67. Di Balik Mengejar Kepemimpinan
Setelah aku mulai percaya kepada Tuhan, aku melihat bahwa para pemimpin gereja sering bersekutu dengan saudara-saudari untuk mengatasi keadaan mereka. Beberapa dari mereka memiliki kualitas dan karunia, sementara beberapa lainnya mampu meninggalkan dan mengorbankan diri. Aku percaya bahwa orang-orang seperti itu pasti diperkenan oleh Tuhan dan memiliki harapan untuk menerima keselamatan. Pada bulan Maret 2021, aku terpilih sebagai pemimpin di gereja. Hatiku sangat gembira. Aku berpikir bahwa jika aku terus mengejar seperti ini, aku akan memiliki masa depan cerah di rumah Tuhan dan dapat memperoleh perkenan-Nya. Namun, aku tidak menyangka bahwa aku kemudian diberhentikan karena kualitasku yang buruk sehingga aku tidak mampu melakukan pekerjaan nyata. Berita ini bagaikan petir di siang bolong, dan aku tak bisa berhenti menangis. Dalam hati aku berpikir, "Kualitas yang buruk adalah masalah yang fatal. Bukankah itu berarti bahwa aku tidak akan memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin di masa depan?" Lebih dari sebulan kemudian, gereja menugaskanku untuk bertanggung jawab atas pekerjaan urusan umum. Aku merasa bahwa dalam melaksanakan tugas ini, aku hanya akan terlibat dalam beberapa urusan umum sepanjang hari dan hal itu tidak akan bermanfaat bagi jalan masuk kehidupanku. Itu tidak seperti tugas sebagai pemimpin yang memungkinkanmu berlatih untuk menyelesaikan berbagai masalah, memperoleh lebih banyak kebenaran, dan makin berpeluang untuk diselamatkan. Aku khususnya merasa sangat tidak nyaman saat berhadapan dengan saudari yang dahulu pernah bekerja bersamaku dan saat mendengar dia bercerita tentang hal-hal yang terjadi dalam pertemuan. Kupikir mampu melaksanakan tugas pemimpin seperti saudari itu adalah hal yang luar biasa, tetapi aku hanya bisa mengerjakan pekerjaan urusan umum yang tidak kusukai. Ketika teringat para pemimpin tingkat atas mengatakan bahwa kualitasku buruk dan aku tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin, hatiku sangat tersiksa dan aku menangis dalam diam. Aku merasa masa depanku suram dan kecil peluang bagi diriku untuk diselamatkan. Aku tidak bisa mengerahkan tenagaku dalam melaksanakan tugasku dan hanya bekerja secara mekanis tanpa mencapai hasil apa pun. Kemudian, aku menyadari bahwa keadaanku tidak benar dan mulai merenung, "Mengapa aku merasa kehilangan saat melihat orang lain menjadi pemimpin? Apa sebenarnya yang sedang kukejar ketika aku percaya kepada Tuhan?"
Suatu hari, aku membaca dua bagian firman Tuhan dan memperoleh pemahaman tentang keadaanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ketika seorang antikristus diberhentikan, reaksi pertamanya adalah seperti tersambar petir, seolah-olah langit runtuh, dan dunianya hancur. Segala yang menjadi tumpuan harapannya telah hilang, begitu pula kesempatan untuk hidup dengan segala keuntungan dari status, termasuk dorongan yang membuatnya bertindak sembrono dan melakukan hal-hal buruk. Ini adalah hal yang paling tidak dapat mereka terima. ... Ketika mereka berpikir bahwa harapannya untuk diberkati telah hancur atau berkurang drastis, kepalanya serasa mau meledak, hatinya serasa dipukul palu, dan rasa sakitnya seperti ditusuk pisau. Ketika mereka akan kehilangan berkat untuk memasuki kerajaan surga yang sangat mereka dambakan siang dan malam, baginya itu terasa seperti kabar buruk yang datang tiba-tiba. Bagi seorang antikristus, tidak memiliki status sama artinya dengan tidak memiliki harapan untuk diberkati. Mereka seperti mayat berjalan dan tubuhnya bagaikan cangkang kosong, tanpa jiwa, tanpa sesuatu yang membimbing hidupnya. Mereka tidak punya harapan dan apa pun juga untuk dinantikan. Ketika seorang antikristus dihadapkan pada penyingkapan dan