92. Melepaskan Diri dari Pusaran Ketenaran dan Keuntungan
Aku terlahir dalam keluarga biasa. Kami bukan orang berada. Ayahku adalah seorang pemalas yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dia juga berjudi. Penduduk di desa kami memandang rendah kami, dan aku merasa sangat rendah diri. Sejak kecil, aku diam-diam menetapkan ambisi. Saat dewasa nanti, aku akan tampil menonjol di antara orang banyak dan membuat semua orang memandangku dengan rasa hormat yang baru. Hanya dengan cara inilah aku dapat menegakkan kepalaku dan tidak dipandang rendah.
Di sekolah, nilai-nilaiku selalu sangat bagus. Kemudian, karena tekanan mengikuti kelas intensif, aku sering menderita sakit kepala. Nilai-nilaiku terus menurun hingga akhirnya, aku putus sekolah. Keluargaku selalu mengatakan, "Selama kau mempelajari suatu keterampilan, kau bisa membuka toko dan menjadi bos bagi dirimu sendiri, serta tetap meraih sukses dengan cara seperti itu." Aku berpikir, "Meskipun aku tidak bisa dihormati orang lain melalui belajar, ada pepatah di Tiongkok yang berbunyi, 'Ada tiga ratus enam puluh jenis pekerjaan dan setiap jenis pekerjaan memiliki ahlinya.' Selama aku giat belajar untuk memperoleh keterampilan, di masa mendatang aku bisa membuka toko dan menjadi bos bagi diriku sendiri. Saat itu, sanak saudara dan teman-temanku pasti akan memandangku dengan rasa hormat yang baru." Kemudian, aku belajar teknis tata rias. Ketika mulai bekerja, aku hanya bisa menjadi asisten junior karena aku tidak memiliki pengalaman praktis apa pun. Setiap hari aku mengurus keperluan, melakukan pekerjaan sambilan, dibentak-bentak, dan diperintah oleh guru tata rias. Aku tidak sanggup menerima hal ini. Untuk mempelajari lebih banyak teknik dan mengumpulkan pengalaman agar aku dapat menjadi seorang penata rias sesegera mungkin, aku bekerja dari pukul 06.00 hingga pukul 22.00 hampir setiap hari. Setelah sekian lama bekerja keras, akhirnya aku menjadi seorang penata rias. Aku tidak pernah menyangka bahwa hidupku akan menjadi lebih menderita setelah itu. Setiap hari setelah menyelesaikan pekerjaan, aku harus bekerja lembur untuk meningkatkan kinerjaku. Aku sungguh lelah jiwa dan raga. Namun, kemudian aku berpikir, "'Kau harus menanggung penderitaan yang sangat besar agar bisa unggul dari yang lain.' Selama aku bertahan dan meningkatkan keterampilanku, aku akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk dipuji dan dikagumi." Jadi, aku tidak merasa sengsara lagi. Pada saat itu, ibuku sering berbicara kepadaku tentang iman. Aku tahu bahwa percaya kepada Tuhan adalah hal yang baik, tetapi aku juga merasa bahwa aku terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga tidak punya waktu, dan aku berada pada tahap di mana aku sedang mengerahkan segenap kemampuan untuk membangun karierku. Akibatnya, aku tidak terlalu menganggap serius imanku.
Kemudian aku bekerja sebagai seorang penata rias di studio lain, dan bertahan di sana selama beberapa tahun. Dengan usaha keras, aku menjadi andalan di departemenku. Keterampilanku selalu paling menonjol, dan aku menduduki peringkat pertama dalam hal kinerja hampir setiap bulan. Bos sering kali memuji kemampuanku di hadapan rekan-rekan kerjaku dan meminta mereka untuk belajar dariku. Hal ini memberi kepuasan luar biasa bagi kesombonganku. Khususnya, aku mendengar banyak klien yang belum pernah kutemui sebelumnya mengatakan, "Kami sudah dengar semua tentang dirimu! Semua temanku mengatakan bahwa kau bukan hanya sangat terampil, tetapi kau juga orang yang hebat. Kami khusus datang kemari untukmu." Saat mendengar hal-hal seperti ini, aku mulai merasa cukup puas dengan diriku sendiri, dan keinginanku untuk mengejar ketenaran dan keuntungan pun makin membubung. Ketika mendengar orang-orang di sekitarku mengatakan bahwa meski si anu masih sangat muda, dia sudah membuka toko sendiri dan mengelola usahanya sendiri, serta sangat terampil. Aku sangat iri. Aku berpikir bahwa aku juga memiliki keterampilan yang bagus, dan hanya belum memiliki kondisi keuangan yang tepat. Saat itu usiaku baru awal dua puluhan, dan selama aku bekerja keras serta menanggapi setiap klien dengan serius, membangun reputasi yang baik, cepat atau lambat, aku akan memiliki kesempatan untuk membuka toko dan menjadi bos bagi diriku sendiri. Setiap kali memikirkan hal ini, aku merasakan ledakan energi