60. Perjuanganku Sebelum Pensiun
Aku lahir di pedesaan, dan saat aku tumbuh dewasa, keluargaku sangat miskin. Saat pergi ke luar, aku mengenakan pakaian yang ditambal-tambal, dan para tetangga menertawakanku. Suatu kali, jari-jari kakiku menyembul keluar dari sepatuku, dan teman-teman sekelasku mengejekku, menarik sepatuku, dan melemparkannya jauh-jauh. Ketika orang tuaku mengetahui bahwa aku dirundung, mereka sangat sedih, dan mereka berharap kakak-kakakku dan aku bisa belajar dengan giat dan akhirnya menjadi sukses, sehingga kami tidak lagi harus hidup miskin seperti ini dan dipandang rendah. Kedua kakak laki-lakiku berprestasi dalam studi mereka, tetapi tanpa diduga, Revolusi Kebudayaan menghancurkan impian seluruh keluarga kami, dan seluruh keluarga kami menaruh harapan mereka padaku. Setelah itu, aku belajar mati-matian untuk maju dalam hidup, tetapi pada akhirnya, aku hanya berhasil masuk ke sekolah perawat.
Setelah lulus, aku ditugaskan untuk bekerja di sebuah rumah sakit, tetapi karena pendidikanku yang rendah, aku hanya bisa menjadi perawat biasa. Aku sibuk luar biasa sepanjang hari, tetapi aku tetap tidak menghasilkan banyak uang. Suamiku adalah seorang pekerja biasa, dengan penghasilan yang sangat rendah, jadi kami tidak mampu membeli rumah besar, dan kami bertiga tinggal di sebuah rumah kecil. Meskipun aku bekerja keras dan banyak pasien memujiku, setiap kali rumah sakit mengadakan pemilihan untuk posisi kepemimpinan, aku tidak pernah terpilih, sementara orang-orang yang kemampuan kerjanya lebih rendah dariku satu per satu dipromosikan. Aku mengetahui dari seorang rekan kerja bahwa itu karena keluargaku miskin, tidak punya pengaruh, dan tidak punya uang untuk membeli hadiah bagi atasan sehingga orang lain yang dipromosikan, bukan aku. Aku merasa diremehkan dan dipandang rendah lagi, dan hatiku benar-benar sakit. Kemudian, atasanku di rumah sakit berkata, "Ke depannya, semua promosi akan didasarkan pada kualifikasi akademis, dan hanya mereka yang bergelar lebih tinggi yang akan memiliki kesempatan untuk dipromosikan. Negara telah meluncurkan Ujian Belajar Mandiri Pendidikan Tinggi, dan mereka yang ingin meningkatkan kualifikasi akademis dan mendapatkan promosi bisa mendaftar." Kupikir ini adalah kabar baik. Aku akhirnya bisa mewujudkan mimpiku untuk kuliah, dan dengan gelar yang lebih tinggi serta jabatan yang lebih baik, aku akan mendapatkan gaji yang lebih besar, aku akan punya cukup uang untuk membeli rumah besar, dan kemudian, aku akan berjalan dengan bangga ke mana pun aku pergi, dan tidak ada lagi yang akan memandang rendah diriku. Jadi aku mendaftarkan namaku di urutan paling atas. Namun, saat itu aku baru saja menjalani operasi tumor tiroid dan tubuhku sedang lemah. Karena aku tidak sanggup secara fisik, aku harus menyerah bahkan sebelum menyelesaikan satu mata kuliah pun. Dua tahun kemudian, aku melihat beberapa rekan kerja telah lulus beberapa mata kuliah, jadi, meskipun tubuhku lemah, aku mendaftar kembali. Saat itu, anak laki-lakiku masih kecil, dan ketika aku pulang, sangat lelah setelah seharian bekerja, aku masih harus mengurusnya, dan agar bisa mulai belajar, aku harus menunggu sampai dia tertidur. Karena kelelahan jangka panjang, tubuhku menjadi sangat terkuras, dan aku sering sakit kepala serta merasa sangat lelah. Dokter berkata aku terlalu banyak bekerja dan menasihatiku untuk banyak beristirahat. Namun, aku memikirkan tentang diriku yang sudah menyia-nyiakan dua tahun, dan jika aku berhenti di tengah jalan lagi, mimpiku akan hancur. Kali ini, apa pun yang terjadi, aku harus bertahan sampai akhir. Jadi, aku menghabiskan empat tahun menyelesaikan ujian untuk 14 mata kuliah profesional. Tidak lama kemudian, aku dipromosikan ke posisi tingkat menengah, gajiku meningkat secara signifikan, hidup menjadi sedikit lebih nyaman, dan kami juga pindah ke rumah yang lebih besar. Namun, aku masih belum puas. Aku ingin mendapatkan gelar sarjana. Di usia empat puluhan, aku belajar keras selama dua tahun lagi dan diterima di program sarjana jarak jauh. Aku kemudian dipindahkan dari lini depan klinis ke departemen publikasi yang sangat diidamkan banyak orang. Berada di kantor berarti aku tidak lagi harus bekerja lembur siang dan malam. Aku berpikir, "Ketika aku mendapatkan gelar sarjanaku, aku bisa dipromosikan ke posisi wakil senior, gajiku akan naik, dan semua orang akan lebih mengagumiku."