pemberhentian, hal pertama yang terlintas di benaknya adalah mereka telah kehilangan harapan untuk diberkati. Jadi, pada titik ini, apakah mereka akan menyerah begitu saja? Apakah mereka akan bersedia untuk tunduk? Apakah mereka akan menggunakan kesempatan ini untuk melepaskan keinginannya akan berkat, meninggalkan ambisi status, dengan sukarela menjadi pengikut biasa, serta dengan senang hati bekerja untuk Tuhan dan menjalankan tugasnya dengan baik? (Tidak.) Apakah ini bisa menjadi titik balik baginya? Apakah titik balik ini akan membuatnya berkembang ke arah yang baik dan positif, atau justru membuatnya berkembang ke arah yang lebih buruk dan negatif? Berdasarkan esensi natur antikristus, jelas bahwa pemberhentian sama sekali bukanlah awal bagi mereka melepaskan keinginannya untuk diberkati, atau awal bagi mereka mencintai dan mencari kebenaran. Sebaliknya, mereka akan berusaha lebih keras untuk memperjuangkan kesempatan dan harapan mendapatkan berkat. Mereka akan berpegang teguh pada setiap kesempatan yang dapat membawa berkat, yang dapat membantunya kembali bangkit dan memungkinkannya untuk mendapatkan kembali statusnya. Itulah sebabnya, ketika menghadapi pemberhentian, selain merasa kesal, kecewa, dan bersikap menentang, seorang antikristus juga akan berusaha mati-matian untuk menghindari pemberhentian itu dan akan berusaha keras untuk membalikkan dan mengubah keadaan" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Dua Belas). "Orang-orang semacam itu tidak mengejar kebenaran, tetapi mereka masih ingin dipromosikan dan diberi peran penting di rumah Tuhan. Dalam hatinya, mereka percaya bahwa makin besar kemampuan kerja seseorang, makin tinggi posisi yang mereka dapatkan, makin sering mereka dipromosikan dan dihargai di rumah Tuhan, maka makin besar pula kesempatannya untuk menerima berkat, mahkota, dan upah. Mereka percaya bahwa jika seseorang tidak memiliki kemampuan kerja atau keahlian tertentu, mereka merasa orang tersebut tidak memenuhi syarat untuk diberkati. Mereka berpikir bahwa karunia, keahlian, kemampuan, keterampilan, tingkat pendidikan, kemampuan kerja seseorang, dan bahkan tekad kuat dan sikap pantang menyerah, yang sering dianggap sebagai kemampuan dan kelebihan di dalam kemanusiaan yang dihargai di dunia, dapat dijadikan modal untuk menerima berkat dan upah. Standar macam apakah ini? Apakah ini standar yang sesuai dengan kebenaran? (Tidak.) Itu tidak sesuai dengan standar kebenaran. Jadi, bukankah ini logika Iblis? Bukankah ini logika zaman yang jahat dan kecenderungan dunia yang jahat? (Benar.) Dilihat dari logika, cara, dan kriteria yang mereka gunakan untuk menilai sesuatu, serta sikap dan pendekatannya terhadap hal tersebut, tampaknya mereka sama sekali tidak pernah mendengar firman Tuhan atau membacanya. Namun faktanya, mereka mendengar, membaca, dan mendoa-bacakan firman Tuhan setiap hari. Lalu, mengapa pandangan mereka tidak pernah berubah? Satu hal yang pasti—sebanyak apa pun mereka mendengar atau membaca firman Tuhan, di dalam hatinya mereka tidak akan pernah yakin bahwa firman Tuhan adalah kebenaran dan kriteria untuk mengukur segala hal. Mereka tidak akan memahami atau menerima fakta ini dari hatinya. Itulah sebabnya, betapa pun tidak masuk akal atau menyimpangnya pandangan mereka, mereka akan tetap mempertahankannya selamanya, dan sebenar apa pun firman Tuhan, mereka akan menolak dan mengecamnya. Inilah natur kejam antikristus. Begitu mereka gagal mendapatkan peran penting, dan keinginan serta ambisinya tidak terpenuhi, sifat asli dan natur kejamnya pun terungkap, dan mereka bahkan ingin menyangkal keberadaan Tuhan. Sebenarnya, sebelum menyangkal keberadaan Tuhan, mereka telah menyangkal bahwa firman Tuhan adalah kebenaran" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Dua