Cara Mengejar Kebenaran (4)
Pada pertemuan sebelumnya, kita terus-menerus mempersekutukan topik tentang "cara mengejar kebenaran". Apa pembahasan utama persekutuan itu? Kita mempersekutukan perbedaan antara kondisi bawaan orang dan watak rusak mereka, dan kita juga telah mempersekutukan kedua aspek ini secara spesifik. Melalui persekutuan tersebut, sudahkah engkau semua memiliki pemahaman tertentu tentang pekerjaan yang ingin Tuhan lakukan dan aspek manakah dari diri orang-orang yang ingin Tuhan ubah untuk menyelamatkan mereka? (Ya. Melalui persekutuan Tuhan sebelumnya, aku memahami bahwa yang ingin Tuhan ubah dengan pekerjaan-Nya adalah watak rusak yang orang miliki.) Dalam menyelamatkan manusia, Tuhan ingin agar orang membuang watak rusak mereka; Dia tidak bermaksud untuk mengubah kondisi bawaan mereka, bukan? (Ya.) Tuhan mengungkapkan kebenaran dan membekali orang-orang dengan kebenaran, serta menggunakan berbagai metode kerja—semua ini ditujukan pada watak rusak yang orang miliki. Melalui pekerjaan-Nya, Tuhan memungkinkan orang untuk membuang watak yang mereka andalkan dalam bertahan hidup, yang telah dirusak oleh Iblis. Dengan cara demikian, firman Tuhan dan kebenaran bekerja dalam diri manusia, menjadi hidup mereka. Inilah hasil akhir yang ingin dicapai oleh pekerjaan Tuhan. Apa yang telah engkau semua pahami dari persekutuan tentang aspek ini? Pembahasan apa yang meninggalkan kesan paling mendalam dalam dirimu? Pikirkanlah sejenak. (Persekutuan Tuhan sebelumnya membantuku mengoreksi pandangan keliru yang kumiliki. Dahulu, aku mengira Tuhan akan mengubah kualitas, kemampuan, dan kepribadian bawaan yang orang miliki, tetapi melalui persekutuan dari Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan tidak melakukan pekerjaan supernatural. Pekerjaan Tuhan adalah mengubah watak rusak orang dan berbagai pemikiran serta sudut pandang mereka yang keliru, yang merupakan hal-hal dari Iblis. Dengan menerapkan firman Tuhan, kemanusiaan normal yang orang miliki dipulihkan, dan hati nurani serta nalar mereka menjadi makin normal. Pada saat yang sama, aku juga memahami pentingnya mengejar kebenaran. Hanya dengan mengejar kebenaran dan menerapkan kebenaran, barulah watak rusak kami dapat dibereskan; ketika firman Tuhan menjadi hidup kami, kami memperoleh keselamatan dari Tuhan. Kedua aspek persekutuan yang Tuhan sampaikan ini meninggalkan kesan yang cukup mendalam dalam diriku.) Isi persekutuan sebelumnya berkaitan dengan kebenaran tentang visi; itu berkaitan dengan beberapa aspek spesifik dari pekerjaan Tuhan, objek dari pekerjaan Tuhan, dan hasil yang ingin dicapai oleh pekerjaan Tuhan. Berdasarkan isi persekutuan ini, muncul beberapa pertanyaan spesifik. Pertanyaan ini termasuk perwujudan dalam kehidupan sehari-hari seperti apakah yang dianggap sebagai kondisi bawaan, perwujudan seperti apakah yang mencerminkan karakter atau esensi kemanusiaan mereka—yaitu, apakah yang biasanya kita sebut sebagai perwujudan kemanusiaan yang baik atau yang buruk—dan perwujudan seperti apakah yang merupakan perwujudan watak yang rusak. Semua ini adalah pertanyaan yang spesifik, bukan? Meskipun kita telah menyebutkan beberapa contoh dalam persekutuan kita sebelumnya mengenai topik ini, contoh-contoh tersebut tidak terlalu terarah atau spesifik. Hari ini, kita akan secara spesifik mempersekutukan masalah ini untuk membedakan antara perwujudan orang yang merupakan kondisi bawaan, perwujudan yang berkaitan dengan karakter mereka, dan perwujudan yang digolongkan sebagai watak yang rusak, untuk membedakan perwujudan spesifik dari ketiga aspek ini. Dengan demikian, orang akan menjadi lebih jelas tentang bagaimana harus menghubungkan berbagai masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan ketiga aspek ini berdasarkan firman Tuhan dan kebenaran. Ini termasuk perwujudan orang yang manakah yang merupakan aspek bawaan dari kemanusiaan yang normal yang tidak perlu ditangani atau dikekang; aspek manakah yang merupakan perwujudan adanya masalah dengan kemanusiaan yang orang miliki, dan bagaimana mereka harus mengubah dan memperbaiki hal ini, atau membereskannya dengan mencari kebenaran; dan perwujudan yang manakah yang tergolong sebagai watak yang rusak, serta bagaimana orang harus mulai memahami esensi dari watak-watak ini dan membereskan serta membuangnya dengan cara menerima dan menerapkan kebenaran. Semua ini memiliki perwujudan yang spesifik, dan tentu saja, terdapat jalan penerapannya yang spesifik dan relevan. Berdasarkan berbagai perwujudan yang orang perlihatkan, kita akan mempersekutukan prinsip-prinsip dan jalan penerapannya agar orang dapat memahami bagaimana cara menghadapi dan menyelesaikan masalah ini, agar orang dapat memiliki sikap dan jalan penerapan yang lebih nyata untuk berbagai masalah. Apakah hal yang baik mempersekutukannya dengan cara seperti ini? (Ya.)
Sebelumnya, kita telah dua kali bersekutu tentang tiga masalah sebagai akibat dari kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak. Meskipun kita tidak menjelaskan secara spesifik yang manakah dari ketiga masalah perwujudan dan hal yang orang perlihatkan ini secara langsung, kita memberikan beberapa contoh ketika mempersekutukan masing-masing masalah. Dalam persekutuan sebelumnya, ketika menyinggung ketiga masalah ini, kita juga bersekutu tentang esensi dari masalah-masalah ini atau jalan dan prinsip penerapannya yang relevan. Sekarang, mengenai ketiga masalah yang baru saja Kusebutkan, Aku ingin semua orang terlebih dahulu membahas apa yang dimaksud dengan kondisi bawaan. Engkau semua dapat bersekutu tentang hal ini secara singkat untuk mendapatkan konsep dasarnya terlebih dahulu. (Tuhan, apakah kondisi bawaan mengacu pada kualitas, kemampuan, kepribadian bawaan, dan naluri yang orang miliki?) Kita telah mempersekutukan pembahasan ini sebelumnya, jadi engkau semua seharusnya sudah familier dengannya. Apakah masih ada lagi? Apakah kelebihan dan penampilan dianggap sebagai kondisi bawaan? (Ya.) Bagaimana dengan latar belakang keluarga seseorang? (Ya, ini juga.) Ada juga rutinitas dan kebiasaan sehari-hari, bukan? Ada lagi? (Minat dan hobi juga.) Ada sedikit perbedaan antara minat dan hobi dengan kelebihan. Menambahkan minat dan hobi artinya memasukkan hal-hal yang lebih spesifik. Mari kita sebutkan semuanya secara berurutan: pertama adalah latar belakang keluarga. Kedua adalah penampilan. Ketiga adalah kepribadian. Keempat adalah naluri. Kelima adalah kualitas. Keenam adalah kelebihan. Ketujuh adalah minat dan hobi. Kedelapan adalah kemampuan. Kemudian kebiasaan hidup dan rutinitas sehari-hari. Dua hal terakhir ini serupa, tetapi memiliki beberapa perbedaan spesifik. Seluruhnya ada sepuluh. Bacakanlah semuanya. (Pertama: latar belakang keluarga. Kedua: penampilan. Ketiga: kepribadian. Keempat: naluri. Kelima: kualitas. Keenam: kelebihan. Ketujuh: minat dan hobi. Kedelapan: kemampuan. Kesembilan: kebiasaan hidup. Kesepuluh: rutinitas sehari-hari.) Semua ini adalah kondisi bawaan orang. Bukankah kita juga harus secara spesifik bersekutu tentang kondisi bawaan? Tanpa mempersekutukannya, mampukah engkau sendiri membedakannya secara tepat? (Tidak.) Dalam situasi apa engkau tidak mampu membedakannya? (Terkadang ketika kami melihat orang memperlihatkan perwujudan tertentu, kami tidak dapat memastikan apakah perwujudan itu mencerminkan kepribadian atau naluri orang tersebut, atau apakah itu adalah perwujudan dari watak yang rusak.) (Selain itu, tentang kebiasaan hidup dan rutinitas sehari-hari—dahulu aku mengira bahwa hal-hal ini terbentuk berdasarkan kondisi dan latar belakang kehidupan yang diperoleh; aku tidak menyadari bahwa hal-hal itu merupakan kondisi bawaan.) Engkau dapat melihat bahwa ketika kita menjabarkan beberapa isi yang terperinci dan spesifik dalam satu tema utama, di luarnya, engkau sepertinya mengetahui hal-hal spesifik ini, tetapi dalam kehidupan nyata, engkau agak mencampuradukkannya; engkau masih belum begitu jelas tentang cara membedakannya, bukan? (Ya.) Kita masih perlu melakukan persekutuan yang spesifik tentang masalah ini.
Mengenai ketiga aspek yang baru saja kita sebutkan—kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak—mari kita sebutkan beberapa isi spesifik untuk kondisi bawaan dan mempersekutukannya secara terperinci satu per satu. Untuk kemanusiaan dan watak yang rusak, kita tidak akan menyebutkannya. Sementara mempersekutukan isi dan perwujudan spesifik dari kondisi bawaan, kita juga akan menyinggung beberapa perwujudan kemanusiaan dan perwujudan watak yang rusak. Saat kita mempersekutukan hal ini, engkau semua dapat membedakan dan memilah apakah itu termasuk kondisi bawaan, yang tidak perlu diubah, atau apakah itu termasuk masalah dengan karakter yang orang miliki atau watak rusak mereka, yang perlu dibereskan dengan mencari kebenaran. Dengan mempersekutukannya secara spesifik dengan menggunakan contoh dan masalah tertentu, perbedaannya akan menjadi lebih jelas, bukan? (Ya.) Sebagai contoh, ada seseorang yang berasal dari keluarga miskin dan kurang mampu secara ekonomi. Dia hidup dalam keadaan yang penuh tekanan; dia selalu berkekurangan dan harus menghitung serta merencanakan setiap pengeluaran. Pendekatannya dalam hal penggunaan uang adalah dengan menghemat setiap sen semaksimal mungkin. Dia dilahirkan dalam keluarga seperti itu dan dalam kondisi seperti itu. Dari ketiga aspek yang telah kita persekutukan, termasuk yang manakah keadaan ini? Apakah termasuk kondisi bawaan, kemanusiaan, ataukah watak yang rusak? Ini adalah aspek latar belakang keluarganya, yang merupakan kondisi bawaannya, bukan? (Ya.) Apakah orang ini memiliki latar belakang keluarga yang baik atau buruk? (Dari perspektif manusia, itu buruk.) Dia harus berjuang untuk bertahan hidup, keluarganya miskin, kondisi ekonomi mereka tidak makmur atau berkecukupan—ini adalah masalah-masalah yang ada kaitannya dengan latar belakang keluarganya. Meskipun jenis orang ini terlahir dalam keluarga miskin, tidak pernah makan kaviar, tidak pernah mengenakan pakaian bermerek, tidak pernah merasakan berbagai kemewahan, dan tidak pernah berhubungan dengan orang-orang kaya atau orang terkenal, dia memiliki hati nurani dan nalar. Ketika berinteraksi dengan orang lain, dia tidak pernah mengambil keuntungan. Ketika melihat orang lain menikmati hal-hal baik atau melihat seseorang yang kaya, meskipun merasa iri, dia tidak pernah berpikir untuk mencuri atau merampas milik orang lain. Berkaitan dengan aspek manakah perwujudan jenis orang ini? (Berkaitan dengan karakternya, dengan kemanusiaannya.) Itu berkaitan dengan kemanusiaannya. Apakah perwujudan kemanusiaannya dalam aspek ini baik atau buruk? (Kemanusiaannya baik dan jujur.) Ini belum bisa dianggap jujur; itu hanya berarti bahwa dia tidak mengambil keuntungan kecil dan tidak menyanjung orang kaya. Dia mampu memperlakukan hal-hal semacam itu dengan benar. Bagaimana kemanusiaan jenis orang ini? (Kemanusiaan orang ini relatif baik.) Ini adalah pernyataan yang objektif; kemanusiaan orang ini relatif baik, artinya dalam hal karakternya, dia relatif berintegritas dan bermartabat. Meskipun latar belakang keluarganya miskin dan tidak mulia, dia tidak memandang rendah orang miskin dan tidak memuja orang kaya, juga tidak mengambil keuntungan dari orang lain. Ada jenis orang lainnya: orang ini dilahirkan dalam keluarga kaya, atau seperti yang biasanya dikatakan orang-orang tidak percaya, "terlahir dengan sendok perak di mulutnya." Dia tidak pernah harus khawatir tentang makanan atau pakaian, dan semuanya tersedia baginya; makanan apa pun yang ingin dimakannya sudah tersedia. Kondisi keluarganya sangat baik, dan orang tuanya memperlakukannya dengan sangat baik. Aspek manakah yang berkaitan dengan hal ini? (Ini juga berkaitan dengan latar belakang keluarganya.) Latar belakang keluarga merupakan kondisi bawaan. Meskipun jenis orang ini memiliki latar belakang keluarga yang sangat baik, dengan kondisi ekonomi yang baik dan tidak perlu khawatir tentang makanan atau pakaian, serta telah melihat hal-hal baik dan mengalami apa yang ditawarkan dunia, ketika berinteraksi dengan orang lain, jika dia melihat seseorang yang lebih baik dan lebih cakap daripadanya, atau yang sangat unggul dalam suatu bidang, atau yang memiliki prestise di antara orang-orang, dia merasa iri dan memeras otak mencari cara untuk merendahkan orang itu. Aspek manakah yang berkaitan dengan perwujudan ini? (Menurutku itu berkaitan dengan watak yang rusak dan kemanusiaan.) Benar. Perwujudan ini berkaitan dengan kemanusiaan dan watak rusak yang dia miliki. Ketika jenis orang ini melihat seseorang yang lebih baik darinya, dia merasa cemburu, benci, dan ingin menekan, menyiksa, dan mengucilkannya; dia ingin mengunggulinya. Jika dia hanya memiliki pemikiran ini tetapi tidak bertindak berdasarkannya, dia adalah orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk—apakah kemanusiaan orang itu jahat? (Ya.) Jika, berdasarkan kemanusiaan yang jahat ini, dia merasa menentang ketika melihat seseorang yang lebih baik darinya, menghakimi orang itu di belakangnya, dan bahkan melakukan manuver-manuver rahasia untuk menindasnya, ini adalah perwujudan spesifik dari watak yang rusak. Apa esensi dari watak yang rusak ini? Esensinya adalah kekejaman. Perwujudan ini berkaitan dengan kemanusiaan dan watak yang rusak. Meskipun kondisi keluarga jenis orang ini baik dan dia makan dan berpakaian dengan baik, dan engkau mungkin menduga orang ini adalah orang yang berwawasan luas dan bertoleransi terhadap orang lain, ketika berinteraksi dengan orang-orang, dia selalu ingin mengambil keuntungan dari orang lain dan selalu sangat perhitungan. Ketika pergi ke suatu tempat dengan orang lain, dia menanyakan siapa yang menghabiskan lebih banyak uang dan siapa yang membayar biaya perjalanan, tidak mau mengeluarkan tambahan uang sepeser pun. Ketika bekerja dengan orang lain, dia selalu memperhitungkan siapa yang melakukan lebih banyak dan siapa yang melakukan lebih sedikit, serta selalu memikirkan cara untuk bermalas-malasan. Aspek manakah yang berkaitan dengan hal ini? (Ini berkaitan dengan kemanusiaan yang dia miliki.) Aspek kemanusiaan yang mana? (Keegoisan dan sikap yang hina.) Keegoisan dan sikap yang hina, suka mengambil keuntungan dari orang lain, tidak berintegritas dan tidak bermartabat—ini berkaitan dengan karakter orang itu. Ketika berinteraksi dengan orang lain, dia penuh perhitungan dan suka mengambil keuntungan dari orang lain sekalipun keuntungan yang diperoleh hanya satu sen, dan dia mencari setiap kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Entah sumbernya dari publik atau pribadi, atau entah dari orang muda atau orang tua, dia mengambil keuntungan dari semua orang. Siapa pun itu, dia tidak menahan diri, dan mengambil keuntungan setiap kali ada kesempatan. Dia sangat menuntut dan penuh perhitungan dalam berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, terakhir kali engkau meminta bantuan kepadanya, dan sekarang dia merasa engkau berutang kepadanya. Dia akan berusaha keras untuk membuatmu membalas budi, dan itu harus menjadi bantuan yang lebih besar daripada yang telah dia berikan kepadamu; hanya dengan begitulah dia merasa bahwa itu adalah transaksi yang adil. Bukankah ini sangat penuh perhitungan? (Ya.) Ini sangat penuh perhitungan, sangat menuntut orang lain, dan sangat licik. Meskipun dia tidak kekurangan apa pun dalam hal makanan dan pakaian, serta menikmati kehidupan yang lebih baik dalam semua aspek dibandingkan dengan orang lain, setiap kali dia melihat seseorang memiliki sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya, dia ingin menggunakannya sebentar dan mencobanya. Dia merasa bahwa dia harus memiliki apa pun yang dimiliki orang lain. Jika dia tidak memilikinya, hatinya akan merasa tidak nyaman dan terganggu, sampai-sampai kehilangan nafsu makan dan tidak bisa tidur; hanya setelah dia memilikinya barulah dia merasa puas. Masalah macam apa ini? (Ini masih masalah dengan kemanusiaannya.) Perwujudan spesifik ini adalah masalah dengan kemanusiaan orang itu, bukan kondisi bawaannya. Kondisi bawaan hanya mengacu pada latar belakang keluarganya dan keadaan keluarga yang dapat dianikmati, sedangkan caranya dalam berperilaku dan menangani berbagai hal berkaitan dengan kemanusiaannya. Hal yang dia perlihatkan dan perwujudannya, seperti sikap, metode, dan motivasi dalam caranya berperilaku dan menangani berbagai hal, berkaitan dengan masalah karakternya; itu belum sampai pada taraf watak yang rusak. Dia egois, menuntut, sangat perhitungan, licik, dan suka mengambil keuntungan dari orang lain—apakah ini perwujudan dari kemanusiaan yang baik atau buruk? (Ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang buruk.) Semua ini adalah perwujudan dari karakter yang hina dan kemanusiaan yang buruk. Apakah perwujudan dari kemanusiaan yang buruk ini terlihat dan dapat dirasakan oleh orang lain? (Ya.)
