41. Menemukan Jalan untuk Mengatasi Watak Congkakku

Aku belajar menari di sekolah menengah, dan memiliki beberapa pengalaman menari. Aku juga sangat suka menari. Ketika gereja mengaturku untuk melaksanakan tugas menari, aku sangat senang; aku merasa bahwa dengan dasar yang kumiliki, aku yakin bisa mempelajarinya dengan mudah. Aku menerima tugas ini tanpa ragu. Saat latihan, aku bisa melakukan semua gerakan dengan mudah, jadi aku pikir aku adalah penari yang lebih baik daripada saudara-saudariku. Terkadang saudara-saudariku memberikan saran, mengatakan bahwa gerakanku berbeda dari mereka, dan gerakan tarian kami harus seragam. Aku hanya berpura-pura menerima perkataan ini. Dalam hatiku, aku merasa bahwa gerakanku lebih tepat daripada mereka, dan aku tidak mau mendengarkan mereka. Kemudian, ketika para pengawas memeriksa video sampel yang kami buat, mereka juga menyebutkan bahwa gerakan tarian kami tidak selaras dan harus seragam. Namun, mereka juga mengatakan bahwa gerakan tarianku pada bagian refrein sangat bagus, dan saudara-saudari lain bisa belajar dariku. Para pengawas juga memintaku untuk mengajari mereka menari. Ketika mendengar ini, aku sangat senang, dan makin yakin bahwa aku adalah penari terbaik di antara orang-orang ini. Aku punya banyak pengalaman dan bisa membimbing serta memimpin mereka menari. Saat aku mengajarkan gerakan tarian kepada mereka, mereka harus berlatih berulang-ulang sebelum bisa mencapai standarku karena gerakanku cukup luas jangkauannya dan lebih bertenaga. Ini sangat sulit bagi mereka. Saat itu, aku tidak merenungkan diri, dan tidak melakukan penyesuaian agar rencana tariannya menjadi lebih tepat. Sebaliknya, aku hanya berpikir bahwa aku hebat dan gerakan tarianku sangat istimewa. Saat kami melanjutkan latihan keesokan harinya, kami memiliki perbedaan pendapat tentang gerakan kaki kami. Aku tidak mau mengikuti saran mereka, karena kupikir gerakan mereka tidak terlihat bagus. Aku terus mengajari mereka untuk berlatih sesuai dengan ideku.

Kemudian, Saudari Diane berkata bahwa gerakan tanganku terlalu berlebihan dan tidak begitu sopan, dan memintaku untuk mengurangi jangkauan gerakanku. Saudara-saudari lain juga setuju dengannya, tetapi aku tidak menerima saran mereka. Aku pikir gerakanku sudah benar. Namun, aku khawatir jika aku tidak menerima saran mereka, mereka mungkin akan mengatakan bahwa aku sangat congkak. Barulah kemudian aku mencoba mengurangi jangkauan gerakan tanganku. Ketika kami meninjau kembali video sampel tari, aku melihat bahwa gerakan kami tidak sama. Jangkauan gerakanku masih jauh lebih besar daripada mereka. Aku percaya bahwa aku menari lebih baik daripada mereka, dan gerakanku lebih tepat. Sebelumnya, para pengawas memujiku karena gerakanku yang bagus, sehingga jika gerakan kami tidak sama, itu jelas masalah mereka. Terkadang, meskipun aku mengikuti saran mereka, aku tidak berpikir bahwa gerakan mereka indah. Sebenarnya, setiap kali aku diam-diam tidak setuju dengan saran mereka dan tidak dapat bekerja sama dengan baik dengan mereka, hatiku terasa sangat sakit. Aku merasa sangat lelah dan tidak dapat merasakan kehadiran Tuhan bersamaku. Aku juga kehilangan gairah untuk melaksanakan tugasku. Aku mulai merenung, "Mengapa aku merasa sakit di hatiku setiap kali aku menari dengan mereka? Apakah melaksanakan tugasku dengan cara ini sejalan dengan maksud Tuhan?" Aku tidak ingin terus seperti ini, jadi aku berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk memberiku pencerahan agar aku dapat merenungkan masalahku.

