Cara Mengejar Kebenaran (6)
Dalam pertemuan terakhir, kita telah mempersekutukan topik utama tentang mengejar kebenaran, "perlunya orang melepaskan penghalang antara mereka dan Tuhan serta permusuhan mereka terhadap Tuhan." Di dalam topik utama ini, kita membahas tentang perlunya melepaskan gagasan dan imaginasi manusia tentang pekerjaan Tuhan, yang berkaitan dengan topik tentang kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak-watak rusak yang orang miliki, dan di dalam topik-topik ini, disebutkan berbagai masalah yang berkaitan dengan kualitas. Terakhir kali, kita telah bersekutu sedikit tentang masalah yang berkaitan dengan kualitas, yakni meluruskan sebagian dari gagasan yang orang miliki. Setelah mendengarkannya, apakah engkau semua memiliki definisi yang akurat tentang apa yang dimaksud dengan kualitas? Apa tepatnya kualitas itu? Bagaimana cara memahami kualitas? Bagaimana orang dapat menilai apakah kualitas seseorang itu baik, rata-rata, atau buruk? Kualitas harus dinilai berdasarkan aspek apa saja? Sudahkah engkau semua mencari dan merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini? (Aku sudah merenungkannya sedikit. Dalam pertemuan terakhir, Tuhan telah mempersekutukan bahwa untuk menilai kualitas seseorang, kita harus melihat efisiensi dan efektivitas mereka dalam melakukan sesuatu. Sebelumnya, aku tidak banyak mengerti tentang hal ini, bahkan selalu secara keliru menganggap kelebihan sebagai kualitas. Sebagai contoh, ketika kulihat seseorang yang mencapai hasil akademis yang sangat baik atau menguasai beberapa bahasa, aku selalu mengira ini menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki kualitas yang baik. Hanya dengan mendengarkan persekutuan yang Tuhan sampaikan, barulah aku mengerti bagaimana menilai apa yang benar-benar merupakan kualitas yang baik dan apa yang hanya merupakan kelebihan tertentu. Jika dari luar, seseorang terlihat sangat cerdas tetapi efisiensinya dalam melaksanakan tugas sangat rendah dan selalu tidak mampu memahami prinsip-prinsip kebenaran, berarti kualitasnya relatif buruk.) Menilai kualitas orang berdasarkan efisiensi dan efektivitas mereka dalam melakukan sesuatu—ini adalah pernyataan tentang cara menilainya secara umum. Selain melihat efisiensi dan efektivitas mereka dalam melakukan sesuatu, ada standar yang spesifik untuk menilai kualitas seseorang: Pertama, kemampuan mereka untuk belajar. Kedua, kemampuan mereka untuk mengerti berbagai hal. Ketiga, kemampuan mereka untuk memahami. Keempat, kemampuan mereka untuk menerima sesuatu. Kelima, kemampuan kognitif yang mereka miliki. Keenam, kemampuan mereka untuk membuat penilaian. Ketujuh, kemampuan mereka untuk mengidentifikasi berbagai hal. Kedelapan, kemampuan mereka untuk menanggapi berbagai hal. Kesembilan, kemampuan mereka untuk mengambil keputusan, yang dapat juga disebut sebagai kemampuan mereka untuk melaksanakannya. Kesepuluh, kemampuan mereka untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Kesebelas, kemampuan mereka untuk berinovasi.) Sudahkah engkau mengingatnya? (Ya.) Seluruhnya ada berapa standar? (Sebelas.) Coba sebutkan. (Satu, kemampuan untuk belajar. Dua, kemampuan untuk mengerti berbagai hal. Tiga, kemampuan untuk memahami. Empat, kemampuan untuk menerima sesuatu. Lima, kemampuan kognitif. Enam, kemampuan untuk membuat penilaian. Tujuh, kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Delapan, kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Sembilan, kemampuan untuk mengambil keputusan. Sepuluh, kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Sebelas, kemampuan untuk berinovasi.) Secara umum, untuk menilai kualitas seseorang, engkau harus melihat kedua aspek ini: efisiensi dan efektivitas mereka dalam melakukan segala sesuatu. Secara spesifik, untuk menilai efisiensi dan efektivitas mereka dalam melakukan segala sesuatu, engkau harus menentukannya secara menyeluruh berdasarkan kesebelas standar ini. Dengan demikian, engkau akan dapat menilai secara akurat seperti apa sebenarnya kualitas seseorang itu. Tentu saja, untuk menilai kualitas seseorang, langkah pertama adalah dengan melihat kemampuan mereka dalam berbagai aspek secara keseluruhan, dan kemudian melihat efisiensi dan efektivitas mereka dalam melakukan sesuatu. Jika mereka memiliki kualitas dan kemampuan dalam berbagai aspek, mereka pasti akan melakukan segala sesuatunya dengan efisien dan efektif. Jika efisiensi orang dalam melakukan sesuatu tinggi dan efektivitas mereka baik, maka ketika engkau menilai kemampuan mereka dalam setiap bidang berdasarkan kesebelas standar itu, kemampuan mereka pasti juga akan bagus. Masing-masing dari kesebelas kemampuan ini, jika digunakan sendiri-sendiri, tidak dapat sepenuhnya menentukan apakah kualitas seseorang itu baik atau buruk—itu harus dinilai secara menyeluruh. Tentu saja, di antara kesebelas kemampuan ini, yang manakah yang terpenting? Yang terpenting adalah kemampuan untuk membuat penilaian, kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal, kemampuan untuk menanggani berbagai hal, dan kemampuan untuk mengambil keputusan—ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk bertindak setelah memahami teori tertentu. Yang terpenting lainnya adalah kemampuan untuk memahami dan kemampuan untuk belajar, yang berkaitan dengan pikiran manusia. Selanjutnya, kita akan mempersekutukan kesebelas kemampuan ini satu per satu.
Pertama adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan untuk belajar tidak hanya mengacu pada mempelajari satu bidang pengetahuan; ini juga mencakup mempelajari bahasa, keterampilan teknis yang spesifik, mempelajari serta menerima hal baru, dan sebagainya—semua ini termasuk dalam lingkup kemampuan untuk belajar. Sebagai contoh, ketika mempelajari suatu keterampilan teknis, dalam keadaan normal, seseorang pada dasarnya mampu menguasainya dalam waktu enam bulan dan kemudian menerapkannya secara mandiri. Jika engkau juga mampu menguasainya dan menerapkannya secara mandiri setelah mempelajarinya selama enam bulan, ini dapat dianggap memiliki kemampuan untuk belajar. Jika engkau perlu waktu dua kali lebih lama untuk mempelajarinya dibandingkan kebanyakan orang—jika setelah enam bulan engkau masih belum menguasainya dan membutuhkan waktu enam bulan lagi untuk mempelajarinya—ini menunjukkan kualitas yang buruk. Dengan kata lain, mengenai kemampuan untuk belajar, jika engkau mampu menguasai keterampilan teknis atau pengetahuan tersebut dalam jangka waktu yang normal, ini berarti kualitasmu rata-rata atau di atas rata-rata. Namun, jika engkau melebihi jangka waktu ini dan membutuhkan waktu dua kali atau tiga kali lebih lama dari orang lain untuk mempelajari keterampilan teknis atau pengetahuan tersebut, berarti kualitasmu buruk. Jika engkau menghabiskan waktu dua kali atau tiga kali lebih lama dari kebanyakan orang dan engkau masih tidak dapat mempelajarinya, dan engkau tidak memiliki kemampuan untuk belajar, ini menunjukkan seperti apa kualitasmu? Tanpa kemampuan untuk belajar, engkau bahkan tidak memenuhi standar umum untuk memiliki kualitas manusia normal. Engkau lebih buruk daripada berkualitas buruk—engkau sama sekali tidak memiliki kualitas. Termasuk golongan apakah orang yang tidak berkualitas? Orang yang tidak berkualitas termasuk golongan orang yang keterbelakangan mental dan idiot, yang sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk belajar. Inilah hal yang berkaitan dengan kemampuan untuk belajar.
Yang kedua adalah kemampuan untuk mengerti berbagai hal. Kemampuan untuk mengerti berbagai hal mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami prinsip dan kiat dalam sesuatu yang mereka lihat atau sering mereka temui. Sebagai contoh, ketika mempelajari suatu keterampilan profesional, jika engkau mendengarkan instruksinya secara teoretis dan mengamati pengoperasiannya secara nyata, dan dalam jangka waktu yang normal engkau dapat menerapkan kiat dan prinsip yang berkaitan dengan keterampilan tersebut, ini dapat dianggap memiliki kualitas yang baik dan kemampuan tertentu untuk mengerti berbagai hal. Jika engkau tidak dapat langsung mengerti hal itu, dan sekalipun orang mempersekutukannya lagi kepadamu, engkau tetap tidak bisa mengerti; dan bahkan setelah orang berulang kali memberimu petunjuk, engkau tetap tidak bisa mengerti apa saja kiat untuk melakukan hal ini dan apa saja prinsip yang berkaitan dengan hal ini—berarti engkau buruk dalam kemampuanmu untuk mengerti berbagai hal. Mungkin setelah beberapa waktu, engkau mampu mengerti sedikit dengan meraba-raba secara perlahan melalui tindakan nyata, tetapi hanya sebatas itulah kemampuanmu. Jika, sebanyak apa pun waktu yang kauhabiskan—entah tiga atau lima tahun—yang mampu kaumengerti tetap terbatas pada lingkup yang terbatas dan, ketika melakukan sesuatu, engkau hanya menaati peratuan dan aturan tertentu, tanpa mampu mengerti hal-hal mendasar yang berkaitan dengannya dan tanpa mampu menerapkannya secara nyata, ini berarti kemampuanmu untuk mengerti berbagai hal buruk; orang-orang seperti ini berkualitas buruk. Sebagai contoh, ada orang-orang yang melaksanakan pekerjaan gereja dan setelah engkau mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran kepada mereka, mereka merasa semua yang kaukatakan itu benar dan tidak meragukan apa pun yang kaupersekutukan. Namun, mereka benar-benar tidak mengerti mengapa sesuatu harus dilakukan dengan cara seperti ini dan tidak mampu memahami prinsip yang berkaitan dengan hal tersebut. Terutama ketika menghadapi berbagai masalah atau situasi khusus dalam kehidupan nyata atau saat melaksanakan tugas, mereka tidak mengetahui cara untuk menerapkan prinsip atau cara untuk memperlakukan dan menangani masalah yang mereka hadapi berdasarkan prinsip. Ini menunjukkan tidak adanya kemampuan untuk mengerti berbagai hal. Orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengerti berbagai hal tidak mengerti setelah mendengar persekutuan tentang kebenaran dan selalu mengajukan permintaan seperti, "Dapatkah kau memberiku contoh lainnya?" atau "Dapatkah kau menjelaskan hal ini dengan lebih terperinci?" Hanya setelah engkau memberi contoh dan menjelaskan secara terperinci, barulah mereka mampu mengerti sedikit. Namun, jika engkau mempersekutukan sesuatu yang lebih mendalam, mereka kembali tidak mengerti dan akan memintamu untuk memberi contoh lainnya. Mengapa mereka berulang kali memintamu untuk memberi contoh? Tujuannya adalah agar engkau menjelaskan situasi yang serupa dalam kehidupan nyata melalui contoh, sehingga mereka dapat mengingat suatu pendekatan atau peraturan tertentu. Mengapa mereka melakukan hal ini? Karena kemampuan mereka untuk mengerti berbagai hal sangat buruk—dapat juga dikatakan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengerti berbagai hal; mereka tidak tahu cara menerapkan prinsip dalam kehidupan nyata atau saat melaksanakan tugas mereka. Dengan cara apa pun engkau menyampaikan persekutuan kepada mereka, sebanyak apa pun contoh spesifik yang kauberikan dan sebanyak apa pun prinsip yang kaujelaskan dengan gamblang, bahkan menunjukkan prinsip-prinsip untuk menangani situasi khusus tertentu, mereka tetap tidak mengerti sekalipun mendengar banyak tentangnya. Mereka merasa apa yang kaukatakan itu hanyalah teori dan tetap tidak mengetahui cara untuk menangani berbagai masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan nyata. Ini menunjukkan tidak adanya kemampuan untuk mengerti berbagai hal. Dengan cara apa pun orang lain menjelaskan sesuatu kepada mereka, orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengerti berbagai hal tidak mampu memahaminya—seperti inilah memiliki kualitas yang buruk itu. Apakah orang yang berkualitas buruk juga memiliki efisiensi dan efektivitas yang buruk dalam melakukan sesuatu? (Ya.) Jika kemampuan orang untuk mengerti berbagai hal buruk, maka efisiensi dan efektivitas mereka dalam melakukan segala sesuatu pasti buruk; ketika menghadapi sesuatu, mereka tidak akan tahu prinsip mana yang berkaitan dengan hal tersebut, dan tidak akan tahu cara menerapkan prinsip dalam kehidupan nyata. Ini menunjukkan kualitas yang buruk. Ada jenis orang lainnya yang, makin mendetail dan spesifik persekutuan yang orang lain sampaikan, makin mereka menjadi bingung, tidak mampu memahaminya. Sebagai contoh, ketika rumah Tuhan mempersekutukan cara membedakan pemimpin palsu dan antikristus, setelah mendengarkannya mereka berkata, "Mengapa aku tidak mengerti? Prinsip-prinsipnya sudah dipersekutukan, contoh-contohnya sudah diberikan, dan situasi khusus sudah disebutkan, tetapi semuanya terdengar sangat membingungkan bagiku. Apa tepatnya yang sedang dibicarakan di sini? Orang macam apa yang dimaksudkan untuk kami tangani? Apakah kami harus menangani pemimpin palsu, atau antikristus? Apakah pemimpin gereja kami seorang antikristus? Orang itu terlihat agak jahat—apakah perwujudannya disebabkan oleh watak rusaknya atau karena kemanusiaannya yang buruk? Sebenarnya mereka itu, pemimpin palsu ataukah antikristus? Aku masih tidak mengerti." Mereka bahkan tidak mengerti prinsip kebenaran apa yang sedang kaupersekutukan; makin mendengarkannya, makin mereka menjadi bingung. Mereka bukan saja gagal menghubungkan prinsip-prinsip kebenaran ini dengan situasi nyata, melainkan mereka juga menjadi sangat bingung sampai-sampai mereka bahkan tidak tahu tema apa yang sedang kausampaikan. Bukankah ini memperlihatkan tidak adanya kemampuan untuk mengerti berbagai hal? (Ya.) Sebagai contoh, bayangkan suatu situasi di mana semua orang berkumpul untuk mempersekutukan sebuah tema, di mana masing-masing orang menyumbangkan pemikiran mereka. Engkau mempersekutukan pemahamanmu, Aku mengungkapkan pemahaman-Ku tentang hal itu; satu orang mengajukan pertanyaan, orang lainnya mengajukan pertanyaan berbeda—semua orang berpusat pada tema ini. Mereka yang tidak berkualitas mendengarkan diskusi semacam ini dan tidak mampu memahaminya. Di dalam hatinya, mereka berpikir, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Mengapa aku tidak bisa memahaminya?" Mereka menjadi bingung. Mereka tidak mampu memahami logika di balik pertanyaan-pertanyaan wajar yang orang lain ajukan atau mengapa pertanyaan tersebut diajukan—mereka tidak dapat mengetahui alasan di balik hal ini; mereka bahkan lebih buruk daripada penonton. Mereka yang berkualitas, bahkan dengan hanya mengamati dari jauh, mampu mengetahui siapa yang salah dan siapa yang benar, alasan mengapa seseorang mengajukan pertanyaan tertentu, apakah pertanyaan tersebut mendalam atau dangkal, bagaimana pertanyaan tersebut dijawab—tetapi mereka yang tidak berkualitas tidak dapat mengerti semua ini dan tidak dapat mengerti logika di balik hal ini. Ini memperlihatkan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengerti berbagai hal. Ketika orang lain mempersekutukan sesuatu, mereka tidak mampu memahami hal tersebut setelah mendengarkannya. Mereka tidak tahu apakah yang dikatakannya itu benar dan objektif, juga tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang latar belakang dan esensi dari hal tersebut—mereka sama sekali tidak mengerti. Mengenai mengapa tema ini didiskusikan, mengapa prinsip-prinsip yang berkaitan dengan tema ini perlu ditekankan berulang kali, serta pertanyaan siapa yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ini dan pertanyaan siapa yang tidak, mereka tidak dapat mengerti atau tidak memahami satu pun dari hal-hal ini. Saat terus mendengarkannya, mereka menjadi mengantuk; mereka mulai menjadikan diri mereka sekadar penonton dalam persekutuan ini, dan hati mereka menjadi keruh. Bagi orang-orang lainnya, makin prinsip-prinsip kebenaran dipersekutukan, makin pikiran mereka menjadi jelas dan terang. Namun, bagi mereka yang tidak berkualitas, makin mereka mendengarkan, makin mereka menjadi bingung, dan makin pikiran mereka menjadi keruh. Ini menunjukkan tidak adanya kemampuan untuk mengerti berbagai hal. Bukankah ini menunjukkan kualitas yang sangat buruk? Orang semacam ini dapat juga disebut sebagai orang yang tidak berkualitas. Orang macam apa yang merupakan orang yang tidak berkualitas? (Orang yang keterbelakangan mental.) Orang yang keterbelakangan mental, orang idiot, orang bodoh—ini adalah golongan orang yang kualitasnya paling buruk. Inilah aspek kedua: kemampuan untuk mengerti berbagai hal.
Aspek ketiga adalah kemampuan untuk memahami. Kemampuan untuk memahami mirip dengan kemampuan untuk mengerti berbagai hal tetapi selangkah lebih mendalam. Apa perbedaan di antara keduanya? Kemampuan untuk memahami lebih terfokus pada bagaimana menyelaraskan prinsip-prinsip kebenaran dan jalan penerapan dengan berbagai masalah dalam kehidupan nyata dan kemudian menerapkannya dalam pekerjaan nyata, setelah orang memahami dan menguasai prinsip dan jalan tersebut. Di sinilah letak perbedaannya. Orang yang memiliki kemampuan untuk memahami, setelah mengerti hal-hal mendasar dan prinsip dari sesuatu, akan memiliki jalan penerapan di dalam hatinya, serta lingkup, arah, dan tujuan yang akurat. Mereka tahu cara menerapkan hal-hal mendasar dan prinsip-prinsip ini, juga mengetahui prinsip-prinsip penerapan yang berkaitan dengan situasi khusus tertentu. Misalkan, setelah mendengarkan persekutuan tentang beberapa prinsip kebenaran, seseorang mampu mengenali esensi dari beberapa masalah dan kemudian menggunakan kebenaran itu untuk menyelesaikan beberapa masalah nyata dalam kehidupan nyata. Itu berarti, setelah mendengarkan prinsip-prinsip ini, mereka segera mengerti bagaimana penerapan mereka seharusnya dalam menanggapi situasi sebelumnya, dan ketika situasi tertentu kembali muncul, mereka juga tahu bagaimana harus menerapkan prinsip-prinsip tersebut untuk mengatasinya, dan segera memiliki jalan penerapan di dalam hatinya; pemahaman mereka tentang prinsip dan hal-hal mendasar bertindak sebagai cahaya penuntun, yang segera membuat mereka mampu mengetahui cara untuk menangani berbagai masalah dalam kehidupan atau pekerjaan, serta membuat mereka mampu untuk memiliki jalan, arah, dan prinsip penerapannya. Dalam hal ini, orang tersebut memiliki kemampuan untuk memahami, yang tentu saja merupakan perwujudan dari kualitas yang baik. Katakanlah ada orang yang setelah mendengarkan beberapa persekutuan tentang prinsip-prinsip kebenaran, tahu bagaimana mereka harus menerapkan dan menangani hal-hal yang umum dan biasa terjadi atau yang pernah mereka alami dalam kehidupan nyata. Namun, mereka tidak tahu cara untuk menerapkan prinsip-prinsip kebenaran ini ketika menghadapi situasi yang khusus dan rumit, situasi yang tidak terduga, atau masalah dan fenomena yang tidak umum yang belum pernah mereka alami, serta tetap perlu mencari dan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang akurat atau rencana penerapan yang spesifik sebelum mengetahui cara untuk menangani dan mengatasinya. Jika tidak, bahkan setelah mendengarkan prinsip-prinsip kebenaran, mereka tetap tidak akan mengetahui cara untuk menangani hal-hal atau masalah semacam itu. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan rata-rata untuk memahami; atau dapat juga dikatakan bahwa orang tersebut berkualitas rata-rata. Ada orang-orang yang telah bekerja selama sepuluh atau dua puluh tahun dan memiliki beberapa pengalaman kerja, juga mendapatkan persekutuan yang jelas tentang prinsip-prinsip kebenaran dari rumah Tuhan, mereka tahu cara menangani situasi yang umum, dan telah menerima penegasan bahwa cara penanganan mereka yang seperti ini adalah benar. Namun, ketika menghadapi masalah tertentu yang rumit, khusus, dan tidak umum yang belum pernah mereka alami dalam pekerjaannya, mereka tidak tahu bagaimana menanganinya dan harus memperoleh jawaban yang jelas dengan mengajukan pertanyaan sebelum mereka dapat mulai menanganinya. Jika situasinya berubah dan menjadi lebih rumit daripada yang mereka bayangkan atau daripada lingkungan yang mereka ketahui, mereka menjadi bingung, tidak tahu bagaimana harus menghadapinya, dan terlebih lagi, mereka tidak tahu bagaimana harus menerapkan dan menanganinya dengan cara yang sesuai dengan prinsip. Ketika tidak tahu bagaimana cara menerapkan, entah mereka bertindak berdasarkan imajinasi, ambisi dan keinginan mereka sendiri, atau sekadar mengesampingkan dan mengabaikannya—dengan cara apa pun mereka bertindak—fakta bahwa ketika menghadapi situasi semacam itu, mereka menjadi bingung dan tidak tahu bagaimana menerapkan prinsip untuk menanganinya, itu membuktikan bahwa kualitas mereka sangat rata-rata. Jika orang dapat menangani situasi umum tetapi tidak tahu cara menangani situasi khusus, ini menunjukkan kualitas yang rata-rata. Jika menghadapi beberapa situasi khusus menyebabkan mereka menjadi sangat bingung sehingga mereka bahkan tidak dapat menangani masalah yang biasanya mampu mereka tangani, ini menunjukkan kualitas yang buruk. Orang yang berkualitas buruk juga memiliki kemampuan yang buruk untuk memahami. Adakah perbedaan antara orang dalam kemampuannya buruk untuk memahami dengan orang yang kemampuannya memadai untuk memahami? (Ya.)
