43. Akibat dari Menikmati Kenyamanan dalam Melaksanakan Tugas

Pada bulan Agustus 2022, aku bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman di gereja. Aku secara aktif menyirami serta mendukung petobat baru, dan setelah beberapa waktu, aku memperoleh beberapa hasil dalam melaksanakan tugasku. Kemudian, aku dipilih sebagai pemimpin distrik. Pada saat itu, ada sedikit perasaan menentang di dalam diriku, "Sebagai seorang pemimpin, kita harus memahami semua aspek pekerjaan gereja. Kita menghadapi banyak masalah dan mengalami banyak stres. Kita harus menanggung banyak penderitaan dan membayar harga yang mahal. Aku merasa cukup sibuk hanya dengan bertanggung jawab atas satu pekerjaan saja, yaitu penyiraman. Jika aku seorang pemimpin, bukankah aku akan lebih sibuk dan lebih lelah?" Aku ingin mengelak, jadi aku berkata kepada pemimpin tingkat atas, "Aku tidak cocok menjadi seorang pemimpin. Aku tidak memiliki kenyataan kebenaran, aku congkak dan merasa diriku benar, serta selalu melaksanakan tugasku dengan mengandalkan ide-ideku sendiri. Bagaimana jika aku melakukan sesuatu yang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, serta merusak pekerjaan? Lebih baik menyuruh orang lain untuk melakukannya." Namun, di dalam hatiku, ada sedikit rasa bersalah. Aku merasa bahwa menolak tugas tidak sesuai dengan maksud Tuhan. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan dan memohon kepada-Nya untuk melindungi hatiku agar aku bisa tunduk.

Setelah berdoa, aku membaca firman Tuhan: "Sebagian orang tidak mau bekerja sama dengan orang lain dalam melayani Tuhan, bahkan saat mereka telah menerima panggilan; inilah para pemalas yang hanya mau menikmati kenyamanan. Semakin engkau diminta melayani Tuhan dengan bekerja sama dengan sesama, semakin banyak pengalaman yang akan engkau peroleh. Karena memiliki lebih banyak beban dan pengalaman, engkau akan mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk disempurnakan. Oleh sebab itu, jika dapat melayani Tuhan dengan tulus, engkau akan dapat memperhatikan beban Tuhan; dengan demikian, engkau akan mendapatkan kesempatan lebih besar untuk disempurnakan oleh-Nya. Sekelompok orang seperti inilah yang tengah disempurnakan saat ini. Semakin Roh Kudus menjamahmu, engkau akan semakin sering memperhatikan beban Tuhan, engkau akan semakin disempurnakan-Nya, dan engkau akan semakin didapatkan oleh-Nya—hingga pada akhirnya, engkau akan menjadi orang yang dipakai oleh Tuhan. Sekarang ini, ada sebagian orang yang tidak memanggul beban bagi gereja. Mereka ini orang-orang yang suka menunda-nunda dan ceroboh, dan hanya peduli pada daging mereka sendiri. Mereka terlalu egois dan juga buta. Jika tidak mampu melihat masalah ini dengan jelas, engkau tidak akan memikul beban apa pun. Makin engkau memikirkan maksud Tuhan, makin besar pula beban yang akan Tuhan percayakan kepadamu. Orang-orang egois tidak sudi memanggul derita semacam ini; mereka tidak mau membayar harga, dan sebagai akibatnya, mereka akan melewatkan kesempatan untuk disempurnakan oleh Tuhan. Bukankah ini mencelakakan diri sendiri? Jika engkau adalah orang yang memikirkan maksud Tuhan, engkau akan mengembangkan beban sejati bagi gereja. Sebenarnya, alih-alih menyebutnya beban bagi gereja, lebih tepat menyebutnya sebagai beban yang kautanggung