yang tiada habisnya mengalir melalui tubuhku, seolah-olahku darahku dialiri listrik. Aku selalu memikirkan cara meningkatkan keterampilan dan kinerjaku, serta sering kali menonton video tata rias di berbagai platform Internet untuk mempelajari teknik yang baik dari video tersebut. Semua rekan kerjaku tak sabar untuk selesai lebih awal, tetapi guna meningkatkan pengalaman klienku, aku akan meluangkan waktu tambahan untuk mengambil foto atau video mereka. Aku akan meminta mereka untuk mengeposnya di media sosial mereka untuk membantu mempromosikanku, dan ketika aku melihat ada banyak tanda suka dan komentar positif, aku merasa sangat puas dengan diriku sendiri. Aku sering kali menjadi orang terakhir yang menyelesaikan pekerjaan, dan bahkan setelah kembali ke rumah, aku masih mengobrol dengan klienku untuk membina hubunganku dengan mereka. Untuk mempertahankan klien, rasanya seperti aku menjalani hari-hari dengan memakai topeng, mengucapkan kata-kata palsu yang terdengar menyenangkan. Jika seorang klien jelas-jelas gemuk, aku akan memujinya dengan mengatakan, "Bentuk tubuhmu sempurna! Memang diperlukan bentuk tubuh seperti ini untuk memaksimalkan pakaianmu." Ada beberapa klien yang tidak begitu rupawan, dan aku akan berusaha keras mencari hal-hal baik yang dapat kupuji dan aku akan menyanjung mereka agar mereka senang. Mengenai beberapa klien yang sulit dan tidak mudah untuk dipuaskan, meskipun dalam hati aku sudah muak dengan mereka, aku akan memaksakan senyum selama mungkin sampai mereka merasa puas. Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang kurasakan, tetapi aku harus melakukannya demi ketenaran dan keuntungan. Meskipun aku mendapat pujian dan kekaguman dari orang-orang di sekitarku, setelah kebahagiaan sesaat ini berlalu, hatiku menjadi makin tertekan dan kelelahan. Aku sering berpikir: Untuk memperoleh penghargaan orang lain, aku bekerja bagaikan mesin setiap hari. Di luar pekerjaan, ada lebih banyak pekerjaan. Kapan hari-hari ini akan berakhir? Apakah kehidupanku akan berlalu seperti ini saja? Aku merasa bingung dan tidak berdaya. Lalu aku teringat bahwa sejak kecil, ibuku selalu berpesan agar aku berseru kepada Tuhan ketika menghadapi kesulitan. Pada saat itu, aku sering menyampaikan kesulitanku kepada Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan, aku bingung dan aku menghadapi banyak tekanan di tempat kerja. Aku bahkan merasa hidupku tidak berarti. Tolonglah aku!"
Pada bulan Mei 2021, perusahaan yang biasanya sangat sibuk pada waktu itu, mengalami masa-masa sepi. Aku sering punya kesempatan beristirahat di rumah. Melalui saudara-saudari yang membacakan firman Tuhan kepadaku dan bersekutu denganku dalam pertemuan, derita dan tekanan di hatiku sedikit berkurang. Aku secara resmi menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman, dan mulai menjalani kehidupan bergereja. Selama pertemuan, semua orang saling terbuka dan bersekutu tentang pemahaman berdasarkan pengalaman mereka. Semua orang akan bersekutu untuk membantu siapa pun yang mengalami kesulitan. Tidak ada yang memandang rendah orang lain. Ketika aku berkumpul dengan saudara-saudariku, hatiku terasa tenang dan damai, dan akhirnya aku mengetahui bahwa orang bisa hidup dengan cara yang santai dan bebas seperti itu. Kemudian, karena aku sering kali mengambil cuti untuk menghadiri pertemuan, bosku mulai khawatir bahwa aku akan beralih ke perusahaan lain, dan meminta rekan kerjaku untuk mencari tahu apa yang terjadi denganku. Aku memikirkan tentang betapa rajinnya aku bekerja selama beberapa tahun terakhir, betapa aku telah mendapat pengakuan bosku, dan betapa aku menjadi fokus utama pembinaan dari perusahaan. Jika bos melihat bahwa aku terus-menerus mengambil cuti, apakah lama-lama dia tidak menyukaiku, dan menghentikan fokus untuk membinaku? Aku mulai menyesal karena sering mengambil cuti untuk menghadiri pertemuan, dan memutuskan bahwa setelah ini, aku akan menghadiri pertemuan sesekali saja, asalkan tidak mengganggu pekerjaan. Namun, kemudian aku memikirkan tentang betapa, ketika berkumpul bersama saudara-saudariku untuk mempersekutukan firman Tuhan, hatiku terasa bebas dan lepas dari tekanan, jadi di dalam hatiku, aku masih ingin menghadiri pertemuan. Setiap kali waktu pertemuan bentrok dengan pekerjaan, hatiku terasa seolah-olah terkoyak ke dua arah yang berbeda.