Suatu hari, ketika aku bersaat teduh, aku membaca satu bagian dari firman Tuhan yang benar-benar membuatku tersentuh. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Jangan selalu berusaha untuk pamer, selalu mengatakan hal-hal yang terdengar muluk, melakukan berbagai hal sendiri. Engkau harus belajar bagaimana bekerja dengan orang lain, dan engkau harus lebih berfokus mendengarkan saran orang lain dan menemukan kelebihan mereka. Dengan cara ini, bekerja sama secara harmonis menjadi mudah. Jika engkau selalu berusaha untuk pamer dan menjadi penentu keputusan, itu artinya engkau tidak bekerja sama secara harmonis. Apa yang sedang kaulakukan? Engkau sedang menimbulkan kekacauan dan melemahkan orang lain. Menimbulkan kekacauan dan melemahkan orang lain berarti memainkan peran Iblis; itu bukan pelaksanaan tugas. Jika engkau selalu melakukan hal-hal yang menimbulkan kekacauan dan melemahkan orang lain, sebanyak apa pun upayamu atau kepedulianmu, Tuhan tidak akan mengingatnya. Engkau mungkin hanya memiliki sedikit kelebihan, tetapi jika kau mampu bekerja dengan orang lain, dan dapat menerima saran yang sesuai, dan jika engkau memiliki motivasi yang benar, dan mampu melindungi pekerjaan rumah Tuhan, engkau adalah orang yang tepat. ... Jika engkau tidak memahami kebenaran, engkau harus belajar untuk taat. Jika ada orang yang memahami kebenaran atau berbicara sesuai dengan kebenaran, engkau harus menerimanya dan menaatinya. Engkau tidak boleh melakukan hal apa pun yang mengganggu atau merusak, dan tidak bertindak sewenang-wenang dan sepihak. Dengan demikian, engkau tidak akan melakukan kejahatan. Engkau harus ingat: melaksanakan tugasmu bukanlah masalah mengurus perusahaanmu sendiri atau pengelolaanmu sendiri. Ini bukanlah pekerjaan pribadimu, ini adalah pekerjaan gereja, dan engkau hanya menyumbangkan kekuatan yang kaumiliki. Apa yang kaulakukan dalam pekerjaan pengelolaan Tuhan hanyalah sebagian kecil dari kerja sama manusia. Peranmu hanyalah peran yang kecil dari sudut tertentu. Itu adalah tanggung jawab yang kaupikul. Di dalam hatimu, engkau harus memiliki nalar ini. Jadi, sebanyak apa pun orang yang sedang melaksanakan tugas mereka bersama, atau kesulitan apa pun yang mereka hadapi, hal pertama yang harus semua orang lakukan adalah berdoa kepada Tuhan dan bersekutu bersama-sama, mencari kebenaran, lalu menentukan apa prinsip penerapannya. Ketika mereka melaksanakan tugas mereka dalam cara seperti ini, mereka akan memiliki jalan penerapannya" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa jika kita ingin melaksanakan tugas kita dengan baik, kita harus belajar bekerja sama dengan saudara-saudari kita, saling belajar dari kelebihan masing-masing untuk menebus kekurangan kita. Hanya dengan cara inilah kita bisa sejalan dengan maksud Tuhan. Jika kita selalu ingin berpegang teguh pada ide kita sendiri, hal ini akan memengaruhi pekerjaan dan menimbulkan kebencian Tuhan. Aku juga merenungkan bahwa aku tidak bekerja dengan saudara-saudariku secara harmonis karena merasa memiliki lebih banyak pengalaman dan menari lebih baik daripada mereka, sehingga mereka seharusnya mengikuti gerakanku. Ketika saudara-saudari menasihatiku bahwa gerakanku terlalu berlebihan, aku merasa menentang dan tidak mau mengikuti saran mereka. Meski aku bisa melihat bahwa jangkauan gerakanku memang terlalu lebar, aku tetap tidak mau berubah. Terkadang, aku mengikuti saran mereka, tetapi aku tidak merasa nyaman di dalam hati. Aku masih percaya bahwa gerakanku lebih baik, dan berpegang teguh pada ideku. Ini berarti bahwa gerakanku dan gerakan mereka tidak selaras dan tidak terkoordinasi. Aku menyadari bahwa aku sangat congkak, dan selalu percaya bahwa gerakanku benar. Padahal, gerakanku memang terlalu berlebihan dan tidak terlihat bagus sama sekali. Terlebih lagi, karena gerakanku tidak selaras dengan gerakan yang lain, hal ini memengaruhi kerapian gerakan secara keseluruhan dan memengaruhi hasil tarian. Hal ini menimbulkan gangguan. Tuhan berfirman: "Engkau harus belajar bagaimana bekerja dengan orang lain, dan engkau harus lebih berfokus mendengarkan saran orang lain dan menemukan kelebihan mereka. Dengan cara ini, bekerja sama secara harmonis menjadi mudah." Sesungguhnya, semua saudara-saudariku memiliki beberapa kelebihan. Beberapa memiliki gerakan kepala yang sangat halus dan natural, sedangkan gerakan kepalaku kaku seperti kepala robot. Selain itu, meskipun jangkauannya tidak terlalu lebar, gerakan mereka terlihat sangat anggun. Aku menyadari bahwa ketika mereka memberiku saran lagi, aku harus menerimanya, dan melakukan yang terbaik untuk mengikuti gerakan yang mereka sarankan. Jika aku memiliki pendapat yang berbeda, aku bisa menyampaikan hal ini dan mendiskusikannya dengan saudara-saudariku, dan kami bisa bekerja sama untuk membuat gerakan kami menjadi seragam dan tepat, serta menari dengan baik untuk memuji Tuhan dan memberi kesaksian kepada Tuhan.

