19. Aku Tidak Lagi Mengejar Uang, Ketenaran dan Keuntungan
Aku tumbuh di keluarga miskin, dan di keluarga kami ada sebelas anak. Sejak kecil, aku ingin menghasilkan banyak uang untuk mengentaskan keluargaku dari kemiskinan. Aku sangat terinspirasi saat kuliah, ketika seorang teman sekelas mengundangku ke seminar bisnis, di mana para pembicara menceritakan pengalaman mereka bangkit dari kemiskinan menjadi kaya. Aku pun ingin menjadi pengusaha wanita yang sukses, melakukan berbagai hal seperti menghasilkan banyak uang, memiliki rumah dan mobil, serta berpergian keliling dunia. Dengan begitu, orang-orang yang mengenalku akan melihatku sebagai gadis miskin teladan yang berhasil lepas dari kemiskinan, dan mereka akan mengagumiku.
Setelah lulus, aku pergi ke UEA, dan bekerja sebagai resepsionis di sebuah perusahaan. Karena penghasilanku rendah, aku terus mencari pekerjaan paruh waktu, dan aku juga mencoba beberapa investasi. Aku sering bekerja di siang hari dan melakukan pekerjaan sampingan di malam hari. Semua investasiku gagal, dan hidupku menjadi makin sulit. Saat itu aku merasa sangat putus asa, dan aku tidak dapat mengerti: "Aku sudah bekerja begitu keras untuk menghasilkan uang, jadi mengapa semuanya terus berakhir seperti ini? Mengapa aku terus gagal tidak peduli seberapa keras aku bekerja atau berinvestasi?" Aku merasa benar-benar kelelahan. Pada bulan Februari 2020, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman. Ada satu bagian dari firman Tuhan yang sangat menyentuhku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sebagai anggota umat manusia dan orang Kristen yang taat, adalah tanggung jawab dan kewajiban kita semua untuk mempersembahkan pikiran dan tubuh kita untuk memenuhi amanat Tuhan, karena seluruh keberadaan kita berasal dari Tuhan dan ada berkat kedaulatan-Nya. Apabila pikiran dan tubuh kita tidak didedikasikan untuk amanat Tuhan dan pekerjaan yang adil bagi umat manusia, maka jiwa kita akan merasa malu di hadapan orang-orang yang telah menjadi martir demi amanat Tuhan, dan lebih malu lagi di hadapan Tuhan, yang telah menyediakan segalanya untuk kita" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 2: Tuhan Berdaulat Atas Nasib Seluruh Umat Manusia"). Dari firman Tuhan Yang Mahakuasa, aku mulai memahami bahwa sebagai makhluk ciptaan, kita harus menjalankan kewajiban dan tanggung jawab kita, dan melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan. Ini karena Tuhan telah mengatur segalanya bagi kita, termasuk keluarga, orang tua, dan lingkungan tempat kita dibesarkan—semua ini telah lama ditakdirkan oleh Tuhan, dan sebagai makhluk ciptaan, kita harus membalas kasih-Nya. Aku sangat tersentuh oleh firman Tuhan dan ingin melaksanakan tugasku untuk membalas kasih Tuhan. Namun, karena pemahamanku akan kebenaran terlalu sedikit, aku tidak dapat menahan godaan uang, dan hatiku selalu terfokus pada menghasilkan uang.