Pada bulan Oktober 2021, pekerjaanku makin bertambah sibuk. Terutama pada masa-masa ramai, aku tidak mengikuti pertemuan selama sebulan penuh. Pada saat itu, aku merasa agak menyalahkan diri, tetapi aku tidak berani mengambil cuti saat melihat perusahaan begitu sibuk. Setiap penata rias memiliki klien yang sejak awal disiapkan oleh perusahaan, jadi sangat sulit menemukan seseorang untuk mengambil alih pekerjaanku. Beberapa klien bahkan melakukan perjalanan khusus dari daerah lain, jadi aku jelas tidak dapat menolak mereka. Kalau aku meminta cuti pada saat ini, bosku pasti tidak akan senang. Kalau bos tidak menyukaiku, dia mungkin memecatku. Setelah memikirkannya, aku memutuskan bahwa sebenarnya pekerjaan lebih penting. Saat itu, aku begitu sibuk hingga tidak dapat beristirahat dengan baik selama sebulan penuh. Ketika punya sedikit waktu seusai bekerja, ibuku membacakan firman Tuhan kepadaku. Aku tidak dapat menenangkan hatiku, dan sebelum mendengar beberapa kalimat, aku mulai tertidur. Untuk mencoba mengurangi tekanan pekerjaan, terkadang aku pergi makan, minum, bersenang-senang dengan teman, dan menonton video serta drama TV untuk mengabaikan perasaanku. Meskipun aku merasakan sedikit kegembiraan saat itu, ketika kembali ke kehidupan nyata dan dihadapkan pada semua masalahku, hatiku masih sangat tertekan, dan jiwa ragaku masih merasa kelelahan. Sesudah itu, hanya ketika pekerjaan tidak terlalu sibuk barulah aku mengikuti pertemuan.
Setelah seorang saudari mengetahui tentang keadaanku, dia mencarikan satu bagian firman Tuhan untuk kubaca. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasatmata, dan dengan belenggu inilah, mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis. Sekarang melihat tindakan Iblis, bukankah motif jahat Iblis benar-benar menjijikkan? Mungkin hari ini engkau semua masih belum dapat memahami motif jahat Iblis karena engkau semua berpikir orang tidak dapat hidup tanpa ketenaran dan keuntungan. Engkau berpikir jika orang meninggalkan ketenaran dan keuntungan, mereka tidak akan mampu lagi melihat jalan di depan, tidak mampu lagi melihat tujuan mereka, bahwa masa depan mereka akan menjadi gelap, redup, dan suram. Namun, perlahan-lahan, engkau semua suatu hari nanti akan menyadari bahwa ketenaran dan keuntungan adalah belenggu besar yang Iblis gunakan untuk mengikat manusia. Ketika hari itu tiba, engkau akan sepenuhnya menentang kendali Iblis dan sepenuhnya menentang belenggu yang Iblis gunakan untuk mengikatmu. Ketika saatnya tiba di mana engkau ingin membuang semua hal yang telah Iblis tanamkan dalam dirimu, engkau kemudian akan memutuskan dirimu sepenuhnya dari Iblis, dan engkau akan dengan sungguh-sungguh membenci semua yang telah Iblis bawa kepadamu. Baru setelah itulah, umat manusia akan memiliki kasih dan kerinduan yang nyata kepada Tuhan" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Setelah membaca firman Tuhan, aku menyadari bahwa Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengikat manusia dan membuat mereka menjauhi Tuhan. Aku teringat kembali pada kemiskinan keluargaku saat aku tumbuh dewasa, dan betapa orang-orang di sekitarku memandang rendah diriku. Aku bertekad untuk meraih hal-hal hebat dan tampil menonjol di antara orang banyak, sehingga setiap orang akan memandangku dengan rasa hormat yang baru. Meskipun ibuku sering menceritakan tentang iman kepada Tuhan, aku tidak pernah serius menanggapinya. Aku berpikir bahwa aku masih muda, dan ini saatnya untuk bekerja keras dalam karierku. Setelah menjadi seorang penata rias, aku memutar otak memikirkan cara meningkatkan keterampilan dan kinerjaku, dan sering menyanjung klien untuk membuat mereka senang sehingga aku dapat meningkatkan kinerjaku di tempat kerja. Agar dapat melakukan pekerjaanku dengan baik dan mendapat penghargaan dari lebih banyak orang, aku selalu menjadi orang yang terakhir pulang, dan bahkan seusia bekerja, dalam waktu luangku yang sedikit, aku membantu mengedit foto dan video untuk para klien guna mempromosikan diriku. Terkadang, aku bahkan bermimpi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaanku. Hatiku telah lama terikat erat oleh ketenaran dan keuntungan. Ketika pekerjaan berbentrokan dengan waktu pertemuan, aku khawatir terlalu sering mengambil cuti akan membuat bosku tidak senang dan memengaruhi perkembangan karierku di masa depan, jadi selama sebulan penuh aku tidak mengikuti pertemuan atau membaca firman Tuhan. Aku merasa sangat lelah jiwa dan raga, dan berusaha menghilangkan stres dengan menonton drama TV dan video di Internet. Hal ini mengakibatkan hatiku makin menjauh dari Tuhan. Hatiku terasa lebih kosong dan makin menderita. Aku menyadari bahwa Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikanku. Ia membuatku menyerahkan seluruh hatiku untuk pekerjaanku, menghalangiku mengikuti pertemuan atau melaksanakan tugasku, dan perlahan-lahan membuatku menjauhi dan mengkhianati Tuhan, serta kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Aku harus memahami rencana jahat Iblis dan menghadiri pertemuan sesering mungkin. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan agar menolongku.