bagi hidupmu sendiri, karena tujuan dari beban yang engkau kembangkan bagi gereja ini dimaksudkan agar engkau menggunakan pengalaman semacam itu untuk disempurnakan oleh Tuhan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pikirkan Maksud Tuhan Agar Dapat Mencapai Kesempurnaan"). "Ketika seseorang dipromosikan dan dibina untuk menjadi seorang pemimpin, mereka dimungkinkan untuk belajar bagaimana mengenali situasi berbagai orang, berlatih mencari kebenaran untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi orang lain, mendukung, membekali, dan memimpin orang lain ke dalam kenyataan kebenaran. Pada saat yang sama, mereka juga harus berlatih menyelesaikan berbagai masalah dan kesulitan yang dihadapi selama bekerja, dan belajar bagaimana cara membedakan dan menangani berbagai tipe antikristus, orang jahat, dan pengikut yang bukan orang percaya, serta bagaimana melakukan pekerjaan pembersihan gereja. Dengan demikian, dibandingkan dengan orang lain, mereka dapat mengalami lebih banyak orang, peristiwa, dan hal-hal, serta lebih banyak lingkungan yang diatur oleh Tuhan, makan dan minum lebih banyak firman Tuhan, dan masuk lebih banyak ke dalam kenyataan kebenaran. Bukankah ini kesempatan untuk melatih diri? Makin banyak kesempatan untuk berlatih, makin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, makin luas wawasannya, dan makin cepat mereka akan bertumbuh. Namun, jika orang tidak melakukan pekerjaan kepemimpinan, mereka hanya akan menghadapi dan mengalami kehidupan dan pengalaman pribadi, hanya mengenali watak rusaknya sendiri, serta berbagai keadaan pribadi—semuanya hanya berhubungan dengan dirinya sendiri. Begitu mereka menjadi pemimpin, mereka menghadapi lebih banyak orang, lebih banyak peristiwa, dan lebih banyak lingkungan yang mendorong mereka untuk sering datang ke hadirat Tuhan untuk mencari prinsip-prinsip kebenaran. Bagi mereka, orang, peristiwa, dan hal-hal ini tanpa disadari membentuk beban, dan secara alami juga menciptakan kondisi yang sangat menguntungkan bagi jalan masuk mereka ke dalam kenyataan kebenaran, dan ini merupakan hal yang baik" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (5)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa melaksanakan tugas sebagai pemimpin adalah kesempatan yang baik bagiku untuk memperlengkapi diriku dengan kebenaran dan menerapkan prinsip dalam melakukan segala sesuatu. Namun, aku tidak mencintai kebenaran. Aku mencari berbagai alasan dan dalih untuk menghindari tugas. Aku hanya ingin melaksanakan tugas yang mudah yang tidak membuatku menderita atau membayar harga. Aku sama sekali tidak menanggung beban apa pun dalam hidupku. Aku sangat bodoh, sangat buta! Sebagai pemimpin, kita berhubungan dengan banyak orang dan menghadapi banyak masalah serta kesulitan. Namun, dengan selalu mencari kebenaran, kita akan mengetahui cara membedakan segala jenis orang, dan bagaimana mempersekutukan serta menyelesaikan kesulitan dan masalah yang dihadapi saudara-saudari kita dalam tugas serta jalan masuk kehidupan mereka. Dengan banyaknya pengalaman semacam ini, kita akan memahami banyak hal dan mendapatkan banyak hal, serta kemajuan hidup kita akan cepat. Ketika aku memahami hal ini, aku bersedia tunduk dan melakukan segala yang kubisa untuk melaksanakan tugasku dengan baik.

