Cara Mengejar Kebenaran (4)

Pada pertemuan sebelumnya, kita terus mempersekutukan topik "cara mengejar kebenaran". Apa permbahasan utama persekutuan itu? Kita mempersekutukan perbedaan antara kondisi bawaan manusia dan watak rusak mereka, dan kita pun secara spesifik telah mempersekutukan kedua aspek ini. Melalui persekutuan tersebut, sudahkah engkau semua memiliki pemahaman tertentu tentang pekerjaan yang ingin Tuhan lakukan dan aspek apa dari manusia yang ingin Tuhan ubah untuk menyelamatkan manusia? (Ya. Melalui persekutuan Tuhan yang sebelumnya, aku memahami bahwa yang ingin Tuhan ubah dengan pekerjaan-Nya adalah watak rusak manusia.) Dalam menyelamatkan manusia, Tuhan ingin membuang watak rusak mereka; Dia tidak bermaksud untuk mengubah kondisi bawaan mereka, bukan? (Ya.) Tuhan mengungkapkan kebenaran dan membekali orang-orang dengan kebenaran, serta menggunakan berbagai metode kerja—semua ini ditujukan pada watak rusak manusia. Melalui pekerjaan-Nya, Tuhan memungkinkan manusia untuk membuang watak yang mereka andalkan untuk bertahan hidup yang telah dirusak oleh Iblis. Dengan demikian, firman Tuhan dan kebenaran bekerja dalam diri manusia, menjadi kehidupan mereka. Inilah hasil akhir yang ingin dicapai oleh pekerjaan Tuhan. Apa yang telah engkau semua pahami tentang aspek ini dari persekutuan tersebut? Pembahasan apa yang paling berkesan bagimu? Pikirkanlah sejenak. (Persekutuan Tuhan yang sebelumnya membantuku mengoreksi pandangan keliru yang kumiliki. Dahulu, aku mengira bahwa Tuhan akan mengubah kualitas, kemampuan, dan kepribadian bawaan manusia, tetapi melalui persekutuan Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan tidak melakukan pekerjaan supernatural. Pekerjaan Tuhan adalah mengubah watak rusak manusia dan berbagai pemikiran serta sudut pandang mereka yang keliru, yang merupakan hal-hal dari Iblis. Dengan menerapkan firman Tuhan, kemanusiaan normal manusia dipulihkan, dan hati nurani serta nalar mereka menjadi makin normal. Pada saat yang sama, aku juga memahami pentingnya mengejar kebenaran. Hanya dengan mengejar kebenaran dan menerapkan kebenaran, barulah watak rusak kami dapat dibereskan; ketika firman Tuhan menjadi kehidupan kami, kami memperoleh keselamatan dari Tuhan. Kedua aspek persekutuan Tuhan ini meninggalkan kesan yang relatif mendalam bagiku.) Isi persekutuan sebelumnya berkaitan dengan kebenaran tentang visi; itu mencakup beberapa aspek spesifik dari pekerjaan Tuhan, objek pekerjaan Tuhan, dan hasil yang ingin dicapainya. Berdasarkan isi persekutuan ini, muncul beberapa pertanyaan spesifik, yaitu perwujudan orang yang manakah dalam kehidupan sehari-hari yang dianggap sebagai kondisi bawaan, perwujudan orang yang manakah yang mencerminkan karakter atau esensi kemanusiaan mereka—yaitu yang biasanya kita sebut sebagai perwujudan kemanusiaan yang baik atau yang buruk—dan perwujudan yang manakah yang merupakan penyingkapan dari watak yang rusak. Semua ini adalah pertanyaan yang spesifik, bukan? Meskipun kita telah memberikan beberapa contoh dalam persekutuan kita yang sebelumnya mengenai topik ini, contoh-contoh tersebut tidak terlalu terarah atau spesifik. Hari ini, kita akan secara spesifik mempersekutukan masalah ini untuk membedakan antara perwujudan yang orang perlihatkan yang merupakan kondisi bawaan, perwujudan yang berkaitan dengan karakter mereka, dan perwujudan yang digolongkan sebagai watak yang rusak, untuk membedakan perwujudan spesifik dari ketiga aspek ini. Dengan demikian, orang akan menjadi lebih jelas bagaimana harus menghubungkan berbagai masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan ketiga aspek ini berdasarkan firman Tuhan dan kebenaran. Ini termasuk perwujudan orang yang mana yang merupakan aspek bawaan dari kemanusiaan yang normal yang tidak perlu ditangani atau dikekang; aspek mana yang merupakan perwujudan dari masalah kemanusiaan orang, dan bagaimana mereka harus mengubah dan memperbaiki hal ini, atau membereskannya dengan mencari kebenaran; dan perwujudan mana yang digolongkan sebagai watak yang rusak, serta bagaimana orang-orang harus mulai memahami esensi watak-watak ini dan membereskan serta membuangnya melalui menerima dan menerapkan kebenaran. Semua ini memiliki perwujudan spesifik, dan tentu saja, ada jalan penerapan spesifik yang terlibat. Berdasarkan berbagai perwujudan orang-orang, kita akan mempersekutukan prinsip-prinsip dan jalan penerapan sehingga orang-orang dapat memahami bagaimana cara menghadapi dan menyelesaikan masalah ini, agar orang-orang dapat memiliki sikap dan jalan penerapan yang lebih nyata untuk berbagai masalah. Apakah bersekutu dengan cara seperti ini kedengarannya baik? (Ya.)

Sebelumnya, kita telah dua kali mempersekutukan mengenai tiga masalah dari kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak. Meskipun kita tidak menjelaskan secara spesifik termasuk yang manakah ketiga masalah perwujudan dan penyingkapan orang-orang ini secara langsung, kita memberikan beberapa contoh ketika mempersekutukan masing-masing masalah. Dalam persekutuan sebelumnya, ketika menyinggung ketiga masalah ini, kita juga bersekutu tentang esensi dari masalah-masalah ini atau jalan dan prinsip-prinsip penerapan yang terlibat. Sekarang, mengenai ketiga masalah yang baru saja Kusebutkan, Aku ingin semua orang terlebih dahulu membahas apa yang dimaksud dengan kondisi bawaan. Engkau semua dapat bersekutu tentang hal ini secara singkat untuk mendapatkan konsep dasarnya terlebih dahulu. (Tuhan, apakah kondisi bawaan mengacu pada kualitas, kemampuan, kepribadian bawaan, dan naluri seseorang?) Kita telah mempersekutukan pembahasan ini sebelumnya, jadi engkau semua seharusnya sudah familier dengannya. Apakah masih ada lagi? Apakah kelebihan dan penampilan dianggap sebagai kondisi bawaan? (Ya.) Bagaimana dengan latar belakang keluarga seseorang? (Ya, ini juga.) Ada juga rutinitas dan kebiasaan sehari-hari, bukan? Ada lagi? (Minat dan hobi juga.) Ada sedikit perbedaan antara minat dan hobi, dan kelebihan. Menambahkan minat dan hobi artinya memasukkan hal-hal yang lebih spesifik. Mari kita sebutkan semuanya secara berurutan: Pertama adalah latar belakang keluarga. Kedua adalah penampilan. Ketiga adalah kepribadian. Keempat adalah naluri. Kelima adalah kualitas. Keenam adalah kelebihan. Ketujuh adalah minat dan hobi. Kedelapan adalah kemampuan. Kemudian kebiasaan hidup dan rutinitas sehari-hari. Dua hal terakhir ini serupa, tetapi memiliki beberapa perbedaan spesifik. Seluruhnya ada sepuluh. Bacakanlah semuanya. (Pertama: latar belakang keluarga. Kedua: penampilan. Ketiga: kepribadian. Keempat: naluri. Kelima: kualitas. Keenam: kelebihan. Ketujuh: minat dan hobi. Kedelapan: kemampuan. Kesembilan: kebiasaan hidup. Kesepuluh: rutinitas sehari-hari.) Semua ini adalah kondisi bawaan orang. Bukankah kita juga harus secara spesifik bersekutu tentang kondisi bawaan? Tanpa persekutuan, mampukah engkau membedakannya secara tepat sendiri? (Tidak.) Dalam situasi apa engkau tidak mampu membedakannya? (Terkadang ketika kami melihat perwujudan tertentu dalam diri seseorang, kami tidak dapat memastikan apakah perwujudan itu mencerminkan kepribadian atau naluri orang tersebut, ataukah merupakan perwujudan dari watak yang rusak.) (Juga, kebiasaan hidup dan rutinitas sehari-hari—dahulu aku mengira bahwa hal-hal ini terbentuk berdasarkan kondisi dan latar belakang kehidupan yang diperoleh; aku tidak menyadari bahwa hal-hal itu merupakan kondisi bawaan.) Engkau dapat melihat bahwa ketika kita menjabarkan beberapa isi yang terperinci dan spesifik dalam satu tema utama, dari luar, tampaknya engkau mengetahui hal-hal spesifik ini, tetapi dalam kehidupan nyata, engkau agak mencampuradukkannya; engkau masih belum begitu jelas tentang cara membedakannya, bukan? (Ya.) Kita masih perlu melakukan persekutuan yang spesifik tentang masalah ini.

Mengenai tiga aspek yang baru saja kita sebutkan—kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak—mari kita sebutkan beberapa isi spesifik untuk kondisi bawaan dan mempersekutukannya secara terperinci satu per satu. Untuk kemanusiaan dan watak yang rusak, kita tidak akan menyebutkannya. Ketika mempersekutukan isi dan perwujudan spesifik dari kondisi bawaan, kita juga akan menyinggung beberapa perwujudan kemanusiaan dan perwujudan watak yang rusak. Ketika kita mempersekutukan hal ini, engkau semua dapat membedakan dan memilah apakah itu termasuk kondisi bawaan, yang tidak perlu diubah, atau apakah itu termasuk masalah dengan karakter orang atau watak rusak mereka, yang perlu dibereskan dengan mencari kebenaran. Melalui persekutuan spesifik dengan menggunakan contoh dan masalah tertentu, perbedaannya akan menjadi lebih jelas, bukan? (Ya.) Misalnya, ada orang-orang yang berasal dari keluarga miskin dan kurang mampu secara ekonomi. Mereka hidup dalam keadaan yang penuh tekanan; mereka selalu berkekurangan dan harus menghitung serta merencanakan setiap pengeluaran. Pendekatan mereka dalam hal penggunaan uang adalah dengan menghemat setiap sen semaksimal mungkin. Mereka dilahirkan dalam keluarga seperti itu dan dalam kondisi seperti itu. Dari ketiga aspek yang telah kita persekutukan, termasuk yang manakah keadaan ini? Apakah itu termasuk kondisi bawaan, kemanusiaan, ataukah watak yang rusak? Ini adalah aspek latar belakang keluarga mereka, yang merupakan kondisi bawaan, bukan? (Ya.) Latar belakang keluarga ini baik ataukah buruk? (Dari perspektif manusia, itu buruk.) Mereka harus berjuang untuk bertahan hidup, keluarga mereka miskin, kondisi ekonomi mereka tidak makmur atau berkecukupan—ini adalah masalah-masalah yang ada kaitannya dengan latar belakang keluarga mereka. Meskipun jenis orang ini terlahir dalam keluarga miskin, tidak pernah makan kaviar, tidak pernah mengenakan pakaian bermerek, tidak pernah merasakan berbagai kemewahan, dan tidak pernah berhubungan dengan orang-orang kaya atau orang terkenal, mereka memiliki hati nurani dan nalar. Ketika berinteraksi dengan orang lain, mereka tidak pernah mengambil keuntungan. Ketika mereka melihat orang lain menikmati hal-hal baik atau mereka melihat seseorang itu kaya, meskipun mereka merasa iri, mereka tidak pernah berpikir untuk mencuri atau merampas milik orang lain. Berkaitan dengan aspek manakah perwujudan jenis orang ini? (Karakter mereka, kemanusiaan mereka.) Itu berkaitan dengan kemanusiaan mereka. Apakah perwujudan kemanusiaan mereka dalam aspek ini baik atau buruk? (Kemanusiaan mereka baik dan jujur.) Ini belum bisa dianggap jujur; itu hanya berarti bahwa mereka tidak mengambil keuntungan kecil dan tidak menyanjung orang kaya. Mereka mampu memperlakukan hal-hal semacam itu dengan benar. Bagaimana kemanusiaan jenis orang ini? (Kemanusiaan mereka relatif baik.) Ini adalah pernyataan yang objektif; kemanusiaan mereka relatif baik, artinya dalam hal karakternya, mereka relatif memiliki integritas dan martabat. Meskipun latar belakang keluarga mereka miskin dan tidak mulia, mereka tidak memandang rendah orang miskin dan menyukai orang kaya, juga tidak mengambil keuntungan dari orang lain. Ada jenis lain dari orang: Mereka dilahirkan dalam keluarga kaya, atau seperti yang biasanya dikatakan orang-orang tidak percaya, "lahir dengan sendok perak di mulut mereka." Mereka tidak pernah harus khawatir tentang makanan atau pakaian, dan semuanya tersedia bagi mereka; makanan apa pun yang ingin mereka makan sudah tersedia. Kondisi keluarga mereka sangat baik, dan orang tua mereka memperlakukan mereka dengan sangat baik. Aspek manakah yang berkaitan dengan hal ini? (Hal ini juga berkaitan dengan latar belakang keluarga mereka.) Latar belakang keluarga merupakan kondisi bawaan. Meskipun jenis orang ini memiliki latar belakang keluarga yang sangat baik, dengan kondisi ekonomi yang baik dan tidak khawatir tentang makanan atau pakaian, serta telah melihat hal-hal baik dan mengalami apa yang ditawarkan dunia, ketika berinteraksi dengan orang lain, jika mereka melihat seseorang yang lebih baik dan lebih cakap daripada mereka, atau yang sangat unggul dalam suatu bidang, atau yang memiliki prestise di antara orang-orang, mereka merasa iri dan memeras otak mencari cara untuk merendahkannya. Aspek manakah yang berkaitan dengan perwujudan ini? (Menurutku itu berkaitan dengan watak yang rusak dan kemanusiaan.) Benar. Perwujudan ini berkaitan dengan kemanusiaan mereka dan watak rusak mereka. Ketika jenis orang ini melihat seseorang lebih baik darinya, mereka merasa cemburu, benci, dan ingin menekan, menyiksa, dan mengucilkannya; mereka ingin mengunggulinya. Jika mereka hanya memiliki pemikiran-pemikiran ini tetapi tidak bertindak atasnya, mereka adalah orang dengan kemanusiaan yang buruk—apakah kemanusiaan mereka jahat? (Ya.) Jika, berdasarkan kemanusiaan yang jahat ini, mereka merasa menentang ketika mereka melihat seseorang lebih baik daripada mereka, menghakiminya di belakangnya, dan bahkan melakukan manuver-manuver rahasia untuk menekannya, ini adalah perwujudan spesifik dari watak yang rusak. Apa esensi dari watak yang rusak ini? Esensinya adalah kekejaman. Perwujudan ini berkaitan dengan kemanusiaan dan watak yang rusak. Meskipun kondisi keluarga jenis orang ini baik serta mereka makan dan berpakaian dengan baik, serta engkau mungkin berharap mereka memiliki wawasan dan toleran terhadap orang lain, ketika berinteraksi dengan orang-orang, mereka selalu ingin mengambil keuntungan dari orang-orang dan selalu sangat perhitungan. Ketika mereka pergi ke suatu tempat dengan orang lain, mereka menanyakan siapa yang menghabiskan lebih banyak uang dan siapa yang membayar biaya perjalanan, tidak mau mengeluarkan uang sepeser pun lagi. Ketika bekerja dengan orang lain, mereka selalu memperhitungkan siapa yang melakukan lebih banyak dan siapa yang melakukan lebih sedikit, serta selalu memikirkan cara untuk bermalas-malasan. Aspek manakah yang berkaitan dengan hal ini? (Ini berkaitan dengan kemanusiaan mereka.) Aspek kemanusiaan yang mana? (Keegoisan dan kehinaan.) Keegoisan dan kehinaan, suka mengambil keuntungan dari orang lain, tidak berintegritas dan tidak bermartabat—ini berkaitan dengan karakter mereka. Ketika berinteraksi dengan orang lain, mereka penuh perhitungan dan suka mengambil keuntungan dari orang lain, sekalipun keuntungan yang diperoleh hanya satu sen, dan mereka mencari setiap kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Entah sumbernya dari publik atau pribadi, atau entah dari orang muda atau orang tua, mereka mengambil keuntungan dari semua orang. Siapa pun itu, mereka tidak menahan diri, dan mereka mengambil keuntungan setiap kali ada kesempatan. Mereka sangat menuntut dan penuh perhitungan dalam interaksi mereka dengan orang lain. Misalnya, terakhir kali engkau meminta bantuan mereka, dan sekarang mereka merasa engkau berutang kepada mereka. Mereka akan berusaha sangat keras untuk membuatmu membalas budi, dan itu harus menjadi bantuan yang lebih besar daripada yang telah mereka berikan untukmu; hanya dengan begitulah mereka merasa bahwa itu adalah transaksi yang adil. Bukankah ini sangat penuh perhitungan? (Ya.) Ini sangat penuh perhitungan, sangat menuntut orang lain, dan sangat licik. Meskipun mereka tidak kekurangan apa pun dalam hal makanan dan pakaian, serta menikmati kehidupan yang lebih baik dalam semua aspek dibandingkan dengan orang lain, setiap kali mereka melihat seseorang dengan sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, mereka ingin menggunakannya sebentar dan mencobanya. Mereka merasa bahwa mereka harus memiliki apa pun yang dimiliki orang lain. Jika mereka tidak memilikinya, hati mereka merasa tidak nyaman dan terganggu, sampai-sampai kehilangan nafsu makan dan tidak bisa tidur; hanya ketika mereka memilikinya barulah mereka merasa puas. Masalah macam apa ini? (Ini tetap masalah kemanusiaan.) Perwujudan spesifik ini adalah masalah kemanusiaan mereka, bukan kondisi bawaan mereka. Kondisi bawaan hanya mengacu pada latar belakang keluarga mereka dan keadaan keluarga yang dapat mereka nikmati, sedangkan cara mereka berperilaku dan menangani berbagai hal berkaitan dengan kemanusiaan mereka. Penyingkapan dan perwujudan mereka, seperti sikap, metode, dan motivasi mereka untuk cara mereka berperilaku dan menangani berbagai hal, berkaitan dengan masalah karakter mereka; itu belum sampai pada taraf watak yang rusak. Mereka egois, menuntut, sangat perhitungan, licik, dan suka mengambil keuntungan dari orang lain—apakah ini perwujudan dari kemanusiaan yang baik atau buruk? (Ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang buruk.) Semua ini adalah perwujudan dari karakter yang rendah dan kemanusiaan yang buruk. Apakah perwujudan dari kemanusiaan yang buruk ini terlihat dan dapat dirasakan oleh orang lain? (Ya.)