Ada orang-orang yang tidak mampu memahami prinsip dengan cara apa pun orang lain mempersekutukannya. Mereka hanya memahami doktrin dan peraturan, serta hanya bisa meneriakkan beberapa slogan, tetapi tidak tahu cara melakukan pekerjaan nyata dan menyelesaikan masalah. Engkau melihat bahwa setelah mendengarkan persekutuan, mereka berbicara dengan sangat jelas dan terstruktur, seolah-olah mereka benar-benar mengerti. Padahal sebenarnya, mereka sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan. Dalam hal melakukan pekerjaan nyata, mereka menjadi bingung, tidak tahu harus mulai dari mana. Ketika menghadapi masalah, mereka tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Mereka tetap tidak mampu melakukan pekerjaan nyata. Dalam memperlakukan dan menangani berbagai orang dan hal-hal, mereka tetap tidak memiliki prinsip. Di dalam hatinya mereka berpikir, "Aku mengerti prinsip-prinsip kebenaran ketika mendengarkan khotbah—mengapa aku tidak dapat menerapkannya di lingkungan kehidupan nyata? Mengapa hal yang kumengerti dan sering kubicarakan tidak dapat kuterapkan?" Mereka menjadi bingung lagi. Orang-orang yang berkualitas buruk hanya tahu cara membicarakan doktrin dan menaati peraturan, tetapi ketika menghadapi berbagai situasi, mereka tidak dapat memahaminya dengan jelas, doktrin yang dapat mereka sampaikan sama sekali tidak ada gunanya, mereka bahkan tidak mampu menaati peraturan, dan tidak mampu menyelesaikan masalah apa pun. Mereka tidak tahu cara menerapkan ketika kesulitan muncul. Sebagai contoh, ketika seseorang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, mengatakan beberapa hal yang tidak masuk akal, mereka tidak mampu mengidentifikasi natur dari masalah ini. Mereka tidak tahu hal-hal apa saja yang termasuk kekacauan dan gangguan atau apa natur dari hal-hal tersebut; terlebih lagi, mereka tidak tahu bagaimana harus menyelesaikan masalah tersebut. Seseorang bertanya kepada mereka, "Apakah kau tidak tahu cara mengidentifikasi orang jahat? Mengapa kau tidak memiliki prinsip dalam hal menangani orang jahat?" Mereka menjawab, "Aku mengerti doktrin-doktrin ini, tetapi aku tidak tahu masalah-masalah apa yang cocok untuk diselesaikan dengan doktrin tersebut, atau terhadap siapa doktrin tersebut cocok untuk diterapkan." Ini menunjukkan tidak adanya kemampuan untuk memahami, bukan? (Ya.) Engkau dapat melihat bahwa setelah mendengarkan prinsip-prinsipnya, mereka mampu merangkum poin demi poin berdasarkan makna harfiahnya dengan sangat baik, mengingatnya dengan sangat akurat dan bahkan melafalkannya dengan lancar, tanpa melewatkan satu kata pun. Namun sayangnya, dalam kehidupan nyata, dalam hal memandang orang dan hal-hal, serta berperilaku dan bertindak, mereka tidak memiliki jalan penerapan apa pun, hanya tahu cara meneriakkan slogan, berbicara tentang doktrin, dan menaati peraturan. Baik dalam kehidupan nyata maupun dalam melaksanakan tugas, apa pun yang mereka hadapi, mereka tidak tahu cara mencari kebenaran atau cara bertindak berdasarkan prinsip. Ini menunjukkan tidak adanya kemampuan untuk memahami. Orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memahami, sekalipun sering membaca firman Tuhan, mereka tidak dapat memahami apa yang dimaksud dengan kebenaran di dalam firman Tuhan atau apa prinsip-prinsipnya. Oleh karena itu, ketika sesuatu terjadi, mereka tidak dapat menemukan firman Tuhan yang relevan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikannya serta harus meminta orang lain untuk menemukan firman Tuhan yang relevan bagi mereka. Apa yang selalu mereka fokuskan saat membaca firman Tuhan? Mereka mencari apakah ada contoh yang spesifik untuk menjelaskan hal tersebut. Jika tidak ada contoh-contoh, mereka tidak mampu mengerti makna dari firman Tuhan. Misalnya mengenai firman Tuhan yang menyingkapkan esensi natur manusia, jika tidak ada contoh-contoh yang diberikan, mereka tidak dapat memahaminya. Mereka tidak mampu mengenali keadaan mereka sendiri dengan membandingkannya terhadap firman Tuhan. Hanya jika seseorang mempersekutukan kebenaran, serta mengidentifikasi dan menelaahnya berdasarkan keadaan mereka yang sebenarnya, barulah mereka mampu memahaminya. Tanpa persekutuan semacam itu, mereka tidak mampu memahami firman Tuhan. Orang-orang semacam itu selalu mengeluh ketika membaca firman Tuhan, dengan berkata, "Mengapa tidak ada contoh-contoh yang spesifik? Bagaimana aku dapat menghubungkan firman ini dengan diriku sendiri? Firman ini terlalu sulit untuk dipahami; dengan cara apa pun aku membacanya, aku tidak dapat mencocokkannya terhadap diriku sendiri!" Ini memperlihatkan bahwa mereka tidak mampu memahami firman Tuhan, apalagi memahami kebenaran atau menerapkan firman Tuhan itu dalam kehidupan nyata. Yang mereka pahami hanyalah doktrin dan peraturan sederhana, tetapi doktrin dan peraturan ini tidak ada gunanya dalam kehidupan nyata. Ketika sesuatu terjadi, mereka tetap tidak memiliki jalan penerapan. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk memahami. Apakah orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memahami adalah orang yang berkualitas buruk? (Ya.) Orang yang berkualitas paling buruk adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki kualitas; orang-orang semacam itu tidak dapat memahami berbagai prinsip yang mereka dengar; mereka tidak tahu mengapa contoh-contoh tertentu diberikan, mengapa hal-hal tertentu dikatakan, atau mengapa orang memperlihatkan perwujudan tertentu—mereka tidak dapat memahami hal-hal semacam itu, hal-hal itu melampaui kemampuan mereka untuk memahaminya. Sekalipun engkau memberi mereka beberapa contoh, mereka merasa seolah-olah engkau hanya bercerita atau bercanda, seolah-olah mereka adalah anak kecil yang sedang mendengarkan cerita, menganggapnya menarik dan menyenangkan. Jika seseorang bertanya apakah mereka mengerti apa yang mereka dengar, mereka berkata bahwa mereka mengerti, dan mereka bahkan dapat meniru lelucon yang orang lain katakan atau meniru cara mereka memarahi orang lain. Jika engkau bertanya kepada mereka, "Tahukah kau prinsip-prinsip relevan mana yang harus orang taati?" Mereka menjawab, "Hah! Memangnya ada prinsip ya? Aku tidak tahu ada prinsip tersebut." Apakah orang-orang semacam ini memiliki kemampuan untuk memahami? (Tidak.) Mereka tidak memiliki kemampuan untuk memahami dan tidak mampu memahami firman Tuhan. Orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memahami, mereka makan dan minum beberapa bagian atau bab firman Tuhan setiap hari, secara rutin dan sesuai jadwal, mereka mempelajari lagu pujian dan juga menghadiri pertemuan pada waktu yang dijadwalkan. Namun, begitu menutup buku atau mematikan rekaman lagu pujiannya, yang mereka ingat dari apa yang mereka makan dan minum hanyalah beberapa ungkapan rohani dan beberapa kata yang mati, seperti ungkapan yang sering orang ucapkan—"Tuhan berdaulat atas segala sesuatu", dan "Tunduk kepada Tuhan dalam segala hal"; atau "Nasib manusia ditentukan oleh Tuhan", dan "Berlatih sajalah untuk mengasihi Tuhan". Ketika benar-benar mengalami penderitaan, mereka hanya dapat mengucapkan ungkapan rohani palsu, seperti "Aku menderita karena perasaan" atau "Aku menderita karena daging." Sedangkan prinsip apa pun yang berkaitan dengan cara berperilaku, kehidupan sehari-hari, pekerjaan, dan berbagai prinsip kebenaran lainnya, mereka tidak mengetahuinya, juga tidak memahami satu pun darinya. Hal-hal ini tidak ada dalam hati mereka dan tidak dapat dimasukkan ke dalam diri mereka. Mengapa hal-hal ini tidak dapat dimasukkan? Karena, dalam hal kualitas mereka, orang-orang semacam itu sama sekali tidak mampu memahami prinsip-prinsip kebenaran ini, dan prinsip-prinsip kebenaran ini melampaui kemampuan mereka untuk memahaminya, sehingga hal-hal ini tidak dapat berakar di dalam hati mereka. Hal yang orang miliki di dalam hatinya dan hal yang dapat mereka terima menunjukkan apa yang mampu mereka pahami dan apa yang tidak melampaui kemampuan mereka untuk memahaminya. Jika orang sama sekali tidak berkualitas, tidak memiliki kemampuan untuk memahami, dan tidak dapat memahami makna sebenarnya dari firman Tuhan, maka sekalipun mereka ditempatkan di surga atau di tingkat yang ketiga dari surga, mampukah mereka memahami firman Tuhan? Mampukah mereka menerapkan kebenaran? Dapatkah mereka tunduk kepada Tuhan? (Tidak.) Mereka akan tetap sama seperti diri mereka sebelumnya. Kualitas mereka akan tetap sama seperti kualitas mereka sebelumnya. Orang-orang yang berkualitas buruk hanya mampu memahami hal-hal yang sangat terbatas. Mereka yang berkualitas baik mampu memahami lebih banyak, dengan jauh lebih mendalam dan pada tingkat yang lebih tinggi. Orang-orang yang berkualitas rata-rata memahami jauh lebih sedikit daripada mereka yang berkualitas baik; hal yang mampu mereka pahami terbatas pada lingkup rata-rata, dan tidak dapat melampaui lingkup ini karena kualitas mereka membatasi mereka. Yang terburuk adalah mereka yang sama sekali tidak berkualitas. Orang-orang semacam itu, hanya dalam hal kualitas, sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk memahami. Oleh karena itu, perwujudan mereka dalam kehidupan nyata dan dalam pelaksanaan tugas mereka adalah bahwa mereka tidak memahami apa pun; entah mereka telah percaya kepada Tuhan selama sepuluh tahun, dua puluh tahun, atau bahkan hingga lanjut usia, doktrin-doktrin tentang kepercayaan kepada Tuhan dan ungkapan rohani yang mereka bicarakan tetaplah hal-hal lama yang mereka pahami ketika mereka pertama kali mulai percaya. Sekalipun sudah bertahun-tahun percaya, mereka tidak mengalami kemajuan apa pun. Mengapa mereka tidak mengalami kemajuan? Karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk memahami, dan sekalipun mereka telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, hal-hal yang mampu mereka terima hanyalah kata-kata mati tersebut. Bahkan setelah bertahun-tahun percaya, kemampuan mereka untuk belajar, kemampuan mereka untuk mengerti berbagai hal, kemampuan mereka untuk memahami, dan kemampuan lainnya tidak meningkat. Orang macam apa mereka? Mereka adalah orang-orang yang kualitasnya sangat buruk. Karena kualitas mereka buruk dan berbagai kemampuan mereka tidak meningkat, sekalipun orang-orang tersebut hidup hingga berusia empat puluh, lima puluh, enam puluh, atau tujuh puluh tahun, kemampuan mereka untuk mengurus diri sendiri akan tetap sangat lemah. Dengan mengamati kemampuan mereka untuk bertahan hidup dan kemampuan mereka mengurus diri sendiri, engkau dapat mengetahui seperti apa kualitas orang-orang semacam itu. Orang-orang semacam ini keterbelakangan mental, idiot, dungu, dan kemampuan mereka untuk mengurus diri sendiri sangat buruk. Mengapa Kukatakan bahwa kemampuan mereka untuk mengurus diri sendiri buruk? Karena kemampuan mereka untuk belajar, kemampuan mereka untuk mengerti berbagai hal, dan kemampuan mereka untuk memahami semuanya buruk. Pengalaman, akal sehat, pola hidup, dan kiat untuk melakukan segala sesuatu yang mereka dapatkan dalam hidup ini sangatlah terbatas. Bahkan pada usia enam puluh atau tujuh puluh tahun, mereka tetap sama. Orang-orang yang berkualitas baik, setelah berusia tiga puluhan, telah mengembangkan pengetahuan tertentu tentang berbagai masalah yang mereka hadapi dalam hidup dan sepanjang jalan hidup mereka, karena telah memperoleh beberapa pemahaman, wawasan, dan pengalaman tentang hal-hal tersebut. Melalui pengalaman ini, mereka tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi berbagai masalah sehingga mereka dapat hidup dengan lebih baik dan melindungi diri mereka sendiri secara lebih efektif. Namun, orang-orang yang berkualitas buruk, karena kemampuan mereka dalam semua aspek lemah, berapa pun usia mereka, kemampuan mereka untuk bertahan hidup tetaplah sangat buruk. Seburuk apa kemampuan mereka? Sedemikian buruknya sampai-sampai mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri. Ada orang-orang yang mungkin berkata, "Lihat, mereka makan dengan lahap, tidur nyenyak, dan kesehatan mereka baik—mengapa Kaukatakan mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri?" Kemampuan untuk bertahan hidup yang kita bicarakan tidak mengacu pada apakah seseorang itu bisa makan atau tidur. Jika orang bahkan tidak tahu bahwa mereka perlu makan saat waktunya makan, mereka bukanlah orang yang normal melainkan orang yang cacat mental—terlebih lagi, kita tidak perlu mempertimbangkan kualitas orang-orang semacam itu. Lingkup penilaian kita tentang kualitas yang orang miliki terutama mencakup mereka yang secara lahiriah dapat dianggap normal. Ini tidak mencakup orang-orang yang memiliki cacat jasmani, cacat mental, penyakit kejiwaan, atau mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk mengurus diri sendiri. Kita sering melihat orang-orang tertentu yang bahkan tidak dapat menemukan pola, prinsip, atau kiat apa pun untuk melakukan sesuatu dalam hal mengelola makanan, pakaian, tempat tinggal, dan transportasi mereka. Berapa pun usianya, mereka tidak tahu cara menangani aspek-aspek kehidupan ini dengan cara yang sesuai dengan prinsip dan dengan kemanusiaan. Misalnya, mereka tidak tahu pakaian mana yang paling cocok untuk berbagai musim dan hanya mengikuti apa yang orang lain lakukan. Ketika cuaca di luar dingin, mereka mengenakan pakaian yang terlalu tipis dan mereka masuk angin, tetapi mereka tidak mengerti sebabnya; atau, mereka jatuh sakit karena mengonsumsi makanan yang tidak higienis, tetapi tidak tahu apa penyebabnya. Mereka tidak dapat menarik kesimpulan dari pengalaman-pengalaman ini. Bukankah mereka keterbelakangan mental? Bukankah mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri? (Ya.) Berapa pun usia mereka, mereka tidak tahu cara untuk hidup dan sekadar menjalani hidup dalam keadaan bingung. Bagi orang normal, ketika mereka memiliki anak pertama, mereka mungkin kurang berpengalaman, tetapi pada saat memiliki anak kedua, mereka telah memperoleh beberapa pengalaman dalam hal cara mengurus dan memberi makan anak mereka. Namun, ada orang-orang yang tetap tidak berpengalaman setelah memiliki dua atau tiga anak. Ketika ditanya bagaimana mereka mengasuh anak-anak mereka, mereka berkata, "Aku tidak tahu, aku sekadar menjalaninya saja. Pokoknya, ketika anak-anak itu lapar, aku memberi mereka makan, dan setelah mereka kenyang, selesailah tugasku." Siapa pun anak yang ditempatkan di tangan mereka akan beruntung jika dapat bertahan hidup. Dengan tingkat kemampuan bertahan hidup yang mereka miliki, tak seorang anak pun akan bertahan hidup di bawah asuhan mereka. Ada orang-orang yang tidak mengerti cara untuk menangani berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan atau dalam bertahan hidup. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup. Misalnya, ketika dua masalah muncul pada waktu yang bersamaan, mereka menjadi bingung dan tidak tahu harus melakukan apa atau masalah mana yang harus ditangani terlebih dahulu. Mereka menjadi bingung, gugup, dan takut, serta mengeluh dengan berkata, "Mengapa kedua masalah ini terjadi pada waktu yang bersamaan? Apa yang harus kulakukan sekarang?" Mereka menjadi sangat cemas sampai-sampai tidak bisa makan atau tidur. Mereka seperti ini di usia tiga puluhan, dan bahkan di usia enam puluhan, tingkat pertumbuhan mereka tetap sama. Ketika situasi tertentu muncul dan mereka tidak dapat menemukan solusinya, mereka mulai menangis. Orang lain berkata, "Mengapa kau menangis? Ini bukan masalah besar—ini adalah beberapa masalah yang paling umum terjadi. Kau hanya perlu menentukan prioritas dan menanganinya berdasarkan tingkat kepentingannya." Jika orang tidak mampu menangani hal-hal ini, dan melewatkan makan, tidak bisa tidur karenanya, atau bahkan berpikir untuk mengakhiri hidup mereka, bukankah mereka sangat tidak bernyali? Mereka bahkan mengeluh, "Mengapa ini tidak terjadi pada orang lain? Mengapa ini terjadi padaku?" Itu telah terjadi padamu, jadi tanganilah hal itu. Jika engkau tidak mampu menanganinya, tanyakanlah pada seseorang di sekitarmu yang mengerti tentang hal itu. Setelah engkau mengerti masalahnya, bukankah engkau akan tahu cara menanganinya? Ketika tidak terjadi apa pun, orang-orang semacam itu cukup pandai berbicara, menyampaikan serangkaian doktrin demi doktrin. Namun, ketika sesuatu terjadi, mereka panik, menjadi bingung, mulai menangis tersedu-sedu, pikiran mereka menjadi kosong dan pemikiran mereka menjadi kacau—mereka tidak tahu harus berbuat apa. Jika seseorang masih muda, belum mengalami banyak hal dalam kehidupan ini dan kurang berpengalaman, adalah wajar jika mereka menjadi cemas dan takut ketika sesuatu terjadi. Namun, saat mereka telah berusia tiga puluhan atau empat puluhan, setelah melewati banyak hal di dunia ini dan memperoleh pengalaman, mereka menjadi relatif dewasa dan berpengalaman, menangani berbagai hal dengan lebih mantap dan percaya diri. Orang-orang muda yang melihat hal ini merasa terkesan, dan berpikir bahwa mereka dapat mengandalkan orang-orang semacam itu. Jika seseorang tidak memiliki kualitas dan kemampuan untuk bertahan hidup, dia juga tidak memiliki kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri. Tanpa adanya orang dewasa atau orang yang berpengalaman di sekitarnya untuk membantu dan mengawasi segala sesuatunya untuknya, semua yang dia tangani akan menjadi kacau-balau. Orang-orang semacam itu memiliki kualitas yang sangat buruk. Seberapa burukkah kualitas orang-orang tertentu? Ambillah contoh ibu rumah tangga yang tidak tahu berapa banyak nasi atau berapa banyak hidangan yang dibutuhkan untuk satu kali makan bagi satu keluarga yang terdiri dari beberapa orang—ada ibu-ibu rumah tangga yang telah memasak selama dua puluh atau tiga puluh tahun dan masih tidak tahu berapa banyak yang harus mereka persiapkan untuk sekali makan atau seberapa asin hidangan mereka seharusnya, dan terkadang bahkan tidak dapat memahami dengan tepat apakah makanan telah dimasak dengan benar atau tidak. Seburuk inilah kualitas mereka. Bukankah orang-orang semacam itu tidak memiliki otak yang berfungsi? Mereka memiliki otak babi! Orang-orang semacam itu tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri. Mereka tidak memiliki jalan untuk melakukan apa pun dan mudah melakukan kesalahan. Ketika sesuatu terjadi, jika tak ada seorang pun yang mengawasi segala sesuatunya bagi mereka, semua yang mereka lakukan akan sepenuhnya kacau, di mana semuanya menjadi kacau sama sekali. Mereka idiot dan keterbelakangan mental. Bagi jenis orang ini, yang terburuk dalam kemampuan mereka untuk memahami, sebanyak apa pun persekutuan tentang prinsip-prinsip kebenaran yang mereka dengarkan, mereka hanya memahami doktrin. Dalam kehidupan nyata, mereka tetap tidak mengetahui cara untuk menerapkan prinsip-prinsip ini. Dengan kata lain, doktrin-doktrin yang mereka pahami tidak dapat memberi mereka tujuan, arah, atau jalan apa pun dalam kehidupan nyata. Seperti inilah orang yang terburuk dalam kemampuan mereka untuk memahami. Ini mengakhiri persekutuan kita tentang kemampuan untuk memahami, yang merupakan kemampuan yang ketiga.