Pada awalnya, aku tidak memahami banyak hal tentang berbagai aspek pekerjaan gereja. Melalui persekutuan dan bantuan saudari yang bekerja sama denganku, aku memahami situasi gereja dan mengerti beberapa prinsip dalam melaksanakan tugasku. Aku melihat ada cukup banyak masalah yang perlu ditangani dalam berbagai bidang pekerjaan, dan aku dapat menanganinya dengan benar serta menyelesaikan masalah dengan serius. Namun, ketika pekerjaan menjadi padat, aku melihat banyak masalah yang perlu kupersekutukan dan selesaikan. Terkadang aku perlu begadang, dan aku merasa sangat lelah serta agak mudah marah. Kemudian, kami membagi ruang lingkup tanggung jawab kami masing-masing. Aku terutama bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman dan pekerjaan tulis-menulis. Diam-diam aku merasa agak tidak senang, "Bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman berarti aku harus menemukan firman Tuhan untuk dipersukutkan dan menyelesaikan masalah serta penyimpangan para penyiram ketika mereka melaksanakan tugasnya. Aku juga perlu memahami keadaan dan kesulitan petobat baru setiap saat. Hal ini sudah sangat melelahkan—bukankah memiliki pekerjaan tulis-menulis di samping semua itu akan lebih melelahkan? Apakah aku akan mampu menanganinya?" Saudari yang bekerja sama denganku melihat kekhawatiranku dan bersekutu denganku. "Kita telah membagi tugas kita, tetapi kita tetap bekerja sama sebagai sebuah tim. Jika engkau menghadapi kesulitan, kita akan menghadapinya dan menyelesaikannya bersama." Saat itulah aku tunduk dengan berat hati. Setelah itu, ketika melaksanakan tugasku, aku mencari pekerjaan yang mudah dan sudah biasa kukerjakan. Aku tidak memperhatikan pekerjaan yang bukan tugasku. Ketika menanggapi surat dari pimpinan, aku hanya menulis tentang hal-hal yang sederhana, dan aku menyerahkan surat yang membutuhkan banyak pertimbangan dan pemikiran kepada saudari yang bekerja sama denganku untuk menanggapinya. Terkadang, aku merasa agak menyalahkan diriku sendiri. Aku merasa aku terlalu malas dan memikirkan daging. Namun, pemikiran ini hanya melintas begitu saja, dan setelah itu aku tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang serius.