Belas). Tuhan menyingkapkan bahwa setelah para antikristus diberhentikan, mereka percaya bahwa mereka tidak lagi memiliki harapan untuk memperoleh berkat. Bukan saja mereka tidak mampu tunduk dan merenungkan diri, mereka bahkan menjadi negatif dan menentang, memelihara khayalan liar untuk bangkit kembali dan mendapatkan kembali status mereka. Antikristus memakai logika Iblis untuk menilai orang, peristiwa, dan hal-hal lainnya. Mereka percaya bahwa makin mereka dipromosikan dan dihargai di rumah Tuhan, makin besar pula peluang mereka untuk menerima berkat dan mahkota. Saat aku merenungkan firman Tuhan, aku menyadari bahwa perilakuku setelah diberhentikan persis seperti perilaku antikristus. Caraku dalam memandang berbagai hal juga sama persis dengan cara pandang antikristus. Aku merenungkan mengapa aku sangat peduli pada status sebagai pemimpin. Itu karena aku percaya bahwa jika aku dipromosikan menjadi pemimpin di rumah Tuhan, aku bisa berlatih untuk menggunakan kebenaran dalam menyelesaikan masalah setiap hari, tingkat pertumbuhan kehidupanku akan cepat, dan aku akan memiliki peluang yang lebih besar untuk diselamatkan dan menerima berkat. Oleh karena itu, aku iri dan mengagumi orang-orang yang menjadi pemimpin. Saat aku terpilih menjadi pemimpin, aku merasa sangat senang dan berpikir bahwa karena aku percaya kepada Tuhan, masa depanku akan cerah. Selama aku menjadi pemimpin, aku menanggung semua pekerjaan berat tanpa mengeluh dan menjaga statusku sebagai pemimpin dengan hati-hati, takut disingkapkan dan diberhentikan. Ketika para pemimpin memberhentikanku serta mengatakan bahwa kualitasku buruk dan aku tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin, aku merasa seakan tersambar petir di siang bolong. Aku percaya bahwa kualitas yang buruk adalah masalah yang fatal dan mungkin aku takkan pernah mendapat kesempatan untuk dipromosikan dan dihargai lagi di masa mendatang, jadi hatiku terasa sangat sakit. Aku merasa bahwa masa depanku sebagai orang percaya akan suram dan kecil harapanku untuk menerima berkat. Karena pemikiran dan ide-ide keliru itu, saat aku ditugaskan untuk melaksanakan tugas urusan umum, aku percaya bahwa tugas itu hanya berarti sibuk dengan urusan umum eksternal setiap hari dan itu tidak membantuku memperoleh kebenaran dan keselamatan. Dari lubuk hatiku, aku tidak menyukai tugas itu dan tidak bisa mengerahkan tenaga dalam melaksanakan tugasku. Aku menyadari bahwa ketika aku percaya kepada Tuhan, aku mengejar status dan berkat. Aku menyamakan status dengan berkat, maka begitu kehilangan status, aku merasa telah kehilangan semua harapan untuk mendapatkan berkat dan hatiku merasakan sakit yang tak tertahankan. Selama ini aku mengukur segala sesuatu dari sudut pandang Iblis. Di dunia orang yang tidak percaya, memang benar bahwa makin tinggi kau dipromosikan, makin kau dikagumi oleh orang lain dan makin besar pula prospekmu untuk berkembang. Aku percaya bahwa di rumah Tuhan juga sama. Makin kau dipromosikan untuk menjadi pemimpin, makin besar prospekmu untuk berkembang serta makin besar pula kesempatanmu untuk diselamatkan dan menerima berkat. Hal ini sama sekali tidak sesuai dengan firman Tuhan. Aku jelas menyadari bahwa tugas adalah tanggung jawab yang seharusnya dilaksanakan oleh makhluk ciptaan. Itu adalah hal yang sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan. Tugas tidak boleh digunakan sebagai alat tawar-menawar untuk memperoleh berkat atau imbalan. Namun, ketika aku diberhentikan dan ditugaskan untuk melaksanakan urusan umum, aku percaya bahwa tugas ini tidak bermanfaat bagiku untuk memperoleh berkat dalam kepercayaanku terhadap Tuhan sehingga aku mengeluh kepada Tuhan dan tidak memikul beban dalam melaksanakan tugasku. Bahkan aku sempat berpikir untuk meninggalkan tugas itu. Aku menyadari bahwa naturku sendiri egois dan mementingkan diri sendiri, sama seperti natur seorang antikristus. Begitu aku tidak bisa memperoleh berkat, aku berpaling dari Tuhan dan mengkhianati-Nya. Itu sangat berbahaya!