Ada seseorang yang memiliki fitur wajah yang elok dan terlahir dengan mata yang besar, cerah, dan cerdas yang tampak bersemangat dan ekspresif. Sejak kecil, dia cukup disukai. Aspek manakah yang termasuk dalam hal ini? (Hal ini berkaitan dengan penampilan orang itu.) Penampilan merupakan bagian dari kondisi bawaan, bukan? (Ya.) Memiliki mata besar dan fitur wajah yang elok, secara bawaan memiliki keuntungan dari penampilan yang rupawan—apakah ini merupakan aspek dari watak yang rusak? (Tidak.) Apakah ini berkaitan dengan masalah kemanusiaan? (Tidak.) Ini tidak ada kaitannya dengan kemanusiaan atau watak yang rusak, jadi tidak ada yang perlu diubah. Kondisi bawaan adalah bawaan sejak lahir; dia dilahirkan dengan penampilan seperti ini, dan tidak mengalami perbaikan atau perubahan buatan apa pun. Dia memang terlahir seperti itu. Meskipun dia berpenampilan rupawan secara alami, dia selalu bingung ketika menangani masalah yang rumit dalam kehidupannya sehari-hari dan tidak tahu bagaimana cara menanganinya. Dia juga tidak memiliki kemampuan untuk membedakan orang, peristiwa, dan hal-hal. Dia tidak jelas tentang dengan siapa dia boleh bergaul dan siapa yang harus dia hindari. Dia tidak tahu siapa yang jahat dan pergaulan mana yang mungkin mendatangkan masalah. Pada usia dua puluhan, dia tidak mengetahui hal-hal ini, dan bahkan pada usia tiga puluh atau empat puluh, meskipun memiliki beberapa pengalaman hidup, dia tetap tidak mengetahuinya. Meskipun dia memiliki mata yang besar dan ekspresif, pikirannya cukup bingung. Masalah macam apa ini? (Apakah ini masalah dengan kualitas bawaan orang itu?) Kualitas bawaannya tidak terlalu bagus. Dia tidak pernah dapat menemukan prinsip ketika berinteraksi dengan orang lain dan dalam menangani berbagai hal, serta tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang berbagai jenis orang. Dia sering dicurangi, ditipu, dan dipermainkan oleh orang lain. Bagaimana kualitas jenis orang ini? (Kualitasnya relatif buruk.) Kualitasnya tidak baik. Memiliki mata yang ekspresif tidak selalu berarti memiliki pikiran yang bijaksana. Meskipun dalam hal kondisi bawaannya, dia berpenampilan rupawan, kualitas dirinya tidak baik. Namun, ada satu hal: selama masa bersekolah, dia unggul dalam memperoleh pengetahuan dari buku pelajaran; dia dapat menghafal isi buku dengan cepat dan ketika mempelajari matematika, fisika, dan kimia, atau sebuah bahasa baru, dia memahami mata pelajaran tersebut dengan cepat. Dia dengan lancar masuk universitas, mengejar gelar master, dan memperoleh gelar Ph.D. Tergolong apakah hal ini? Dapatkah digolongkan memiliki kualitas yang baik? (Tidak.) Jadi, tergolong apakah hal ini? (Ini tergolong memiliki kelebihan, yang merupakan kondisi bawaan orang ini.) Jawabanmu tepat. Jenis orang ini unggul dalam belajar, mampu memperoleh pengetahuan, dan mata pelajaran akademis. Dia dengan cepat memahami pengetahuan dari buku pelajaran dan hal-hal yang bersifat teoretis serta berdasarkan peraturan, seperti aspek-aspek yang berkaitan dengan keterampilan teknis dan teknologi atau rumus dan peraturan untuk matematika, fisika, dan kimia, serta mengingatnya dengan sangat baik. Jenis orang ini unggul dalam mempelajari hal-hal ini dan memiliki bakat alami yang spesifik untuk hal-hal tersebut. Dia mampu memahaminya dalam sekilas pandang, dan sangat unggul dalam ujian dan menjawab pertanyaan; ketika harus menjawab pertanyaan, dia melakukannya dengan mudah—di sinilah dia dapat benar-benar menunjukkan kelebihannya. Engkau dapat mengatakan bahwa jenis orang ini merasa nyaman dalam hal pengetahuan. Apakah perwujudan ini merepresentasikan kualitas yang dia miliki? (Tidak.) Itu hanya merepresentasikan bahwa dia memiliki kelebihan tertentu. Jenis orang ini menunjukkan kinerja yang sangat baik di bidang pengetahuan, membiarkan orang-orang melihat bahwa kelebihannya di bidang ini menonjol. Karena memiliki kelebihan ini, dan karena telah mencapai prestasi tertentu—mendapatkan gelar master dan doktor, serta memperoleh tingkat pendidikan yang tinggi—di antara orang lain, dia memandang dirinya sebagai orang yang berpengetahuan, cendekiawan, dan orang yang berintelektual tingkat tinggi. Makin banyak buku yang dibacanya, makin dia merasa dirinya adalah orang yang terkenal, orang yang unggul, dan bahwa semua orang lainnya adalah orang biasa, tidak berpengetahuan, tidak mampu memahami pikirannya atau mengetahui pikirannya yang sebenarnya, dan tidak berada pada level yang sama dengannya. Akibatnya, dia sering merasa lebih unggul daripada orang lain dan menganggap dirinya istimewa dan luar biasa. Perwujudan apakah ini? (Watak yang rusak.) Aspek watak rusak yang mana? (Kecongkakan.) Watak rusaknya yang congkak membuatnya makin memandang rendah orang banyak dan orang-orang dari semua lapisan masyarakat setelah mengenyam pendidikan tinggi. Karena gelar tinggi dan diploma yang dimilikinya, setelah percaya kepada Tuhan, dia selalu ingin menjadi penentu keputusan di gereja dan bercita-cita untuk menjadi pemimpin. Setiap kali diadakan pemilihan, dia berharap untuk terpilih. Jika tidak terpilih, dia akan menjadi negatif dan menganggap dirinya tidak ada harapan. Apa pun yang dikatakan para pemimpin dan pekerja, dia tidak mau mendengarkannya dan ingin menentangnya. Apa pun tugas yang diberikan kepadanya, dia merasa jijik dengan tugas ini dan diam-diam membuat penilaiannya sendiri. Di dalam hatinya, dia berpikir, "Kau tidak memiliki banyak pengetahuan. Kata-katamu tidak logis. Di lubuk hatiku, aku memandang rendah dirimu sebagai pemimpin gereja. Aku menolak untuk menerima apa pun yang kaukatakan! Jangan mengira dirimu lebih baik daripadaku. Mari kita bandingkan—mari kita lihat siapa yang punya kemampuan. Mari kita lihat siapa yang dapat melafalkan lebih banyak firman Tuhan dan siapa yang dapat menyampaikan pemahaman yang lebih baik. Jika persekutuanmu tidak sebaik persekutuanku, aku tidak mau menerima apa pun yang kaukatakan! Sekalipun kau telah dipilih sebagai pemimpin, aku tidak perlu mendengarkan, melaksanakan, atau mematuhi apa pun yang kauminta untuk kulakukan!" Perwujudan apakah ini? (Watak yang rusak.) Ini adalah perwujudan spesifik dari watak yang rusak. Apakah ini berkaitan dengan kemanusiaan? Karena jenis orang ini memiliki kelebihan alamiah dan dengan berdasarkan kelebihan ini, dia belajar secara ekstensif, memperoleh banyak pengetahuan, dan mendapatkan status sosial, dia merasa lebih unggul daripada orang lain, unik, dan ingin berbicara dengan menempatkan diri lebih tinggi daripada semua orang lainnya dan bertindak sewenang-wenang; di antara orang-orang, dia selalu ingin menjadi orang yang memimpin, ingin orang lain mendengarkan perkataannya—apakah jenis orang ini memiliki masalah dengan hati nurani dan nalarnya? (Ya.) Masalah macam apa ini? Kelebihannya membuatnya mudah sekali memperoleh pendidikan tinggi melalui pembelajaran. Apakah kelebihan itu sendiri merupakan masalah? Apakah kelebihan itu sendiri merupakan aspek dari watak yang rusak? Apakah itu merupakan perwujudan dari kemanusiaan yang buruk? (Tidak.) Namun, karena dia memiliki kelebihan ini, dia memperoleh banyak pengetahuan dan mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, selaras dengan penilaian dan definisi masyarakat tentang status. Hal ini membuatnya yakin bahwa dia seharusnya menjadi penentu keputusan di gereja, menjadi orang terkemuka di antara kelompok orang mana pun, dan lebih unggul dari semua orang lainnya. Apakah kemanusiaan semacam itu memiliki nalar? Apakah kemanusiaan semacam itu baik? (Kemanusiaannya tidak baik.) Dalam hal apa kemanusiaannya tidak baik? (Dia tidak memiliki nalar dan hati nurani; dia selalu ingin lebih unggul dari yang lain.) Selalu ingin lebih unggul dari yang lain sebagian disebabkan oleh watak yang rusak. Dalam arti lain, dari sudut pandang kemanusiaan, bukankah ini agak tidak tahu malu? (Ya.) Rumah Tuhan bukanlah kelompok masyarakat. Apakah rumah Tuhan membandingkan kualifikasi akademis ketika memilih pemimpin? (Tidak.) Atas dasar apa rumah Tuhan memilih pemimpin? Berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, bukan? (Ya.) Di rumah Tuhan, pemilihan pemimpin didasarkan pada prinsip-prinsip kebenaran, bukan pada siapa yang memiliki kualifikasi akademis yang lebih tinggi. Apakah orang ini mengetahui prinsip tentang cara memilih pemimpin? Dia mengetahuinya tetapi dia memperlakukan prinsip-prinsip ini hanya sebagai pernyataan birokrasi dan teori belaka, serta tidak tahu bagaimana melakukan atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dia selalu menyebarkan gagasan bahwa hanya mereka yang memiliki kualifikasi akademis tinggi yang memiliki kualitas yang baik, yang mampu memahami kebenaran, dan dapat memimpin orang lain. Karena dia memiliki kualifikasi akademis yang tinggi, pengetahuan, dan status sosial, menganggap bahwa rumah Tuhan bekerja dengan cara yang sama seperti masyarakat, dia menggunakan pengetahuan dan kualifikasi akademisnya yang tinggi sebagai modal untuk berusaha menjadi penentu keputusan di rumah Tuhan. Dia ingin mengganti prinsip-prinsip untuk memilih pemimpin di rumah Tuhan dengan caranya sendiri dalam memandang orang-orang dan menangani berbagai hal, dan dengan pendekatan, perspektif, dan sudut pandangnya sendiri tentang kedudukan dan status sosial. Bukankah ini tidak bernalar? (Ya.) Apa sebutan lain untuk tidak bernalar? (Tidak tahu malu.) Bahasa sehari-harinya, itu tidak tahu malu; dengan kata lain, orang-orang semacam ini memiliki nalar yang sangat buruk. Engkau dapat melihat bahwa meskipun dia telah menerima apa yang disebut sebagai pendidikan tinggi dan telah membaca banyak buku, tak satu pun dari buku-buku itu atau guru atau pendidik mana pun yang pernah mengajarkan kepadanya bagaimana cara bertindak agar dapat memiliki nalar. Setelah mempelajari banyak hal dari buku, dia justru merasa bahwa dia telah memperoleh modal dan lebih unggul dari orang biasa. Meskipun kelebihannya bukanlah hal yang negatif dan merupakan suatu kondisi bawaan, kelebihan ini dapat dengan mudah mengarah pada konsekuensi tertentu—itu menyebabkannya menjadi congkak dan angkuh, kehilangan nalarnya, menjadi sangat lancang dan tidak tahu malu. Meskipun telah membaca banyak buku dan memperoleh banyak pengetahuan, dia tidak memahami arti kata "malu". Oleh karena itu, setelah memperoleh beberapa kualifikasi akademis, dia menggunakan hal ini sebagai modal untuk pamer di mana-mana, dan dia ingin menggunakannya untuk memperoleh status di rumah Tuhan dan menjadi penentu keputusan. Dia berpikir, "Aku memiliki kualifikasi akademis yang tinggi dan aku mempelajari banyak hal dengan cepat, yang berarti aku memiliki kualitas yang baik. Selain itu, aku sangat berpengetahuan, aku telah melihat banyak hal di dunia, dan aku cerdas, jadi aku memenuhi syarat untuk memimpin orang lain." Maksud dia sebenarnya adalah bahwa pengetahuan dan kelebihan yang dia miliki adalah kebenaran. Semua ini adalah perwujudan dari orang yang tidak bernalar. Apakah orang yang tidak bernalar seperti ini memiliki integritas? Apakah dia orang yang bermartabat? (Tidak.) Tidak memiliki integritas dan martabat—apakah ini perwujudan kemanusiaan yang baik atau perwujudan kemanusiaan yang tercela dan hina? (Itu adalah perwujudan kemanusiaan yang tercela.) Orang-orang semacam itu tidak memiliki kemanusiaan yang baik. Yang paling mereka hargai adalah kualifikasi akademis, status sosial, harga diri, dan kedudukan mereka. Dengan memiliki hal-hal ini sebagai modal, mereka menjadi sangat congkak dan sombong, serta ingin menjadi penentu keputusan. Ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang tercela. Masalah ini berkaitan dengan dua aspek: pertama, berkaitan dengan kemanusiaan mereka dan kedua berkaitan dengan watak rusak mereka. Perspektif mereka terhadap masalah dan sikap serta sudut pandang mereka dalam menangani masalah berkaitan dengan kemanusiaan mereka. Kemanusiaan semacam ini membuat mereka menghasilkan tindakan, serta memperlihatkan perwujudan dan hal tertentu, yang merupakan ungkapan dari suatu watak yang rusak.
Ada orang-orang yang terlahir tidak banyak bicara; sejak kecil, mereka tidak suka banyak bicara. Saat berinteraksi dengan orang lain, mereka berbicara dengan bahasa yang sederhana dan tidak bertele-tele, dan ketika mengalami banyak hal, mereka juga tidak punya banyak pemikiran dan tidak banyak berbicara untuk mengungkapkannya. Sekalipun mereka mengungkapkannya, itu sangat sederhana. Masalah macam apa ini? (Ini adalah masalah mengenai kepribadian mereka.) Ini adalah masalah dengan kepribadian mereka, yang merupakan bagian dari kondisi bawaan mereka. Mereka terlahir dengan kepribadian pendiam. Mereka menggunakan bahasa yang sederhana, tidak memiliki pemikiran yang rumit, dan enggan berbicara saat berinteraksi dengan orang lain. Saat kebenaran dipersekutukan selama pertemuan, mereka hanya mendengarkan orang lain berbicara, dan jika mereka dapat memberikan tanggapan yang sederhana setelah orang lain selesai berbicara, itu sudah cukup baik. Jika engkau bertanya kepada mereka, "Apa yang kaupahami tentang hal ini?" mereka akan berkata, "Pemahamanku sama dengan pemahamanmu." Jika engkau meminta mereka untuk menjelaskannya dengan lebih spesifik, mereka akan berkata, "Pendapatku sama denganmu," dan setelah itu, tidak memiliki apa pun lagi untuk dikatakan. Ini hanyalah kepribadian mereka; jika engkau meminta mereka untuk mengatakan lebih banyak, tidak ada lagi yang dapat mereka katakan. Ini adalah bagian dari kondisi bawaan mereka. Ada jenis orang lainnya yang meskipun tampak tidak memiliki banyak hal untuk dikatakan dan di luarnya sering kali terlihat pendiam, suka bertanya tentang gosip secara diam-diam, mengatakan hal-hal seperti: "Dari daerah penggembalaan mana saudara atau saudari Anu? Kudengar dia telah percaya kepada Tuhan selama delapan tahun—apakah dia pernah menjadi pemimpin? Berapa umurnya? Benarkah dia telah bercerai dan memiliki seorang anak?" Perwujudan macam apa ini? Di luarnya, mereka terlihat tidak banyak bicara dan tidak suka berbicara di depan umum. Perbendaharaan kata mereka tidak begitu kaya, dan mereka kekurangan kata-kata dalam berkomunikasi secara normal dengan orang lain. Namun, dalam hal lainnya, mereka punya banyak hal untuk dikatakan dan selalu suka bertanya tentang orang lain, dengan mengatakan hal-hal seperti: "Apakah orang itu menjalani operasi kelopak mata ganda? Kulitnya sangat cerah—apakah dia sering pergi ke salon kecantikan?" atau "Kulihat si Anu selalu menggunakan komputer terbaru, dan pakaiannya semua bermerek dan cukup mahal. Apakah keluarganya kaya? Bisnis apa yang dijalankan keluarganya? Apakah ayahnya seorang pejabat?" Perwujudan ini berkaitan dengan masalah apa? (Ini berkaitan dengan masalah dalam kemanusiaan mereka.) Suka bertanya tentang gosip, mengumpulkan informasi tentang hal-hal pribadi yang sepele, dan senang membicarakan urusan orang lain—ini adalah perwujudan yang berkaitan dengan kemanusiaan yang orang miliki. Apakah perwujudan ini baik? (Tidak.) Dalam hal apa itu tidak baik? Masalah kemanusiaan apa yang berkaitan dengan hal ini? Mereka tidak pernah menyakiti atau menganiaya siapa pun, juga tidak pernah merugikan kepentingan orang lain, jadi mengapa perwujudan ini dianggap buruk? (Mereka selalu ingin tahu urusan orang lain, selalu ingin ikut campur urusan orang lain di belakang mereka. Ada masalah dengan nalar kemanusiaan mereka.) Hal ini berkaitan dengan nalar kemanusiaan mereka. Jika mereka bertanya dengan jujur dan terus terang, misalnya, "Saudara, berapa umurmu?" apakah ini adalah perwujudan kemanusiaan yang normal? (Ya.) Bukankah bertanya dengan cara ini terbuka dan transparan? Bukankah itu pantas? (Ya.) Jadi, mengapa orang-orang tertentu tidak mengajukan pertanyaan atau mengatakan sesuatu kepada orangnya secara langsung? Mengapa mereka melakukan manuver licik di belakang orang tersebut? Jika suatu topik dapat ditanyakan atau didiskusikan dengan orangnya secara langsung, topik tersebut seharusnya dikemukakan secara terbuka. Mengapa membisikkan rahasia di belakang orang tersebut? Bukankah ini berkaitan dengan sikap dan metode tertentu dalam cara orang berperilaku dan menangani berbagai hal? Apakah sikap dan metode ini baik? (Tidak.) Mengapa sikap dan metode ini dapat dianggap tidak baik? Apakah orang-orang yang suka bertanya secara diam-diam ini senang menyelidiki privasi orang lain dan memeriksa orang lain di belakang mereka? (Ya.) Mengapa mereka suka menyelidiki orang di belakang mereka? Jika ada pertanyaan, mengapa mereka tidak menanyakannya secara langsung? Apakah ada kesulitan dalam bertanya secara langsung? Mereka merasa tidak mudah atau tidak mungkin untuk bertanya secara langsung, jadi mereka bertanya di belakang orang tersebut. Bukankah itulah sebabnya mereka bertindak seperti ini? (Ya.) Sebenarnya, ada hal-hal yang dapat ditanyakan secara langsung, misalnya bertanya kepada seseorang, "Sudah berapa tahun kau percaya kepada Tuhan? Apakah kau pernah kuliah? Bagaimana tingkat pendidikanmu? Berapa umurmu?" Hal-hal ini ini dapat ditanyakan secara langsung. Jika beberapa orang tidak mau memberitahumu, maka jangan bertanya, dan jangan juga bertanya di belakang mereka. Jika engkau merasa mereka akan bersedia memberitahukan hal-hal tertentu kepadamu, atau jika engkau dan mereka sudah saling mengenal dan mereka cukup memercayaimu untuk berbicara, engkau dapat bertanya secara langsung kepada mereka. Mengapa bersikeras untuk bertanya di belakang mereka? Apakah itu benar-benar perlu? Bukankah itu tampaknya cukup tercela? Orang-orang semacam ini tidak berani bertanya secara langsung karena takut orang lain tersebut tidak akan memberi tahu mereka. Namun, mereka sangat ingin tahu dan mencari tahu tentang hal-hal tersebut. Jika mereka tidak mengetahuinya, mereka akan merasa gelisah, tetapi begitu mendapatkan informasi tersebut, hati mereka merasa tenang, seolah-olah mereka telah memperoleh harta yang sangat berharga. Orang macam apa mereka? Suka bertanya dan mengetahui masalah pribadi atau informasi pribadi orang lain—orang-orang semacam itu cenderung bergosip dan menghakimi orang lain, bukan? (Ya.) Jika engkau yakin bahwa orang lain akan bersedia menjawab pertanyaanmu, engkau dapat bertanya kepada mereka dan mencari tahu tentang hal-hal ini secara langsung. Jika orang tersebut merasa bahwa beberapa pertanyaanmu berlebihan, bukan hal yang pantas kautanyakan, dan mereka tidak mau menjawabmu, itu tidak menjadi masalah. Jika mereka tidak ingin menjawabmu atau tidak ingin engkau mengetahui hal-hal tertentu, maka engkau juga tidak boleh bertanya di belakang mereka. Jika engkau bersikeras ingin tahu informasi atau masalah pribadi orang lain, di satu sisi, mereka akan mulai memandangmu dengan curiga: "Mengapa kau ingin mengetahui hal-hal ini? Mengapa kau berusaha mencari tahu tentangku di belakangku? Apakah kau ingin mengendalikanku, menganiayaku, atau mengkhianatiku?" Itu adalah di satu sisi. Di sisi lain, apa perlunya bagimu mengetahui tentang orang lain? Apa hakmu untuk mengetahui segala sesuatu tentang mereka? Apakah engkau ingin mengumpulkan informasi tentang semua orang? Engkau harus tahu tentang segala sesuatunya—apakah engkau ahli dalam mengumpulkan informasi? Apakah ini pekerjaanmu? Rumah Tuhan tidak memberikan amanat seperti itu kepada siapa pun. Jika engkau terus-menerus berusaha untuk menanyakan tentang urusan pribadi orang lain, menanyakan tentang hal-hal yang mereka tidak ingin untuk kauketahui, itu akan membuat mereka merasa bahwa engkau sangat menjengkelkan. Bagaimana kemanusiaan seseorang yang dianggap menjengkelkan oleh orang lain? Setidaknya, orang ini tidak tahu malu. Apa sebutan orang-orang tidak percaya untuk orang semacam itu? Seorang bajingan yang kurang ajar. Kemanusiaan mereka hina, mereka tidak bermartabat, dan mereka ingin mencari tahu tentang semuanya, berperilaku tidak sepatutnya. Bukankah memang begitulah mereka? (Ya.) Apakah kemanusiaan jenis orang seperti ini baik atau buruk? (Kemanusiaan mereka buruk.) Kemanusiaan