Kemudian, aku beralih dari posisi resepsionis menjadi asisten SDM, dan gajiku juga meningkat. Namun, aku tidak terlalu senang karena pekerjaan ini tidak bisa membuatku kaya atau membuat orang lain mengagumiku. Jika aku terus seperti ini, kapan aku bisa membangun rumah di kampung halaman, meningkatkan taraf hidup keluargaku, dan mengajak mereka berlibur? Jadi aku perlu mencari pekerjaan dengan gaji lebih tinggi atau menambah pekerjaan paruh waktu. Jadi, aku mengirimkan lebih banyak lamaran. Tak lama kemudian, aku mulai bekerja di perusahaan lain sebagai asisten administrasi di departemen penjualan. Aku sangat senang, karena selain gaji tetap, ada komisi, dan selama kinerjaku baik, aku juga akan mendapatkan bonus. Aku berpikir, "Akhirnya aku punya kesempatan untuk menghasilkan lebih banyak uang, dan setelah rumah di kampung halamanku dibangun, orang-orang di sana pasti akan menghormati dan mengagumiku." Karena ini adalah pekerjaan baru dan aku tidak punya pengalaman, aku harus menghabiskan banyak waktu untuk belajar agar bisa mendapatkan penghasilan tinggi yang kuinginkan. Untuk mendapatkan lebih banyak uang, aku sering bekerja lembur. Selama waktu itu, aku mencurahkan seluruh waktu dan tenagaku untuk pekerjaan. Di tempat kerja, aku sering makan tidak teratur atau bahkan lupa makan sama sekali. Khususnya ketika manajer atau rekan kerjaku sedang membutuhkan sesuatu yang mendesak, bahkan ketika aku sakit, aku tetap harus terus bekerja. Saat itu, aku adalah seorang pekerja penginjilan, tetapi aku terlalu sibuk dengan pekerjaan untuk memberitakan Injil. Setiap hari, yang kupikirkan hanyalah pekerjaan. Bahkan setelah pulang ke rumah, aku masih bekerja. Terkadang aku ingin memberitakan Injil, tetapi setelah seharian bekerja, aku terlalu lelah dan ingin beristirahat. Terkadang pemimpin memintaku untuk memimpin pertemuan, tetapi aku sering menolaknya karena aku tidak punya waktu untuk merenungkan firman Tuhan, dan setelah bekerja seharian, aku tidak punya tenaga untuk memimpin pertemuan. Selama pertemuan aku sering tidak fokus, dan aku sering menghadiri pertemuan daring sambil tetap bekerja. Terkadang aku bahkan tertidur selama pertemuan. Karena aku hanya fokus menghasilkan lebih banyak uang, hasil pemberitaan Injilku tidak bagus, dan aku merasa sangat bersalah. "Aku bersedia terus bekerja meskipun aku sedang lelah atau sakit, tetapi aku memperlakukan tugasku dengan sikap asal-asalan dan melaksanakannya dengan pasif." Meskipun aku merasa sedikit mencela diri sendiri, aku pandai memaafkan diriku sendiri, sambil berpikir, "Aku masih baru di bagian penjualan, tetapi begitu aku lebih mahir, aku akan memiliki lebih banyak waktu untuk tugasku." Namun, segalanya tidak berjalan seperti yang kuharapkan. Makin aku terbiasa dengan pekerjaan itu, makin lama aku harus bekerja. Bukan hanya tidak punya lebih banyak waktu luang, aku malah makin sibuk. Hatiku mulai gelisah, karena aku tahu bahwa sebagai makhluk ciptaan, tugasku adalah hal yang terbesar, serta kewajiban dan tanggung jawabku, dan bahwa aku harus melaksanakan tugasku dengan baik untuk membalas kasih Tuhan. Pada saat yang sama, aku juga sangat takut, karena aku selalu mengejar hal-hal duniawi, makin lama hatiku makin menjauh dari Tuhan. Aku tidak bisa merasakan pekerjaan Roh Kudus dalam tugasku, dan pemberitaan Injilku tidak membuahkan hasil. Aku berdoa kepada Tuhan dalam hatiku, "Tuhan Yang Mahakuasa, aku merasa telah kehilangan arah. Aku tidak bisa merasakan pekerjaan Roh Kudus atau bimbingan-Mu. Tolong bantulah aku."