Ada orang-orang yang memiliki fitur wajah yang jelas dan terlahir dengan mata yang besar, cerah, dan cerdas yang tampak bersemangat dan ekspresif. Sejak kecil, mereka cukup disukai. Aspek manakah yang termasuk dalam hal ini? (Hal ini berkaitan dengan penampilan mereka.) Penampilan merupakan bagian dari kondisi bawaan, bukan? (Ya.) Memiliki mata besar dan fitur wajah yang jelas, secara bawaan memiliki keuntungan dari penampilan yang baik—apakah ini merupakan aspek dari watak yang rusak? (Tidak.) Apakah ini berkaitan dengan masalah kemanusiaan? (Tidak.) Ini tidak berkaitan dengan kemanusiaan atau watak yang rusak, jadi tidak ada yang perlu diubah. Kondisi bawaan adalah bawaan sejak lahir; mereka dilahirkan dengan penampilan seperti ini, dan tidak mengalami perbaikan atau perubahan buatan apa pun. Memang begitulah mereka. Meskipun mereka secara alami berpenampilan baik, mereka selalu bingung ketika menangani masalah yang rumit dalam kehidupan sehari-hari dan tidak tahu bagaimana cara menanganinya. Mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk membedakan orang, peristiwa, dan hal-hal. Mereka tidak jelas tentang dengan siapa mereka dapat bergaul dan siapa yang harus mereka hindari. Mereka tidak tahu siapa yang jahat dan pergaulan mana yang mungkin mendatangkan masalah. Pada usia dua puluhan, mereka tidak mengetahui hal-hal ini, dan bahkan pada usia tiga puluh atau empat puluh, meskipun memiliki beberapa pengalaman hidup, mereka tetap tidak mengetahuinya. Meskipun mereka memiliki mata yang besar dan ekspresif, pikiran mereka cukup semrawut. Masalah macam apa ini? (Apakah ini masalah dengan kualitas bawaan mereka?) Kualitas bawaan mereka tidak terlalu bagus. Mereka tidak pernah dapat menemukan prinsip-prinsip ketika berinteraksi dengan orang lain dan menangani berbagai hal, serta tidak dapat mengetahui yang sebenarnya mengenai berbagai jenis orang. Mereka sering dicurangi, ditipu, dan dipermainkan oleh orang lain. Bagaimana kualitas jenis orang ini? (Kualitas mereka relatif buruk.) Kualitas mereka tidak baik. Memiliki mata yang ekspresif tidak selalu berarti memiliki pikiran yang bijaksana. Meskipun dalam hal kondisi bawaannya, mereka memiliki penampilan yang baik, kualitas mereka tidak baik. Namun, ada satu hal: Selama masa sekolahnya, mereka unggul dalam memperoleh pengetahuan buku teks; mereka dapat menghafal isi buku dengan cepat dan ketika mempelajari matematika, fisika, dan kimia, atau sebuah bahasa baru, mereka memahami mata pelajaran tersebut dengan cepat. Mereka dengan lancar masuk universitas, mengejar gelar master, dan memperoleh gelar Ph.D. Ini harus digolongkan ke dalam aspek apa? Dapatkah ini digolongkan ke dalam kualitas mereka yang baik? (Tidak.) Jadi, ini digolongkan ke dalam aspek apa? (Ini digolongkan ke dalam aspek kelebihan mereka, yaitu kondisi bawaan mereka.) Itu akurat. Jenis orang ini unggul dalam belajar, memperoleh pengetahuan, dan mata pelajaran akademis. Mereka dengan cepat memahami pengetahuan buku teks dan hal-hal yang bersifat teoretis serta berdasarkan aturan-aturan, seperti aspek-aspek yang berkaitan dengan keterampilan teknis dan teknologi atau rumus dan aturan-aturan untuk matematika, fisika, dan kimia, serta mengingatnya dengan sangat baik. Jenis orang ini unggul dalam mempelajari hal-hal ini dan memiliki bakat alami yang spesifik untuk hal-hal tersebut. Mereka mampu memahaminya dalam sekilas pandang, dan mereka sangat unggul dalam ujian dan menjawab pertanyaan; ketika harus menjawab pertanyaan, mereka melakukannya dengan mudah—di sinilah mereka dapat benar-benar menunjukkan kelebihan mereka. Engkau dapat mengatakan bahwa jenis orang ini merasa nyaman dalam hal pengetahuan. Apakah perwujudan ini merepresentasikan kualitas mereka? (Tidak.) Mereka hanya merepresentasikan bahwa mereka memiliki kelebihan tertentu. Jenis orang ini menunjukkan kinerja yang sangat baik di bidang pengetahuan, membiarkan orang-orang melihat bahwa kelebihan mereka di bidang ini menonjol. Karena mereka memiliki kelebihan ini, dan karena mereka telah mencapai prestasi tertentu—mendapatkan gelar master dan doktor, serta memperoleh tingkat pendidikan yang tinggi—di antara orang lain, mereka memandang diri mereka sebagai individu yang berpengetahuan, sarjana, dan berintelektual tingkat tinggi. Makin banyak buku yang mereka baca, makin mereka merasa bahwa mereka adalah individu yang terkenal, orang yang unggul, dan bahwa semua orang lainnya adalah orang biasa, tidak berpengetahuan, tidak mampu memahami pikiran mereka atau mengetahui pikiran mereka yang sebenarnya, dan tidak berada pada level yang sama dengan mereka. Akibatnya, mereka sering merasa lebih unggul daripada orang lain dan menganggap diri mereka istimewa dan luar biasa. Perwujudan apakah ini? (Watak yang rusak.) Aspek watak yang rusak yang mana? (Kecongkakan.) Watak rusak mereka yang congkak membuat mereka makin memandang rendah orang banyak dan orang-orang dari semua lapisan masyarakat setelah mengenyam pendidikan tinggi. Karena gelar tinggi dan diploma mereka, setelah percaya kepada Tuhan, mereka selalu ingin menjadi penentu keputusan di gereja dan bercita-cita untuk menjadi pemimpin. Setiap kali ada pemilihan, mereka berharap untuk terpilih. Jika mereka tidak terpilih, mereka menjadi negatif dan menyerah sebagai orang yang tidak berdaya. Apa pun yang dikatakan para pemimpin dan pekerja, mereka tidak mau mendengarkannya dan ingin menentangnya. Apa pun tugas yang diberikan kepada mereka, mereka merasa jijik dengan tugas ini dan membuat penilaian di balik layar. Dalam hatinya, mereka berpikir, "Kau tidak memiliki banyak pengetahuan. Kata-katamu tidak logis. Dalam lubuk hatiku, aku memandang rendah dirimu sebagai pemimpin gereja. Aku menolak untuk menyerah kepadamu! Jangan kira kau lebih baik daripadaku. Mari kita bandingkan—mari kita lihat siapa yang punya kemampuan. Mari kita lihat siapa yang dapat melafalkan lebih banyak firman Tuhan dan siapa yang dapat menyampaikan pemahaman yang lebih baik. Jika persekutuanmu tidak sebaik persekutuanku, aku tidak mau menyerah kepadamu! Sekalipun kau telah dipilih sebagai pemimpin, aku tidak perlu mendengarkan, melaksanakan, atau mematuhi apa pun yang kauminta dariku!" Perwujudan apakah ini? (Watak yang rusak.) Ini adalah perwujudan spesifik dari watak yang rusak. Apakah ini berkaitan dengan kemanusiaan? Karena jenis orang ini memiliki kelebihan alamiah dan, berdasarkan landasan ini, belajar secara ekstensif, memperoleh banyak pengetahuan, dan mendapatkan status sosial, mereka merasa lebih unggul daripada orang lain, unik, dan ingin berbicara dari posisi di atas semua orang lainnya dan bertindak sewenang-wenang; di antara orang-orang, mereka selalu ingin menjadi orang yang memimpin, ingin orang lain mendengarkan mereka—apakah jenis orang ini memiliki masalah dengan hati nurani dan nalarnya? (Ya.) Masalah macam apa ini? Kelebihan mereka membuat mereka mudah sekali memperoleh pendidikan tinggi melalui pembelajaran. Apakah kelebihan itu sendiri merupakan masalah? Apakah kelebihan itu sendiri merupakan aspek dari watak yang rusak? Apakah itu merupakan perwujudan dari kemanusiaan yang buruk? (Tidak.) Namun, karena mereka memiliki kelebihan ini, mereka memperoleh banyak pengetahuan dan mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, selaras dengan penilaian dan definisi masyarakat tentang status. Hal ini membuat mereka meyakini bahwa mereka seharusnya menjadi penentu keputusan di gereja, menjadi orang-orang terkemuka di antara kelompok orang mana pun, dan lebih unggul dari semua orang lainnya. Apakah kemanusiaan semacam itu memiliki nalar? Apakah kemanusiaan semacam itu baik? (Kemanusiaan mereka tidak baik.) Dalam hal apa kemanusiaan mereka tidak baik? (Mereka tidak memiliki nalar dan hati nurani; mereka selalu ingin lebih unggul dari yang lain.) Selalu ingin lebih unggul dari yang lain sebagian disebabkan oleh watak yang rusak. Dalam arti lain, dari sudut pandang kemanusiaan, bukankah ini agak tidak tahu malu? (Ya.) Rumah Tuhan bukanlah kelompok masyarakat. Apakah rumah Tuhan membandingkan kualifikasi akademis ketika memilih pemimpin? (Tidak.) Atas dasar apa rumah Tuhan memilih pemimpin? Berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, bukan? (Ya.) Di rumah Tuhan, pemilihan pemimpin didasarkan pada prinsip-prinsip kebenaran, bukan pada siapa yang memiliki kualifikasi akademis yang lebih tinggi. Apakah mereka mengetahui prinsip-prinsip untuk memilih pemimpin? Mereka tahu, tetapi mereka memperlakukan prinsip-prinsip ini hanya sebagai pernyataan birokrasi dan teori belaka, serta tidak tahu bagaimana melakukan atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka selalu menyebarkan gagasan bahwa hanya mereka yang memiliki kualifikasi akademis tinggi yang memiliki kualitas yang baik, mampu memahami kebenaran, dan dapat memimpin orang lain. Karena mereka memiliki kualifikasi akademis yang tinggi, pengetahuan, dan status sosial, menganggap bahwa rumah Tuhan bekerja dengan cara yang sama seperti masyarakat, mereka menggunakan pengetahuan dan kualifikasi akademis mereka yang tinggi sebagai modal untuk berusaha menjadi penentu keputusan di rumah Tuhan. Mereka ingin mengganti prinsip-prinsip untuk memilih pemimpin di rumah Tuhan dengan cara mereka sendiri dalam memandang orang-orang dan menangani berbagai hal serta dengan pendekatan, perspektif, dan sudut pandang mereka sendiri tentang kedudukan dan status sosial. Bukankah ini tidak bernalar? (Ya.) Apa sebutan lain untuk tidak bernalar? (Tidak tahu malu.) Bahasa sehari-harinya, itu tidak tahu malu; dengan kata lain, orang-orang semacam ini memiliki nalar yang sangat buruk. Engkau dapat melihat bahwa meskipun mereka telah menerima apa yang disebut sebagai pendidikan tinggi dan telah membaca banyak buku, tak satu pun dari buku-buku itu atau guru atau pendidik mana pun yang pernah mengajarkan mereka bagaimana cara bertindak agar dapat memiliki nalar. Setelah mempelajari banyak hal dari buku, mereka justru merasa bahwa mereka telah memperoleh modal dan lebih unggul dari orang biasa. Meskipun kelebihan mereka bukanlah hal yang negatif dan merupakan kondisi bawaan, kelebihan ini dapat dengan mudah mengarah pada konsekuensi tertentu—itu menyebabkan mereka menjadi congkak dan angkuh, kehilangan nalar mereka, serta menjadi sangat lancang dan tidak tahu malu. Meskipun telah membaca banyak buku dan memperoleh banyak pengetahuan, mereka tidak memahami arti kata "malu". Oleh karena itu, setelah memperoleh beberapa kualifikasi akademis, mereka menggunakan hal ini sebagai modal untuk pamer di mana-mana, dan mereka ingin menggunakannya untuk memperoleh status di rumah Tuhan dan menjadi penentu keputusan. Mereka berpikir, "Aku memiliki kualifikasi akademis yang tinggi dan aku mempelajari banyak hal dengan cepat, yang berarti aku memiliki kualitas yang baik. Selain itu, aku sangat berpengetahuan, aku telah melihat banyak hal di dunia, dan aku cerdas, jadi aku memenuhi syarat untuk memimpin orang lain." Maksud mereka yang sebenarnya adalah bahwa pengetahuan dan kelebihan mereka adalah kebenaran. Semua ini adalah perwujudan dari orang yang tidak bernalar. Apakah orang-orang semacam ini, yang tidak memiliki nalar, memiliki integritas? Apakah mereka memiliki martabat? (Tidak.) Tidak memiliki integritas dan martabat—apakah ini perwujudan kemanusiaan yang baik atau perwujudan kemanusiaan yang hina dan rendah? (Itu adalah perwujudan kemanusiaan yang hina.) Orang-orang semacam itu tidak memiliki kemanusiaan yang baik. Yang paling mereka hargai adalah kualifikasi akademis, status sosial, harga diri, dan kedudukan mereka. Dengan ini sebagai modalnya, mereka sangat congkak dan sombong, serta ingin menjadi penentu keputusan. Ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang hina. Masalah ini melibatkan dua aspek: Satu berkaitan dengan kemanusiaan mereka dan yang lainnya berkaitan dengan watak rusak mereka. Perspektif mereka terhadap masalah-masalah dan sikap serta sudut pandang mereka dalam menangani masalah-masalah berkaitan dengan kemanusiaan mereka. Kemanusiaan semacam ini membawa mereka untuk menghasilkan tindakan, perwujudan, dan penyingkapan tertentu, yang merupakan pengungkapan dari watak yang rusak.