Suatu kali, saudara-saudari berkata bahwa bahu dan kepalaku terlalu banyak bergerak dan perlu disesuaikan, begitu pun gerakan pinggangku. Pada awalnya, aku tidak bisa sepenuhnya menerimanya: Aku berpikir bahwa gerakanku benar. Namun, ketika aku melihat bahwa gerakan kepala mereka semua berbeda dari gerakanku, aku berpikir bahwa mungkin saja mereka benar, dan aku mencoba menerimanya. Terkadang aku berhasil melakukan gerakannya dengan baik, tetapi terkadang aku kembali lagi ke cara lamaku. Ketika mereka melihatku, aku berpikir, "Padahal aku memiliki dasar tarian lebih baik daripada mereka, tetapi mengapa akulah yang harus bekerja keras untuk mengubah gerakanku?" Aku merasa sangat lemah dan malu. Aku teringat akan firman Tuhan: "Engkau harus belajar bagaimana bekerja dengan orang lain, dan engkau harus lebih berfokus mendengarkan saran orang lain dan menemukan kelebihan mereka. Dengan cara ini, bekerja sama secara harmonis menjadi mudah. Jika engkau selalu berusaha untuk pamer dan menjadi penentu keputusan, itu artinya engkau tidak bekerja sama secara harmonis" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Firman Tuhan membuatku memahami bahwa aku harus lebih fokus belajar hal-hal baik dari orang lain dan menerima saran mereka. Karena mereka semua bilang gerakanku buruk, aku harus berusaha sebaik mungkin untuk berubah. Meskipun melakukan gerakan itu dengan baik tidaklah mudah, aku harus berusaha sebaik mungkin agar gerakan kami menjadi seragam. Selain itu, menerima saran orang lain tidak hanya membantuku menari dengan baik untuk memuji Tuhan, tetapi juga dapat memperbaiki watak rusakku dan membantuku menghindari kecongkakan serta sikap merasa diri benar. Malam itu, aku terus berlatih sendiri setelah latihan kelompok kami selesai. Ketika kami berlatih menari lagi keesokan harinya, mereka berkata gerakanku sedikit lebih baik. Meskipun masih belum ideal, gerakanku telah menunjukkan beberapa kemajuan. Aku tidak boleh menari sesuai keinginanku sendiri; aku harus mempertimbangkan apakah gerakan kami selaras atau tidak. Hal ini karena sekalipun ada salah satu dari kami yang menari dengan sangat baik, jika cara menarinya berbeda dari yang lain, gerakan tarian kami tidak akan terlihat indah dan rapi, dan tidak akan mencapai hasil yang baik. Kemudian, para pengawas menonton video tarian yang kami buat dan mengatakan bahwa gerakan kami sudah membaik. Aku tahu bahwa hal ini adalah bimbingan Tuhan, dan juga hasil yang dicapai melalui kerja sama yang harmonis di antara kami.