Kemudian, aku membaca dua bagian firman Tuhan lainnya: "Banyak orang yang tidak tahu dengan jelas apa artinya diselamatkan. Ada orang-orang yang yakin bahwa jika mereka telah percaya kepada Tuhan untuk waktu yang lama, maka mereka mungkin akan diselamatkan. Ada orang-orang yang mengira jika mereka memahami banyak doktrin rohani, maka mereka mungkin akan diselamatkan, atau ada yang berpikir bahwa pemimpin dan pekerja pasti akan diselamatkan. Semua ini adalah gagasan dan imajinasi manusia. Hal yang terpenting adalah orang harus memahami apa arti keselamatan. Diselamatkan terutama berarti dibebaskan dari dosa, dibebaskan dari pengaruh Iblis, dan dengan sungguh-sungguh berbalik kepada Tuhan dan tunduk kepada-Nya. Apa yang harus kaumiliki untuk bebas dari dosa dan pengaruh Iblis? Kebenaran. Jika orang berharap untuk memperoleh kebenaran, mereka harus diperlengkapi dengan banyak firman Tuhan, mereka harus dapat mengalami dan menerapkannya, sehingga mereka dapat memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan. Hanya dengan demikianlah, mereka dapat diselamatkan. Apakah orang dapat diselamatkan atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan berapa lama mereka telah percaya kepada Tuhan, berapa banyak pengetahuan yang mereka miliki, apakah mereka memiliki karunia atau kekuatan, atau seberapa banyak mereka telah menderita. Satu-satunya hal yang berhubungan langsung dengan keselamatan adalah apakah seseorang mampu memperoleh kebenaran atau tidak. Jadi sekarang ini, berapa banyak kebenaran yang telah benar-benar kaupahami? Dan berapa banyak firman Tuhan yang telah menjadi hidupmu? Dari semua tuntutan Tuhan, ke manakah engkau telah berhasil masuk? Selama bertahun-tahun engkau percaya kepada Tuhan, berapa banyak engkau telah masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan? Jika engkau tidak tahu, atau jika engkau belum menempuh jalan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan apa pun, maka sesungguhnya, engkau tidak ada harapan untuk diselamatkan. Engkau tidak mungkin bisa diselamatkan. Bukan masalah apakah engkau memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, atau apakah engkau telah lama percaya kepada Tuhan, memiliki penampilan yang baik, dapat berbicara dengan baik, dan telah menjadi pemimpin atau pekerja selama beberapa tahun. Jika engkau tidak mengejar kebenaran dan tidak menerapkan dan mengalami firman Tuhan dengan benar, dan engkau tidak memiliki kesaksian pengalaman, maka tidak ada harapan bagimu untuk diselamatkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menghargai Firman Tuhan adalah Landasan Kepercayaan kepada Tuhan"). "Pada akhirnya, apakah orang dapat memperoleh keselamatan atau tidak, itu bukan tergantung pada tugas apa yang telah mereka laksanakan, tetapi tergantung pada apakah mereka dapat memahami dan memperoleh kebenaran, dan tergantung pada apakah mereka pada akhirnya dapat sepenuhnya tunduk kepada Tuhan, berserah diri pada belas kasihan pengaturan-Nya, tidak memikirkan masa depan dan nasib mereka, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi syarat. Tuhan itu benar dan kudus, dan inilah standar yang Dia gunakan untuk menilai seluruh umat manusia. Standar ini tidak dapat diubah dan engkau harus mengingat standar ini. Tanamkanlah standar ini dalam pikiranmu, dan setiap saat, jangan berpikir untuk mencari jalan lain untuk mengejar sesuatu yang tidak nyata. Tuntutan dan standar yang Tuhan miliki bagi semua orang yang ingin memperoleh keselamatan tidak berubah untuk