Ada orang-orang yang memang tidak banyak bicara; sejak kecil, mereka tidak suka banyak bicara. Saat berinteraksi dengan orang lain, mereka berbicara dengan bahasa yang sederhana dan tidak bertele-tele, dan ketika banyak hal terjadi padanya, mereka juga tidak punya banyak pemikiran dan tidak banyak berbicara untuk mengungkapkannya. Sekalipun mereka mengungkapkannya, itu sangat sederhana. Masalah macam apa ini? (Ini adalah masalah yang berkaitan dengan kepribadian mereka.) Ini adalah masalah dengan kepribadian mereka, yang merupakan bagian dari kondisi bawaan mereka. Kepribadian mereka pada dasarnya pendiam. Mereka menggunakan bahasa yang sederhana, tidak memiliki pemikiran yang rumit, dan enggan berbicara saat berinteraksi dengan orang lain. Saat kebenaran dipersekutukan selama pertemuan, mereka hanya mendengarkan orang lain berbicara, dan jika mereka dapat memberikan tanggapan yang sederhana setelah orang lain selesai berbicara, itu sudah cukup baik. Jika engkau bertanya kepada mereka, "Apa pemahamanmu tentang hal ini?" mereka akan berkata, "Pemahamanku sama dengan pemahamanmu." Jika engkau meminta mereka untuk menjelaskannya secara lebih spesifik, mereka akan berkata, "Pendapatku sama denganmu," dan kemudian mereka tidak memiliki apa pun lagi untuk dikatakan. Ini hanya kepribadian mereka; jika engkau meminta mereka untuk mengatakan lebih banyak, mereka tidak memiliki apa pun untuk dikatakan. Ini adalah bagian dari kondisi bawaan mereka. Ada jenis lain dari orang yang, meskipun mereka tampaknya tidak memiliki banyak hal untuk dikatakan dan sering kali pendiam di luarnya, suka bertanya tentang gosip secara diam-diam, mengatakan hal-hal seperti: "Dari daerah penggembalaan mana saudara atau saudari Anu? Kudengar dia telah percaya kepada Tuhan selama delapan tahun—apakah dia pernah menjadi pemimpin? Berapa umurnya? Benarkah dia telah bercerai dan memiliki seorang anak?" Perwujudan macam apa ini? Dari luar, dia tidak banyak bicara dan tidak suka berbicara di depan umum. Perbendaharaan katanya tidak begitu kaya, dan dia kekurangan kata-kata untuk berkomunikasi secara normal dengan orang lain. Namun, dalam hal lainnya, dia punya banyak hal untuk dikatakan dan selalu suka bertanya tentang orang lain, dengan mengatakan hal-hal seperti: "Apakah orang itu menjalani operasi kelopak mata ganda? Kulitnya sangat cerah—apakah dia sering pergi ke salon kecantikan?" atau "Kulihat si Anu selalu menggunakan komputer terbaru, dan pakaiannya semua bermerek dan cukup mahal. Apakah keluarganya kaya? Bisnis apa yang dijalankan keluarganya? Apakah ayahnya seorang pejabat?" Perwujudan ini berkaitan dengan masalah apa? (Ini berkaitan dengan masalah kemanusiaannya.) Suka bertanya tentang gosip, mengumpulkan informasi tentang hal-hal pribadi yang sepele, dan senang membicarakan urusan orang lain—ini adalah perwujudan yang berkaitan dengan kemanusiaan. Apakah perwujudan ini baik? (Tidak.) Dalam hal apa itu tidak baik? Ini berkaitan dengan masalah kemanusiaan apa? Dia tidak pernah menyakiti atau menganiaya siapa pun, juga tidak pernah merugikan kepentingan orang lain, jadi mengapa perwujudan ini dianggap buruk? (Dia selalu ingin tahu urusan orang lain, selalu ingin ikut campur urusan orang lain di belakang mereka. Ada masalah dengan nalar kemanusiaannya.) Hal ini berkaitan dengan nalar kemanusiaannya. Jika dia bertanya dengan jujur dan terus terang, misalnya, "Saudara Anu, berapa umurmu?" apakah ini adalah perwujudan yang normal dari kemanusiaan? (Ya.) Bukankah bertanya dengan cara ini terbuka dan transparan? Bukankah itu pantas? (Ya.) Jadi, mengapa ada orang-orang yang tidak mengajukan pertanyaan atau mengatakan sesuatu secara langsung kepada mereka yang terlibat? Mengapa mereka melakukan manuver licik di belakang orang lain? Jika suatu topik dapat ditanyakan atau didiskusikan secara langsung, topik tersebut seharusnya dikemukakan secara terbuka. Mengapa membisikkan rahasia di belakang orang lain? Bukankah ini berkaitan dengan sikap dan metode tertentu dalam berperilaku dan menangani berbagai hal? Apakah sikap dan metode ini baik? (Tidak.) Mengapa sikap dan metode ini tidak dianggap baik? Apakah orang-orang yang suka bertanya secara diam-diam ini senang menyelidiki privasi orang lain dan memeriksa orang lain di belakang mereka? (Ya.) Mengapa mereka suka menyelidiki orang di belakang mereka? Jika mereka memiliki pertanyaan, mengapa mereka tidak menanyakannya secara langsung? Apakah ada kesulitan dalam bertanya secara langsung? Mereka merasa tidak mudah atau tidak mungkin untuk bertanya secara langsung, jadi mereka bertanya di belakang orang lain. Bukankah ini sebabnya mereka bertindak seperti ini? (Ya.) Sebenarnya, beberapa hal dapat ditanyakan secara langsung, misalnya mengajukan pertanyaan kepada seseorang seperti: "Sudah berapa tahun kau percaya kepada Tuhan? Apakah kau pernah kuliah? Apa tingkat pendidikanmu? Berapa umurmu?" Semua ini dapat ditanyakan secara langsung. Jika beberapa orang tidak mau memberitahumu, maka jangan bertanya, dan jangan juga bertanya di belakang mereka. Jika engkau merasa mereka akan bersedia memberitahukan hal-hal tertentu kepadamu, atau jika engkau berdua sudah saling kenal dan dia cukup memercayaimu untuk berbicara, engkau dapat bertanya secara langsung kepadanya. Mengapa bersikeras untuk bertanya di belakangnya? Apakah itu benar-benar perlu? Bukankah itu tampaknya cukup tercela? Orang-orang-orang semacam ini tidak berani bertanya secara langsung karena takut orang lain tersebut tidak akan memberi tahu mereka. Namun, mereka sangat ingin tahu dan mencari tahu tentang hal-hal tersebut. Jika mereka tidak mengetahuinya, mereka akan merasa gelisah, tetapi begitu mereka mendapatkan informasi tersebut, hati mereka merasa tenang, seolah-olah mereka telah memperoleh harta yang sangat berharga. Orang macam apa mereka? Suka bertanya dan mengetahui masalah pribadi atau informasi pribadi orang lain—orang-orang semacam itu cenderung bergosip dan menghakimi orang lain, bukan? (Ya.) Jika engkau yakin bahwa orang lain akan bersedia menjawab pertanyaanmu, engkau dapat bertanya kepada mereka dan mencari tahu tentang hal-hal ini secara langsung. Jika orang lain tersebut merasa bahwa beberapa pertanyaanmu itu berlebihan dan berada di luar apa yang boleh kautanyakan, serta tidak mau menjawabmu, itu tidak menjadi masalah. Jika mereka tidak ingin menjawabmu atau tidak ingin engkau mengetahui hal-hal tertentu, maka engkau pun tidak boleh bertanya di belakang mereka. Jika engkau bersikeras mengetahui informasi atau masalah pribadi orang lain, di satu sisi, mereka akan mulai memandangmu dengan curiga: "Mengapa kau ingin mengetahui hal-hal ini? Mengapa kau berusaha mencari tahu tentangku di belakangku? Apakah kau ingin mengendalikanku, menganiayaku, atau mengkhianatiku?" Itu satu aspek. Di sisi lain, apa perlunya bagimu mengetahui tentang orang lain? Apa hakmu untuk mengetahui segala sesuatu tentang mereka? Apakah engkau ingin mengumpulkan informasi tentang semua orang? Engkau harus tahu tentang segalanya—apakah engkau ahli dalam mengumpulkan informasi? Apakah ini pekerjaanmu? Rumah Tuhan tidak memberikan amanat seperti itu kepada siapa pun. Jika engkau terus-menerus berusaha untuk menanyakan tentang urusan pribadi orang lain, menanyakan tentang hal-hal yang mereka tidak ingin kauketahui, itu membuat mereka merasa bahwa dirimu sangat menjengkelkan. Bagaimana kemanusiaan seseorang yang dianggap menjengkelkan oleh orang lain? Setidaknya, orang ini tidak tahu malu. Apa sebutan orang-orang tidak percaya untuk orang semacam itu? Seorang bajingan yang kurang ajar. Kemanusiaan mereka hina, mereka tidak memiliki martabat, dan mereka ingin mencari tahu segalanya, berperilaku tidak sepatutnya. Bukankah memang begitulah mereka? (Ya.) Apakah kemanusiaan jenis orang seperti ini baik atau buruk? (Kemanusiaan mereka buruk.) Kemanusiaan mereka, setidaknya, tidak baik. Ini adalah salah satu perwujudan yang digolongkan sebagai tidak memiliki kemanusiaan yang baik—berperilaku tidak sepatutnya dan selalu melakukan manuver licik. Dari luar, mereka tampak sopan, penuh hormat, dan santun terhadapmu, tampak santun dan baik dalam cara mereka berperilaku. Namun, di belakangmu, mereka melakukan manuver licik, menanyakan umurmu, latar belakang keluarga, dan aspek lain tentang dirimu, tanpa membahas atau bertanya secara terang-terangan kepadamu secara langsung. Ketika berinteraksi dan mengobrol dengan orang lain, mereka tidak jujur atau terus terang; sebaliknya, mereka selalu melakukan manuver licik di belakang orang lain, melakukan hal-hal yang memalukan. Mereka selalu memikirkan urusan pribadi orang lain dan hanya apa yang orang lain pikirkan, selalu disibukkan dengan hal-hal semacam itu. Kemanusiaan orang-orang semacam ini tidak baik, dan dalam kelompok mana pun, orang-orang semacam itu tidak disukai oleh semua orang. Bukan berarti bahwa orang-orang tidak ingin engkau mengetahui hal-hal pribadi atau mereka menyembunyikan sesuatu darimu; tetapi kemanusiaanmu dan caramu berperilaku serta menangani berbagai hal yang membuat orang lain tidak menyukaimu. Alasan orang-orang tidak menyukaimu adalah karena caramu berperilaku dan menangani berbagai hal agak buruk; taktik yang kaugunakan rendah dan tercela, bukannya pantas dan terbuka. Ada orang-orang yang tampak tidak memiliki masalah saat berinteraksi dengan orang lain secara langsung, tetapi di belakang mereka, orang-orang ini selalu melakukan berbagai hal secara sembunyi-sembunyi. Saat orang lain sedang pergi, orang-orang ini segera membuka komputer mereka untuk melihat dengan siapa mereka mengobrol, apa yang mereka bicarakan, apa yang mereka tulis di buku harian mereka, dan wawasan apa yang mereka miliki. Terkadang, ketika seseorang memiliki kata sandi di komputernya, orang-orang ini mencoba membujuknya dengan berkata, "Apakah kau telah mengubah kata sandi komputermu? Aku baru saja mengubah kata sandiku menjadi 1234567, mungkin kau juga harus mengubah kata sandimu." Apa tujuannya berkata demikian? "Aku memberitahumu kata sandiku—engkau juga harus memberitahuku kata sandimu, agar aku punya kesempatan untuk memeriksa komputermu." Ada orang-orang yang bahkan berani menggeledah tas dan barang milik orang lain saat mereka tidak ada. Misalnya, jika mereka melihat seseorang memakai headphone baru dan ingin tahu bagaimana kualitas suaranya, mereka mungkin berani mengambil headphone tersebut dan mencobanya saat orang itu tidak ada. Jika engkau meminjam headphone orang tersebut secara terang-terangan, dan dia mengizinkan, barulah engkau berhak untuk mencobanya. Jika dia tidak mengizinkannya, maka engkau tidak boleh mencobanya. Bukankah itu cara yang benar untuk menanganinya? Entah orang lain mengizinkan atau tidak, engkau seharusnya menangani berbagai hal secara terang-terangan di depan mereka, bukan di belakang mereka. Jenis orang-orang ini sama sekali tidak bisa melakukan hal itu—mereka selalu melakukan manuver licik. Sampai sejauh mana? Begitu engkau pergi, mereka segera memeriksa barang-barangmu, memeriksa apa yang telah kautulis di catatan saat teduhmu dan dengan segera menyalinnya, takut ada yang terlewat. Dari luar, mereka tampaknya mendambakan kebenaran, tetapi tindakan mereka di balik layar sangat tidak bermoral. Ketika mereka melihatmu membeli komputer baru, mereka merasa iri. Dari luar, mereka berkata bahwa komputer baru itu canggih dan cepat, tetapi dalam hatinya, mereka berpikir, "Cepat? Kuharap itu rusak suatu hari nanti!" Suatu hari, engkau berkata bahwa komputer baru itu tidak berfungsi dengan baik dan lambat, lalu mereka secara diam-diam merasa gembira: "Rasakan akibatnya menggunakan komputer yang baru! Aku bahkan belum pernah menggunakannya, jadi lebih baik jika kau juga tidak bisa!" Pikiran mereka penuh dengan pemikiran-pemikiran hina dan tercela yang memalukan. Beberapa orang melihat bahwa seseorang memiliki pakaian yang bagus, dan mereka ingin mencobanya juga. Namun, alih-alih bertanya secara langsung, mereka malah menunggu kesempatan untuk mengenakannya secara diam-diam saat orang tersebut sedang tidak ada. Mereka melihat diri mereka di cermin, berpikir bahwa mereka terlihat cantik, tetapi begitu mereka mendengar langkah kaki orang itu kembali, mereka segera menanggalkannya dan menaruhnya kembali ke tempatnya. Meskipun manuver licik dari jenis orang ini dan cara mereka menangani berbagai hal mungkin tidak berkaitan dengan watak yang rusak atau seserius watak yang rusak, sikap mereka terhadap perilaku dan menangani berbagai hal serta cara mereka memperlakukan orang lain cukup memuakkan dan menjijikkan, serta memengaruhi kehidupan normal orang lain pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa jenis orang ini memiliki masalah serius dengan kemanusiaan mereka. Seberapa seriuskah? Cara mereka berperilaku tidak pantas, melakukan banyak manuver licik di balik layar, dan cara mereka menangani masalah adalah licik dan tercela. Mereka selalu penuh rahasia; mereka tidak pernah melakukan segala sesuatu secara terang-terangan, dan selalu melakukan segala sesuatu di belakang orang lain. Ketika orang lain tidak ada, tidak memperhatikan, atau ketika tak ada seorang pun yang dapat melihat atau menemukan apa yang sedang mereka lakukan, mereka secara diam-diam melakukan sesuatu. Kemanusiaan jenis orang ini tidak baik. Mereka selalu hidup di sudut-sudut gelap, diselimuti suasana kegelapan, tidak mampu menghadapi terang atau orang lain. Kemanusiaan mereka hina dan tercela. Apakah perwujudan dari kemanusiaan mereka yang hina ini naluriah? (Tidak.) Mereka merasa malu untuk melakukan segala sesuatu di depan orang lain; mereka lebih suka melakukannya di belakang mereka, dan ketika bertindak di belakang orang lain, mereka tidak menunjukkan pengendalian diri apa pun. Apakah ini ada kaitannya dengan kepribadian mereka? (Tidak.) Jika engkau berkata bahwa manuver licik ini atau apa yang mereka perlihatkan dan jalani dalam kemanusiaan mereka ada kaitannya dengan aspek tertentu dari watak yang rusak, itu pasti tidak akurat. Namun, mereka terus-menerus melakukan manuver licik. Dari luar, tampaknya mereka belum pernah melakukan kesalahan besar apa pun, dan ketika gereja memberikan sebuah tugas kepada mereka, mereka sering kali melaksanakannya dengan segenap hati mereka dan taat; mereka bahkan tampak cukup baik dari luar. Namun di balik layar, ceritanya berbeda—seperti seekor tikus, begitu tidak ada orang yang melihat, mereka mulai melakukan manuver licik dan melakukan berbagai hal. Bukankah orang-orang ini sama seperti tikus? Renungkanlah—jika inilah kemanusiaan mereka dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain serta menangani berbagai hal, jika karakter moral kemanusiaan mereka seperti ini dan mereka memiliki esensi kemanusiaan seperti ini, bagaimana mereka memperlakukan Tuhan dan kebenaran? Apakah mereka memperlakukan Tuhan dan kebenaran dengan cara yang sama seperti mereka memperlakukan orang-orang? (Ya.) Mereka juga melakukan manuver-manuver licik di balik layar, bukan? Mereka mencoba segala cara yang mungkin untuk menghindari pengawasan para pemimpin dan pekerja, bertindak dengan satu cara di depan mereka dan cara lain di belakang mereka. Mereka tidak menerima pemeriksaan Tuhan, mereka juga tidak menerima kebenaran di lubuk hati mereka. Apa pun yang firman Tuhan katakan, mereka memperlakukannya dengan cara mereka sendiri, melakukan beberapa manuver licik dan melakukan beberapa hal untuk pamer, sehingga dari luar, tak seorang pun dapat melihat masalah atau kesalahan apa pun. Dari luar, mereka tampaknya tidak melakukan kesalahan apa pun dan tampaknya menerapkan kebenaran, tetapi di balik layar, mereka telah melakukan manuver licik mereka, dan kesalahan-kesalahan itu telah dilakukan secara rahasia, tanpa seorang pun mengetahuinya. Mereka tidak percaya atau menerima pemeriksaan Tuhan, dan karena itu, mereka tidak menerima kebenaran. Ini berkaitan dengan apa? Ini berkaitan dengan watak yang rusak. Ketika mereka memperlakukan Tuhan, kebenaran, dan tugas mereka dengan kemanusiaan seperti ini dan berinteraksi dengan orang lain serta menangani berbagai hal dengan cara seperti ini, perwujudan spesifik dari kemanusiaan mereka yang mereka perlihatkan berkaitan dengan watak yang rusak. Watak yang rusak ini termasuk apa saja? Setidaknya, ini termasuk kelicikan. Jika tindakan mereka bahkan makin penuh rahasia dan menipu, ini termasuk apa? (Ini meningkat menjadi kejahatan.) Ini termasuk kelicikan dan kejahatan dalam watak rusak mereka. Selain itu, di lubuk hatinya, mereka selalu memiliki keraguan tentang kebenaran dan tentang pemeriksaan Tuhan. Ini tertanam sedemikian dalam di dalam diri mereka. Mereka berpikir, "Tak seorang pun tahu apa yang kulakukan di balik layar. Aku belum melihat Tuhan di mana pun, jadi Tuhan pasti juga tidak tahu—hanya aku yang tahu." Bukankah ini juga berkaitan dengan watak yang rusak? Aspek watak yang rusak manakah yang berkaitan dengan hal ini? (Apakah sifat keras kepala?) Mereka memang memiliki watak yang keras kepala di dalam diri mereka. Jadi, apakah esensi dari pemikiran-pemikiran ini adalah muak akan kebenaran? (Ya.) Sikap mereka terhadap kebenaran adalah penentangan dan perlawanan. Selain bersikap keras kepala, mereka sangat muak akan kebenaran, yang menjadikan ini masalah yang serius. Begitu itu melibatkan watak yang rusak, ini lebih serius daripada sekadar kemanusiaan yang buruk. Ini melibatkan pemberontakan terhadap Tuhan, perlawanan terhadap Tuhan, dan esensi yang menentang kebenaran. Ini melibatkan sikap seseorang terhadap Tuhan dan kebenaran. Begitu itu melibatkan watak yang rusak, itu melibatkan prinsip-prinsip kebenaran dan perlunya membereskan watak yang rusak dengan kebenaran.

Ada orang-orang yang memang secara alami berpostur tinggi dan memiliki bentuk tubuh yang anggun, dan, selain itu, mereka memiliki fitur wajah yang proporsional, bersih, dan elok yang disukai orang lain. Apa pun yang mereka kenakan, orang-orang mengagumi mereka, berkata, "Mereka benar-benar seperti iklan majalah—sangat tampan, sangat cantik, sangat memesona!" Apakah ini termasuk dalam kondisi bawaan mereka, kemanusiaan mereka, atau watak rusak mereka? (Ini adalah penampilan alami mereka.) Mereka terlahir dengan penampilan yang menarik. Karena mereka secara alami menarik dan memiliki bentuk tubuh yang bagus, sejak usia muda, orang tua mereka memuji mereka, teman sekelas mereka merasa iri terhadap mereka, dan orang tua mereka sangat menyayangi mereka. Setiap hari, orang tua mereka merias mereka, dan sebelum mereka berusia tiga atau lima tahun, suatu hari mereka didandani seperti anak perempuan, dan keesokan harinya seperti anak laki-laki. Singkatnya, mereka dicintai seperti mainan kecil yang disayangi. Saat mereka bertumbuh dewasa, mereka menjadi sangat suka terlihat menarik. Dibesarkan dalam lingkungan hidup yang modern dan istimewa, mereka memiliki kebiasaan merias diri. Khusuanya setelah mendapatkan akses ke berbagai wawasan mode, mereka mulai suka memadukan warna, desain, dan gaya; mereka berpakaian dengan sangat elegan, memancarkan sikap yang berkelas. Bahkan kaus oblong dan celana jin yang sederhana pun terlihat berbeda pada mereka, dan ketika dipadukan dengan sepasang sepatu dengan warna yang serasi, gaya mereka menjadi lebih mengesankan—mereka benar-benar memesona dan sangat tampan. Dengan melihat mereka saja sudah menjadi pemandangan yang menyegarkan. Setiap kali mereka muncul di tempat-tempat umum atau di jalan, mereka pasti akan menarik perhatian banyak orang. Karena mereka terlahir dengan penampilan menarik dan memiliki kondisi bawaan ini, serta mereka tahu cara berpakaian dengan baik, memancarkan sikap yang sangat berkelas seperti apa pun cara mereka berpakaian, baik sesama jenis maupun lawan jenis sangat senang berinteraksi dan bergaul dengan mereka. Orang-orang ingin duduk dekat, mengobrol, dan berinteraksi dengan mereka secara dekat, sehingga kecantikan mereka dapat membawa kenikmatan bagi mereka. Apakah ini kesalahan mereka? (Tidak.) Karena kondisi bawaan mereka yang baik, orang selalu toleran terhadap masalah, kesalahan, atau kekurangan apa pun yang mungkin mereka miliki. Jadi, ke mana pun mereka pergi, mereka diterima dengan sangat baik dan populer. Sekalipun mereka mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan, orang lain tetap merasa senang mendengarnya. Ketika amarah mereka memuncak atau mereka bersikap tidak baik, orang lain tidak keberatan atau tersinggung—mereka bahkan merasa itu seperti hadiah dari mereka. Saat pengalaman-pengalaman ini terkumpul, kondisi bawaan mereka memberi mereka rasa keunggulan Mereka mulai berpikir, "Berpenampilan menarik, memiliki sikap yang berkelas, dan berpakaian bagus memungkinkanku untuk menjadi populer ke mana pun aku pergi—ini luar biasa! Masyarakat ini, umat manusia ini, sangat menghargai hal ini. Tampaknya kondisi bawaan yang diberikan orang tuaku ini adalah modalku. Mencari pekerjaan menjadi lebih mudah, dan selama ujian, jika aku ingin menyontek dari seseorang, yang perlu kulakukan hanyalah menatapnya, dan mereka akan memberikannya kepadaku." Banyak lawan jenis yang mengejar mereka, dan di antara sesama jenis, banyak juga yang memperlakukan mereka dengan baik dan terus-menerus memuji kecantikan dan ketampanan mereka. Seiring berjalannya waktu, hal ini membuat mereka makin menikmati keuntungan ini. Keuntungan ini memberi mereka banyak kemudahan, banyak manfaat, dan banyak perlakuan istimewa, yang memungkinkan mereka untuk menikmati banyak hal. Jadi, dalam lingkungan seperti ini, mereka memiliki persyaratan tertentu untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak akan keluar rumah tanpa merias wajah, dan jika ada satu jerawat saja, mereka tidak berani memperlihatkan diri. Mereka berhati-hati dengan pola makan mereka, menghindari makanan yang pedas dan mengandung kecap, mengkhawatirkan diri mereka sendiri: "Kapan jerawat ini akan hilang? Aku tidak boleh memencetnya—aku khawatir itu akan meninggalkan bekas luka. Namun, jika aku tidak memencetnya, akankah jemaat yang berbeda lawan jenis yang pernah mengagumiku melihatnya dan berpikir aku tidak lagi menarik, bukan lagi orang yang mereka impikan? Akankah mereka mulai bersikap acuh tak acuh terhadapku? Apa yang harus kulakukan? Kurasa aku harus menunggu sampai jerawat itu hilang sebelum pergi ke luar. Aku sama sekali tidak boleh membiarkan orang-orang melihatku seperti ini; itu akan merusak citra sempurna yang kumiliki dalam pikiran mereka." Beberapa orang harus benar-benar memadukan warna, desain, dan gaya pakaian mereka dengan sempurna. Sebelum pergi ke luar, mereka harus memeriksa diri mereka di cermin dari setiap sudut, dan ada yang bahkan berswafoto untuk memastikan mereka terlihat sempurna di bawah sinar matahari atau di bawah pencahayaan buatan, memastikan bahwa aspek-aspek seperti kulit, warna kulit, gaya rambut, pakaian, dan sikap mereka sedap dipandang dan disukai orang lain, dan baru setelah itulah mereka merasa siap untuk pergi ke luar. Bahkan setelah mulai melaksanakan tugas, mereka tetap mempertahankan gaya hidup ini. Jika, karena keadaan khusus, mereka belum mandi hari itu dan seseorang dari lawan jenis mendekat, mereka buru-buru menghindarinya. Mereka merasa bahwa jika mereka belum mandi, mereka tidak layak untuk dilihat. Karena mereka memiliki begitu banyak tuntutan terhadap penampilan dan sikap mereka, itu memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Jika mereka pergi ke suatu tempat di mana mereka tidak bisa mandi, mereka merasa tertekan dan sangat menderita, serta tidak dapat makan atau tidur dengan baik. Mereka berpikir, "Apa yang akan kulakukan jika aku tidak bisa mandi? Aku tidak pernah tidak mandi selama lebih dari tiga hari. Jika tubuhku mulai bau, akankah orang memandang rendah diriku? Bukankah citraku tidak akan sempurna lagi? Bukankah aku tidak akan lagi menjadi idaman orang lain? Apa yang harus kulakukan?" Jika mereka mendapati diri mereka berada di tempat dengan kondisi kehidupan yang buruk dan makanan yang tidak cukup bergizi atau seimbang, mereka mulai khawatir: "Apakah ini akan memengaruhi kulitku? Apakah kulitku akan menjadi kasar atau menua? Apakah kulitku akan keriput? Aku tidak bisa tinggal di tempat ini—aku harus keluar dari sini!" Rasa keunggulan yang dibawa oleh kondisi bawaan mereka membuat hidup mereka menjadi sangat rumit, menyebabkan mereka hidup dengan cara yang sangat melelahkan dan terkekang. Mereka sangat peduli dengan pendapat orang lain tentang mereka, khususnya tentang bagaimana orang lain menilai pakaian, sikap, dan perilaku mereka, sangat peduli tentang bagaimana orang lain memandang mereka—sedemikian rupa sehingga itu mencapai sejauh mana? Sampai hal itu memengaruhi kehidupan, pekerjaan, dan pelaksanaan tugas mereka sehari-hari. Rasa keunggulan yang berasal dari penampilan mereka telah membuat mereka sangat dangkal, sangat menaruh perhatian pada penampilan mereka, dan sangat menaruh perhatian pada bagaimana orang lain memandang mereka. Masalah macam apa ini? Apakah semua perwujudan ini merupakan sikap yang benar untuk menangani masalah dalam kehidupan sehari-hari? (Tidak.) Apakah ini pandangan menyimpang yang telah mereka kembangkan selama kehidupan mereka sehari-hari? (Ya.) Jadi, perwujudan-perwujudan ini berkaitan dengan apa? (Semua itu berkaitan dengan kemanusiaan mereka.) Ini berkaitan dengan aspek kemanusiaan mereka yang mana? Apa masalah dengan cara mereka berperilaku? Apakah itu kedangkalan? (Ya.) Kedangkalan adalah salah satu masalah dalam kemanusiaan mereka. Apa lagi? Kesombongan, khawatir dengan bagaimana orang lain memandang mereka, keinginan untuk menjadi orang yang paling sempurna di mata orang lain, dan dan sangat rapuh serta tidak mampu menanggung kesukaran. Selain itu, ada juga keegoisan. Untuk mempertahankan citranya, mereka membuat semua orang melayani mereka, sementara mereka tidak mau menanggung kesukaran sekecil apa pun. Rasa keunggulan yang dibawa oleh penampilan alami mereka membuat mereka ingin menjadi pusat perhatian semua orang. Fokus utama kehidupan sehari-hari mereka dan tujuan yang ingin mereka capai adalah untuk mempertahankan penampilan lahiriah mereka. Misalnya, pada suatu hari saat mengambil foto, seseorang melihat sepotong selada tersangkut di gigi mereka saat mereka tersenyum. Sejak saat itu, mereka berhenti makan sayuran hijau. Sekalipun itu adalah satu-satunya pilihan yang tersedia dan mereka tidak punya pilihan selain memakannya, mereka segera berkumur setelah makan dan benar-benar harus memeriksa di cermin untuk melihat apakah ada sesuatu yang tersangkut di gigi mereka sebelum berani pergi ke luar dan bertemu orang lain. Apakah ini masalah dalam kemanusiaan mereka? (Ya.) Masalah-masalah umum dalam kehidupan sehari-hari ini masih dalam lingkup kemanusiaan dan belum meningkat ke tingkat watak yang rusak. Masalah-masalah yang mereka hadapi semuanya hanya berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan manusia—mereka berusaha mempertahankan kecantikan dan tingkat perhatian yang tinggi dari orang lain dengan berfokus pada penampilan fisik dan tuntutan hati mereka. Apa pun yang mereka lakukan—entah itu makan, merias diri, atau menanggung kesukaran dan membayar harga—dalam menangani masalah-masalah ini, sudut pandang dan sikap mereka semua diarahkan untuk mempertahankan citra lahiriah mereka sehingga mereka selalu terlihat sedap dipandang, memastikan bahwa orang lain memiliki kesan yang baik tentang mereka dan bahwa mereka sangat menarik perhatian orang lain. Apakah ini berkaitan dengan kemanusiaan mereka? (Ya.) Semua perwujudan ini berkaitan dengan kemanusiaan mereka—mereka memperlihatkan bahwa kemanusiaan mereka terlalu dangkal.