Di tengah mimpi-mimpiku ini, pada bulan Mei 2012, tiba-tiba aku merasakan tanganku gemetar dan debaran jantungku tidak teratur, aku merasa sangat tidak sehat. Dokter mendiagnosis bahwa tumor tiroidku kambuh, dan tiroidku mengeluarkan sejumlah besar hormon yang menyebabkan kerusakan parah pada jantung dan hatiku, dan inilah penyebab munculnya gejala-gejala itu. Ketika kondisiku sedikit membaik, aku takut tidak masuk kerja dan kehilangan gaji serta bonus, jadi aku keluar dari rumah sakit dan menjalani perawatan di rumah. Namun, saat di tempat kerja, tiba-tiba aku merasa sekujur tubuhku lemas dan tidak bisa bergerak, dan suhu tubuhku melonjak hingga 40°C. Aku berbaring di tempat tidur, jantungku berdebar tidak teratur, aku merasa tidak enak badan, dan kepalaku pusing. Aku merasa seolah-olah hidupku benar-benar akan berakhir. Dokter memanggil suamiku ke ruangannya dan mengatakan bahwa aku bisa meninggal kapan saja. Setelah semalaman mendapat perawatan darurat, suhu tubuhku mulai turun, dan aku sadar kembali. Kemudian, setelah menggunakan banyak obat, tubuhku perlahan kembali normal. Segera setelah itu, promosiku ke posisi setingkat wakil senior disetujui; gaji dan bonusku meningkat pesat, tetapi saat aku memegang slip gajiku, aku tidak merasakan sukacita atau pencapaian apa pun di hatiku. Mau tak mau, aku pun bertanya pada diriku sendiri, "Apakah hidup ini hanya tentang ini? Ijazah dan kekayaan? Sekarang aku memiliki semua yang pernah kuinginkan, tetapi hidupku hampir berakhir. Bisakah ijazah, uang, dan kekaguman orang ditukar dengan nyawaku? Apakah jalan yang telah kutempuh dalam hidup ini benar-benar jalan yang benar?"
Tepat ketika aku sedang mencari dengan putus asa, tidak dapat menemukan jawaban, pada tahun 2013, aku menerima Injil Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman. Aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Umat manusia, setelah meninggalkan perbekalan kehidupan Yang Mahakuasa, tidak mengetahui tujuan keberadaan mereka, tetapi tetap takut akan kematian. Mereka tanpa bantuan atau sandaran, tetapi tetap enggan menutup mata mereka, dan mereka memaksakan diri untuk menopang daging mereka yang tidak memiliki perasaan dalam jiwanya sembari menjalani kehidupan yang hina di dunia ini. Engkau hidup dengan cara ini, tanpa harapan, seperti halnya dengan orang lain, tanpa tujuan. Hanya Yang Mahakudus dari legenda yang akan menyelamatkan mereka yang mengerang di tengah penderitaan dan sangat mendambakan kedatangan-Nya. Keyakinan seperti itu telah lama tidak terwujud dalam diri mereka yang tidak memiliki kesadaran. Kendati demikian, orang-orang tetap merindukannya seperti ini. Yang Mahakuasa berbelas kasihan kepada orang-orang yang sudah sangat menderita ini; pada saat yang sama, Dia merasa muak terhadap orang-orang ini yang sama sekali tidak memiliki kesadaran, karena Dia harus menunggu terlalu lama untuk mendapatkan jawaban dari manusia. Dia ingin mencari, mencari hati dan rohmu, serta membawakanmu air dan makanan, supaya engkau terbangun dan tidak lagi merasa haus atau lapar. Ketika engkau lelah, dan saat engkau merasakan suramnya dunia ini, jangan kebingungan, jangan menangis. Tuhan Yang Mahakuasa, Sang Penjaga, akan menyambut kedatanganmu setiap saat. Dia berjaga di sisimu, menantikanmu untuk berbalik. Dia menantikan hari ketika engkau tiba-tiba memperoleh kembali ingatanmu: ketika engkau menyadari bahwa engkau berasal dari Tuhan, bahwa, entah kapan, engkau kehilangan arah, entah kapan, engkau kehilangan kesadaran di jalan, dan entah kapan, engkau mendapatkan seorang 'bapa'; selanjutnya, ketika engkau menyadari bahwa Yang Mahakuasa selama ini selalu berjaga, menantikan di sana sangat lama untuk kedatanganmu kembali. Dia telah menanti dengan penuh kerinduan, menunggu respons tanpa jawaban. Penjagaan dan penantian-Nya begitu tak ternilai, dan semua itu adalah demi hati manusia dan roh manusia. Mungkin penjagaan dan penantian ini tidak berbatas waktu, dan mungkin semua itu sudah berakhir. Namun, engkau seharusnya tahu persis di mana hati dan rohmu berada saat ini" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keluhan Yang Mahakuasa"). Saat aku membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, air mataku tidak bisa berhenti mengalir. Firman Tuhan bagaikan aliran hangat yang lembut, menghangatkan hatiku. Aku berpikir tentang bagaimana sejak kecil aku telah mengalami begitu banyak penderitaan; diabaikan dan dirundung karena keluargaku miskin. Setelah mulai bekerja, penghasilanku sedikit karena pendidikanku rendah, suamiku juga miskin, sehingga aku menderita karena penghinaan dan ejekan dari rekan-rekanku. Berkali-kali, di tengah rasa sakit dan tekanan, aku berpikir untuk bunuh diri. Selama puluhan tahun, demi melepaskan diri dari kemiskinan dan dikagumi orang lain, aku mengerahkan seluruh tenagaku untuk belajar, dan aku mencapai ketenaran dan keuntungan, tetapi aku hampir kehilangan nyawaku. Aku terus bertanya pada diriku sendiri, "Apakah semua kerja keras ini benar-benar sepadan? Bagaimana seseorang bisa hidup dengan cara yang benar-benar bermakna?" Aku seperti anak yatim yang tersesat, mencari dengan putus asa tetapi tidak dapat menemukan arah dalam hidupku. Saat membaca firman Tuhan, meskipun aku tidak terlalu dalam memahaminya, aku merasakan kehangatan dan kedekatan yang mendalam, dan aku menyadari bahwa percaya serta mengikuti Tuhan adalah jalan yang harus ditempuh manusia, dan bahwa hanya Tuhan yang dapat diandalkan.