Suatu hari, aku membaca beberapa firman Tuhan di sebuah pertemuan, yang memberiku beberapa pemahaman baru tentang watak rusakku sendiri. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Manusia sudah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis sehingga mereka semua memiliki natur Iblis dan watak yang congkak; bahkan orang bodoh dan idiot pun bersikap congkak, dan menganggap diri mereka lebih baik daripada orang lain dan tidak mau menaati orang lain. Jelas terlihat bahwa manusia sudah rusak sedemikian dalamnya dan sangat sulit bagi mereka untuk tunduk kepada Tuhan. Karena kecongkakan dan sikap mereka yang merasa diri benar, manusia menjadi sama sekali tak bernalar; mereka tidak akan menuruti siapa pun—meskipun apa yang orang lain katakan itu benar dan sesuai dengan kebenaran, mereka tidak akan menaati orang lain. Karena kecongkakanlah manusia berani mengkritik Tuhan, mengutuk Tuhan, dan menentang Tuhan. Jadi, bagaimana watak congkak dapat dibereskan? Dapatkah watak congkak dibereskan dengan bergantung pada pengendalian diri manusia? Dapatkah watak congkak dibereskan hanya dengan mengenali dan mengakuinya? Sama sekali tidak. Hanya ada satu cara untuk membereskan watak congkak, yaitu dengan menerima penghakiman dan hajaran Tuhan. Hanya mereka yang mampu menerima kebenaran yang mampu secara bertahap membuang watak congkak mereka; mereka yang tidak menerima kebenaran tak akan pernah mampu membereskan watak congkak mereka. Aku melihat banyak orang menjadi sangat sombong ketika mereka memperlihatkan sedikit bakat dalam tugas mereka. Setelah memperlihatkan sedikit kemampuan, mereka menganggap diri mereka sangat mengesankan, dan kemudian mereka merasa cukup puas dengan kemampuan yang mereka miliki dan tidak mendorong diri mereka lebih jauh. Mereka tidak mendengarkan orang lain apa pun yang mereka katakan, menganggap hal-hal kecil yang mereka miliki ini adalah kebenaran, dan menganggapnya sebagai hal yang tertinggi. Watak apakah ini? Ini adalah watak yang congkak. Mereka sama sekali tidak bernalar. Mampukah orang melaksanakan tugas mereka dengan baik jika mereka memiliki watak yang congkak? Mampukah mereka tunduk kepada Tuhan dan mengikuti Tuhan sampai akhir? Ini akan jauh lebih sulit. Untuk memperbaiki watak yang congkak, mereka harus belajar bagaimana mengalami pekerjaan Tuhan, penghakiman, dan hajaran-Nya saat melaksanakan tugas mereka. Hanya dengan cara inilah mereka akan mampu benar-benar mengenal diri mereka. Hanya dengan memahami esensi rusakmu dengan jelas, memahami sumber kecongkakanmu dengan jelas, dan kemudian mengenali dan menganalisisnya, barulah engkau akan mampu benar-benar mengetahui esensi naturmu. Engkau harus menemukan semua hal rusak di dalam dirimu, serta membandingkan dan mengenalinya berdasarkan kebenaran, dan setelah melakukannya, engkau akan tahu siapa dirimu: engkau bukan saja dipenuhi watak yang rusak, dan engkau bukan saja tidak bernalar dan tidak tunduk, tetapi engkau juga akan menyadari bahwa engkau tidak memiliki terlalu banyak hal, bahwa engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran, dan betapa menyedihkannya dirimu. Dengan demikian, engkau tidak akan mampu bersikap congkak. Jika engkau tidak menganalisis dan mengenal dirimu dengan cara seperti ini, maka ketika melaksanakan tugasmu, engkau tak akan tahu tempatmu di alam semesta. Engkau akan mengira dirimu hebat dalam segala hal, menganggap segala sesuatu tentang orang