Apa kemampuan yang keempat? Kemampuan untuk menerima sesuatu. Ada beberapa perbedaan antara kemampuan untuk menerima sesuatu dengan kemampuan untuk mengerti berbagai hal dan dengan kemampuan untuk memahami. Kemampuan untuk menerima sesuatu mencakup apakah ketika hal-hal baru muncul, engkau mampu membedakan apakah hal tersebut positif atau negatif, serta apa keuntungan dan kerugian yang hal tersebut timbulkan bagi kehidupan, pekerjaan, dan kelangsungan hidupmu, serta bagaimana caramu memandang, memperlakukan, dan menerapkan hal-hal tersebut. Jika engkau berkualitas baik, maka ketika hal-hal baru muncul, engkau akan sangat peka dan sangat perseptif. Setelah menerima informasi tentang hal baru tersebut dengan cepat, engkau akan mampu mengidentifikasi apa keuntungan atau kerugian yang ditimbulkan hal itu bagi orang-orang, atau apa kekurangan hal tersebut. Jika hal itu bermanfaat bagi masalah tertentu dalam kehidupan nyatamu, engkau dapat dengan segera menerapkan kelebihan dari hal tersebut; jika itu berbahaya, engkau juga dapat menghindari bahaya atau kekurangan dari hal tersebut bagi orang-orang. Itu berarti, engkau memiliki tingkat penerimaan tertentu terhadap hal-hal baru, dan engkau dapat dengan segera mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal baru yang negatif, berbahaya bagi orang-orang, dan memiliki kekurangan—seperti inilah memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu. Di sinilah letak perbedaan antara kemampuan untuk menerima sesuatu dengan kemampuan untuk mengerti berbagai hal dan kemampuan untuk memahami. Kemampuan untuk menerima sesuatu terutama mengacu pada kepekaan orang terhadap hal-hal baru dan kemampuan mereka untuk mengidentifikasi hal-hal baru tersebut. Jika engkau mengidentifikasi hal-hal baru dengan cepat, mampu dengan cepat menerima kelebihan dan manfaatnya serta menerapkannya dalam kehidupan nyata agar bermanfaat bagi kehidupan dan pekerjaanmu, serta kemudian melepaskan atau menyingkirkan hal-hal lama yang telah digantikan dengan hal-hal baru tersebut, ini berarti engkau memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu dan merupakan orang yang berkualitas baik. Setelah ini adalah orang yang berkualitas rata-rata. Orang-orang semacam ini sangat lambat dalam menerima beberapa hal baru yang sudah menggantikan hal-hal lama, serta pendapat yang baru dan teknologi yang baru. Apa artinya "lambat"? Itu berarti hanya setelah hal baru tersebut tersebar luas, digunakan dengan sangat luas, dan istilah untuk hal tersebut telah menjadi sangat umum, barulah mereka dapat menerimanya. Mereka tidak memiliki persepsi tentang hal-hal baru dan tidak mampu membedakan apakah itu adalah hal yang positif atau hal yang negatif. Bahkan ketika muncul hal-hal baru yang positif, di dalam hatinya, mereka menentang dan memandang rendah hal-hal tersebut; mereka selalu memiliki gagasan dan sikap mereka sendiri, serta selalu menyelaraskan diri dengan tren-tren duniawi, dan mereka tertutup serta tidak mau menerima hal-hal baru, menolak hal-hal tersebut. Hanya setelah hal baru itu tersebar luas, dan banyak orang telah mengalami dan menyadari keuntungannya, serta orang telah merasakan manfaatnya, barulah mereka mulai menerima dan menerapkannya. Seperti inilah memiliki kualitas rata-rata itu. Penerimaan orang-orang semacam itu akan hal-hal baru sangatlah pasif; itu bukanlah penerimaan yang aktif. Ini disebabkan karena di satu sisi, mereka tidak memiliki kepekaan terhadap hal-hal baru; mereka mati rasa, merosot, dan tertutup. Di sisi lain, ini juga karena mereka memiliki gagasan dan pendapat tertentu tentang hal-hal baru, memiliki sikap yang menghina dan memandang rendah hal-hal tersebut. Penyebab subjektifnya adalah karena mereka berkualitas rata-rata, dan memiliki kemampuan rata-rata untuk menerima sesuatu, yang membuat mereka sangat mati rasa; ketika hal-hal baru muncul di hadapan mereka, mereka tidak menyadarinya, tidak memiliki perasaan, dan tidak memiliki sikap untuk menerimanya secara aktif. Selain itu, mereka secara bawaan sangat merosot, sangat mati rasa dan bodoh. Kedua penyebab ini membuat mereka lambat untuk menerima hal-hal baru. Hanya ketika banyak orang telah menggunakan hal tersebut, membicarakan apa saja keuntungan hal tersebut, apa kenyamanan dari hal tersebut, apa dampaknya terhadap orang-orang, dan apa manfaat yang bisa orang peroleh darinya, serta telah melihat semua ini dengan mata mereka sendiri—dan juga telah melihat orang-orang di sekitar mereka mengalaminya sendiri hingga taraf tertentu—barulah di dalam hatinya, mereka perlahan-lahan menerima hal tersebut dan kemudian mulai menggunakannya. Kualitas seperti apa yang ditunjukkan oleh hal ini? Orang-orang semacam itu memiliki kemampuan rata-rata untuk menerima sesuatu. Memiliki kemampuan rata-rata untuk menerima sesuatu berarti orang itu berkualitas rata-rata. Sebagai contoh, dalam memberitakan Injil atau dalam melakukan pekerjaan profesional tertentu, beberapa saudara-saudari berinisiatif untuk mencoba dan menerapkan metode atau teknik profesional yang baru. Mereka segera merasakan bahwa sangatlah baik untuk menggunakan teknik profesional tersebut, karena dengan menggunakannnya, mereka menjadi sangat efektif dalam pelaksanaan tugas mereka dan efisiensi mereka juga meningkat. Mereka kemudian segera mempromosikan teknik atau metode yang baru ini, mendorong saudara-saudari lain untuk mempelajari dan menerapkannya. Orang yang berkualitas baik mahir dalam mencari teknik dan metode baru dalam melaksanakan tugas mereka. Dengan sangat cepat, mereka dapat melihat hal baru dengan jelas dan menilainya dengan tepat, serta memanfaatkan kesempatan ini, dan dapat sepenuhnya menerima teknik atau metode yang baru tersebut, serta menerapkannya dalam pekerjaan nyata. Mengenai apa kelebihan dan kelemahan dari hal baru tersebut dan hasil apa yang dapat dicapainya, mereka dapat secara terus-menerus mengambil kesimpulan dan kemudian melakukan penyesuaian. Setelah menjelajahinya selama jangka waktu tertentu, lambat laun mereka memahami aspek mana saja dari profesi teknis atau informasi ini yang dapat diterapkan dalam kehidupan bergereja dan mana yang tidak. Setelah itu, mereka secara bertahap meningkatkan hal baru ini dalam pekerjaan mereka berdasarkan prinsip dan tuntutan rumah Tuhan. Makin mereka meningkatkan hal baru ini, makin itu menjadi lebih baik, dan pada akhirnya membuahkan hasil. Seperti inilah perwujudan kualitas yang baik. Namun, ada orang-orang yang tetap berpaut erat pada metode lama dalam memberitakan Injil, yaitu satu orang memberitakan kepada satu orang atau dua orang kepada satu orang, atau mengandalkan jumlah orang. Mereka mati rasa, bodoh, dan lambat untuk menerima metode yang lebih maju. Meskipun secara lisan mereka mengakui bahwa metode yang lebih maju itu terdengar sangat bagus dan dapat diterapkan, di dalam hatinya, mereka selalu merasa khawatir. Mereka takut jika menerapkan metode ini, hasilnya akan buruk, jadi mereka tidak berani mencobanya. Orang lain membujuk mereka, "Kau tidak perlu mengkhawatirkan semua itu. Kami sudah mencobanya; menerapkan dengan cara seperti itu membuahkan hasil yang sangat bagus." Namun, mereka tetap tidak berani mencobanya, dan terus-menerus berpaut pada metode aslinya. Hanya ketika banyak orang menggunakan metode baru itu untuk memberitakan Injil, memperoleh lebih banyak orang setiap bulan dan efisiensi mereka makin meningkat, barulah orang-orang itu dengan enggan memutuskan untuk mencobanya, tetapi mereka tetap hanya mengambil langkah kecil dan tidak berani mengubah rencana dan strategi mereka sepenuhnya. Ini berarti terlalu lambat dalam menerima hal-hal baru; ini berarti berkualitas rata-rata. Orang yang berkualitas buruk memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu yang jauh lebih buruk. Mereka tidak dapat melihat hal baru dengan jelas, tidak dapat menilainya, dan tidak tahu bagaimana memperlakukannya. Di dalam hatinya, mereka menentangnya, berpikir bahwa orang-orang yang percaya kepada Tuhan tidak boleh menerima hal-hal baru, dan tidak boleh menerima informasi dan teknologi baru. Engkau melihat bahwa mereka sangat tertutup. Ada orang-orang dari denominasi tertentu yang hingga saat ini tidak menggunakan listrik, tidak menonton televisi, dan tidak menggunakan komputer atau produk elektronik lainnya. Ketika bepergian, mereka tidak menggunakan alat transportasi modern; mereka bahkan tidak mengendarai sepeda. Apa yang mereka kendarai untuk bepergian? Gerobak sapi dan kereta kuda, yang menimbulkan kepulan debu saat bergerak. Ada orang yang bertanya, "Mengapa kau tidak mengendarai sepeda atau mobil?" Mereka berkata, "Benda-benda tersebut dibuat oleh manusia. Kami takut Tuhan tidak akan senang jika kami menggunakannya." Ini berarti memiliki kemampuan yang buruk untuk menerima sesuatu. Orang dengan kemampuan yang buruk untuk menerima sesuatu memandang segala sesuatu dengan cara yang salah. Mereka berpaut pada cara-cara lama mereka, berpegang erat pada sudut pandang mereka sendiri, bersikap menentang terhadap semua hal yang baru. Bersikap menentang itu sendiri berarti ada masalah dengan cara berpikir dan pikiran mereka. Menunjukkan apakah memiliki masalah semacam itu? Secara konservatif, itu menunjukkan bahwa kualitas yang dimiliki orang tersebut sangatlah rata-rata. Jika mereka selalu tidak dapat menerima hal yang baru, berarti kualitas mereka buruk, dan mereka kaku dalam cara berpikir mereka. Mereka meyakini bahwa pekerjaan Tuhan tidak berubah, dan firman apa pun yang telah Tuhan ucapkan, Tuhan akan selamanya hanya mengucapkan firman yang sama tersebut, dan pekerjaan apa pun yang telah Tuhan lakukan, Tuhan akan selamanya hanya melakukan pekerjaan yang sama tersebut. Adapun mengenai umat manusia ini dan zaman ini, mereka meyakini bahwa apa yang awalnya mereka lihat dan alami akan selamanya tetap tidak berubah dan akan selalu seperti itu. Sebagai contoh, 20 atau 30 tahun yang lalu, orang memiliki gagasan tertentu mengenai pemahaman mereka tentang pakaian. Mereka yakin bahwa bahan katun adalah bahan yang sepenuhnya alami dan bahwa semua jenis tekstil katun itu bagus; baik itu jaket berlapis katun, kaos, maupun pakaian dalam, selama itu terbuat dari katun, itu lebih baik daripada kain berbahan serat sintetis. Mereka benar-benar berpegang teguh pada keyakinan ini. Namun, 20 atau 30 tahun kemudian, industri tekstil telah berkembang, dan banyak kain yang mirip dengan katun telah bermunculan, disertai dengan berbagai pakaian dari kain berbahan serat sintetis. Ada banyak tekstil yang lebih baik daripada kain katun; bahannya lebih menyerap keringat, menghilangkan panas dan menyerap kelembapan dengan lebih cepat, serta tidak berubah bentuk, menyusut, atau memudar dicuci dengan cara apa pun. Selain itu, bahannya juga sangat nyaman dan ringan ketika dikenakan, tanpa menyebabkan kerusakan apa pun pada kulit. Namun, ada orang-orang yang tetap tidak dapat menerima serat sintetis. Mereka tetap yakin bahwa hanya tekstil katun yang bagus karena kapas tumbuh di dalam tanah, diciptakan oleh Tuhan, dan alami, sedangkan serat sintetis adalah buatan manusia. Mereka gagal menyadari bahwa meskipun kapas telah dipersiapkan oleh Tuhan dan merupakan yang terbaik, tanah telah terpolusi, dan ulat yang menyerang tanaman kapas telah menjadi makin kuat dari generasi ke generasi. Pestisida biasa tidak dapat menyelesaikan masalah itu. Pada akhirnya, kain katun harus menjalani perlakuan disinfeksi khusus agar mengenakannya tidak akan menimbulkan rasa gatal. Jika diproses dengan baik, harga kain menjadi sangat tinggi, sehingga membutuhkan harga jual yang sangat mahal. Jika tidak diproses dengan baik, mengenakannya tidak akan sebaik mengenakan pakaian berbahan serat sintetis. Engkau melihat bahwa kualitas pakaian berbahan serat sintetis sangat bagus sekarang ini; banyak atlet profesional mengenakannya, dan semua umpan baliknya sangat positif. Namun, setelah mendengar hal ini, ada orang-orang yang masih tidak menerimanya dan tetap yakin bahwa tekstil katun itu lebih baik. Bukankah orang-orang semacam itu bodoh dan keras kepala? (Ya.) Kebodohan dan sifat keras kepala ini adalah salah satu masalah dengan kemanusiaan mereka. Jadi, bagaimana kualitas mereka? (Kualitas mereka tidak baik.) Ketika hal baru muncul di hadapan seseorang, sikap mereka dalam menilai apakah hal itu benar atau salah—untuk memutuskan apakah akan menerima atau menolaknya—tergantung pada kualitas mereka. Jika kebanyakan orang menganggap hal yang baru itu benar, dan mereka mengikuti pendapat orang banyak serta menerimanya secara pasif, berarti orang itu paling-paling berkualitas rata-rata. Jika mereka tidak mampu membedakan apakah hal baru itu benar atau salah, apakah itu bermanfaat bagi orang atau tidak, dan apa kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan hal-hal lama yang sangat mereka yakini sebelumnya, tidak mampu mengidentifikasi atau mengenali perbedaan antara hal baru dan hal lama—jika mereka tidak dapat menilai satu pun dari hal ini, ini membuktikan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk menerima hal-hal baru; yang berarti mereka tidak memiliki kemampuan untuk memahami. Orang-orang seperti ini berkualitas buruk. Awalnya, ketika sesuatu yang baru muncul, mereka tidak memiliki tingkat kepekaan tertentu. Saat mereka mendengar tentang hal ini, mereka juga sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk menerimanya. Pada akhirnya, sekalipun mereka dengan enggan menerima hal baru tersebut, itu hanya dengan bantuan dan bujukan orang lain, yang bahkan harus membandingkan keuntungan dan kelebihan hal baru itu dengan hal-hal yang lama, sehingga orang-orang ini melihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa terdapat perbedaan yang jelas antara hal yang baru dengan hal-hal yang lama dan bahwa hal yang baru itu jelas lebih unggul daripada hal-hal yang lama, sebelum mereka dapat menerimanya. Namun, di dalam hatinya, orang-orang ini masih tidak dapat melihat dengan jelas apa yang baik tentang banyak hal baru lainnya dan masih merasa bahwa hal-hal lama itu baik dan seharusnya terus dipertahankan. Hanya dalam keadaan di mana mereka tidak punya pilihan, barulah mereka dengan enggan dan pasif menerima hal-hal yang baru. Orang-orang seperti ini berkualitas buruk. Orang yang berkualitas rata-rata adalah orang yang, setelah mendapat beberapa petunjuk, langsung mengerti, menyadari bahwa mereka sedang memandang segala sesuatu dengan cara yang menyimpang dan ketinggalan zaman. Inilah artinya memiliki kualitas rata-rata. Di sisi lain, orang yang berkualitas buruk, membutuhkan petunjuk dan dorongan yang berulang kali, juga kumpulan bujukan dari semua orang—disertai beberapa fakta dan contoh konkret yang memperlihatkan bagaimana hal baru ini bermanfaat bagi orang-orang setelah diadopsi secara luas—sebelum mereka dengan enggan menerima dan menggunakannya. Namun, secara pribadi, mereka masih memilih hal yang lama. Orang seperti ini berkualitas sangat buruk. Memiliki kualitas yang buruk berarti mereka secara konsisten gagal untuk mengenali dampak positif dari munculnya hal-hal baru bagi orang-orang, dan tidak mampu menemukan perbedaan antara hal baru dan hal lama, serta secara konsisten gagal untuk menemukan atau mengungkapkan keuntungan dan kemajuan dari hal-hal baru serta kerugian dan keterbelakangan dari hal-hal lama, dan mereka juga selalu berpegang pada pemikiran serta pandangan lama mereka; oleh karena itu, kemampuan mereka untuk menerima sesuatu sangatlah buruk. Orang yang buruk dalam kemampuan mereka untuk menerima sesuatu adalah orang yang berkualitas buruk. Orang yang berkualitas buruk tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang esensi atau akar masalahnya, dengan cara apa pun engkau menjelaskannya kepada mereka. Sebagian orang yang berkualitas paling buruk bahkan tidak dapat dianggap memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu—ketika dihadapkan dengan hal-hal baru, masalahnya bukan apakah secara subjektif mereka bersedia belajar dan menerima hal baru tersebut; tetapi masalahnya adalah mereka sama sekali tidak memiliki persepsi terhadap hal baru tersebut. Entah dalam kehidupan nyata atau dalam melaksanakan tugas, hal baru apa pun yang muncul, kemajuan atau peningkatan apa pun yang terjadi, mereka tidak memiliki persepsi dan tidak memiliki kesadaran. Apakah ketidaktahuan akan hal-hal ini disebabkan karena mereka tidak membaca berita atau surat kabar? Tidak, itu disebabkan karena kualitas mereka benar-benar tidak memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu. Mereka seolah-olah tidak memiliki daya penerimaan. Mengenai munculnya hal baru apa pun, mereka mati rasa, bodoh, dan tidak memiliki persepsi. Sekalipun mereka hidup di kota yang ramai, mereka seperti hidup di desa yang terpencil di pegunungan. Mereka sama sekali tidak menyadari adanya peritiwa besar atau kecil dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dalam lingkup kehidupan mereka, tidak ada hal baru apa pun yang dapat memengaruhi mereka dalam hal makanan, pakaian, perumahan, dan transportasi. Mereka benar-benar seperti binatang. Hal-hal dalam alam pemikiran mereka terbatas pada rentang kecil dari hal-hal yang ada dalam lingkup kehidupan mereka, hal-hal yang mereka ketahui sejak mencapai usia ketika mereka belajar untuk memandang berbagai hal di dunia. Di luar itu, apa pun dari dunia luar sama sekali tidak ada pengaruhnya terhadap mereka, dan mereka tidak tertarik akan hal-hal itu. Orang macam apakah mereka? Apakah mereka keterbelakangan mental? (Ya.) Tentu saja, hal-hal yang sedang kita bicarakan ini adalah aspek-aspek dalam kehidupan sehari-hari yang sangat kecil dan remeh; kita tidak sedang membicarakan urusan nasional atau berita global yang besar. Bahkan kemunculan hal baru yang sangat kecil adalah sesuatu yang tidak mereka sadari, yang memperlihatkan bahwa mereka sama sekali tidak memiliki tingkat penerimaan. "Penerimaan" ini mengacu pada bagaimana kemunculan sebuah hal baru mengubah pemikiran dan pandangan mereka, membawa beberapa perbaikan pada kehidupan mereka—termasuk gaya hidup, pengetahuan hidup dasar, dan sebagainya—dan mengarah pada peningkatan dan kemajuan tertentu dalam kemampuan mereka untuk menangani masalah dalam kehidupan. Orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu selalu mempertahankan rutinitas, cara hidup asli mereka. Sebagai contoh, orang-orang di masa lalu sering berkata bahwa tahu yang direbus dengan bayam adalah hal yang baik karena mengandung zat besi dan kalsium, dan seseorang dibesarkan dengan memakannya dengan cara seperti itu. Belakangan, ada orang-orang yang berkata bahwa peneliti makanan menemukan bahwa bayam mengandung asam oksalat dan memakannya dengan tahu dalam jangka panjang dapat dengan mudah menyebabkan pembentukan batu di dalam tubuh. Setelah mendengar hal ini, orang ini berpikir, "Apa itu asam oksalat? Siapa yang pernah melihat asam oksalat di dalam bayam? Aku telah memakannya selama bertahun-tahun dan tidak terjadi apa-apa. Aku akan terus memakannya!" Orang ini tidak menerimanya. Seperti inilah orang yang sama sekali tidak memiliki tingkat penerimaan terhadap hal-hal baru atau sudut pandang baru. Sebaliknya, orang yang memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu, setelah memastikan bahwa bayam mengandung asam oksalat, akan memikirkan cara untuk menghilangkan asam oksalat tersebut, dan melalui pencarian lebih lanjut tentang hal itu, mereka menemukan bahwa merebus bayam dalam air mendidih dapat menghilangkan asam oksalat. Mereka yang memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu, setelah mendengar informasi ini, melalui penyelidikan, akan mengidentifikasi benar tidaknya informasi ini dan apakah itu bermanfaat bagi orang-orang, dan kemudian akan memutuskan apakah akan menerimanya atau menolaknya. Mereka akan mengajukan pertanyaan, mempelajari rincian yang berkaitan dengan hal itu, dan kemudian menerapkan informasi ini dalam kehidupan nyata, menghindarkan kerugian dan bahaya bagi orang-orang yang disebabkan oleh hal baru tersebut. Di sisi lain, orang-orang bingung yang sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu, apa pun informasi baru yang mereka dengar, mereka tidak peduli ataupun bertanya tentang hal itu tetapi langsung menolaknya, hanya berpegang pada hal-hal lama yang sudah ketinggalan zaman. Kesimpulan akhirnya adalah, ada masalah dengan kualitas mereka. Mengenai hal-hal baru, mereka tidak tahu cara memperlakukannya atau prinsip apa yang harus mereka pahami, dan mereka juga tidak mempertimbangkan konsekuensinya jika menolak hal-hal baru itu dalam kehidupan atau pekerjaan mereka. Singkatnya, mereka selalu bersikap curiga terhadap hal-hal baru dan informasi baru, tidak berani menerimanya. Orang-orang semacam itu berkualitas buruk.