Kemudian, aku membaca satu bagian dari firman Tuhan: "Bukankah banyak di antaramu yang pernah bimbang antara yang benar dan yang salah? Dalam semua pergumulan antara yang positif dan negatif, hitam dan putih—antara keluarga dan Tuhan, anak-anak dan Tuhan, keharmonisan dan keretakan, kekayaan dan kemiskinan, status tinggi dan status biasa, didukung dan ditolak, dan sebagainya—engkau semua tentu mengetahui pilihanmu! Antara keluarga yang harmonis dan yang retak, engkau semua memilih yang pertama, dan memilihnya tanpa keraguan; antara kekayaan dan tugas, lagi-lagi engkau semua memilih yang pertama, tanpa sedikit pun keinginan untuk berbalik; antara kemewahan dan kemiskinan, engkau semua memilih yang pertama; ketika memilih antara anak-anak, istri atau suami, dan Aku, engkau semua memilih yang pertama; dan antara gagasan dan kebenaran, engkau semua tetap memilih yang pertama. Dihadapkan pada segala macam perbuatan jahatmu, Aku sama sekali kehilangan keyakinan akan dirimu, Aku benar-benar tercengang. Ternyata hatimu begitu sulit untuk dilunakkan. Hati dan usaha yang telah Kucurahkan selama bertahun-tahun secara mengejutkan tidak membawa apa-apa bagi-Ku selain engkau semua meninggalkan-Ku dan bersikap pasrah, tetapi harapan-Ku terhadap engkau semua makin bertumbuh setiap hari, karena hari-Ku sudah sepenuhnya diperlihatkan di hadapan semua orang. Namun sekarang, engkau semua masih saja mengejar hal-hal yang gelap dan jahat, dan menolak untuk melepaskan hal-hal tersebut. Lalu, akan seperti apa kesudahanmu? Pernahkah engkau semua memikirkan hal ini dengan saksama? Jika engkau semua diminta untuk memilih kembali, apa pendirianmu nanti? Akankah masih yang pertama? Apakah engkau semua masih akan mendatangkan kekecewaan dan kesedihan yang menyakitkan bagi-Ku? Apakah akan tetap hanya ada sedikit kehangatan di dalam hatimu? Apakah engkau semua masih tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghibur hati-Ku? Pada saat ini, apa yang engkau semua pilih?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kepada Siapakah Engkau Setia?"). Apa yang Tuhan singkapkan adalah keadaan kita yang sebenarnya. Sering kali, kita tahu apa yang benar dan apa yang salah, apa hal-hal yang positif dan apa yang negatif, tetapi kita tetap memilih hal-hal yang salah dan negatif itu. Sama sepertiku, sejak aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa, aku tahu bahwa sebagai makhluk ciptaan, aku harus melaksanakan tugasku, tetapi ketika dihadapkan pada situasi kehidupan nyata, aku tetap mengejar uang, reputasi, dan status. Aku mencurahkan begitu banyak energi demi dikagumi dan dihormati oleh orang lain, serta demi mendapatkan lebih banyak uang dan menikmati kehidupan materi yang lebih baik. Namun, sejak aku menjadi orang percaya, aku belum melaksanakan tugasku dengan sepenuh hati. Aku menghabiskan hari-hariku sibuk dengan pekerjaan, dan setelah bekerja di malam hari, ketika seharusnya aku meluangkan waktu untuk tugasku, yang kupikirkan hanyalah bagaimana menghasilkan lebih banyak uang. Aku berpikir bahwa selama aku melaksanakan tugasku, itu sudah cukup, dan aku sama sekali tidak peduli apakah tugasku membuahkan hasil atau tidak. Aku menyadari bahwa aku benar-benar tidak menghormati Tuhan dan bersikap semaunya dalam tugasku, dan aku benar-benar memberontak! Aku sudah percaya kepada Tuhan, tetapi selama ini aku tidak dapat benar-benar mengikuti-Nya, masih memilih hal-hal duniawi dan berjalan di jalan orang tidak percaya. Karena Tuhan masih memberiku kesempatan untuk melaksanakan tugasku, aku harus menghargainya, dan memfokuskan energiku untuk mengejar kebenaran dan melaksanakan tugasku. Inilah hal yang paling berharga dan bermakna. Sejak saat itu, aku mulai aktif menghadiri pertemuan, dan tidak peduli sesibuk apa pun, aku tidak lagi membiarkan pekerjaan menghambat tugasku. Sebelumnya, aku selalu bekerja lembur setelah pulang ke rumah, bahkan menjawab telepon kerja pada jam 11 malam, tetapi sekarang, aku tidak lagi menjawab telepon dan pesan kerja setelah jam 8 malam. Selain itu, dahulu aku jarang berdoa dan tidak melakukan saat teduh secara teratur, tetapi sekarang aku bangun pagi untuk saat teduh, membaca firman Tuhan, mendengarkan lagu pujian gereja, serta menonton video kesaksian pengalaman saudara-saudari. Di pagi hari, aku mengundang calon penerima Injil ke pertemuan, dan di sore hari, aku berkumpul bersama mereka. Aku bahkan menggunakan waktu istirahat kerjaku untuk melaksanakan tugasku. Menerapkan cara ini memenuhi hatiku dengan damai dan sukacita.