Pada bulan Agustus 2013, aku secara resmi bergabung dengan Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Saat itu, tubuhku masih sangat lemah, dan setelah didiagnosis menderita aritmia serius di beberapa rumah sakit, aku memerlukan operasi jantung. Namun, para dokter berkata bahwa bahkan jika aku dioperasi, hasilnya tidak pasti, risikonya sangat tinggi, dan belum tentu aku bisa selamat dari operasi itu. Jadi aku berdoa kepada Tuhan, memercayakan penyakitku kepada-Nya, mengatakan bahwa apa pun hasilnya, aku akan tunduk. Aku kemudian mulai berdoa, menghadiri pertemuan, dan membaca firman Tuhan secara teratur. Aku juga memberitakan Injil setiap kali aku punya waktu. Aku begitu sibuk setiap hari sehingga terkadang aku bahkan lupa minum obat. Setelah sekitar enam bulan, kesehatanku pulih sepenuhnya. Bahkan dokter pun takjub dan berkata, "Ini keajaiban!" Aku menjadi makin yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan yang menciptakan langit, bumi, dan segala sesuatu. Dia tidak hanya memberiku napas, tetapi juga kehidupan kedua. Aku dengan tulus berterima kasih kepada Tuhan dari lubuk hatiku, dan aku memutuskan untuk mengikuti Tuhan dengan baik dan melaksanakan tugasku untuk membalas kasih-Nya.
Setahun kemudian, aku menjadi pemimpin kelompok di gereja, dan aku mulai melaksanakan tugas tulis-menulis paruh waktu. Aku bekerja di siang hari, dan di malam hari, aku berlatih menulis artikel kesaksian pengalaman dan memeriksa artikel di rumah. Pada akhir pekan, aku biasanya menghadiri pertemuan kelompok. Meskipun melelahkan, kebersamaan dengan saudara-saudariku dalam pertemuan dan pembacaan firman Tuhan membawa kedamaian dan sukacita di hatiku. Pada bulan September 2016, aku terpilih sebagai diaken penyiraman, dan karena ada banyak pendatang baru yang harus disirami, beban kerjaku tiba-tiba meningkat. Karena pekerjaanku di unit kerjaku sangat sibuk, aku harus meminta izin dari atasanku setiap kali aku pergi ke pertemuan, dan ketika atasanku bertanya apa yang kulakukan, aku tidak tahu bagaimana menjawabnya. Kemudian, aku terus mendengar tentang saudara-saudari yang ditangkap dan dipenjara karena iman mereka dan karena memberitakan Injil, dan bahwa setelah dibebaskan, seluruh gaji dan tunjangan jaminan sosial mereka dibatalkan. Aku khawatir jika atasanku mengetahui bahwa aku percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, bukan hanya gajiku akan dipotong, tetapi aku bahkan mungkin akan berakhir di penjara. Lalu bukankah semua usahaku dari paruh pertama hidupku akan sia-sia? Aku merasa tidak bisa terus melaksanakan tugas ini. Tepat saat aku sedang berjuang memikirkan cara mengundurkan diri dari tugas penyiraman, aku menerima surat dari para pemimpin, yang mengatakan bahwa gereja ingin mempromosikanku untuk pergi ke tempat lain melaksanakan tugas tulis-menulis. Setelah membaca surat itu, aku merasa bimbang lagi. Jika aku pergi ke tempat lain untuk melaksanakan tugasku, aku tidak akan bisa sering pulang. Apa yang akan terjadi dengan pekerjaanku kalau begitu? Jika aku berhenti dari pekerjaan yang kudapatkan setelah bertahun-tahun belajar mati-matian, aku bahkan tidak akan menerima pensiun. Lalu bukankah semua usahaku selama puluhan tahun akan sia-sia? Aku berpikir untuk pensiun pada tahun berikutnya, dan kemudian, dengan uang pensiunku, aku akan dapat sepenuhnya mendedikasikan diriku pada tugasku. Demi mempertahankan pekerjaanku, aku menolak tugas tulis-menulisku, dan pada saat yang sama, aku dengan penuh semangat menantikan hari pensiunku. Tanpa diduga, pada bulan Juni 2017, menjelang pensiun yang tinggal sebulan lagi, tiba-tiba aku menerima pemberitahuan. Dikatakan bahwa usiaku di arsip satu tahun lebih muda dari usia di kartu keluargaku, jadi aku harus menunggu satu tahun lagi untuk pensiun. Setelah nyaris tidak sanggup bertahan satu tahun lagi, aku menerima berita mengejutkan lainnya. Siapa pun yang berada di posisi wakil senior akan ditunda pensiunnya selama lima tahun. Aku benar-benar merasa seperti di ambang kehancuran! Pekerjaan Tuhan sedang maju dengan pesat, dan jika aku harus menunggu lima tahun