Orang-orang yang berkualitas buruk tidak mampu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dalam hidup secara mandiri, sebanyak apa pun masalah yang muncul. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri. Apa pun hal itu, cara apa pun yang mereka warisi dari leluhur mereka pada waktu itu, cara itulah yang terus mereka lakukan; mereka tidak mengubah apa pun dan secara kaku mengikuti cara tersebut sampai akhir. Jika engkau mengkritik mereka, berkata bahwa melakukannya dengan cara seperti itu adalah salah, mereka tidak mau mendengarkan, dan bahkan akan menjadi sangat keras kepala, berdebat denganmu: "Beginilah cara yang telah diwariskan oleh leluhur kita. Generasi kakekku dan generasi orang tuaku semuanya melakukannya dengan cara ini, dan ini telah diwariskan seperti ini!" Apakah hal-hal yang diwariskan pasti benar? Mereka tidak mempertimbangkan pertanyaan ini, yang membuktikan bahwa mereka berkualitas buruk. Jika mereka memiliki kualitas orang normal, mereka akan memikirkan pertanyaan ini. Ketika mendengar informasi tentang hal-hal baru, mereka akan memperlihatkan tingkat penerimaan tertentu. Jika mereka tidak memperlihatkan perwujudan ini, itu berarti mereka tidak memiliki tingkat penerimaan. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri. Pada usia berapa pun, mereka selalu berkata, "Dahulu pada zaman ayahku, cara inilah yang digunakan. Pada zaman kakek dan kakek buyutku, caranya juga seperti ini. Jadi, pada generasiku, caranya harus tetap seperti ini." Orang-orang ini jelas adalah para fosil. Mereka bagaikan gelondongan kayu lapuk—tidak mau berubah! Mereka tidak memiliki kemampuan untuk menerima hal baru apa pun, yang menunjukkan bahwa mereka berkualitas sangat buruk. Dengan cara apa pun engkau menjelaskan kemajuan hal-hal baru, mereka tidak akan menerimanya. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri. Dari luar, mereka mungkin terlihat mampu menangani sendiri makanan, pakaian, perumahan, dan transportasi mereka, tetapi cara dan metode yang mereka gunakan di bawah standar. Mereka tidak menyesuaikan gaya hidup mereka dengan waktu atau dengan pertumbuhan di berbagai bidang akal sehat dan pengetahuan yang telah diperoleh umat manusia. Orang-orang semacam itu adalah mereka yang berkualitas buruk. Meskipun mereka tidak kelaparan, tidak kedinginan, dan tidak menderita penyakit serius apa pun, dinilai dari perspektif mereka tentang bertahan hidup dan gaya hidup mereka, orang-orang semacam itu benar-benar hidup dengan cara yang bingung, dan mereka juga dapat digolongkan sebagai orang dengan keterbelakangan mental, orang idiot, atau orang bodoh. Ada orang-orang yang merasa tidak nyaman ketika mereka disebut orang dengan keterbelakangan mental atau idiot, tetapi sekalipun mereka merasa tidak nyaman, itu benar adanya. Kualitas mereka benar-benar seburuk itu. Aku akan senang jika bisa mengatakan sesuatu yang membuatmu merasa nyaman, tetapi engkau benar-benar tidak memiliki kualitas untuk itu. Engkau tidak memiliki kemampuan di setiap aspek dan tidak memiliki pemikiran atau pandangan yang benar dan akurat yang sesuai dengan pemikiran manusia normal terhadap hal apa pun. Bukankah ini berarti tidak berkualitas? Sudah cukup bermurah hati menyebutmu orang yang tidak berguna. Orang yang tidak berkualitas semacam ini nyaris sama seperti orang yang cacat mental. Orang yang cacat mental bahkan tidak memiliki kemampuan untuk mengurus diri mereka sendiri, sepenuhnya mengandalkan bantuan orang lain. Pada waktu makan, orang tua mereka masih harus menyuapi mereka sedikit demi sedikit, dan mereka bahkan tidak tahu apakah mereka sendiri sudah kenyang atau belum. Orang yang berkualitas buruk adalah orang dengan keterbelakangan mental; mereka adalah orang idiot, dan nyaris sama seperti orang yang cacat mental. Seburuk itulah kualitas mereka. Katakan kepada-Ku, bukankah orang-orang semacam itu menyedihkan? Bukankah mereka sangat menjengkelkan? Orang yang berkualitas buruk tidak memiliki kemampuan untuk belajar, tidak memiliki kemampuan untuk mengerti berbagai hal, dan tidak memiliki kemampuan untuk memahami; terlebih lagi, mereka tidak memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu—mereka tidak memiliki kemampuan dalam aspek apa pun. Dengan cara apa pun engkau menjelaskan sesuatu atau memberi mereka contoh, mereka tetap tidak memahami atau tidak mengerti apa yang kaukatakan. Bukankah ini adalah keterbelakangan mental? Dengan cara apa pun engkau menjelaskan, mereka tidak dapat mengerti. Sekalipun engkau berbicara dengan sangat jelas dan menjelaskan secara menyeluruh, mereka tetap tidak memahaminya, dan bahkan menganggap apa yang kaukatakan sangat janggal. Mereka tidak memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal dan bahkan mengutarakan serangkaian kekeliruan untuk membantahmu. Tidak mungkin bernalar dengan orang-orang semacam itu; beri saja mereka tiga kata: "Kau tidak bernalar!" Kualitas mereka seburuk ini. Mungkinkah engkau tidak merasa cemas dan jengkel terhadap mereka? Apa pun yang kaukatakan kepada orang-orang semacam itu tidak ada gunanya. Dengan cara apa pun engkau berusaha mencerahkan mereka, mereka tidak mengerti. Bahkan untuk hal kecil, perlu sepanjang hari untuk mencerahkan mereka, dan jika engkau berbicara dengan cara yang sedikit lebih mendalam, mereka tidak akan mengerti; engkau harus menggunakan istilah yang paling dangkal dan mengatakan banyak hal sebelum mereka bisa mengerti. Bahkan setelah mereka mengerti satu hal, ketika muncul masalah serupa, mereka tetap tidak memahaminya. Bukankah ini berarti keterbelakangan mental? Namun, orang dengan keterbelakangan mental semacam ini tidak menganggap diri mereka bodoh. Mereka berkata, "Jangan menganggapku bodoh. Jika kau memberiku sepuluh yuan atau sepuluh dolar AS, lihatlah yang mana yang akan kupilih—aku pasti akan memilih dolar AS karena aku tahu dolar AS itu lebih berharga." Orang lain berkata, "Kau tetap saja bodoh." Mengapa orang lain berkata bahwa orang-orang semacam itu bodoh? Karena orang biasa tidak akan menggunakan contoh semacam ini untuk membuktikan bahwa mereka tidak bodoh, juga tidak akan menggunakan metode yang rendah semacam itu untuk menunjukkannya. Justru karena orang-orang semacam itu berkualitas sangat buruk, tidak memiliki standar untuk menilai orang, peristiwa, atau berbagai hal, dan tidak tahu cara menilai semua itu, maka mereka tidak pernah menganggap diri mereka bodoh. Orang yang benar-benar cerdas, setelah berjuang dan bergumul secara konsisten di antara sekelompok orang selama tiga hingga lima tahun, akan menyadari bahwa di kelompok mana pun, ada orang-orang yang lebih baik daripada mereka, orang-orang yang melampaui mereka. Mereka selalu merasa bahwa kualitas mereka sendiri tidak cukup baik, bahwa kemampuan dan kecerdasan mereka tidak cukup baik. Mereka selalu dapat menemukan kekurangan mereka sendiri, mengenali dalam hal apa mereka kurang dibandingkan dengan orang lain, dan mengidentifikasi masalah mereka sendiri; mereka selalu dapat melihat kelebihan orang lain. Orang semacam ini cerdas dan berkualitas. Sedangkan orang yang tidak berkualitas, ketika hidup di tengah sekelompok orang, mereka selalu merasa orang lain lebih rendah daripada mereka. Mereka melihat ada orang-orang yang bahkan tidak dapat mengeja kata-kata tertentu atau tidak bisa mengetik, dan mereka memandang rendah orang-orang itu dengan menganggap mereka berkualitas buruk. Mereka menggunakan hal-hal kecil dan tidak penting yang dapat mereka sendiri lakukan ini untuk menegaskan bahwa kualitas mereka sendiri baik. Ada juga orang yang, melihat orang lain kurang memperhatikan kebersihan dirinya atau tidak tahu cara berpakaian yang baik, menganggap mereka berkualitas buruk. Mereka sendiri sedikit lebih bersih, bisa berpura-pura terlihat sopan, atau memiliki sedikit pengetahuan dan kelebihan, jadi mereka menganggap diri mereka orang yang berkualitas baik. Apakah orang-orang semacam itu cerdas atau bodoh? Mereka bodoh. Perhatikan bagaimana orang-orang cerdas berbicara: "Mengapa aku melakukan kesalahan lagi? Aku sadar bahwa aku bodoh!" Orang yang sering mengatakan bahwa mereka bodoh dan memiliki kekurangan sebenarnya cerdas. Orang-orang yang tidak pernah mengakui kebodohan mereka dan selalu berkata, "Menurutmu aku bodoh? Coba minta uang kepadaku dan lihat apakah aku akan memberikannya kepadamu!" adalah orang yang benar-benar bodoh. Kebodohan dalam istilah sehari-hari disebut tidak waras. Bagi mereka yang bisa mengatakan hal-hal bodoh seperti itu, bukankah itu adalah kebodohan? Bukankah itu berarti mereka tidak waras? (Ya.) Ketika melihat seseorang yang memiliki beberapa kekurangan atau cacat, atau yang meninggalkan celah dalam apa yang dia lakukan, mereka mentertawakan orang itu di belakangnya, berkata, "Bagaimana dia bisa begitu bodoh?" Ketika melihat seseorang yang penuh dengan perhitungan untuk mengambil keuntungan dan bersiasat licik, mereka menganggap orang itu cerdas dan berkualitas baik. Orang yang benar-benar cerdas menilai kualitas seseorang dan menilai apakah dia cerdas atau bodoh berdasarkan berbagai kemampuan yang orang itu miliki. Namun, orang yang bodoh hanya melihat siapa yang penuh perhitungan, siapa yang mengambil keuntungan dan selalu menghindari kerugian, dan siapa yang mahir melayani diri sendiri melalui tipu daya, meyakini bahwa semua orang semacam itu cerdas dan berkualitas baik. Sebenarnya, semua orang semacam itu adalah orang bodoh. Menilai kualitas seseorang berdasarkan seberapa perhitungannya orang tersebut—orang-orang semacam itu sendiri adalah orang bodoh. Kita baru saja menyebutkan salah satu perwujudan yang paling bodoh: Mereka berkata, "Jika kau menawariku sepuluh dolar AS atau sepuluh yuan, perhatikan mana yang kupilih. Aku pasti tidak akan memilih yuan—jangan kaukira aku tidak tahu kalau dolar AS itu lebih berharga! Jika kautawari aku daging atau tahu, perhatikan mana yang akan kumakan. Apakah menurutmu aku cukup bodoh untuk makan tahu dan bukan daging? Aku tahu daging rasanya lebih enak!" Sebenarnya, justru orang-orang semacam itulah yang adalah orang bodoh. Jika engkau benar-benar tidak ingin orang lain melihat kebodohanmu, engkau sama sekali tidak boleh menggunakan contoh-contoh semacam itu. Mengerti? (Ya.) Apakah orang-orang bodoh sering melakukan kesalahan ini? (Ya.) Mereka bahkan berpikir, "Lihat betapa hebatnya aku dalam memberi contoh! Lihat betapa cerdasnya aku! Apakah aku terlihat bodoh bagimu? Kaulah yang bodoh!" Jenis orang yang paling bodoh selalu memancarkan kebodohan. Ini mengakhiri persekutuan tentang kemampuan ini: kemampuan untuk menerima sesuatu.