Pada masa sepi, aku mampu mengatur pekerjaanku sehingga dapat mengikuti pertemuan, tetapi pada masa ramai, ketika pekerjaan sedang padat, aku harus sering kali meminta cuti, yang membuat bosku tidak senang. Aku merasa bahwa terus-menerus mencari berbagai alasan untuk mengambil cuti bukanlah suatu solusi, tetapi jika aku pindah pekerjaan, aku akan kehilangan kesempatan mewujudkan impianku untuk bisa tampil menonjol di antara orang banyak. Begitu aku memikirkan tentang melepaskan pekerjaanku, aku tidak sanggup melakukannya. Namun, jika aku terus seperti ini, aku hanya akan makin menjauh dari Tuhan, dan akhirnya kehilangan kesempatanku untuk diselamatkan. Setiap hari hatiku terasa seperti terbelah dua. Aku tertekan dan menderita, dan tidak tahu bagaimana harus memilih. Setelah ibuku mengetahui tentang keadaanku, dia membacakan satu bagian firman Tuhan kepadaku: "Jika engkau ingin memperoleh kebenaran dan hidup, engkau harus berakar dalam firman Tuhan. Ini akan memungkinkanmu untuk mulai melangkah di jalan mengejar kebenaran, yang merupakan satu-satunya tujuan dan arah dalam hidup ini. Hanya jika engkau menjadikan firman-Nya dan kebenaran berakar di dalam hatimu, engkau benar-benar menjadi salah seorang umat yang telah Tuhan pilih dan tentukan dari semula. Saat ini, landasan yang engkau semua miliki masih tidak stabil. Jika engkau mengalami pencobaan Iblis sekecil apa pun, bahkan bencana atau ujian yang besar, engkau semua bisa saja akan terguncang dan tersandung. Ini karena engkau tidak memiliki landasan, dan ini sangat berbahaya! Banyak orang tersandung dan mengkhianati Tuhan ketika penganiayaan atau kesengsaraan menimpa mereka. Beberapa orang mulai bertindak ceroboh setelah mereka mendapatkan status tertentu, dan mereka kemudian disingkapkan dan disingkirkan. Engkau semua mampu memahami hal-hal ini dengan sangat jelas. Jadi, sekarang engkau semua harus terlebih dahulu menentukan arah dan tujuan yang harus kaukejar dalam hidupmu, serta jalan yang harus kautempuh, kemudian menenangkan pikiranmu dan bekerja keras, mengorbankan dirimu, mengerahkan segenap kemampuanmu, dan membayar harga untuk mencapai tujuan itu. Kesampingkan perkara-perkara lain untuk saat ini—jika engkau terus memikirkannya, itu akan berdampak pada pelaksanaan tugasmu, dan akan berdampak pada hal yang sangat penting yaitu pengejaranmu akan kebenaran dan keselamatanmu. Jika engkau harus memikirkan tentang mencari pekerjaan, menghasilkan banyak uang, memperoleh kekayaan dan tentang membangun posisi yang stabil serta menemukan tempat di tengah masyarakat, jika engkau harus memikirkan tentang pernikahan dan menemukan pasangan, dan tentang mengambil tanggung jawab untuk menafkahi keluarga dan memberi mereka kehidupan yang baik, dan jika engkau juga ingin mempelajari beberapa keterampilan baru, agar lebih unggul dan lebih baik daripada orang lain—bukankah memikirkan semua hal ini akan sangat melelahkan? Berapa banyak hal yang mampu kaupikirkan? Berapa besar energi yang dimiliki seseorang sepanjang hidupnya? Berapa lama masa terbaik dalam hidup seseorang? Selama hidup ini, orang memiliki energi terbesar antara usia dua puluh hingga empat puluh tahun. Selama periode ini, engkau semua harus menguasai kebenaran yang seharusnya dipahami oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan, kemudian masuk ke dalam kenyataan kebenaran, menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, serta pemurnian dan ujian dari-Nya, dan mencapai titik di mana engkau tidak menyangkal Tuhan, apa pun situasinya. Inilah hal yang paling mendasar" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Membayar Harga untuk Memperoleh Kebenaran Sangatlah Penting"). Ibuku bersekutu denganku, "Tuhan ingin kehidupan kita memiliki nilai dan makna. Kau masih muda dan penuh energi, dan Ibu tidak mengharapkanmu menjadi pencari nafkah dalam keluarga. Ibu hanya berharap kau akan benar-benar percaya kepada Tuhan, dan menggunakan masa-masa primamu untuk percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran. Inilah hal-hal terpenting dalam hidupmu! Segala sesuatu selain percaya kepada Tuhan adalah hal yang hampa. Jika kau tidak percaya, coba saja kau lihat. Sekalipun kau mencurahkan seluruh tenagamu pada pekerjaan, pada saat kau meraih sukses dan ketenaran tiba, kau tidak akan