Ada jenis lain dari orang yang berusaha keras untuk pamer setiap kali ada jemaat lawan jenis di dekatnya, berusaha berpakaian dengan cara yang lebih istimewa dan merias wajah agar tampak lebih menggoda. Misalnya, perilaku dan cara berpakaiannya masih normal ketika dia sedang berada bersama saudara-saudari yang sangat dia kenal, tetapi begitu datang seorang lawan jenis yang seusia dengannya, hatinya menjadi bersemangat dan merasa terdorong untuk mengenakan pakaian dan berpenampilan istimewa. Beberapa wanita langsung memakai lipstik untuk membuat bibir mereka lebih cerah, merapikan alis mereka, dan jika waktunya memungkinkan, menambahkan sedikit perona pipi. Mereka biasanya mengikat rambutnya dengan model ekor kuda, tetapi begitu mereka bertemu dengan seorang lawan jenis yang mereka sukai atau yang mereka anggap menarik, mereka akan mempercantik penampilan mereka dan membiarkan rambut mereka terurai hingga ke bahu. Sementara itu, beberapa pria membuat rambut mereka lebih berkilau, menatanya dengan model rambut Korea, Hong Kong, atau Barat, mencukur jenggot mereka, memakai kacamata, berganti ke pakaian yang lebih baik, dan, jika kondisinya memungkinkan, menyemprotkan sedikit parfum, semuanya bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Ketika berbicara dengan lawan jenis, mereka sering melontarkan kata-kata yang indah untuk pamer, dengan tujuan untuk menunjukkan kesopanan budaya, keanggunan, kecerdasan, dan rasa humoris mereka. Niat mereka di balik semua tindakan ini sangat disengaja—mereka melakukannya semata-mata untuk menarik perhatian lawan jenis. Ada orang yang, ketika dia berada di sekitar seorang lawan jenis yang dia sukai, atau bertemu seorang lawan jenis yang seumuran, menjadi lebih bersemangat, dan lebih banyak bicara, serta mengekspresikan dirinya dengan lebih baik, lalu matanya menjadi lebih berbinar, serta tidak lagi kusam dan kaku, lalu ekspresi wajahnya juga menjadi sangat beragam. Apa yang sedang terjadi di sini? Mengapa dia tampak sangat terpengaruh dan bersikap tidak wajar ketika dia melihat lawan jenis? Ketika para jemaat lawan jenis pertama kali bertemu, mereka biasanya agak malu-malu, tetapi setelah beberapa kali bertemu, mereka menjadi makin akrab, dan berperilaku lebih alami. Namun, ada orang-orang yang menjadi sangat bersemangat dan terstimulasi setiap kali mereka melihat lawan jenis. Masalah macam apa ini? (Ini adalah tentang rayuan, yang meningkat ke taraf watak yang rusak.) Watak rusak macam apa ini? (Watak yang jahat.) Bukankah ada masalah dengan kemanusiaan mereka? (Ya.) Sebenarnya, inilah masalah dengan kemanusiaan orang-orang semacam itu. Aspek kemanusiaan apa yang bermasalah di sini? Ini adalah masalah interaksi dengan lawan jenis. Bagaimana orang-orang tidak percaya menggambarkan hal ini? Mereka menyebutnya "masalah pendekatan", bukan? (Ya.) Jika itu melibatkan watak yang rusak, itu dapat dirangkum sebagai kejahatan; tetapi lebih tepatnya, itu adalah masalah pendekatan orang terhadap interaksi dengan lawan jenis yang berkaitan dengan kemanusiaan. Ketika berhadapan dengan lawan jenis, ada orang-orang yang menjadi sangat bersemangat, dan sangat positif serta proaktif. Saat berhadapan dengan lawan jenis, dia sangat aktif dan proaktif. Pendekatan "istimewa" ini merupakan perwujudan yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan. Apakah pendekatan ini normal atau tidak normal? (Tidak normal.) Jadi, dapatkah itu dikatakan jahat? Apakah tepat jika dikatakan bahwa itu jahat? Bolehkah dikatakan bahwa itu agak tercela? (Ya.) Orang-orang semacam itu agak tercela. Di mana pun ada seorang lawan jenis yang mereka sukai, mereka tertarik pada kelompok di mana orang itu berada, bersikeras untuk duduk di sebelahnya, serta menyentuh dan menggoda mereka dengan kedipan mata. Ini mencerminkan masalah dengan karakter mereka—mereka tidak terkendali, berperilaku buruk, dan tercela. Jika seseorang itu dangkal, maka perwujudannya pasti sama entah dia sedang berada bersama dengan sesama jenis atau lawan jenis—dia hanya ingin terlihat baik, dan disukai, dikagumi, serta dihargai oleh orang lain. Inilah masalah dengan memiliki kemanusiaan yang dangkal. Namun, jika niatnya adalah untuk menarik perhatian lawan jenis dan mengganggu orang tersebut, maka itu menjadi masalah pendekatannya terhadap interaksi dengan lawan jenis. Jika seseorang sangat dangkal sehingga itu memengaruhi kehidupan normalnya, itu hanyalah cacat atau masalah dalam satu aspek kemanusiaannya. Namun, jika seseorang berpakaian secara khusus untuk menarik perhatian jemaat lawan jenis, bertujuan untuk tampil seksi, memikat, dan menarik perhatian, maka itu jahat, tercela, dan menunjukkan pendekatan yang buruk. Ada orang-orang yang menjadi jauh lebih tercela ketika berada di tempat yang lebih ramai, selalu ingin berinteraksi dengan lawan jenis dan pamer di depan mereka. Apa pun yang sedang tren di antara orang-orang tidak percaya, mereka akan berpakaian seperti itu. Khususnya ketika menghadiri pertemuan atau tampil di kamera, makin banyak jemaat lawan jenis di sana, makin mereka ingin merias diri. Ada para wanita yang mengenakan baju atasan tanpa lengan, membiarkan rambut mereka terurai, memakai lipstik yang berlebihan, dan menambahkan perona pipi. Ada yang bahkan mengkontur hidung mereka, memakai perona mata, dan memakai berbagai jenis perhiasan. Mereka berpakaian dengan cara apa pun yang akan menarik perhatian lawan jenis. Ini lebih serius daripada bersikap dangkal. Jika kedangkalan adalah cacat atau kekurangan dalam satu aspek kemanusiaan, dan merupakan masalah kecil, maka aspek jahat dan tercela dari hubungan lawan jenis adalah masalah besar. Orang yang dangkal belum tentu akan melakukan percabulan, tetapi di antara mereka yang jahat dan tercela, lebih dari sembilan puluh persen cenderung melakukan percabulan. Mengapa Kukatakan demikian? Jika seseorang menganggap interaksinya dengan lawan jenis sangat penting, serta sangat suka memamerkan dan memperlihatkan dirinya di depan jemaat lawan jenis, orang semacam itu sangatlah mungkin membuat jemaat lawan jenis tersebut jatuh hati kepadanya. Apa tujuan membuat jemaat lawan jenis itu jatuh hati kepadanya? Tujuannya adalah untuk melakukan hubungan yang tidak sepatutnya. Jika dia bisa dengan seenaknya merayu seorang lawan jenis, bukankah ini menunjukkan bahwa dia sangat sembarangan jika berhubungan dengan lawan jenis? (Ya.) Orang-orang semacam itu tidak bermartabat; mereka dengan sesuka hati mendekati orang lain dan bahkan berinisiatif untuk menggoda. Makin banyak orang yang mereka goda, mereka makin senang, dan mereka tidak pernah menolak siapa pun selama orang-orang menyukai mereka. Orang macam apa ini? Jika kita kesampingkan untuk saat ini watak rusak mereka, apakah kemanusiaan seperti ini baik? (Tidak.) Apa pun kelebihan atau kekurangan yang mungkin mereka miliki dalam aspek lain dari kemanusiaan mereka, jika mereka sangat santai, sembrono, dan menikmati dalam hal pendekatan mereka terhadap interaksi dengan lawan jenis, ini saja sudah cukup untuk menunjukkan bahwa kemanusiaan mereka tidak baik. Jika mereka dapat melakukan kesalahan atau melampaui batas kapan saja atau di mana saja, bukankah ini adalah masalah serius? (Ya.) Apakah orang semacam itu dapat diandalkan? (Tidak.) Apa sumber penyebab mengapa diri mereka tidak dapat diandalkan? Itu bersumber pada natur mereka yang jahat. Mereka dapat memelihara pemikiran-pemikiran yang penuh nafsu kapan saja dan di mana saja, serta dapat merayu lawan jenis kapan saja dan di mana saja—pikiran mereka hanya dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran ini. Jika lingkungan atau kondisinya tidak memungkinkan, atau mereka tidak punya cukup waktu untuk merias diri, mereka tetap menemukan cara; mereka menggunakan pandangan genit dan memamerkan bentuk tubuh atau ekspresi mereka, mengedipkan mata ke arah orang lain untuk merayu mereka. Orang-orang semacam itu tidak berguna; mereka sangat tidak dapat diandalkan! Mereka sembrono, cabul, dan seenaknya, serta dapat merayu orang lain untuk berbuat dosa dan melakukan pelanggaran kapan saja dan di mana saja; orang-orang semacam itu tidak memiliki rasa malu dalam kemanusiaan mereka, dan mereka tidak dapat diselamatkan. Apakah orang-orang semacam itu menakutkan? (Ya.) Mereka tidak berpikir bahwa ini adalah hal-hal yang memalukan; sebanyak apa pun orang-orang yang ada, mereka secara terang-terangan berpakaian dan pamer seperti ini, berperilaku dengan bebas menuruti keinginannya sendiri dan merayu orang lain dengan cara seperti ini. Orang lain bahkan tidak tahu apa yang sedang terjadi—sementara mereka tetap berfokus pada pekerjaan normal mereka, mengobrol, atau bercakap-cakap, orang-orang ini sudah mulai menggoda seseorang dengan melemparkan pandangan genit. Lihatlah betapa menjijikkan dan menakutkannya orang-orang semacam itu! Mereka tidak punya rasa malu sedikit pun, bukan? Orang-orang yang tidak punya rasa malu terus-menerus melakukan pelanggaran, dan apa kesudahan akhirnya? (Mereka akhirnya akan dihukum di neraka.) Apa yang firman Tuhan katakan? "Pelanggaran Akan Menuntun Manusia ke Neraka." Oleh karena itu, jika masalah dengan kemanusiaanmu sangat serius, engkau sedang berada dalam bahaya besar. Jika kemanusiaan buruk seseorang dalam beberapa hal merupakan cacat, mungkin ada kesempatan untuk memperbaikinya. Namun, jika beberapa aspek dari kemanusiaan mereka buruk karena mereka secara alami tidak memiliki rasa malu, dan mampu merayu orang lain kapan saja dan di mana saja, dan—sekalipun mereka belum memperlihatkan watak rusak yang jelas—mereka tetap dapat melakukan pelanggaran serius yang mengakibatkan konsekuensi yang berat, itu berarti orang-orang semacam itu tidak memiliki batasan dalam cara mereka berperilaku, karakter mereka sangat buruk, dan jika mereka melakukan beberapa pelanggaran, itu dapat menghancurkan mereka. Dalam hal kemanusiaan, mereka telah menghalangi jalan di depannya. Ini karena kemanusiaan mereka sangat buruk dan pelanggaran mereka sangat banyak sehingga cukup untuk mengirim mereka ke neraka, dan segalanya akan berakhir bagi mereka sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menempuh jalan mengejar kebenaran dan memperoleh keselamatan. Tidak adanya rasa malu merupakan masalah yang sangat serius dalam hal kemanusiaan. Sebenarnya, itu tidak meningkat sampai ke taraf watak yang rusak; itu hanyalah cara, sikap, yang seseorang miliki dalam berperilaku dan menangani masalah tertentu. Sikap ini berkaitan dengan kemanusiaan mereka dan dapat membawa kepada pelanggaran, yang membuat masalahnya menjadi serius.

Ada orang-orang yang suka menari dan mempelajari gerakan tari dengan sangat cepat. Setelah guru memperagakannya tiga kali, mereka pada dasarnya telah menguasai irama dan gerakan tari tersebut serta dapat menampilkannya secara akurat. Mereka juga menari dengan sangat baik, telah memenangkan banyak penghargaan, dan mereka berharap untuk mengejar karier yang berhubungan dengan tari, mungkin sebagai guru tari atau penari. Aspek apa yang berkaitan dengan ini? (Ini berkaitan dengan minat dan hobi mereka.) Ini adalah kelebihan mereka; ini adalah minat dan hobi mereka. Mereka belajar menari dengan sangat cepat, yang menunjukkan bahwa mereka sangat pandai menari; mereka secara alami menangkap hal semacam ini dengan tepat dan mudah menguasainya. Ini adalah kelebihan, bukan? (Ya.) Mereka memiliki kelebihan dalam hal ini. Setelah belajar menari, mereka juga suka menari, bersemangat untuk menari; dan selain itu, mereka berencana untuk mengejar karier yang berhubungan dengan tari di masa depan, dan bermaksud menjadikan tari sebagai menjadi bagian hidup dan perjalanan masa depan mereka—ini ada kaitannya dengan minat dan hobi mereka. Menari adalah kelebihan sekaligus minat dan hobi mereka—ini adalah kondisi bawaan mereka. Ada orang-orang memiliki kondisi bawaan ini, dan setelah mereka mulai percaya kepada Tuhan, mereka juga senang menonton video-video tari. Jadi, mereka mengambil tugas menari di rumah Tuhan, berharap bahwa apa yang telah mereka pelajari dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas mereka serta dapat berguna di rumah Tuhan, dan agar mereka dapat mempersiapkan perbuatan baik mereka sendiri untuk diingat oleh Tuhan. Mereka memiliki dasar yang kuat dalam tari, dan mereka juga mempelajari berbagai jenis tarian dengan cepat. Sambil membuat program tari berdasarkan tuntutan rumah Tuhan, mereka bersedia mengajarkan kepada orang lain segala sesuatu yang telah mereka pelajari tanpa menyembunyikan apa pun. Meskipun mereka telah mempelajari lebih banyak jenis tarian daripada orang lain dan lebih ahli dalam profesinya, mereka tidak merasa lebih baik daripada orang lain. Mereka bergaul dengan baik dengan orang lain dan dengan sangat sabar mengajarkan apa yang telah mereka pelajari kepada saudara-saudari. Perwujudan apa ini? (Ini adalah perwujudan dari kemanusiaan mereka.) Apakah kemanusiaan mereka baik atau buruk? (Kemanusiaan mereka baik.) Dalam hal apa itu baik? (Mereka mampu mengajarkan kepada orang lain segala sesuatu yang mereka ketahui tanpa menyembunyikan apa pun, sehingga orang lain juga memperoleh apa yang mereka miliki—ini adalah kemanusiaan yang baik.) Mereka mampu mengajarkan kepada orang lain segala sesuatu yang telah mereka pelajari tanpa menyembunyikan apa pun. Kelebihan apa lagi yang mereka miliki? Mereka tidak terlalu pamer. Kemanusiaan jenis orang ini baik. Karena mereka memiliki kelebihan dalam tari, mereka mengambil tugas yang berhubungan dengan tari di rumah Tuhan. Namun setelah beberapa waktu, karena kebutuhan pekerjaan, rumah Tuhan mengatur agar mereka melakukan pekerjaan lain yang sesuai. Mereka berpikir, "Apakah dua puluh tahun yang telah kuhabiskan untuk belajar menari telah terbuang sia-sia? Sekarang aku diminta untuk melakukan pekerjaan yang tidak berkaitan dengan tari, aku merasa sangat tidak puas! Mengapa tidak membiarkanku menggunakan kelebihanku, keahlianku, daripada menjadikanku seorang pemimpin tim atau pengawas? Ini bukanlah kelebihanku, dan aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah kuduga." Meskipun di luarnya mereka berkata, "Semua ini adalah bagian dari pengaturan Tuhan, dan aku bersedia untuk tunduk," sebenarnya, apa pun yang para pemimpin katakan, mereka tidak mau menerimanya dan tidak mau mendengarnya. Mereka berpikir, "Kalian adalah orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan teknis, tetapi kalian datang untuk memimpin kami. Yang kalian lakukan hanyalah membicarakan doktrin. Kalian tidak lebih baik daripadaku!" Ini adalah perwujudan dari apa? (Hati yang membangkang.) Masalah macam apa ini? Apakah ini merupakan perwujudan dari watak yang rusak? (Ya.) Meskipun kemanusiaan mereka pada umumnya cukup baik—mereka bersedia bekerja sama dengan orang lain, bersikap baik, dan menjadi orang yang baik, tidak mengacaukan dan mengganggu atau menyebabkan kerusakan dan masalah—dan dalam hal keinginan subjektifnya, mereka bersedia tunduk pada pengaturan rumah Tuhan dan melaksanakan tugas mereka dengan baik. Jika menyangkut status mereka, atau hal-hal yang tidak sesuai dengan gagasan dan keinginan mereka sendiri, apakah mereka memiliki ketundukan? Apakah mereka menunjukkan adanya perwujudan mencari kebenaran? (Tidak.) Jadi, apa yang mereka wujudkan? (Yang mereka wujudkan adalah penentangan, keluhan, dan tidak adanya ketundukan pada pengaturan rumah Tuhan.) Benar. Jadi, masalah apa yang menyebabkan perwujudan ini? (Watak yang rusak.) Meskipun dari luar, kemanusiaan mereka tampak baik dan mereka tidak secara terang-terangan menentang, menimbulkan kegaduhan, atau menghakimi para pemimpin, sikap mereka terhadap hal-hal ini adalah perwujudan dari watak rusak mereka. Watak rusak seperti apa yang mereka perlihatkan? (Watak yang congkak.) Benar, kecongkakan. Mereka menganggap bahwa bahwa mereka ahli dalam suatu bidang tertentu dan kemanusiaan mereka cukup baik, jadi mereka menggunakan ini sebagai modal untuk menolak tunduk pada pengaturan para pemimpin gereja. Mereka tidak mencari kebenaran dan ingin melaksanakan tugas apa pun yang mereka sukai. Bahkan ketika gereja memberi mereka tugas yang sesuai, mereka tidak dapat menerimanya, dan jika sesuatu tidak sesuai dengan gagasan dan imajinasi mereka, sekalipun itu adalah pengaturan rumah Tuhan, mereka tidak mau tunduk. Ini adalah perwujudan dari pemberontakan dan watak yang congkak. Lihatlah serangkaian perwujudan yang mereka perlihatkan: Dari kelebihan kondisi bawaan mereka, hingga kemanusiaan mereka, dan akhirnya watak rusak mereka—perwujudan mereka mencakup ketiga aspek yang berbeda ini. Kelebihan kondisi bawaan mereka adalah sesuatu yang mereka miliki sejak lahir, dan tidak ada yang perlu dikritik dalam hal itu. Apa pun keahlian mereka, itu bukan berarti bahwa mereka tidak memiliki watak yang rusak, juga tidak dapat menunjukkan apakah karakter mereka baik atau buruk. Namun, rasa keunggulan orang yang disebabkan oleh kondisi bawaan tertentu, atau penempatan dan penggolongan yang ditentukan oleh opini publik duniawi terhadap mereka, dapat menyimpangkan kemanusiaan mereka. Apa arti dari penyimpangan ini? Artinya, karena seseorang memiliki beberapa kondisi bawaan yang dipandang relatif baik oleh orang lain, dan mereka menerima kekaguman dan penghargaan dari beberapa orang di masyarakat, mereka mengembangkan penggolongan yang salah tentang nilai dan posisi mereka sendiri. Mereka merasa bahwa mereka cukup baik, bahwa mereka lebih unggul dari orang lain, dan mulai memandang rendah orang lain, selalu yakin bahwa mereka benar dan segala sesuatu tentang diri mereka adalah baik, dan mereka ingin orang lain mendengarkan dan mengikuti mereka. Dengan demikian, pandangan dan sudut pandang mereka tentang berbagai hal semuanya keliru. Dengan pandangan dan sudut pandang yang keliru ini, seseorang akan mengikuti dunia dan umat manusia yang jahat. Apa yang tersirat dari mengikuti umat manusia yang jahat dan dunia yang jahat? Yang tersirat adalah bahwa engkau akan hidup berdasarkan pemikiran dan sudut pandang keliru yang berasal dari dunia yang jahat dan umat manusia yang jahat ini, dan bahwa engkau akan menggunakan pemikiran, sudut pandang, dan perkataan yang keliru ini untuk membedakan dan menggolongkan segalanya. Misalnya, katakanlah parasmu cukup rupawan, dengan fitur wajah yang bagus dan bentuk tubuh yang bagus—ini adalah kondisi bawaan yang diberikan oleh Tuhan. Tidak ada yang salah dengan ini; itu hanya fakta. Namun, di bawah posisi yang salah oleh masyarakat ini dan umat manusia yang jahat ini, fakta ini dapat membuatmu menjadi angkuh dan manja, dangkal, dan sombong. Dengan kata lain, karena memiliki kondisi bawaan yang unggul, dikombinasikan dengan pembelajaran dan pembiasaan, pencobaan, dan pembentukan berbagai pemikiran dan sudut pandang yang keliru dari masyarakat dan umat manusia ini, kemanusiaanmu menjadi menyimpang. Apa yang dimaksud dengan "menyimpang"? Pada dasarnya, memiliki kondisi bawaan ini sepenuhnya normal—berparas rupawan bukanlah sesuatu yang luar biasa; itu bukan berarti bahwa engkau memahami kebenaran, juga bukan berarti bahwa engkau mulia. Itu hanya berarti bahwa engkau terlihat baik, berpenampilan rapi, dan orang-orang mungkin mau lebih banyak melirikmu; engkau tidak menyebalkan ataupun tidak dianggap tidak menyenangkan bagi orang lain, dan itu saja. Namun, dalam lingkungan masyarakat di mana pemikiran tentang kecantikan, daya tarik, dan kemewahan yang berkelas dan mewah diidolakan, tren ini mendorongmu ke titik ekstrem, membuat kemanusiaanmu menjadi sombong, manja, dan dangkal. Memiliki paras yang rupawan merupakan kondisi bawaan. Tuhan memberikan kondisi bawaan ini kepadamu bukan untuk membuatmu sombong, manja, atau dangkal, melainkan, Dia ingin engkau memandangnya secara normal: "Terima kasih Tuhan karena telah memberiku kondisi bawaan ini, penampilan ini. Itu adalah kasih karunia dan anugerah Tuhan. Aku seharusnya bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak punya apa pun untuk dibanggakan." Dengan kondisi bawaan seperti itu, yang seharusnya dilakukan seseorang adalah memandang orang dan hal-hal serta berperilaku dan bertindak sesuai dengan ajaran Tuhan. Namun, setelah menerima berbagai pemikiran dan sudut pandang dari masyarakat dan Iblis, mereka mulai melihat kecantikan dan daya tarik sebagai semacam modal. Mereka kemudian menggunakan modal ini untuk mendapatkan dukungan dari setiap orang di setiap kelompok, memanfaatkan kondisi dasar bawaan ini untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ada orang-orang yang bahkan menggunakan kondisi bawaan ini untuk melakukan hal-hal yang melanggar hukum, melanggar batasan moral, atau menentang kemanusiaan. Alasan mengapa kemanusiaan seseorang mengandung beberapa hal yang menyimpang dan ekstrem adalah karena pengaruh yang memberatkan dari beberapa ajaran sesat, kekeliruan, dan opini publik yang salah dari masyarakat dan umat manusia yang jahat. Karena manusia secara bawaan tidak memiliki kebenaran dan kemampuan untuk membedakan, mereka secara alami menerima opini publik, perkataan, dan teori yang berasal dari masyarakat dan umat manusia yang jahat. Mereka menerima hal-hal negatif ini seolah-olah itu benar, dan di bawah bimbingan pemikiran dan sudut pandang yang keliru dan jahat ini, hati nurani dan nalar mereka tidak diubah atau dimurnikan, tetapi justru menyimpang dan rusak. Jika masyarakat ini tidak memuji atau menyanjung pria tampan dan wanita cantik, dan jika tidak ada pemikiran eksternal yang mencobai atau membentukmu—jika, ke mana pun engkau pergi, tidak ada yang memujimu karena ketampananmu, memberimu perlakuan khusus, atau menggoda atau menekanmu untuk melakukan berbagai hal—engkau akan menyadari bahwa memiliki ketampanan alami sepenuhnya normal dan tidak layak untuk dibanggakan. Ini berarti bahwa engkau akan melakukan hal-hal yang seharusnya kaulakukan berdasarkan kondisi dasar bawaanmu, dan tidak akan melakukan hal-hal yang seharusnya tidak kaulakukan hanya karena engkau memiliki kondisi bawaan yang unggul. Namun, karena pencobaan dan perusakan lingkungan eksternal, engkau mulai meyakini bahwa memiliki paras rupawan secara alami adalah sesuatu yang luar biasa dan membuatmu lebih baik daripada orang lain. Karena tidak memiliki pengendalian diri, engkau menggunakan parasmu yang menarik untuk merayu orang lain, menerobos kekangan hati nurani dan nalar, serta melewati batas-batas cara berperilaku. Pada lingkungan yang berbeda, engkau dapat memperlihatkan berbagai watak rusak, memanfaatkan kondisi bawaanmu yang unggul, dan menggunakan berbagai taktik untuk memperoleh keuntungan yang kauinginkan. Inilah hubungan antara kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak. Terkadang, ada hubungan tertentu di antara ketiga aspek ini, dan tentu saja, terkadang ada hubungan yang tak terelakkan di antara dua aspek pertama atau dua aspek terakhir. Apakah engkau mengerti? (Kami sedikit lebih mengerti sekarang.) Apa yang setidaknya harus kaupahami? Setiap kondisi bawaan itu sendiri tidaklah salah; kondisi itu hanyalah kondisi mendasar dari kemanusiaan seseorang. Dalam hal kemanusiaan, ada yang baik dan ada yang buruk, ada yang positif dan ada yang negatif. Jadi, bagaimana watak yang rusak muncul? Watak yang rusak muncul ketika, berdasarkan kondisi bawaan yang melekat pada dirinya, seseorang dikondisikan oleh berbagai pemikiran dan falsafah Iblis, serta pengondisian ini mengarah pada pembentukan berbagai sudut pandang yang keliru, yang kemudian menjadi semacam esensi kehidupan yang diandalkan orang tersebut untuk bertahan hidup. Inilah yang dimaksud dengan watak yang rusak.