mereka, setidaknya, tidak baik. Inilah suatu perwujudan yang termasuk golongan tidak memiliki kemanusiaan yang baik: berperilaku tidak sepatutnya dan selalu melakukan manuver licik. Di luarnya, mereka terlihat sopan, penuh hormat, dan santun terhadapmu, terlihat baik dan patut dalam cara mereka berperilaku. Namun, di belakangmu, mereka melakukan manuver licik, menanyakan umurmu, latar belakang keluarga, dan aspek lain tentang dirimu, tidak berterus terang membahas atau bertanya kepadamu secara langsung. Ketika berinteraksi dan mengobrol dengan orang lain, mereka tidak jujur atau tidak berterus terang; sebaliknya, mereka selalu melakukan manuver licik di belakang orang lain, melakukan hal-hal yang memalukan. Mereka selalu memikirkan urusan pribadi orang lain dan apa yang sebenarnya orang lain pikirkan, selalu disibukkan dengan hal-hal semacam itu. Kemanusiaan orang semacam ini tidak baik, dan berada di kelompok mana pun, orang-orang tersebut tidak disukai oleh semua orang. Orang lain bukannya tidak ingin engkau mengetahui hal-hal pribadi atau menyembunyikan sesuatu darimu, tetapi kemanusiaanmu dan caramu berperilaku serta menangani berbagai hal itulah yang membuat mereka tidak menyukaimu. Alasan orang-orang tidak menyukaimu adalah karena caramu berperilaku dan menangani berbagai hal agak tercela; taktik yang kaugunakan hina dan tidak bermoral, itu tidak pantas dan tidak terang-terangan. Ada orang-orang yang di luarnya terlihat tidak ada masalah ketika berinteraksi dengan orang lain secara langsung, tetapi di belakang mereka, orang-orang ini selalu melakukan berbagai hal secara sembunyi-sembunyi. Saat orang itu sedang pergi, orang-orang ini segera membuka komputer milik orang itu untuk melihat dengan siapa mereka mengobrol, apa yang mereka bicarakan, apa yang mereka tulis di catatan harian mereka, dan wawasan apa yang mereka miliki. Terkadang, ketika seseorang memiliki kata sandi di komputernya, orang-orang ini mencoba membujuknya dengan berkata, "Apakah kau telah mengubah kata sandi komputermu? Aku baru saja mengubah kata sandiku menjadi 1234567, mungkin kau juga harus mengubah kata sandimu." Apa tujuannya berkata demikian? "Aku memberitahumu kata sandiku—kau juga harus memberitahuku kata sandimu, agar aku punya kesempatan untuk memeriksa komputermu." Ada orang-orang yang bahkan berani menggeledah tas dan barang milik orang lain saat mereka tidak ada. Misalnya, jika mereka melihat seseorang memakai headphone baru dan ingin tahu bagaimana kualitas suaranya, mereka mungkin berani mengambil headphone tersebut dan mencobanya saat orang itu tidak ada. Jika engkau dengan berterus terang meminjam headphone orang itu, dan dia mengizinkannya, barulah engkau berhak untuk mencobanya. Jika dia tidak mengizinkannya, engkau tidak boleh mencobanya. Bukankah itu cara yang benar untuk menanganinya? Entah orang lain mengizinkan atau tidak, engkau seharusnya menangani berbagai hal dengan berterus terang di depan mereka, bukan di belakang mereka. Jenis orang seperti ini sama sekali tidak bisa melakukan hal itu—mereka selalu melakukan manuver licik. Sampai sejauh mana? Begitu engkau pergi, mereka segera memeriksa barang-barangmu, memeriksa apa yang telah kautulis di catatan saat teduhmu dan dengan segera menyalinnya, takut melewatkan apa pun. Di luarnya, mereka terlihat mendambakan kebenaran, tetapi tindakan mereka di balik layar sangat tidak bermoral. Ketika mereka melihatmu membeli komputer baru, mereka merasa iri. Di luarnya, mereka berkata bahwa komputer baru itu canggih dan cepat, tetapi di dalam hatinya, mereka berpikir, "Cepat? Kuharap itu rusak suatu hari nanti!" Suatu hari, engkau berkata bahwa komputer baru itu tidak berfungsi dengan baik dan lambat, lalu mereka secara diam-diam merasa gembira: "Rasakan akibatnya menggunakan komputer yang baru! Aku bahkan belum pernah menggunakannya, jadi lebih baik jika kau juga tidak bisa menggunakannya!" Pikiran mereka penuh dengan pemikiran yang hina, tidak bermoral, dan memalukan. Ada orang-orang yang ketika melihat orang lain memiliki pakaian yang bagus, mereka juga ingin mencobanya. Namun, bukannya bertanya secara langsung, mereka malah menunggu kesempatan untuk mengenakannya secara diam-diam saat orang tersebut sedang tidak ada. Mereka melihat diri mereka di cermin, berpikir bahwa mereka terlihat cantik, tetapi begitu mereka mendengar langkah kaki orang itu kembali, mereka segera menanggalkannya dan menaruhnya kembali ke tempatnya. Meskipun manuver licik yang dilakukan jenis orang ini dan cara mereka menangani berbagai hal mungkin tidak berkaitan dengan watak yang rusak atau tidak separah watak yang rusak, sikap dalam cara mereka berperilaku dan menangani berbagai hal serta cara mereka memperlakukan orang lain cukup memuakkan dan menjijikkan, serta memengaruhi kehidupan normal orang lain hingga taraf tertentu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa jenis orang ini memiliki masalah serius dengan kemanusiaan mereka. Seberapa seriuskah? Cara mereka berperilaku tidak pantas, mereka melakukan banyak manuver licik di balik layar, dan cara mereka menangani masalah licik dan tidak bermoral. Mereka selalu penuh rahasia; mereka tidak pernah melakukan segala sesuatu dengan berterus terang, dan selalu melakukan segala sesuatu di belakang orang lain. Ketika orang lain tidak ada, tidak memperhatikan, atau ketika tak ada seorang pun yang dapat melihat atau menemukan apa yang sedang mereka lakukan, mereka secara diam-diam melakukan sesuatu. Kemanusiaan orang semacam ini tidak baik. Mereka selalu hidup di sudut-sudut gelap, diselimuti suasana kegelapan, tidak mampu menghadapi terang atau orang lain. Kemanusiaan mereka hina dan tidak bermoral. Apakah perwujudan dari kemanusiaan mereka yang hina ini bersifat naluri? (Tidak.) Mereka merasa malu untuk melakukan segala sesuatu di depan orang lain; mereka lebih suka melakukannya di belakang mereka, dan ketika bertindak di belakang orang lain, mereka sama sekali tidak menunjukkan pengendalian diri. Apakah ini ada kaitannya dengan kepribadian mereka? (Tidak.) Jika menurutmu manuver licik ini atau apa yang mereka perlihatkan dan jalani dalam kemanusiaan mereka ada kaitannya dengan aspek tertentu dari watak yang rusak, itu tentunya tidak akurat. Namun, manuver licik itu mereka lakukan terus-menerus. Di luarnya, mereka tampaknya belum pernah melakukan kesalahan besar apa pun, dan ketika gereja memberi mereka tugas, mereka sering kali melaksanakannya dengan segenap hati dan taat; di luarnya, mereka bahkan terlihat cukup baik. Namun di balik layar, ceritanya berbeda—seperti seekor tikus, begitu tidak ada orang yang melihat, mereka mulai melakukan manuver licik dan melakukan berbagai hal. Bukankah orang-orang ini sama seperti tikus? Renungkanlah—jika seperti inilah kemanusiaan mereka dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain serta menangani berbagai hal, jika karakter moral dari kemanusiaan mereka seperti ini dan mereka memiliki esensi kemanusiaan seperti ini, bagaimana mereka memperlakukan Tuhan dan kebenaran? Apakah mereka memperlakukan Tuhan dan kebenaran dengan cara yang sama seperti mereka memperlakukan orang-orang? (Ya.) Mereka juga melakukan manuver licik di balik layar, bukan? Mereka mencoba segala cara yang mungkin untuk menghindari pengawasan para pemimpin dan pekerja, bertindak dengan cara tertentu di depan mereka dan cara lain di belakang mereka. Mereka tidak menerima pemeriksaan Tuhan, dan di lubuk hatinya, mereka juga tidak menerima kebenaran. Apa pun yang firman Tuhan katakan, mereka memperlakukannya dengan cara mereka sendiri, melakukan beberapa manuver licik dan melakukan beberapa hal untuk pamer, sehingga dari luar, tak seorang pun dapat melihat masalah atau kesalahan apa pun. Di luarnya, mereka sepertinya tidak melakukan kesalahan apa pun dan tampaknya menerapkan kebenaran, tetapi di balik layar, mereka telah melakukan manuver licik mereka, dan kesalahan-kesalahan itu telah dilakukan secara rahasia, tanpa seorang pun mengetahuinya. Mereka tidak percaya kepada Tuhan ataupun menerima pemeriksaan-Nya, dan karena itu, mereka tidak menerima kebenaran. Berkaitan dengan apakah hal ini? Ini berkaitan dengan watak yang rusak. Ketika mereka memperlakukan Tuhan, kebenaran, dan tugas mereka dengan kemanusiaan seperti ini dan berinteraksi dengan orang lain serta menangani berbagai hal dengan cara seperti ini, perwujudan spesifik dari kemanusiaan mereka yang mereka perlihatkan ini berkaitan dengan watak yang rusak. Termasuk watak rusak apakah ini? Setidaknya, ini termasuk kelicikan. Jika tindakan mereka menjadi jauh lebih rahasia dan menipu, termasuk apakah ini? (Ini meningkat menjadi kejahatan.) Ini berkaitan dengan kelicikan dan kejahatan dalam watak rusak mereka. Selain itu, di lubuk hatinya, mereka selalu memiliki keraguan tentang kebenaran dan tentang pemeriksaan Tuhan. Ini tertanam sedemikian dalam di dalam diri mereka. Mereka berpikir, "Tak seorang pun tahu apa yang kulakukan di balik layar. Aku belum melihat Tuhan di mana pun, jadi Tuhan juga pasti tidak tahu—hanya aku yang tahu." Bukankah ini juga berkaitan dengan watak yang rusak? Aspek dari watak rusak manakah yang berkaitan dengan hal ini? (Apakah watak keras kepala?) Mereka memang memiliki watak keras kepala dalam diri mereka. Jadi, apakah esensi dari pemikiran ini adalah kemuakan akan kebenaran? (Ya.) Sikap mereka terhadap kebenaran adalah penentangan dan perlawanan. Selain bersikap keras kepala, mereka sangat muak akan kebenaran, yang menjadikan ini masalah yang serius. Begitu berkaitan dengan watak yang rusak, ini lebih serius daripada sekadar kemanusiaan yang buruk. Ini berkaitan dengan pemberontakan terhadap Tuhan, perlawanan terhadap Tuhan, dan esensi yang menentang kebenaran. Ini berkaitan dengan sikap seseorang terhadap Tuhan dan kebenaran. Begitu berkaitan dengan watak yang rusak, ini berkaitan dengan prinsip-prinsip kebenaran dan perlunya membereskan watak yang rusak dengan menggunakan kebenaran.
Ada orang-orang yang terlahir berpostur tinggi dan memiliki bentuk tubuh yang anggun, dan, selain itu, memiliki raut wajah yang proporsional, bersih, dan elok yang disukai orang lain. Apa pun yang mereka kenakan, orang-orang mengagumi mereka, berkata, "Mereka benar-benar seperti iklan majalah—sangat tampan, sangat cantik, sangat memesona!" Apakah ini termasuk kondisi bawaan mereka, kemanusiaan mereka, ataukah watak rusak mereka? (Ini adalah penampilan alami mereka.) Mereka terlahir dengan penampilan yang menarik. Karena terlahir menarik dan memiliki bentuk tubuh yang bagus, sejak mereka berusia muda, orang-orang yang lebih tua memuji mereka, teman sekelas mereka iri terhadap mereka, dan orang tua mereka sangat menyayangi mereka. Setiap hari, orang tua mereka mendandani mereka, dan sebelum mereka berusia tiga atau lima tahun, suatu hari mereka didandani seperti anak perempuan kecil, dan keesokan harinya seperti anak laki-laki kecil. Singkatnya, mereka dicintai seperti mainan kecil yang disayangi. Saat mereka bertumbuh dewasa, mereka menjadi sangat suka terlihat menarik. Karena dibesarkan di lingkungan hidup yang modern dan istimewa, mereka memiliki kebiasaan berdandan. Khususnya setelah mendapatkan akses ke berbagai wawasan mode, mereka mulai suka memadukan warna, desain, dan gaya; mereka berpakaian dengan sangat elegan, memancarkan sikap yang berkelas. Bahkan kaus oblong dan celana jin yang sederhana pun terlihat berbeda pada mereka, dan ketika dipadukan dengan sepasang sepatu dengan warna yang serasi, gaya mereka menjadi lebih mengesankan—mereka benar-benar memesona dan sangat tampan. Dengan melihat mereka saja sudah menjadi pemandangan yang menyegarkan. Setiap kali mereka muncul di tempat-tempat umum atau di jalan, mereka pasti akan menarik perhatian banyak orang. Karena mereka terlahir dengan penampilan menarik dan memiliki kondisi bawaan ini, dan mereka tahu cara berpakaian dengan baik, memancarkan sikap yang sangat berkelas seperti apa pun cara mereka berpakaian, baik orang-orang berjenis kelamin sama maupun lawan jenis sangat senang berinteraksi dan bergaul dengan mereka. Orang-orang ingin duduk di dekat mereka, mengobrol, dan berinteraksi secara akrab dengan mereka, sehingga kecantikan mereka dapat membawa kenikmatan bagi orang-orang itu. Apakah ini kesalahan mereka? (Tidak.) Karena kondisi bawaan mereka yang baik, orang selalu menoleransi masalah, kesalahan, atau kekurangan apa pun yang mungkin mereka miliki. Jadi, di mana pun mereka berada, mereka diterima dengan sangat baik dan populer. Sekalipun mereka mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan, orang lain tetap merasa senang mendengarnya. Ketika amarah mereka memuncak atau mereka bersikap tidak baik, orang lain tidak keberatan atau tersinggung—mereka bahkan merasa hal itu seperti semacam hadiah dari mereka. Saat pengalaman-pengalaman ini terkumpul, kondisi bawaan mereka memberi mereka perasaan unggul. Mereka mulai berpikir, "Berpenampilan menarik, memiliki sikap yang berkelas, dan berpakaian bagus memungkinkanku untuk menjadi populer di mana pun aku berada—ini luar biasa! Masyarakat ini, umat manusia ini, sangat menghargai hal ini. Tampaknya kondisi bawaan yang diberikan orang tuaku ini adalah modalku. Mencari pekerjaan menjadi lebih mudah, dan selama ujian, jika aku ingin menyontek dari seseorang, yang perlu kulakukan hanyalah menatap orang itu, dan dia akan memberikan contekan kepadaku." Banyak lawan jenis yang mengejar mereka, dan di antara orang-orang berjenis kelamin sama, banyak juga yang memperlakukan mereka dengan baik dan terus-menerus memuji kecantikan dan ketampanan mereka. Seiring berjalannya waktu, hal ini membuat mereka makin menikmati keuntungan ini. Keuntungan ini memberi mereka banyak kemudahan, banyak manfaat, dan banyak perlakuan istimewa, yang memungkinkan mereka untuk menikmati banyak hal. Jadi, di lingkungan seperti ini, mereka memiliki tuntutan tertentu untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak akan keluar rumah tanpa merias wajah, dan jika ada satu jerawat saja, mereka tidak berani memperlihatkan diri. Mereka berhati-hati dengan pola makan mereka, menghindari makanan yang pedas dan mengandung kecap, mengkhawatirkan diri mereka sendiri: "Kapan jerawat ini akan hilang? Aku tidak boleh memencetnya—aku khawatir itu akan meninggalkan bekas luka. Namun, jika aku tidak memencetnya, akankah lawan jenisku yang pernah mengagumiku melihatnya dan berpikir aku tidak lagi menarik, bukan lagi orang yang mereka impikan? Akankah mereka mulai bersikap acuh tak acuh terhadapku? Apa yang harus kulakukan? Kurasa aku harus menunggu sampai jerawat itu hilang sebelum pergi ke luar. Aku sama sekali tidak boleh membiarkan orang-orang melihatku seperti ini; itu akan merusak citra sempurna yang kumiliki di benak mereka." Ada orang-orang yang harus benar-benar memadukan warna, desain, dan gaya pakaian mereka dengan sempurna. Sebelum pergi ke luar, mereka harus memeriksa diri mereka di cermin dari setiap sudut, dan ada yang bahkan berswafoto untuk memastikan diri mereka terlihat sempurna di bawah sinar matahari atau di bawah pencahayaan buatan, memastikan bahwa aspek-aspek seperti kulit, warna kulit, gaya rambut, pakaian, dan sikap mereka sedap dipandang dan disukai orang lain, dan baru setelah itu, mereka merasa siap untuk pergi ke luar. Bahkan setelah mulai melaksanakan tugas, mereka tetap mempertahankan gaya hidup ini. Jika, karena keadaan khusus, mereka belum mandi hari itu dan seseorang dari lawan jenis mendekat, mereka buru-buru menghindarinya. Mereka merasa jika mereka belum mandi, mereka tidak layak untuk dilihat. Karena mereka memiliki begitu banyak tuntutan terhadap penampilan dan sikap mereka, itu memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Jika mereka pergi ke suatu tempat di mana mereka tidak bisa mandi, mereka merasa tertekan dan sangat menderita, serta tidak dapat makan atau tidur dengan baik. Mereka berpikir, "Apa yang akan kulakukan jika aku tidak bisa mandi? Aku tidak pernah tidak mandi selama lebih dari tiga hari. Jika tubuhku mulai bau, akankah orang memandang rendah diriku? Bukankah citraku tidak akan lagi sempurna? Bukankah aku tidak akan lagi menjadi orang yang orang lain impikan? Apa yang harus kulakukan?" Jika mereka mendapati diri mereka berada di tempat dengan kondisi kehidupan yang buruk dan makanan yang tidak cukup bergizi atau seimbang, mereka mulai khawatir: "Apakah ini akan memengaruhi kulitku? Apakah kulitku akan menjadi kasar atau menua? Apakah kulitku akan keriput? Aku tidak bisa tinggal di tempat ini—aku harus keluar dari sini!" Perasaan unggul yang dibawa oleh kondisi bawaan mereka membuat hidup mereka menjadi sangat rumit, menyebabkan mereka hidup dengan cara yang sangat melelahkan dan terkekang. Mereka sangat peduli dengan pendapat orang lain tentang mereka, khususnya tentang bagaimana orang lain menilai pakaian, sikap, dan perilaku mereka, sangat peduli tentang bagaimana orang lain memandang mereka—sampai sejauh mana hal tersebut? Sampai itu memengaruhi kehidupan, pekerjaan, dan pelaksanaan tugas mereka sehari-hari. Perasaan unggul yang berasal dari penampilan mereka telah membuat mereka menjadi sangat dangkal, sangat menaruh perhatian pada penampilan mereka, dan sangat menaruh perhatian pada bagaimana orang lain memandang mereka. Masalah macam apa ini? Apakah semua perwujudan ini merupakan sikap yang benar untuk menangani masalah dalam kehidupan sehari-hari? (Tidak.) Apakah ini adalah pandangan menyimpang yang telah mereka kembangkan selama menjalani kehidupan mereka sehari-hari? (Ya.) Jadi, berkaitan dengan apakah perwujudan ini? (Itu berkaitan dengan kemanusiaan mereka.) Aspek kemanusiaan mana yang berkaitan dengan hal ini? Ada masalah apa dalam cara mereka berperilaku? Apakah ada masalah kedangkalan? (Ya.) Kedangkalan adalah salah satu masalah dalam kemanusiaan mereka. Apa lagi? Kesombongan, mengkhawatirkan pandangan orang lain terhadap mereka, keinginan untuk menjadi orang yang paling sempurna di mata orang lain, dan sangat rapuh serta tidak mampu menanggung kesukaran. Selain itu, ada juga keegoisan. Untuk mempertahankan citranya, mereka membuat semua orang meladeni dan melayani mereka, sementara mereka tidak mau menanggung kesukaran sekecil apa pun. Perasaan unggul yang dibawa oleh penampilan alami mereka membuat mereka ingin menjadi pusat perhatian semua orang. Fokus utama kehidupan mereka sehari-hari dan tujuan yang ingin mereka capai adalah untuk mempertahankan penampilan lahiriah mereka. Misalnya, pada suatu hari saat mengambil foto, seseorang melihat sepotong selada tersangkut di gigi mereka saat mereka tersenyum. Sejak saat itu, mereka berhenti makan sayuran hijau. Sekalipun itu adalah satu-satunya pilihan yang tersedia dan mereka tidak punya pilihan selain memakannya, mereka segera berkumur setelah makan dan benar-benar harus memeriksa di cermin untuk melihat apakah ada sesuatu yang tersangkut di gigi mereka sebelum berani pergi ke luar dan bertemu orang lain. Apakah ini masalah dalam kemanusiaan mereka? (Ya.) Masalah-masalah umum dalam kehidupan sehari-hari ini termasuk dalam lingkup kemanusiaan dan belum meningkat ke tingkat watak yang rusak. Semua masalah yang mereka hadapi ini hanya berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan manusia—mereka berusaha mempertahankan kecantikan dan tingkat perhatian yang tinggi dari orang lain dengan berfokus pada penampilan fisik dan tuntutan hati mereka. Apa pun yang mereka lakukan—entah itu makan, berdandan, atau menanggung kesukaran dan membayar harga—dalam menangani masalah-masalah ini, sudut pandang dan sikap mereka semua diarahkan untuk mempertahankan citra lahiriah mereka sehingga mereka selalu terlihat sedap dipandang, memastikan bahwa orang lain memiliki kesan yang baik tentang mereka dan bahwa mereka sangat menarik perhatian orang lain. Apakah ini berkaitan dengan kemanusiaan mereka? (Ya.) Semua perwujudan ini berkaitan dengan kemanusiaan mereka—semua ini memperlihatkan bahwa kemanusiaan mereka terlalu dangkal.