selamanya. Tuntutan dan standar itu tetap sama siapa pun dirimu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan tidak mengukur apakah seseorang akan diselamatkan atau tidak berdasarkan tugas apa yang dilaksanakannya, seberapa besar penderitaannya, atau seberapa besar karunia atau kemampuan yang dimilikinya, tetapi berdasarkan apakah dia dapat memahami kebenaran, memperoleh kebenaran, serta benar-benar tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan. Tuhan tidak pernah mengatakan bahwa para pemimpin memiliki harapan yang lebih besar untuk diselamatkan. Yang paling penting adalah melihat jalan mana yang ditempuh seseorang. Ketika menjadi pemimpin, kau berinteraksi dengan banyak orang dan menghadapi banyak hal. Jika kau bisa berfokus mengejar kebenaran, kau akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk memperoleh kebenaran serta bisa masuk ke dalam kenyataan kebenaran sesegera mungkin dan diselamatkan. Namun, jika kau tidak mengejar kebenaran, dan seperti Paulus, kau hanya memberi orang lain terang kebenaran sementara kau sendiri tidak menerimanya atau menerapkan firman Tuhan, tidak peduli sudah berapa tahun kau melaksanakan tugasmu sebagai pemimpin, tetap kecil harapanmu untuk diselamatkan. Selain itu, bukan berarti peluangmu untuk diselamatkan lebih kecil jika kau melaksanakan tugas lain. Tidak peduli tugas apa yang kau laksanakan, selama kau berfokus mengejar kebenaran dan mengatasi watak rusakmu, berperilaku dan bertindak, serta memandang orang dan berbagai hal sesuai dengan firman Tuhan, serta masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, kau akan memiliki peluang untuk diselamatkan. Seperti yang difirmankan Tuhan: "Orang-orang yang dipromosikan dan dibina ini dapat lebih dahulu memasuki kenyataan kebenaran, itu hanyalah karena kualitas dan karena berbagai kondisi mereka. Akan tetapi, lebih dahulu masuk bukan berarti bahwa mereka adalah satu-satunya orang yang dapat masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Mereka hanya mendapat kesempatan lebih awal untuk memperoleh sedikit lebih banyak, dan memasuki kenyataan kebenaran sedikit lebih cepat. Orang-orang yang belum dipromosikan akan tertinggal sedikit dibanding mereka, tetapi ini bukan berarti mereka tidak dapat memasuki kenyataan kebenaran. Bisa atau tidaknya seseorang memasuki kenyataan kebenaran tergantung pada pengejarannya" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (5)"). Aku teringat pada para pemimpin yang kukenal sebelumnya. Beberapa dari mereka memiliki sejumlah kualitas dan karunia, serta sering mengatasi keadaan saudara-saudari mereka. Namun, mereka sendiri tidak menerima kebenaran dan tidak menerapkan kebenaran, serta melaksanakan tugas mereka dengan mengandalkan watak mereka yang rusak. Mereka mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, dengan keras kepala menolak untuk bertobat, dan pada akhirnya dikeluarkan. Sebaliknya, ada saudara-saudari yang melaksanakan tugas-tugas yang tidak menonjol, tetapi mereka berfokus mengejar kebenaran, menerapkan sejauh yang mereka pahami, melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin sesuai kemampuan mereka, dan melindungi pekerjaan gereja. Mereka juga dapat memperoleh beberapa kebenaran dan mendapat perkenanan Tuhan. Bisa atau tidaknya seseorang diperkenan oleh Tuhan tidak ditentukan oleh tingkat kepemimpinannya, melainkan oleh sikapnya terhadap Tuhan, kebenaran, dan tugasnya; hal itu tergantung pada apakah dia mampu menempuh jalan pengejaran akan kebenaran. Dari hal ini, aku juga melihat kekudusan dan kebenaran watak Tuhan. Setiap orang setara di hadapan kebenaran. Jika kau tidak mengejar kebenaran dan tidak menerapkan kebenaran, sehebat apa pun kau sebagai pemimpin, pada akhirnya kau akan gagal untuk tetap teguh. Ketika aku memahami hal ini, hatiku pun tercerahkan. Meskipun kualitasku biasa saja, aku bisa memahami firman Tuhan, maka tak peduli tugas apa yang kulaksanakan, selama aku berfokus mencari kebenaran dan menerapkan kebenaran, aku memiliki harapan untuk diselamatkan.