Kita baru saja bersekutu tentang berbagai perwujudan dari kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak. Kita telah menyebutkan sepuluh kondisi bawaan, dan kita juga baru saja bersekutu tentang berbagai perwujudan yang berkaitan dengan kemanusiaan. Sekarang, mari kita rangkum: Perwujudan kemanusiaan apa saja yang telah kita persekutukan? (Dalam hal kemanusiaan, ada perwujudan kemanusiaan yang baik dan kemanusiaan yang buruk. Tuhan baru saja memberikan beberapa contoh. Ada orang-orang yang secara alami memiliki kelebihan tertentu dalam area tertentu dan ahli dalam profesi teknis tertentu, serta mereka mampu mengajar orang lain tanpa menyembunyikan apa pun. Ada juga orang-orang yang tidak memanfaatkan orang lain. Ini adalah perwujudan kemanusiaan yang relatif baik. Tuhan juga memberikan contoh perwujudan kemanusiaan yang buruk. Misalnya, memiliki kemanusiaan yang rendah dan tercela, serta terus-menerus suka mencari gosip di belakang orang lain; dan, dalam hal pendekatan ketika berinteraksi dengan lawan jenis, mereka bersikap seenaknya, tidak bermartabat, dan tidak berintegritas; serta bersikap egois, hina, dan suka memanfaatkan orang lain, serta terlalu perhitungan ketika berinteraksi dengan orang lain, tanpa sedikit pun hati nurani atau nalar—semua ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang buruk.) Di antara perwujudan dari kemanusiaan yang buruk, apa yang terburuk? Jenis orang seperti apa yang paling tidak engkau semua sukai? (Mereka yang tidak memiliki rasa malu dan sangat seenaknya dalam berinteraksi dengan lawan jenis.) Seenaknya, cabul, dan tidak memiliki rasa malu. Dalam bahasa istilah, orang-orang ini "bermuka tebal". Dalam bahasa sehari-hari, mereka "tidak tahu malu", atau lebih tepatnya, "benar-benar tak tahu malu". Tak seorang pun menyukai orang-orang semacam itu.

Ada orang-orang yang lahir di tempat di mana makan cabai rawit adalah hal yang biasa; mungkin karena iklimnya, atau karena keluarga mereka memiliki kebiasaan dan suka makan cabai rawit, mereka memakannya setiap hari, dan makanan sehari-hari mereka sering didominasi rasa pedas. Ini jelas merupakan kondisi bawaan. Kondisi bawaan manakah yang dimaksud? (Kebiasaan hidup.) Kebiasaan hidup mereka adalah mereka tidak bisa hidup tanpa rasa pedas dalam makanan sehari-hari mereka; semua yang mereka makan pasti memiliki rasa pedas. Sejauh mana preferensi ini? Mereka bahkan menambahkan bumbu pedas pada makanan manis, makan hamburger dan pizza dengan rasa pedas, serta bahkan menaruh cabai rawit dalam teh dan kopi—sejauh inilah konsumsi makanan pedas mereka. Ini adalah kebiasaan hidup. Apakah ada yang benar atau salah dalam hal ini? (Tidak.) Preferensi terhadap makanan pedas disebabkan oleh lingkungan tempat tinggal dan kebiasaan hidup; tidak ada yang benar atau salah dalam hal ini. Ada orang-orang makan makanan pedas secara berlebihan; jika tidak ada makanan pedas, mereka tidak mau makan. Entah engkau dapat menerimanya atau tidak, mereka bersikeras makan makanan pedas, dan tak ada seorang pun yang dapat mengubahnya. Singkatnya, kegemaran makan cabai rawit adalah kebiasaan hidup, tidak ada masalah dengan itu, dan itu tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Ada orang-orang yang berkata, "Kebiasaan hidup ini sangat ekstrem; haruskah itu dianggap sebagai hal yang negatif? Haruskah itu dikritik atau diatur? Haruskah kami menganjurkan beberapa pengetahuan kesehatan, dan menyebarkan gagasan bahwa prinsip-prinsip makan dan kebiasaan hidup harus mengutamakan kesehatan?" Dapatkah engkau yakin bahwa makan cabai rawit dan makanan pedas tidak sehat? Mereka telah makan dengan cara seperti ini selama bertahun-tahun, selama beberapa generasi, dan mereka cukup sehat. Khususnya, orang-orang di beberapa tempat makan cabai rawit hingga mencapai taraf di mana sulit bagi orang lain untuk menerimanya. Ketika orang-orang melihat betapa pedasnya makanan mereka, orang-orang ini merasa tidak nyaman, tetapi mereka kuat, sehat, dan cukup bertubuh tegap, dengan stamina dan daya tahan untuk melakukan pekerjaan fisik. Ini membuktikan bahwa makan cabai rawit tidak membahayakan dan tidak memengaruhi kesehatan; dan tampaknya pola makan mereka yang suka pedas juga sejalan dengan prinsip-prinsip kesehatan. Kegemaran makan cabai rawit merupakan kebiasaan hidup yang sudah ada sejak lahir. Entah orang lain suka atau tidak atau dapat menerimanya atau tidak, selama seseorang menikmatinya dan tidak mengganggu kehidupan atau pola makan orang lain, kebiasaan tersebut boleh dipertahankan. Tidak ada yang benar atau salah dalam hal ini; hal ini bukanlah masalah besar, dan rumah Tuhan tidak menghakiminya sedikit pun. Ada orang-orang yang berkata, "Makan cabai rawit tidak baik untuk perut." Jika engkau khawatir cabai rawit tidak baik untuk perut, engkau bisa memilih untuk tidak memakannya. Jika orang lain sudah makan makanan pedas dalam waktu lama dan perutnya menjadi tidak nyaman, mereka sendiri yang akan merasakannya dan membuat pilihan mereka sendiri. Jadi, setiap orang memiliki seleranya masing-masing—entah mereka suka rasa manis, asam, pahit, atau pedas, itu urusan pribadi. Seperti apa pun caramu makan atau sampai sejauh mana, tidak perlu merasa bersalah. Selama kondisi dan lingkungannya memungkinkan, engkau bisa mengesampingkan semua kekhawatiran dan makan tanpa rasa bersalah. Bagi-Ku, tidak ada aturan apa pun yang berkaitan hal ini. Jika ada yang ingin menyampaikan pendapatnya tentang hal ini, engkau boleh menjawabnya dengan berkata, "Ini kebebasanku, ini hakku, dan kau tidak perlu ikut campur. Sekalipun aku makan makanan yang hanya mengandung cabai rawit, itu bukan urusanmu. Apakah itu membahayakan perutku atau tidak, itu tanggung jawabku sendiri, bukan tanggung jawabmu." Apakah boleh berbicara seperti ini? (Ya.) Itu adalah urusanmu sendiri; itu bukan urusan orang lain, dan itu juga bukan urusan-Ku. Mengapa Kukatakan demikian? Karena masalah ini tidak ada kaitannya dengan kebenaran, tidak tidak ada kaitannya dengan watak yang rusak, dan itu bukanlah salah satu masalah yang ingin Tuhan bereskan untuk menyelamatkan manusia. Oleh karena itu, jika menyangkut masalah kebiasaan hidup, kita dapat mengabaikannya. Ini bukan sesuatu yang positif, dan ini juga bukan sesuatu yang negatif—ini hanya preferensi yang dimiliki beberapa orang.

Ada orang-orang yang menjadi tuan rumah yang suka makan cabai rawit, dan mereka ingin makan makanan pedas untuk ketiga waktu makan dalam sehari. Jadi, ketika mereka memasak, mereka menyiapkan hidangan pedas untuk setiap waktu makan. Ada orang-orang yang yang belum pernah makan cabai rawit merasa sulit untuk mengatasinya dan menyarankan untuk membuat hidangan yang tidak pedas sebagai gantinya. Namun, orang yang memasak tidak mau menerima hal ini dan berkata, "Itu tidak bisa. Aku sudah terbiasa makan makanan pedas; jika aku tidak membuatnya pedas, rasanya tidak enak bagiku. Kau harus berlatih makan makanan pedas; setelah memakannya selama beberapa waktu, kau akan terbiasa dan tidak akan takut dengan rasa pedasnya." Apa masalahnya di sini? (Ada masalah dengan kemanusiaan mereka.) Masalah seperti apa yang dimiliki kemanusiaan mereka? (Mereka memaksakan segala sesuatu kepada orang lain.) Memaksakan segala sesuatu kepada orang lain tidaklah baik. Bukankah ini berarti memaksa orang-orang lain untuk melakukan apa yang tidak ingin mereka lakukan? Orang-orang semacam itu berusaha menempatkan diri mereka di pusat dari semua yang mereka lakukan, meyakini bahwa apa yang mereka sukai adalah yang terbaik, dan bahwa orang lain harus menerimanya. Jika mereka menyukai sesuatu, mereka berusaha untuk membuat orang lain menyukainya juga; semua orang harus memuaskan mereka. Bukankah ini egois dan hina? Mereka bukan hanya memaksakan segala sesuatu kepada orang lain, melainkan juga ada sedikit kejahatan di dalamnya. Apakah kemanusiaan jenis orang ini baik? (Tidak.) Orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk tidak akan bisa memberikan manfaat kepada orang lain, mereka hanya bisa menyakiti, dan dalam kasus yang parah, mereka bahkan bisa mendatangkan kerugian. Orang-orang semacam itu terlalu egois dan hina, serta kasar tak bernalar. Jika seseorang memiliki nalar, dia mungkin berkata, "Aku suka makan makanan pedas, tetapi ada orang-orang yang tidak suka. Jadi, saat memasak, aku tidak boleh hanya memikirkan diriku sendiri. Aku perlu membuat hidangan pedas dan tidak pedas, sehingga aku dan semua orang lainnya dipuaskan. Prinsip yang kuikuti ketika melaksanakan tugasku adalah memuaskan semua orang, memastikan semua orang makan dengan baik, dan tidak hanya berfokus pada diriku sendiri. Aku harus melaksanakan tugas ini dengan baik berdasarkan prinsip-prinsip." Apa pendapatmu tentang orang-orang semacam ini? (Kemanusiaan mereka relatif baik.) Dalam hal apa itu baik? (Mereka tahu cara memedulikan orang lain dan menjaga orang lain. Bukannya hanya memuaskan diri mereka sendiri.) Mereka relatif baik, bukan? Kemanusiaan yang baik mencakup kebaikan—beperhatian terhadap orang lain dan menjaga mereka. Apakah ini ada kaitannya dengan kemanusiaan? (Ya.) Terlepas dari usia, jenis kelamin, atau temperamen seseorang, jika dia memiliki kemanusiaan yang baik, orang-orang di sekitarnya dan mereka yang berinteraksi dengannya akan mendapat manfaat. Secara lebih spesifik, beberapa orang akan menerima dukungan dan bantuan darinya, sementara yang lainnya akan dirawat olehnya dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah salah satu perwujudan kemanusiaan yang baik.