Ada jenis orang lainnya yang berusaha keras untuk pamer setiap kali ada lawan jenis di dekat mereka, berusaha berpakaian dengan cara yang lebih istimewa dan merias wajah agar tampak lebih menggoda. Sebagai contoh, perilaku dan cara berpakaian mereka masih normal ketika sedang berada di antara saudara-saudari yang sangat mereka kenal, tetapi begitu muncul lawan jenis yang seusia dengan mereka, hati mereka menjadi bersemangat dan merasa terdorong untuk mengenakan pakaian dan berpenampilan istimewa. Beberapa wanita langsung memakai lipstik untuk membuat bibir mereka terlihat lebih cerah, merapikan alis mereka, dan jika waktunya memungkinkan, menambahkan sedikit perona pipi. Mereka biasanya mengikat rambutnya dengan model ekor kuda, tetapi begitu bertemu dengan seorang lawan jenis yang mereka sukai atau yang mereka anggap menarik, mereka akan mempercantik penampilan mereka dan membiarkan rambut mereka terurai hingga ke bahu. Sementara itu, ada para pria yang membuat rambut mereka lebih berkilau, menatanya dengan model rambut Korea, Hong Kong, atau Barat, mencukur jenggot mereka, memakai kacamata, berganti ke pakaian yang lebih baik, dan, jika kondisinya memungkinkan, menyemprotkan sedikit parfum, yang semuanya bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Ketika berbicara dengan lawan jenis, mereka sering melontarkan kata-kata yang indah untuk pamer, dengan tujuan untuk menunjukkan kesopanan yang berbudaya, keanggunan, kecerdasan, dan selera humor. Niat mereka di balik semua tindakan ini sangat disengaja—mereka melakukannya semata-mata untuk menarik perhatian lawan jenis. Ketika berada di sekitar lawan jenis yang mereka sukai, atau bertemu lawan jenis yang seumuran, ada orang-orang yang menjadi lebih bersemangat, dan lebih banyak bicara, serta mengungkapkan diri dengan lebih baik, lalu mata mereka menjadi lebih berbinar, tidak lagi kosong dan sayu, dan wajah mereka juga menjadi lebih ekspresif. Apa yang sedang terjadi di sini? Mengapa mereka tampak sangat terpengaruh dan bersikap tidak wajar ketika bertemu lawan jenis? Ketika orang-orang yang berlawanan jenis pertama kali bertemu, mereka biasanya agak malu-malu, tetapi setelah beberapa kali bertemu, mereka menjadi lebih akrab, dan berperilaku lebih alami. Namun, ada orang-orang tertentu yang menjadi sangat bersemangat dan bergairah setiap kali bertemu lawan jenis. Masalah macam apa ini? (Ini tentang tindakan menggoda, yang meningkat ke taraf watak yang rusak.) Watak rusak macam apa ini? (Watak yang jahat.) Bukankah ada masalah dengan kemanusiaan mereka? (Ya.) Sebenarnya, ada masalah dengan kemanusiaan orang-orang semacam itu. Aspek kemanusiaan mereka yang manakah yang bermasalah di sini? Yang bermasalah adalah dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Bagaimana orang-orang tidak percaya menggambarkan masalah ini? Mereka menyebutnya "masalah pendekatan", bukan? (Ya.) Jika berkaitan dengan watak yang rusak, ini cukup dapat dianggap sebagai watak yang jahat; tetapi lebih tepatnya, itu adalah masalah pendekatan orang dalam berinteraksi dengan lawan jenis yang berkaitan dengan kemanusiaan yang dimilikinya. Ketika berhadapan dengan lawan jenis, ada orang-orang yang menjadi sangat bersemangat, sangat positif dan sangat proaktif. Apa yang diwujudkan oleh kata "sangat" ini adalah masalah pendekatan yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan yang orang miliki. Apakah pendekatan ini normal atau tidak normal? (Tidak normal.) Jadi, dapatkah dikatakan bahwa ini jahat? Tepatkah menganggapnya jahat? Dapatkah menganggapnya cukup tercela? (Ya.) Orang-orang semacam itu cukup tercela. Di mana pun terdapat lawan jenis yang mereka sukai, mereka ingin mendekat ke kelompok orang tersebut, bersikeras untuk duduk di sebelah mereka, serta menyentuh dan menggoda mereka dengan kedipan mata. Ini mencerminkan adanya masalah dengan karakter mereka—mereka tidak terkendali, berperilaku buruk, dan tercela. Jika seseorang itu dangkal, perwujudan mereka biasanya sama entah mereka berada di antara orang-orang berjenis kelamin sama atau di antara lawan jenis—mereka hanya ingin terlihat baik, disukai, dikagumi, dan dihargai oleh orang lain. Ini adalah masalah dangkalnya kemanusiaan mereka. Namun, jika niat mereka adalah untuk menarik perhatian lawan jenis dan mengganggu orang tersebut, maka itu menjadi masalah pendekatan mereka dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Jika seseorang itu sangat dangkal sampai-sampai memengaruhi kehidupan normal mereka, itu hanyalah cacat atau masalah dalam satu aspek kemanusiaan mereka. Namun, jika orang berpakaian untuk secara khusus menarik perhatian lawan jenis, bertujuan untuk tampil seksi, memikat, dan menarik perhatian, itu berarti mereka jahat, tercela, dan menunjukkan bahwa mereka memiliki pendekatan yang buruk. Ada orang-orang yang menjadi jauh lebih tercela ketika berada di antara lebih banyak orang, selalu ingin berinteraksi dengan lawan jenis dan pamer di depan mereka. Apa pun yang sedang tren di antara orang-orang tidak percaya, mereka akan berpakaian seperti itu. Khususnya ketika menghadiri pertemuan atau tampil di depan kamera, makin banyak lawan jenis di sana, makin mereka ingin merias diri. Beberapa wanita mengenakan baju atasan tanpa lengan, membiarkan rambut mereka terurai, memakai lipstik yang berlebihan, dan menambahkan perona pipi. Ada yang bahkan membentuk kontur hidung mereka, memakai perona mata, dan memakai berbagai jenis perhiasan. Mereka berpakaian dengan cara apa pun yang dapat menarik perhatian lawan jenis. Ini lebih serius daripada bersikap dangkal. Jika kedangkalan adalah cacat atau kekurangan dalam satu aspek kemanusiaan, dan merupakan masalah kecil, maka aspek jahat dan tercela dalam berhubungan dengan lawan jenis ini adalah masalah besar. Orang yang dangkal belum tentu akan melakukan percabulan, tetapi di antara mereka yang jahat dan tercela, lebih dari sembilan puluh persen cenderung melakukan percabulan. Mengapa Kukatakan demikian? Jika orang sangat menganggap penting interaksinya dengan lawan jenis, dan sangat suka memamerkan dan memperlihatkan dirinya di depan para lawan jenis, kemungkinan besar orang semacam itu akan membuat lawan jenis tersebut jatuh hati kepada mereka. Apa tujuan membuat para lawan jenis itu jatuh hati kepada mereka? Tujuannya adalah untuk melakukan hubungan yang tidak sepatutnya. Jika mereka bisa dengan seenaknya merayu seorang lawan jenis, bukankah ini menunjukkan bahwa mereka sangat sembarangan dalam hal berhubungan dengan lawan jenis? (Ya.) Orang-orang semacam itu tidak bermartabat; mereka dengan sesuka hati mendekati orang lain dan bahkan berinisiatif untuk menggoda. Makin banyak orang yang mereka goda, makin mereka merasa senang, dan mereka tidak pernah menolak siapa pun selama itu adalah orang-orang yang mereka sukai. Orang macam apa ini? Jika kita kesampingkan watak rusak mereka untuk saat ini, apakah kemanusiaan seperti ini baik? (Tidak.) Apa pun kelebihan atau kekurangan yang mungkin mereka miliki dalam aspek lain dari kemanusiaan mereka, jika mereka sangat sembarangan, sembrono, dan berpuas diri dalam hal pendekatan mereka ketika berinteraksi dengan lawan jenis, ini saja sudah cukup memperlihatkan bahwa kemanusiaan mereka tidak baik. Jika kapan pun dan di mana pun, mereka bisa saja melakukan kesalahan atau melewati batas, bukankah ini adalah masalah serius? (Ya.) Apakah orang semacam itu dapat diandalkan? (Tidak.) Apa akar masalahnya sehingga mereka tidak dapat diandalkan? Akar masalahnya adalah bahwa mereka memiliki natur yang jahat. Mereka bisa saja memiliki pemikiran yang penuh nafsu kapan pun dan di mana pun, bisa saja merayu lawan jenis kapan pun dan di mana pun—pikiran mereka hanya dipenuhi dengan pemikiran seperti ini. Jika lingkungan atau kondisinya tidak memungkinkan, atau mereka tidak punya cukup waktu untuk merias diri, mereka tetap menemukan cara; mereka menggunakan pandangan genit dan memamerkan bentuk tubuh atau ekspresi mereka, mengedipkan mata ke arah orang lain untuk menggoda mereka. Orang-orang semacam itu tidak berharga; mereka sangat tidak dapat diandalkan! Mereka sembrono, tidak bermoral, dan seenaknya. Kapan pun dan di mana pun, mereka bisa saja menggoda orang lain untuk berbuat dosa dan melakukan pelanggaran; orang-orang semacam itu tidak memiliki rasa malu dalam kemanusiaan mereka, dan mereka tidak dapat diselamatkan. Apakah orang-orang semacam itu menakutkan? (Ya.) Menurut mereka ini bukan hal yang memalukan; sebanyak apa pun orang-orang yang ada di sekitar mereka, mereka secara terang-terangan berpakaian dan pamer seperti ini, berperilaku sesukanya dan menggoda orang lain dengan cara seperti ini. Orang lain bahkan tidak tahu apa yang sedang terjadi—sementara mereka tetap berfokus melakukan pekerjaan normal mereka, mengobrol, atau bercakap-cakap, orang-orang ini sudah mulai menggoda seseorang dengan melemparkan pandangan genit. Lihatlah betapa menjijikkan dan menakutkannya orang-orang semacam itu! Mereka tidak punya rasa malu sedikit pun, bukan? Orang-orang yang tidak punya rasa malu terus-menerus melakukan pelanggaran, dan apa akhir dari kesudahan mereka? (Mereka akhirnya akan dihukum di neraka.) Apa yang firman Tuhan katakan? "Pelanggaran Akan Menuntun Manusia ke Neraka." Oleh karena itu, jika masalah dengan kemanusiaanmu sangat serius, engkau sedang berada dalam bahaya besar. Jika kemanusiaan buruk seseorang dalam beberapa hal merupakan cacat, mungkin ada kesempatan untuk memperbaikinya. Namun, jika beberapa aspek dari kemanusiaan mereka buruk karena secara alami mereka tidak punya rasa malu, dan mampu menggoda orang lain kapan pun dan di mana pun, dan—sekalipun mereka belum memperlihatkan watak rusak yang jelas—mereka tetap dapat melakukan pelanggaran serius yang mengakibatkan konsekuensi yang berat, itu berarti orang-orang semacam itu tidak memiliki batasan dalam cara mereka berperilaku, karakter mereka sangat buruk, dan jika mereka melakukan beberapa pelanggaran, itu dapat menghancurkan mereka. Mengenai masalah kemanusiaan, mereka telah menghalangi jalan mereka sendiri. Ini karena kemanusiaan mereka sangat buruk dan pelanggaran mereka sangat banyak sehingga cukup untuk mengirim mereka ke neraka, dan segalanya akan berakhir bagi mereka sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menempuh jalan mengejar kebenaran dan memperoleh keselamatan. Tidak adanya rasa malu merupakan masalah yang sangat serius dalam hal kemanusiaan. Sebenarnya, itu tidak mencapai tingkat watak yang rusak; itu hanyalah semacam cara dan sikap yang orang lakukan dalam berperilaku dan menangani masalah tertentu. Sikap ini berkaitan dengan kemanusiaan mereka dan dapat membawa kepada pelanggaran, yang membuat masalahnya menjadi serius.
Ada orang-orang yang suka menari dan mempelajari gerakan tari dengan sangat cepat. Setelah guru memperagakannya tiga kali, mereka pada dasarnya telah menguasai irama dan gerakan tari tersebut serta dapat menampilkannya secara akurat. Mereka juga menari dengan sangat baik, telah memenangkan banyak penghargaan, dan mereka berharap untuk mengejar karier yang berhubungan dengan tari, mungkin sebagai guru tari atau penari. Aspek apa yang berkaitan dengan hal ini? (Ini berkaitan dengan minat dan hobi mereka.) Ini adalah kelebihan mereka; ini adalah minat dan hobi mereka. Mereka belajar menari dengan sangat cepat, yang menunjukkan bahwa mereka sangat pandai menari; mereka secara alami menangkap hal semacam ini dengan tepat dan mudah menguasainya. Ini adalah kelebihan, bukan? (Ya.) Mereka memiliki kelebihan dalam hal ini. Setelah belajar menari, mereka juga suka menari, bersemangat untuk menari; dan selain itu, mereka berencana untuk mengejar karier yang berhubungan dengan tari di masa depan, dan bermaksud menjadikan tari sebagai bagian dari hidup dan perjalanan masa depan mereka—ini ada kaitannya dengan minat dan hobi mereka. Menari adalah kelebihan sekaligus minat dan hobi mereka—ini adalah kondisi bawaan mereka. Ada orang-orang yang memiliki kondisi bawaan ini, dan setelah mereka mulai percaya kepada Tuhan, mereka juga senang menonton video-video tari. Jadi, mereka mengambil tugas menari di rumah Tuhan, berharap bahwa apa yang telah mereka pelajari dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas mereka serta dapat berguna di rumah Tuhan, dan berharap mereka dapat mempersiapkan perbuatan baik mereka sendiri untuk diingat oleh Tuhan. Mereka memiliki dasar yang kuat dalam tari, dan mereka juga mempelajari berbagai jenis tarian dengan cepat. Sambil membuat program tari berdasarkan tuntutan rumah Tuhan, mereka bersedia mengajarkan kepada orang lain segala sesuatu yang telah mereka pelajari tanpa menahan apa pun. Meskipun mereka telah mempelajari lebih banyak jenis tarian daripada orang lain dan lebih ahli dalam profesi tersebut, mereka tidak merasa lebih baik daripada orang lain. Mereka bergaul rukun dengan orang lain dan dengan sangat sabar mengajarkan apa yang telah mereka pelajari kepada saudara-saudari. Perwujudan apakah ini? (Ini adalah perwujudan dari kemanusiaan mereka.) Apakah kemanusiaan mereka baik atau buruk? (Kemanusiaan mereka baik.) Dalam hal apa itu baik? (Mereka mampu mengajarkan kepada orang lain segala sesuatu yang mereka ketahui tanpa menahan apa pun, sehingga orang lain juga memperoleh apa yang mereka miliki—ini adalah kemanusiaan yang baik.) Mereka mampu mengajarkan kepada orang lain segala sesuatu yang telah mereka pelajari tanpa menahan apa pun. Kelebihan apa lagi yang mereka miliki? Mereka tidak terlalu pamer. Kemanusiaan jenis orang ini baik. Karena mereka memiliki kelebihan dalam tari, mereka mengambil tugas yang berhubungan dengan tari di rumah Tuhan. Namun tak lama kemudian, karena kebutuhan pekerjaan, rumah Tuhan mengatur agar mereka melakukan pekerjaan yang sesuai lainnya. Mereka berpikir, "Apakah dua puluh tahun yang telah kuhabiskan untuk belajar menari telah terbuang sia-sia? Sekarang aku diminta untuk melakukan pekerjaan yang tidak berkaitan dengan tari, aku merasa sangat tidak puas! Mengapa tidak membiarkanku menggunakan kelebihanku, keahlianku, malah menjadikanku pemimpin tim atau pengawas? Ini bukanlah kelebihanku, dan aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah kuduga." Meskipun di luarnya mereka berkata, "Semua ini adalah bagian dari pengaturan Tuhan, dan aku bersedia untuk tunduk," sebenarnya, apa pun yang para pemimpin katakan, mereka tidak mau menerimanya dan tidak mau mendengarnya. Mereka berpikir, "Kalian adalah orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan teknis, tetapi kalian datang untuk memimpin kami. Yang kalian lakukan hanyalah membicarakan doktrin. Kalian tidak lebih baik daripadaku!" Perwujudan dari apakah hal ini? (Hati yang membangkang.) Masalah macam apa ini? Apakah ini adalah perwujudan dari watak yang rusak? (Ya.) Meskipun secara umum kemanusiaan mereka cukup baik—mereka bersedia bekerja sama dengan orang lain, bersikap baik, dan menjadi orang yang baik, tidak mengacaukan dan mengganggu atau menyebabkan kerusakan dan masalah—dan dalam hal keinginan subjektif mereka, mereka bersedia tunduk pada pengaturan rumah Tuhan dan melaksanakan tugas mereka dengan baik, tetapi dalam hal yang berkaitan dengan status mereka, atau hal-hal yang tidak sesuai dengan gagasan dan keinginan mereka sendiri, apakah mereka memiliki ketundukan? Apakah mereka memperlihatkan perwujudan mencari kebenaran? (Tidak.) Jadi, perwujudan apa yang mereka perlihatkan? (Mereka memperlihatkan perwujudan yang menentang, mengeluh dan tidak tunduk pada pengaturan rumah Tuhan.) Benar. Jadi, masalah apa yang menyebabkan perwujudan ini? (Watak yang rusak.) Meskipun di luarnya, kemanusiaan mereka terlihat baik dan mereka tidak secara terang-terangan menentang, menimbulkan kegaduhan, atau menghakimi para pemimpin, sikap mereka terhadap hal-hal ini adalah perwujudan dari watak rusak mereka. Watak rusak seperti apa yang mereka perlihatkan? (Watak yang congkak.) Benar, watak yang congkak. Mereka menganggap diri mereka ahli di bidang tertentu dan kemanusiaan mereka sangat baik, jadi mereka menggunakan ini sebagai modal untuk menolak tunduk pada pengaturan para pemimpin gereja. Mereka tidak mencari kebenaran dan hanya mau melaksanakan tugas apa pun yang mereka sukai. Sekalipun gereja memberi mereka tugas yang sesuai, mereka tidak dapat menerimanya, dan jika sesuatu tidak sesuai dengan gagasan dan imajinasi mereka, sekalipun itu adalah pengaturan rumah Tuhan, mereka tidak mau tunduk. Ini adalah perwujudan dari pemberontakan dan watak yang congkak. Perhatikan serangkaian perwujudan yang mereka perlihatkan ini: dari kelebihan kondisi bawaan mereka, hingga kemanusiaan