Tidak lama kemudian, seorang teman mengundangku untuk ikut dalam sebuah investasi. Sebelumnya, aku belum ikut investasi itu karena uangku tidak cukup. Tetapi suatu hari di bulan Oktober 2023, perusahaan lamaku memberiku sejumlah uang sebagai pengason, jadi aku memiliki cukup uang untuk ikut dalam investasi itu. Mereka berjanji bahwa dengan ikut investasi itu, aku akan menghasilkan banyak uang, bukan hanya bisa membeli mobil, tetapi aku juga bisa membangun rumah, dan bahkan bepergian ke negara lain. Semua itu adalah impianku! Aku berpikir, "Investasi hanya menanamkan uang dan akan ada keuntungan setiap bulan, jadi itu tidak akan memengaruhi tugasku." Jadi, aku dan kakakku ikut berinvestasi bersama, dan kami menghabiskan 500.000 peso untuk mendapatkan kontrak kami. Kami menerima keuntungan selama dua bulan pertama setelah berinvestasi, tetapi pada bulan ketiga, mereka tidak bisa membayar lagi, jadi kami meminta kembali uang kami, tetapi mereka terus beralasan dan menolak. Aku geram sekali. Aku ingin modal awalku kembali, tetapi tidak peduli seberapa keras aku mencoba, aku tidak bisa mendapatkannya kembali. Aku sangat kesal, dan aku ingin segera menemukan cara untuk mendapatkan kembali uang yang hilang dalam investasi itu, karena ini adalah uang yang telah kusiapkan untuk membangun rumah di kampung halamanku. Jadi, aku bekerja lebih keras lagi, sering lembur. Namun, gajiku tertunda karena restrukturisasi perusahaan. Saat itu, aku hanya punya sedikit uang tersisa, dan bahkan untuk membayar sewa atau membeli makanan pun aku kesulitan. Hal-hal ini memenuhi hatiku, dan sekali lagi, aku menjadi pasif dan asal-asalan dalam tugasku. Aku hanya mengundang calon penerima Injil ke pertemuan, tetapi aku tidak benar-benar melakukan tindak lanjut apa pun. Aku menyadari bahwa jika aku terus seperti ini, keadaanku akan makin buruk, dan aku mungkin akan kehilangan pekerjaan Roh Kudus serta ditinggalkan oleh Tuhan. Jadi aku datang ke hadirat Tuhan dan berdoa, "Tuhan, mohon ampuni aku karena begitu memberontak terhadap-Mu. Selama tiga bulan terakhir ini, aku lebih mementingkan pekerjaanku daripada tugasku. Hatiku sepenuhnya dipenuhi keinginan untuk menghasilkan lebih banyak uang dan mendapatkan kembali investasiku. Ya Tuhan, mohon jangan tinggalkan aku. Mohon cerahkan dan bimbing aku kembali ke sisi-Mu, kembali ke jalan yang benar. Aku ingin melepaskan hal-hal yang membuat hatiku gelisah dan menjauhkanku dari-Mu."
Setelah itu, aku membaca satu bagian dari firman Tuhan Yang Mahakuasa. Tuhan berfirman: "Nasib manusia dikendalikan oleh tangan Tuhan. Engkau tidak mampu mengendalikan dirimu sendiri: Meskipun manusia selalu terburu-buru dan sibuk demi dirinya sendiri, dia tetap tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Jika engkau dapat mengetahui prospekmu sendiri, jika engkau mampu mengendalikan nasibmu sendiri, apakah engkau masih akan disebut makhluk ciptaan? Singkatnya, terlepas dari bagaimana Tuhan bekerja, semua pekerjaan-Nya adalah demi manusia. Itu sama seperti langit dan bumi serta segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan untuk melayani manusia: Tuhan menciptakan bulan, matahari, dan bintang-bintang untuk manusia, Dia menciptakan hewan dan tumbuhan untuk manusia, Dia menciptakan musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin untuk manusia, dan sebagainya—semuanya diciptakan demi keberadaan manusia. Jadi, terlepas dari bagaimana Tuhan menghajar dan menghakimi manusia, semua itu demi penyelamatan manusia. Meskipun Dia melucuti manusia dari harapan kedagingannya, itu adalah demi menyucikan manusia, dan penyucian manusia dilakukan demi keberadaan manusia. Tempat tujuan manusia berada di tangan Sang Pencipta, jadi bagaimana manusia bisa mengendalikan dirinya sendiri?