Ada juga orang-orang yang sangat menyukai makanan pedas sehingga bahkan ketika mereka pergi ke luar untuk melaksanakan tugasnya, mereka secara khusus mencari tempat-tempat yang menyajikan makanan pedas saat tiba waktunya makan. Jika mereka makan tanpa makanan pedas, hatinya merasa tidak nyaman: "Melaksanakan tugasku benar-benar terasa tidak menarik jika tidak bisa makan makanan pedas di sini. Aku ingin pulang, di mana aku dapat menikmati makanan pedas di setiap waktu makan—itu baru nikmat! Tanpa cabai rawit, tidak ada yang terasa enak; bahkan daging babi rebus pun kehilangan rasanya. Apa yang harus kulakukan?" Jadi, mereka terus mencari tempat-tempat di mana mereka dapat makan cabai rawit. Belakangan, mereka mengetahui tentang sebuah restoran yang spesialisasinya adalah makanan pedas, tetapi jaraknya lebih dari satu jam perjalanan. Mereka berkata, "Seberapa jauhnya pun restoran itu, aku harus pergi ke sana! Jika aku tidak makan sesuatu yang pedas hari ini, aku tidak mau melaksanakan tugasku. Jika aku tidak mendapatkan makanan pedas, aku tidak akan merasa tenang, dan aku sama sekali tidak bisa melewati hari ini!" Seseorang memberi tahu mereka, "Lingkungan di luar berbahaya sekarang, dan daerah ini cukup kacau! Jangan pergi ke sana untuk makan." Namun, mereka tidak mendengarkan, dan berkata, "Apa yang perlu ditakutkan? Makan itu penting! Bukankah kau biasanya juga pergi ke luar? Jangan takut, tidak akan terjadi apa-apa—Tuhan akan melindungi kita!" Setelah makan, mereka merasa senang. Asalkan mereka bisa makan cabai rawit dan makanan lezat yang mereka idamkan, semuanya terasa pas, dan mereka begitu bahagia hingga tidak bisa berhenti tersenyum, bahkan dalam tidur mereka. Kemanusiaan macam apa ini? (Kemanusiaan yang egois dan hina.) Selain bersikap egois dan hina, ada ciri lain: Ketika ingin melakukan sesuatu, mereka tidak mempertimbangkan lingkungan atau kondisi objektif. Asalkan mereka dapat memuaskan keinginan dan preferensi mereka sendiri, itulah yang terpenting. Mereka bersedia membayar harga berapa pun hanya untuk satu gigitan dari sesuatu yang ingin mereka makan—sekalipun itu berarti harus bersusah payah mendapatkannya, mereka akan melakukan apa pun untuk mencapai tujuan mereka. Apakah ini sekadar menjadi egois dan hina? Bukankah ini juga adalah kedegilan? (Ya.) Ini adalah kedegilan yang ekstrem! Siapa pun yang bersama mereka harus membayar harga untuk kedegilan mereka dan menanggung kepedihan karenanya. Apa pun yang mereka katakan harus dituruti, dan apa pun yang ingin mereka lakukan, itulah yang terjadi. Hari ini, suasana hati mereka sedang buruk, jadi mereka tidak ingin makan. Ketika ditanya mengapa mereka tidak makan, mereka berkata, "Aku sedang marah hari ini, suasana hatiku sedang buruk, jadi aku tidak merasa ingin makan." Malam harinya, saat waktunya untuk beristirahat, mereka juga tidak pergi tidur, berkata bahwa mereka tidak bisa tidur dan ingin bernyanyi untuk mengungkapkan emosi mereka. Seseorang mencoba membujuk mereka, dengan berkata, "Kau akan mengganggu tidur orang lain jika kau bernyanyi." Mereka menjawab, "Suasana hatiku sedang buruk sekarang. Aku ingin bernyanyi. Apakah kau bisa tidur atau tidak, itu bukan urusanku. Suasana hatiku sedang buruk, tetapi tak ada seorang yang menghiburku atau peduli padaku—kalian semua sangat egois!" Bukankah ini bersikap keras kepala? Mereka sangat keras kepala; mereka tidak berperilaku baik, dan melakukan apa pun sekehendak hati mereka. Ketika mereka sedang merasa senang, apa pun yang dikatakan orang lain tidak ada yang mengganggu mereka, dan mereka bahkan berkata, "Aku adalah orang yang berbesar hati. Aku tidak suka meributkan segala sesuatu." Namun, ketika mereka sedang tidak merasa senang, semua orang harus sangat berhati-hati dengan perkataan mereka, berusaha untuk tidak membuat mereka marah, karena hal itu dapat menyebabkan masalah besar. Mereka dapat mengamuk, menghancurkan barang-barang, dan bahkan tidak mau makan. Dalam kasus yang lebih parah, mereka mungkin ingin meninggalkan tugas mereka, meletakkan peralatan dan pulang ke rumah, sembari berkata, "Tak seorang pun dari kalian yang memperlakukanku dengan baik; kalian semua menindasku. Tidak ada orang yang baik di dunia ini!" Bukankah ini bersikap keras kepala? (Ya.) Apakah sifat keras kepala merupakan masalah dalam kemanusiaan? (Ya.) Mereka sangat keras kepala—semua orang harus melayani mereka, dan jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya, mereka segera berubah menjadi penuh kebencian, dan amarah mereka pun meledak-ledak. Tak seorang pun dapat menentang mereka, dan semua orang harus membujuk mereka. Meskipun mereka tidak muda lagi, kemanusiaan mereka tetap tidak dewasa, seperti anak kecil. Di mana pun mereka melaksanakan tugasnya, mereka tidak pernah mengikuti aturan umum. Ketika mereka sedang merasa senang dan ingin berbicara, semua orang harus mendengarkan, dan jika seseorang tidak mendengarkan, mereka menyimpan dendam terhadap orang tersebut. Ketika engkau berbicara kepada mereka, engkau harus tersenyum; jika engkau tidak menunjukkan ekspresi apa pun dan tampak tidak mau mendengarkan, mereka menjadi marah dan kehilangan kesabaran. Di dalam gereja, mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan, kapan pun mereka mau, tanpa memedulikan dampaknya terhadap rutinitas kehidupan normal orang lain. Asalkan mereka merasa nyaman dan berada dalam suasana hati yang baik, itulah yang penting bagi mereka, dan orang lain tidak diizinkan untuk mengajukan keberatan apa pun. Jika ada yang mengajukan keberatan untuk memperlihatkan rasa jijik atau tidak senang, hal itu akan memancing kemarahan mereka, dan mereka tidak akan membiarkannya begitu saja. Sebagian dari orang-orang semacam ini masih muda, dengan kemanusiaan yang belum dewasa, tetapi yang lainnya berusia empat puluhan, lima puluhan, atau bahkan tujuh puluhan atau delapan puluhan, dan mereka masih memiliki kemanusiaan seperti ini di usia senja, sangat keras kepala. Entah lingkungan atau kondisinya memungkinkan atau tidak, mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan. Misalnya, mereka tiba di tempat yang kondisinya tidak memungkinkan untuk mandi, tetapi mereka bersikeras untuk mandi, dengan berkata, "Di rumah, aku mandi setiap hari; aku tidak bisa pergi tanpa mandi." Namun, tempat ini tidak memiliki kondisi yang semestinya; bahkan mandi seminggu sekali pun sulit. Jadi, apa yang akan kaulakukan? Orang yang memiliki kemanusiaan yang normal tahu bagaimana cara menghadapi dan menangani situasi ini. Jika cuacanya lembap dan pengap, dia cukup mengambil sebaskom air dan mengelap tubuhnya di malam hari agar bisa tidur—ini adalah kesukaran yang bisa ditanggung. Ini tidak mustahil untuk diatasi. Namun, jenis orang ini tidak bisa mengatasinya; jika mereka tidak mandi, mereka tidak bisa tidur, tidak bisa makan, dan bahkan merasa tidak bisa bertahan hidup, seolah-olah mereka sedang menanggung penghinaan yang sangat besar. Seberapa keras kepalakah mereka? Mereka begitu keras kepala sehingga mereka tidak dapat melaksanakan tugas mereka seperti biasa, tidak dapat berinteraksi atau bergaul dengan orang lain seperti biasa, dan bahkan tidak dapat hidup seperti orang normal. Bagi orang lain, jenis orang ini tampak seperti memiliki gangguan mental. Jika mereka memiliki hubungan yang baik dengan seseorang, mereka tidak dapat dipisahkan, seolah-olah mereka adalah satu orang. Namun, jika mereka memiliki hubungan yang buruk dengan seseorang atau jika seseorang pernah menyinggungnya, mereka dapat menjalani seluruh hidup mereka tanpa berbicara dengan orang tersebut. Ketika mereka bertemu dengannya, mereka memalingkan mata mereka, dan wajah mereka langsung menjadi suram, seolah-olah mereka sedang menghadapi seorang musuh—sangat ekstrem. Apakah kemanusiaan orang-orang semacam ini normal? (Tidak.) Orang-orang semacam ini sangat keras kepala, dan kemanusiaan mereka tidak normal. Apa yang dimaksud dengan "tidak normal"? Itu berarti mereka tidak memiliki kemanusiaan yang normal. Dapatkah orang-orang semacam itu berinteraksi dan bekerja sama secara normal dengan orang lain? Dapatkah mereka hidup secara normal di antara orang-orang lain? Dapatkah mereka melaksanakan tugas mereka dengan baik? (Tidak.) Selama mereka ingin mencapai tujuan mereka—entah itu makan, menikmati perlakuan yang baik, atau melakukan sesuatu yang ingin mereka lakukan—itu harus dipenuhi. Jika tidak, rasanya seolah-olah langit sedang runtuh, seolah-olah dunia mereka akan berakhir. Mereka menjadi gelisah dan mulai menggerutu, mengeluh tentang orang lain, mengeluh tentang lingkungan, dan bahkan mengeluh tentang Tuhan, dengan berkata, "Lingkungan macam apa yang telah Tuhan atur untukku, membuatku sangat menderita? Mengapa orang lain tidak menghadapi lingkungan seperti itu dan menderita seperti ini? Mengapa aku yang menderita? Tuhan tidak adil!" Engkau dapat melihat bahwa natur Iblis mereka sudah muncul, bukan? Apakah kemanusiaan semacam ini memenuhi standar? (Tidak.) Orang-orang semacam ini perlu ditangani. Bagaimana seharusnya orang-orang semacam ini ditangani? (Kirim mereka ke gereja biasa.) Jika mereka sudah mencapai titik di mana mereka tidak lagi mampu melaksanakan tugas mereka, hanya menyebabkan kekacauan dan gangguan saat mereka melaksanakan tugasnya, membuat setiap orang yang melihatnya merasa jijik dan jengkel, serta orang-orang lain tidak dapat bergaul dengannya, maka mereka harus segera diusir—orang-orang semacam ini seperti kotoran anjing yang bau. Kedegilan termasuk bersikap egois, hina, dan juga kasar tak bernalar. Terkadang, itu juga termasuk bersikap terlalu perhitungan, kasar, dan bahkan kejam dan jahat. Ketika jenis orang ini melaksanakan tugas mereka selama kurun waktu tertentu, semua orang akan sangat dirugikan, dan siapa pun yang bertemu dengannya akan ketakutan. Jika engkau berusaha untuk menghindarinya dan tidak memprovokasinya, mereka tetap akan memiliki sesuatu untuk dikatakan: "Kau sedang bersembunyi dari apa, dari pencuri? Memangnya aku membuatmu tersinggung sehingga membuatmu menghindariku?" Namun, jika engkau mendekati mereka dan mencoba mengatakan sesuatu, mereka tetap tidak akan terlibat dalam percakapan normal denganmu. Mereka tidak memiliki kemanusiaan yang normal, dan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka bukan hanya mengalami kerugian secara verbal, melainkan juga mengalami kerugian pada integritas mereka, kerugian emosional, dan bahkan beberapa kerugian fisik. Orang-orang semacam itu benar-benar menjijikkan! Pantaskah untuk menggolongkan mereka sebagai orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk? (Ya.) Jenis orang ini memiliki kemanusiaan yang buruk dan keras kepala. Orang yang keras kepala bukan hanya tidak membangun orang lain, melainkan juga membuat mereka merasa terganggu dan jijik, serta tidak dapat bergaul dengan siapa pun. Katakan kepada-Ku, dapatkah orang yang keras kepala menerima kebenaran? (Tidak.) Jadi, watak macam apa yang dia miliki di dalam dirinya? (Sifat keras kepala.) Sifat keras kepalanya jelas, tetapi ada hal lain juga—apa itu? (Muak akan kebenaran.) Benar. Memiliki watak rusak yang keras kepala dan muak akan kebenaran—inilah dua ciri dari orang yang keras kepala. Jenis orang semacam ini tidak hanya keras kepala, tetapi juga egois dan kasar tak bernalar. Kekasaran mereka yang tak bernalar mencakup unsur mengganggu orang lain tanpa alasan dan semena-mena. Ketika engkau berinteraksi dengan mereka, berbicara dengan baik tidak akan berhasil—mereka menganggap bahwa engkau memiliki motif tersembunyi. Jika engkau berbicara dengan tegas, mereka menganggap bahwa engkau sedang menindas mereka, tetapi setelah kedegilan mereka menyebabkan kerugian bagi orang lain, mereka akan tetap berkata, "Aku tidak bermaksud menyakitimu. Jika kau merasa sakit hati, aku minta maaf." Meskipun perkataan ini terdengar baik, ketika orang yang disakiti itu tidak memaafkan mereka dan bahkan mengkritik mereka, orang yang keras kepala itu menjadi marah dan berkata, "Kau sama sekali tidak bisa melupakannya—bukankah kau hanya memanfaatkan permintaan maafku? Apa menurutmu aku mudah ditindas karena aku meminta maaf? Lalu sekarang kau menunjukkan kekuranganku! Apa aku punya kekurangan? Apa kau memenuhi syarat untuk menunjukkan kekuranganku?" Bukankah ini masalah tidak menerima kebenaran? (Ya.) Ini ada kaitannya dengan watak rusak mereka. Ciri dalam kemanusiaan mereka ini dengan sendirinya juga diwujudkan dalam ciri watak rusak tertentu—keduanya berkaitan. Ciri dari watak rusak dalam diri orang-orang jenis ini meliputi sifat keras kepala, muak akan kebenaran, dan sedikit kekejaman. Aspek-aspek ini adalah ciri dari watak rusak mereka.

Kondisi bawaan mencakup satu aspek lagi, yaitu naluri manusia. Misalnya, setelah beberapa orang percaya kepada Tuhan, mereka melihat penindasan, penangkapan, dan perlakuan kejam yang gila-gilaan dari pemerintah PKT terhadap umat pilihan Tuhan, dan mereka menjadi ketakutan, gelisah, gentar, dan ngeri. Terkadang, kaki mereka bahkan menjadi lemah, dan mereka terus-menerus ingin pergi ke kamar mandi. Perwujudan apakah ini? (Naluri.) Ini adalah reaksi naluriah. Dalam kemanusiaan yang normal, jika menyangkut peristiwa-peristiwa menakutkan tertentu, situasi yang melibatkan kehidupan orang-orang sendiri, atau hal-hal yang dapat membawa bahaya bagi diri mereka sendiri, apakah itu setelah mendengar informasi atau ketika dihadapkan dengan kenyataan, mereka akan memiliki beberapa reaksi naluriah, merasa gentar dan takut. Pada saat yang sama, tubuh mereka dengan sendirinya akan memperlihatkan beberapa reaksi normal, seperti menjadi bingung, kram otot, ketulian atau kebutaan sementara, serta mulut terasa kering, kaki menjadi lemah, keringat bercucuran, kehilangan kendali atas kandung kemih atau usus. Apakah reaksi-reaksi ini mungkin terjadi? (Ya.) Reaksi-reaksi ini, entah dikendalikan oleh sistem saraf atau disebabkan oleh beberapa alasan lain, bagaimanapun juga, adalah respons yang dihasilkan dalam tubuh oleh faktor eksternal, dan reaksi-reaksi ini secara kolektif disebut sebagai naluri. Kemampuan tubuh untuk bertahan memiliki batasnya; begitu melampaui batas keberanian seseorang, tubuh akan memperlihatkan beberapa reaksi naluriah. Reaksi-reaksi ini mungkin dipandang oleh orang lain sebagai kelemahan, atau itu mungkin tampak menggelikan, menyedihkan, atau patut mendapat simpati, tetapi tidak dapat disangkal bahwa semua itu merupakan beberapa perwujudan dari naluri bawaan seseorang. Ada juga orang-orang yang, ketika dihadapkan dengan bahaya, akan memegang kepala mereka dan menangis, meneteskan air mata, atau bahkan berteriak dengan keras; orang lain mungkin meringkuk di sudut gelap untuk bersembunyi—semua respons semacam ini adalah reaksi naluriah. Reaksi-reaksi naluriah ini, entah itu menangis, tertawa, atau menjadi sangat takut sehingga mereka melakukan sesuatu yang memalukan—apakah ada yang benar atau salah dalam hal ini? (Tidak.) Jadi, bagi mereka yang menjadi takut ketika mereka mendengar tentang pemerintah yang menangkap orang-orang percaya, dapatkah kita mengatakan bahwa orang-orang ini pengecut dan tidak memiliki kemanusiaan? (Tidak.) Apakah pernyataan, "Jika kau percaya kepada Tuhan, kau seharusnya beriman; kau tidak boleh takut!" benar? (Tidak.) "Ini adalah kelemahan, perwujudan dari kepengecutan dan ketidakmampuan. Itu menunjukkan kurangnya iman kepada Tuhan, dan itu menunjukkan bahwa mereka tidak tahu cara mengandalkan Tuhan. Orang semacam itu bukanlah seorang pemenang!" Dapatkah kita mengatakan ini? (Tidak.) Mengapa tidak? (Itu hanyalah reaksi fisiologis yang terjadi ketika seseorang menghadapi keadaan eksternal.) Itu adalah reaksi fisiologis yang normal, bukan perwujudan yang didorong oleh watak yang rusak. Artinya, ketika orang-orang memiliki perwujudan dan penyingkapan ini dalam keadaan seperti ini, itu bukan karena pengaruh watak yang rusak, juga bukan karena mereka dikuasai oleh beberapa pemikiran atau sudut pandang dalam kemanusiaan mereka. Reaksi-reaksi ini bukanlah sesuatu yang kaupikirkan sebelumnya; bukan berarti ketika dihadapkan dengan keadaan seperti itu, engkau tiba-tiba memiliki pemikiran liar, dan kemudian, saat engkau memikirkannya lebih lanjut, engkau panik, tubuhmu kejang-kejang, atau engkau bahkan kehilangan kendali atas kandung kemih atau ususmu. Bukan itu alasan di balik reaksi-reaksi ini. Melainkan, itu karena setelah mendengar tentang peristiwa-peristiwa ini atau berita ini, tanpa pemikiran yang disengaja, tanpa penyaringan atau pemrosesan mental apa pun, tubuhmu dengan sendirinya menghasilkan beberapa reaksi fisiologis yang bersifat naluriah. Jadi, reaksi alamiah semacam ini disebabkan oleh naluri bawaan tubuh. Tidak ada yang benar atau salah, tidak ada perbedaan antara kekuatan dan kelemahan, dan tentu saja tidak ada pembedaan antara positif dan negatif. Ada orang-orang yang berkata, "Seperti apa pun cara pemerintah melakukan penangkapan, aku tidak takut!" Aku akan berkata, itu membuatmu menjadi orang bodoh. Ketika si naga merah yang sangat besar menyiksamu, mari kita lihat apakah engkau takut atau tidak—pada saat itu, mustahil bagimu untuk tidak berteriak. Apa yang akan kaupikirkan ketika rasa sakit mencapai puncaknya? "Aku lebih baik mati. Jika aku mati, aku akan bebas, aku tidak akan kesakitan lagi." Semua ini adalah reaksi naluriah dari tubuh dan tak satu pun dari semua ini adalah masalah. Ada orang-orang yang berkata, "Aku tidak takut; jika ada seseorang yang memukulku, aku akan membalas, dan jika aku tidak bisa menang, aku akan lari saja." Namun, ketika engkau berlari dan ada seseorang yang mengarahkan senjata ke arahmu, kakimu akan lemah, hatimu akan makin gentar, dan engkau tidak akan berteriak "Aku tidak takut" lagi. Ketika nyawamu dipertaruhkan, engkau juga akan takut mati—ini adalah reaksi naluriahmu. Karena ini adalah reaksi naluriah, apa pun perwujudan yang orang miliki atau apa pun perwujudan kelemahan manusia yang orang miliki, itu tidak dianggap salah, juga tidak memalukan, dan Tuhan tidak mengutuknya. Tentu saja, engkau tidak boleh berusaha untuk menghalangi reaksi ini, dan orang yang tidak mengalaminya juga tidak boleh mengejek mereka, karena semua orang sama—semua orang terdiri dari daging dan darah. Reaksi naluriah dari daging dan darah adalah seperti ini; engkau seperti ini, mereka seperti ini, semua orang seperti ini. Ini seperti ketika seseorang bertemu seekor serigala; apa reaksi naluriah mereka yang pertama? "Lari! Lari secepat mungkin!" Sambil berlari, mereka menengok ke belakang untuk melihat apakah serigala itu telah berhasil mengejar mereka, khawatir: "Bagaimana jika dia berhasil mengejarku? Bagaimana jika dia menggigit leherku—apakah aku akan mati? Kalau saja aku punya pistol atau sebatang besi." Mereka hanya memikirkan hal-hal ini saat mereka sedang berlari. Namun, apa pun yang kaupikirkan, reaksi naluriah pertamamu pastilah segera melarikan diri dari kejarannya, berlari secepat dan sejauh mungkin, agar tidak tertangkap dan dimakan. Semua ini adalah reaksi naluriah. Apa reaksi naluriahmu? Ini adalah tentang menyelamatkan dirimu sendiri, melindungi hidupmu sendiri, dan memastikan bahwa hidupmu tidak berada dalam bahaya. Entah reaksi naluriah ini mungkin tampak pengecut, tidak tertahankan, atau memalukan bagi orang-orang yang melihatnya, sebenarnya semua itu tidak memalukan, karena itu adalah perwujudan yang normal dari orang-orang yang terdiri dari daging dan darah; itu adalah perwujudan alami. Reaksi naluriah hanyalah perwujudan alami, dan tidak ada yang memalukan tentang hal itu. Misalnya, engkau akan tertawa ketika engkau mendengar sebuah lelucon. Sekalipun ada makanan atau air di mulutmu, engkau akan tetap tertawa, karena ini adalah reaksi naluriah. Reaksi naluriah adalah fungsi bawaan yang diberikan Tuhan, yang dengan sendirinya akan terjadi dan menjalankan fungsinya ketika kondisinya tepat. Jadi, ketika menyangkut reaksi naluriah, itu adalah perwujudan alami. Semua itu mungkin adalah perwujudan dari kelemahan atau cacat kemanusiaan, atau semua itu mungkin adalah perwujudan dari ekspresi alami tubuhmu. Apa pun itu, karena itu adalah reaksi naluriah, tidak ada yang benar atau salah. Jika engkau merasa malu, itu menunjukkan bahwa engkau tidak memiliki wawasan dan bahwa kemanusiaanmu sangat dangkal—engkau ingin meninggalkan kesan yang baik pada orang lain. Jika engkau berusaha untuk menghalangi reaksi naluriahmu, itu membuktikan bahwa engkau bodoh dan bahwa ada masalah dengan nalarmu. Dalam lingkungan dan situasi khusus yang sangat berbahaya, sekalipun engkau begitu takut hingga mengompol, engkau tidak boleh menganggapnya sebagai sesuatu yang memalukan. Sebenarnya, ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang normal. Siapa pun akan memiliki perwujudan seperti ini dalam keadaan semacam itu—bahkan orang-orang terkenal atau tokoh hebat pun tidak terkecuali. Dalam keadaan yang sulit, tidak ada manusia super—engkau hanyalah orang biasa, tidak ada yang luar biasa, dan tidak ada yang perlu dibanggakan. Sekalipun engkau begitu takut hingga mengompol, dan orang lain mengetahuinya, itu bukanlah hal yang memalukan, karena dengan demikian, orang-orang tidak akan menghormatimu atau memujamu, dan setidaknya, engkau akan aman. Ini seharusnya sudah jelas sekarang, bukan? Reaksi naluriah manusia itu sangatlah normal dan alami. Misalnya, ketika rambutmu kotor dan kulit kepalamu gatal, secara naluriah engkau menggaruknya. Sekalipun kukumu menjadi kotor setelahnya dan orang-orang menganggapmu tidak sopan atau tidak higienis, apa yang bisa kaulakukan? Ketika rambutmu kotor, pasti akan ada kotoran, karena engkau terdiri dari daging dan darah, diciptakan dari debu tanah, dan engkau seharusnya mengakui fakta ini. Keadaan ini hanya memberitahumu bahwa rambutmu itu kotor dan harus dikeramas. Ketika kulit kepalamu gatal, menggaruk adalah reaksi naluriah. Reaksi naluriah adalah respons alamiah dan normal, suatu perwujudan yang normal di bawah kondisi bawaan dan sistem saraf yang Tuhan ciptakan. Meskipun terkadang perwujudan itu mungkin membuat kita merasa malu, tidak sopan, atau tidak bermartabat, kita tidak boleh berusaha mengubah atau menghalanginya. Di satu sisi, dengan melakukannya, engkau akan dapat memperlakukan naluri manusia dengan benar; di sisi lain, hal itu juga mendidik dan bermanfaat bagi caramu berperilaku. Begitu engkau memperoleh pemahaman dan kesadaran tertentu tentang aspek ini, ketika berinteraksi dan berurusan dengan orang lain, jika aspek-aspek tertentu dari naluri tubuh manusia diwujudkan dan diperlihatkan secara alami, engkau tidak perlu dengan sengaja menutupinya. Terkadang, jika situasi yang memalukan benar-benar terjadi, engkau tidak perlu menjelaskan, atau menyamarkannya atau berpura-pura, karena itu adalah perwujudan dari kemanusiaan yang normal, dan itu juga merupakan reaksi naluriah manusia—semua ini berada dalam batas-batas yang dapat diterima oleh orang normal. Misalnya, ketika orang-orang makan kacang-kacangan, tubuh mereka secara alami menghasilkan sejumlah gas, dan secara naluriah mereka akan bersendawa atau kentut. Ini adalah hal yang sangat alami. Para anak muda sering kali merasa bahwa perwujudan seperti itu memalukan, tetapi sebenarnya tidak ada yang memalukan tentang hal itu. Ini hanyalah reaksi naluriah tubuh yang normal, dan itu tidak ada kaitannya dengan prinsip-prinsip tentang bagaimana cara berperilaku atau bertindak. Meskipun ada orang-orang yang mungkin tidak mengerti atau mungkin tidak puas dengannya, hal itu jelas tidak sampai sampai taraf tidak memiliki batasan untuk cara berperilaku, tidak punya sopan santun, tidak tahu aturan, keras kepala, egois, atau memiliki kemanusiaan yang buruk atau jahat—tidaklah perlu untuk meningkat sampai ke taraf ini. Masalah ini tidak ada kaitannya dengan cara berperilaku, dan itu tentu saja tidak ada kaitannya dengan watak yang rusak. Tidak perlu membesar-besarkan hal ini. Hal-hal ini harus diperlakukan dengan benar.