Pada saat itu, ada masalah dalam pekerjaan tulis-menulis yang memerlukan persekutuan dan penyelesaian. Namun, aku merasa bahwa masalah tersebut mengharuskanku untuk mencari dan merenungkannya—itu terlalu menyusahkan. Aku berpikir bahwa aku akan menunggu sebentar dan menyelesaikannya bersama saudari yang bekerja sama denganku suatu hari nanti, sehingga aku tidak perlu mengerahkan energi apa pun. Namun, dia selalu sibuk dengan pekerjaan lain. Dengan begitu, aku berulang kali menunda masalah dalam pekerjaan tulis-menulis selama hampir sebulan tanpa menyelesaikannya. Kemudian, muncul juga beberapa masalah dalam pekerjaan penyiraman, yang menjadi tanggung jawabku. Beberapa petobat baru bersikap negatif dan lemah, serta tidak menghadiri pertemuan karena mereka tidak disiram dan didukung tepat waktu. Kupikir aku harus segera menulis surat untuk bersekutu dengan para penyiram tentang masalah tersebut, tetapi kemudian aku berpikir bahwa menulis surat terlalu menyusahkan, dan bagaimanapun juga aku tidak bisa bersekutu secara mendalam: Yang terbaik adalah menunggu sampai pertemuan dan bersekutu secara tatap muka. Jadi, aku tidak menulis surat untuk menyelesaikan masalah tersebut secara tepat waktu. Aku menghibur diriku dengan berpikir, "Aku bertanggung jawab atas banyak pekerjaan, jadi dapat dimaklumi jika aku tidak bisa menyelesaikan semuanya. Jika hasilnya tidak bagus, itu karena para penyiram tidak melakukan pekerjaan nyata." Dengan begitu, aku selalu mencari berbagai alasan untuk memikirkan daging. Dalam hatiku, aku menyadari bahwa ini berarti kemalasan dan memikirkan daging, tetapi aku tidak merenungkan diriku sendiri dengan sungguh-sungguh dan hanya melanjutkan hidup dalam keadaan bingung dan tanpa arah. Hal ini terus berlanjut hingga suatu hari, aku mengendarai sepedaku untuk menemui seorang saudari. Ketika aku menyeberangi persimpangan jalan, aku menabrak seorang wanita yang juga sedang mengendarai sepeda. Dia baik-baik saja, tetapi aku terjatuh ke tanah. Pinggul kananku terasa sangat sakit, dan kaki kananku terkilir. Aku memaksakan diriku untuk terus mendayung, dengan hati yang sangat pilu. Aku berpikir, andai saja aku mendayung sedikit lebih lambat, aku tidak akan mengalami kecelakaan ini. Pada saat itu, aku tiba-tiba menyadari bahwa kecelakaan yang menimpaku ini bukanlah suatu kebetulan. Ada pelajaran yang harus kupetik. Saat itulah aku datang ke hadirat Tuhan untuk berdoa dan mencari.