lagi, dan pekerjaan Tuhan berakhir, bagaimana aku akan memiliki kesempatan untuk melaksanakan tugasku saat itu? Aku teringat sebuah lagu pujian firman Tuhan, "Waktu yang Hilang Tidak Akan Pernah Kembali." "Bangkitlah, saudara-saudara! Bangkitlah, saudari-saudari! Hari-Ku tidak akan tertunda; waktu adalah kehidupan, dan memanfaatkan kembali waktu berarti menyelamatkan kehidupan! Waktunya tidak lama lagi! Jika engkau semua gagal dalam ujian masuk perguruan tinggi, engkau dapat belajar untuk mengulanginya lagi berulang kali. Namun, hari-Ku tidak akan tertunda lagi. Ingatlah! Ingatlah! Ini adalah perkataan nasihat-Ku yang baik. Akhir dunia telah terbuka di depan mata kalian, dan malapetaka dahsyat akan segera tiba. Mana yang lebih penting: hidup kalian, ataukah tidur, makanan, minuman, dan pakaian kalian? Waktunya telah tiba bagimu untuk menimbang hal-hal ini" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 30"). Dari firman Tuhan, aku melihat betapa mendesaknya maksud Tuhan. Pekerjaan Tuhan akan segera berakhir, dan malapetaka dahsyat sudah di ambang pintu. Tuhan berharap lebih banyak orang akan bangkit untuk memberitakan Injil, membawa orang-orang yang dengan tulus percaya kepada Tuhan ke hadapan-Nya, memungkinkan mereka untuk menerima keselamatan-Nya dan menghindari serangan malapetaka dahsyat. Aku sadar betul bahwa hari Tuhan sudah tidak lama lagi, malapetaka dahsyat sudah di depan mata, dan jika aku pensiun lima tahun kemudian, meskipun aku akan memperoleh kekayaan, ketenaran, dan keuntungan, aku akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan, dan itu akan menjadi penyesalan seumur hidup! Aku tidak bisa menunggu lima tahun lagi. Aku harus segera pensiun. Aku pergi menemui kepala departemen, yang memintaku untuk kembali dan mempertimbangkannya lagi. Keesokan harinya, direktur memanggilku untuk berbicara, katanya, "Sejak departemen publikasi unit ini didirikan, banyak pasien berdatangan karena reputasi kita, dan ini tidak terlepas dari kerja kerasmu. Saat ini, unit ini membutuhkanmu untuk terus bekerja dengan baik dan mengembangkan pekerjaan ini lebih jauh. Jangan pensiun tahun ini; tunggu saja lima tahun lagi. Saat itu, unit ini akan lebih kuat, dan gajimu juga akan lebih tinggi." Kemudian kepala departemen berkata, "Mulai sekarang, selama kau datang untuk bimbingan sekali di pagi hari dan sekali di malam hari, kamu boleh mengurus urusanmu yang lain, dan gaji serta bonusmu tidak akan dikurangi." Aku berpikir, "Jika aku bisa datang sekali di pagi hari dan sekali di malam hari dan sisa waktuku untuk diriku sendiri, dan aku bisa keluar serta melaksanakan tugasku setiap hari tanpa terkekang, dan tetap menerima gaji serta bonusku, itu sangat menggoda!" Setelah mereka pergi, aku tenggelam dalam pikiran yang mendalam, "Jika aku pensiun sekarang, aku hanya akan menerima pensiun pokok, yang jumlahnya kurang dari setengah gajiku saat ini. Jika aku bekerja lima tahun lagi, bukan hanya aku akan mendapatkan gaji yang lebih tinggi, tetapi pensiunku juga akan lebih tinggi karena masa kerja yang bertambah." Pada titik ini, aku mulai goyah. Saat itu, seorang rekan kerja wanita berkata, "Kau hanya duduk di kantor, terlindung dari angin dan hujan, mendapatkan gaji yang tinggi. Sungguh membuat iri! Jika kau tidak pensiun sekarang, kau masih punya kesempatan untuk dipromosikan ke posisi senior, dan gajimu akan lebih tinggi lagi. Semua orang yang seharusnya pensiun tahun ini tidak pensiun, cuma kau. Apakah kau bodoh?" Kata-kata rekan kerjaku membuatku sangat bimbang. Jika aku tidak pensiun, aku masih bisa dipromosikan ke posisi senior, gaji dan statusku akan meningkat, dan orang lain akan lebih menghargaiku. Haruskah aku terus bekerja? Ketika aku sampai di rumah, kata-kata atasanku dan rekan kerjaku terus terngiang di telingaku. Haruskah aku pensiun atau tidak? Aku merasa sangat bimbang; aku tidak bisa tidur di malam hari, dan aku tidak nafsu makan, jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku sedang dalam dilema, aku tidak tahu harus memilih apa. Mohon cerahkan dan tuntunlah aku untuk memahami maksud-Mu."