Kemampuan kelima adalah kemampuan kognitif. Apa yang dimaksud dengan kemampuan kognitif? Penekanan utamanya adalah pada tingkat pemahaman orang tentang hal-hal itu sendiri. Untuk menilai kemampuan kognitif seseorang, orang harus melihat tingkat pemahaman mereka tentang suatu hal dan jangka waktu yang mereka perlukan untuk mencapai pemahaman tentang esensi dari hal tersebut. Jika jangka waktu yang mereka butuhkan sangat singkat dan tingkat pemahaman mereka cukup mendalam, mencapai tingkat memahami esensi dari hal tersebut, berarti mereka memiliki kemampuan kognitif. Jika jangka waktu yang orang butuhkan untuk memahami suatu hal berada dalam rentang normal, dan mereka mampu memahami esensi dari hal ini sendiri, dapat dengan jelas melihat sebab akibatnya, dan akar serta esensi masalah di dalamnya, dan kemudian memiliki pemahaman tentang hal ini di dalam hatinya—dan lebih baik lagi, jika mereka mampu mendefinisikan dan menarik kesimpulan tentang hal ini—ini disebut memiliki kualitas yang baik. Itu berarti, sebagai orang normal yang memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal, entah engkau adalah pria atau wanita, entah engkau baru mencapai usia dewasa atau telah memasuki usia paruh baya atau lanjut usia, jika pemahamanmu tentang esensi dari hal ini sendiri dicapai dalam rentang waktu yang normal, berarti kualitasmu dapat dianggap baik. Jika jangka waktu yang kauperlukan untuk memahami hal ini melebihi tiga atau empat kali waktu yang dibutuhkan orang normal—yang berarti, jika orang yang berkualitas baik membutuhkan waktu tiga hari, tetapi engkau membutuhkan waktu sepuluh hari atau bahkan sebulan—dan pada saat engkau telah memahami seluruh rangkaian peristiwa dari hal ini dengan jelas, serta bahaya dan konsekuensi negatif yang disebabkan oleh hal ini telah muncul, baru setelah itulah engkau menyadari keseriusan hal ini, serta apa akar dan esensi dari hal ini, berarti paling maksimal engkau berkualitas rata-rata. Dengan kata lain, jika hal ini belum menimbulkan konsekuensi yang serius tetapi beberapa konsekuensi yang negatif telah muncul terus-menerus, dan hanya selama proses ini, barulah lambat laun engkau menyadari akar dan esensi dari hal ini, sampai pada definisi dan kesimpulan tertentu, berarti kualitasmu dapat dianggap rata-rata. Namun, jika hanya setelah hal ini menghasilkan konsekuensi yang negatif atau serius, barulah engkau tiba-tiba menyadari dan memahami apa natur dari hal ini, berarti kualitasmu sangat buruk. Jika setelah hal ini menimbulkan konsekuensi yang negatif dan engkau masih tidak tahu apa masalahnya dengan hal ini atau apa akar masalahnya, dan engkau masih tidak mampu menarik kesimpulan tentang hal ini, berarti engkau tidak berkualitas. Kemampuan kognitif dibagi menjadi empat tingkat ini. Pertama adalah orang yang berkualitas baik. Itu berarti, ketika sesuatu baru saja muncul dan mengharuskanmu untuk segera menarik kesimpulan dalam beberapa jam—dan ini adalah sebuah situasi yang mendesak di mana, jika engkau tidak segera membuat penilaian, mengembangkan rencana untuk menangani dan mengatasi hal tersebut, atau bahkan menyusun rencana pengendalian kerugian untuk menghentikan perkembangannya lebih lanjut, maka akan ada konsekuensi negatif—jika, dalam jangka waktu ini, engkau dapat menyadari akar dari hal ini, dan engkau dapat dengan segera dan tegas membuat penilaian yang tepat, mengambil keputusan dan menarik kesimpulan dengan tepat, serta kemudian merumuskan rencana yang masuk akal untuk menanganinya, ini berarti engkau memiliki kualitas yang baik. Namun, jika engkau hanya merasa bahwa ada masalah tertentu dengan hal ini, tetapi engkau tidak tahu di mana letak masalahnya atau apa akar masalahnya, dan dalam jangka waktu normal untuk menangani masalah ini, engkau tidak memiliki kesimpulan, keputusan, atau rencana untuk menanganinya. Sebaliknya, engkau hanya menunggu dan mengamati perkembangan selanjutnya dengan pasif, dan hanya melalui perkembangan selanjutnya, barulah engkau berusaha mengidentifikasi apa sebenarnya esensi dari hal ini dan membuat penilaian yang tidak terlalu akurat, dan setelah itu engkau terus menunggu dan mengamati, dan sebelum hal tersebut telah berkembang sepenuhnya, engkau mungkin hampir tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang esensi masalahnya atau hampir tidak dapat menemukan solusinya, tetapi penangananmu masih kurang cepat. Jika seperti inilah dirimu, berarti kualitasmu sangat rata-rata. Jika hal ini telah berkembang sepenuhnya dan konsekuensinya telah muncul, dengan esensi masalahnya telah muncul sepenuhnya, dan baru setelah itu engkau menyadari bahwa hal ini buruk, dan melihat apa akar yang mendasarinya—atau mungkin engkau bahkan tidak dapat melihat akarnya sama sekali tetapi hanya secara pasif menanggung atau menghadapi konsekuensi akhir dari hal ini—itu berarti kualitasmu buruk. Perwujudan lain dari orang yang berkualitas buruk adalah bahwa jika masalah semacam itu terjadi lagi, mereka masih memiliki sikap yang sama, metode yang sama untuk menanganinya, dan menanganinya dengan kecepatan yang sama. Itu berarti, setiap kali hal semacam itu terjadi, mereka selalu menanganinya dengan cara yang sama, dengan kecepatan dan efisiensi yang sama. Betapa pun banyaknya hal yang terjadi, mereka tidak mampu mengidentifikasi esensi dari hal-hal tersebut, dan mereka juga tidak mengubah semua pendapat atau sudut pandang mereka tentang hal-hal duniawi. Mereka adalah orang-orang yang berkualitas buruk. Justru karena mereka adalah orang-orang yang berkualitas buruk, maka mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri. Itu berarti mereka tidak memiliki pandangan tentang kelangsungan hidup atau tentang kehidupan. Ini merupakan sebuah tanda dari memiliki kualitas yang buruk. Perwujudan orang yang tidak berkualitas adalah ini: Ketika suatu hal telah terjadi, dan konsekuensinya mungkin telah muncul, mereka masih tidak tahu apa yang telah terjadi, seolah-olah mereka sedang bermimpi. Seperti inilah tidak berkualitas dan tidak memiliki kemampuan kognitif itu. Apakah engkau mengerti? (Ya.) Kemampuan kognitif terutama mengacu pada pemahaman tentang esensi dari berbagai orang dan peristiwa serta akar masalah semua itu; inilah yang dimaksud dengan kemampuan kognitif. Itu berarti ketika engkau melihat perwujudannya, hal yang orang perlihatkan, dan kemanusiaan jenis orang tertentu, engkau dapat mengetahui masalah yang sedang mereka hadapi, apa akar masalah mereka di lingkungan tempat mereka tinggal, serta apa esensi dari peristiwa yang sedang kauamati saat itu dan di mana letak akar masalah di dalamnya. Kemampuan kognitif terutama mengacu pada dua aspek: Mengetahui yang sebenarnya tentang esensi orang, peristiwa, dan hal-hal, serta mengetahui yang sebenarnya tentang akar masalahnya. Apa lagi yang dapat engkau semua pahami tentang kemampuan kognitif? Apakah ada yang memahaminya sebagai kemampuan untuk mengerti dan mempelajari pengetahuan? (Tidak.) Kemampuan kognitif yang kita bicarakan terutama berkaitan dengan kemampuan untuk memandang orang dan peristiwa. Jika standar yang kaugunakan untuk memandang orang dan peristiwa sangat rendah, pemahamanmu sangat dangkal, atau engkau tidak mampu memahami esensi dari orang, peristiwa, atau hal apa pun, berarti kemampuan kognitifmu sangat buruk, atau bahkan tidak ada. Jika, betapa pun banyaknya perkataan yang jelas-jelas keliru atau sudut pandang keliru yang diungkapkan oleh orang-orang di sekitarmu, betapa pun banyaknya tindakan salah yang mereka lakukan, atau betapa pun banyaknya kerusakan yang jelas yang mereka perlihatkan, engkau tidak dapat menemukan esensi masalahnya, tidak tahu jenis orang seperti apa mereka, apakah mereka orang yang benar, apakah mereka orang yang mengejar kebenaran, seperti apa karakter mereka, atau apa esensi dari orang-orang semacam itu—jika engkau tidak mengetahui semua ini—berarti engkau tidak memiliki kemampuan kognitif. Ketika menghadapi orang atau hal apa pun, engkau tidak memiliki standar untuk menilainya. Setelah hal itu berlalu, engkau tidak memiliki kesimpulan tentang esensi dari masalah tersebut, dan terlebih lagi, engkau sama sekali tidak memiliki pemahaman tentangnya; dan tentu saja, engkau tidak memiliki prinsip untuk menangani hal-hal semacam itu atau jalan penerapan untuknya—inilah yang dimaksud tidak memiliki kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif terutama mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami orang, peristiwa, dan hal-hal. Ini mengakhiri pembahasan kita tentang kemampuan ini.
Kemampuan keenam adalah kemampuan untuk membuat penilaian. Kemampuan untuk membuat penilaian adalah, ketika menghadapi suatu hal, engkau dapat menilai apakah hal itu benar atau salah, tepat atau keliru, positif atau negatif, dan kemudian menggunakan penilaianmu guna menentukan cara yang tepat untuk memperlakukan dan menanganinya. Ketika orang biasanya menghadapi hal tertentu, entah itu sesuatu yang pernah atau belum pernah mereka lihat sebelumnya, yang pernah atau belum pernah mereka alami sebelumnya, dan entah hal itu relatif positif atau relatif negatif, sikap seperti apa yang seharusnya mereka miliki terhadapnya? Haruskah mereka menolaknya atau menyambut dan menerimanya? Jika, setelah engkau memahami hal tersebut dengan jelas, engkau memiliki pendirianmu sendiri dan memiliki pandangan yang akurat yang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, ini membuktikan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk membuat penilaian. Misalnya, ketika engkau mendengar seseorang mengatakan sesuatu, setelah memikirkannya, engkau dapat menentukan apa maksud perkataan tersebut, apa tujuan yang ingin dicapai pembicara, mengapa dia mengucapkan perkataan itu, mengapa dia menggunakan kata-kata dan nada bicara seperti itu, dan mengapa dia memperlihatkan jenis tatapan tertentu di matanya saat mengatakan hal itu. Engkau dapat melihat niat, tujuan, dan motif yang mendasari di balik perkataannya. Dengan cara apa pun engkau menangani niat dan motif yang mendasari perkataan tersebut setelahnya, engkau dapat melihat pada saat itu juga beberapa dari masalah yang mendasari di balik hal yang terjadi. Engkau tahu apa yang ingin dia lakukan, mengapa dia ingin melakukannya dengan cara seperti ini, tujuan yang ingin dicapainya, dampak yang ingin dicapai melalui perkataannya, serta cara, siasat, dan rencana tersembunyi yang terdapat dalam perkataannya. Engkau dapat melihat beberapa indikasi, menjadi sadar bahwa masalahnya di sini bukanlah masalah biasa, dan bahkan mungkin memiliki perasaan waspada di dalam hatimu. Ini membuktikan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk membuat penilaian. Jika engkau memiliki kemampuan untuk membuat penilaian, ini berarti engkau adalah orang yang berkualitas baik. Betapa pun menyenangkannya perkataan seseorang, sekalipun perkataan itu sangat sesuai dengan kebenaran dalam hal doktrin, sekalipun sikapnya terlihat jujur di mata orang lain, atau tersembunyi sedalam apa pun tujuan orang itu, engkau masih dapat menilai masalahnya melalui perwujudan dan fenomena yang orang itu perlihatkan, atau melalui apa yang dia katakan—ini membuktikan bahwa engkau berkualitas baik dan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk membuat penilaian. Misalnya, ketika menghadapi hal tertentu, hingga sejauh mana pun hal ini telah berkembang, engkau dapat mengetahui yang sebenarnya tentang esensi dari hal ini dan akar masalahnya dengan memahami proses terjadinya hal ini. Ini berarti memiliki kemampuan untuk membuat penilaian. Misalnya, ketika di gereja terdapat antikristus dan orang-orang jahat yang mengacaukan dan mengganggu, mengenai siapa di antara orang-orang ini yang menjadi dalangnya, siapa yang menjadi pengikutnya, siapa yang memainkan peran utama dalam hal ini, dan siapa yang pasif, serta pengaruh seperti apa yang akan ditimbulkan oleh hal ini sendiri terhadap orang-orang, serta konsekuensi buruk apa yang akan ditimbulkannya jika hal ini berkembang lebih jauh, engkau dapat membuat penilaian tentang seluruh situasinya dengan cara memahami keadaan dasar dari hal ini. Sekalipun penilaianmu pada saat itu memiliki beberapa tingkat perbedaan dengan bagaimana hal tersebut akhirnya berkembang, setidaknya, engkau memiliki sudut pandang, sikap, dan prinsip yang akurat untuk menangani hal ini. Ini cukup untuk membuktikan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk membuat penilaian mengenai hal ini. Itu berarti, engkau memiliki kemampuan untuk menilai siapa dalang atau pemicu suatu hal, atau sejauh mana hal ini akan berkembang di masa mendatang, dan sikap serta prinsip seperti apa yang seharusnya kaugunakan untuk menanganinya dan mencegahnya agar tidak menimbulkan akibat yang negatif. Selama engkau memiliki kemampuan untuk menilai, logika dan metode penilaianmu benar, serta dasar penilaianmu setidaknya sesuai dengan kemanusiaan, atau lebih baik lagi, sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, ini membuktikan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk membuat penilaian. Sekalipun penilaianmu itu memiliki tingkat perbedaan tertentu dengan hal itu sendiri, selama ada dasar bagi penilaianmu, penilaianmu itu sesuai dengan pola perkembangan hal itu sendiri, dan sesuai dengan akar dan esensi dari masalah yang mirip atau serupa—dan selain itu, sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran—dapat juga dikatakan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk membuat penilaian. Memiliki kemampuan untuk membuat penilaian membuktikan bahwa engkau mampu berpikir tentang masalah. Jika penilaianmu sesuai dengan akar, esensi, dan semua aspek lain dari hal itu sendiri, ini membuktikan bahwa engkau adalah orang yang berkualitas baik.
Siapa pun orang atau hal apa pun yang orang hadapi, hanya setelah orang memiliki cara berpikir yang benar, dan hanya di atas dasar pemikiran bahwa mereka perlu menilai apakah suatu hal itu benar atau salah, tepat atau keliru, atau apakah hal itu positif atau negatif, barulah mereka dapat memiliki rencana selanjutnya untuk menangani dan mengatasi hal tersebut. Jika orang tidak tahu bagaimana cara memikirkan masalah—secara spesifik, jika mereka tidak dapat menilai masalah—maka mereka juga tidak akan dapat menangani masalah, yang berarti, mereka tidak memiliki kemampuan untuk menangani masalah. Siapa pun yang menangani masalah melakukannya di atas dasar pemikiran bahwa mereka perlu menilai apakah suatu hal itu benar atau salah; jika tidak, rencana mereka untuk menyelesaikan masalah dan jalan penerapan mereka tidak akan ada dasarnya. Misalnya, seseorang melaporkan kepadamu bahwa di sebuah gereja tertentu, kehidupan bergereja tidak baik; kebanyakan orang bersikap negatif dan acuh tak acuh, tidak mau berkumpul atau melaksanakan tugas mereka. Bagaimana engkau menilai fenomena seperti itu? Apakah ini masalah kehidupan nyata? (Ya.) Karena ini adalah masalah kehidupan nyata, engkau perlu membuat rencana penerapan yang spesifik untuk menangani dan menyelesaikannya. Sebelum menyelesaikan masalah, bukankah engkau perlu menilai apa akar dan esensi dari masalah ini, dan siapa saja yang menyebabkannya? Bukankah engkau perlu menilai hal-hal ini? (Ya.) Hanya dengan berpikir, barulah engkau dapat memiliki penilaian, dan hanya setelah memiliki penilaian, barulah engkau dapat mengidentifikasi akar masalahnya, dan berdasarkan akar serta esensi masalahnya, engkau kemudian dapat menentukan metode yang tepat dan sesuai untuk menangani dan merencanakan penyelesaian masalah tersebut. Jika engkau tahu bahwa kehidupan bergereja di sebuah gereja tertentu tidak baik, tetapi tidak tahu alasannya, bagaimana engkau akan membuat penilaian agar tahu di mana akar masalahnya? (Aku akan terlebih dahulu berpikir bahwa masalah ini berhubungan langsung dengan pemimpin gereja. Jika pemimpin gereja tidak memiliki pemahaman rohani, telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tetapi tidak memahami kebenaran, tidak mampu menangani semua masalah yang dia hadapi, dan tidak tahu bagaimana memimpin umat pilihan Tuhan untuk makan dan minum firman Tuhan atau mempersekutukan kebenaran, maka gereja dengan pemimpin palsu seperti itu pasti tidak akan memiliki kehidupan bergereja yang baik.) Ini adalah salah satu penilaian. Umumnya, untuk masalah sederhana, jika ada satu penilaian yang akurat, itu dapat memungkinkanmu untuk memahami akar masalahnya. Namun, beberapa masalah itu rumit, dan jika informasi yang kaupahami tidak lengkap, mungkin satu penilaian yang kaumiliki tidak akan memungkinkanmu untuk memahami akar masalahnya. Jadi, apakah ada juga penilaian kedua dan ketiga? (Ada.) Setelah memiliki tiga penilaian, mungkin salah satunya adalah yang paling akurat. Penilaian lain apa yang dapat engkau semua pikirkan? (Yang dapat kupikirkan adalah bahwa orang-orang di gereja ini pada umumnya memiliki kualitas yang buruk dan kemampuan yang buruk untuk memahami kebenaran, dan mereka tidak mencintai kebenaran. Itulah sebabnya hasil kehidupan bergereja di sana buruk.) Apakah ini sesuai dengan kenyataan situasinya? Ini adalah penilaian kedua. Apakah ada penilaian lainnya? (Aku juga akan memikirkan apakah ada orang jahat yang mengganggu gereja ini.) Ini adalah penilaian ketiga. Manakah dari ketiga penilaian ini yang lebih sesuai dengan situasi nyata dan lebih realistis, dan manakah yang hampa? (Aku merasa sepertinya penilaian yang kedua agak hampa. Sebenarnya, jika gereja memiliki seseorang yang cocok sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas pekerjaan itu, hasil kehidupan bergereja akan baik. Melalui makan dan minum firman Tuhan serta memahami kebenaran, saudara-saudari pasti akan merasa terdorong untuk melaksanakan tugas mereka. Aku merasa bahwa penilaian yang pertama dan ketiga lebih realistis.) Penilaian kedua adalah doktrin yang hampa. Penilaian yang pertama dan ketiga sesuai dengan situasi nyata dan akurat. Di satu sisi, kedua penilaian ini menggunakan pemikiran logis; di sisi lain, penilaian ini didasarkan pada beberapa fenomena yang umum ditemukan dalam kehidupan nyata. Jika engkau dapat memahami fenomena umum, itu membuktikan bahwa pemikiranmu benar dan sesuai dengan logika. Jika engkau tidak dapat memahami situasi yang sebenarnya, dan penilaianmu tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata, itu membuktikan bahwa pikiranmu tidak logis dan bermasalah, dan bahwa engkau memandang masalah dengan cara yang tidak realistis dan tidak objektif. Penilaian yang pertama dan ketiga bersifat objektif. Salah satu situasinya mungkin karena pemimpin gereja tidak tahu cara melakukan pekerjaan. Dia sendiri tidak memiliki jalan dalam hal jalan masuk kehidupan, jadi dia, terlebih lagi, tidak memiliki jalan dalam hal memimpin gereja dan saudara-saudari. Akibatnya, kehidupan bergereja di sana tidak membaik. Sebenarnya, sebagian besar orang di gereja sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan mereka bersemangat, tetapi kehidupan bergereja tidak benar-benar membuahkan hasil apa pun. Setiap pertemuan mengikuti rutinitas yang sama: bernyanyi, berdoa, membaca firman Tuhan, dan kemudian pemimpin atau diaken membagikan beberapa pemahaman atau doktrin yang dangkal. Hanya sedikit orang di sana yang dapat berbicara tentang pemahaman berdasarkan pengalaman yang nyata. Selain itu, pemimpin gereja itu berkualitas buruk dan memiliki pengalaman yang dangkal, dan dia tidak mampu mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian, kehidupan bergereja tampak membosankan dan tidak menyenangkan. Sudah banyak pertemuan diadakan tetapi tak seorang pun memperoleh apa pun darinya, sehingga kebanyakan orang merasa bahwa menghadiri pertemuan seperti itu kurang bermanfaat dibandingkan membaca firman Tuhan di rumah, sehingga mereka pun tidak mau hadir. Beberapa orang, setelah percaya kepada Tuhan selama satu atau dua tahun dan memahami beberapa kebenaran, ingin melaksanakan tugas. Namun, beberapa pemimpin gereja tidak tahu orang mana yang cocok untuk tugas mana atau jenis pekerjaan apa yang cocok untuk mereka. Mereka tidak dapat mengatur orang atau menggunakan orang secara masuk akal, mereka juga tidak dapat menggunakan pengalaman mereka sendiri untuk mendukung orang dan membantu mereka dalam melaksanakan tugas. Hal ini dapat menyebabkan beberapa orang menjadi negatif dan tidak bersedia melaksanakan tugas mereka. Sebenarnya, kebanyakan orang yang bersedia melaksanakan tugas mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik; mereka hanya kurang memperoleh dukungan dan bantuan. Jika para pemimpin gereja dan diaken dapat mendukung dan membantu orang-orang berdasarkan firman Tuhan, jumlah orang di gereja yang bersedia melaksanakan tugas akan meningkat, dan mereka akan dapat melaksanakan tugas mereka secara normal. Karena para pemimpin gereja dan diaken tidak tahu bagaimana cara melakukan pekerjaan, kehidupan bergereja membuahkan hasil yang buruk dan beberapa masalah tetap tidak terselesaikan untuk waktu yang lama, dan setelah beberapa waktu, banyak orang menjadi negatif dan tidak lagi bersemangat; ini memengaruhi umat pilihan Tuhan dalam pelaksanaan tugas mereka. Jika hasil kehidupan bergereja buruk, ini terutama karena para pemimpin gereja dan diaken tidak tahu bagaimana cara melakukan pekerjaan gereja. Ini adalah satu situasi. Situasi lainnya adalah karena antikristus dan orang jahat menjadi pemegang kekuasaan dan menyebabkan gangguan di dalam gereja, dan ini terjadi dari waktu ke waktu. Ketika pemimpin gereja tidak tahu bagaimana cara melakukan pekerjaan, dan juga terdapat antikristus dan orang jahat yang memegang kekuasaan, terus-menerus membentuk kelompok tertutup, mendirikan kerajaan mereka sendiri, dan menyiksa serta menindas orang lain, hal ini akan menyebabkan beberapa saudara-saudari yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan bersedia melaksanakan tugas mereka merasa tertekan, tersiksa, dan dikucilkan. Mereka ingin melaksanakan tugas tetapi tidak ada kesempatan, yang membuat mereka menjadi negatif dan lemah. Orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan ini tidak merasakan kenikmatan ketika berkumpul dengan antikristus dan komplotannya. Antikristus selalu ingin menjadi pemegang kekuasaan dan mengokohkan kedudukan mereka. Ketika mereka yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan menghadiri pertemuan, mereka ingin lebih memahami kebenaran dan membagikan pengalaman mereka, tetapi antikristus menindas mereka dan tidak memberi mereka kesempatan. Akibatnya, kehidupan bergereja menjadi tidak tertib; orang-orang terpecah belah dan pertemuan tidak lagi menyenangkan. Sedikit semangat dan kasih yang orang miliki hilang, dan mereka tidak lagi bersedia melaksanakan tugas mereka. Hasil kehidupan bergereja yang buruk mungkin disebabkan oleh salah satu dari penyebab ini. Inilah yang dapat engkau semua pikirkan dan nilai. Jika kesimpulan yang mampu kaucapai melalui penilaianmu berkaitan dengan situasi nyata, sekalipun hanya berkaitan sebagian dengannya atau hanya mengidentifikasi kemungkinan masalah, ini tetap merupakan perwujudan dari memiliki kemampuan untuk membuat penilaian. Setidaknya, kesimpulan dan pendapat yang kaucapai melalui penilaian berkaitan dengan situasi nyata, dan bukan doktrin, kosong, atau sesuatu yang tidak pernah ada. Ini membuktikan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk membuat penilaian. Jika kesimpulan yang kauperoleh tentang setiap hal tidak sesuai dengan pola perkembangan normal berbagai hal atau pola perubahan berbagai hal dalam kehidupan nyata, dan kesimpulanmu itu murni dibayangkan, kosong, tidak realistis, dan tidak benar, serta tidak ada hubungannya dengan situasi nyata, berarti engkau tidak memiliki kemampuan untuk membuat penilaian atau sering melakukan kesalahan dalam menilai. Lalu bagaimana dengan penilaian kedua yang engkau semua sebutkan sebelumnya, bahwa hasil kehidupan bergereja yang buruk disebabkan karena orang-orang di gereja ini berkualitas buruk dan tidak mencintai kebenaran—penilaian macam apa ini? (Ini adalah kesalahan dalam penilaian.) Ini disebut melakukan kesalahan dalam menilai. Jika engkau tidak dapat sepenuhnya memahami situasi yang sering terjadi ketika muncul hal-hal semacam itu—yang berarti, ketika muncul beberapa situasi yang paling mungkin terjadi—dan engkau hanya dapat memikirkan satu situasi melalui penilaianmu, atau engkau dapat memikirkan situasi yang mungkin terjadi tetapi juga yang tidak mungkin terjadi, hal ini membuktikan apa? Ini membuktikan bahwa kemampuanmu untuk membuat penilaian adalah rata-rata. Orang dengan kemampuan rata-rata untuk membuat penilaian memiliki beberapa pemikiran tentang suatu hal tetapi tidak bisa yakin mengenainya. Dalam kasus seperti itu, penilaian yang mereka buat tidak akurat. Jika penilaian seseorang terkadang benar dan terkadang salah, dan beberapa penilaian sesuai dengan situasi sebenarnya sementara yang lain tidak, tetapi penilaian yang tidak akurat relatif lebih sering terjadi, ini menunjukkan bahwa kemampuan mereka untuk membuat penilaian buruk. Misalkan kesimpulan yang mereka capai melalui penilaian sepenuhnya kosong, sama sekali tidak sesuai dengan pola perkembangan berbagai hal, dan terlebih lagi, itu tidak sesuai dengan fenomena yang umum atau sering terjadi, sama sekali tidak berkaitan dengan kenyataannya. Penilaian mereka tidak lain hanyalah fantasi, sama sekali tidak ada hubungannya dengan pola perkembangan berbagai hal atau dengan esensi kemanusiaan itu sendiri, dan sama sekali tidak sesuai dengan konteks kehidupan nyata dan lingkungan sekitar. Itu berarti, misalkan penilaian mereka tidak berhubungan dengan kenyataan—apa yang mereka peroleh melalui penilaian tidak pernah terjadi dalam kehidupan nyata, dan apa yang mereka bicarakan sama sekali bukan esensi masalahnya. Jika demikian halnya, berarti orang ini tidak memiliki kemampuan untuk membuat penilaian.