Setelah itu, aku membaca firman Tuhan: "Mendambakan kenyamanan daging juga merupakan persoalan yang serius. Menurutmu, apa saja perwujudan dari mendambakan kenyamanan daging? Apa saja contoh yang dapat engkau semua berikan dari apa yang telah kaulihat berdasarkan pengalamanmu sendiri? Apakah menikmati manfaat dari status termasuk di dalamnya? (Ya.) Ada lagi? (Memilih tugas yang mudah daripada yang sulit ketika melaksanakan tugas, dan selalu ingin memilih pekerjaan yang ringan.) Saat melaksanakan tugas, orang selalu memilih pekerjaan ringan, pekerjaan yang tidak akan melelahkannya, dan yang tidak melibatkan keberanian menghadapi unsur di luar ruangan. Ini berarti memilih pekerjaan yang mudah dan menghindari pekerjaan yang sulit, dan inilah yang terwujud ketika orang mendambakan kenyamanan daging. Apa lagi? (Selalu mengeluh ketika tugasnya sedikit sulit, sedikit melelahkan, ketika harus membayar harga.) (Sibuk memikirkan makanan dan pakaian, serta kesenangan daging.) Semua inilah yang terwujud ketika orang mendambakan kenyamanan daging. Ketika orang seperti itu melihat bahwa suatu tugas terlalu melelahkan atau berisiko, dia melemparkannya kepada orang lain; dia sendiri hanya melakukan pekerjaan santai, dan dia berdalih dengan mengatakan bahwa kualitasnya buruk, bahwa dia tidak memiliki kemampuan kerja, dan tidak mampu mengambil tugas tersebut; padahal sebenarnya, itu karena dia mendambakan kenyamanan daging. Apa pun pekerjaan atau tugas yang dilakukannya, mereka tidak mau menderita. Jika diberitahu bahwa setelah pekerjaannya selesai ada daging babi kecap untuk dimakan, mereka akan melakukan pekerjaan tersebut dengan sangat cepat dan efisien, tanpa perlu didesak, didorong, atau diawasi. Akan tetapi, jika tidak ada daging babi kecap untuk dimakan dan mereka harus lembur untuk melaksanakan tugas, mereka akan mengulur-ngulur waktu serta mencari segala macam alasan dan dalih untuk menundanya. Setelah bekerja sebentar, mereka akan berkata, 'Aku merasa pusing, kakiku kesemutan, aku kelelahan! Seluruh tubuhku terasa sakit, bolehkah aku beristirahat sebentar?' Apa masalahnya di sini? Mereka mendambakan kenyamanan daging. Selain itu, ada juga orang-orang yang selalu mengeluhkan kesulitannya ketika menjalankan tugas, yang tidak mau melakukan sedikit upaya, yang begitu memiliki sedikit waktu luang, langsung beristirahat, mengobrol tanpa tujuan, pergi bersantai dan mencari hiburan. Ketika pekerjaan membuatnya menjadi lebih sibuk dan merusak ritme serta rutinitas hidupnya, dia tidak senang dan tidak puas akan hal itu. Mereka menggerutu dan mengeluh, lalu bersikap asal-asalan dalam menjalankan tugasnya. ... Sesibuk apa pun dirinya dengan pekerjaan gereja atau dengan tugasnya, rutinitas dan kondisi normal kehidupannya tidak pernah berubah. Dia tidak pernah sembrono dengan rincian sekecil apa pun dalam kehidupan dagingnya dan mengendalikan semua itu dengan sempurna, sangat ketat dan serius. Namun, ketika menangani pekerjaan rumah Tuhan, sebesar apa pun masalahnya, dan sekalipun itu melibatkan keselamatan saudara-saudari, dia menanganinya dengan sembrono. Dia bahkan tidak peduli dengan hal-hal yang berkaitan dengan amanat Tuhan atau tugas yang harus dijalankannya. Dia tidak bertanggung jawab. Ini artinya menuruti kenyamanan daging, bukan? Apakah orang yang menuruti kenyamanan daging cocok untuk melaksanakan tugas? Begitu ada orang yang membahas topik tentang pelaksanaan tugasnya, atau berbicara tentang membayar harga dan mengalami kesukaran, dia akan terus menggelengkan kepalanya. Dia memiliki terlalu banyak masalah, dia penuh dengan keluhan, dan dia dipenuhi hal-hal negatif. Orang semacam itu tidak berguna, dia tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan tugasnya, dan harus disingkirkan" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (2)"). Penyingkapan dalam firman Tuhan membuatku merasakan begitu banyak penderitaan sehingga hatiku seperti ditusuk. Apa yang Tuhan ungkapkan persis menggambarkan keadaanku. Dalam melaksanakan tugasku, aku memilih pekerjaan yang mudah dan mengabaikan pekerjaan yang sulit. Aku hanya memilih pekerjaan yang mudah dan tidak melelahkan untuk dilakukan. Aku menyerahkan begitu saja pekerjaan apa pun yang mengandung penderitaan atau harga yang harus dibayar kepada rekan kerjaku agar ditangani olehnya. Ketika aku pertama kali dipilih sebagai pemimpin, aku terus mencari alasan dan dalih untuk melalaikan tugas. Aku berkata bahwa kualitasku buruk dan tidak memiliki kemampuan kerja, serta tidak akan mampu melaksanakan tugas ini dengan baik. Sebenarnya, aku malas dan takut dagingku menderita. Ketika membalas surat, aku malas dan tidak ingin menanggung penderitaan, jadi aku hanya memilih masalah yang sederhana untuk dibalas, sambil menyerahkan begitu saja semua masalah yang membutuhkan pemikiran dan pertimbangan kepada saudariku untuk ditanggapi. Pada awalnya, aku bertanggung jawab atas pekerjaan tulis-menulis, dan aku seharusnya memikul tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah serta kesulitan saudara-saudariku. Namun, aku tidak ingin menanggung penderitaan atau membayar harga, dan tidak memikirkan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Aku lebih suka menunggu orang lain menyelesaikannya sementara aku berpangku tangan dan menikmati hasil kerja keras mereka. Aku selalu mengandalkan rekan kerjaku. Akibatnya, pekerjaan tulis-menulis terpengaruh. Selain itu, aku menikmati kenyamanan. Ketika aku menemukan masalah dalam pekerjaan penyiraman, aku tidak bersekutu untuk menyelesaikannya secara tepat waktu, yang mengakibatkan kehidupan petobat baru dirugikan. Namun, aku tidak memahami diriku sendiri dan menghibur diriku sendiri dengan menyerahkan tanggung jawab begitu saja kepada para penyiram. Aku benar-benar sangat licik! Tuhan mencurahkan kasih karunia kepadaku untuk melaksanakan tugas yang penting, tetapi di setiap kesempatan, aku memikirkan daging dan mementingkan diriku sendiri sambil menghambat pekerjaan gereja. Aku sangat menjijikkan bagi Tuhan! Aku memikirkan bagaimana ketika aku baru saja menerima tugas ini, aku berdoa di hadapan Tuhan bahwa aku ingin melaksanakan tugasku dengan baik dan memuaskan Tuhan. Namun, begitu tiba waktunya bagi daging untuk menderita, aku pun berusaha menghindar demi memuaskan daging. Apa alasannya?