merasa bahagia. Saat ini ada banyak orang yang kaya dan terkenal, tetapi apakah mereka benar-benar bahagia? Keinginan manusia tidak akan pernah dapat terpuaskan. Hanya firman Tuhan yang dapat menunjukkan jalan bagi manusia, dan membuat hidup mereka tenang dan bahagia setiap hari." Aku berpikir, "Keinginan manusia memang tiada habisnya. Sama seperti ketika aku pertama mulai bekerja. Aku tidak memiliki pengalaman, gajiku rendah, dan aku tidak dihargai. Namun, setelah terus-menerus berusaha, akhirnya aku menjadi andalan di bidangku. Aku dihargai semua orang, dan bayaranku pun terus naik, tetapi aku masih belum puas. Aku terus merencanakan cara untuk meningkatkan keterampilanku dan mengumpulkan kontak agar dapat memiliki karierku sendiri serta mendapatkan penghargaan lebih banyak orang. Aku selalu mengorbankan waktu dan upayaku demi ketenaran dan keuntungan. Namun, bahkan setelah aku memperoleh hal-hal ini, aku masih menginginkan lebih lagi dan keinginanku terus bertumbuh. Akibatnya, bukan hanya memperoleh hal-hal ini tidak membuatku bahagia, tetapi malah membuatku makin menderita." Aku berpikir sedikit lebih mendalam dan menyadari bahwa perasaan tenang dan damai di hatiku setelah membaca firman Tuhan dan memahami sedikit kebenaran tidak dapat dibeli dengan sejumlah uang, ketenaran atau keuntungan apa pun. Hanya dengan melaksanakan tugas, kita bisa mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mengalami firman Tuhan, dan hanya dengan senantiasa datang ke hadapan Tuhan, makan dan minum firman Tuhan, serta berdoa kepada Tuhan dalam melaksanakan tugas kita, pertumbuhan hidup kita akan menjadi lebih cepat. Para saudariku yang telah percaya kepada Tuhan berbarengan denganku kini sedang melaksanakan tugas, dan hidup mereka bertumbuh dengan sangat cepat. Mereka pun memahami kebenaran dengan lebih jelas. Namun, ketika melihat diriku sendiri, aku menyadari betapa aku sibuk dengan pekerjaan setiap hari. Aku tidak mengikuti pertemuan, membaca firman Tuhan, atau melaksanakan tugasku. Tidak ada banyak perbedaan antara aku dan para pengikut yang bukan orang percaya. Jika aku terus seperti ini, aku tidak akan pernah memperoleh kebenaran! Berapa banyak energi yang dapat dimiliki seseorang? Jika mereka menginginkan satu hal, tetapi tidak bersedia melepaskan hal lain, itu seolah-olah mereka mencoba berdiri di dua perahu sekaligus; pada akhirnya mereka akan jatuh ke dalam air. Jika aku tidak dapat membuat pilihan yang tepat, aku benar-benar akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan.
Setelah cukup lama bergumul dengan diri sendiri di dalam hati, aku mengajukan pengunduran diriku kepada perusahaan. Aku mengajukannya berkali-kali, tetapi selalu ditolak. Beberapa kali bos berbicara kepadaku, "Perusahaan tidak ingin kehilangan karyawan luar biasa sepertimu. Jika kau punya permintaan apa pun, sampaikan saja, dan kami akan berusaha sebaik mungkin untuk memenuhinya. Pasti sulit untuk bertahan sampai sekarang." Dia juga mengatakan bahwa dia akan menaikkan gajiku, mengangkatku menjadi direktur teknis, dan juga memberiku bonus 1000 yuan di luar gaji pokokku. Meskipun aku menolak, hatiku berat untuk melepaskan. Jika aku bertahan dan terus bekerja, aku bukan hanya akan mendapatkan gaji yang lebih tinggi, tetapi juga diangkat menjadi direktur teknis. Bukankah aku akan lebih dekat dengan impianku untuk tampil menonjol di antara orang banyak? Hal ini membuat tekadku, yang sejak awal tidak begitu kuat, menjadi mulai goyah. Pada saat ini, rekan-rekan kerjaku juga sering berkata, "Kau sudah lama melakukan pekerjaan ini; mengapa kau ingin keluar? Kalau jadi dirimu, aku tidak akan keluar apa pun yang terjadi. Perusahaan sangat menghargaimu, dan ada begitu banyak klien yang menyukaimu. Bagaimana bisa kau meninggalkannya begitu saja?" Ketika mendengarnya, hatiku merasa bimbang dan ragu. Aku ingin tetap tinggal dan terus bekerja, tetapi kemudian aku berpikir bahwa memilih kehidupan seperti itu berarti tidak akan ada kesempatan sama sekali untuk mengikuti pertemuan atau melaksanakan tugasku. Aku memikirkan tentang pertemuan dengan saudara-saudariku. Semua orang membuka hati dan bersekutu, tidak peduli apakah mereka sedang merasakan sakit, penderitaan, atau kegembiraan. Pembebasan jiwa seperti itu hanya dapat ditemukan di rumah Tuhan!