Selanjutnya, aku membaca dua bagian firman Tuhan lainnya: "Berusaha secara aktif melakukan tugas sebagai makhluk ciptaan Tuhan adalah jalan menuju keberhasilan; mengupayakan jalan kasih sejati kepada Tuhan adalah jalan yang paling benar; mengusahakan perubahan pada watak lama seseorang, dan mengupayakan kasih yang murni kepada Tuhan, adalah jalan menuju keberhasilan. Jalan menuju keberhasilan yang seperti itu adalah jalan pemulihan tugas yang semula, juga pemulihan rupa makhluk ciptaan Tuhan yang semula. Inilah jalan pemulihan, dan inilah juga tujuan semua pekerjaan Tuhan dari awal hingga akhir. Jika pengejaran manusia dinodai dengan tuntutan pribadi yang berlebihan serta keinginan yang tidak masuk akal, hasil yang dicapai tidak akan berupa perubahan dalam watak manusia. Ini bertentangan dengan pekerjaan pemulihan. Pekerjaan itu pasti bukanlah pekerjaan yang dilakukan oleh Roh Kudus, sehingga membuktikan bahwa pengejaran semacam ini tidak diperkenan oleh Tuhan. Apakah pengejaran yang tidak berkenan kepada Tuhan memiliki makna penting?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). "Sebagai makhluk ciptaan, manusia harus berupaya untuk memenuhi tugas seorang makhluk ciptaan, dan berusaha untuk mengasihi Tuhan tanpa mengajukan pilihan lain, sebab Tuhan layak menerima kasih manusia. Mereka yang berusaha untuk mengasihi Tuhan tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau mengejar apa yang mereka sendiri dambakan; inilah cara pengejaran yang paling benar. Jika hal yang kaukejar adalah kebenaran, jika hal yang kaulakukan adalah kebenaran, dan jika hal yang kaucapai adalah perubahan pada watakmu, maka jalan yang kautapaki adalah jalan yang benar. Jika hal yang kaukejar adalah berkat daging, dan hal yang kaulakukan adalah kebenaran yang berasal dari gagasanmu sendiri, dan jika tidak ada perubahan pada watakmu, dan engkau sama sekali tidak tunduk pada Tuhan dalam daging, dan engkau masih hidup dalam kesamaran, maka hal yang engkau kejar itu pasti akan membawamu ke neraka, karena jalan yang kautempuh adalah jalan kegagalan. Apakah engkau akan disempurnakan ataukah disingkirkan, itu tergantung pada pengejaranmu sendiri, yang juga berarti bahwa keberhasilan atau kegagalan tergantung pada jalan yang manusia jalani" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku memahami bahwa jalan yang ditempuh dalam percaya kepada Tuhan sangatlah penting. Tuhan menuntut manusia untuk melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan, seperti Petrus yang mengejar pemahaman serta kasih akan Tuhan. Hanya dengan cara ini seseorang dapat mengalami perubahan watak serta tunduk sepenuhnya pada pengaturan dan penataan Tuhan; bukan seperti Paulus, yang bekerja dan mengorbankan diri hanya demi memperoleh berkat dan mahkota. Pengejaran Paulus bertentangan dengan tuntutan Tuhan. Dia percaya sampai akhir, tetapi tidak mengalami perubahan dalam wataknya, masih penuh dengan tuntutan dan permintaan kepada Tuhan, dan naturnya tetap menentang serta memberontak terhadap Tuhan. Saat membandingkan diriku sendiri, aku sadar bahwa aku sedang menempuh jalan kegagalan seperti Paulus. Aku selalu percaya bahwa menjadi pemimpin akan memberiku banyak kesempatan untuk berlatih, memberiku lebih banyak harapan untuk diselamatkan. Karena itu, aku terus-menerus ingin menjadi pemimpin. Ketika percaya kepada Tuhan, yang kukejar adalah berkat dan mahkota, bukannya mengejar kebenaran dan perubahan watakku. Jadi, ketika aku diberhentikan karena kualitasku