Untuk menilai apakah orang memiliki kemampuan untuk membuat penilaian, hal yang utama adalah dengan melihat apakah penilaian mereka mengenai berbagai jenis orang dan berbagai jenis hal akurat. Sebagai contoh, katakanlah engkau melihat seseorang menangis dan engkau tidak tahu mengapa dia menangis. Engkau dapat melihat bahwa dia menangis dengan sangat sedih dan berduka, dan dia juga berdoa serta membaca firman Tuhan dari waktu ke waktu, dan tidak menanggapi siapa pun yang berbicara kepadanya. Engkau diminta untuk menilai apa yang sedang terjadi dengan orang ini, dan engkau berkata, "Dia mungkin rindu rumah. Ibunya jatuh sakit beberapa waktu lalu, jadi dia ingin pulang." Apakah penilaian ini akurat? Ada yang berkata, "Dia mungkin sedang merasa negatif. Sering kali orang menangis karena perasaannya terluka. Orang misalnya menangis saat dirinya dirundung atau ditipu. Ketika orang ini menghadapi masalah dan diperlakukan tidak adil, dia selalu menangis dan tidak mau berbicara atau berinteraksi dengan orang lain. Ini adalah perwujudan dari perasaan yang negatif." Ada yang membuat penilaian seperti ini: "Dahulu dia sering memberitakan Injil dan melaksanakan tugasnya di luar, tetapi sekarang dia sudah lama melaksanakan tugasnya di dalam ruangan, dan mungkin dia tidak terbiasa dan merasa tertekan." Apakah ada kemungkinan lain? Ada yang berkata, "Mungkin dia tidak makan daging kemarin, yang membuatnya kesal sehingga dia menangis." Yang lain berkata, "Kemarin dia datang untuk berbicara denganku. Kupikir dia hanya lewat, jadi aku hanya meliriknya dan tidak mengatakan apa pun. Mungkinkah itu membuatnya marah? Mungkinkah dia menangis karena ini?" Bagaimana masalah ini harus dinilai dengan cara yang sesuai dengan situasi yang sebenarnya? Mudahkan menilai hal ini? (Aku dapat memberikan beberapa penilaian. Beberapa alasan baru saja disebutkan—rindu rumah, perasaan terluka, atau suasana hati yang muram dan tertekan—semua keadaan ini mungkin dapat menyebabkan seseorang menangis. Namun, hal-hal kecil seperti tidak bisa makan daging atau diabaikan saat berbicara kepada seseorang seharusnya tidak cukup untuk membuat seseorang menangis.) Apa saja alasan yang dapat membuat seseorang menangis dengan begitu sedihnya? Keluhan, kesedihan, merindukan seseorang atau sesuatu, perasaan berutang. Jadi, engkau harus bertanya kepadanya, "Mengapa kau menangis? Apakah kau menangis karena telah diperlakukan tidak adil dan merasa sedih, atau karena engkau sedang merenungkan dirimu sendiri dan merasa sangat berutang kepada Tuhan?" Dengan melakukan percakapan yang menyentuh hati seperti ini dengannya, engkau akan tahu mengapa dia menangis. Singkatnya, tidak mungkin dia menangis karena tidak makan dengan baik atau tidak bisa makan daging, juga tidak mungkin dia menangis karena orang lain mengabaikannya atau bersikap tidak sabar terhadapnya. Tentu saja, dalam keadaan yang biasa, mengalami sedikit kesukaran tidak akan membuat seseorang menangis, dan terkadang berada dalam suasana hati yang tidak begitu baik juga tidak akan membuatnya menangis. Hal-hal yang dapat membuat seseorang menangis biasanya hanya beberapa situasi yang disebutkan di atas. Engkau dapat menilai alasan mengapa dia menangis berdasarkan situasi-situasi yang biasa tersebut, dan kemudian engkau dapat membuat penilaian berdasarkan perwujudan yang biasa dan konsisten diperlihatkannya—seperti fakta bahwa dia biasanya tidak menangis kecuali jika menghadapi sesuatu yang menyedihkan atau sesuatu yang menyentuh bagian menyakitkan dari dirinya, bahwa dia tidak mudah meneteskan air mata, dan bahwa dia hanya menangis ketika berbicara tentang hal-hal yang sangat menyedihkan dan hal-hal yang terutama menyentuh jiwanya, atau ketika dia telah melakukan sesuatu yang salah atau melakukan kesalahan besar dan merasa bahwa dia berutang kepada Tuhan—dengan menilai berdasarkan konteks ini, engkau kurang lebih dapat mengetahui mengapa dia menangis. Salah satu situasi adalah dia akan menangis jika ada anggota keluarganya yang sakit parah atau meninggal dunia, situasi lainnya adalah jika dia sendiri menderita penyakit serius dan merasa sedih. Atau, dia mungkin menangis karena telah melakukan kesalahan dan dengan demikian melakukan pelanggaran, serta merasa bahwa dia berutang kepada Tuhan, ingin berusaha sekuat tenaga untuk membalikkan keadaan tetapi masih memiliki kelemahan dan tidak mampu mengatasinya; emosi-emosi yang kompleks yang bercampur menjadi satu ini akan membuatnya menangis. Penilaian ini relatif sesuai dengan situasi yang sebenarnya. Dengan menilai berdasarkan perwujudan yang diperlihatkannya secara konsisten dan karakteristik kepribadiannya, kini engkau dapat mengetahui akar penyebab mengapa dia menangis. Dengan cara ini, penilaian itu akan relatif lebih akurat. Dengan memahami, di satu sisi, tingkat pertumbuhan orang tersebut dan beberapa masalah yang sedang dia alami saat ini, dan di sisi lain, cacat dalam kemanusiaannya sendiri, serta beberapa kerusakan dan kelemahan yang sering dia perlihatkan, engkau pada dasarnya dapat mempersempit ruang lingkupnya, dan menilai apa akar penyebab masalah orang ini di dalam ruang lingkup ini. Membuat penilaian dengan cara seperti ini akan relatif akurat.
Kita sekarang telah selesai bersekutu tentang perwujudan orang-orang yang berkualitas baik, berkualitas rata-rata, dan berkualitas buruk dalam hal kemampuan mereka untuk membuat penilaian, bukan? (Ya.) Ada pula golongan orang yang berkualitas paling buruk. Apa pun yang terjadi atau hal apa pun yang mereka lihat orang lakukan, orang-orang semacam itu tidak tahu bagaimana membuat penilaian. Mengapa tidak tahu? Karena kualitas mereka sangat buruk, mereka tidak memiliki kemampuan untuk membuat penilaian, dan mereka tidak tahu bagaimana menilai sesuatu. Misalnya, katakanlah mereka mendengar seseorang mengatakan sesuatu yang negatif. Mengenai apa esensi dan natur dari pernyataan negatif tersebut, mereka tidak tahu harus berdasarkan apa mereka menilai hal-hal tersebut, mereka sama sekali tidak tahu. Ini berarti tidak tahu cara memikirkan masalah dan tidak tahu cara menilai sesuatu. Ketika melihat seseorang melakukan sesuatu, mereka tidak dapat menilai apa natur dari hal tersebut, atau seperti apa karakter orang ini berdasarkan esensi dari hal tersebut; mereka tidak tahu cara menilai hal-hal ini berdasarkan pengalaman mereka dalam berperilaku, dan terlebih lagi berdasarkan firman Tuhan. Oleh karena itu, mereka tidak memiliki kemampuan untuk membuat penilaian. Apa akar penyebab ketidakmampuan mereka untuk menilai sesuatu? Itu karena jenis orang seperti ini tidak tahu bagaimana cara berpikir tentang masalah, dan dalam hal memandang orang dan berbagai hal, mereka tidak tahu aspek mana yang harus dilihat, bagaimana cara memandangnya, atau atas dasar apa mereka harus memandangnya. Selain itu, mereka tidak tahu kesimpulan apa yang harus diperoleh setelahnya, bagaimana cara menarik kesimpulan, atau bagaimana cara memperlakukan dan menangani jenis orang atau hal seperti ini setelah mereka mencapai suatu kesimpulan. Pikiran mereka kosong atau berkabut. Seperti inilah tidak memiliki kemampuan untuk membuat penilaian itu. Masalah utama orang yang tidak memiliki kemampuan untuk membuat penilaian adalah mereka tidak memahami atau mendapatkan prinsip apa pun, dan mereka bahkan tidak memiliki pengalaman dalam berperilaku. Oleh karena itu, ketika berinteraksi dengan berbagai jenis orang, mereka tidak tahu jenis orang seperti apa yang layak untuk diajak bergaul dan jenis orang seperti apa yang tidak; mereka tidak tahu siapa yang relatif baik dan yang juga memiliki beberapa kelebihan yang dapat mereka pelajari untuk melengkapi kekurangan mereka dan siapa yang dapat membantu serta bermanfaat bagi mereka; orang seperti apa yang masih dapat ditoleransi dan diajak bergaul sekalipun dengan enggan; dan orang seperti apa yang memiliki kemanusiaan yang sangat jahat sehingga bergaul dengan mereka dapat dengan mudah mengundang masalah atau perselisihan, dan karenanya harus dijauhi—mereka tidak tahu tentang semua ini. Singkatnya, orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk membuat penilaian ini tidak tahu apa-apa dan tidak dapat menilai orang atau hal apa pun. Namun, mereka juga memiliki pendekatan mereka sendiri, aturan baku yang mereka ikuti. Mereka berkata, "Dengan siapa pun aku menangani sesuatu atau berbicara, aku hanya akan bergurau untuk mengelabui mereka. Aku tidak memusuhi siapa pun. Entah mereka orang baik atau orang jahat, entah mereka orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan atau tidak, entah mereka mencintai kebenaran atau muak akan kebenaran—aku bergaul rukun dengan mereka, dan tidak menyinggung siapa pun. Ketika bertemu orang jahat, aku menghindari mereka; ketika bertemu orang yang penurut, aku menindas mereka." Seperti inilah logika Iblis di benak mereka. Mereka tidak tahu dengan orang seperti apa mereka harus bergaul, dengan orang seperti apa mereka harus menjaga jarak, dan dengan orang seperti apa mereka tidak boleh bergaul atau berurusan. Mereka tidak memiliki sedikit pun kemampuan untuk membedakan orang dan menganggap semua orang sama, memperlakukan semua orang secara seragam. Siapa pun orangnya, selama mereka tidak memiliki pendapat yang baik tentang orang itu, mereka akan menganggapnya sebagai orang luar atau musuh. Betapa pun baiknya seseorang, selama orang itu tidak menguntungkan bagi mereka, orang itu akan diperlakukan dengan bersikap waspada terhadapnya. Mereka tidak membuka hati kepada siapa pun dan mereka bersikap waspada terhadap semua orang. Apakah orang-orang seperti itu berkualitas baik atau berkualitas buruk? (Berkualitas buruk.) Karena mereka berkualitas buruk, bagaimana mereka masih bisa memiliki pemikiran semacam itu? Orang-orang semacam itu benar-benar berpikiran sempit. Apa perbedaan antara orang yang tidak berkualitas dengan orang yang cacat mental? Orang yang tidak berkualitas adalah orang yang keterbelakangan mental dan idiot. Selain menjaga diri sendiri agar tetap makan dan berpakaian, menjaga nama baik, dan bersikap penuh perhitungan agar dapat mengambil keuntungan dan tidak menderita kerugian apa pun, mereka sama sekali tidak memiliki kualitas. Sedangkan orang yang cacat mental, mereka bahkan tidak memiliki perhitungan apa pun untuk melindungi kepentingan mereka sendiri atau mengambil keuntungan—mereka sama sekali tidak memiliki pemikiran. Orang yang keterbelakangan mental dan idiot, selain memiliki beberapa perhitungan, sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup, tidak memiliki kualitas, dan tidak memiliki kemampuan untuk membuat penilaian. Oleh karena itu, mereka tidak berprinsip dalam cara mereka memperlakukan siapa pun; mereka hanya bertindak berdasarkan perasaan mereka. Selama mereka merasa bahwa engkau tidak baik kepada mereka, mereka akan menjauhimu, merasa menentang terhadapmu, membencimu di dalam hatinya, dan menolakmu. Sekalipun engkau sangat bermaksud baik terhadap mereka atau sekalipun engkau banyak membantu mereka, selama mereka tidak dapat melihatnya dengan jelas, mereka tidak akan merasa bahwa engkau sedang bersikap ramah terhadap mereka atau bahwa engkau sama sekali tidak merugikan mereka. Mereka tidak dapat mengidentifikasi apakah orang, peristiwa, dan hal-hal itu benar atau salah, tepat atau keliru, positif atau negatif—mereka tidak dapat menilai hal-hal ini. Mereka hanya memiliki beberapa perhitungan. Ketika mereka telah memanfaatkan, mereka merasa senang; ketika mereka belum memanfaatkan, mereka merasa telah menderita kerugian, telah diperlakukan tidak adil, dan telah ditertawakan oleh orang lain, dan mereka bertekad bahwa lain kali mereka tidak akan membiarkan orang lain memanfaatkan, atau membiarkan orang lain pamer atau menang di hadapan mereka—mereka tidak akan memberi orang lain kesempatan apa pun. Katakan kepada-Ku, apakah hanya memiliki perhitungan ini di benak mereka termasuk memiliki kualitas? Itu hanya sedikit lebih baik daripada cacat mental, tetapi dalam hal kemampuan, mereka tidak memilikinya—mereka tidak memiliki kemampuan apa pun untuk menangani berbagai jenis urusan. Mereka benar-benar idiot dan cacat mental. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kualitas. Apakah engkau mengerti? (Ya.) Satu-satunya hal yang dimiliki orang-orang itu yang tidak dimiliki oleh orang cacat mental adalah perhitungan ini; orang cacat mental bahkan tidak memilikinya. Ketika orang-orang semacam itu mendengar perkataan ini, mereka tidak yakin; mereka berkata, "Kau berkata aku tidak memiliki kemampuan untuk membuat penilaian? Letakkan beberapa dolar AS di samping emas, dan lihat apakah aku dapat mengenalinya atau tidak. Aku dapat membedakannya! Emas berwarna kuning, dan dolar AS adalah uang kertas! Letakkan platinum di samping perak, dan lihat apakah aku dapat membuat penilaian atau tidak! Platinum dan perak memiliki corak putih yang berbeda—aku bisa membedakannya!" Bukankah ini bodoh? Ini sangat bodoh. Mereka hanya mampu membedakan hal-hal ini, tetapi mereka ingin memamerkannya dan ingin membuktikan bahwa mereka tidak bodoh. Mereka telah melakukan begitu banyak hal bodoh, begitu banyak hal yang menunjukkan bahwa mereka tidak berkualitas—mengapa mereka tidak membicarakan hal-hal tersebut dan mencoba memahaminya? Justru karena mereka tidak berkualitas, karena kualitas mereka sangat buruk, dan mereka tidak mampu mengidentifikasi atau membedakan hal-hal ini, maka mereka mengemukakan satu atau dua hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang yang cacat mental untuk membuktikan bahwa mereka tidak cacat mental, untuk membuktikan bahwa mereka memiliki kecerdasan dan berkualitas. Bukankah ini bodoh? Ini makin membuktikan kebodohan mereka. Persekutuan kita tentang perwujudan orang-orang yang tidak berkualitas juga sudah lengkap sekarang. Apa ukuran utama apakah seseorang memiliki kemampuan untuk membuat penilaian atau tidak? Ukuran utamanya adalah apakah mereka memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal. Jika engkau tidak memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal, engkau tidak akan mampu menilai apa pun. Jika engkau memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal, penilaianmu mungkin masih salah, tetapi setidaknya, itu menunjukkan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk membuat penilaian dan memiliki kemampuan berpikir kemanusiaan yang normal. Penilaian yang kaulakukan bukanlah spekulasi, bukan asumsi, bukan hipotesis, juga bukan kesimpulan. Sebaliknya, itu adalah berbagai kesimpulan dan pendapat yang diperoleh dengan mempertimbangkan semua aspek dari suatu hal. Inilah yang disebut kemampuan untuk membuat penilaian.