Lalu, seorang saudari datang untuk berbicara denganku, dan kami bersama-sama membaca satu bagian firman Tuhan: "Tuhan bukan hanya membayar harga untuk setiap orang selama beberapa dekade mulai dari kelahiran mereka sampai sekarang. Di mata Tuhan, engkau telah datang ke dunia ini berulang kali, dan telah bereinkarnasi berulang kali. Siapa yang mengendalikan atas ini? Tuhan-lah yang mengendalikan atas ini. Engkau sama sekali tidak mengetahui hal-hal ini. Setiap kali engkau datang ke dunia ini, Tuhan secara pribadi membuat pengaturan untukmu: Dia mengatur berapa tahun engkau akan hidup, di keluarga macam apa engkau akan dilahirkan, kapan engkau akan membangun rumah tangga dan kariermu, dan apa yang akan kaulakukan di dunia ini serta bagaimana engkau akan mencari nafkah. Tuhan mengatur sebuah cara bagimu untuk mencari nafkah, sehingga engkau dapat menyelesaikan misimu dalam hidup ini tanpa hambatan. Dan tentang apa yang harus kaulakukan dalam reinkarnasimu yang selanjutnya, Tuhan mengatur dan memberikan kehidupan untukmu sesuai dengan apa yang harus kaumiliki dan apa yang harus diberikan kepadamu .... Tuhan telah membuat pengaturan-pengaturan ini bagimu berulang kali, dan, pada akhirnya, engkau dilahirkan pada akhir zaman, di tengah keluargamu saat ini. Tuhan mengatur lingkungan untukmu di mana engkau dapat percaya kepada-Nya, Dia membuatmu mendengar suara-Nya dan kembali ke hadapan-Nya, sehingga engkau mampu mengikuti-Nya dan melaksanakan tugas di rumah-Nya. Hanya karena bimbingan dari Tuhan seperti itulah, engkau bisa hidup sampai hari ini. Engkau tidak tahu berapa kali engkau telah lahir di antara manusia, atau berapa kali penampilanmu telah berubah, atau berapa banyak keluarga yang telah kaumiliki, atau berapa zaman dan dinasti yang telah kaujalani—tetapi tangan Tuhan telah menopangmu sepanjang waktu, dan Dia selalu mengawasimu. Betapa banyaknya kerja keras yang Tuhan lakukan bagi seorang manusia! Ada orang yang berkata, 'Aku berumur enam puluh tahun. Selama enam puluh tahun, Tuhan telah mengawasi, melindungi, dan menuntunku. Jika usiaku telah lanjut dan aku tak mampu lagi melakukan tugas atau melakukan apa pun—apakah Tuhan tetap akan memedulikanku?' Bukankah ini hal yang konyol untuk dipertanyakan? Kedaulatan Tuhan atas nasib manusia, pengawasan dan perlindungan-Nya terhadap manusia, bukan hanya untuk satu rentang usia. Jika itu hanya untuk satu rentang usia, untuk satu masa kehidupan, maka itu tidak akan bisa menunjukkan bahwa Tuhan itu mahakuasa dan berdaulat atas segala sesuatu. Kerja keras yang Tuhan lakukan dan harga yang Dia bayar untuk seorang manusia bukan sekadar mengatur apa yang mereka lakukan dalam hidup ini, tetapi mengaturkan bagi mereka sejumlah kehidupan yang tak terhitung banyaknya. Tuhan bertanggung jawab penuh atas setiap jiwa yang bereinkarnasi. Dia bekerja dengan penuh perhatian, membayar harga dengan nyawa-Nya, menuntun setiap orang dan mengatur setiap kehidupan mereka. Tuhan bekerja keras dan membayar harga dengan cara seperti ini demi manusia, dan Dia menganugerahkan kepada manusia seluruh kebenaran dan hidup ini. Jika manusia tidak melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan pada hari-hari terakhir ini, dan mereka tidak kembali ke hadapan Sang Pencipta—jika, pada akhirnya, betapapun banyaknya kehidupan dan generasi yang telah mereka lalui, mereka tidak melaksanakan tugas mereka dengan baik dan gagal memenuhi tuntutan Tuhan—bukankah utang mereka kepada Tuhan akan menjadi terlalu besar? Bukankah mereka tidak layak atas semua harga yang telah Tuhan bayarkan? Itu berarti mereka sangat tidak berhati nurani, sehingga mereka tidak layak disebut manusia, karena utang mereka kepada Tuhan akan menjadi terlalu besar. Itulah sebabnya, dalam kehidupan ini—Aku tidak membahas tentang kehidupanmu yang lampau, melainkan dalam kehidupanmu yang sekarang—jika engkau tidak mampu melepaskan hal-hal yang engkau cintai atau hal-hal lahiriah