lain itu buruk, dan hanya engkaulah yang terbaik. Kemudian, engkau akan selalu pamer kepada semua orang, sehingga orang lain menghormati dan memujamu. Ini menunjukkan engkau sama sekali tidak mengenal dirimu sendiri. Ada orang yang selalu pamer. Karena orang lain menganggap sikapnya itu tidak menyenangkan, mereka mengkritiknya sebagai orang yang congkak. Namun, dia tidak menerimanya; dia tetap menganggap dirinya berbakat dan terampil. Watak apakah ini? Orang itu sangat congkak dan merasa diri benar. Mampukah orang-orang yang congkak dan merasa dirinya benar merasa haus akan kebenaran? Mampukah mereka mengejar kebenaran? Jika mereka tak pernah mampu mengenal diri mereka sendiri, dan tidak membuang watak rusak mereka, mampukah mereka melaksanakan tugas mereka dengan baik? Tentu saja tidak" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Mengetahui Watak Orang adalah Landasan untuk Mengubahnya"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa karena seseorang memiliki watak congkak, dia selalu merasa bahwa dirinya benar dan lebih unggul dari orang lain. Dengan sifat seperti ini, sangat sulit untuk tunduk kepada Tuhan dan menerima saran orang lain. Ketika seseorang memiliki bakat atau keterampilan di bidang tertentu, dia akan merasa lebih baik dan lebih tahu daripada orang lain, bekerja berdasarkan gagasannya sendiri, dan merasa sulit untuk bekerja sama dengan orang lain. Sekalipun saran yang diajukan orang lain sejalan dengan prinsip, dia tidak mau menggunakannya. Perilakuku persis seperti ini. Aku percaya bahwa aku memiliki pengalaman dalam menari, sehingga orang lain seharusnya belajar dari gerakanku. Terutama ketika para pengawas mengatakan bahwa aku menari dengan baik, aku menilai diriku sendiri makin tinggi. Ketika saudara-saudari memberiku saran, aku tidak mendengarkannya dengan saksama, dan tidak ingin mencobanya untuk memperbaiki diri. Meskipun apa yang dikatakan saudara-saudari itu benar, dan aku bisa melihat dengan jelas bahwa gerakanku tidak sama dan tidak terkoordinasi dengan yang lain, aku tetap tidak mau menerimanya dan tidak mau berubah. Aku berpikir, "Kenapa aku harus mendengarkan kalian? Aku adalah penari yang lebih baik daripada kalian. Akulah yang seharusnya membimbing kalian." Ketika saudara-saudari memintaku berlatih langkah tarian berulang-ulang, aku tidak mau menerimanya, dan merasa mereka sedang mengajariku. Bukankah perilakuku ini terlalu congkak? Kedaulatan dan pengaturan Tuhanlah yang membuat kami menari bersama, agar kami dapat bekerja sama dan melaksanakan tugas kami dengan baik. Namun, aku bersikap congkak dan merasa diri benar: aku selalu menari dengan caraku sendiri dan tidak menerima saran dari orang lain, yang mengakibatkan buruknya kerja sama antar saudara-saudari dan juga menunda kemajuan tarian. Sebenarnya, gerakan tarian yang kupelajari di dunia bukanlah prinsip atau standar. Beberapa gerakan terlalu berlebihan dan tidak terlalu sopan: Gerakan itu tidak dapat mencapai efek memberikan kesaksian bagi Tuhan. Aku adalah orang yang percaya kepada Tuhan, dan seharusnya bergerak dengan cara yang bermartabat dan pantas. Aku menari untuk memuji Tuhan dan agar penonton merasakan sukacita dalam hati mereka dan dapat memuji Tuhan bersama denganku. Aku tidak boleh terus bersikap congkak dan berpegang teguh pada ideku. Aku harus tunduk pada tuntutan rumah Tuhan dan melepaskan diriku, bekerja dengan harmonis bersama saudara-saudari.

