlah uang dan meminta seorang kenalan untuk membebaskannya dengan jaminan. Lin Xi berkata bahwa polisi menyiksanya. Mereka meninju, menendang, menamparnya, dan menyetrumnya dengan tongkat listrik. Mereka juga telah menyiram tubuhnya dengan minyak mustar, dengan air dingin, dan kemudian dengan air panas. Dia telah dipukuli dengan sangat parah hingga wajahnya menjadi babak belur, dan tubuhnya diborgol dengan begitu ketat sehingga tidak bisa dilepaskan. Aku juga mendengar bahwa pemimpin gereja, Saudari Li Shuang, dipukuli hingga tidak bisa dikenali lagi. Ketika mendengar semua ini, hatiku sangat ketakutan. Aku merasa lemas di sekujur tubuhku, dan hatiku begitu sakit sehingga rasanya seperti ditikam. Aku berpikir, "Aku sedang menangani dampak penangkapan itu, jadi terkadang aku harus memindahkan persembahan dan buku-buku firman Tuhan secara pribadi. Dengan melaksanakan tugasku di sini, aku merasa seperti merebut kembali persembahan dari hadapan polisi. Saat ini ada kamera dan CCTV di mana-mana, dan aku adalah buron. Ada risiko ditangkap kapan saja. Jika aku ditangkap dalam perjalanan memindahkan buku-buku firman Tuhan, bagaimana mereka akan menyiksaku? Lin Xi berusia 78 tahun, dan mereka tetap dengan kejam memukulinya sampai mati. Jika aku ditangkap, aku tidak tahu penyiksaan apa yang akan dilakukan oleh polisi terhadapku. Bukankah aku akan dipukuli sampai mati? Aku bahkan tidak tahu apakah aku akan keluar dari penjara dalam keadaan hidup. Jika aku tidak dapat bertahan menghadapi penyiksaan dan menjadi seperti Yudas, hidup berimanku kepada Tuhan akan berakhir, dan aku tidak akan memiliki kesempatan untuk diselamatkan." Makin kupikirkan, aku makin takut. Aku tidak memiliki kekuatan yang tersisa dalam tubuhku, dan aku bahkan memiliki beberapa penyesalan, "Sekarang, aku benar-benar berada di tengah badai. Mengapa aku tidak berpikir dengan benar sebelum menerima tugas ini dengan begitu terburu-buru? Mengapa aku sebodoh itu?" Aku menyadari bahwa keadaanku tidak benar, dan aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, Aku telah mendengar bahwa naga merah yang sangat besar telah menangkap banyak pemimpin dan pekerja, memukuli para saudari hingga tak dapat dikenali, dan menyiksa mereka dengan berbagai cara. Hatiku lemah dan takut, aku juga hidup dalam ketakutan. Ya Tuhan, aku memohon kepada-Mu untuk menuntun dan membimbingku, dan memberiku iman serta kekuatan agar tidak terintimidasi oleh pengaruh gelap PKT!"

Setelah berdoa, aku teringat akan sebaris firman Tuhan: "Segala sesuatu yang lain dapat ditinggalkan—bahkan nyawanya sendiri—tetapi amanat Tuhan harus dipenuhi." Aku mencari bagian tersebut untuk membacanya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Bagaimana seharusnya engkau memperlakukan amanat Tuhan adalah hal yang sangat penting. Ini adalah hal yang sangat serius. Jika engkau tidak mampu menyelesaikan apa yang telah Tuhan percayakan kepadamu, engkau tidak layak untuk hidup di hadirat-Nya dan engkau harus menerima hukumanmu. Adalah sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan bahwa manusia memenuhi amanat yang Tuhan percayakan kepada mereka. Ini adalah tanggung jawab tertinggi manusia, dan sama pentingnya dengan nyawa mereka sendiri. Jika engkau memperlakukan amanat Tuhan dengan menganggapnya remeh, ini adalah pengkhianatan yang paling serius terhadap Tuhan. Dalam hal ini, engkau lebih tercela daripada Yudas, dan harus dikutuk. Orang haruslah memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang bagaimana cara memperlakukan amanat Tuhan dan setidaknya, mereka harus memahami bahwa amanat yang Tuhan percayakan kepada manusia adalah peninggian-Nya terhadap manusia, kasih karunia-Nya yang khusus terhadap manusia, ini adalah hal yang paling mulia, dan