Setelah berdoa, aku mencari firman Tuhan yang berkaitan dengan kesulitanku. Tuhan berfirman: "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan pada manusia, di luarnya tampak sebagai interaksi antara manusia, seolah-olah timbul dari pengaturan manusia atau dari gangguan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk tetap teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: Di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan gangguan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri engkau semua adalah taruhan Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa meskipun kelihatannya atasan dan rekan kerjaku yang datang untuk berbicara denganku, memikatku dengan kondisi yang menguntungkan, sebenarnya yang mendatangiku adalah pencobaan Iblis. Jika aku tidak memiliki kemampuan untuk membedakan, aku akan jatuh ke dalam perangkap Iblis, terus bekerja dan mencari uang, dan aku tidak akan bisa sepenuhnya mendedikasikan diriku pada tugasku. Selama beberapa tahun terakhir, aku telah menyeimbangkan pekerjaan dengan tugasku, dan ketika pekerjaan menjadi sibuk, aku mengesampingkan tugasku dan tidak melaksanakannya dengan baik. Jika aku tidak pensiun sekarang, Meskipun aku bisa mengatur sebagian besar waktuku, aku tetap tidak akan bisa sepenuhnya mencurahkan diriku pada tugasku. Namun, jika aku pensiun, aku akan sepenuhnya bebas, dan aku akan bisa melaksanakan tugasku dengan pikiran yang tenang. Selama bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, aku telah menerima begitu banyak dari Tuhan, dan jika bukan karena kasih dan keselamatan Tuhan, aku pasti sudah mati sejak lama. Jika aku terus mengejar kekayaan, ketenaran, dan keuntungan, serta mengabaikan tugasku, apakah aku masih punya hati nurani? Pada saat ini, aku teringat bagaimana Tuhan berfirman: "Bukankah banyak di antara engkau semua yang maju mundur antara benar dan salah?" Aku cepat-cepat mencari bagian firman Tuhan ini. Tuhan berfirman: "Seandainya Aku menaruh sejumlah uang di hadapan engkau semua sekarang ini dan memberimu kebebasan untuk memilih—dan seandainya Aku tidak mengutuk engkau semua karena pilihanmu—maka sebagian besar dari engkau semua akan memilih uang dan meninggalkan kebenaran. Orang yang lebih baik di antara engkau semua akan meninggalkan uang dan memilih kebenaran dengan enggan, sedangkan mereka yang berada di tengah-tengah akan meraih uang itu dengan satu tangan dan kebenaran dengan tangan yang lain. Bukankah dengan demikian dirimu yang sesungguhnya akan terbukti dengan sendirinya? Ketika memilih antara kebenaran dan apa pun yang kepadanya engkau semua setia, engkau semua akan membuat pilihan ini, dan sikap engkau semua akan tetap sama. Bukankah demikian halnya? Bukankah banyak di antara engkau semua yang maju mundur antara benar dan salah? Dalam semua pergumulan antara yang positif dan negatif, hitam dan putih—antara keluarga dan Tuhan, anak-anak dan Tuhan, keharmonisan dan keretakan, kekayaan dan kemiskinan, status tinggi dan status biasa, didukung dan ditolak, dan sebagainya—engkau semua tentu mengetahui pilihan yang telah kalian buat! Antara keluarga yang harmonis dan yang berantakan, engkau semua memilih yang pertama, dan engkau memilihnya tanpa keraguan; antara kekayaan dan tugas, lagi-lagi engkau semua memilih yang pertama, tanpa sedikit pun keinginan untuk berbalik; antara kemewahan dan kemiskinan, engkau semua memilih yang pertama; ketika memilih antara anak-anak lelaki, anak-anak perempuan, istri atau suami, dan Aku, engkau semua memilih yang pertama; dan antara gagasan dan kebenaran, engkau semua tetap memilih yang pertama. Diperhadapkan pada segala macam perbuatan engkau semua yang jahat, Aku sama sekali kehilangan kepercayaan kepada engkau semua. Sungguh-sungguh mengejutkan bagi-Ku bahwa hati kalian sungguh tidak dapat dilembutkan. Hati dan usaha yang telah Kucurahkan selama bertahun-tahun secara mengejutkan tidak membawa apa-apa bagi-Ku selain engkau semua meninggalkan-Ku dan sikap pasrahmu, tetapi harapan-Ku terhadap engkau semua semakin bertumbuh setiap hari, karena hari-Ku sudah sepenuhnya disingkapkan di hadapan semua orang. Namun, engkau semua berkeras hati mengejar hal-hal yang gelap dan jahat, dan menolak untuk melepaskan hal-hal tersebut. Lalu, akan seperti apa kesudahan engkau semua? Pernahkah engkau semua memikirkan hal ini dengan saksama? Jika engkau semua diminta untuk memilih kembali, apa pendirianmu nanti? Akankah masih yang pertama? Apakah engkau semua masih akan mendatangkan kekecewaan dan kesedihan yang menyakitkan bagi-Ku?