Ada orang-orang yang, karena mereka dilahirkan di negara-negara atau lingkungan yang terbelakang, atau dalam keluarga dengan kondisi yang buruk, tidak begitu memperhatikan segala sesuatu dalam hidup mereka. Mereka mungkin tidak teliti dalam hal kebersihan makanan, mereka mungkin mengenakan pakaian yang sama untuk waktu yang lama tanpa mencucinya, dan mungkin bahkan tidak menyadari jika pakaian mereka berbau keringat. Perwujudan macam apa ini? (Ini adalah perwujudan dari kebiasaan hidup.) Ini adalah masalah kebiasaan hidup; tidak terlalu memperhatikan kebersihan. Ada orang-orang yang menggunakan handuk yang sama untuk mencuci muka dan kaki mereka, dan kemudian menggunakannya untuk menyeka keringat saat mereka pergi bekerja di siang hari. Terkadang, jika mereka melihat seseorang terluka, mereka bahkan menggunakan handuk yang sama untuk menutupi luka tersebut. Mereka sama sekali tidak menaruh perhatian pada kebersihan. Masalah apakah ini? Ini ada hubungan tertentu dengan kondisi keluarga tempat mereka dilahirkan. Ada orang-orang yang berasal dari keluarga dengan kondisi kehidupan yang baik, di mana setiap orang memiliki beberapa handuk dan handuk mandi, dengan perbedaan yang jelas antara yang digunakan untuk wajah dan yang digunakan untuk kaki. Mereka mandi dan mencuci muka mereka setiap hari, dan handuk serta handuk mandi juga dicuci setiap hari, jadi tampaknya mereka sangat teliti. Bagaimana kebiasaan-kebiasaan seperti itu terbentuk? Kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk karena adanya landasan ekonomi dan kondisi keuangan tertentu dalam keluarga tersebut, yang menyebabkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik ini. Hal ini membuat seseorang tampak sangat memperhatikan kebersihan dan terhormat. Dari luar, tampaknya mereka sangat teliti, tetapi sebenarnya, di balik semua ini ada kondisi bawaan yang telah menyebabkannya. Jadi, mengapa ada orang-orang yang tidak memperhatikan hal-hal ini? Ada orang-orang yang pada dasarnya cenderung tidak terlalu memperhatikan hal-hal semacam itu, dan sekalipun mereka memiliki sarananya, mereka tidak menganggap hal-hal ini terlalu serius—ini bukanlah masalah yang penting. Bagi orang lain, ini adalah karena kondisi dan lingkungan keluarga mereka. Dalam sebuah keluarga yang terdiri dari tujuh atau delapan orang, mereka semua mungkin menggunakan handuk yang sama untuk mencuci muka dan kaki mereka, dengan satu orang menggunakannya secara bergantian. Ada orang-orang yang bahkan pergi tidur tanpa mencuci kaki mereka dan tetap tidur nyenyak. Ini tidak memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka atau cara mereka berperilaku. Mereka yang teliti mungkin berkata, "Tetapi ada kuman di kakimu—kakimu sangat kotor!" Yang lain mungkin menjawab, "Kaki itu tidak kotor; kaki tertutup sepanjang hari dan tidak bersentuhan dengan dunia luar, jadi tidak ada kuman, hanya keringat kaki. Orang-orang menganggap keringat kaki itu kotor, tetapi sebenarnya tidak. Di beberapa tempat, kaki bahkan digunakan untuk menghasilkan makanan. Siapa yang tahu, makanan yang kaubeli di pasar mungkin dibuat dengan mencampur adonan dengan kaki manusia. Kau tidak dapat melihatnya, dan kau memakannya—tetapi engkau masih menganggap dirimu sangat teliti!" Apakah seseorang itu teliti atau tidak, semua ini adalah kebiasaan hidup atau cara hidup yang dibentuk oleh kondisi bawaan. Ini tidak ada kaitannya dengan cara mereka berperilaku. Jadi, perwujudan macam apa yang ada kaitannya dengan perilaku seseorang? Misalnya, ketika dihadapkan dengan situasi berbahaya, ketika sedang diburu oleh si naga merah yang sangat besar, semua orang merasa tegang dan takut, lalu mereka akan memiliki beberapa reaksi naluriah. Namun, ada orang-orang yang mungkin berkata, "Setegang dan setakut apa pun kita semua saat ini, kita harus tenang dan menangani masalah situasi tersebut. Kita harus terlebih dahulu melindungi para pemimpin dan pekerja, lalu saudara-saudari dari daerah lain, agar mereka dapat segera pergi." Namun, yang lainnya mungkin berpikir secara berbeda: "Melindungi mereka? Bagaimana denganku? Bagaimana jika aku tidak dapat melarikan diri pada akhirnya? Aku harus lari terlebih dahulu! Siapa pun yang berlari terlebih dahulu tidak akan tertangkap, dan tidak akan dihukum atau disiksa." Engkau dapat melihat bahwa ketika dihadapkan dengan bahaya, meskipun semua orang memiliki reaksi naluriah yang sama yaitu takut, ada orang-orang yang mengutamakan untuk melindungi orang lain dan mengesampingkan keselamatan hidup mereka sendiri—orang-orang semacam itu menunjukkan kasih dan kebaikan. Namun, yang lainnya memikirkan diri mereka sendiri terlebih dahulu, melarikan diri tanpa memikirkan orang lain—ini adalah keegoisan. Sebenarnya, dalam hal kepekaan hati nurani kemanusiaan mereka, apakah mereka tahu bahwa mereka harus terlebih dahulu melindungi para pemimpin dan pekerja serta saudara-saudari dari daerah lain? Dalam hal prinsip, apakah mereka memahami hal ini? (Ya.) Ketika semua orang sama-sama memahami prinsip ini dan memiliki reaksi naluriah, orang-orang berbeda dalam hal perwujudan mereka. Ini mencerminkan perbedaan kemanusiaan di antara individu. Ada orang-orang yang egois dan hina, hanya memedulikan diri mereka sendiri dan mengabaikan orang lain, sedangkan yang lainnya baik hati, bisa tidak mementingkan diri sendiri dan memikirkan orang lain, mengutamakan perlindungan mereka dan tidak bertindak egois. Apakah ini mencerminkan jenis kemanusiaan yang berbeda? (Ya.) Ini membuat perbedaan yang jelas. Jadi, dari jenis-jenis orang ini, dengan dua jenis kemanusiaan yang berbeda, jenis orang manakah yang mampu menerima kebenaran dan membuang watak rusaknya? (Jenis orang dengan kemanusiaan yang baik mampu menerima kebenaran dan dengan mudah membuang watak rusaknya.) Bagaimana dengan orang-orang yang egois? (Tidak mudah bagi mereka untuk menerapkan kebenaran; sekalipun mereka memahaminya, mereka tidak mampu menerapkannya, jadi sulit bagi mereka untuk membuang watak rusak mereka.) Tepat sekali. Jadi, meskipun semua orang mungkin memperlihatkan watak yang rusak, jika kemanusiaan orang-orang berbeda, maka mereka juga akan berbeda dalam hal apakah mereka mampu membuang watak rusak mereka atau tidak. Ketika orang-orang memiliki jenis kemanusiaan yang berbeda, mereka merespons situasi yang sama dengan sikap dan pendekatan yang berbeda. Ini menentukan apakah seseorang pada akhirnya mampu menerima kebenaran dan hal-hal positif, apakah dia dapat menempuh jalan mengejar kebenaran, dan apakah dia mampu membuang watak rusaknya. Kemanusiaan orang sangat penting, bukan? Ketika menghadapi bahaya, semua orang akan memiliki beberapa reaksi naluriah—mereka semua merasa takut, panik, dan ngeri, mereka tidak yakin, takut akan kematian, dan ingin melarikan diri. Dalam situasi kritis semacam itu, seseorang yang memiliki kemanusiaan yang baik akan terlebih dahulu berpikir untuk melindungi para pemimpin dan pekerja, serta saudara-saudari dari daerah lain—yang pertama-tama dia pikirkan adalah keselamatan orang lain. Meskipun dia juga memiliki reaksi naluriah—takut, panik, ngeri—dan secara alami juga memiliki naluri untuk melindungi diri sendiri, caranya menangani situasi bukanlah melindungi dirinya sendiri terlebih dahulu, tetapi melindungi orang lain. Beginilah cara berperilaku seseorang yang memiliki kemanusiaan yang baik. Lalu bagaimana dengan cara berperilaku orang yang egois? Dia mungkin memikirkan orang lain, tetapi dia tidak melindungi mereka—dia melindungi dirinya sendiri terlebih dahulu. Oleh karena itu, orang yang memiliki kemanusiaan yang baik, yang dapat berempati dan melindungi orang lain, sangatlah mungkin menerima kebenaran. Hati nurani dan nalar kemanusiaannya selaras dengan kondisi yang dibutuhkan untuk menerima kebenaran dan membuang watak rusaknya. Sedangkan untuk jenis orang yang egois, sekalipun dia memahami kebenaran, dia tidak menerima atau menerapkannya. Ketika dihadapkan dengan bahaya, kemanusiaannya mewujudkan perlindungan diri dan keegoisan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa dinilai dari kemanusiaan yang dia wujudkan, dia tidak memiliki kondisi dasar yang diperlukan untuk menerima kebenaran dan membuang watak rusaknya. Ini berarti bahwa dalam situasi di mana penerapan kebenaran diperlukan, hati nurani dan nalarnya kehilangan fungsinya. Dia bertindak menentang hati nurani dan nalarnya. Dia tidak memilih untuk mencari kebenaran dan melakukan hal-hal yang seharusnya dia lakukan, tetapi justru memilih untuk menentang hati nurani dan nalarnya, serta bahkan menentang keadilan moral dan menentang kebenaran, sepenuhnya memuaskan keinginan egoisnya dan kebutuhan kepentingannya untuk melindungi dirinya sendiri dan menjaga semua kepentingannya. Oleh karena itu, tidak akan mudah bagi jenis orang ini untuk menempuh jalan mengejar kebenaran atau jalan keselamatan. Yang tersirat dari hal ini adalah bahwa watak rusaknya sangat sulit untuk dibuang. Bahasa halusnya, alih-alih mengatakan bahwa dia tidak mampu membuang watak rusaknya, kita akan mengatakan bahwa sangat sulit baginya untuk membuangnya. Jadi, melihat masalahnya sekarang, apakah seseorang mampu membuang watak rusaknya atau tidak dan apakah dia dapat diselamatkan atau tidak, sepenuhnya tergantung pada kondisi bawaannya? (Tidak.) Tergantung pada apa? (Kemanusiaannya.) Itu tergantung pada karakternya, dan apakah hati nurani dan nalar kemanusiaannya dapat berfungsi ketika dia menghadapi berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal. Dengan kata lain, itu tergantung pada apakah dia bertindak berdasarkan hati nurani dan nalarnya atau tidak ketika sesuatu terjadi. Jika seseorang bertindak di bawah arahan hati nurani dan nalarnya, dia akan memilih hal-hal positif dan memilih kebenaran. Namun, jika dia bertindak menentang hati nurani dan nalarnya, maka seberapa banyak pun kebenaran yang dia pahami atau entah kualitasnya tinggi atau rendah, dia akan menentang keadilan moral, menentang prinsip-prinsip kebenaran, dan bahkan kehilangan kemanusiaannya. Apa yang kaupahami dari hal ini? Apakah kemanusiaan itu penting? (Ya.) Apa pun situasinya, jika seseorang bertindak menentang hati nurani dan nalarnya serta menentang keadilan moral setiap kali itu ada kaitannya dengan kepentingannya, dia akan kehilangan kemanusiaannya. Dia akan melakukan apa pun untuk mengamankan dan melindungi kepentingannya sendiri. Jadi, ketika dihadapkan dengan suatu situasi, dia tidak akan memilih untuk bertindak berdasarkan hati nurani dan nalarnya. Sebaliknya, dia akan menentangnya demi kepentingannya sendiri, mengorbankan integritas dan martabatnya untuk mencapai tujuannya. Dilihat dari perspektif ini, seberapa baiknya pun jenis orang ini biasanya berperilaku, dia tidak mengejar apa pun selain kepentingannya sendiri—watak rusaknya sangat sulit untuk dibuang. Dia tidak menerima kebenaran—makin kritis momennya, dan makin dia dihadapkan dengan kenyataan, makin dia memilih untuk menentang hati nurani, nalarnya, dan kebenaran; dan makin kritis momennya, makin dia memperlihatkan watak rusaknya yang muak akan kebenaran dan kemanusiaannya yang egois dan hina. Oleh karena itu, bagi jenis orang ini, sangatlah sulit untuk membuang watak rusaknya. Sekarang, apakah sudah jelas bahwa kemanusiaan seseorang merupakan syarat mendasar untuk membuang watak yang rusak? Kemanusiaan seperti apa yang dimiliki seseorang menentukan apakah dia pada akhirnya mampu membuang watak rusaknya, apakah dia pada akhirnya dapat menempuh jalan mengejar kebenaran, dan apakah dia pada akhirnya dapat memperoleh keselamatan.