segala sesuatu yang lain dapat ditinggalkan—bahkan nyawanya sendiri—tetapi amanat Tuhan harus dipenuhi" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Mengenal Natur Manusia"). Saat merenungkan firman Tuhan, aku memahami bahwa tugas adalah amanat yang diberikan Tuhan kepada manusia, dan merupakan tanggung jawab yang tidak boleh ditolak oleh manusia. Jika kita tidak dapat menyelesaikannya, kita tidak layak untuk hidup. Aku berpikir tentang orang-orang kudus di zaman-zaman terdahulu. Untuk menyelesaikan amanat Tuhan, mereka memberitakan Injil Tuhan ke seluruh penjuru dunia. Sekalipun menumpahkan darah dan mengorbankan hidup mereka, mereka tidak pernah menyerah pada kekuatan Iblis. Mereka terus menyebarluaskan Injil Tuhan tanpa keraguan atau kekhawatiran. Namun, ketika tugas ini datang kepadaku, aku tidak melihatnya sebagai hal yang terhormat. Sebaliknya, aku hidup dalam ketakutan karena aku takut ditangkap. Yang kupikirkan hanyalah kepentingan, keuntungan, dan kerugianku sendiri. Ketika bahaya menimpaku, aku ingin melarikan diri. Bahkan ketika aku belum benar-benar ditangkap dan disiksa, aku sudah mulai menyesal menerima tugas tersebut, aku juga mengkhianati Tuhan dalam hatiku. Dibandingkan dengan orang-orang kudus di zaman-zaman terdahulu, aku benar-benar malu! Mereka mampu memberi kesaksian seperti itu bahkan tanpa membaca begitu banyak firman Tuhan, tetapi meskipun telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan dan makan serta minum begitu banyak firman Tuhan, pada saat yang kritis, aku tidak mampu memikirkan maksud Tuhan, dan tidak menunjukkan kesetiaan dalam melaksanakan tugasku. Aku benar-benar tidak memiliki hati nurani dan kemanusiaan!

Aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Para antikristus sangat egois dan hina. Mereka tidak memiliki iman yang sejati kepada Tuhan, dan terlebih lagi, mereka tidak setia kepada Tuhan; ketika mereka menghadapi masalah, mereka hanya melindungi dan menjaga keselamatan mereka sendiri. Bagi mereka, tidak ada yang lebih penting selain keselamatan mereka sendiri. Selama mereka masih bisa hidup dan tidak tertangkap, mereka tidak peduli seberapa besar kerugian yang ditimbulkan pada pekerjaan gereja. Orang-orang ini sangat egois, mereka sama sekali tidak memikirkan saudara-saudari ataupun pekerjaan gereja, mereka hanya memikirkan keselamatan mereka sendiri. Mereka adalah para antikristus. Jadi, jika hal-hal semacam itu menimpa orang-orang yang setia kepada Tuhan dan yang memiliki iman yang sejati kepada Tuhan, bagaimana mereka menangani hal-hal tersebut? Apa bedanya tindakan mereka dengan tindakan para antikristus? (Ketika hal-hal semacam itu menimpa mereka yang setia kepada Tuhan, mereka akan memikirkan cara apa pun untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan, untuk melindungi persembahan milik Tuhan dari kerugian, dan mereka akan membuat pengaturan yang diperlukan untuk para pemimpin, pekerja, dan saudara-saudari, untuk meminimalkan kerugian. Sedangkan para antikristus, mereka akan terlebih dahulu memastikan bahwa mereka terlindungi. Mereka tidak memedulikan pekerjaan gereja ataupun keamanan umat pilihan Tuhan, dan ketika gereja menghadapi penangkapan, itu menyebabkan pekerjaan gereja mengalami kerugian.) Para antikristus mengabaikan pekerjaan rumah Tuhan dan persembahan milik Tuhan, dan mereka tidak mengatur bagi orang-orang untuk menangani buntut peristiwa yang terjadi. Ini sama saja dengan mengizinkan si naga merah yang sangat besar merampas persembahan milik Tuhan dan umat pilihan-Nya. Bukankah ini adalah pengkhianatan terselubung terhadap persembahan milik Tuhan dan umat pilihan-Nya? Ketika orang-orang yang setia kepada Tuhan tahu dengan jelas bahwa suatu keadaan menjadi berbahaya, mereka