mereka, dan akhirnya watak rusak mereka—perwujudan mereka mencakup ketiga aspek yang berbeda ini. Kelebihan kondisi bawaan mereka adalah sesuatu yang mereka miliki sejak lahir, dan tidak ada yang perlu dikritik dalam hal itu. Apa pun keahlian mereka, itu bukan berarti mereka tidak memiliki watak yang rusak, juga tidak dapat menunjukkan apakah karakter mereka baik atau buruk. Namun, perasaan unggul yang orang rasakan karena kondisi bawaan tertentu, atau penempatan dan penggolongan yang ditentukan oleh opini publik duniawi terhadap mereka, dapat menyimpangkan kemanusiaan mereka. Apa artinya menyimpangkan? Itu berarti, karena orang memiliki beberapa kondisi bawaan yang dipandang relatif baik oleh orang lain, dan menerima kekaguman dan penghargaan dari beberapa orang di tengah masyarakat, mereka mulai menggolongkan dan menilai diri mereka sendiri secara keliru. Mereka menganggap diri mereka sangat baik, lebih unggul daripada orang lain, dan mulai memandang rendah orang lain, selalu yakin bahwa mereka benar dan segala sesuatu tentang diri mereka adalah baik, dan mereka ingin orang lain mendengarkan dan mengikuti mereka. Dengan demikian, pandangan dan sudut pandang mereka tentang berbagai hal semuanya menjadi keliru. Dengan pandangan dan sudut pandang yang keliru ini orang akan mengikuti dunia dan umat manusia yang jahat. Apa arti mengikuti umat manusia yang jahat dan dunia yang jahat? Itu berarti engkau akan hidup berdasarkan pemikiran dan sudut pandang keliru yang berasal dari dunia yang jahat dan umat manusia yang jahat ini, dan itu berarti engkau akan menggunakan pemikiran, sudut pandang, dan perkataan yang keliru ini untuk membedakan dan menggolongkan segala sesuatunya. Misalnya, katakanlah parasmu cukup rupawan, dengan fitur wajah yang elok dan bentuk tubuh yang bagus—ini adalah kondisi bawaan yang diberikan oleh Tuhan. Tidak ada yang salah dengan ini; itu hanyalah faktanya. Namun, akibat penempatan yang keliru oleh masyarakat ini dan umat manusia yang jahat ini, fakta ini dapat membuatmu menjadi angkuh dan berpuas diri, dangkal, dan sombong. Dengan kata lain, karena memiliki kondisi bawaan yang unggul, dikombinasikan dengan pembelajaran dan pembiasaan, pencobaan, dan pembentukan berbagai pemikiran dan sudut pandang yang keliru dari masyarakat dan umat manusia ini, kemanusiaanmu menjadi menyimpang. Apa artinya "menyimpang"? Memiliki kondisi bawaan seperti ini sendiri adalah hal yang sepenuhnya normal—berparas rupawan bukanlah sesuatu yang luar biasa; itu bukan berarti engkau memahami kebenaran, juga bukan berarti engkau mulia. Itu hanya berarti engkau terlihat baik, berpenampilan menarik, dan orang-orang mungkin mau lebih banyak melirikmu; engkau tidak menyebalkan atau orang menganggapmu menyenangkan, dan itu saja. Namun, di lingkungan masyarakat di mana pemikiran tentang kecantikan, daya tarik, dan kemewahan yang berkelas dan mewah diidolakan, tren ini mendorongmu ke titik ekstrem, membuat kemanusiaanmu menjadi sombong, berpuas diri, dan dangkal. Memiliki paras yang rupawan merupakan kondisi bawaan. Tuhan memberikan kondisi bawaan ini kepadamu bukan untuk membuatmu menjadi sombong, berpuas diri, atau dangkal, melainkan, Dia ingin engkau memandangnya secara normal: "Terima kasih Tuhan karena telah memberiku kondisi bawaan ini, penampilan ini. Ini adalah kasih karunia dan anugerah Tuhan. Aku seharusnya bersyukur kepada Tuhan. Tidak ada apa pun yang dapat kusombongkan." Dengan kondisi bawaan seperti itu, yang seharusnya orang lakukan adalah memandang orang dan hal-hal serta berperilaku dan bertindak sesuai dengan ajaran Tuhan. Namun, setelah menerima berbagai pemikiran dan sudut pandang dari masyarakat dan Iblis, mereka mulai menganggap kecantikan dan daya tarik sebagai semacam modal. Mereka kemudian menggunakan modal ini untuk mendapatkan dukungan dari setiap orang di setiap kelompok, memanfaatkan kondisi dasar bawaan ini untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ada orang-orang yang bahkan menggunakan kondisi bawaan ini untuk melakukan hal-hal yang melanggar hukum, melanggar batasan moral, atau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kemanusiaan. Alasan mengapa kemanusiaan seseorang mengandung beberapa hal yang menyimpang dan ekstrem adalah karena pengaruh buruk dari beberapa ajaran sesat, kekeliruan, dan opini publik yang salah dari masyarakat dan umat manusia yang jahat. Karena manusia secara bawaan tidak memiliki kebenaran dan kemampuan untuk membedakan, mereka secara alami menerima opini publik, perkataan, dan teori yang berasal dari masyarakat dan umat manusia yang jahat. Mereka menganggap hal-hal yang negatif ini sebagai hal yang benar, dan di bawah bimbingan pemikiran dan sudut pandang yang keliru dan jahat ini, hati nurani dan nalar mereka bukannya menjadi baik atau murni, tetapi menjadi menyimpang dan rusak. Jika masyarakat ini tidak memuji atau menyanjung pria tampan dan wanita cantik, dan jika tidak ada pemikiran eksternal yang mencobai atau membentukmu—jika, ke mana pun engkau pergi, tidak ada yang memujimu karena keelokanmu, tidak memberimu perlakuan khusus, atau tidak menggoda atau menekanmu untuk melakukan berbagai hal—engkau akan menganggap berpenampilan rupawan adalah sepenuhnya normal dan tidak ada yang perlu disombongkan. Ini berarti engkau akan melakukan hal-hal yang seharusnya kaulakukan berdasarkan kondisi dasar bawaanmu, dan tidak akan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya kaulakukan hanya karena engkau memiliki kondisi bawaan yang unggul. Namun, karena pencobaan dan perusakan oleh lingkungan eksternal terhadapmu, engkau mulai meyakini bahwa memiliki paras rupawan secara alami adalah sesuatu yang luar biasa dan membuatmu lebih baik daripada orang lain. Karena tidak memiliki pengendalian diri, engkau menggunakan parasmu yang menarik untuk merayu orang lain, menerobos kekangan hati nurani dan nalar, serta melewati batas dalam caramu berperilaku. Di lingkungan berbeda, engkau bisa saja memperlihatkan berbagai watak rusak, memanfaatkan kondisi bawaanmu yang unggul, dan menggunakan berbagai taktik untuk memperoleh keuntungan yang kauinginkan. Inilah hubungan antara kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak. Terkadang, ada hubungan tertentu di antara ketiga aspek ini, dan tentu saja, terkadang ada hubungan yang tak terelakkan di antara dua aspek pertama atau dua aspek terakhir. Apakah engkau mengerti? (Kami sedikit lebih mengerti sekarang.) Apa yang setidaknya harus kaupahami? Setiap kondisi bawaan itu sendiri tidaklah salah; kondisi itu hanyalah kondisi dasar dari kemanusiaan seseorang. Mengenai kemanusiaan yang orang miliki, ada yang baik dan ada yang buruk, ada yang positif dan ada yang negatif. Jadi, bagaimana watak yang rusak muncul? Watak yang rusak muncul ketika, berdasarkan kondisi bawaan yang melekat pada dirinya, seseorang dikondisikan oleh berbagai pemikiran dan falsafah Iblis, serta pengondisian ini mengarah pada pembentukan berbagai sudut pandang yang keliru, yang kemudian menjadi semacam esensi kehidupan yang orang andalkan untuk bertahan hidup. Inilah yang dimaksud dengan watak yang rusak.
Kita baru saja bersekutu tentang berbagai perwujudan dari kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak. Kita telah menyebutkan sepuluh kondisi bawaan, dan kita juga baru saja bersekutu tentang berbagai perwujudan yang berkaitan dengan kemanusiaan. Sekarang, mari kita rangkum: Perwujudan kemanusiaan apa saja yang telah kita persekutukan? (Dalam hal kemanusiaan, ada perwujudan kemanusiaan yang baik dan kemanusiaan yang buruk. Tuhan baru saja memberikan beberapa contoh. Ada orang-orang yang secara alami memiliki kelebihan tertentu dalam area tertentu dan ahli dalam profesi teknis tertentu, dan mereka mampu mengajar orang lain tanpa menahan apa pun. Ada juga orang-orang yang tidak memanfaatkan orang lain. Ini adalah perwujudan kemanusiaan yang relatif baik. Tuhan juga memberikan contoh perwujudan kemanusiaan yang buruk. Misalnya, memiliki kemanusiaan yang hina dan tidak bermoral, serta terus-menerus suka mencari gosip di belakang orang lain; dan, dalam hal pendekatan ketika berinteraksi dengan lawan jenis, mereka bersikap seenaknya, tidak bermartabat, dan tidak berintegritas; serta bersikap egois, hina, dan suka memanfaatkan orang lain, serta terlalu perhitungan ketika berinteraksi dengan orang lain, tanpa sedikit pun hati nurani atau nalar—semua ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang buruk.) Di antara perwujudan dari kemanusiaan yang buruk, apa yang terburuk? Jenis orang seperti apa yang paling tidak engkau semua sukai? (Mereka yang tidak punya rasa malu dan sangat seenaknya dalam berinteraksi dengan lawan jenis.) Seenaknya, tidak bermoral, dan tidak punya rasa malu. Dalam bahasa yang lebih halus, orang-orang ini "bermuka tebal". Dalam bahasa sehari-hari, mereka "tidak tahu malu", atau lebih tepatnya, "benar-benar tak tahu malu". Tak seorang pun menyukai orang-orang semacam itu.
Ada orang-orang yang lahir di tempat di mana makan cabai rawit adalah hal yang biasa; mungkin karena iklimnya, atau karena keluarga mereka memiliki kebiasaan dan suka makan cabai rawit, mereka memakannya setiap hari, dan makanan sehari-hari mereka sering didominasi rasa pedas. Ini jelas merupakan kondisi bawaan. Kondisi bawaan manakah yang dimaksud? (Kebiasaan hidup.) Kebiasaan hidup mereka adalah mereka tidak bisa hidup tanpa rasa pedas dalam makanan mereka sehari-hari; semua yang mereka makan pasti memiliki rasa pedas. Sejauh mana preferensi ini? Mereka bahkan menambahkan bumbu pedas pada makanan manis, makan hamburger dan pizza dengan rasa pedas, bahkan menaruh cabai rawit dalam teh dan kopi—sejauh inilah konsumsi makanan pedas mereka. Ini adalah kebiasaan hidup. Apakah ada yang benar atau salah dalam hal ini? (Tidak.) Preferensi terhadap makanan pedas disebabkan oleh lingkungan tempat tinggal dan kebiasaan hidup; tidak ada yang benar atau salah dalam hal ini. Ada orang-orang makan makanan pedas secara berlebihan; jika tidak ada makanan pedas, mereka tidak mau makan. Entah engkau dapat menerimanya atau tidak, mereka bersikeras makan makanan pedas, dan tak ada seorang pun yang dapat mengubahnya. Singkatnya, kegemaran makan cabai rawit adalah kebiasaan hidup, tidak ada masalah dengan itu, dan itu tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Ada orang-orang yang berkata, "Kebiasaan hidup ini sangat ekstrem; haruskah itu dianggap sebagai hal yang negatif? Haruskah itu dikritik atau diatur? Haruskah kami menganjurkan beberapa pengetahuan kesehatan, dan menyebarkan gagasan bahwa prinsip-prinsip makan dan kebiasaan hidup harus mengutamakan kesehatan?" Dapatkah engkau yakin bahwa makan cabai rawit dan makanan pedas tidak sehat? Mereka telah makan dengan cara seperti ini selama bertahun-tahun, selama beberapa generasi, dan mereka cukup sehat. Khususnya, orang di tempat-tempat tertentu makan cabai rawit hingga mencapai taraf di mana sulit bagi orang lain untuk menerimanya. Ketika melihat betapa pedasnya makanan orang-orang ini, mereka merasa tidak nyaman, tetapi orang-orang ini kuat, sehat, dan bertubuh cukup tegap, memiliki stamina dan daya tahan untuk melakukan pekerjaan fisik. Ini membuktikan bahwa makan cabai rawit tidak membahayakan dan tidak memengaruhi kesehatan; dan tampaknya pola makan mereka yang suka pedas juga sejalan dengan prinsip-prinsip kesehatan. Kegemaran makan cabai rawit merupakan kebiasaan hidup yang sudah ada sejak lahir. Entah orang lain suka atau tidak atau dapat menerimanya atau tidak, selama seseorang menikmatinya dan tidak mengganggu kehidupan atau pola makan orang lain, kebiasaan tersebut boleh dipertahankan. Tidak ada yang benar atau salah dalam hal ini; hal ini bukanlah masalah besar, dan rumah Tuhan sama sekali tidak menghakimi hal ini. Ada orang-orang yang berkata, "Makan cabai rawit tidak baik untuk perut." Jika engkau khawatir cabai rawit tidak baik untuk perut, engkau bisa memilih untuk tidak memakannya. Jika orang lain sudah makan makanan pedas dalam waktu lama dan perutnya menjadi tidak nyaman, mereka sendiri yang akan merasakannya dan membuat pilihan mereka sendiri. Jadi, setiap orang memiliki seleranya masing-masing—entah mereka suka rasa manis, asam, pahit, atau pedas, itu urusan pribadi. Seperti apa pun caramu makan atau sampai sejauh mana, tidak perlu merasa bersalah. Selama kondisi dan lingkungannya memungkinkan, engkau bisa mengesampingkan semua kekhawatiran dan makan tanpa rasa bersalah. Bagi-Ku, tidak ada aturan apa pun yang berkaitan hal ini. Jika ada yang ingin menyampaikan pendapatnya tentang hal ini, engkau boleh menjawabnya dengan berkata, "Ini kebebasanku, ini hakku, dan kau tidak perlu ikut campur. Sekalipun aku makan makanan yang hanya mengandung cabai rawit, itu bukan urusanmu. Apakah itu membahayakan perutku atau tidak, itu tanggung jawabku sendiri, bukan tanggung jawabmu." Apakah boleh berbicara seperti ini? (Ya.) Itu adalah urusanmu sendiri; itu bukan urusan orang lain, dan itu juga bukan urusan-Ku. Mengapa Kukatakan demikian? Karena masalah ini tidak ada kaitannya dengan kebenaran, tidak ada kaitannya dengan watak yang rusak, dan itu bukanlah salah satu masalah yang ingin Tuhan bereskan untuk menyelamatkan manusia. Oleh karena itu, dalam hal yang berkaitan dengan masalah kebiasaan hidup, kita dapat mengabaikannya. Ini bukan sesuatu yang positif, dan ini juga bukan sesuatu yang negatif—ini hanyalah preferensi yang dimiliki orang-orang tertentu.
Ada orang-orang yang menjadi tuan rumah yang suka makan cabai rawit, dan mereka ingin makan makanan pedas di ketiga waktu makan dalam sehari. Jadi, ketika memasak, mereka menyiapkan hidangan pedas untuk setiap waktu makan. Orang-orang tertentu yang belum pernah makan cabai rawit merasa kesulitan memakannya dan menyarankan untuk dihidangkan makanan yang tidak pedas. Namun, orang yang memasak itu tidak mau menerimanya dan berkata, "Tidak bisa seperti itu. Aku sudah terbiasa makan makanan pedas; jika aku tidak membuatnya pedas, rasanya tidak enak bagiku. Kau harus berlatih makan makanan pedas; setelah memakannya selama beberapa waktu, kau akan terbiasa dan tidak akan takut dengan rasa pedasnya." Apa masalahnya di sini? (Ada masalah dengan kemanusiaan mereka.) Ada masalah apa dengan kemanusiaan mereka? (Mereka memaksakan sesuatu kepada orang lain.) Memaksakan sesuatu kepada orang lain tidaklah baik. Bukankah ini berarti memaksa orang lain untuk melakukan apa yang tidak ingin mereka lakukan? Orang-orang semacam itu berusaha menjadikan diri mereka pusat dari semua yang mereka lakukan, meyakini bahwa apa yang mereka sukai adalah yang terbaik dan orang lain harus menerimanya. Jika mereka menyukai sesuatu, mereka berusaha untuk membuat orang lain menyukai juga hal itu; semua orang harus memuaskan mereka. Bukankah ini egois dan hina? Mereka bukan hanya memaksakan sesuatu kepada orang lain, melainkan juga ada sedikit kekejaman di dalamnya. Apakah kemanusiaan jenis orang ini baik? (Tidak.) Orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk tidak akan bisa memberi manfaat kepada orang lain, mereka hanya bisa menyakiti, dan dalam kasus yang parah, mereka bahkan bisa mendatangkan kerugian. Orang-orang semacam itu terlalu egois, hina, dan sangat tidak bernalar. Jika seseorang itu bernalar, dia mungkin akan berkata, "Aku suka makan makanan pedas, tetapi ada orang-orang yang tidak suka. Jadi, saat memasak, aku tidak boleh hanya memikirkan diriku sendiri. Aku perlu membuat hidangan pedas dan tidak pedas, sehingga aku dan semua orang lainnya dipuaskan. Prinsip yang kuikuti ketika melaksanakan tugasku adalah memuaskan semua orang, memastikan semua orang makan dengan baik, dan tidak hanya berfokus pada diriku sendiri. Aku harus melaksanakan tugas ini dengan baik berdasarkan prinsip." Bagaimana menurutmu orang yang seperti ini? (Kemanusiaan mereka relatif baik.) Dalam hal apa kemanusiaan mereka baik? (Mereka tahu bahwa mereka harus memedulikan dan menjaga orang lain, bahwa mereka tidak boleh hanya memuaskan diri mereka sendiri.) Mereka relatif baik, bukan? Kemanusiaan yang baik mencakup kebaikan—memedulikan orang lain dan menjaga mereka. Apakah ini ada kaitannya dengan kemanusiaan yang orang miliki? (Ya.) Terlepas dari usia, jenis kelamin, atau temperamen mereka, jika orang memiliki kemanusiaan yang baik, orang-orang di sekitar mereka dan yang berinteraksi dengan mereka akan mendapatkan manfaat. Secara lebih spesifik, beberapa orang akan menerima dukungan dan bantuan dari mereka, sementara yang lainnya akan dipedulikan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah salah satu perwujudan kemanusiaan yang baik.