Kemudian, aku membaca satu bagian dari firman Tuhan: "Apakah menurutmu ada orang yang sempurna? Sekuat apa pun orang, atau betapa pun cakap dan berbakatnya mereka, mereka tetap saja tidak sempurna. Orang harus menyadari hal ini, ini adalah fakta, dan ini adalah sikap yang seharusnya orang miliki agar mampu memperlakukan kekuatan dan kelebihan atau kekurangan mereka dengan cara yang benar; inilah rasionalitas yang harus orang miliki. Dengan rasionalitas seperti itu, engkau dapat menangani kekuatan dan kelemahanmu sendiri juga kekuatan dan kelemahan orang lain dengan tepat, dan ini akan memampukanmu untuk bekerja sama dengan mereka secara harmonis. Jika engkau telah memahami aspek kebenaran ini dan mampu menerapkan aspek kenyataan kebenaran ini, engkau akan dapat hidup secara harmonis bersama saudara-saudarimu, mampu memanfaatkan kelebihan mereka untuk mengimbangi kekurangan apa pun yang kaumiliki. Dengan cara ini, tugas apa pun yang sedang kaulakukan atau apa pun yang sedang kaulakukan, engkau akan selalu menjadi lebih baik dalam hal itu dan diberkati Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa apa pun keterampilan atau pengalaman yang kita miliki di bidang tertentu, itu tidak berarti kita tidak akan melakukan kesalahan dan tidak berarti kita sempurna. Setiap orang melakukan kesalahan dan memiliki kekurangan. Hal inilah yang mengharuskan kita untuk belajar dari kelebihan satu sama lain untuk menebus kelemahan kita sebelum kita dapat melaksanakan tugas dengan baik. Dahulu, aku tidak bekerja dengan baik bersama saudara-saudari saat kami berlatih. Watakku sangat congkak, dan aku selalu merasa diriku lebih baik. Aku tidak menganggap serius saran-saran mereka, sehingga gerakan tarianku selalu tidak selaras dengan mereka. Jika bukan karena penyingkapan dari firman Tuhan dan bimbingan saudara-saudariku, aku tak akan memahami diriku sendiri, dan akan menjadi makin congkak. Aku harus belajar dari saudara-saudariku. Aku harus belajar dari kelebihan mereka untuk menebus kekuranganku dan saling membantu. Hanya dengan cara inilah kami dapat melaksanakan tugas kami dengan baik. Kemudian, saat kami menari, saudara-saudariku menunjukkan beberapa masalah lain yang kumiliki. Misalnya, gerakanku terlalu cepat dan iramaku berbeda dari mereka. Mereka menyarankan agar aku sedikit memperlambat langkahku supaya aku bisa selaras dengan mereka. Ketika aku mendengar saran-saran ini, meskipun tidak sesuai dengan keinginanku, aku tidak mau lagi berpegang teguh pada ideku sendiri seperti sebelumnya. Aku harus bekerja secara harmonis dengan saudara-saudari dan menerima saran mereka. Ketika aku menerapkannya seperti ini, gerakanku menjadi lebih baik dari sebelumnya, aku mampu menjaga keselarasan dengan mereka, dan tarianku membaik.

Melalui pengalaman ini, aku belajar cara bekerja dengan baik bersama saudara-saudariku, dan mendapatkan sedikit pemahaman tentang watak congkakku sendiri. Kemampuanku untuk meraih sedikit pemahaman dan melakukan perubahan kecil ini adalah hasil yang dicapai melalui firman Tuhan. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan!

Sebelumnya:  40. Selamat Tinggal Tahun-Tahun Pahit Mengejar Uang, Ketenaran, dan Keuntungan

Selanjutnya:  42. Bagaimana Aku Mengatasi Perasaan Iriku

Konten Terkait

29. Pertobatan Seorang Perwira

Oleh Saudara Zhen Xin, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Sejak penciptaan dunia hingga saat ini, segala yang Tuhan lakukan dalam...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Connect with us on Messenger