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memulihkan Kehidupan Normal Manusia dan Membawanya ke Tempat Tujuan yang Mengagumkan"). Dari firman Tuhan, aku mulai memahami bahwa nasib seseorang ada di tangan Tuhan dan manusia tidak dapat mengubah nasibnya. Tidak peduli seberapa keras orang bekerja untuk mencapai tujuan mereka, atau seberapa besar mereka mendambakan kehidupan yang nyaman dan indah, apakah mereka bisa mencapainya atau tidak, itu tidak ditentukan oleh mereka. Sama seperti masalahku; aku ingin berganti pekerjaan dan berinvestasi untuk mendapatkan lebih banyak uang, memenuhi impianku, serta memiliki masa depan yang cerah. Namun, bukan hanya tidak mendapatkan lebih banyak uang, investasiku malah gagal dan aku kehilangan banyak, dan akhirnya membuang banyak waktu dan tenagaku juga. Aku gagal melaksanakan tugasku, aku kehilangan pekerjaan Roh Kudus, dan hidupku menjadi makin sulit. Ini membuatku mengerti bahwa entah seseorang menjalani kehidupan yang kaya atau miskin, itu semua sudah lama ditakdirkan bahkan sebelum mereka lahir. Jika Tuhan tidak menetapkan aku untuk menjadi kaya raya, tidak peduli sekeras apa aku bekerja untuk menghasilkan uang, akhirnya aku hanya akan gagal.
Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan dan mendapatkan lebih banyak kejelasan tentang masalahku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "'Uang membuat dunia berputar' adalah falsafah Iblis. Falsafah ini tersebar luas di antara semua manusia, di tengah setiap masyarakat; dapat dikatakan bahwa ini adalah sebuah tren. Ini karena pepatah itu telah tertanam di dalam hati setiap orang, yang awalnya tidak menerima pepatah ini, tetapi kemudian diam-diam menerimanya ketika mereka mulai berhubungan dengan kehidupan nyata, dan mulai merasa bahwa kata-kata ini sebetulnya benar. Bukankah ini merupakan proses Iblis merusak manusia? Mungkin orang tidak memiliki tingkat pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sama tentang pepatah ini, tetapi setiap orang memiliki tingkat penafsiran dan pengakuan yang berbeda mengenai pepatah ini berdasarkan pada hal-hal yang terjadi di sekitar mereka dan berdasarkan pengalaman pribadi mereka sendiri. Bukankah ini yang terjadi? Terlepas dari seberapa banyak pengalaman yang dialami seseorang dengan pepatah ini, apa efek negatif yang dapat ditimbulkan pepatah ini dalam hati seseorang? Sesuatu terungkap melalui watak manusia dari orang-orang di dunia ini, termasuk dari setiap orang di antaramu. Apakah itu? Itu adalah pemujaan terhadap uang. Apakah sulit untuk mengeluarkan ini dari hati seseorang? Ini sangat sulit! Tampaknya perusakan manusia oleh Iblis sudah sedemikian dalamnya! Iblis menggunakan uang untuk mencobai manusia dan merusak mereka agar mereka memuja uang dan mengagungkan hal-hal materi. Lalu bagaimanakah pemujaan terhadap uang ini terwujud dalam diri manusia? Apakah engkau semua merasa bahwa engkau tidak dapat bertahan hidup di dunia ini tanpa uang, bahwa satu hari saja tanpa uang tak mungkin bagimu? Status orang didasarkan pada berapa banyak uang yang mereka miliki dan begitu pula kehormatan mereka. Punggung orang miskin membungkuk malu, sementara orang kaya menikmati status tinggi mereka. Mereka berdiri tegak dan bangga, berbicara keras-keras dan hidup dengan congkak. Apa yang ditimbulkan oleh pepatah dan tren ini terhadap manusia? Bukankah banyak orang mengorbankan apa pun demi mendapatkan uang? Bukankah banyak orang kehilangan martabat dan integritas mereka demi mendapatkan lebih banyak uang? Bukankah banyak orang kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugas mereka dan mengikut Tuhan karena uang? Bukankah kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan adalah kerugian terbesar bagi manusia? Bukankah Iblis itu jahat, menggunakan cara dan pepatah ini untuk merusak manusia sampai tingkat seperti itu? Bukankah ini tipu muslihat yang kejam?" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V"). Dari firman Tuhan aku mulai memahami bahwa "Uang membuat dunia berputar" adalah falsafah dari Iblis. Awalnya, aku tidak dapat membedakan pepatah ini, dan aku hanya tahu bahwa tanpa uang, orang tidak bisa hidup dengan baik atau mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kalau dipikir-pikir sekarang, ini memang tipu daya yang digunakan Iblis untuk merusak manusia. Iblis merusak dan memikat manusia melalui uang, membuat mereka percaya bahwa mereka hanya akan direspek jika memiliki uang, bisa memiliki kedudukan di masyarakat, dan dihormati. Aku hidup dengan aturan bertahan hidup ini, dan aku dipenuhi hasrat untuk menghasilkan uang. Aku tidak puas dengan penghasilan bulanan yang tetap dan jatuh ke dalam perangkap Iblis dengan berinvestasi. Kupikir dengan cara ini aku bisa mendapatkan lebih banyak uang dan mewujudkan impianku: membangun rumah, bepergian dengan keluargaku, dan menjalani kehidupan yang dihormati dan dikagumi orang lain. Untuk mengejar uang dan kesenangan materi, aku terus mengesampingkan tugasku, dan hatiku makin menjauh dari Tuhan. Aku hidup dalam kegelapan, dan aku tidak dapat merasakan pekerjaan Roh Kudus. Sekarang aku melihat dengan jelas tipu daya dan konspirasi yang digunakan Iblis untuk menyesatkan manusia, yaitu untuk menjerat manusia dalam jerat uang, membuat hati mereka menyimpang dari Tuhan dan mengkhianati-Nya, hingga akhirnya dibuang ke neraka bersamanya. Aku juga melihat banyak orang kaya, yang meskipun menjalani kehidupan mewah dan bisa membeli apa pun yang mereka inginkan, seperti rumah indah, mobil mahal, dan sebagainya, dan tampak menjalani kehidupan yang tanpa beban, mereka tidak benar-benar bahagia. Ada yang meninggal karena penyakit serius akibat penyalahgunaan alkohol dan narkoba jangka panjang, dan sekaya atau setenar apa pun mereka, itu tidak dapat menyelamatkan hidup mereka. Yang lain memulai bisnis, tetapi setelah bertahun-tahun bekerja keras, mereka tetap bangkrut dan terlilit utang yang banyak. Beberapa orang tidak sanggup menanggung tekanan, jatuh ke dalam depresi jangka panjang, dan akhirnya bunuh diri. Ada begitu banyak contoh seperti ini. Iblis menggunakan uang dan kehidupan mewah untuk memikat manusia, menyebabkan manusia hidup semakin hampa, jahat, dan bejat. Setelah kegagalan ini, aku tidak lagi berpikir tentang bagaimana mendapatkan kembali investasiku, dan aku menjadi bersedia untuk tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan mencurahkan hatiku pada tugasku.
Pada tanggal 2 Januari 2024, perusahaan kami mendapatkan manajer baru, dan beban kerjaku meningkat. Selain pekerjaan awalku, aku juga menjadi asisten pribadinya. Ini membuat pekerjaanku makin sibuk, dan aku harus siap sedia bekerja 24 jam sehari dalam seminggu. Namun kali ini, aku berkata pada diriku sendiri bahwa apa pun yang terjadi, aku tidak boleh membiarkan ini memengaruhi tugasku. Kemudian, seorang penanggung jawab gereja bertanya apakah aku bersedia berlatih untuk berkhotbah dan memberitakan Injil, dan aku setuju. Aku benar-benar gembira dan aku merasa ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan kepadaku. Aku sudah begitu lama percaya kepada Tuhan, tetapi aku selalu mengejar uang dan aku tidak melaksanakan tugasku dengan baik, jadi kali ini, aku akan benar-benar menghargai kesempatan ini. Sejak saat itu, aku mencurahkan lebih banyak waktu untuk memberitakan Injil. Namun, pekerjaanku makin sibuk, dan bahkan setelah pulang kerja di malam hari, manajerku sering menelepon atau mengirim pesan kepadaku. Terkadang ketika aku sedang bersekutu dengan calon