demi misimu—seperti kesenangan materi dan cinta serta kegembiraan keluarga—jika engkau tidak melepaskan kesenangan daging demi harga yang Tuhan bayar untukmu atau untuk membalas kasih Tuhan, engkau benar-benar jahat! Sebenarnya, berapa pun harga yang kaubayar untuk Tuhan itu adalah sudah selayaknya. Dibandingkan dengan harga yang Tuhan bayar demi dirimu, apalah artinya sejumlah kecil yang kaupersembahkan atau korbankan? Apalah artinya sedikit penderitaan yang kautanggung? Tahukah engkau betapa besarnya penderitaan Tuhan? Penderitaanmu yang sedikit bahkan tidak layak disebut jika dibandingkan dengan penderitaan yang telah Tuhan tanggung. Selain itu, dengan melaksanakan tugasmu sekarang, engkau akan memperoleh kebenaran dan hidup, dan pada akhirnya, engkau akan bertahan dan masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Sungguh berkat yang sangat besar!" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Membayar Harga untuk Memperoleh Kebenaran Sangatlah Penting"). Setelah membaca firman Tuhan, aku menyadari bahwa Tuhan telah membayar harga yang sangat tinggi untuk setiap umat yang dipilih dan ditentukan sejak semula oleh Tuhan, memastikan keselamatan dan melindungi mereka agar tidak ditelan oleh berbagai tren jahat. Jika kita tidak dapat melaksanakan tugas kita semasa hidup, kita benar-benar berutang kepada Tuhan! Tuhan telah membayar harga yang mahal untukku. Sejak masih kecil, aku mendengarkan ibuku berbicara tentang iman kepada Tuhan. Tuhan telah mengatur keluarga ini untukku, dan senantiasa menjaga serta melindungiku. Ketika aku terjerumus ke dalam uang, ketenaran, dan keuntungan, dan tidak dapat menarik diri, menderita, serta merasa tidak berdaya, tangan Tuhan-lah yang menyelamatkanku, dan menggunakan saudara-saudariku untuk membawaku ke hadapan Tuhan. Melalui pertemuan dan membaca firman Tuhan, aku belajar untuk menerima hal-hal dari Tuhan ketika menghadapi berbagai masalah, dan berhenti bersikap tidak puas dengan nasibku seperti sebelumnya. Aku hidup dengan cara yang jauh lebih santai dan bebas. Ketika aku tidak dapat menghadiri pertemuan secara normal, selarut apa pun itu, berkali-kali saudariku akan menunggu hingga aku selesai bekerja dan mempersekutukan maksud Tuhan kepadaku. Terkadang dia bahkan menulis surat untuk mempersekutukan firman Tuhan kepadaku. Bukankah semua ini diatur dan ditentukan oleh Tuhan? Tuhan tidak tahan melihatku kehilangan diriku selagi aku mengejar ketenaran dan keuntungan, dan akhirnya ditelan oleh Iblis. Berkali-kali, Dia menggerakkan orang-orang, peristiwa, dan hal-hal untuk mendukung serta menolongku, sambil diam-diam menantiku untuk berubah. Jika aku terus-menerus tidak membalas kasih Tuhan, berarti aku benar-benar tidak memiliki kemanusiaan. Pekerjaan Tuhan akan segera berakhir, dan kita dapat melihat bencana yang terus memburuk. Jika aku tetap bersikeras menolak untuk sadar, apa gunanya uang nanti, seberapa pun penghasilanku? Dapatkah itu menyelamatkan hidupku? Sekalipun aku menjadi wanita yang kuat di mata orang lain, apa gunanya? Dapatkah itu menyelamatkan aku? Aku memikirkan sesuatu yang dikatakan Tuhan Yesus: "Apa untungnya jika seseorang mampu mendapatkan seluruh dunia, dan kehilangan jiwanya sendiri? Atau apa yang bisa diberikan seseorang sebagai ganti jiwanya?" (Matius 16:26). Ketika memikirkan kembali tahun-tahun di mana aku mencurahkan seluruh tenagaku untuk pekerjaan, aku kehilangan banyak kesempatan untuk melaksanakan tugasku dan memperoleh kebenaran. Kini, lewat membaca firman Tuhan, aku memahami maksud baik Tuhan dalam menyelamatkan manusia. Hanya dengan melaksanakan tugasku dan benar-benar melepaskan diri dari belenggu serta penderitaan yang telah diberikan Iblis kepadaku, aku dapat memiliki kesempatan untuk diselamatkan dan bertahan hidup. Selanjutnya, aku berdoa kepada Tuhan setiap hari tentang pengunduran diriku, memohon kepada-Nya untuk melindungi hatiku dan menjaganya agar tidak goyah.