tetap berani mengambil risiko dengan bertindak untuk menangani buntut peristiwa yang terjadi, dan mereka meminimalkan kerugian rumah Tuhan sebelum mereka sendiri mengungsi. Mereka tidak mengutamakan keselamatan mereka sendiri. Katakan kepada-Ku, di negeri si naga merah yang sangat besar yang jahat ini, siapa yang bisa memastikan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan dan melakukan tugasnya sama sekali tidak akan menghadapi bahaya? Tugas apa pun yang orang laksanakan, itu selalu mengandung risiko—tetapi pelaksanaan tugas diamanatkan oleh Tuhan, dan sementara mengikuti Tuhan, orang harus mengambil risiko dalam melakukan tugasnya. Orang harus berhikmat, dan perlu mengambil tindakan untuk memastikan keselamatan dirinya, tetapi orang tidak boleh mengutamakan keselamatan pribadinya. Mereka harus memikirkan maksud Tuhan, mengutamakan pekerjaan rumah-Nya dan mengutamakan penyebaran Injil. Melaksanakan apa yang Tuhan amanatkan kepada mereka adalah hal yang terpenting dan yang harus diutamakan. Para antikristus menjadikan keselamatan pribadi mereka sebagai prioritas utama; mereka percaya bahwa hal lain tidak ada kaitannya dengan mereka. Mereka tidak peduli jika sesuatu terjadi pada orang lain, siapa pun itu. Asalkan tidak ada hal buruk yang terjadi pada para antikristus itu sendiri, mereka merasa tenang. Mereka sama sekali tidak memiliki kesetiaan, dan ini ditentukan oleh esensi natur dari para antikristus tersebut" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Dua)). Firman Tuhan menyingkapkan natur antikristus yang egoistis dan tercela. Aku menyadari bahwa ketika lingkungan berbahaya dari penangkapan naga merah yang sangat besar menimpa antikristus, mereka berusaha melindungi dirinya sendiri di setiap kesempatan. Mereka mengutamakan keselamatannya sendiri dan tidak pernah memikirkan kepentingan rumah Tuhan. Mereka bahkan mengabaikan persembahan Tuhan untuk menjaga keselamatannya sendiri. Setelah membandingkan firman Tuhan dengan apa yang telah kuperlihatkan, aku mendapati bahwa aku sama saja dengan antikristus. Ketika aku mendengar bahwa polisi mengerahkan banyak petugas dalam gelombang penangkapan ini, bahwa saudara-saudari yang ditangkap mengalami berbagai bentuk penyiksaan, bahwa Li Shuang telah dipukuli hingga tak bisa dikenali, dan mereka bahkan tidak mengampuni Lin Xi yang berusia 78 tahun, aku takut akan jatuh ke tangan polisi saat menangani dampak penangkapan itu, dan meskipun tidak dipukuli sampai mati, aku akan menjadi cacat. Jika aku tidak tahan terhadap penyiksaan dan menjadi seperti Yudas, aku tidak akan bisa diselamatkan. Aku hidup dalam kegentaran dan ketakutan, bahkan menyesal menerima tugas tersebut. Ketika menghadapi bahaya, aku hanya ingin melindungi diriku sendiri. Aku tidak memikirkan keselamatan saudara-saudariku, dan tidak memikirkan apakah persembahan Tuhan akan dirampas oleh naga merah yang sangat besar. Aku seperti tidak peduli siapa yang ditangkap, selama aku sendiri tidak ditangkap. Aku sama sekali tidak melindungi pekerjaan gereja. Aku sangat egoistis dan tercela! Aku berpikir tentang bagaimana jika kita percaya kepada Tuhan atau melaksanakan tugas apa pun di negara naga merah yang sangat besar, kita berisiko ditangkap, tetapi Tuhan memakai lingkungan ini untuk menguji kita dan menyempurnakan iman kita. Mereka yang mampu mengabaikan keselamatan dirinya sendiri di lingkungan yang berbahaya, melindungi persembahan Tuhan, dan melindungi saudara-saudarinya adalah mereka yang menjaga pekerjaan gereja serta setia kepada Tuhan. Ketika aku memahami ini, aku tidak setakut sebelumnya, dan memiliki iman untuk menangani dampak kejadiannya dengan baik, memindahkan persembahan dan buku-buku firman Tuhan secepat mungkin untuk meminimalkan kerugian.