penerima Injil, manajer atau rekan kerjaku meneleponku, dan hatiku tidak bisa tenang saat melaksanakan tugasku. Namun, aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugasku lagi, jadi aku berdoa kepada Tuhan agar aku dibimbing dan diberi kekuatan. Aku teringat perkataan Tuhan Yesus: "Apa untungnya jika seseorang mendapatkan seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Atau apa yang bisa diberikan seseorang sebagai ganti nyawanya?" (Matius 16:26). Dari perkataan Tuhan, aku mulai memahami bahwa sekalipun aku memperoleh kekayaan besar dan juga memperoleh status dan reputasi, jika aku tidak memiliki perlindungan Tuhan dan tidak memperoleh kebenaran dan hidup, pada akhirnya, kesudahanku tetap akan berupa kebinasaan. Di dunia ini, banyak orang kaya memiliki kekayaan materi yang melimpah, tetapi ketika malapetaka melanda, uang mereka tidak akan bisa menyelamatkan mereka sama sekali, dan mereka akan tetap binasa jika memang sudah takdirnya. Uang dan status tidak ada gunanya di hadapan malapetaka. Aku kemudian membaca satu bagian dari firman Tuhan Yang Mahakuasa: "Ada cara yang sangat sederhana untuk membebaskan diri seseorang dari keadaan ini, yakni mengucapkan selamat tinggal pada cara hidupnya yang lama, pada tujuan hidupnya yang lama; merangkum dan menganalisis gaya hidup, pandangan hidup, pengejaran, hasrat, dan cita-cita mereka yang sebelumnya; lalu kemudian membandingkan hal-hal tersebut dengan maksud dan tuntutan Tuhan terhadap manusia, dan melihat apakah ada dari hal-hal tersebut yang sejalan dengan maksud dan tuntutan Tuhan, apakah ada dari hal-hal tersebut yang menyampaikan nilai-nilai hidup yang benar, yang menuntun orang pada pemahaman yang lebih baik akan kebenaran, dan memampukan orang untuk hidup dengan kemanusiaan dan keserupaan dengan seorang manusia. Ketika engkau berulang kali menyelidiki dan dengan saksama membedah berbagai tujuan yang dikejar orang dalam hidup beserta berbagai cara-cara hidup mereka, engkau akan mendapati bahwa tidak ada satu pun dari semua itu yang sesuai dengan maksud mula-mula Sang Pencipta ketika Dia menciptakan umat manusia. Semua itu menjauhkan orang dari kedaulatan dan pemeliharaan Sang Pencipta; semua itu adalah perangkap yang menyebabkan orang menjadi bejat, dan yang menuntun mereka ke neraka. Setelah engkau mengakui ini, tugasmu adalah menyingkirkan pandangan hidupmu yang lama, menjauhi berbagai perangkap, membiarkan Tuhan mengendalikan hidupmu dan membuat pengaturan bagimu; tugasmu hanyalah berusaha untuk tunduk pada pengaturan dan bimbingan Tuhan, untuk hidup tanpa memiliki pilihan pribadi, dan menjadi seseorang yang menyembah Tuhan" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Dari firman Tuhan, aku mulai memahami bahwa aku harus melepaskan diri dari cara hidupku yang lama, dan hidup sesuai dengan maksud dan tuntutan Tuhan. Saat merenungkan diriku sendiri, aku menyadari bahwa meskipun aku telah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun, karena cara pandangku terhadap berbagai hal belum berubah, aku selalu ingin menghasilkan banyak uang, dan aku mengejar status dan ketenaran agar orang lain menghormatiku. Aku selalu sibuk dengan pekerjaan, melaksanakan tugasku dengan sikap asal-asalan dan tanpa rasa memikul beban, dan sebagai akibatnya, aku tidak lagi merasakan pekerjaan Roh Kudus dan hidup dalam kehampaan dan kegelapan, kehilangan banyak kesempatan untuk menerapkan kebenaran dan melaksanakan tugasku. Kenikmatan yang dihasilkan oleh uang, ketenaran dan keuntungan hanyalah sementara, dan itu tidak bisa menyelamatkan hidupku. Aku hanya bisa membuang watak rusakku dan mencapai keselamatan dengan mengejar kebenaran. Selama waktu ini, aku sering berdoa, meminta Tuhan untuk membimbingku membuat keputusan yang benar.