Ada juga orang-orang yang sangat menyukai makanan pedas, sampai-sampai ketika pergi melaksanakan tugas, mereka secara khusus mencari tempat-tempat yang menyajikan makanan pedas saat tiba waktunya makan. Jika makan tanpa makanan yang pedas, hati mereka terasa tidak nyaman: "Melaksanakan tugasku benar-benar terasa tidak menarik jika tidak bisa makan makanan pedas di sini. Aku ingin pulang, di mana aku dapat menikmati makanan pedas di setiap waktu makan—itu baru nikmat! Tanpa cabai rawit, tidak ada yang terasa enak; bahkan daging babi rebus pun kehilangan rasanya. Apa yang harus kulakukan?" Jadi, mereka terus mencari tempat-tempat di mana mereka dapat makan cabai rawit. Belakangan, mereka mengetahui tentang restoran yang khusus menjual makanan pedas, tetapi jaraknya lebih dari satu jam perjalanan. Mereka berkata, "Sekalipun sangat jauh, aku harus pergi ke sana! Jika aku tidak makan sesuatu yang pedas hari ini, aku tidak mau melaksanakan tugasku. Jika aku tidak mendapatkan makanan pedas, aku tidak akan merasa tenang, dan aku sama sekali tidak bisa melewati hari ini!" Seseorang memberi tahu mereka, "Sekarang ini, lingkungan di luar berbahaya, dan daerah ini cukup kacau! Jangan pergi ke sana untuk makan." Namun, mereka tidak mendengarkan, dan berkata, "Apa yang perlu ditakutkan? Makan itu penting! Bukankah kau biasanya juga pergi ke luar? Jangan takut, tidak akan terjadi apa-apa—Tuhan akan melindungi kita!" Setelah makan, mereka merasa senang. Asalkan mereka bisa makan cabai rawit dan makanan lezat yang mereka idamkan, semuanya terasa pas, dan mereka begitu bahagia hingga tidak bisa berhenti tersenyum, bahkan dalam tidur mereka. Kemanusiaan macam apa ini? (Kemanusiaan yang egois dan hina.) Selain bersikap egois dan hina, ada ciri lainnya, yaitu ketika ingin melakukan sesuatu, mereka tidak mempertimbangkan lingkungan atau kondisi objektif. Asalkan mereka dapat memuaskan keinginan dan preferensi mereka sendiri, itulah yang terpenting. Mereka bersedia membayar harga berapa pun hanya untuk segigit makanan yang ingin mereka makan—sekalipun itu berarti harus bersusah payah untuk mendapatkannya, mereka akan melakukan apa pun untuk mencapai tujuan mereka. Apakah ini sekadar bersikap egois dan hina? Bukankah ini juga bersikap semaunya? (Ya.) Ini adalah sikap semaunya yang ekstrem! Siapa pun yang bersama mereka harus membayar harga untuk sikap mereka yang semaunya dan menanggung kepedihan karenanya. Apa pun yang mereka katakan harus dituruti, dan apa pun yang ingin mereka lakukan, itulah yang harus terjadi. Hari ini, suasana hati mereka sedang buruk, jadi mereka tidak ingin makan. Ketika ditanya mengapa mereka tidak makan, mereka berkata, "Aku sedang marah hari ini, suasana hatiku sedang buruk, jadi aku tidak merasa ingin makan." Malam harinya, saat tiba waktunya untuk beristirahat, mereka juga tidak tidur, berkata bahwa mereka tidak bisa tidur dan ingin bernyanyi untuk mengungkapkan emosi mereka. Seseorang mencoba membujuk mereka, dengan berkata, "Kau akan mengganggu tidur orang lain jika kau bernyanyi." Mereka menjawab, "Suasana hatiku sedang buruk sekarang. Aku ingin bernyanyi. Apakah kalian bisa tidur atau tidak, itu bukan urusanku. Suasana hatiku sedang buruk, tetapi tak ada seorang yang menghiburku atau peduli kepadaku—kalian semua sangat egois!" Bukankah ini bersikap semaunya? Mereka sangat semaunya; mereka tidak berperilaku baik, dan melakukan apa pun sekehendak hati mereka. Ketika sedang merasa senang, apa pun yang orang lain katakan, tidak ada yang mengganggu mereka, dan mereka bahkan berkata, "Aku adalah orang yang berbesar hati. Aku tidak suka meributkan segala sesuatu." Namun, ketika mereka sedang tidak merasa senang, semua orang harus sangat berhati-hati dengan perkataan mereka, berusaha untuk tidak membuat mereka marah, karena hal itu dapat menyebabkan masalah besar. Mereka bisa saja mengamuk, menghancurkan barang-barang, dan bahkan tidak mau makan. Dalam kasus yang lebih parah, mereka mungkin ingin meninggalkan tugas mereka, tidak mau terus bekerja dan ingin pulang ke rumah, sembari berkata, "Tak seorang pun dari kalian yang memperlakukanku dengan baik; kalian semua menindasku. Tidak ada orang yang baik di dunia ini!" Bukankah ini berarti bersikap semaunya? (Ya.) Apakah sikap semaunya merupakan masalah dalam kemanusiaan seseorang? (Ya.) Mereka sangat semaunya—semua orang harus melayani mereka, dan jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginan mereka, mereka segera berubah menjadi penuh kebencian, dan amarah mereka pun meledak. Tak seorang pun dapat menentang mereka, dan semua orang harus membujuk mereka. Meskipun mereka tidak muda lagi, kemanusiaan mereka tetap tidak dewasa, seperti anak kecil. Di mana pun mereka melaksanakan tugas, mereka tidak pernah mengikuti aturan umum. Ketika mereka sedang merasa senang dan ingin berbicara, semua orang harus mendengarkan, dan jika seseorang tidak mendengarkan, mereka menyimpan dendam terhadap orang tersebut. Ketika engkau berbicara kepada mereka, engkau harus tersenyum; jika engkau tidak menunjukkan ekspresi apa pun dan tampak tidak mau mendengarkan, mereka menjadi marah dan kehilangan kesabaran. Di gereja, mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan, kapan pun mereka mau, tanpa memedulikan dampaknya terhadap rutinitas kehidupan normal orang lain. Asalkan mereka merasa nyaman dan berada dalam suasana hati yang baik, itulah yang penting bagi mereka, dan orang lain tidak diizinkan untuk mengajukan keberatan apa pun. Jika ada yang mengajukan keberatan untuk memperlihatkan rasa jijik atau tidak senang, hal itu akan memancing kemarahan mereka, dan mereka tidak akan membiarkannya begitu saja. Sebagian dari orang-orang semacam ini masih muda, memiliki kemanusiaan yang belum dewasa, tetapi yang lainnya sudah berusia empat puluhan, lima puluhan, atau bahkan tujuh puluhan atau delapan puluhan, dan mereka masih memiliki kemanusiaan seperti ini di usia senja, sangat semaunya. Entah lingkungan atau kondisinya memungkinkan atau tidak, mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan. Misalnya, mereka tiba di tempat yang kondisinya tidak memungkinkan untuk mandi, tetapi mereka bersikeras untuk mandi, dengan berkata, "Di rumah, aku mandi setiap hari; aku tidak bisa pergi tanpa mandi." Namun, tempat ini tidak memiliki kondisi yang semestinya; bahkan mandi seminggu sekali pun sulit. Jadi, apa yang akan kaulakukan? Orang yang memiliki kemanusiaan yang normal tahu bagaimana cara menghadapi dan menangani situasi seperti ini. Jika cuacanya lembap dan pengap, dia cukup mengambil sebaskom air dan mengelap tubuhnya di malam hari agar bisa tidur—ini adalah kesukaran yang bisa ditanggung. Ini tidak mustahil untuk diatasi. Namun, jenis orang ini tidak bisa mengatasinya; jika mereka tidak mandi, mereka tidak bisa tidur, tidak bisa makan, dan bahkan merasa tidak bisa bertahan hidup, seolah-olah mereka sedang menanggung penghinaan yang sangat besar. Separah apakah sikap mereka yang semaunya itu? Mereka sangat semaunya, sampai-sampai tidak dapat melaksanakan tugas mereka secara normal, tidak dapat berinteraksi atau bergaul dengan orang lain secara normal, dan bahkan tidak dapat hidup seperti orang normal. Bagi orang lain, jenis orang ini tampak seperti memiliki gangguan mental. Jika mereka memiliki hubungan yang baik dengan seseorang, mereka tidak dapat dipisahkan, seolah-olah mereka adalah satu orang. Namun, jika mereka memiliki hubungan yang buruk dengan seseorang atau jika seseorang pernah menyinggung perasaan mereka, mereka dapat menjalani seluruh hidup mereka tanpa berbicara kepada orang tersebut. Ketika mereka bertemu dengannya, mereka memalingkan mata mereka, dan wajah mereka langsung menjadi suram, seolah-olah mereka sedang menghadapi seorang musuh—sangat ekstrem. Apakah kemanusiaan orang-orang semacam ini normal? (Tidak.) Orang-orang semacam ini sangat semaunya, dan kemanusiaan mereka tidak normal. Apa yang dimaksud dengan "tidak normal"? Itu berarti mereka tidak memiliki kemanusiaan yang normal. Dapatkah orang-orang semacam itu berinteraksi dan bekerja sama secara normal dengan orang lain? Dapatkah mereka hidup secara normal di antara orang-orang lain? Dapatkah mereka melaksanakan tugas mereka dengan baik? (Tidak.) Selama mereka ingin mencapai tujuan mereka—entah itu makan, menikmati perlakuan yang baik, atau melakukan sesuatu yang ingin mereka lakukan—itu harus dipenuhi. Jika tidak, rasanya seolah-olah langit sedang runtuh, seolah-olah dunia mereka akan berakhir. Mereka menjadi gelisah dan mulai menggerutu, mengeluh tentang orang lain, mengeluh tentang lingkungan, dan bahkan mengeluh tentang Tuhan, dengan berkata, "Lingkungan macam apa yang telah Tuhan atur untukku ini sehingga membuatku sangat menderita? Mengapa orang lain tidak menghadapi lingkungan seperti ini dan menderita seperti ini? Mengapa aku yang menderita? Tuhan tidak adil!" Engkau dapat melihat bahwa natur Iblis mereka sudah muncul, bukan? Apakah kemanusiaan semacam ini memenuhi standar? (Tidak.) Orang-orang semacam ini perlu ditangani. Bagaimana seharusnya orang-orang semacam ini ditangani? (Kirim mereka ke gereja biasa.) Jika mereka sudah mencapai titik di mana mereka tidak lagi mampu melaksanakan tugas mereka, hanya menyebabkan kekacauan dan gangguan saat melaksanakan tugas, membuat setiap orang yang melihatnya merasa jijik dan jengkel, serta orang-orang lain tidak dapat bergaul dengannya, maka mereka harus segera diusir—orang-orang semacam ini seperti kotoran anjing yang bau. Bersikap semuanya mencakup bersikap egois, hina, dan juga bersikap kasar yang tak masuk akal. Terkadang, itu juga mencakup bersikap terlalu perhitungan, kasar, dan bahkan bengis dan kejam. Ketika jenis orang ini melaksanakan tugas mereka selama kurun waktu tertentu, semua orang akan sangat dirugikan, dan siapa pun yang bertemu dengan mereka akan ketakutan. Jika engkau berusaha untuk menghindari dan tidak memancing kemarahan mereka, mereka tetap akan marah dan berkata kepadamu: "Kau sedang bersembunyi dari apa, dari pencuri? Memangnya aku membuatmu tersinggung sehingga membuatmu menghindariku?" Namun, jika engkau mendekati mereka dan mencoba mengatakan sesuatu, mereka tetap saja tidak akan terlibat dalam percakapan normal denganmu. Mereka tidak memiliki kemanusiaan yang normal, dan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka bukan hanya mengalami kerugian secara verbal, melainkan juga mengalami kerugian pada integritas mereka, kerugian emosional, dan bahkan beberapa kerugian fisik. Orang-orang semacam itu benar-benar menjijikkan! Pantaskah untuk menggolongkan mereka sebagai orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk? (Ya.) Jenis orang ini memiliki kemanusiaan yang buruk dan semaunya. Orang yang semaunya bukan saja tidak membangun orang lain, melainkan juga membuat orang merasa terganggu dan jijik, dan mereka tidak dapat bergaul dengan siapa pun. Katakan kepada-Ku, dapatkah orang yang semaunya menerima kebenaran? (Tidak.) Jadi, watak macam apa yang mereka miliki dalam diri mereka? (Watak keras kepala.) Watak keras kepala mereka jelas, tetapi ada watak lain juga—apa itu? (Watak yang muak akan kebenaran.) Benar. Memiliki watak rusak yang keras kepala dan watak yang muak akan kebenaran—inilah dua ciri dari orang yang semaunya. Jenis orang semacam ini tidak hanya semaunya, tetapi juga egois dan bersikap kasar yang tak masuk akal. Kekasaran mereka yang tidak masuk akal mengandung unsur mengganggu orang lain secara tak masuk akal dan sewenang-wenang. Ketika engkau berinteraksi dengan mereka, berbicara dengan baik tidak akan berhasil—mereka akan menganggapmu memiliki motif tersembunyi. Jika engkau berbicara dengan tegas, mereka akan menganggapmu sedang menindas mereka, tetapi setelah sikap mereka yang semaunya menyebabkan kerugian bagi orang lain, mereka akan tetap berkata, "Aku tidak bermaksud menyakitimu. Jika kau merasa sakit hati, aku minta maaf." Meskipun perkataan ini terdengar baik, ketika orang yang disakiti itu tidak memaafkan mereka dan bahkan mengkritik mereka, orang yang semaunya itu menjadi marah dan berkata, "Kau sama sekali tidak bisa melupakannya—bukankah kau hanya memanfaatkan permintaan maafku? Apa menurutmu aku mudah ditindas karena aku meminta maaf? Lalu sekarang kau menunjukkan kekuranganku! Apa aku punya kekurangan? Apa kau memenuhi syarat untuk menunjukkan kekuranganku?" Bukankah ini berarti tidak menerima kebenaran? (Ya.) Ini ada kaitannya dengan watak rusak mereka. Ciri dalam kemanusiaan mereka ini dengan sendirinya juga memperlihatkan ciri watak rusak tertentu—keduanya berkaitan. Ciri dari watak rusak dalam diri orang-orang jenis ini meliputi watak keras kepala, watak yang muak akan kebenaran, dan sedikit watak yang kejam. Aspek-aspek ini adalah ciri dari watak rusak mereka.
Kondisi bawaan mencakup satu aspek lagi, yaitu naluri manusia. Misalnya, setelah percaya kepada Tuhan, seseorang melihat penindasan, penangkapan, dan perlakuan kejam yang gila-gilaan yang dilakukan pemerintah PKT terhadap umat pilihan Tuhan, dan orang itu menjadi takut, gelisah, gentar, dan ngeri. Terkadang, kakinya bahkan menjadi lemah, dan terus-menerus ingin pergi ke kamar mandi. Perwujudan apakah ini? (Naluri.) Ini adalah reaksi naluriah. Dalam kemanusiaan yang normal, ketika menghadapi peristiwa menakutkan tertentu, situasi yang berkaitan dengan nyawa orang itu sendiri, atau hal-hal yang mungkin akan membahayakan diri mereka sendiri, entah itu setelah mendengar informasi atau ketika dihadapkan dengan kenyataan, mereka akan memiliki beberapa reaksi naluriah, merasa gentar dan takut. Pada saat yang sama, tubuh mereka dengan sendirinya akan memperlihatkan beberapa reaksi normal, seperti menjadi bingung, mengalami kram otot, ketulian atau kebutaan sementara, mulut yang terasa kering, kaki yang menjadi lemah, keringat bercucuran, kehilangan kendali atas kandung kemih atau usus. Apakah reaksi-reaksi ini mungkin terjadi? (Ya.) Reaksi-reaksi ini, entah dikendalikan oleh sistem saraf atau disebabkan oleh beberapa alasan lain, bagaimanapun juga, adalah respons yang dihasilkan dalam tubuh oleh faktor eksternal, dan reaksi-reaksi ini secara kolektif disebut sebagai naluri. Kemampuan tubuh untuk bertahan ada batasnya; begitu melampaui batas keberanian seseorang, tubuh akan memperlihatkan beberapa reaksi naluriah. Reaksi-reaksi ini mungkin dipandang oleh orang lain sebagai kelemahan, atau mungkin tampak menggelikan, menyedihkan, atau patut mendapat simpati, tetapi tidak dapat disangkal bahwa semua itu merupakan beberapa perwujudan dari naluri bawaan seseorang. Ketika menghadapi bahaya, ada juga orang-orang yang akan memegang kepala mereka dan menangis, bercucuran air mata, atau bahkan berteriak dengan suara keras; ada yang mungkin akan meringkuk di sudut gelap untuk bersembunyi—semua respons semacam ini adalah reaksi naluriah. Reaksi-reaksi naluriah ini, entah itu menangis, tertawa, atau menjadi sangat takut sehingga melakukan sesuatu yang memalukan—apakah ada yang benar atau salah dalam hal ini? (Tidak.) Jadi, mengenai mereka yang menjadi takut ketika mendengar tentang pemerintah yang menangkap orang-orang percaya, dapatkah kita menganggap orang-orang ini pengecut dan tidak memiliki kemanusiaan? (Tidak.) Apakah pernyataan, "Jika kau percaya kepada Tuhan, kau seharusnya beriman; kau tidak boleh takut!" adalah benar? (Tidak benar.) "Ini adalah kelemahan, ini adalah perwujudan kepengecutan dan ketidakmampuan. Ini menunjukkan kurangnya iman kepada Tuhan, dan ini menunjukkan bahwa mereka tidak tahu bagaimana mengandalkan Tuhan. Orang-orang semacam itu bukanlah pemenang!" Dapatkah kita berkata seperti ini? (Tidak.) Mengapa tidak? (Itu hanyalah reaksi fisiologis yang terjadi ketika seseorang menghadapi keadaan eksternal.) Itu adalah reaksi fisiologis yang normal, bukan perwujudan yang didorong oleh watak yang rusak. Ini berarti bahwa ketika orang memiliki perwujudan dan penyingkapan ini dalam keadaan seperti ini, itu bukan karena pengaruh watak yang rusak, juga bukan karena mereka dikuasai oleh beberapa pemikiran atau sudut pandang dalam kemanusiaan mereka. Reaksi-reaksi ini bukanlah sesuatu yang kaupikirkan sebelumnya; bukan berarti ketika dihadapkan dengan keadaan seperti itu, engkau tiba-tiba memiliki pemikiran liar, dan kemudian, saat engkau memikirkannya lebih lanjut, engkau menjadi panik, tubuhmu kejang-kejang, atau engkau bahkan kehilangan kendali atas kandung kemih atau ususmu. Bukan itu alasan di balik reaksi-reaksi ini. Melainkan, itu karena setelah mendengar tentang peristiwa-peristiwa ini atau berita ini, tanpa pemikiran yang disengaja, tanpa penyaringan atau pemrosesan mental apa pun, tubuhmu dengan sendirinya menghasilkan beberapa reaksi fisiologis yang bersifat naluriah. Jadi, reaksi alamiah semacam ini disebabkan oleh naluri bawaan tubuh. Tidak ada yang benar atau salah, tidak ada perbedaan antara kekuatan dan kelemahan, dan tentu saja tidak ada pembedaan antara positif dan negatif. Ada orang-orang yang berkata, "Dengan cara apa pun pemerintah melakukan penangkapan, aku tidak takut!" Menurut-Ku, perkataanmu itu memperlihatkan bahwa engkau adalah orang bodoh. Ketika si naga merah yang sangat besar menyiksamu, lihat saja apakah engkau akan takut atau tidak—pada saat itu, mustahil bagimu untuk tidak berteriak. Apa yang akan kaupikirkan ketika rasa sakit mencapai puncaknya? "Aku lebih baik mati. Jika aku mati, aku akan bebas, aku tidak akan kesakitan lagi." Semua ini adalah reaksi naluriah dari tubuh dan tak satu pun dari semua ini adalah masalah. Ada orang-orang yang berkata, "Aku tidak takut; jika seseorang memukulku, aku akan membalas, dan jika aku tidak bisa menang, aku akan lari saja." Namun, ketika engkau lari dan ada seseorang yang mengarahkan senjata ke arahmu, kakimu akan lemah, hatimu akan makin gentar, dan engkau tidak akan lagi berteriak "Aku tidak takut". Ketika nyawamu dipertaruhkan, engkau juga akan takut mati—ini adalah reaksi naluriahmu. Karena ini adalah reaksi naluriah, apa pun perwujudan yang orang perlihatkan atau apa pun perwujudan kelemahan manusia yang orang perlihatkan, itu tidak dianggap salah, juga tidak memalukan, dan Tuhan tidak mengutuknya. Tentu saja, engkau tidak boleh berusaha untuk menghalangi reaksi ini, dan orang yang tidak mengalaminya juga tidak boleh mengejek mereka, karena semua orang sama—semua orang terdiri dari daging dan darah. Reaksi naluriah dari daging dan darah adalah seperti ini; engkau seperti ini, mereka seperti ini, semua orang seperti ini. Ini seperti ketika seseorang bertemu seekor serigala; apa reaksi naluriah mereka yang pertama? "Lari! Lari secepat mungkin!" Sambil berlari, mereka menengok ke belakang untuk melihat apakah serigala itu telah berhasil mengejar mereka, khawatir: "Bagaimana jika dia berhasil mengejarku? Bagaimana jika dia menggigit leherku—apakah aku akan mati? Kalau saja aku punya pistol atau sebatang besi." Mereka hanya memikirkan hal-hal ini saat sedang berlari. Namun, apa pun yang kaupikirkan, reaksi naluriah pertamamu pastilah segera melarikan diri dari kejarannya, berlari secepat dan sejauh mungkin, agar tidak tertangkap dan dimakan. Semua ini adalah reaksi naluriah. Apa reaksi naluriahmu? Reaksi naluriahmu adalah menyelamatkan diri, melindungi hidupmu sendiri, dan memastikan hidupmu tidak berada dalam bahaya. Entah reaksi naluriah ini mungkin terlihat pengecut, tidak tertahankan, atau memalukan bagi orang-orang yang melihatnya, sebenarnya semua itu tidak memalukan, karena itu adalah perwujudan yang normal dari orang-orang yang terdiri dari daging dan darah; itu adalah perwujudan alami. Reaksi naluriah hanyalah perwujudan alami, dan tidak ada yang memalukan tentang hal itu. Misalnya, engkau akan tertawa ketika engkau mendengar sebuah lelucon. Sekalipun ada makanan atau air di mulutmu, engkau akan tetap tertawa, karena ini adalah reaksi naluriah. Reaksi naluriah adalah fungsi bawaan yang Tuhan berikan, yang dengan sendirinya akan terjadi dan menjalankan fungsinya ketika kondisinya tepat. Jadi, mengenai reaksi naluriah, itu adalah perwujudan alami. Semua itu mungkin saja merupakan perwujudan dari kelemahan atau cacat kemanusiaan, atau mungkin saja merupakan perwujudan alami yang tubuhmu perlihatkan. Apa pun itu, karena itu adalah reaksi naluriah, tidak ada yang benar atau salah. Jika engkau merasa malu, itu menunjukkan bahwa engkau tidak memiliki wawasan dan bahwa kemanusiaanmu sangat dangkal—engkau ingin membuat orang lain terkesan baik akan dirimu. Jika engkau berusaha untuk menghalangi reaksi naluriahmu, itu membuktikan bahwa engkau bodoh dan bahwa ada masalah dengan nalarmu. Di lingkungan dan situasi khusus yang sangat berbahaya, sekalipun engkau sangat takut hingga mengompol, engkau tidak boleh menganggapnya sebagai hal yang memalukan. Sebenarnya, ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang normal. Siapa pun akan memiliki perwujudan seperti ini dalam keadaan semacam itu—bahkan orang-orang terkenal atau tokoh hebat pun tidak terkecuali. Dalam keadaan yang sulit, tidak ada manusia super—engkau hanyalah orang biasa, tidak ada yang luar biasa, dan tidak ada yang perlu disombongkan. Sekalipun engkau sangat takut hingga mengompol, dan orang lain mengetahuinya, itu bukanlah hal yang memalukan, karena dengan demikian, orang-orang tidak akan menghormati atau memujamu, dan setidaknya, engkau akan aman. Ini seharusnya sudah jelas sekarang, bukan? Reaksi naluriah manusia itu sangatlah normal dan alami. Misalnya, ketika rambutmu kotor dan kulit kepalamu gatal, secara naluriah engkau menggaruknya. Sekalipun kukumu menjadi kotor setelahnya dan orang-orang menganggapmu tidak sopan atau tidak higienis, apa yang bisa kaulakukan? Ketika rambutmu kotor, pasti akan ada kotoran, karena engkau terdiri dari daging dan darah, diciptakan dari debu tanah, dan engkau seharusnya mengakui fakta ini. Keadaan ini hanya memberitahumu bahwa rambutmu itu kotor dan harus dikeramas. Ketika kulit kepalamu gatal, menggaruk adalah reaksi naluriah. Reaksi naluriah adalah respons alamiah dan normal, suatu perwujudan yang normal di bawah kondisi bawaan dan sistem saraf yang Tuhan ciptakan. Meskipun terkadang perwujudan itu mungkin membuat kita merasa malu, tidak sopan, atau tidak bermartabat, kita tidak boleh berusaha mengubah atau menghalanginya. Di satu sisi, melakukannya membantumu untuk memperlakukan naluri manusia dengan benar; di sisi lain, melakukannya juga mendidikmu dan bermanfaat bagimu tentang bagaimana engkau harus berperilaku. Setelah engkau memperoleh pemahaman dan kesadaran tertentu tentang aspek ini, ketika berinteraksi dan berurusan dengan orang lain, jika aspek-aspek tertentu dari naluri tubuh manusia diwujudkan dan diperlihatkan secara alami, engkau tidak perlu dengan sengaja menutupinya. Terkadang, jika situasi yang memalukan benar-benar terjadi, engkau tidak perlu menjelaskan, atau menyamarkannya atau berpura-pura, karena itu adalah perwujudan dari kemanusiaan yang normal, dan itu juga merupakan reaksi naluriah manusia—semua ini berada dalam batas-batas yang dapat diterima oleh orang normal. Misalnya, ketika orang makan kacang-kacangan, tubuh mereka akan secara alami menghasilkan sejumlah gas, dan secara naluriah mereka akan bersendawa atau kentut. Ini adalah hal yang sangat alami. Para anak muda sering kali merasa bahwa perwujudan seperti itu memalukan, tetapi sebenarnya tidak ada yang memalukan tentang hal itu. Ini hanyalah reaksi naluriah tubuh yang normal, dan itu tidak ada kaitannya dengan prinsip tentang cara orang berperilaku atau bertindak. Meskipun beberapa orang mungkin tidak mengerti atau merasa tidak puas karenanya, hal ini tentunya tidak mencapai taraf orang itu tidak punya batasan dalam caranya berperilaku, tidak punya sopan santun, tidak tahu aturan, keras kepala, egois, atau memiliki kemanusiaan yang buruk atau jahat—tidaklah perlu meningkatkannya ke taraf ini. Masalah ini tidak ada kaitannya dengan cara berperilaku, dan itu tentu saja tidak ada kaitannya dengan watak yang rusak. Tidak perlu membesar-besarkan hal ini. Hal-hal seperti ini harus diperlakukan dengan benar.