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kepada Siapakah Engkau Setia?"). Penyingkapan firman Tuhan membuatku merasa sangat malu. Saat menghadapi uang, ketenaran, keuntungan, serta tugasku, aku sering memilih yang pertama. Aku benar-benar keras kepala dan tegar tengkuk, aku menghancurkan hati Tuhan! Aku teringat kembali saat aku belum menemukan Tuhan, saat aku hidup di bawah kekuasaan Iblis. Aku mati-matian belajar dan mengejar kekayaan, ketenaran, dan keuntungan, dan itu hampir merenggut nyawaku. Setelah menemukan Tuhan, pemeliharaan dan perlindungan-Nyalah yang menyembuhkan tubuhku yang lemah. Kemudian, gereja mengatur agar aku melaksanakan tugasku, dan Tuhan mengatur berbagai situasi untuk kualami, yang melaluinya aku mulai memahami beberapa kebenaran dan membuat kemajuan dalam hidupku. Tuhan membayar harga yang begitu mahal dan mencurahkan begitu banyak upaya untuk menyelamatkanku, tetapi balasan yang Dia terima dariku adalah penolakan dan pengkhianatan yang berulang kali. Aku benar-benar mengecewakan Tuhan! Saat memikirkan hal ini, hatiku dipenuhi rasa sakit, dan aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, hatiku terlalu fokus pada pengejaran kekayaan, ketenaran, dan keuntungan; aku terus menolak tugasku dan mengkhianati-Mu berulang kali! Aku benar-benar pemberontak! Tuhan, aku ingin mengejar kebenaran dengan benar dan melaksanakan tugasku, tetapi aku masih belum bisa sepenuhnya melepaskan keinginanku akan kekayaan, ketenaran, dan keuntungan. Mohon cerahkan dan tuntunlah aku untuk memahami kebenaran, agar aku bisa terbebas dari belenggu kekayaan, ketenaran, dan keuntungan."
Suatu hari, aku membaca firman Tuhan: "'Uang membuat dunia berputar' adalah salah satu falsafah Iblis. Falsafah ini tersebar luas di antara semua manusia, di tengah setiap masyarakat; dapat dikatakan bahwa ini adalah sebuah tren. Ini karena pepatah itu telah tertanam di dalam hati setiap orang, yang awalnya tidak menerima pepatah ini, tetapi kemudian diam-diam menerimanya ketika mereka mulai berhubungan dengan kehidupan nyata, dan mulai merasa bahwa kata-kata ini sebetulnya benar. Bukankah ini sebuah proses bagaimana Iblis merusak manusia? ... Iblis menggunakan uang untuk mencobai manusia dan merusak mereka agar mereka memuja uang dan mengagungkan hal-hal materi. Lalu bagaimanakah pemujaan terhadap uang ini terwujud dalam diri manusia? Apakah engkau semua merasa bahwa engkau tidak dapat bertahan hidup di dunia ini tanpa uang, bahwa satu hari saja tanpa uang tak mungkin bagimu? Status orang didasarkan pada berapa banyak uang yang mereka miliki dan begitu pula kehormatan mereka. Punggung orang miskin membungkuk malu, sementara orang kaya menikmati status tinggi mereka. Mereka berdiri tegak dan bangga, berbicara keras-keras dan hidup dengan congkak. Apa yang ditimbulkan oleh pepatah dan tren ini terhadap manusia? Bukankah banyak orang mengorbankan apa pun demi mendapatkan uang? Bukankah banyak orang kehilangan martabat dan integritas mereka demi mendapatkan lebih banyak uang? Bukankah banyak orang kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugas mereka dan mengikut Tuhan karena uang? Bukankah kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan adalah kerugian terbesar bagi manusia? Bukankah Iblis itu jahat, menggunakan cara dan pepatah ini untuk merusak manusia sampai tingkat seperti itu? Bukankah ini tipu muslihat yang kejam?" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V"). "Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan apa pun demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasatmata, dan dengan belenggu inilah, mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk melepaskan diri darinya. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan sebagai umpan, membuat manusia hidup semata-mata untuk ketenaran dan keuntungan, menyebabkan manusia menjauh dari Tuhan dan menentang-Nya, dan pada akhirnya, mereka dilemparkan ke neraka bersama Iblis. Jika bukan karena penyingkapan firman Tuhan, aku tidak akan melihat menembus niat jahat dan taktik hina Iblis. Jika diingat lagi, semasa aku kecil, keluargaku miskin dan aku menderita karena ejekan dan hinaan orang-orang di sekitarku. Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan menjadi orang kaya dan membuat mereka yang mengejekku melihatku dengan cara pandang baru. Aku menganggap falsafah Iblis seperti "Uang membuat dunia berputar" dan "jika engkau lebih menonjol dari orang lain, engkau akan membawa kehormatan bagi nenek moyangmu" sebagai "kata-kata bijak", berpikir bahwa dengan uang, seseorang bisa hidup dengan martabat, berbicara dengan percaya diri, dan dikagumi oleh orang lain. Di bawah kendali racun-racun Iblis ini, aku mengambil setiap kesempatan yang bisa kudapatkan untuk meningkatkan kualifikasi dan nilai diriku. Saat aku mendengar bahwa mendapatkan ijazah perguruan tinggi melalui belajar mandiri memberi peluang untuk dipromosikan, aku langsung mendaftar. Siang hari, aku merawat pasien, dan setiap kali aku punya waktu luang, aku biasanya membaca buku-buku profesional, dan setelah bekerja, aku menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan belajar hingga larut malam. Bahkan ketika aku begitu lelah hingga jatuh sakit dan diinfus, aku tetap tidak lupa untuk belajar. Setelah bertahun-tahun belajar tanpa henti, Aku akhirnya memperoleh kekayaan, ketenaran, dan keuntungan yang kuinginkan, tetapi tubuhku benar-benar kehabisan tenaga, lalu tumor tiroidku tiba-tiba kambuh dan membahayakan nyawaku. Selama puluhan tahun, aku menjalani hidup terbelenggu oleh ketenaran dan keuntungan, berjalan tertatih-tatih, hampir kehilangan nyawaku, dan Injil Tuhanlah yang datang kepadaku dan menarikku kembali dari ambang kematian. Namun demi uang, ketenaran, dan keuntungan, aku berulang kali menunda dan menolak tugasku. Aku terus-menerus berada dalam dilema antara uang dan tugasku, menjalani kehidupan yang sangat menderita. Aku melihat bahwa hidup dengan racun-racun Iblis ini membuatku makin egois dan hina, bahwa hatiku hanya dipenuhi dengan pikiran tentang uang, ketenaran, dan keuntungan, tanpa ada tempat untuk Tuhan, dan bahwa aku mengabaikan tanggung jawab dan tugasku. Tuhan memberiku napas dan memberiku kesempatan hidup kedua, tetapi yang kuberikan kepada Tuhan sebagai balasannya hanyalah penolakan dan pengkhianatan yang berulang-ulang. Aku benar-benar tidak punya hati nurani atau nalar! Aku teringat pada semua selebriti dan orang kaya di masyarakat. Mereka berjuang mati-matian untuk ketenaran dan keuntungan, menggunakan segala cara yang diperlukan; setelah mendapatkan hal-hal ini, beberapa menjadi sakit parah karena terlalu banyak bekerja, beberapa beralih ke narkoba, yang lain bunuh diri, dan beberapa bahkan menghabiskan sisa hidup mereka di penjara. Meskipun mereka mendapatkan ketenaran dan keuntungan, itu tidak memberi mereka kebahagiaan sejati, sebaliknya itu hanya memberi lebih banyak rasa sakit dan kehampaan, dan bahkan kematian. Saat merenungkan hal ini, aku benar-benar menyadari bahwa Iblis mendorong orang agar mengejar ketenaran dan keuntungan untuk mencelakai dan melahap orang, membuat mereka makin memberontak terhadap dan menjauh dari Tuhan, dan pada akhirnya, mereka turun ke neraka bersama Iblis. Jika kita tidak dapat mengenali niat jahat Iblis dan sepenuhnya memberontak terhadapnya kesudahan kita adalah dilahap oleh Iblis dan dihancurkan dalam perangkap ketenaran dan keuntungan. Saat memikirkan hal ini, aku memutuskan untuk melepaskan pekerjaanku dan pensiun.
Pada bulan Juli 2018, aku resmi pensiun. Pada bulan November, aku mulai melaksanakan tugas tulis-menulis. Tidak lama kemudian, beberapa mantan rekan kerja mengajakku makan. Beberapa dari mereka yang belum pensiun sedang mendiskusikan seberapa besar kenaikan gaji mereka bulan itu, dan setelah mendengar ini, aku merasakan gejolak di hatiku, seolah-olah jika aku tidak pensiun, aku juga bisa mendapatkan lebih banyak uang karena kenaikan gaji. Pada saat itu, tiba-tiba aku menyadari bahwa Iblis menggunakan uang, ketenaran, dan keuntungan untuk memikatku lagi, dan aku tidak boleh membiarkan diriku tertipu. Jadi dalam diam, aku berdoa kepada Tuhan di dalam hati, meminta-Nya untuk melindungi hatiku dan menjaganya agar tidak terganggu. Pada saat itu, aku teringat firman Tuhan Yesus: "Apa untungnya jika seseorang mampu mendapatkan seluruh dunia, dan kehilangan jiwanya sendiri? Atau apa yang bisa diberikan seseorang sebagai ganti jiwanya?" (Matius 16:26). Mantan rekan-rekanku bekerja membanting tulang setiap hari demi uang, ketenaran, dan keuntungan, tetapi hati mereka tidak memiliki sandaran, dan tidak peduli berapa banyak uang yang mereka hasilkan, semuanya hampa. Khususnya, aku mendengar bahwa seorang mantan rekan kerja baru-baru ini didiagnosis menderita kanker paru-paru dan sedang menjalani kemoterapi, dan bahwa dia menderita kesakitan yang hebat. Ini membuatku makin jelas bahwa tidak ada jumlah uang yang bisa membeli kesehatan atau kehidupan seseorang. Aku telah ditinggikan oleh Tuhan dan memiliki kesempatan untuk melaksanakan tugasku, dan meskipun uang yang kuhasilkan lebih sedikit, aku bisa memahami lebih banyak kebenaran, dan inilah hal yang paling berharga serta bernilai.