Kemudian, aku membaca dua bagian firman Tuhan, dan menemukan sumber masalahnya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sebelum manusia mengalami pekerjaan Tuhan dan memahami kebenaran, natur Iblislah yang mengendalikan dan menguasai mereka dari dalam. Secara spesifik, apa yang terkandung dalam natur tersebut? Misalnya, mengapa engkau egois? Mengapa engkau mempertahankan posisimu? Mengapa engkau memiliki perasaan yang begitu kuat? Mengapa engkau menikmati hal-hal yang tidak benar? Mengapa engkau menyukai kejahatan? Apakah dasar kesukaanmu akan hal-hal seperti itu? Dari manakah asal hal-hal ini? Mengapa engkau begitu senang menerimanya? Saat ini, engkau semua telah memahami bahwa alasan utama di balik semua hal ini adalah karena racun Iblis ada di dalam diri manusia. Jadi, apakah racun Iblis itu? Bagaimana racun Iblis dapat disingkapkan? Misalnya, jika engkau bertanya, 'Bagaimana seharusnya orang hidup? Untuk apa seharusnya orang hidup?' Orang akan menjawab: 'Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya.' Satu frasa ini mengungkapkan sumber penyebab masalahnya. Falsafah dan logika Iblis telah menjadi kehidupan manusia. Apa pun yang orang kejar, mereka melakukannya demi diri mereka sendiri—oleh karena itu, mereka hidup hanya demi diri mereka sendiri. 'Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya'—ini adalah falsafah hidup manusia dan ini juga mewakili natur manusia" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Menempuh Jalan Petrus"). "Para pemimpin palsu tidak melakukan pekerjaan nyata, tetapi mereka tahu bagaimana bertindak seperti pejabat. Apa hal pertama yang mereka lakukan setelah menjadi pemimpin? Yaitu membeli hati orang. Mereka mengambil pendekatan 'Pejabat baru sangat ingin tampil mengesankan di depan semua orang', yaitu dengan terlebih dahulu melakukan beberapa hal untuk menjilat orang dan menangani beberapa hal yang meningkatkan kesejahteraan sehari-hari semua orang. Mereka terlebih dahulu berusaha agar orang memiliki kesan yang baik tentang mereka, untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka sangat memahami dan peduli terhadap keinginan orang banyak, agar semua orang memuji mereka dan berkata, 'Pemimpin ini bertindak seperti orang tua terhadap kami!' Setelah melakukan itu mereka pun secara resmi mengambil alih. Mereka merasa bahwa sekarang mereka mendapat dukungan orang banyak dan bahwa kedudukan mereka telah aman; kemudian mereka mulai menikmati manfaat dari status mereka seakan-akan itu sudah menjadi hak mereka. Moto mereka adalah, 'Hidup hanyalah tentang makan enak dan berpakaian bagus,' 'Hidup itu singkat; jadi nikmatilah selagi engkau bisa,' dan 'Nikmatilah kesenangan sekarang pada hari ini, dan khawatirkan hari esok pada hari selanjutnya'. Mereka menikmati setiap hari yang datang, mereka bersenang-senang selagi mereka bisa, dan mereka tidak memikirkan masa depan, apalagi memikirkan tanggung jawab apa yang seharusnya dipenuhi seorang pemimpin dan tugas apa yang seharusnya mereka lakukan. Mereka mengkhotbahkan beberapa kata dan doktrin dan melakukan sedikit tugas remeh demi penampilan semata-mata sebagai rutinitas—mereka tidak melakukan pekerjaan nyata apa pun. Mereka tidak menyelidiki masalah nyata di gereja dan menyelesaikannya dengan tuntas, jadi apa gunanya mereka melakukan tugas dangkal seperti itu? Bukankah ini menipu? Bisakah tugas penting dipercayakan kepada pemimpin palsu semacam ini? Apakah mereka sesuai dengan prinsip dan persyaratan rumah Tuhan untuk memilih pemimpin dan pekerja? (Tidak.) Orang-orang ini tidak berhati nurani atau tidak bernalar, mereka tidak punya rasa tanggung jawab, tetapi mereka tetap ingin memiliki jabatan resmi sebagai pemimpin gereja, di gereja—mengapa mereka begitu tak tahu malu? Ada orang-orang yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi jika kualitas kemampuan mereka buruk, mereka tidak dapat menjadi pemimpin—apalagi orang tidak berguna yang tidak punya rasa tanggung jawab sama sekali; mereka jauh lebih tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (8)"). Firman Tuhan membuatku memahami sumber penyebab aku menikmati kenyamanan daging. Alasan utamanya adalah karena racun Iblis telah tertanam kuat di dalam hatiku, dan telah menjadi naturku. Aku telah terkikis oleh racun seperti "Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya", "Hidup hanyalah tentang makan enak dan berpakaian bagus", dan "Hidup ini singkat, jadi nikmatilah selagi bisa". Dalam segala hal yang kulakukan, pertama-tama aku mempertimbangkan apakah dagingku akan menderita. Yang kupertimbangkan hanyalah kepentinganku sendiri. Di setiap kesempatan, aku bertindak demi diriku sendiri dan untuk menguntungkan diriku sendiri. Dahulu, ketika aku bersekolah dan menghadapi pertanyaan yang sulit, aku tidak ingin berusaha keras untuk menyelesaikannya. Aku berpikir bahwa itu membutuhkan terlalu banyak upaya untuk berpikir—itu akan terlalu melelahkan. Setelah aku menikah, aku berpikir tentang bagaimana makan enak, berpakaian bagus, dan menikmati hidup. Aku meyakini bahwa dalam hidup, orang harus berfokus pada kenikmatan; ini adalah cara untuk memperlakukan diri sendiri dengan baik, dan jika orang tidak memperlakukan dirinya sendiri dengan baik, dia adalah orang bodoh. Ketika aku mulai percaya kepada Tuhan, aku tetap hidup untuk memuaskan daging. Ketika melaksanakan tugasku, aku licik, curang, dan bersikap asal-asalan. Aku tidak memiliki rasa tanggung jawab sedikit pun terhadap tugasku, dan sama sekali tidak ingin menderita atau membayar harga sekecil apa pun. Begitu aku menghadapi kesulitan, aku mundur, dan bahkan ketika itu adalah sesuatu yang seharusnya kulakukan, aku menghindarinya sebisa mungkin. Aku menyadari bahwa aku hidup dengan mengandalkan racun Iblis tersebut. Aku sangat egoistis dan tercela. Aku mengutamakan keuntungan dan tidak memiliki kemanusiaan. Pekerjaan penyiraman sangat penting bagi kemajuan hidup setiap petobat baru. Aku sangat menyadari bahwa jika petobat baru bersikap negatif dan tidak menghadiri pertemuan, aku harus segera mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikannya, tetapi karena aku malas serta takut akan penderitaan daging, aku menunda dan tidak menyelesaikan persoalan. Aku adalah pemimpin palsu. Aku sama sekali tidak layak melaksanakan tugas seorang pemimpin!

Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Apa kepalsuan yang paling utama dari pemimpin palsu? Yang paling mencolok adalah tidak melakukan pekerjaan nyata; mereka hanya melakukan beberapa tugas yang membuat dirinya tampak baik dan kemudian menganggapnya sudah selesai, setelah itu, mereka mulai menikmati keuntungan dari statusnya. Sebanyak apa pun pekerjaan semacam ini yang dilakukannya, apakah itu berarti mereka melaksanakan pekerjaan nyata? Sebagian besar pemimpin palsu memahami kebenaran secara tidak murni, hanya memahami beberapa kata dan doktrin, yang membuatnya sangat sulit untuk melakukan pekerjaan nyata dengan baik. Sebagian dari pemimpin palsu bahkan tidak mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan urusan umum; mereka jelas memiliki kualitas yang buruk dan tidak memiliki pemahaman rohani. Sama sekali tidak ada gunanya dalam membina mereka. Ada pemimpin palsu yang sebenarnya sedikit berkualitas, tetapi mereka tidak melakukan pekerjaan nyata, dan mereka menikmati kenyamanan daging. Orang yang ingin menikmati kenyamanan daging tidak banyak berbeda dari babi. Babi menghabiskan hari-harinya dengan tidur dan makan. Mereka tidak melakukan apa-apa. Namun, setelah bekerja keras selama setahun untuk memberi mereka makan, ketika seluruh keluarga makan daging mereka pada akhir tahun, babi-babi itu dapat dikatakan ada gunanya. Jika seorang pemimpin palsu dipelihara seperti babi, makan dan minum gratis tiga kali setiap hari, tumbuh gemuk dan kuat, tetapi mereka tidak melakukan pekerjaan nyata apa pun dan merupakan orang-orang tidak berguna, bukankah memelihara mereka adalah sia-sia? Apakah ada gunanya? Mereka hanya bisa berfungsi sebagai kontras dan harus disingkirkan. Sebenarnya, lebih baik memelihara babi daripada pemimpin palsu. Pemimpin palsu mungkin memiliki gelar 'pemimpin', mereka mungkin menempati kedudukan ini, makan enak tiga kali sehari, menikmati banyak anugerah Tuhan, tumbuh gemuk dan segar karena semua yang mereka makan menjelang akhir tahun—tetapi bagaimana dengan pekerjaan? Lihatlah semua yang telah tercapai dalam pekerjaanmu tahun ini: Apakah engkau telah memperoleh hasil di bidang pekerjaan apa pun tahun ini? Pekerjaan nyata apa yang telah kaulakukan? Rumah Tuhan tidak menuntutmu untuk melakukan setiap pekerjaan dengan sempurna, tetapi engkau harus melakukan pekerjaan utama dengan baik—misalnya, pekerjaan penginjilan, atau pekerjaan pembuatan film, pekerjaan tulis-menulis, dan sebagainya. Semua ini harus membuahkan hasil. Dalam keadaan normal, kebanyakan pekerjaan harus membuahkan beberapa hasil dan pencapaian setelah tiga sampai lima bulan; jika tidak ada pencapaian setelah satu tahun, maka ini adalah masalah serius. Dalam lingkup tanggung jawabmu, pekerjaan manakah yang paling membuahkan hasil? Pekerjaan manakah yang engkau bayar harga terbesar dan paling banyak menderita sepanjang tahun? Tunjukkanlah pencapaianmu, dan renungkanlah apakah engkau telah memperoleh pencapaian yang berharga setelah setahun menikmati kasih karunia Tuhan; engkau harus memiliki kesadaran yang jelas mengenai hal ini di dalam hatimu. Apa sebenarnya yang engkau lakukan saat engkau makan makanan rumah Tuhan dan menikmati kasih karunia Tuhan selama ini? Sudahkah engkau mencapai sesuatu? Jika engkau belum mencapai apa pun, artinya engkau hanya bersikap asal-asalan; engkau benar-benar pemimpin palsu. Haruskah pemimpin seperti itu diberhentikan dan disingkirkan? (Ya.)" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (4)"). Aku melihat apa yang Tuhan firmankan: "Orang yang ingin menikmati kenyamanan daging tidak banyak berbeda dari babi." "Apa sebenarnya yang engkau lakukan saat engkau makan makanan rumah Tuhan dan menikmati kasih karunia Tuhan selama ini?" "Haruskah pemimpin seperti itu diberhentikan dan disingkirkan?" Firman ini menusuk hatiku. Di mata Tuhan, orang-orang yang menikmati kenyamanan daging tanpa melakukan pekerjaan nyata adalah pemimpin palsu. Mereka melaksanakan tugasnya tanpa hasil apa pun, dan tidak layak menetap di rumah Tuhan. Aku berpikir, apa yang sebenarnya kulakukan ketika melaksanakan tugasku? Hasil apa yang kuperoleh? Aku mampu melaksanakan tugas sebagai pemimpin merupakan kasih karunia Tuhan. Tuhan berharap aku melakukan pekerjaan nyata dan memenuhi tanggung jawab serta kewajiban yang harus dipenuhi oleh makhluk ciptaan. Namun, bagaimana aku memperlakukan tugasku? Aku selalu memikirkan daging dan tidak menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap tugasku. Ketika dihadapkan dengan masalah dalam tugasku, aku tidak mempersekutukan dan menyelesaikannya. Aku menunggu saudari yang menjadi rekan kerjaku untuk melakukan pekerjaan apa pun yang menuntut pengorbanan atau membayar harga. Aku menduduki posisi sebagai pemimpin, tetapi tidak melakukan pekerjaan nyata. Aku licik dan curang, serta tidak memikul tanggung jawab apa pun atau menanggung penderitaan apa pun. Aku selalu berpikir tentang hidup dalam kenyamanan. Bukankah aku sama dengan babi? Apa artinya hidup seperti ini? Jika aku terus seperti ini, aku pasti akan ditinggalkan dan disingkirkan oleh Tuhan! Ketika aku memikirkan hal ini, aku benar-benar membenci diriku sendiri. Aku datang ke hadirat Tuhan dan berdoa kepada-Nya, "Ya Tuhan, dalam penyingkapan-Mu aku melihat bahwa aku begitu egoistis dan tercela. Semua yang telah kulakukan sangat memuakkan dan menjijikkan bagi-Mu. Ya Tuhan, aku bersedia bertobat dan mengubah sikapku terhadap pelaksanaan tugasku. Aku akan melaksanakan tugas dan tanggung jawabku dengan baik, serta tidak lagi hidup demi daging." Kemudian, aku menghadiri pertemuan kelompok untuk memahami apa yang sedang terjadi pada pekerja tulis-menulis. Aku mempersekutukan keadaan mereka dan kesulitan dalam tugas mereka untuk membantu mereka. Aku juga mengadakan pertemuan untuk penyiram, serta, bersama dengan semua orang, mencari alasan mengapa pekerjaan penyiraman tidak membuahkan hasil, dan segera memperbaiki penyimpangan. Melalui kerja sama yang nyata, pekerjaan penyiraman menunjukkan peningkatan, dan beberapa petobat baru bahkan secara aktif memberitakan Injil. Aku merasakan bahwa semua ini adalah bimbingan Tuhan.