Aku membaca bagian lain dari firman Tuhan: "Bagaimanakah kematian para murid Tuhan Yesus? Di antara para murid, ada yang dirajam, diseret di belakang kuda, disalibkan terbalik, dikoyak-koyakkan oleh lima ekor kuda—berbagai jenis kematian menimpa mereka. Apakah alasan kematian mereka? Apakah mereka dihukum mati secara sah karena kejahatan mereka? Tidak. Mereka mengabarkan Injil Tuhan, tetapi orang-orang dunia tidak menerimanya, sebaliknya mereka justru mengutuk, memukul, memaki, bahkan membunuh mereka—dengan cara seperti itulah mereka menjadi martir. Mari kita tidak usah membicarakan kesudahan akhir dari para martir itu, atau definisi Tuhan tentang perilaku mereka, tetapi tanyakanlah ini: ketika mereka tiba pada akhir hidup mereka, apakah cara mereka sampai pada akhir hidup mereka sesuai dengan gagasan manusia? (Tidak.) Dari sudut pandang gagasan manusia, mereka sudah membayar harga sebesar itu untuk menyebarluaskan pekerjaan Tuhan, tetapi mereka pada akhirnya dibunuh oleh Iblis. Ini tidak sesuai dengan gagasan manusia, tetapi inilah justru yang terjadi pada mereka. Inilah yang Tuhan izinkan terjadi. Kebenaran apa yang bisa dicari dalam hal ini? Apakah Tuhan membiarkan mereka mati dengan cara ini adalah kutukan dan hukuman-Nya, atau apakah ini adalah rencana dan berkat-Nya? Bukan keduanya. Apakah itu? Kini orang-orang merenungkan kematian para martir itu dengan penuh kesedihan, tetapi memang itulah yang terjadi. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan mati dengan cara seperti itu, bagaimana ini bisa dijelaskan? Saat kita membahas topik ini, kau menempatkan dirimu pada posisi mereka, lalu apakah hatimu terasa sedih dan apakah engkau merasakan sakit yang tersembunyi? Engkau berpikir, 'Orang-orang ini melaksanakan tugas mereka untuk mengabarkan Injil Tuhan dan seharusnya dianggap sebagai orang-orang baik, jadi bagaimana mereka bisa berakhir seperti itu dan mengalami kesudahan seperti itu?' Sesungguhnya, begitulah tubuh mereka mati dan meninggal; itu adalah cara mereka meninggalkan dunia manusia, tetapi bukan berarti kesudahan mereka sama. Bagaimanapun proses kematian dan kepergian mereka, bagaimanapun itu terjadi, itu bukanlah cara Tuhan menentukan kesudahan akhir dari hidup mereka, kesudahan akhir dari makhluk ciptaan tersebut. Ini adalah sesuatu yang harus kaulihat dengan jelas. Sebaliknya, mereka justru menggunakan cara-cara itu untuk mengutuk dunia ini dan untuk bersaksi tentang perbuatan-perbuatan Tuhan. Makhluk ciptaan ini menggunakan hidup mereka yang paling berharga—mereka menggunakan saat-saat terakhir hidup mereka untuk bersaksi tentang perbuatan-perbuatan Tuhan, untuk bersaksi tentang kuasa Tuhan yang besar, dan untuk menyatakan kepada Iblis dan dunia bahwa perbuatan-perbuatan Tuhan benar, bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan, bahwa Dia adalah Tuhan, dan daging inkarnasi Tuhan. Bahkan hingga di saat terakhir hidup mereka, mereka tidak pernah menyangkal nama Tuhan Yesus. Bukankah ini suatu bentuk penghakiman terhadap dunia ini? Mereka menggunakan nyawa mereka untuk menyatakan kepada dunia, untuk menegaskan kepada manusia bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan, bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus, bahwa Dia adalah daging inkarnasi Tuhan, bahwa pekerjaan penebusan seluruh umat manusia yang Dia