Setelah kita selesai membahas kemampuan untuk membuat penilaian, mari kita lanjutkan dengan membahas kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Apa arti kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal? Kemampuan ini terutama mengacu pada mengidentifikasi apakah orang, peristiwa, dan berbagai hal itu positif atau negatif, benar atau salah, dan tepat atau keliru; kemampuan ini mengacu pada menggolongkan atau mengelompokkan orang, peristiwa, dan hal-hal—menggolongkan orang, peristiwa, dan hal-hal yang kauhadapi ke dalam berbagai golongan. Maksud dan tujuan mengidentifikasi adalah untuk memilah orang menurut jenisnya dan memilah hal yang positif dan negatif menurut jenisnya. Tentu saja, mengelompokkan di sini bukan berarti mengelompokkan burung ke dalam kategori burung, hewan ke dalam kategori hewan, atau tanaman ke dalam kategori tanaman. Kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal tidak mengacu pada kemampuan untuk mengidentifikasi hal-hal ini, tetapi mengacu pada kemampuan untuk mengidentifikasi atribut dari berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal. Sebagai contoh, dapatkah engkau menggolongkan perwujudan, hal-hal yang orang perlihatkan, dan esensi berbagai orang? Dapatkah engkau mendefinisikan atribut berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal yang kautemui? Misalnya, dalam mengidentifikasi pengikut yang bukan orang percaya, dapatkah engkau mengidentifikasi perwujudan pengikut yang bukan orang percaya yang membuatmu mampu mengenali dengan jelas bahwa mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya? Jika engkau mengetahui ciri dan sifat yang dimiliki pengikut yang bukan orang percaya, perwujudan kemanusiaan apa yang mereka perlihatkan, perkataan apa yang mereka ucapkan, tindakan apa yang mereka ambil, dan pemikiran serta sudut pandang apa yang mereka miliki, engkau seharusnya dapat mengidentifikasi pengikut yang bukan orang percaya. Orang yang berkualitas baik, ketika berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal muncul, mampu mengidentifikasi apakah itu adalah hal yang positif atau hal yang negatif, orang yang positif atau orang yang negatif, apakah mereka adil atau jahat, dan apakah mereka benar atau salah. Mereka dapat mendefinisikan atribut berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal serta mengidentifikasi apakah hal-hal itu sesuai dengan kemanusiaan dan kebenaran. Orang yang seperti ini adalah orang yang berkualitas baik. Lalu bagaimana dengan orang yang berkualitas rata-rata? Mereka mampu mengidentifikasi berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal yang memiliki atribut yang jelas. Misalnya, seseorang berkata, "Bagaimana mungkin ada tuhan? Di manakah dia? Mengapa aku tidak dapat memastikan bahwa dia ada?" Untuk perkataan seperti ini yang jelas-jelas menyangkal Tuhan, mereka memiliki sedikit kemampuan untuk mengidentifikasi dan mampu mengenali bahwa orang tersebut adalah pengikut yang bukan orang percaya dan orang yang negatif. Mereka mampu mengidentifikasi hal-hal yang jelas-jelas jahat, dan yang jelas-jelas negatif, tidak adil, dan jahat, sedangkan untuk beberapa hal yang tampaknya benar tetapi tidak demikian, dan hal yang jarang terdengar oleh siapa pun serta yang berada di tengah-tengah atau di area abu-abu, mereka tidak mampu membedakannya, juga tidak dapat memperlakukannya secara berbeda. Mereka memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi orang jahat yang melakukan perbuatan jahat yang jelas. Mereka tahu bahwa orang semacam itu jahat, dan tahu bahwa jika orang jahat seperti dirinya menjadi pemimpin dan memperoleh status, dia akan menjadi antikristus. Namun, jika orang tersebut memiliki karakter yang buruk tetapi tidak pernah melakukan kejahatan, mereka tidak akan mampu mengidentifikasi apakah orang tersebut dapat digolongkan sebagai orang jahat dan kejahatan apa yang mungkin dilakukannya, dan mereka juga tidak akan mampu mendefinisikan atribut orang tersebut. Seperti inilah berkualitas rata-rata itu. Perilaku beberapa orang sangat jelas, seperti melakukan percabulan, menyembah berhala, mengikuti hal-hal duniawi, suka bergosip, sering menekan dan menindas orang lain, atau melakukan pembunuhan dan pembakaran, dan mereka akan mengatakan bahwa orang-orang tersebut bukanlah orang baik dan merupakan orang-orang yang Tuhan benci; mereka mampu membedakan orang-orang seperti itu. Namun, ada orang-orang yang perilaku lahiriahnya terlihat cukup baik—sering memberi sedekah dan membantu orang lain, menunjukkan kesabaran terhadap orang lain, bergaul cukup baik dengan orang lain—yang di luarnya terlihat memiliki kemanusiaan yang cukup baik, tetapi ucapan dan tindakan mereka sering kali tidak sesuai dengan kebenaran, dan tindakan mereka sering melanggar prinsip-prinsip kebenaran, mereka tidak akan mampu mengidentifikasi apakah orang-orang tersebut adalah orang-orang yang mengejar kebenaran, atau termasuk golongan apa mereka tepatnya. Mengenai orang, peristiwa, dan hal-hal yang jelas dan mudah diberi label, mereka mampu membedakan apakah itu benar atau salah, tepat atau keliru, apakah itu adil atau jahat, dan apakah itu hal yang positif atau hal yang negatif. Mereka mampu membedakan hal-hal eksternal semacam itu, tetapi tidak mampu membedakan mengenai orang, peristiwa, dan hal-hal yang benar-benar berkaitan dengan prinsip dan berkaitan dengan kebenaran. Mereka tidak mampu membedakan mana yang jelas-jelas sesuai dengan kebenaran dan mana yang melanggar kebenaran. Seperti inilah berkualitas rata-rata itu. Sebagai contoh, seseorang mengenakan pakaian yang terbuat dari kain yang relatif bagus, yang terlihat elegan dan berkualitas tinggi, serta membuatnya terlihat seperti tokoh-tokoh tingkat tinggi atau elit kerah putih di dunia. Melihat ini, orang yang berkualitas rata-rata berkata, "Pakaian seperti ini adalah pakaian yang disukai orang-orang tidak percaya. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, kita seharusnya tidak menyukainya; ini bukan hal yang positif." Mengatakan ini tidak benar. Pakaian ini tidak terlihat menggoda atau memikat, sebaliknya terlihat anggun, berwibawa, dan sopan, membuat pemakainya terlihat mulia. Namun, orang-orang ini menganggap pakaian seperti itu—yang membuat pemakainya terlihat mulia dan elegan dan yang juga sedang menjadi mode saat ini—sebagai hal yang negatif dan menganggap pemakainya jahat. Ini berarti tidak mampu mengidentifikasi hal-hal ini, bukan? (Ya.) Jadi bagaimana kemampuan orang-orang tersebut dalam mengidentifikasi berbagai hal? Paling-paling kemampuan mereka rata-rata. Seperti inilah berkualitas rata-rata itu. Orang-orang semacam itu bahkan tidak mampu membedakan beberapa hal yang mampu dibedakan oleh orang-orang tidak percaya—orang-orang tidak percaya yang berkualitas baik mampu membedakan kemanusiaan yang baik dan yang buruk, tetapi orang-orang ini tidak mampu. Meskipun memahami beberapa doktrin setelah percaya kepada Tuhan, orang-orang semacam itu tidak mampu membedakan antara hal positif dan hal negatif. Mereka mampu membedakan hal-hal yang jelas, tetapi mereka tidak mampu membedakan hal-hal yang tidak jelas. Mereka mampu mengidentifikasi orang yang jelas-jelas jahat, kejadian yang jelas-jelas menimbulkan kekacauan dan gangguan, serta kejadian yang jelas-jelas merupakan pelanggaran terhadap prinsip, sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan orang, peristiwa, dan hal-hal yang relatif istimewa, jahat, aneh, dan tersembunyi, mereka tidak mampu mengidentifikasi hal-hal tersebut. Hanya melalui persekutuan dan petunjuk orang lain, atau melalui orang-orang itu sendiri yang melakukan sesuatu yang jelas, barulah mereka mampu mengidentifikasi hal-hal tersebut. Tanpa itu, mereka tidak mampu. Ini menunjukkan bahwa kemampuan mereka untuk mengidentifikasi berbagai hal adalah rata-rata. Ada pula orang yang, apa pun keadaannya, tidak mampu mengidentifikasi orang, peristiwa, atau hal apa pun, juga tidak mampu mendefinisikan atribut dari hal-hal tersebut. Misalnya, dalam hal menilai apa tepatnya atribut golongan orang tertentu—apakah mereka orang percaya sejati atau pengikut yang bukan orang percaya, apakah mereka orang yang mengejar kebenaran, atau apakah mereka cocok untuk dibina—mereka tidak tahu dan tidak mampu melihat hal-hal tersebut. Sekalipun orang-orang tersebut memperlihatkan banyak perwujudan dan memiliki masalah yang sangat jelas, mereka tetap tidak mampu mengidentifikasi orang-orang tersebut ataupun mendefinisikan atribut mereka. Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Sekalipun muncul beberapa orang, peristiwa, dan hal-hal yang umum dan mudah dikenali, mereka tidak dapat mengatakan dengan jelas apakah orang-orang ini adalah orang baik atau orang jahat, atau apakah hal-hal ini adil atau jahat. Mereka tidak tahu bagaimana membedakannya atau menggolongkannya, mereka juga tidak tahu bagaimana mengelompokkannya. Bahkan setelah membaca firman Tuhan dan bersekutu dengan orang lain, mereka tetap tidak mampu mengidentifikasi hal-hal tersebut. Pada akhirnya, mereka membiarkan orang lain memutuskan untuk mereka, dengan berkata, "Apa pun penggolonganmu terhadap mereka, itulah mereka. Jika kaugolongkan mereka sebagai orang yang adil, berarti mereka adil; jika kaugolongkan mereka sebagai orang yang jahat, berarti mereka jahat." Singkatnya, mereka sendiri tidak dapat membuat definisi atau menarik kesimpulan. Seperti apa pun situasinya, setiap kali harus menarik kesimpulan, mereka bingung dan tidak memiliki apa pun untuk dikatakan. Bukankah ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal? (Ya.) Mengenai fenomena eksternal yang paling sederhana pun, jika engkau meminta mereka untuk mengidentifikasi apa natur dan apa atribut dari fenomena tersebut, mereka tidak mengetahuinya. Namun, mereka memiliki satu trik: mereka bisa terus mengoceh, menceritakan kembali apa yang telah orang katakan dan lakukan. Namun, jika engkau bertanya kepada mereka, "Apakah orang ini benar-benar orang percaya sejati atau bukan? Apakah dia orang yang sangat berhasrat bagi Tuhan?" mereka menjawab, "Pokoknya, dia sudah percaya kepada Tuhan selama lebih dari sepuluh tahun dan dia telah meninggalkan keluarga dan kariernya. Ketika anaknya berusia tiga atau empat tahun, dia memercayakannya kepada saudara-saudarinya dan meninggalkan rumah untuk melaksanakan tugasnya." Mereka benar-benar memiliki perhitungan mereka sendiri; mereka menghindarkan diri untuk tidak mengambil kesimpulan, sebaliknya membiarkanmu untuk memutuskan. Jika engkau bertanya kepada mereka, "Kalau begitu, apakah orang ini adalah orang yang menerima kebenaran?" mereka menjawab, "Pokoknya, sejak menjadi pemimpin gereja, dia bangun pagi-pagi sekali dan tidur larut malam. Mengenai apakah dia termasuk orang yang menerima kebenaran atau bukan, saudara-saudari pernah menunjukkan beberapa masalah pada dirinya, dia langsung menangis pada saat itu juga, mengatakan bahwa dia berutang kepada Tuhan dan belum melakukannya dengan baik." "Lalu, apakah dia bertobat sesudahnya?" "Pokoknya, pada saat itu, sikapnya cukup baik." Mereka suka memberimu banyak informasi, menunjukkan kepadamu bahwa mereka memiliki sesuatu untuk dikatakan, bahwa mereka mengetahui segalanya dan tahu bagaimana cara memandang orang, serta menghalangimu agar tidak meremehkan mereka. Padahal sebenarnya, mereka tidak mampu mengidentifikasi orang, juga tidak dapat menarik kesimpulan. Mereka hanya memberitahumu banyak fenomena dan informasi, serta membiarkanmu mengidentifikasi orang macam apa seseorang itu, lalu menarik kesimpulan tentang orang ini dan mendefinisikan atributnya. Engkau berkata, "Orang ini pada dasarnya dapat dianggap sebagai orang yang menerima kebenaran. Dia bersemangat dalam kepercayaannya kepada Tuhan dan dia adalah orang percaya sejati. Hanya saja, karena dia berkualitas buruk dan tidak memiliki kemampuan untuk memahami, dia tidak pernah mampu menemukan prinsip-prinsip penerapan, dan tidak mampu menerapkan kebenaran, meskipun dia bersedia menerima kebenaran." Mereka menjawab, "Bagiku, dia tidak terlihat seperti orang yang memiliki kemampuan untuk memahami. Setiap kali berbicara tentang sesuatu yang tidak menyenangkan, dia menangis—sikapnya selalu sama." Lihatlah, mereka sendiri tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal, tetapi sangat pintar dalam memanfaatkan komentar orang lain. Bukankah itu menyusahkan? Perwujudan paling umum dari orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal adalah mereka suka memberitahumu tentang banyak fenomena, informasi, masalah sulit, rangkaian peristiwa, atau semua yang mereka amati tentang situasi tertentu, lalu mereka menunggumu untuk mendefinisikannya, dan setelah engkau mendefinisikannya, mereka menganggap definisimu bagus dan dapat menerimanya. Setelah menerimanya, mereka masih tidak tahu mengapa engkau mendefinisikannya seperti itu. Mereka tidak tahu dasar atau prinsip di balik kesimpulanmu, dan juga tidak tahu bagaimana memperlakukan atau menangani jenis orang yang dimaksud. Mereka tidak tahu apa pun tentang semua hal ini. Bahkan setelah bersekutu dan belajar, mereka tetap tidak mengerti. Ini memperlihatkan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal; ini adalah perwujudan dari tidak memiliki kualitas. Mereka juga sering melakukan kesalahan dengan memutarbalikkan fakta dan salah mengartikan satu hal sebagai hal lainnya. Masalah apa pun yang mereka komentari, mereka gagal memahami akar atau esensi dari masalah tersebut dan malah menarik kesimpulan hanya berdasarkan fenomena eksternal. Misalnya, mereka menggambarkan kejahatan seorang antikristus sebagai pelanggaran, yakin bahwa asalkan antikristus itu menyadarinya, dia akan mampu berubah. Jika melihat orang jujur berbohong, mereka menggolongkan orang tersebut sebagai orang yang licik. Jika melihat seseorang yang congkak dan merasa diri benar, mereka menggolongkannya sebagai orang jahat. Ini adalah jenis kesalahan yang umum dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Bagi setiap orang, kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal merupakan salah satu jenis kualitas yang harus mereka miliki ketika menghadapi berbagai orang, peristiwa, dan hal dalam hidup. Kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal tidak hanya mencakup mengidentifikasi esensi dari berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal, tetapi juga termasuk menentukan atribut dari semua itu. Makin akurat engkau dapat menentukan atribut-atribut ini, makin tinggi kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal yang terbukti kaumiliki. Jika penentuanmu tidak terlalu akurat dan terdapat kesenjangan antara penentuanmu dengan esensi dan akar masalahnya, itu membuktikan bahwa kemampuanmu untuk mengidentifikasi berbagai hal adalah rata-rata. Jika engkau tidak dapat menentukan atribut orang, peristiwa, dan hal-hal, serta tidak mengetahui yang sebenarnya tentang atribut-atribut ini, itu membuktikan bahwa engkau tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Misalnya, katakanlah bahwa mengenai seseorang, engkau hanya dapat menggambarkan banyak perwujudan dan hal yang orang itu perlihatkan tetapi tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang esensi orang itu. Itu berarti, engkau hanya dapat berbicara tentang bagaimana orang ini cenderung negatif atau kelebihan apa yang dia miliki, engkau hanya dapat berbicara tentang banyak hal yang telah terjadi pada orang ini, tetapi tidak mengetahui karakter, kualitas, atau sikapnya terhadap kebenaran, engkau tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang masalah-masalah penting ini, dan engkau tidak memiliki definisi mengenai orang, peristiwa, dan hal-hal yang muncul atau terjadi di sekitar orang tersebut. Tentang apakah hal-hal tersebut benar atau salah, adil atau jahat, merupakan hal yang positif atau hal yang negatif, perwujudan kemanusiaan yang baik atau kemanusiaan yang jahat, engkau tidak dapat mengetahui yang sebenarnya atau tidak dapat mengidentifikasi semua hal ini. Sebanyak apa pun kebenaran yang telah kaudengar atau sebanyak apa pun kesaksian berdasarkan pengalaman yang telah kaudengar, engkau tetap tidak dapat mengidentifikasi atau membedakan berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal; di dalam hatimu, engkau tidak memiliki definisi untuk golongan orang, peristiwa, atau hal apa pun. Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal, dan ini juga merupakan perwujudan dari tidak memiliki kualitas.