Karena dilahirkan di negara atau lingkungan yang kurang berkembang, atau di tengah keluarga dengan kondisi yang buruk, ada orang-orang yang tidak begitu memperhatikan berbagai hal dalam hidup mereka. Mereka mungkin tidak teliti dalam hal higiene makanan, mereka mungkin mengenakan pakaian yang sama untuk waktu yang lama tanpa mencucinya, dan bahkan mungkin tidak menyadari jika pakaian mereka berbau keringat. Perwujudan macam apa ini? (Ini adalah perwujudan kebiasaan hidup orang.) Ini adalah masalah kebiasaan hidup; yaitu tidak terlalu memperhatikan kebersihan. Ada orang-orang yang menggunakan handuk yang sama untuk mencuci muka dan kaki mereka, kemudian menggunakan handuk itu untuk menyeka keringat saat pergi bekerja di siang hari. Terkadang, jika mereka melihat seseorang terluka, mereka bahkan menggunakan handuk yang sama untuk menutupi luka tersebut. Mereka sama sekali tidak menaruh perhatian pada higiene. Masalah apakah ini? Hal ini memiliki hubungan tertentu dengan kondisi keluarga tempat mereka dilahirkan. Ada orang-orang yang berasal dari keluarga yang kondisi kehidupannya baik, di mana setiap orang memiliki beberapa handuk kecil dan handuk mandi, handuk yang digunakan untuk wajah dan untuk kaki pun dibedakan dengan jelas. Mereka mandi dan mencuci muka setiap hari, dan handuk kecil serta handuk mandi juga dicuci setiap hari, jadi tampaknya mereka sangat teliti. Bagaimana kebiasaan-kebiasaan seperti itu terbentuk? Itu terbentuk karena adanya landasan ekonomi dan kondisi keuangan tertentu dalam keluarga tersebut yang menyebabkan munculnya kebiasaan hidup yang baik seperti ini. Hal ini membuat seseorang tampak sangat memperhatikan higiene dan terhormat. Jika dilihat dari luarnya, mereka sangat cermat, tetapi sebenarnya, di balik semua ini terdapat kondisi bawaan yang menjadi penyebabnya. Jadi, mengapa ada orang-orang yang tidak memperhatikan hal-hal ini? Ada orang-orang yang pada dasarnya cenderung tidak terlalu memperhatikan hal-hal semacam itu, dan sekalipun mereka memiliki sarananya, mereka tidak menganggap hal-hal ini terlalu serius—ini bukanlah masalah yang penting. Bagi orang lain, ini karena kondisi dan lingkungan keluarga mereka. Dalam sebuah keluarga yang terdiri dari tujuh atau delapan orang, mereka semua mungkin menggunakan handuk yang sama untuk mencuci muka dan kaki, dan menggunakan handuk yang sama secara bergantian. Ada orang-orang yang bahkan tidur tanpa mencuci kaki mereka dan tetap bisa tidur nyenyak. Ini tidak memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari atau cara mereka berperilaku. Mereka yang sangat cermat mungkin berkata, "Namun ada kuman di kakimu—kakimu sangat kotor!" Yang lain mungkin menjawab, "Kaki itu tidak kotor; karena tertutup sepanjang hari dan tidak bersentuhan dengan dunia luar, jadi tidak ada kuman, hanya keringat di kaki. Orang-orang menganggap keringat di kaki itu kotor, tetapi sebenarnya tidak. Di beberapa tempat, kaki bahkan digunakan untuk menghasilkan makanan. Siapa yang tahu, makanan yang kaubeli di pasar mungkin terbuat dari adonan yang diaduk orang dengan kakinya. Kau tidak dapat melihatnya, dan kau tetap memakannya—tetapi kau masih menganggap dirimu sangat cermat!" Entah seseorang itu teliti atau tidak, semua ini adalah kebiasaan hidup atau cara hidup yang dibentuk oleh kondisi bawaan. Ini tidak ada kaitannya dengan cara mereka berperilaku. Jadi, perwujudan macam apa yang ada kaitannya dengan perilaku seseorang? Misalnya, ketika dihadapkan dengan situasi berbahaya, ketika sedang diburu oleh si naga merah yang sangat besar, semua orang merasa tegang dan takut, lalu mereka akan menunjukkan beberapa reaksi naluriah. Namun, ada orang-orang yang mungkin berkata, "Setegang dan setakut apa pun kita semua saat ini, kita harus tenang dan menangani masalah dalam situasi ini. Kita harus terlebih dahulu melindungi para pemimpin dan pekerja, lalu saudara-saudari dari daerah lain, agar mereka dapat segera pergi." Namun, yang lainnya mungkin berpikir dengan cara berbeda: "Melindungi mereka? Bagaimana denganku? Bagaimana jika akhirnya aku tidak dapat melarikan diri? Aku harus lari terlebih dahulu! Siapa pun yang lari terlebih dahulu tidak akan tertangkap, dan tidak akan dihukum atau disiksa." Engkau dapat melihat bahwa ketika menghadapi bahaya, meskipun semua orang memiliki reaksi naluriah yang sama, yaitu takut, ada orang-orang yang mengutamakan mengutamakan untuk melindungi orang lain dan mengesampingkan keselamatan nyawa mereka sendiri—orang-orang semacam itu menunjukkan kasih dan kebaikan. Namun, yang lainnya memikirkan diri mereka terlebih dahulu, melarikan diri tanpa memikirkan orang lain—ini adalah keegoisan. Sebenarnya, dalam hal hati nurani dari kemanusiaan yang mereka miliki, apakah orang-orang ini tahu bahwa mereka seharusnya terlebih dahulu melindungi para pemimpin dan pekerja serta saudara-saudari dari daerah lain? Dalam hal prinsip, apakah mereka memahami hal ini? (Ya.) Ketika semua orang sama-sama memahami prinsip ini dan memiliki reaksi naluriah, orang-orang berbeda dalam hal perwujudan mereka. Ini mencerminkan perbedaan dalam kemanusiaan di antara orang-orang. Ada orang yang egois dan hina, yang hanya memedulikan diri mereka sendiri dan mengabaikan orang lain, sedangkan yang lainnya baik hati, mampu untuk tidak mementingkan diri sendiri dan memikirkan orang lain, mengutamakan perlindungan orang lain dan tidak bertindak egois. Apakah ini mencerminkan jenis kemanusiaan yang berbeda? (Ya.) Ini membuat perbedaan yang jelas. Jadi, dari jenis-jenis orang ini, dengan dua jenis kemanusiaan yang berbeda, jenis orang manakah yang mampu menerima kebenaran dan membuang watak rusaknya? (Jenis orang yang memiliki kemanusiaan yang baik mampu menerima kebenaran dan membuang watak rusaknya dengan mudah.) Bagaimana dengan orang-orang yang egois? (Tidak mudah bagi mereka untuk menerapkan kebenaran; sekalipun mereka memahaminya, mereka tidak mampu menerapkannya, jadi sulit bagi mereka untuk membuang watak rusaknya.) Tepat sekali. Jadi, meskipun semua orang bisa saja memperlihatkan watak yang rusak, jika kemanusiaan orang berbeda-beda, mereka juga akan berbeda dalam hal mampu atau tidaknya mereka untuk membuang watak rusaknya. Ketika orang memiliki jenis kemanusiaan yang berbeda, mereka menanggapi situasi yang sama dengan sikap dan pendekatan yang berbeda. Ini menentukan apakah orang pada akhirnya mampu menerima kebenaran dan hal-hal positif, apakah mereka dapat menempuh jalan mengejar kebenaran, dan apakah mereka mampu membuang watak rusak mereka atau tidak. Kemanusiaan yang orang miliki sangat penting, bukan? Ketika menghadapi bahaya, semua orang akan memiliki beberapa reaksi naluriah—mereka semua merasa takut, panik, dan ngeri, mereka tidak yakin, takut mati, dan ingin melarikan diri. Dalam situasi kritis semacam itu, orang yang memiliki kemanusiaan yang baik akan terlebih dahulu berpikir untuk melindungi para pemimpin dan pekerja, serta saudara-saudari dari daerah lain—yang pertama-tama mereka pikirkan adalah keselamatan orang lain. Meskipun mereka juga memiliki reaksi naluriah—takut, panik, ngeri—dan secara alami juga memiliki naluri untuk melindungi diri sendiri, cara mereka menangani situasi bukanlah dengan melindungi diri sendiri terlebih dahulu, tetapi melindungi orang lain. Beginilah cara berperilaku orang yang memiliki kemanusiaan yang baik. Lalu bagaimana dengan cara berperilaku orang yang egois? Mereka mungkin memikirkan orang lain, tetapi tidak melindungi orang-orang itu—mereka melindungi diri sendiri terlebih dahulu. Oleh karena itu, orang yang memiliki kemanusiaan yang baik, yang dapat berempati dan melindungi orang lain, sangatlah mungkin untuk menerima kebenaran. Hati nurani dan nalar kemanusiaan mereka selaras dengan kondisi yang dibutuhkan untuk menerima kebenaran dan membuang watak rusaknya. Sedangkan untuk jenis orang yang egois, sekalipun mereka memahami kebenaran, mereka tidak menerima ataupun menerapkannya. Ketika menghadapi bahaya, kemanusiaannya mewujudkan perlindungan terhadap diri sendiri dan keegoisan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa dinilai dari kemanusiaan yang mereka wujudkan, mereka tidak memiliki kondisi dasar yang diperlukan untuk menerima kebenaran dan membuang watak rusaknya. Ini berarti bahwa dalam situasi di mana mereka dituntut untuk menerapkan kebenaran, hati nurani dan nalar mereka tidak berfungsi. Mereka bertindak bertentangan dengan hati nurani dan nalarnya. Mereka tidak memilih untuk mencari kebenaran dan tidak melakukan hal-hal yang seharusnya mereka lakukan, tetapi justru memilih untuk bertindak bertentangan dengan hati nurani dan nalar mereka, bahkan bertentangan dengan keadilan moral dan dengan kebenaran, sepenuhnya memuaskan keinginan egois mereka serta kebutuhan dari kepentingan mereka untuk melindungi diri sendiri dan melindungi semua kepentingan mereka. Oleh karena itu, tidak akan mudah bagi jenis orang ini untuk menempuh jalan mengejar kebenaran atau jalan keselamatan. Hal ini berarti watak rusak mereka sangat sulit untuk dibuang. Bahasa agak halusnya, alih-alih mengatakan bahwa mereka tidak mampu membuang watak rusaknya, kita akan mengatakan bahwa sangat sulit bagi mereka untuk membuangnya. Jadi, jika kita melihat masalah ini sekarang, apakah orang mampu membuang watak rusak mereka atau tidak, dan apakah mereka dapat diselamatkan atau tidak, sepenuhnya tergantung pada kondisi bawaan mereka? (Tidak.) Itu tergantung pada apa? (Kemanusiaan mereka.) Itu tergantung pada karakter mereka, dan apakah hati nurani dan nalar kemanusiaannya dapat berfungsi ketika menghadapi berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal. Dengan kata lain, itu tergantung pada apakah mereka bertindak berdasarkan hati nurani dan nalar mereka ketika sesuatu terjadi. Jika orang bertindak di bawah arahan hati nurani dan nalar mereka, mereka akan memilih hal-hal positif dan memilih kebenaran. Namun, jika mereka bertindak bertentangan dengan hati nurani dan nalar mereka, sebanyak apa pun kebenaran yang mereka pahami atau entah kualitas mereka tinggi atau rendah, mereka akan bertindak bertentangan dengan keadilan moral, bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan bahkan kehilangan kemanusiaan mereka. Apa yang kaupahami dari hal ini? Apakah kemanusiaan itu krusial? (Ya.) Apa pun situasinya, jika seseorang bertindak bertentangan dengan hati nurani dan nalarnya serta bertentangan dengan keadilan moral setiap kali situasi itu berkaitan dengan kepentingannya, mereka akan kehilangan kemanusiaannya. Mereka akan melakukan apa pun untuk mengamankan dan melindungi kepentingan mereka sendiri. Jadi, ketika menghadapi situasi tertentu, mereka tidak akan memilih untuk bertindak berdasarkan hati nurani dan nalarnya. Sebaliknya, mereka akan bertindak bertentangan dengannya demi kepentingannya sendiri, mengorbankan integritas dan martabat mereka demi mencapai tujuan mereka. Dilihat dari perspektif ini, sebaik apa pun biasanya perilaku orang ini, mereka tidak mengejar apa pun selain kepentingannya sendiri—watak rusaknya sangat sulit untuk dibuang. Mereka tidak menerima kebenaran—makin genting momennya, dan makin dihadapkan dengan kenyataan, makin mereka memilih untuk bertindak bertentangan dengan hati nurani, nalar, dan kebenaran; dan makin genting momennya, makin mereka memperlihatkan watak rusaknya yang muak akan kebenaran dan kemanusiaannya yang egois dan hina. Oleh karena itu, bagi jenis orang ini, sangatlah sulit untuk membuang watak rusaknya. Sekarang, apakah sudah jelas bahwa kemanusiaan seseorang merupakan syarat mendasar untuk membuang watak rusak? Jenis kemanusiaan yang orang miliki menentukan apakah mereka pada akhirnya mampu membuang watak rusaknya, apakah mereka pada akhirnya dapat menempuh jalan mengejar kebenaran, dan apakah mereka pada akhirnya dapat memperoleh keselamatan.