lakukan memungkinkan manusia ini untuk terus hidup—fakta ini tidak akan berubah selamanya. Mengenai mereka yang menjadi martir karena mengabarkan Injil Tuhan Yesus, sampai sejauh mana mereka melaksanakan tugas mereka? Apakah sampai ke taraf tertinggi? Bagaimana taraf tertinggi itu diwujudkan? (Mereka mempersembahkan nyawa mereka.) Benar, mereka membayar harga dengan nyawa mereka. Keluarga, kekayaan, dan hal-hal materiel dari kehidupan ini semuanya adalah hal-hal lahiriah; satu-satunya hal yang berkaitan dengan diri mereka adalah nyawa mereka. Bagi setiap orang yang hidup, nyawa adalah hal yang paling bernilai untuk dihargai, hal yang paling berharga dan, yang terjadi adalah, orang-orang ini mampu mempersembahkan milik mereka yang paling berharga—nyawa—sebagai penegasan dan kesaksian tentang kasih Tuhan bagi manusia. Hingga saat wafatnya, mereka tidak menyangkal nama Tuhan, juga tidak menyangkal pekerjaan Tuhan, dan mereka menggunakan saat terakhir hidup mereka untuk bersaksi tentang keberadaan fakta ini—bukankah ini bentuk kesaksian tertinggi? Inilah cara terbaik orang dalam melaksanakan tugasnya; inilah yang artinya orang memenuhi tanggung jawabnya. Ketika Iblis mengancam dan meneror mereka, dan, pada akhirnya, bahkan ketika Iblis membuat mereka harus membayar harga dengan nyawa mereka, mereka tidak meninggalkan tanggung jawab mereka. Ini artinya orang memenuhi tugasnya hingga taraf tertinggi. Apakah yang Kumaksud dengan ini? Apakah yang Kumaksudkan adalah agar engkau semua menggunakan metode yang sama untuk bersaksi tentang Tuhan dan mengabarkan Injil-Nya? Engkau tidak perlu melakukan hal yang seperti itu, tetapi engkau harus memahami bahwa ini adalah tanggung jawabmu, bahwa jika Tuhan memintamu untuk melakukannya, engkau harus menerimanya sebagai sesuatu yang wajib kaulakukan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Memberitakan Injil adalah Tugas yang Harus Dilaksanakan dengan Baik oleh Semua Orang Percaya"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku memahami bahwa dalam memercayai Tuhan, kita harus memiliki hati yang benar-benar merindukan Tuhan. Aku berpikir tentang orang-orang kudus di zaman-zaman terdahulu yang mengorbankan hidupnya untuk menyebarluaskan Injil Tuhan Yesus. Ada yang diseret di belakang kuda, ada yang dilemparkan ke dalam minyak mendidih, dan Petrus disalibkan terbalik untuk Tuhan, tunduk pada kematian; mereka memberi kesaksian yang berkumandang bagi Tuhan. Kematian mereka sangat bermakna dan berharga, serta diingat oleh Tuhan. Meskipun tubuh mereka disakiti dan dibunuh oleh Iblis, jiwa mereka tidak pernah mati. Jika aku meninggalkan tugasku atau menjadi seperti Yudas serta mengkhianati Tuhan karena takut ditangkap dan dipukuli sampai mati, aku akan hidup sebagai mayat berjalan. Pada akhirnya, jiwaku akan dilemparkan ke neraka untuk menderita hukuman kekal. Jadi, aku pun berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, Engkaulah yang menentukan hidup dan matiku. Aku bersedia tunduk pada pengaturan dan penataan-Mu. Jika aku benar-benar ditangkap, itu akan terjadi atas izin-Mu. Aku bersedia tetap teguh dalam kesaksianku bagi-Mu. Sekalipun polisi menyiksaku sampai mati, aku tidak akan pernah menjadi seperti Yudas dan tidak akan mengkhianati kepentingan gereja." Setelah berdoa, aku memiliki lebih banyak iman dalam hatiku.