Kemudian, aku menemukan satu bagian firman Tuhan yang sangat menyentuh hatiku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ada cara yang sangat sederhana untuk membebaskan diri seseorang dari keadaan ini, yakni mengucapkan selamat tinggal pada cara hidupnya yang lama, pada tujuan hidupnya yang lama; merangkum dan menganalisis gaya hidup, pandangan hidup, pengejaran, hasrat, dan cita-cita mereka yang sebelumnya; lalu kemudian membandingkan hal-hal tersebut dengan maksud dan tuntutan Tuhan terhadap manusia, dan melihat apakah ada dari hal-hal tersebut yang sejalan dengan maksud dan tuntutan Tuhan, apakah ada dari hal-hal tersebut yang menyampaikan nilai-nilai hidup yang benar, yang menuntun orang pada pemahaman yang lebih baik akan kebenaran, dan memampukan orang untuk hidup dengan kemanusiaan dan keserupaan dengan seorang manusia. Ketika engkau berulang kali menyelidiki dan dengan saksama membedah berbagai tujuan yang dikejar orang dalam hidup beserta berbagai cara-cara hidup mereka, engkau akan mendapati bahwa tidak ada satu pun dari semua itu yang sesuai dengan maksud mula-mula Sang Pencipta ketika Dia menciptakan umat manusia. Semua itu menjauhkan orang dari kedaulatan dan pemeliharaan Sang Pencipta; semua itu adalah perangkap yang menyebabkan orang menjadi bejat, dan yang menuntun mereka ke neraka. Setelah engkau mengakui ini, tugasmu adalah menyingkirkan pandangan hidupmu yang lama, menjauhi berbagai perangkap, membiarkan Tuhan mengendalikan hidupmu dan membuat pengaturan bagimu; tugasmu hanyalah berusaha untuk tunduk pada pengaturan dan bimbingan Tuhan, untuk hidup tanpa memiliki pilihan pribadi, dan menjadi seseorang yang menyembah Tuhan" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Setelah membaca firman Tuhan, hatiku menjadi makin terang. Seseorang yang mengikuti Tuhan dan mengejar kebenaran menjalani kehidupan yang paling berharga dan bermakna. Aku beruntung telah menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman, memiliki kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan, dan mendengar suara Sang Pencipta dengan telingaku sendiri. Ini adalah berkat yang luar biasa. Aku tidak bisa lagi mengejar uang, ketenaran, dan keuntungan, dan aku harus tunduk pada kedaulatan Tuhan dan hidup sesuai dengan tuntutan-Nya. Aku teringat pada Petrus, yang setelah mendengar panggilan Tuhan Yesus, dengan tegas melepaskan segalanya demi mengikuti-Nya, pada akhirnya, dia mengenal Tuhan, dan dia pun mampu mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati dan tunduk kepada Tuhan sampai mati. Selain itu, sepanjang zaman, orang-orang kudus telah meninggalkan segalanya untuk menyebarkan Injil Tuhan, dan beberapa bahkan telah mengorbankan nyawa mereka. Apa yang mereka hidupi adalah yang paling bermakna. Sekarang setelah uang pensiunku cukup untuk pengeluaranku, aku harus mencurahkan lebih banyak energiku untuk mengejar kebenaran dan melaksanakan tugasku. Mengejar pengetahuan akan Tuhan dan memperoleh kebenaran—inilah hal-hal yang paling bernilai.
Kemudian, aku mencurahkan seluruh energiku pada tugasku. Melalui membaca firman Tuhan dan berlatih dalam melaksanakan tugasku, perlahan-lahan, aku mengenali niat jahat Iblis untuk mencelakai manusia, dan aku jadi mengerti keinginanku sendiri yang serakah akan uang dan watak rusak yang egois dan hina di dalam diriku. Setiap kali aku mendengar mantan rekan-rekanku membual tentang berapa banyak uang yang mereka hasilkan atau seberapa besar rumah baru mereka, aku tidak lagi terpengaruh olehnya. Meskipun aku tidak menghasilkan uang sebanyak mereka atau memiliki rumah sebesar mereka, aku telah menerima penyiraman dan perbekalan pribadi dari Tuhan, dan aku telah memahami beberapa kebenaran melalui tugasku. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak apa pun. Aku dengan tulus bersyukur kepada Tuhan atas kasih dan keselamatan-Nya!