yang buruk, merasa bahwa aku mungkin tidak akan pernah memiliki kesempatan lagi untuk menjadi pemimpin, dan kecil harapanku untuk menerima berkat, aku menjadi bersikap negatif dan apatis, juga mengabaikan tugasku. Aku menyadari bahwa aku sama sekali tidak menunjukkan ketulusan kepada Tuhan. Jika aku terus menempuh jalan yang keliru ini, sekalipun aku berhasil memperoleh status sebagai pemimpin, karena aku tidak mengejar kebenaran, watak hidupku tidak akan berubah dan aku tidak akan menunjukkan ketundukan sedikit pun terhadap pengaturan dan penataan Tuhan— bukankah kesudahanku akan sama persis seperti Paulus? Ketika aku memahami hal ini, aku mengucap syukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku karena telah mengatur lingkungan seperti ini untuk menyingkapkan pandangan keliru di balik pengejaranku. Hal ini menyelamatkanku! Ketika menyadari hal ini, aku tidak lagi merasa tertekan karena kualitasku yang buruk dan karena tidak memiliki syarat yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin. Aku adalah makhluk ciptaan, maka tidak seharusnya aku mengejar berkat atau berusaha tawar-menawar dengan Tuhan. Sebaliknya, aku harus melaksanakan tugasku dengan baik sebagai makhluk ciptaan dan berupaya sungguh-sungguh untuk mengasihi serta tunduk kepada Tuhan. Hanya inilah jalan hidup yang benar dan cara yang seharusnya dilakukan oleh makhluk ciptaan. Setelah itu, sikapku terhadap tugas urusan umum menjadi lebih baik. Aku juga dapat melaksanakan tugasku dengan sikap yang membumi. Begitu keadaanku berubah, efisiensi kerjaku juga sedikit meningkat.
Namun kemudian, setiap kali ada banyak pekerjaan urusan umum, aku tetap merasa bahwa tugas ini terutama membuatku sibuk dengan hal-hal eksternal dan tidak bermanfaat bagi jalan masuk kehidupanku. Namun, aku tahu bahwa pandangan ini keliru, jadi aku mulai mencari cara untuk berfokus pada jalan masuk kehidupan sambil melaksanakan tugas ini. Aku membaca satu bagian dari firman Tuhan: "Apakah engkau semua mengalami keadaan ketika, apa pun yang terjadi, atau tugas seperti apa pun yang kaulaksanakan, engkau mampu untuk sering kali menenangkan dirimu di hadapan Tuhan, dan mengerahkan segenap hatimu untuk merenungkan firman-Nya, dan mencari kebenaran, dan memikirkan bagaimana engkau harus melaksanakan tugas itu agar sesuai dengan maksud Tuhan dan memikirkan kebenaran mana yang harus kaumiliki agar dapat melaksanakan tugas itu dengan memuaskan? Apakah engkau sering kali mencari kebenaran dengan cara seperti ini? (Tidak.) Mengerahkan segenap hati untuk melaksanakan tugasmu dan mampu mengambil tanggung jawab mengharuskanmu untuk menderita dan membayar harga—tidaklah cukup untuk hanya membicarakan tentang hal-hal ini. Jika engkau tidak mengerahkan segenap hatimu untuk tugasmu, sebaliknya, selalu ingin bekerja keras, maka tugasmu tentu tidak akan terlaksana dengan baik. Engkau hanya akan melaksanakan tugasmu dengan asal-asalan, dan tidak lebih dari itu, dan engkau tidak akan tahu apakah engkau telah melaksanakan tugasmu dengan baik atau tidak. Jika engkau mengerahkan segenap hatimu untuk melaksanakan tugasmu, engkau akan secara berangsur memahami kebenaran; jika tidak, engkau tidak akan memahami kebenaran. Ketika engkau mengerahkan segenap hatimu untuk melaksanakan tugasmu dan mengejar kebenaran, engkau akan secara berangsur mampu memahami maksud Tuhan, mengetahui kerusakan dan kekuranganmu sendiri, dan menguasai semua keadaanmu yang beraneka ragam. Jika engkau hanya berfokus mengerahkan upayamu, tetapi engkau tidak mengerahkan segenap hatimu untuk merenungkan dirimu sendiri, engkau tidak akan mampu mengenali keadaan batinmu yang sebenarnya serta berbagai reaksi dan perwujudan kerusakan yang kauperlihatkan di berbagai lingkungan. Jika engkau tidak tahu apa