Kemudian, aku kembali mengajukan pengunduran diriku, dan bos berkata, "Apakah kau benar-benar sudah mengambil keputusan? Kami sedang bersiap untuk membuka studio lain dan menginginkan karyawan kami yang paling luar biasa bekerja di sana. Kau orang pertama yang kami pikirkan. Jika ditangani orang lain, pikiran kami tidak akan tenang. Kau telah bekerja di perusahaan ini selama bertahun-tahun, dan kau memenuhi syarat untuk mendapatkan saham di studio baru. Bayangkan saja betapa menyenangkan bisa mempunyai sesuatu yang menjadi milikmu sendiri di usia yang begitu muda nantinya. Cobalah pertimbangkan kembali. Intinya kita telah bertahun-tahun bekerja sama, dan kini kita memiliki ikatan emosional." Sambil berbicara, dia terisak-isak dan mulai menangis. Kondisi yang dia ajukan benar-benar apa yang kucari selama ini, dan uang yang kumiliki pun cukup untuk melakukan investasi tersebut. Andai saja aku bertahan sedikit lebih lama, aku akan meraih kesuksesan dan ketenaran, serta membuat lebih banyak orang iri. Betapa aku akan tampak hebat di hadapan kerabat dan teman-temanku! Tepat saat aku berangan-angan tentang masa depanku yang indah di benakku, tiba-tiba aku menyadari bahwa pemikiranku tidak sejalan dengan maksud Tuhan. Aku segera berdoa kepada Tuhan dalam hati, "Ya Tuhan, aku tahu bahwa ini adalah godaan lain yang datang padaku. Iblis lagi-lagi menggunakan ucapan bos untuk mengganggu hatiku dan membuatku mengejar ketenaran, keuntungan, maupun status. Namun, kali ini, apa pun yang terjadi, aku akan memutuskan hubungan dengan Iblis untuk selamanya, dan berdiri teguh dalam kesaksianku untuk menghibur hati-Mu." Saat berdoa, aku teringat pada satu bagian firman Tuhan yang pernah kubaca sebelumnya: "Ketika engkau berulang kali menyelidiki dan dengan saksama membedah berbagai tujuan yang dikejar orang dalam hidup beserta berbagai cara-cara hidup mereka, engkau akan mendapati bahwa tidak ada satu pun dari semua itu yang sesuai dengan maksud mula-mula Sang Pencipta ketika Dia menciptakan umat manusia. Semua itu menjauhkan orang dari kedaulatan dan pemeliharaan Sang Pencipta; semua itu adalah perangkap yang menyebabkan orang menjadi bejat, dan yang menuntun mereka ke neraka. Setelah engkau mengakui ini, tugasmu adalah menyingkirkan pandangan hidupmu yang lama, menjauhi berbagai perangkap, membiarkan Tuhan mengendalikan hidupmu dan membuat pengaturan bagimu; tugasmu hanyalah berusaha untuk tunduk pada pengaturan dan bimbingan Tuhan, untuk hidup tanpa memiliki pilihan pribadi, dan menjadi seseorang yang menyembah Tuhan" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Iblis menggunakan segala macam pikiran dan ide untuk melumpuhkan manusia, menggoda mereka untuk mengejar ketenaran, keuntungan, dan status, menjebak mereka jauh di dalam, sehingga mereka menyangkal Tuhan, mengkhianati Tuhan, dan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Inilah motif jahat Iblis. Bukankah kondisi-kondisi yang diajukan bos untuk memikatku merupakan suatu perangkap, yang membujukku menuju kemerosotan? Bagaimana mungkin aku bisa bersikeras menolak untuk sadar lebih lama lagi? Tuhan menginginkan kita tunduk pada kedaulatan-Nya, dan melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan. Hanya dengan cara inilah kita dapat memahami kebenaran, hidup dalam keserupaan dengan manusia, dan akhirnya diselamatkan oleh Tuhan. Jadi, aku dengan tegas berkata kepada bosku, "Setiap orang memiliki ambisi masing-masing, dan aku menginginkan lingkungan baru." Bosku setuju. Setelah meninggalkan perusahaan, hatiku terasa jauh lebih santai. Sejak saat itu, aku dapat benar-benar mengejar kebenaran seperti saudara-saudariku.
Setelah pengalaman ini, aku melihat motif jahat Iblis dengan jelas. Iblis membuat manusia mengejar ketenaran dan keuntungan, dengan tujuan agar manusia menjauhi serta mengkhianati Tuhan, sepenuhnya berada di bawah kekuasaannya, dan akhirnya turun bersamanya ke neraka. Jika manusia mengandalkan diri sendiri, mereka tidak akan mampu mengatasi tipu daya Iblis. Hanya dengan membaca firman Tuhan dan memahami kebenaran, manusia dapat mengetahui berbagai hal dan mengucapkan selamat tinggal pada cara-cara keliru yang mereka jalani di masa lalu. Hanya dengan mengejar kebenaran, kita dapat memperoleh keselamatan Tuhan. Setelah aku melepaskan pekerjaanku, meskipun aku tidak dihargai oleh banyak orang dan kehidupan materielku agak kurang, perasaan tenang dan damai dalam jiwaku tidak dapat ditukar dengan sejumlah uang, ketenaran, atau keuntungan apa pun. Akhirnya aku melepaskan diri dari belenggu ketenaran dan keuntungan, serta melaksanakan tugasku di gereja. Puji syukur kepada Tuhan atas keselamatan-Nya!