Pada tanggal 6 Februari 2024, aku menyerahkan surat pengunduran diriku kepada manajerku. Dia sangat terkejut dan bertanya mengapa aku berhenti, dan dia bahkan mengatakan tidak akan menyetujuinya. Namun, aku dengan tegas berkata, "Ada hal-hal yang lebih penting yang harus kulakukan pada malam hari dan hari liburku, jadi aku tidak bisa melanjutkan pekerjaan ini lagi." Pada akhirnya, dia tidak punya pilihan selain setuju dan menandatanganinya. Pada tanggal 12 Februari, aku meninggalkan perusahaan itu. Aku merasa sangat lega setelah pergi, seolah-olah beban berat telah terangkat dari hatiku. Aku benar-benar merasakan sukacita dan kebahagiaan sejati di hatiku. Pada tanggal 28 Februari 2024, aku diterima di pekerjaan baru yang kulamar, dan tunjangannya cukup baik, manajernya pun menjanjikan kenaikan gaji setelah enam bulan. Pekerjaan ini benar-benar menggoda. Namun, aku berpikir, "Pekerjaan ini akan sama sibuknya dengan pekerjaanku yang terakhir, jadi bagaimana aku bisa melaksanakan tugasku?" Aku berdoa kepada Tuhan untuk membimbingku dalam membuat pilihan yang benar. Aku teringat pada firman Tuhan: "Sebagai seseorang yang normal dan yang mengejar kasih terhadap Tuhan, masuk ke dalam Kerajaan untuk menjadi salah seorang umat Tuhan adalah masa depanmu yang sejati, dan suatu kehidupan yang paling berharga dan bermakna; tak seorang pun lebih diberkati dari dirimu. Mengapa Kukatakan demikian? Sebab mereka yang tidak percaya kepada Tuhan hidup untuk daging, dan mereka hidup untuk Iblis, tetapi sekarang, engkau semua hidup untuk Tuhan, dan hidup untuk mengikuti kehendak Tuhan. Itu sebabnya Kukatakan bahwa hidup engkau semua adalah hidup yang paling bermakna. Hanya sekelompok orang ini, yang telah dipilih oleh Tuhan, yang dapat hidup dalam kehidupan yang paling bermakna: tidak ada orang lain di dunia ini yang dapat menjalani kehidupan yang sedemikian berharga dan bermakna" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kenalilah Pekerjaan Terbaru Tuhan dan Ikutilah Jejak Langkah-Nya"). Dari firman Tuhan, aku mulai memahami bahwa mengejar kebenaran dan melaksanakan tugas dengan baik memberi nilai dan makna sejati pada hidup, dan bahwa inilah yang harus kukejar sebagai makhluk ciptaan. Hanya mereka yang mencintai dan mengejar kebenaran yang memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan, dan merekalah yang benar-benar diberkati. Namun, mereka yang terus-menerus mengejar uang, kekayaan, ketenaran dan keuntungan hidup di bawah pengaruh Iblis, dan mereka pada akhirnya akan ditinggalkan oleh Tuhan. Jika aku menyerahkan tugasku lagi demi pekerjaan, akhirnya, aku pasti akan hidup dalam kegelapan dan kehampaan lagi, dan aku pada akhirnya akan merusak kesempatanku untuk mendapatkan keselamatan. Jadi, aku menolak pekerjaan itu. Dengan begitu, aku bisa punya lebih banyak waktu untuk melaksanakan tugasku. Enam bulan kemudian, aku menemukan pekerjaan yang cocok. Jam kerjanya tidak mengganggu tugasku, dan tidak ada lembur. Aku menerima gaji tetap setiap bulan, dan meskipun gajinya sedikit lebih rendah, aku merasa tenang, karena sekarang aku punya waktu untuk melaksanakan tugasku. Sekarang, aku melaksanakan tugasku di rumah Tuhan, dan aku memiliki kesempatan untuk memberitakan Injil dan bersaksi tentang pekerjaan Tuhan di akhir zaman. Alangkah diberkatinya hal ini! Aku mulai menyadari bahwa cukuplah bagi kita asalkan kebutuhan sandang dan pangan terpenuhi, dan bahwa melaksanakan tugas kita dan mengejar kebenaran untuk mendapatkan keselamatan dari Tuhan adalah hal yang paling penting dan berharga. Syukur kepada Tuhan!