akibatnya jika masalah tidak diselesaikan, engkau akan berada dalam banyak masalah. Inilah sebabnya, tidak baik percaya kepada Tuhan dengan cara yang bingung seperti itu. Engkau harus hidup di hadapan Tuhan kapan pun dan di mana pun; apa pun yang menimpamu, engkau harus selalu mencari kebenaran, dan sementara mencari kebenaran, engkau juga harus merenungkan dirimu sendiri dan mengetahui masalah apa yang ada di dalam keadaanmu, segeralah mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Hanya dengan cara demikianlah, engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan baik dan tidak menunda pekerjaan. Engkau bukan saja akan mampu melaksanakan tugasmu dengan baik, tetapi yang terpenting adalah engkau juga akan memiliki jalan masuk kehidupan dan mampu membereskan watak rusakmu. Hanya dengan cara demikianlah, engkau dapat masuk ke dalam kenyataan kebenaran" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Orang Jujur yang Mampu Hidup dalam Keserupaan dengan Manusia Sejati"). Dari firman Tuhan, aku menyadari bahwa memperoleh kebenaran dan mencapai keselamatan tidak bergantung pada tugas apa yang kita laksanakan. Sebaliknya, hal itu bergantung pada apakah kita mencari prinsip-prinsip kebenaran dalam melaksanakan tugas, merenungkan kerusakan dan kekurangan kita sendiri, serta mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah kita sendiri, dengan demikian kita mencapai jalan masuk kehidupan dalam pelaksanaan tugas kita. Jika kita berfokus mencari kebenaran dan menerapkan firman Tuhan dalam melaksanakan tugas kita, kita bisa memperoleh kebenaran, apa pun tugas yang kita laksanakan. Sebagai contoh, saat ini aku lebih banyak terlibat dalam pekerjaan urusan umum. Jika aku melakukannya dengan asal-asalan dan tidak menangani tugasku dengan sungguh-sungguh, aku berisiko menimbulkan kekacauan dan gangguan dalam pekerjaan akibat sikap asal-asalan yang disebabkan oleh watakku sendiri yang rusak. Selain itu, melaksanakan tugas urusan umum tidak berarti hidup dalam ruang hampa. Orang, peristiwa, dan berbagai hal tetap mendatangiku setiap hari. Semua itu juga memunculkan berbagai macam pikiran yang berkecamuk dalam diriku. Jika aku bisa berfokus pada pemikiran, dan pandangan, dan watak rusak yang kuperlihatkan setiap hari, merenungkan dan mulai mengenali diriku sendiri, serta masuk ke dalam kenyataan kebenaran, aku akan mampu memetik banyak pelajaran dan memperoleh banyak kebenaran. Ketika aku memahami hal ini, aku merasa jauh lebih tenang.
Setelah itu, saat melaksanakan tugasku, aku mulai berfokus memeriksa pemikiran dan pandanganku setiap hari. Ketika aku dipangkas, aku juga secara aktif mencari kebenaran dan menonton kesaksian pengalaman dari saudara-saudariku, melihat bagaimana mereka merenungkan diri mereka dan memetik pelajaran ketika berbagai hal menimpa mereka. Sebagai contoh, sebelumnya, saudara-saudariku menunjukkan bahwa aku memiliki watak congkak dan cenderung membantah ketika berbagai hal menimpaku. Aku menerima hal ini, merenungkan dan mulai mengenali diriku sendiri, lalu menemukan firman Tuhan yang berkaitan dengan aspek ini untuk kubaca. Aku juga berterus terang tentang keadaanku dan mencari serta mendiskusikan cara mengatasi masalah sifatku yang gampang marah dan membantah saudara-saudariku. Aku juga sering meluangkan waktu untuk menulis artikel kesaksian pengalaman dan telah memperoleh pemahaman yang lebih jelas dan lebih mendalam tentang watak rusak Iblis dalam diriku. Aku merasa damai dan aman dalam hatiku ketika aku melaksanakan tugasku dengan cara seperti ini. Makin aku berlatih dengan cara ini, makin tajam pula pikiranku. Aku lebih mampu menemukan masalah dalam tugasku dengan cepat serta merasakan kepemimpinan dan berkat Tuhan dalam pelaksanaan tugasku. Syukur kepada Tuhan!