Pada bulan Desember 2023, rekan kerjaku dibuntuti dan dipantau oleh polisi, jadi untuk sementara dia tidak dapat melaksanakan tugasnya. Pada saat itu, semua pekerjaan ditumpukan kepadaku seorang diri: pekerjaan penginjilan, pekerjaan penyiraman, pekerjaan pentahiran, dan pekerjaan tulis-menulis. Dihadapkan dengan semua pekerjaan yang harus ditangani ini, aku merasa sangat tertekan sampai-sampai aku hampir tidak bisa bernapas. Aku berpikir, "Semua pekerjaan ini harus kulakukan sendiri. Bagaimana aku bisa menanganinya? Berapa banyak penderitaan yang harus kutanggung dan seberapa mahal harga yang harus kubayar? Sekalipun aku bekerja siang dan malam, aku tidak akan mampu menyelesaikannya. Jika terus seperti ini, aku akan tumbang karena kelelahan!" Aku merasa tertekan dan sengsara di dalam hatiku. Pada saat itu, aku menyadari bahwa keadaanku tidak benar. Aku masih takut bahwa daging akan menderita dan berpikir untuk menikmati kenyamanan. Jadi, aku segera berdoa kepada Tuhan, dan memohon kepada Tuhan untuk melindungi hatiku agar aku bisa terlebih dahulu tenang dan tunduk pada lingkungan ini. Kemudian, aku membaca firman Tuhan: "Yang harus manusia lakukan adalah berusaha sebaik mungkin untuk mengerjakan apa yang harus mereka kerjakan. Selama engkau menyadari, merasakan di dalam hatimu, melihat di dalam firman Tuhan, diingatkan oleh orang-orang di sekitarmu, atau diberi sinyal atau pertanda oleh Tuhan yang memberimu informasi—bahwa ini adalah sesuatu yang harus kaulakukan, bahwa ini adalah amanat Tuhan untukmu—maka engkau harus memenuhi tanggung jawabmu dan tidak duduk diam atau hanya menjadi penonton. Engkau bukanlah robot; engkau memiliki pikiran dan pemikiran. Ketika sesuatu terjadi, engkau pasti tahu apa yang harus kaulakukan, dan engkau pasti memiliki perasaan serta kesadaran. Jadi, terapkanlah perasaan dan kesadaran ini pada situasi nyata, jalani dan ubahlah itu menjadi tindakanmu, dan dengan cara seperti ini, engkau telah memenuhi tanggung jawabmu. Untuk hal-hal yang dapat kausadari, engkau harus menerapkan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran yang kaupahami. Dengan cara seperti ini, engkau sedang melakukan yang terbaik dan berusaha sebaik mungkin untuk melaksanakan tugasmu" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (21)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku pun mendapatkan sedikit iman. Tuhan telah mengizinkanku menghadapi situasi ini agar aku dapat belajar bagaimana memberontak terhadap daging, mengalami firman Tuhan, dan percaya bahwa Tuhan sendirilah yang sedang melakukan pekerjaan-Nya. Aku hanya perlu melakukan hal-hal yang kupahami dan mampu melakukan sebaik mungkin—itu sudah cukup. Ketika aku berpikir seperti ini, aku tidak lagi merasa begitu sedih dan tertekan. Selanjutnya, aku terlebih dahulu menangani serta menyelesaikan masalah-masalah penting dan krusial. Seorang pemberita Injil mengirim surat yang mengatakan bahwa aku harus terlebih dahulu memilih pemimpin dan diaken untuk jabatan-jabatan yang kosong di setiap gereja. Dengan begitu, semua orang dapat berbagi beban pekerjaan dan itu akan lebih mudah. Melalui semua orang yang menyatukan kekuatan dan bekerja bersama dalam satu kesatuan, pemimpin serta diaken dipilih dan pekerjaan tidak terlalu terpengaruh.

Setelah mengalami penyingkapan ini, aku memahami natur Iblis dalam diriku yang egoistis dan tercela, serta sikapku dalam melaksanakan tugasku mengalami beberapa perubahan. Syukur kepada Tuhan!

Sebelumnya:  42. Bagaimana Aku Mengatasi Perasaan Iriku

Selanjutnya:  44. Aku Tak Lagi Berusaha Menjaga Gengsi

Konten Terkait

15. Setelah Kebohongan

Oleh Saudari Chen Shi, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Engkau harus tahu bahwa Tuhan menyukai mereka yang jujur. Secara hakikat,...

4. Ujian bagi Keturunan Moab

Oleh Saudari Zhuan Yi, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Semua pekerjaan yang dilakukan sekarang ini bertujuan agar manusia dapat...

23. Di Ujung Tanduk

Oleh Zhang Hui, TiongkokTahun 2005, tak lama setelah menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, aku membagikan Injil dengan...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Connect with us on Messenger