Ada orang-orang yang terlahir pendiam, memiliki kepribadian yang lembut dan toleran. Mereka jarang meributkan segala sesuatu atau berselisih dengan orang lain, juga tidak terlalu riuh. Tutur kata mereka tidak mencolok, dan suara mereka lembut. Di luarnya, mereka terlihat sangat lembut, dan melakukan segala sesuatunya dengan cara yang teratur dan tidak terburu-buru. Bahkan ada orang-orang pemalu yang tidak suka banyak berberkomunikasi secara lisan dengan orang lain dan tidak mau terlalu banyak berinteraksi dengan orang lain. Di mana pun mereka berada, mereka pada dasarnya tidak merasa bahwa orang haruslah menyadari kehadiran mereka. Masalah macam apa yang berkaitan dengan perwujudan ini? (Ini adalah masalah yang berkaitan dengan kepribadian mereka.) Ini adalah masalah dengan kepribadian bawaan mereka. Di luarnya, orang-orang ini memiliki kepribadian seperti ini, dan di dalamnya, pemikiran mereka juga sangat sederhana. Mereka relatif baik kepada orang lain, relatif adil dalam berinteraksi dengan orang lain, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, dan ketika menerima bantuan atau pertolongan dari orang lain, mereka membalasnya, dan mereka juga mengingat kebaikan orang lain di dalam hati mereka. Di luarnya, orang-orang ini terlihat memiliki kemanusiaan yang baik, yang berarti mereka tidak berbahaya baik bagi manusia maupun binatang; mereka toleran, peka terhadap orang lain, dan tidak suka bertengkar dengan orang lain; mereka tidak terlibat dalam perselisihan, juga tidak suka bergosip tentang orang lain; mereka tidak menghakimi orang lain di belakang mereka, dan tidak pernah secara proaktif menyerang atau menyakiti orang lain; ketika seseorang berada dalam kesulitan, selama mereka bisa membantu, mereka tidak akan pernah menolak, dan mereka tidak meminta imbalan apa pun. Sebagian besar orang akan menganggap orang-orang ini cukup mudah bergaul. Jadi, apakah orang-orang ini terlihat memiliki kemanusiaan yang baik di luarnya? (Ya.) Namun, pada suatu hari, rumah Tuhan bertanya kepada mereka tentang keadaan segala sesuatu: "Bagaimana pekerjaan para pemimpin gereja kalian? Apa pendapat saudara-saudari tentang mereka? Sudahkah pekerjaan penginjilan membuahkan hasil selama periode ini? Adakah orang yang mengacaukan atau mengganggu pekerjaan gereja?" Hal ini yang mereka pikirkan: "Mengapa mereka menanyaiku tentang hal ini? Apa maksud mereka sebenarnya? Apakah maksud mereka adalah agar aku mengatakan bahwa para pemimpin tidak bekerja dengan baik? Apakah mereka ingin memberhentikan para pemimpin kami? Mereka sedang mencoba mengorek informasi dariku dan mendapatkan konfirmasi dariku. Kalau begitu, aku tidak akan mengatakan apa pun. Jika suatu hari para pemimpin diberhentikan dan mereka mengetahui bahwa akulah yang telah melaporkan masalah mereka, bukankah mereka akan menaruh dendam terhadapku?" Jadi mereka menjawab, "Para pemimpin bekerja dengan cukup baik akhir-akhir ini; aku tidak pernah melihat ada masalah sedikit pun." Hanya itulah yang mereka katakan. Ketika mereka ditanya lagi, "Kau benar-benar tidak pernah melihat ada masalah sedikit pun?" Mereka menjawab, "Bagaimana kalau kau meminta saudari Anu untuk menceritakannya, dia sering berinteraksi dengan para pemimpin. Mereka cukup sering bergaul dan dia mengenal mereka dengan baik. Aku tidak begitu mengenal mereka." Padahal sebenarnya, mereka berpikir: "Sekalipun aku tahu, aku tidak boleh mengatakan apa pun. Jika aku angkat bicara dan para pemimpin itu kemudian diberhentikan, bukankah mereka akan menaruh dendam terhadapku? Sekalipun mereka tidak diberhentikan, jika mereka tahu aku mengatakan sesuatu yang buruk tentang mereka, bukankah mereka akan mempersulit diriku? Mungkinkah mereka akan menyiksaku? Apakah tugasku akan diambil? Aku tidak boleh mengatakan apa pun!" Perwujudan macam apakah ini? (Itu adalah perwujudan watak yang licik.) Berkaitan dengan masalah apa hal ini? Watak yang rusak. Di luarnya, orang-orang semacam ini terlihat memiliki kepribadian yang baik dan kemanusiaan yang baik, tetapi setiap kali harus mengevaluasi orang lain atau melaporkan masalah, mereka mengaku tidak tahu, berkata bahwa mereka belum lama menjadi menjadi orang percaya dan tidak memahami kebenaran, bahwa mereka terlalu bodoh untuk memahami yang sebenarnya tentang berbagai hal. Masalah siapa pun yang mereka lihat, mereka tidak pernah melaporkannya atau membicarakannya. Ketika seseorang menghakimi pemimpin di belakang mereka atau melaksanakan tugas mereka dengan sikap asal-asalan, mereka berpura-pura tidak melihat atau mengetahuinya dan tidak pernah melaporkan apa pun. Ketika para pemimpin bertanya, "Kau telah menghabiskan banyak waktu dengan si Anu; seperti apa biasanya pelaksanaan tugasnya? Apakah dia sanggup menanggung kesukaran dan membayar harga?" mereka menjawab, "Kulihat dia bangun pagi-pagi sekali dan tidur larut malam." Sebenarnya, mereka telah lama memperhatikan bahwa orang ini sering menonton video-video dunia orang tidak percaya dan tidak membayar harga dalam melaksanakan tugasnya, tetapi mereka tidak mengatakan yang sebenarnya; mereka selalu menjaga keharmonisan yang dangkal dengan semua orang. Di luarnya, kepribadian bawaan mereka terlihat baik, dan kemanusiaan mereka juga terlihat baik, tetapi apa yang tersembunyi di balik penampilan kemanusiaan yang baik ini? Mereka adalah para penyenang orang; mereka adalah para penyenang orang yang tidak menyinggung siapa pun, tidak pernah menyakiti siapa pun, tidak pernah mengambil keuntungan dari orang lain, dan tidak pernah menciptakan musuh. Apa prinsip mereka dalam berperilaku? (Tidak menyinggung siapa pun.) Mereka tidak menyinggung siapa pun, tidak menyakiti siapa pun, dan hanya berusaha melindungi diri mereka sendiri. Apakah ini bersikap penuh tipu daya? (Ya.) Bahkan ketika seseorang dengan tulus menyampaikan persekutuan kepada mereka dengan berkata, "Kita telah menghabiskan banyak waktu bersama-sama untuk melaksanakan tugas kita. Kumohon tunjukkanlah masalah apa pun yang kaulihat dalam diriku. Aku berjanji untuk menerimanya dan berubah. Kumohon sampaikan juga persekutuanmu kepadaku tentang prinsip-prinsip penerapan dalam hal ini"—bahkan ketika orang lain begitu bersungguh-sungguh, mereka tetap tidak mengatakan yang sebenarnya. Sebaliknya, mereka dengan tidak tulus berkata, "Kau jauh lebih baik dariku. Sebenarnya, tak seorang pun dari kalian menyadarinya, tetapi aku ini benar-benar lemah. Aku menjadi negatif, dan aku juga pemberontak." Setulus apa pun orang lain bertanya kepada mereka, mereka tetap tidak akan mengatakan apa pun. Mereka sama sekali tidak mau menyinggung siapa pun dan tidak akan pernah mengatakan satu pun pernyataan yang jujur. Mereka tidak akan mengatakan yang sebenarnya kepada siapa pun, menyembunyikan semuanya di dalam hati mereka. Dari sini dapat dilihat bahwa bukan karena mereka tidak memiliki pemikiran, karena mereka bukan robot, dan mereka tidak hidup sendirian tanpa berinteraksi dengan siapa pun. Mereka sebenarnya memiliki pendapat tentang berbagai orang dan hal, tetapi mereka tidak pernah mengungkapkannya atau menceritakannya atau menyampaikannya kepada siapa pun. Mereka hanya menyimpan semuanya sendiri, di satu sisi, karena mereka tidak ingin orang lain mengetahui yang sebenarnya tentang diri mereka, dan di sisi lain, karena mereka tidak ingin menyinggung siapa pun. Jadi, apa prinsip mereka dalam berperilaku? Apakah mereka tidak memiliki prinsip? (Ya.) Mereka tidak memiliki prinsip. Mereka tidak pernah mencari kebenaran ataupun menjunjung tinggi prinsip. Mereka hanya berfokus membela dan melindungi diri mereka sendiri. Selama mereka tidak disakiti, mereka tidak peduli dengan apa yang Tuhan tuntut. Mereka tidak memiliki prinsip atau batasan dalam cara mereka berperilaku, dan mereka tidak menyinggung siapa pun—mereka hanyalah para penyenang orang. Oleh karena itu, di mata orang lain, mereka juga dianggap sebagai orang yang baik karena orang-orang yang berinteraksi dengan mereka sering menerima bantuan dari mereka, dan kapan pun orang lain meminta sesuatu kepada mereka, mereka tidak pernah menolak, membuat orang-orang yakin bahwa mereka adalah orang yang baik. Namun, jika engkau memeriksa secara saksama prinsip-prinsip yang mereka gunakan dalam berperilaku, engkau akan mendapati bahwa mereka tidak memiliki prinsip untuk cara mereka berperilaku. Dalam hal masalah yang ada kaitannya dengan watak yang rusak, akankah mereka mencari kebenaran untuk membereskannya? Akankah mereka bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran? (Tidak.) Jawabannya sudah pasti tidak. Orang-orang ini berpegang pada pemahaman subjektif mereka sendiri, menganggap diri mereka memiliki kemanusiaan yang baik dan hati yang baik. Mereka merasa mereka tidak pernah memendam niat buruk terhadap orang lain, atau setidaknya, tidak akan secara aktif menyakiti orang lain atau merugikan kepentingan mereka. Setiap kali orang lain memiliki permintaan atau kebutuhan, mereka selalu menanggapinya. Dalam pemahaman mereka, mereka mengira tidak menyinggung atau menyakiti siapa pun membuat mereka menjadi orang yang baik. Dengan tidak menciptakan musuh, mereka mengira bahwa mereka tidak akan menempatkan diri mereka dalam situasi berbahaya apa pun, dan tak seorang pun akan menganggap mereka musuh. Dengan cara ini, mereka tidak akan disakiti dan akan tetap aman. Apa tujuan jenis orang ini dalam cara mereka berperilaku? Satu-satunya tujuan mereka adalah melindungi diri sendiri; bagi mereka, cukuplah untuk hidup dalam apa yang mereka yakini sebagai tempat berlindung dan zona nyaman yang paling nyaman dan aman. Mereka tidak berniat untuk mengubah prinsip dan batasan dalam cara mereka berperilaku, atau arah perilaku mereka, dan mereka tentu saja tidak berniat untuk membuang watak rusak mereka. Orang-orang ini adalah para penyenang orang dan penghindar masalah. Dengan cara apa pun orang lain mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran atau tentang batasan dan prinsip-prinsip tentang cara berperilaku, mereka tidak akan mengubah cara mereka berperilaku. Jadi, apakah orang-orang ini memiliki kemanusiaan yang baik? (Tidak.) Dapatkah orang-orang ini menerima kebenaran atau menjunjung tinggi prinsip? (Tidak.) Mengapa mereka tidak dapat menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran? Karena dalam pikiran mereka, standar mereka dalam berperilaku adalah menjadi penyenang orang. Sedangkan untuk hal apa pun yang mengharuskan mereka untuk berpendapat atau mengambil sikap, mereka tetap diam, bersikap acuh tak acuh, dan tidak mau ikut campur, tetap tidak peduli dan bersikap acuh tak acuh seolah-olah itu bukan urusan mereka. Akibatnya, mereka tidak memiliki batasan dalam cara mereka berperilaku dan bertindak; mereka seperti belut yang licin. Mereka tidak peduli dengan orang-orang dan peristiwa di sekitar mereka. Sebesar apa pun masalahnya di lingkungan apa pun atau yang dihadapi siapa pun, mereka tidak berminat untuk memedulikan, mencari tahu, atau mengetahui tentang hal itu. Mereka yakin bahwa selama hal itu tidak ada kaitannya dengan mereka, tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Ada pepatah untuk hal ini, bagaimana bunyinya? "Jangan mencari kebajikan, tetapi menghindarlah agar tidak disalahkan." Ini juga merupakan prinsip yang digunakan para penyenang orang dalam berperilaku. Apa saja ciri watak rusak orang-orang semacam itu? Kelicikan, kejahatan, bersikap keras kepala, tidak mau menerima kebenaran—mereka memiliki hampir semua ciri watak yang rusak. Di luarnya, mereka mungkin tidak melakukan kejahatan dan jarang melakukan pelanggaran, tetapi jika engkau mengamati prinsip dan cara mereka berperilaku, ciri yang paling menonjol adalah bahwa mereka tidak pernah menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran dan tidak memiliki batasan dalam cara mereka berperilaku. Bahkan ketika seseorang menghina atau menyakiti martabat mereka, mereka dapat menerimanya dan mentertawakannya, tidak pernah memperlihatkan atau mewujudkan pemikiran terdalam mereka. Di luarnya, mereka terlihat sangat toleran, memiliki kemanusiaan yang baik, dan tidak menunjukkan niat untuk menyerang atau membalas dendam. Namun, bukan berarti mereka tidak memikirkannya—mereka mengingat apa yang telah kaulakukan, dan pada saat yang tepat, mereka akan keluar dan melindungi serta membela diri, memberimu serangan balik tertentu yang bahkan mungkin tidak kausadari. Mereka tidak menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran; prinsip dan batasan dalam cara mereka berperilaku hanyalah untuk membela kepentingan, keselamatan, dan reputasi mereka sendiri. Mengenai orang-orang-orang semacam ini, sudah tepat untuk menggambarkan mereka sebagai orang yang jahat, dan menggambarkan mereka sebagai orang yang keras kepala, licik, dan muak akan kebenaran. Ada orang-orang yang mungkin berkata, "Mereka tidak merugikan kepentingan orang lain atau tidak melakukan kejahatan apa pun, jadi mengapa kaukatakan mereka memiliki watak-watak rusak tersebut? Atas dasar apa kau mengatakan hal ini?" Hal ini berdasarkan pemikiran, sudut pandang, dan sikap mereka dalam cara mereka memandang orang dan hal-hal serta dalam cara mereka berperilaku dan bertindak. Pernahkah engkau semua melihat hal ini? (Sekarang kami melihatnya.) Mengapa sebelumnya engkau tidak dapat melihatnya? Bagaimana dengan mereka yang menyesatkanmu? (Kami pikir mereka cukup santai dalam berkata-kata dan bertindak, serta dalam cara mereka berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain, dan mereka tidak menyakiti siapa pun, jadi kami mengira mereka memiliki kemanusiaan yang baik. Kami disesatkan oleh kepura-puraan mereka.) Orang yang di luarnya terlihat memiliki kepribadian yang lembut serta tidak pernah menyerang orang dan menyakiti binatang bukan berarti mereka memiliki kemanusiaan yang baik. Perwujudan kemanusiaan seperti apa yang merepresentasikan kemanusiaan yang benar-benar baik? (Salah satunya, tidak merugikan orang lain atau mengambil keuntungan dari mereka. Selain itu, ketika bahaya muncul, pemikiran pertamanya adalah melindungi para pemimpin dan pekerja, serta saudara-saudari yang mengejar kebenaran, tanpa mempertimbangkan keselamatannya sendiri, dan mampu mengutamakan kepentingan rumah Tuhan dalam setiap situasi. Semua ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang baik.) Baik hati, penuh kasih, sabar dan toleran, menghormati orang lain, mau memikirkan orang lain, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, relatif jujur, serta rendah hati, sederhana, dan tidak sombong: memiliki kualitas-kualitas kemanusiaan ini, digabungkan dengan memiliki kemampuan untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran dan melindungi kepentingan rumah Tuhan—seperti inilah kemanusiaan yang baik itu. Jika di luarnya, orang terlihat memiliki berbagai kualitas kemanusiaan seperti toleransi, kesabaran, kebaikan, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, kepekaan terhadap orang lain, peduli terhadap orang lain, tetapi jika dalam hal kepentingan rumah Tuhan, mereka tanpa ragu menyerahkan dan bahkan secara aktif mengkhianati kepentingan rumah Tuhan, apakah mereka memiliki kemanusiaan yang baik? (Tidak.) Ini berarti kemanusiaan mereka tidak baik. Bagaimana cara mengukur kemanusiaan yang baik? Apa persyaratan minimalnya? (Setidaknya, mampu melindungi kepentingan rumah Tuhan.) Mampu melindungi kepentingan rumah Tuhan, dan kemudian di atas landasan ini, mereka mampu bekerja sama secara harmonis dengan orang lain, baik hati dan toleran, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, dan mampu bersabar serta memahami kelemahan orang lain, bersikap peka terhadap orang lain, mampu bersikap penuh kasih, mampu membantu dan menyokong orang lain, dan peduli terhadap mereka yang lemah, dan sebagainya, semua ini adalah ciri kemanusiaan yang baik. Sebaliknya, keegoisan, kehinaan, keserakahan, bersikap kasar dan terlalu perhitungan dengan orang lain, suka bergosip dan menindas orang lain, keras kepala, suka pamer, sangat dangkal, jahat, tidak bermoral, lancang, dan tidak memiliki rasa malu—perwujudan macam apa ini? (Ini adalah perwujudan kemanusiaan yang buruk.) Dapatkah seseorang dengan perwujudan ini tetap melindungi kepentingan rumah Tuhan? (Tidak.) Memiliki perwujudan kemanusiaan yang baik serta kemampuan untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan, inilah yang sebenarnya kemanusiaan yang baik itu.
Ada orang-orang yang di luarnya terlihat sangat baik; mereka mampu bersabar dan toleran terhadap orang lain, dan memiliki semua ciri kemanusiaan yang baik. Namun, untuk hal-hal yang ada kaitannya dengan pekerjaan gereja, persembahan milik Tuhan, atau kepentingan rumah Tuhan, mereka mampu mengkhianati semua ini. Apakah menurutmu orang-orang semacam ini memiliki kemanusiaan yang baik? (Tidak.) Misalnya, ketika membeli barang-barang untuk saudara-saudari, ada orang-orang yang memilih barang-barang yang berkualitas baik, murah harganya, dan bermanfaat. Namun, dalam hal penggunaan uang persembahan untuk membeli barang, mereka memilih barang-barang yang mahal. Sekalipun itu hanya sebuah traktor, mereka bahkan ingin membeli yang dilengkapi fitur navigasi. Apa pun yang mereka beli, mereka selalu membeli yang terbaik, yang termahal, dan yang canggih, tidak mau mempertimbangkan apa pun yang lebih murah. Biasanya, mereka tampak bergaul secara normal dengan orang lain; mereka tidak mengambil keuntungan dari orang lain, cukup toleran, dan memperlakukan orang lain dengan baik dalam segala hal. Namun, jika berkenaan dengan menggunakan uang persembahan, sisi kejam mereka pun muncul, dan wajah mereka yang menyeramkan pun muncul. Dapatkah mereka dianggap memiliki kemanusiaan yang baik? (Tidak.) Apakah mereka benar-benar memiliki kemanusiaan yang baik? Itu hanyalah kepura-puraan dan dibuat-buat, semua itu hanyalah kedok. Dalam hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan rumah Tuhan, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan uang persembahan, keserakahan mereka pun muncul ke permukaan, dan wajah mereka yang menyeramkan, wajah setan, dan perilaku ganas mereka tersingkap. Seperti inikah kemanusiaan yang baik itu? (Bukan.) Misalnya, seseorang sedang mengajukan hak cipta Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, dan dia berkata: "Jika aku mengajukan hak cipta atas nama gereja sebagai sebuah organisasi, itu akan menghemat banyak uang. Namun, jika aku mengajukan hak cipta atas nama Kristus yang berinkarnasi, itu akan jauh lebih mahal. Aku harus menghemat uang untuk ini; uang persembahan tidak boleh dibelanjakan dengan sembarangan!" Apakah pernyataan ini benar? Apakah mereka memiliki prinsip dalam menangani masalah penting seperti itu? Siapa sebenarnya yang mengungkapkan perkataan-perkataan ini, Tuhankah atau gereja? (Semuanya diungkapkan oleh Tuhan.) Jadi, hak ciptanya seharusnya milik siapa? Apakah lebih tepat jika hak cipta itu milik Tuhan atau milik gereja? (Lebih tepat jika hak cipta itu milik Tuhan.) Ini adalah masalah yang krusial. Apa akibatnya jika orang berfokus untuk menghemat uang dalam hal yang sangat penting seperti ini? Masalah apa yang bisa muncul? Akibatnya bisa tak terbayangkan! Jika engkau mengabaikan kepentingan rumah Tuhan dan hanya berpikir untuk menghemat uang, orang macam apakah dirimu? Apakah orang-orang semacam itu memiliki hati nurani atau kemanusiaan? (Mereka tidak memiliki kemanusiaan.) Terlihat sebaik atau setoleran apa pun orang-orang semacam itu di luarnya, apakah mereka benar-benar memiliki kemanusiaan? (Tidak.) Di gereja, semua biaya untuk makanan, minuman, dan kebutuhan sehari-hari ditanggung sepenuhnya oleh uang persembahan milik Tuhan. Pernahkah Aku bersikap cerewet terhadap engkau semua tentang pengeluaran-pengeluaran ini? Satu-satunya tuntutan adalah bahwa engkau semua harus menghindari pemborosan, tetapi pernahkah Aku memeriksa pengeluaran normal kalian? (Tidak.) Dalam semua aspek, Aku penuh perhatian terhadapmu dan tidak pernah memeriksa pengeluaranmu, tetapi engkau semua justru melakukan perhitungan dengan-Ku. Bukankah ini berarti tidak memiliki kemanusiaan? (Ya, benar.) Terlihat sebaik dan setoleran apa pun orang yang tidak memiliki kemanusiaan terhadap orang lain, itu hanyalah sebuah kedok. Ketika tiba saatnya hati nurani dan nalar harus berperan, mereka akan tersingkap sebagai orang yang sama sekali tidak memiliki kemanusiaan. Apakah mereka masih manusia? (Bukan.) Mereka tidak bisa disebut manusia. Ketika Aku membeli sesuatu, Aku juga berbelanja dengan cermat dan hemat, mempertimbangkan kapan barang-barang itu sedang diskon dan bagaimana cara yang tepat untuk membelinya, dan jika sesuatu itu bermanfaat, sesuai, dan harganya masuk akal, Aku akan membelinya. Namun, Aku tidak membeli secara gegabah, Aku tidak menggunakan uang untuk pembelian yang tidak semestinya. Namun, ada beberapa pengeluaran yang tidak dapat dihindari dan harus dikeluarkan, dan dalam kasus-kasus tersebut, Aku menggunakannya berdasarkan prinsip. Aku juga berusaha untuk berhemat dengan makanan, pakaian, dan kebutuhan sehari-hari-Ku sendiri. Ini bukan tentang membeli apa pun yang Kuinginkan; Aku harus mempertimbangkan pembelian-Ku dengan saksama. Engkau dapat melihat bahwa Aku berpakaian sederhana, sepatutnya, dan pantas. Pengeluaran-Ku mengikuti prinsip berikut: Aku membeli apa yang perlu dan bermanfaat, dan Aku tidak membeli barang yang tidak perlu dan tidak bermanfaat. Jangan memboroskan atau menghambur-hamburkan uang; jangan menggunakan uang yang tidak seharusnya digunakan; tabunglah uang yang seharusnya ditabung, dan hindarilah pengeluaran yang tidak perlu—inilah prinsip-prinsipnya. Namun, ketika beberapa orang yang tidak memiliki kemanusiaan melihat kesempatan untuk menggunakan uang persembahan milik Tuhan, mata mereka terbelalak. Selama itu berkaitan dengan pengeluaran untuk makanan, pakaian, rumah, atau transportasi orang-orang, mereka akan segera bertindak. Khususnya ketika harus membeli pakaian untuk orang lain atau membagikan biaya hidup, mereka menjadi sangat antusias dan sangat murah hati. Di dalam hatinya, mereka berpikir, "Ah, bukan uangku yang digunakan. Uang milik Tuhanlah yang sedang digunakan, dan ini akan membangun reputasiku, jadi mengapa tidak?" Jadi, mereka mengambil kesempatan untuk menggunakannya secara berlebihan. Di dalam hatinya, mereka memendam niat buruk, tidak menginginkan apa pun selain merugikan rumah Tuhan! Namun, jika itu adalah uang mereka sendiri, mereka akan menghitung semuanya, tidak mau menggunakan bahkan lebih dari satu sen pun dari yang dibutuhkan. Terlihat sebaik apa pun mereka biasanya, orang-orang semacam itu tidak memiliki kemanusiaan yang baik. Menurut pandangan-Ku, sikap mereka terhadap uang persembahan milik Tuhan menunjukkan sesuatu. Fakta bahwa mereka dapat menghambur-hamburkan uang persembahan dan sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan setidaknya menunjukkan bahwa mereka tidak baik, mereka hina, dan memiliki kemanusiaan yang buruk. Bukankah benar demikian? (Ya.)
Ada banyak perwujudan yang berkaitan dengan kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak. Kita telah membahas secara singkat sebagian darinya hari ini; besar kemungkinan ada perwujudan lain yang dapat kita bahas dalam persekutuan mendatang. Mari kita akhiri persekutuan kita di sini untuk hari ini. Sampai jumpa!
23 September 2023