Karena semua pemimpin gereja ditangkap, kami sama sekali tidak tahu berapa banyak rumah yang digunakan gereja untuk menyimpan buku-buku. Kemudian, kami bertanya-tanya dan menemukan bahwa buku-buku firman Tuhan yang disimpan oleh Saudari Hao Yi dan saudari lainnya harus dipindahkan. Kami juga mendengar dari seorang saudari yang dibebaskan bahwa polisi akan segera melakukan penangkapan gelombang kedua. Jika tidak dipindahkan tepat waktu, buku-buku itu akan jatuh ke tangan naga merah yang sangat besar. Kami menemukan sebuah tempat terpencil untuk menemui Hao Yi, tetapi dia berkata bahwa ada dua kamera pengintai di pintu rumah tempat buku-buku firman Tuhan disimpan. Dia takut akan terjadi masalah jika kami mencoba memindahkannya, dan tidak akan membiarkan kami mencoba memindahkannya apa pun yang terjadi. Aku berpikir, "Polisi memiliki foto Hao Yi, dan telah meminta saudara-saudari yang ditangkap untuk mengidentifikasinya. Jika kami tidak memindahkan buku-bukunya, dan sesuatu terjadi padanya, semua buku firman Tuhan akan jatuh ke tangan naga merah yang sangat besar, dan kepentingan gereja akan mengalami kerugian besar. Namun, jika aku ditangkap saat memindahkan buku-buku tersebut, bukankah polisi akan memukuliku sampai mati?" Dalam hatiku, aku merasa sedikit khawatir dan takut, jadi aku berdoa kepada Tuhan. Aku memikirkan apa yang telah dikatakan oleh Tuhan Yesus: "Dan jangan takut kepada mereka yang membunuh tubuh, tetapi tidak mampu membunuh jiwa: sebaliknya, takutlah kepada Dia yang mampu menghancurkan tubuh dan jiwa di neraka" (Matius 10:28). Ya. Iblis dapat melukai tubuh, tetapi tidak dapat membunuh jiwa. Jika aku ditangkap ketika memindahkan buku-buku itu, ini pasti atas izin Tuhan. Itulah waktuku untuk memberi kesaksian bagi Tuhan. Aku tidak boleh membiarkan buku-buku firman Tuhan jatuh ke tangan naga merah yang sangat besar. Aku berkata kepada Hao Yi, "Engkau tidak perlu ikut memindahkan buku-buku firman Tuhan. Kami akan memindahkannya sendiri." Hao Yi setuju. Aku dan Zhou Na berdiskusi dan sepakat tentang cara memindahkan buku-buku firman Tuhan. Zhou Na berkata, "Pemindahan ini terlalu berbahaya. Engkau adalah buron; engkau tidak boleh menunjukkan wajahmu. Aku akan pergi sendiri, jadi jika aku ditangkap, aku akan menjadi satu-satunya." Aku sangat tersentuh ketika mendengar Zhou Na mengatakan ini, dan ingin membiarkan dia melakukannya sendiri. Namun, kemudian aku ingat bahwa kesehatannya buruk, dan dia akan berada dalam bahaya karena akan membutuhkan waktu yang lama untuk memindahkan semua buku itu seorang diri. Aku tidak boleh terus bersikap egoistis dan tercela serta melindungi diriku sendiri. Aku berkata, "Lebih baik jika kita pergi berdua. Dengan begitu, akan lebih cepat. Makin sedikit waktu yang dibutuhkan, makin aman." Oleh karena itu, kami menyamar dan dengan hati-hati memindahkan buku-buku firman Tuhan dari sana. Beberapa hari kemudian, kami selesai memindahkan buku-buku firman Tuhan dari lokasi lainnya juga. Aku menyadari pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, aku juga sangat bersyukur kepada Tuhan dalam hatiku!

Aku merasa sangat tersentuh selama menangani dampak penangkapan ini. Firman Tuhanlah yang menuntunku keluar dari rasa takut dan gentar, selangkah demi selangkah. Pada saat aku merasa paling tersiksa dan tidak berdaya, Tuhanlah yang membukakan jalan bagiku dan memberiku pemahaman serta pengalaman nyata akan kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan. Pada saat yang sama, aku juga memperoleh pemahaman tentang natur Iblis dalam diriku yang egoistis dan keji. Aku menyadari bahwa melaksanakan tugasku di lingkungan yang berbahaya ini menyingkapkan dan menyempurnakan diriku. Aku tetap melaksanakan tugasku di lingkungan yang berbahaya. Semua hasil ini dicapai dengan pimpinan firman Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Sebelumnya:  28. Bisakah Orang Tua Mengubah Nasib Anaknya

Selanjutnya:  30. Bagaimana Aku Tidak Lagi Iri terhadap Orang yang Berbakat

Konten Terkait

32. Rohku Dibebaskan

Oleh Saudari Mi Bu, Spanyol"Dalam hidupnya, jika manusia ingin ditahirkan dan mencapai perubahan dalam wataknya, jika ia ingin hidup dalam...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Connect with us on Messenger