Ada orang-orang yang secara alami pendiam, dengan kepribadian yang lembut dan toleran. Mereka jarang meributkan segala sesuatu atau berselisih dengan orang lain, juga tidak terlalu riuh. Tutur kata mereka tidak mencolok, dan suara mereka lembut. Dari luar, mereka tampak sangat lembut, dan mereka melakukan segala sesuatunya dengan cara yang teratur dan tidak terburu-buru. Bahkan ada orang-orang pemalu yang tidak suka banyak berkomunikasi secara verbal dengan orang lain dan tidak mau terlalu banyak memiliki interaksi dengan orang lain. Ke mana pun mereka pergi, kehadiran mereka pada dasarnya tidak terlalu penting. Masalah macam apa yang berkaitan dengan perwujudan ini? (Ini adalah masalah yang berkaitan dengan kepribadian mereka.) Ini adalah masalah dengan kepribadian bawaan mereka. Dari luar, orang-orang ini memiliki kepribadian seperti ini, dan di dalamnya, pemikiran mereka juga sangat sederhana. Mereka relatif baik terhadap orang lain, berinteraksi dengan orang lain secara relatif adil, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, dan ketika mereka menerima bantuan atau pertolongan dari orang lain, mereka membalasnya, dan mereka juga mengingat kebaikan orang lain di dalam hati mereka. Dari luar, orang-orang ini tampak memiliki kemanusiaan yang baik: Mereka tidak berbahaya baik bagi manusia maupun binatang; mereka toleran, peka terhadap orang lain, dan tidak suka bertengkar dengan orang lain; mereka tidak terlibat dalam perselisihan, juga tidak suka bergosip tentang orang lain; mereka tidak menghakimi orang lain di belakang mereka, dan mereka tidak pernah secara proaktif menyerang atau menyakiti orang lain; ketika seseorang berada dalam kesulitan, selama mereka bisa membantu, mereka tidak akan pernah menolak, dan mereka tidak meminta imbalan apa pun. Kebanyakan orang akan mengatakan bahwa orang-orang ini cukup mudah bergaul. Jadi, apakah orang-orang ini secara lahiriah tampak memiliki kemanusiaan yang baik? (Ya.) Namun, pada suatu hari, rumah Tuhan bertanya kepada mereka tentang bagaimana keadaan segala sesuatu: "Bagaimana pekerjaan para pemimpin gereja kalian? Apa pendapat saudara-saudari tentang mereka? Sudahkah pekerjaan penginjilan membuahkan hasil selama periode ini? Adakah orang yang mengacaukan atau mengganggu pekerjaan gereja?" Mereka merenungkan hal ini: "Mengapa mereka bertanya kepadaku tentang hal ini? Apa tujuan mereka? Apakah mereka bermaksud bahwa aku harus mengatakan bahwa para pemimpin tidak bekerja dengan baik? Apakah mereka ingin memberhentikan para pemimpin kita? Mereka sedang mencoba untuk mengorek informasi dariku dan mendapatkan konfirmasi dariku. Kalau begitu, aku tidak akan mengatakan apa pun. Jika suatu hari para pemimpin diberhentikan dan mereka mengetahui bahwa akulah yang telah melaporkan masalah-masalah mereka, bukankah mereka akan menaruh dendam terhadapku?" Jadi mereka menjawab, "Para pemimpin telah melakukan pekerjaan yang cukup baik akhir-akhir ini; aku tidak pernah melihat ada masalah sedikit pun." Hanya itulah yang mereka katakan. Ketika mereka ditanya lagi, "Kau benar-benar tidak pernah melihat ada masalah sedikit pun?" Mereka menjawab, "Bagaimana kalau kau meminta saudari Anu untuk menceritakannya, dia sering berinteraksi dengan para pemimpin. Mereka cukup sering bergaul dan dia mengenal mereka dengan baik. Aku tidak begitu mengenal mereka." Namun sebenarnya, mereka berpikir: "Sekalipun aku tahu, aku tidak boleh mengatakan apa pun. Jika aku angkat bicara dan para pemimpin itu kemudian diberhentikan, bukankah mereka akan menaruh dendam terhadapku? Sekalipun mereka tidak diberhentikan, jika mereka tahu aku mengatakan sesuatu yang buruk tentang mereka, bukankah mereka akan mempersulit diriku? Mungkinkah mereka menyiksaku? Apakah tugasku akan diambil? Aku tidak boleh mengatakan apa pun!" Perwujudan macam apakah ini? (Itu adalah perwujudan dari kelicikan.) Masalah macam apa yang berkaitan dengan hal ini? Watak yang rusak. Dari luar, orang semacam ini tampaknya memiliki kepribadian yang baik dan kemanusiaan yang baik, tetapi setiap kali harus mengevaluasi orang lain atau melaporkan masalah, mereka mengaku tidak tahu, berkata bahwa mereka belum lama menjadi menjadi orang percaya dan tidak memahami kebenaran, bahwa mereka terlalu bodoh untuk memahami yang sebenarnya mengenai berbagai hal. Masalah siapa pun yang mereka lihat, mereka tidak pernah melaporkannya atau membicarakannya. Ketika seseorang menghakimi pemimpin di belakang mereka atau melaksanakan tugas mereka dengan sikap asal-asalan, mereka berpura-pura tidak melihat atau mengetahuinya dan tidak pernah melaporkan apa pun. Ketika para pemimpin bertanya, "Kau telah menghabiskan banyak waktu dengan si Anu; seperti apa kinerja tugasnya biasanya? Apakah dia sanggup menanggung kesukaran dan membayar harga?" mereka menjawab, "Kulihat mereka bangun pagi-pagi sekali dan tidur larut malam." Sebenarnya, mereka telah lama memperhatikan bahwa orang ini sering menonton video-video dunia orang tidak percaya dan tidak membayar harga dalam melaksanakan tugasnya, tetapi mereka tidak mengatakan yang sebenarnya; mereka selalu menjaga keharmonisan yang dangkal dengan semua orang. Dari luar, kepribadian bawaan mereka tampak baik, dan kemanusiaan mereka juga tampak baik, tetapi apa yang tersembunyi di balik penampilan kemanusiaan yang baik ini? Mereka adalah para penyenang orang; mereka adalah para penyenang orang yang tidak menyinggung siapa pun, tidak pernah menyakiti siapa pun, tidak pernah mengambil keuntungan dari orang lain, dan tidak pernah membuat musuh. Apa prinsip mereka dalam berperilaku? (Tidak menyinggung siapa pun.) Mereka tidak menyinggung siapa pun, tidak menyakiti siapa pun, dan hanya berusaha melindungi diri mereka sendiri. Apakah ini bersikap penuh tipu daya? (Ya.) Bahkan ketika seseorang dengan tulus bersekutu dengan mereka, berkata, "Kita telah menghabiskan banyak waktu bersama-sama untuk melaksanakan tugas kita. Kumohon tunjukkanlah masalah apa pun yang kaulihat dalam diriku. Aku berjanji untuk menerimanya dan berubah. Kumohon bersekutulah juga denganku tentang prinsip-prinsip penerapan dalam hal ini"—bahkan ketika orang lain begitu bersungguh-sungguh, mereka tetap tidak mengatakan yang sebenarnya. Sebaliknya, mereka dengan tidak tulus berkata, "Kau jauh lebih baik dariku. Sebenarnya, tak seorang pun dari kalian menyadarinya, tetapi aku benar-benar lemah. Aku menjadi negatif, dan aku juga pemberontak." Setulus apa pun orang lain bertanya kepadanya, mereka tetap tidak akan mengatakan apa pun. Mereka sama sekali tidak mau menyinggung siapa pun dan tidak akan pernah membuat satu pun pernyataan yang jujur. Mereka tidak akan mengatakan yang sebenarnya kepada siapa pun, menyimpan semuanya di dalam hati mereka. Dari sini dapat dilihat bahwa bukan karena mereka tidak memiliki pemikiran, karena mereka bukan robot, dan mereka tidak hidup sendirian tanpa interaksi dengan orang lain. Mereka memang memiliki pendapat tentang berbagai orang dan hal-hal, tetapi mereka tidak pernah mengungkapkannya atau menceritakannya atau menyampaikannya kepada siapa pun. Mereka hanya menyimpan semuanya sendiri. Di satu sisi, itu karena mereka tidak ingin orang lain mengetahui yang sebenarnya mengenai mereka, dan di sisi lain, itu karena mereka tidak ingin menyinggung siapa pun. Jadi, apa prinsip mereka dalam berperilaku? Apakah mereka tidak memiliki prinsip? (Ya.) Mereka tidak memiliki prinsip. Mereka tidak pernah mencari kebenaran atau menjunjung tinggi prinsip. Mereka hanya berfokus pada membela dan menjaga diri mereka sendiri. Selama mereka tidak disakiti, mereka tidak peduli dengan apa yang Tuhan tuntut. Mereka tidak memiliki prinsip atau batasan dalam cara mereka berperilaku, dan mereka tidak menyinggung siapa pun—mereka hanyalah para penyenang orang. Oleh karena itu, di mata orang lain, mereka juga dianggap sebagai orang yang baik karena orang-orang yang berinteraksi dengan mereka sering menerima bantuan mereka, dan kapan pun orang lain meminta sesuatu kepada mereka, mereka tidak pernah menolak, membuat orang-orang meyakini bahwa mereka adalah orang yang baik. Namun, jika engkau memeriksa secara saksama prinsip-prinsip yang mereka gunakan dalam berperilaku, engkau akan mendapati bahwa mereka tidak memiliki prinsip untuk cara mereka berperilaku. Jika menyangkut masalah yang berkaitan dengan watak yang rusak, akankah mereka mencari kebenaran untuk membereskannya? Akankah mereka bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran? (Tidak.) Jawabannya sudah pasti tidak. Orang-orang ini berpegang pada pemahaman subjektif mereka sendiri, meyakini bahwa mereka memiliki kemanusiaan yang baik dan hati yang baik. Mereka merasa bahwa mereka tidak pernah memendam niat buruk terhadap orang lain, atau setidaknya, tidak akan secara aktif menyakiti orang lain atau merugikan kepentingan mereka. Setiap kali orang lain memiliki permintaan atau kebutuhan, mereka selalu meresponsnya. Dalam pemahamannya, mereka menganggap bahwa tidak menyinggung atau menyakiti siapa pun membuat mereka menjadi orang yang baik. Dengan tidak membuat musuh, mereka mengira bahwa mereka tidak akan menempatkan diri mereka dalam situasi berbahaya apa pun, dan tak seorang pun akan melihat mereka sebagai musuh. Dengan cara ini, mereka tidak akan disakiti dan akan tetap aman. Apa tujuan jenis orang ini dalam cara mereka berperilaku? Satu-satunya tujuan mereka adalah perlindungan diri; bagi mereka, cukuplah untuk hidup dalam apa yang mereka yakini sebagai tempat berlindung dan zona nyaman yang paling nyaman dan aman. Mereka tidak berniat untuk mengubah prinsip dan batasan dalam cara mereka berperilaku, atau arah perilaku mereka, dan mereka tentu saja tidak berniat untuk membuang watak rusak mereka. Orang-orang ini adalah penyenang orang dan penghindar masalah. Seperti apa pun orang lain mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran atau tentang batasan dan prinsip-prinsip tentang cara berperilaku, mereka tidak akan mengubah cara mereka berperilaku. Jadi, apakah orang-orang ini memiliki kemanusiaan yang baik? (Tidak.) Dapatkah orang-orang ini menerima kebenaran atau menjunjung tinggi prinsip? (Tidak.) Mengapa mereka tidak dapat menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran? Karena dalam pikiran mereka, standar mereka dalam berperilaku adalah menjadi penyenang orang. Jika menyangkut hal apa pun yang mengharuskan mereka memiliki pendapat atau mengambil sikap, mereka tetap diam, bersikap acuh tak acuh, dan tidak mau ikut campur, tetap tidak peduli dan bersikap acuh tak acuh seolah-olah itu bukan urusan mereka. Akibatnya, mereka tidak memiliki batasan dalam cara mereka berperilaku dan bertindak; mereka seperti belut yang licin. Mereka tidak peduli dengan orang-orang dan peristiwa di sekitar mereka. Seberapa penting pun masalah tersebut di lingkungan apa pun atau dengan siapa pun, mereka tidak mau peduli, tidak mencari tahu, ataupun mengetahuinya. Mereka menganggap bahwa selama hal itu tidak ada kaitannya dengan mereka, tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Ada pepatah untuk hal ini, bagaimana bunyinya? "Jangan mencari kebajikan, tetapi menghindarlah agar tidak disalahkan." Ini pun merupakan prinsip yang digunakan para penyenang orang untuk berperilaku. Apa saja ciri watak rusak orang-orang semacam itu? Kelicikan, kejahatan, sifat keras kepala, tidak mau menerima kebenaran—mereka memiliki hampir semua ciri watak yang rusak. Dari luar, mereka mungkin tidak melakukan kejahatan dan jarang melakukan pelanggaran, tetapi jika engkau mengamati prinsip-prinsip dan cara mereka berperilaku, ciri yang paling menonjol adalah bahwa mereka tidak pernah menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran dan tidak memiliki batasan dalam cara mereka berperilaku. Bahkan ketika seseorang menghina atau menyakiti martabatnya, mereka dapat menerimanya dan mentertawakannya, tidak pernah mengungkapkan atau mewujudkan pemikiran terdalam mereka. Dari luar, mereka tampak sangat toleran, dengan kemanusiaan yang baik, dan tidak menunjukkan niat untuk menyerang atau membalas dendam. Namun, bukan berarti mereka tidak memikirkannya—mereka mengingat apa yang telah kaulakukan, dan pada saat yang tepat, mereka akan keluar dan melindungi serta membela diri, menyerang balik dirimu yang mungkin bahkan tidak kausadari. Mereka tidak menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran; prinsip dan batasan dalam cara mereka berperilaku hanyalah untuk membela kepentingan, keselamatan, dan reputasi mereka sendiri. Bagi orang-orang-orang semacam ini, sudah tepat untuk menggambarkan mereka sebagai orang yang jahat, dan menggambarkan mereka sebagai orang yang keras kepala, licik, dan muak akan kebenaran. Ada orang-orang yang mungkin berkata, "Mereka tidak merugikan kepentingan orang lain atau melakukan kejahatan apa pun, jadi bagaimana bisa kau berkata bahwa mereka memiliki watak rusak ini? Atas dasar apa kau mengatakannya?" Itu dikatakan berdasarkan pemikiran, sudut pandang, dan sikap mereka dalam hal bagaimana mereka memandang orang dan hal-hal serta bagaimana cara mereka berperilaku dan bertindak. Pernahkah engkau semua melihat hal ini? (Sekarang kami melihatnya.) Mengapa sebelumnya engkau tidak dapat melihatnya? Bagaimana dengan mereka yang menyesatkanmu? (Kami merasa bahwa mereka cukup bebas dalam berkata-kata dan bertindak, serta dalam cara mereka berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain, dan mereka tidak menyakiti siapa pun, jadi kami menganggap bahwa mereka memiliki kemanusiaan yang baik. Kami disesatkan oleh kepura-puran mereka.) Tampak memiliki kepribadian yang lembut serta tidak pernah menyerang orang dan menyakiti binatang bukan berarti seseorang memiliki kemanusiaan yang baik. Perwujudan kemanusiaan seperti apa yang merepresentasikan kemanusiaan yang benar-benar baik? (Salah satunya, tidak merugikan orang lain atau mengambil keuntungan dari mereka. Selain itu, ketika bahaya muncul, pemikiran pertamanya adalah melindungi para pemimpin dan pekerja, serta saudara-saudari yang mengejar kebenaran, tanpa mempertimbangkan keselamatannya sendiri, dan mampu mengutamakan kepentingan rumah Tuhan dalam setiap situasi. Semua ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang baik.) Bersikap baik hati, penuh kasih, sabar dan toleran, menghormati orang lain, mau memikirkan orang lain, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, bersikap relatif jujur, serta rendah hati, sederhana, dan tidak sombong: memiliki kualitas-kualitas kemanusiaan ini, serta kemampuan untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran dan menjaga kepentingan rumah Tuhan—inilah kemanusiaan yang baik. Jika seseorang dari luarnya memiliki kualitas-kualitas kemanusiaan seperti toleransi, kesabaran, kebaikan, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, kepekaan terhadap orang lain, peduli terhadap orang lain, tetapi jika menyangkut kepentingan rumah Tuhan, dia tanpa ragu menyerahkan mereka dan bahkan secara aktif mengkhianati mereka, apakah dia memiliki kemanusiaan yang baik? (Tidak.) Ini berarti kemanusiaannya tidak baik. Bagaimana cara mengukur kemanusiaan yang baik? Apa persyaratan minimalnya? (Setidaknya, mampu menjaga kepentingan rumah Tuhan.) Mampu menjaga kepentingan rumah Tuhan, dan kemudian atas dasar ini, mampu bekerja sama secara harmonis dengan orang lain, bersikap baik hati dan toleran, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, dan mampu bersabar serta memahami kelemahan orang lain, bersikap peka terhadap orang lain, mampu menjadi penuh kasih, mampu membantu dan menyokong orang lain, dan peduli terhadap mereka yang lemah, dan sebagainya, semua ini adalah ciri kemanusiaan yang baik. Sebaliknya, keegoisan, kehinaan, keserakahan, bersikap kasar dan terlalu perhitungan dengan orang lain, suka bergosip dan menindas orang lain, keras kepala, suka pamer, sangat dangkal, jahat, tidak bermoral, lancang, dan tidak memiliki rasa malu—perwujudan macam apa ini? (Ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang buruk.) Dapatkah seseorang dengan perwujudan ini tetap menjaga kepentingan rumah Tuhan? (Tidak.) Memiliki perwujudan kemanusiaan yang baik serta kemampuan untuk menjaga kepentingan rumah Tuhan, inilah yang sebenarnya dimaksud dengan kemanusiaan yang baik.

Ada orang-orang yang dari luarnya tampak sangat baik; mereka mampu bersikap sabar dan toleran terhadap orang lain, dan mereka memiliki semua ciri kemanusiaan yang baik. Namun, jika menyangkut pekerjaan gereja, persembahan milik Tuhan, atau kepentingan rumah Tuhan, mereka mampu mengkhianati semua ini. Apakah menurut engkau semua orang-orang semacam ini memiliki kemanusiaan yang baik? (Tidak.) Misalnya, ketika membeli barang-barang untuk saudara-saudari, ada orang-orang yang memilih barang-barang yang berkualitas baik, murah harganya, dan bermanfaat. Namun, dalam hal menggunakan uang persembahan untuk membeli barang-barang, mereka memilih barang-barang yang mahal. Sekalipun itu hanya sebuah traktor, mereka bahkan ingin membeli yang dilengkapi fitur navigasi. Apa pun yang mereka beli, mereka selalu membeli yang terbaik, yang termahal, dan yang canggih, tidak mau mempertimbangkan apa pun yang lebih murah. Biasanya, mereka tampak bergaul secara normal dengan orang lain; mereka tidak mengambil keuntungan dari orang lain, cukup toleran, dan memperlakukan orang lain dengan baik dalam segala hal. Namun, jika berkenaan dengan menggunakan uang persembahan, sisi kejam mereka pun muncul, dan wajah mereka yang menyeramkan pun muncul. Dapatkan mereka dianggap memiliki kemanusiaan yang baik? (Tidak.) Apakah kemanusiaan mereka yang baik benar-benar sejati? Itu hanyalah kepura-puraan dan dibuat-buat, semua itu hanyalah kedok. Jika benar-benar menyangkut hal-hal yang melibatkan kepentingan rumah Tuhan, khususnya dalam hal penggunaan uang persembahan, keserakahan mereka pun muncul ke permukaan, dan wajah mereka yang menyeramkan, wajah setan, dan perilaku yang ganas tersingkap. Apakah ini kemanusiaan yang baik? (Bukan.) Misalnya, seseorang sedang mengajukan hak cipta Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, dan dia berkata: "Jika aku mengajukan hak cipta atas nama gereja sebagai sebuah organisasi, itu akan menghemat banyak uang. Namun, jika aku mengajukan hak cipta atas nama Kristus yang berinkarnasi, itu akan jauh lebih mahal. Aku harus menghemat uang untuk ini; uang persembahan tidak boleh dibelanjakan dengan sembarangan!" Apakah pernyataan ini benar? Apakah mereka memiliki prinsip dalam menangani masalah penting seperti itu? Siapakah yang mengungkapkan perkataan-perkataan ini, Tuhan atau gereja? (Semuanya diungkapkan oleh Tuhan.) Jadi, hak ciptanya seharusnya milik siapa? Apakah lebih tepat jika hak cipta itu milik Tuhan atau milik gereja? (Lebih tepat jika hak cipta itu milik Tuhan.) Ini adalah masalah yang krusial. Apa konsekuensi dari berfokus pada penghematan uang dalam hal yang kritis seperti itu? Masalah apa yang bisa muncul? Konsekuensinya bisa tak terbayangkan! Jika engkau mengabaikan kepentingan rumah Tuhan dan hanya memikirkan untuk menghemat uang, orang macam apa engkau? Apakah orang-orang semacam itu memiliki hati nurani atau kemanusiaan? (Mereka tidak memiliki kemanusiaan.) Sebaik atau setoleran apa pun orang-orang semacam itu dari luarnya, apakah mereka benar-benar memiliki kemanusiaan? (Tidak.) Di gereja, semua biaya untuk makanan, minuman, dan kebutuhan sehari-hari ditanggung sepenuhnya oleh uang persembahan milik Tuhan. Pernahkah Aku bersikap cerewet terhadap engkau semua tentang pengeluaran-pengeluaran ini? Satu-satunya tuntutan adalah agar engkau semua menghindari pemborosan, tetapi pernahkah Aku memeriksa pengeluaran normal engkau semua? (Tidak.) Dalam semua aspek, Aku telah memperhatikan engkau semua dan tidak pernah memeriksa pengeluaranmu, tetapi engkau semua justru melakukan perhitungan dengan-Ku. Bukankah ini tidak memiliki kemanusiaan? (Ya, benar.) Betapa pun baik dan tolerannya seseorang yang tidak memiliki kemanusiaan kelihatannya terhadap orang lain, itu hanyalah sebuah kedok. Ketika tiba saatnya hati nurani dan nalar harus berperan, mereka akan tersingkap sebagai orang yang sama sekali tidak memiliki kemanusiaan. Apakah mereka masih manusia? (Bukan.) Mereka tidak bisa disebut manusia. Ketika Aku membeli sesuatu, Aku juga berbelanja dengan cermat dan hemat, mempertimbangkan kapan barang-barang sedang diskon dan cara yang tepat untuk membelinya, dan jika sesuatu itu bermanfaat, sesuai, dan harganya masuk akal, Aku akan membelinya. Namun, Aku tidak membeli secara gegabah, Aku tidak menggunakan uang untuk pembelian yang tidak semestinya. Namun, ada beberapa pengeluaran yang tidak dapat dihindari dan harus dikeluarkan, dan dalam kasus-kasus tersebut, Aku menggunakannya berdasarkan prinsip-prinsip. Aku juga berusaha berhemat dengan makanan, pakaian, dan kebutuhan sehari-hariku sendiri. Ini bukan tentang membeli apa pun yang Kuinginkan; Aku harus mempertimbangkan pembelian-Ku dengan saksama. Engkau dapat melihat bahwa Aku berpakaian sederhana, sepatutnya, dan pantas. Pengeluaran-Ku mengikuti prinsip-prinsip: Aku membeli apa yang perlu dan bermanfaat, dan Aku tidak membeli barang yang tidak perlu dan tidak bermanfaat. Jangan memboroskan atau menghambur-hamburkan uang; jangan menggunakan uang yang tidak seharusnya digunakan; tabunglah uang yang seharusnya ditabung, dan hindarilah pengeluaran yang tidak perlu—inilah prinsip-prinsipnya. Namun, ketika beberapa orang yang tidak memiliki kemanusiaan melihat kesempatan untuk menggunakan uang persembahan milik Tuhan, mata mereka terbelalak. Selama itu berkaitan dengan pengeluaran untuk makanan, pakaian, rumah, atau transportasi orang-orang, mereka akan segera bertindak. Khususnya ketika harus membeli pakaian untuk orang lain atau membagikan biaya hidup, mereka menjadi sangat antusias dan sangat murah hati. Dalam hatinya, mereka berpikir, "Ah, bukan uangku yang digunakan. Uang milik Tuhanlah yang sedang digunakan, dan ini membantu reputasiku, jadi mengapa tidak?" Jadi, mereka mengambil kesempatan untuk berfoya-foya. Dalam hatinya, mereka memendam niat buruk, tidak menginginkan apa pun selain merugikan rumah Tuhan! Namun, jika itu adalah uang mereka sendiri, mereka akan menghitung semuanya, tidak mau menggunakan bahkan lebih dari satu sen pun dari yang dibutuhkan. Betapa pun baiknya mereka biasanya terlihat, orang-orang semacam itu tidak memiliki kemanusiaan yang baik. Menurut pandangan-Ku, sikap mereka terhadap uang persembahan milik Tuhan menunjukkan sesuatu. Fakta bahwa mereka dapat menghambur-hamburkan persembahan dan sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan setidaknya menunjukkan bahwa mereka tidak baik, mereka hina, dan mereka memiliki kemanusiaan yang buruk. Bukankah benar demikian? (Ya.)

Ada banyak perwujudan yang berkaitan dengan kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak. Kita telah membahas secara singkat sebagian darinya hari ini; kemungkinan ada perwujudan-perwujudan lainnya, yang dapat kita bahas dalam persekutuan mendatang. Mari kita akhiri persekutuan kita di sini untuk hari ini. Sampai jumpa!

23 Februari 2023

Sebelumnya:  Cara Mengejar Kebenaran (2)

Selanjutnya:  Cara Mengejar Kebenaran (7)

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Connect with us on Messenger