Jika orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal tidak memiliki kesadaran diri dan juga congkak serta merasa diri benar, kesalahan apa yang kemungkinan besar akan mereka lakukan? Mereka akan memanfaatkan beberapa perwujudan yang orang lain perlihatkan, lalu secara sewenang-wenang memberi label dan mendefinisikan orang tersebut. Misalnya, melihat seseorang yang agak bersikap semaunya, mereka lalu mengatakan bahwa orang itu seperti orang jahat, bahwa dia adalah setan—bukankah ini kesalahan besar? Orang itu memang agak bersikap semaunya, dan karena kondisi keluarganya atau lingkungan tempatnya dibesarkan, dia membentuk beberapa kebiasaan hidup yang buruk atau mengembangkan beberapa kebiasaan buruk dan kekurangan. Secara keseluruhan, karakter orang ini tidak baik, tetapi juga tidak jahat, jadi dia tidak dapat disebut sebagai orang jahat. Namun, mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal memanfaatkan beberapa hal yang dikatakan salah seorang dari orang-orang seperti ini atau satu atau dua hal yang mereka lakukan, lalu secara membabi buta mendefinisikan orang itu dengan berkata, "Orang ini memiliki kepribadian yang aneh, tidak ramah, dan semaunya. Dia adalah orang jahat." Definisi ini salah. Orang yang benar-benar jahat akan mengucapkan perkataan yang enak didengar dan yang membujuk orang; mereka memiliki taktik, mereka akan menyembunyikan dan menipu, serta akan mempermainkan orang. Ada orang-orang jahat yang bahkan dapat memberi sedekah, membantu orang lain, dan menunjukkan kesabaran. Orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal akan berkata seperti ini tentang seseorang, "Orang ini sangat baik, dia adalah orang percaya sejati," padahal orang tersebut sebenarnya adalah orang Farisi yang munafik. Mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang esensi orang-orang—selama pemilihan, mereka bahkan memilih orang jahat untuk menjadi pemimpin. Setara dengan apakah hal ini? Ini setara dengan membantu dan bersekongkol dengan kejahatan. Beberapa orang jahat tidak memperlihatkan kejahatan dalam perilaku mereka, dan mereka tidak mengungkapkannya. Kejahatan mereka ada di dalam hati mereka. Semua hal yang mereka lakukan ada tujuannya, dan niat mereka semuanya bersifat terselubung. Hal-hal yang mereka lakukan yang terlihat olehmu sebenarnya tidak mencerminkan niat mereka yang sebenarnya. Niat, tujuan, dan kejahatan mereka yang sebenarnya semuanya tersembunyi di dalam hati mereka. Jika orang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal dan tidak mampu mengidentifikasi orang-orang semacam itu, mereka akan cenderung menganggap orang-orang itu sebagai orang baik, sebagai orang yang mengejar kebenaran. Ada orang-orang yang berkepribadian lugas dan tidak menggunakan taktik apa pun saat bergaul dengan orang lain. Mereka berbicara secara langsung, dan memiliki kepribadian dan temperamen yang agak mudah tersinggung. Sebenarnya tidak ada masalah besar dengan kemanusiaan mereka, hanya saja terkadang nada bicara mereka blak-blakan. Namun, apa yang mereka perlihatkan adalah apa yang tepatnya mereka pikirkan di benak mereka—apa pun yang mereka pikirkan di benak mereka adalah apa yang mereka perlihatkan secara lahiriah. Orang lain sering kali mengira orang-orang ini tidak tahu cara berinteraksi dengan semua orang atau tidak tahu cara bersosialisasi, dan mereka tidak terbiasa dengan cara bicara yang digunakan oleh orang-orang ini. Orang-orang semacam itu berbicara secara sangat blak-blakan dan langsung, serta selalu tanpa sengaja menyakiti orang lain. Seiring berjalannya waktu, mereka akhirnya menyakiti semua orang, dan orang-orang tidak memendam perasaan yang baik terhadap mereka. Orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi mengira orang-orang seperti ini jahat, padahal sebenarnya, mereka tidak jahat. Engkau berkata bahwa mereka jahat—jika demikian, sebutkan fakta-fakta tentang bagaimana mereka telah menyiksa orang lain: Siapa yang pernah mereka siksa atau tindas? Siapa yang pernah mereka lukai atau tipu? Jika memang ada dasar faktual yang membuktikan bahwa orang ini adalah orang jahat—bahwa mereka tidak hanya menyakiti orang lain dengan perkataan mereka, tetapi juga terdapat kejahatan di lubuk hati mereka, dan bahwa mereka benar-benar merugikan orang lain—maka mereka dapat digolongkan sebagai orang jahat. Jika mereka tidak berniat untuk menyakiti orang lain, berarti mereka bukanlah orang jahat. Mereka hanya memiliki kepribadian yang berterus terang dan berbicara secara blak-blakan—ini adalah bawaan lahir. Berbicara secara blak-blakan, paling-paling merupakan kelemahan dan kekurangan dalam kemanusiaan mereka. Mereka tidak tahu bagaimana bersikap bijaksana dan menyetarakan diri dengan orang lain ketika berbicara, mereka tidak tahu bagaimana menunjukkan toleransi terhadap orang lain, bersikap akomodatif dan sabar terhadap orang lain, memperhatikan perasaan orang lain. Mereka tidak mengetahui semua ini. Ada hal-hal yang hilang dalam kemanusiaan mereka. Namun, ada orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi menganggap orang-orang semacam itu adalah orang jahat. Padahal, ketika orang-orang ini melakukan sesuatu, mereka sering kali melindungi kepentingan rumah Tuhan. Meskipun nada bicara mereka agak kasar ketika berbicara kepada orang lain, mereka tidak pernah merugikan siapa pun, juga tidak berniat untuk merugikan orang lain. Mereka hanya kurang bijaksana dalam berbicara dan tidak mempertimbangkan situasi saat berbicara. Karena cacat dan kekurangan tertentu dalam kemanusiaan orang-orang semacam itu, banyak orang lain secara keliru mengira bahwa mereka adalah orang jahat, tetapi tidak dapat memberikan bukti apa pun bahwa mereka melakukan kejahatan. Ini adalah penilaian yang salah, penggolongan yang salah terhadap orang-orang semacam itu. Orang yang benar-benar jahat, di luarnya mereka terlihat tidak merugikan orang lain, mereka mungkin memberi sedekah dan membantu orang lain, serta perkataan mereka mungkin menunjukkan pengertian, perhatian, kepedulian, dan penerimaan, dan orang-orang ini bahkan mungkin menunjukkan toleransi dan kasih terhadap orang lain—perkataan dan tindakan mereka mungkin tampak cukup baik—tetapi dalam keadaan khusus tertentu atau masalah khusus, dan dalam hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan mereka sendiri, mereka bisa menekan, merugikan, dan secara diam-diam bersiasat terhadap orang lain, dan mereka bahkan sama sekali tidak akan melindungi kepentingan rumah Tuhan. Sekalipun sesuatu tidak berkaitan dengan kepentingan mereka sendiri, sekalipun mereka hanya perlu sangat sedikit berupaya, mereka tetap tidak akan melindungi kepentingan rumah Tuhan. Hal yang di luarnya dijalani orang-orang tersebut tampaknya sangat baik, dan di luarnya, tidak terdapat kekurangan atau cacat yang terlihat dalam kemanusiaan mereka, tetapi mereka sebenarnya adalah orang yang benar-benar jahat. Banyak orang gagal mengenali orang-orang semacam itu dan dibutakan oleh taktik mereka, falsafah mereka tentang cara berinteraksi dengan orang lain, dan rencana licik serta siasat mereka. Jika esensi natur seseorang semacam ini dan fakta-fakta kejahatannya tersingkap, orang-orang ini bukan saja tidak menerimanya, melainkan mereka juga menganggap orang itu sebagai orang yang baik, sebagai orang yang harus dibina dan diberi peran penting oleh rumah Tuhan. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi orang semacam itu. Kita tidak akan membahas apakah orang-orang ini mampu menilai seseorang berdasarkan firman Tuhan atau prinsip-prinsip kebenaran, dan hanya melihat kualitas mereka—mereka bahkan menganggap orang yang jelas-jelas jahat ini sebagai orang yang baik, dan bahkan ketika fakta-fakta kejahatan orang ini jelas ada, mereka tetap menganggap orang ini sebagai orang yang baik—ini berarti mereka benar-benar bingung. Orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal tidak hanya keterbelakangan mental dan idiot, tetapi mereka juga bingung. Orang jahat ini telah menindas dan menyiksa orang lain, dan menggunakan berbagai taktik untuk mempermainkan orang, tetapi orang-orang ini tidak menganggap hal ini sebagai kejahatan dan tidak dapat melihat bahwa ini adalah kejahatan. Selain itu, ada salah satu perwujudan yang jelas dari orang-orang jahat, yaitu bahwa mereka tidak pernah melindungi kepentingan rumah Tuhan—bahkan tidak sekali pun. Sekalipun mereka hanya perlu mengucapkan sepatah kata atau hanya perlu sangat sedikit berupaya, mereka tetap tidak akan melindunginya, apalagi jika itu ada kaitannya dengan keselamatan pribadi, atau dengan status dan reputasi mereka—dalam kasus seperti itu, mereka terlebih lagi tidak akan melindungi kepentingan rumah Tuhan. Ada orang-orang yang tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang orang yang jelas-jelas jahat ini. Katakanlah kepada-Ku, apakah orang-orang semacam itu memiliki kualitas? Orang jahat memiliki esensi yang jahat; mereka akan menindas siapa pun. Siapa pun orangnya, selama orang itu memengaruhi status atau kepentingan mereka, orang itu akan menjadi sasaran penindasan mereka. Mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal ini. Bukankah orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi adalah orang yang bingung? (Ya.) Mereka bahkan tidak tahu apakah orang-orang jahat akan menindas mereka—katakanlah kepada-Ku, sampai sejauh mana kebingungan orang-orang semacam itu? Bukankah mereka sepenuhnya bingung? (Ya.) Setelah beberapa orang jahat diberhentikan, ada orang-orang yang sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal bahkan maju untuk berbicara bagi mereka, membela mereka dan berteriak tentang ketidakadilan yang telah diderita orang-orang itu, hanya karena orang-orang jahat tersebut telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, memiliki beberapa karunia, fasih berbicara, memiliki taktik, dan di luarnya terlihat meninggalkan banyak hal, mengorbankan diri, dan menanggung kesukaran. Orang-orang ini tidak berbicara tentang seberapa banyak kejahatan yang telah dilakukan orang-orang jahat tersebut. Sebaliknya, mereka berkata, "Mereka telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, mengikuti Tuhan dengan pengabdian yang sepenuhnya, dan menanggung banyak kesukaran. Mereka bahkan ditangkap oleh si naga merah yang sangat besar dan menanggung siksaan dan menjalani hukuman di penjara, dan mereka juga membantu Saudara atau Saudari Anu." Mereka hanya melihat hal-hal ini dan mengabaikan perbuatan jahat orang-orang itu, tidak menyebutkan seberapa banyak kejahatan yang telah mereka lakukan. Bukankah mereka sangat bingung? (Ya.) Orang yang benar-benar bingung tidak dapat diperbaiki, mereka tidak dapat disembuhkan. Orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal adalah orang yang tidak berkualitas—mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan. Orang-orang semacam itu tidak tahu dan tidak mampu mengidentifikasi apakah sesuatu itu benar atau salah, atau apakah seseorang itu adalah sosok yang positif atau sosok yang negatif. Mereka tidak dapat melihat esensi dan natur yang orang miliki dengan jelas, atau tidak dapat menyimpulkan atribut orang tersebut, melalui perilaku, perwujudan, penyingkapan kerusakan, dan banyak fakta perbuatan jahat mereka. Selama orang tersebut masih berada di dalam gereja, orang-orang ini akan memperlakukannya sebagai saudara atau saudari, dan dengan sepenuh hati memperlakukannya dengan kasih. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi siapa pun dan tidak dapat memperlakukan siapa pun berdasarkan prinsip. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Mereka tidak tahu dan tidak mampu mengidentifikasi apakah berbagai hal itu adil atau jahat, apakah hal-hal tersebut berdampak positif atau negatif pada orang lain, dan apakah hal-hal tersebut harus dianggap benar dan diterima, atau dianggap salah dan harus dikenali, ditolak, dan ditentang. Ketika engkau memberi mereka contoh untuk menjelaskan suatu hal, mereka tahu bahwa hal-hal seperti itu tidak baik, tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan tidak boleh diterapkan di rumah Tuhan. Namun, saat masalah serupa muncul lagi, mereka tetap tidak tahu bagaimana memperlakukannya dan tidak mampu menerapkan prinsip-prinsip tersebut—mereka hanya mengerti jika engkau memberi mereka contoh lainnya. Engkau harus menjelaskan hal-hal kepada mereka satu per satu, menggunakan metode mengajari seorang anak, agar mereka dapat memahaminya. Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Entah itu seseorang atau suatu hal, mereka tidak tahu apakah itu adil atau jahat, benar atau salah, hal yang positif atau hal yang negatif, apakah itu sesuai dengan kebenaran dan kebutuhan manusia atau tidak, dan juga tidak tahu bagaimana seharusnya orang yang percaya kepada Tuhan memandang hal itu—mereka tidak mengetahui semua ini. Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Lalu, apa dasar untuk menilai tingkat kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi berbagai hal? Itu didasarkan pada apakah definisimu tentang atribut berbagai hal tepat atau tidak. Jika definisimu tepat, berarti engkau memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Jika ketepatan definisimu tentang atribut berbagai hal di atas lima puluh persen, berarti kemampuanmu untuk mengidentifikasi berbagai hal adalah rata-rata atau di atas rata-rata. Jika tidak mencapai lima puluh persen, berarti kemampuanmu untuk mengidentifikasi berbagai hal buruk. Jika ketepatannya bahkan tidak satu persen, berarti engkau tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal dan merupakan orang yang tidak berkualitas. Apakah seseorang memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal atau tidak, itu dapat dikenali dengan cara ini. Aku tidak akan memberikan contoh lainnya tentang kemampuan ini. Engkau semua dapat bersekutu tentang hal ini sendiri. Aku akan meninggalkan topik ini untuk engkau semua diskusikan.
Selanjutnya, kita akan membahas kemampuan kedelapan, kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Kemampuan untuk menanggapi berbagai hal adalah cara orang menyikapi suatu hal—entah hal ini telah terjadi, atau terjadi secara tiba-tiba, atau berbagai faktor dari hal ini telah berubah, cara orang menyikapi hal ini adalah kemampuan mereka untuk menanggapi berbagai hal. Lalu, terutama mengacu pada apakah kemampuan untuk menanggapi berbagai hal ini? Ini mengacu pada kemampuanmu untuk mengidentifikasi, menilai, memperlakukan, dan menangani suatu hal. Ketika engkau menghadapi orang, peristiwa, atau hal tertentu, apa natur dari hal-hal tersebut? Apakah itu merupakan hal yang positif atau hal yang negatif? Bagaimana seharusnya hal semacam ini dihadapi dan ditangani? Ketika hal itu terjadi secara tiba-tiba, pelajaran apa yang harus dipetik? Apa maksud baik Tuhan? Jika hal semacam ini dapat merusak pekerjaan gereja, bagaimana seharusnya hal itu ditangani dengan cara yang sesuai dengan prinsip, dan bagaimana memperbaiki kerusakan yang ditimbulkannya, sehingga tidak lagi merugikan pekerjaan gereja, serta menghentikan dampak negatifnya agar tidak terus berkembang? Jika, ketika menghadapi orang, peristiwa, atau hal tertentu, engkau dapat secara akurat menilai esensi dan akar penyebab dari hal-hal tersebut, serta prinsip dan rencana untuk menanganinya berdasarkan prinsip-prinsip tentang cara mengidentifikasi yang telah kaupahami dan prinsip-prinsip kebenaran yang kauketahui, itu berarti engkau adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal, yang juga berarti engkau adalah orang yang berkualitas baik. Misalnya, ketika suatu hal tiba-tiba terjadi di depanmu, bagaimana engkau harus menghadapinya? Pertama-tama, engkau harus melihat dengan jelas ke arah mana hal itu akan berkembang, apa akibat yang akan ditimbulkannya jika itu terus berkembang, di mana akar penyebab terjadinya hal itu, apa esensi hal itu—engkau harus dapat mengidentifikasi dan melihat semua hal ini dengan jelas. Golongkan hal ini melalui kemampuanmu untuk mengidentifikasi, dan segera temukan rencana untuk menanganinya. Bagaimana hal tersebut harus ditangani, siapa dalangnya, siapa pengikutnya, siapa pihak yang terutama harus bertanggung jawab, siapa yang harus memikul tanggung jawab utama, bagaimana menangani pihak yang bertanggung jawab tersebut—engkau harus mencari tahu semua masalah ini. Selain itu, ketika menangani masalah, engkau harus meminimalkan kerugian dan juga mengatur ulang dan melakukan penyesuaian personel. Hanya dengan cara ini, barulah kesalahan dapat segera diperbaiki, masalah dapat diselesaikan secara menyeluruh, dan situasi dapat diperbaiki, sehingga memungkinkan segala sesuatunya berkembang ke arah yang benar dan menguntungkan. Singkatnya, jika engkau dapat mempertimbangkan semua faktor-faktor yang ada kaitannya dengan hal ini, dan kemudian memiliki cara yang benar untuk mengatasinya, memiliki prinsip-prinsip yang benar dan akurat untuk menanganinya, ini disebut memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal, dan itu berarti engkau adalah orang yang berkualitas baik. Tentu saja, metode untuk menangani masalah ini dan prinsip-prinsip untuk menanganinya mungkin merupakan kesimpulan dan definisi yang kaudapatkan melalui menghubungi dan bersekutu dengan orang-orang yang mengetahui situasi tersebut atau melalui bekerja sama dan berdiskusi dengan semua orang. Jika dengan menyelidiki jalannya situasi yang sebenarnya dan kemudian meminta saran dari saudara-saudari yang memahami masalah semacam ini, engkau dapat untuk akhirnya memperoleh suatu definisi, menarik kesimpulan, menentukan solusi, dan menangani masalah dengan semestinya, menyelesaikan penyesuaian personel, mengganti kerugian yang disebabkan oleh masalah ini, dan kemudian menyesuaikan pekerjaan gereja sehingga tidak lagi berkembang ke arah yang merugikan, inilah yang disebut memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Jika engkau mampu menangani berbagai hal pada tingkat ini, engkau dapat dianggap berkualitas baik. Tentu saja, memiliki kualitas yang baik tidak berarti bahwa ketika menghadapi suatu hal, orang dapat langsung mengetahui yang sebenarnya tentang hal itu, membuat keputusan yang cepat, dan menanganinya dengan cara yang komprehensif dan tepat—belum tentu ini yang terjadi. Diperlukan suatu proses bagi orang untuk menangani masalah; perlu bagi mereka untuk memahami berbagai aspek dari masalah tersebut agar mereka dapat mengetahui yang sebenarnya tentang esensi segala sesuatunya. Manusia terdiri dari daging dan darah, mereka melakukan hal-hal dalam lingkup kemanusiaan, dan diperlukan adanya suatu proses. Ini tidak seperti jika Roh Tuhan yang bekerja—Roh Tuhan memeriksa seluruh bumi secara menyeluruh; Tuhan selalu dapat melihat esensi dan akar penyebab dari segala sesuatu dan segala masalah. Ketika orang tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal tersembunyi di balik berbagai hal, mereka dapat dengan mudah tertipu dan dibutakan. Justru karena ini, orang perlu menyelidiki keadaan sebenarnya di balik berbagai hal secara mendalam. Setelah memahami situasi sebenarnya yang tersembunyi di balik suatu hal, jika engkau dapat dengan segera menangani masalah, meluruskan penyimpangan, menyesuaikan dengan tepat mereka yang menjadi penanggung jawab langsung dan personel pekerjaan, serta menjamin beroperasinya pekerjaan secara normal, ini membuktikan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Terutama ketika menghadapi kejadian yang tiba-tiba, jika engkau dapat menangani berbagai orang, kejadian, dan hal-hal berdasarkan prinsip, ini membuktikan bahwa engkau adalah orang yang berkualitas baik. Orang yang memiliki kemampuan rata-rata untuk menanggapi berbagai hal, ketika menghadapi situasi yang biasa dan umum, mereka dapat melakukan beberapa hal dengan mengikuti prosedur, dan secara rutin, tetapi hasil yang mereka peroleh adalah rata-rata—mereka tidak mencapai terobosan apa pun atau membuat kemajuan yang signifikan. Begitu mereka menghadapi situasi khusus atau kejadian yang tiba-tiba, mereka bingung dan tidak dapat menanganinya. Sebagai contoh, ketika beberapa orang memberitakan Injil, mereka mampu mendapatkan beberapa orang setiap bulan dalam keadaan normal. Ini mencerminkan kualitas rata-rata, dan hasil pemberitaan Injil mereka juga rata-rata, tidak terlalu baik. Jika kejadian antikristus yang menyesatkan orang tiba-tiba muncul di gereja, para pekerja penginjilan ini menjadi bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Pekerjaan penginjilan terhenti, dan mereka tidak tahu apakah harus terus menginjil atau menunggu pengaturan kerja. Mereka tidak tahu bagimana mencari prinsip tentang pekerjaan memberitakan Injil. Dalam pengaturan kerja rumah Tuhan, sering dikatakan, "Pekerjaan penginjilan tidak boleh berhenti kapan pun atau dalam keadaan apa pun." Namun, hanya karena mengalami sebuah insiden antikristus yang menyesatkan orang, mereka menghentikan pekerjaan penginjilan. Apakah mereka sedang melaksanakan tugas mereka dengan setia? Mereka tidak melaksanakannya dengan setia. Apakah mereka tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan? Mereka juga tidak tunduk. Ketika menghadapi antikristus atau pemimpin palsu yang dengan gegabah melakukan perbuatan salah dan menyebabkan kekacauan dan gangguan, mereka menjadi bingung. Mereka tidak tahu bahwa mereka seharusnya bertanya kepada orang-orang yang memahami kebenaran tentang bagaimana mereka harus menangani hal yang mereka hadapi ini, dan terlebih lagi, mereka tidak tahu bahwa mereka seharusnya mencari prinsip-prinsip penerapan dan jalan penerapan di dalam firman Tuhan. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Ada pemimpin gereja, ketika bertemu seorang antikristus yang menyebarkan kekeliruan untuk menyesatkan orang, tidak tahu bagaimana cara mempersekutukan kebenaran untuk menyanggah kekeliruan tersebut. Mereka tidak tahu harus berbuat apa selain terus berdoa, "Ya Tuhan, kumohon ikatlah Iblis, kumohon tutuplah mulut Iblis, dan hentikan dia agar tidak menyebarkan kekeliruan untuk menyesatkan orang. Kumohon selamatkan orang-orang yang tidak tahu apa-apa dan bodoh itu, serta halangi mereka agar tidak disesatkan oleh antikristus. Ya Tuhan, kumohon bawalah mereka kembali!" Hanya berdoa dan tidak mencari kebenaran—dapatkah ini menyelesaikan masalah? Jika orang tidak bekerja sama dan tidak melaksanakan tugas mereka, itu tidak ada gunanya. Ada banyak hal yang harus orang lakukan. Pertama, mereka harus melihat latar belakang seperti apa yang dimiliki antikristus ini, ciri-ciri apa yang mereka perlihatkan, dan apa yang mereka andalkan untuk menyesatkan orang; mereka juga harus melihat apakah ada orang-orang berkualitas baik yang dapat menerima kebenaran di antara mereka yang telah disesatkan, dan bergegaslah untuk memulihkan keadaan mereka. Inilah pekerjaan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Namun, para pemimpin gereja ini tidak mengetahui hal ini, dan tidak tahu bagaimana bekerja dengan cara ini. Mereka hanya menjadi bingung, menghentakkan kaki karena cemas. Beberapa orang yang tidak berguna bahkan menangis karena cemas. Apa gunanya menangis? Dapatkah menangis memulihkan keadaan mereka yang telah disesatkan? Menangis bukanlah melakukan pekerjaan, juga tidak menunjukkan bahwa engkau menanggung beban. Menangis adalah perwujudan ketidakmampuan. Orang-orang yang berkualitas, ketika menghadapi masalah seperti itu, pertama-tama menenangkan diri. Setelah berdoa, mencari, menganalisis, dan menilai, serta kemudian bersekutu, mereka akhirnya mengambil keputusan. Orang-orang yang berkualitas buruk merasa bingung ketika menghadapi masalah: mereka tidak tahu bagaimana cara berdoa dan mencari, juga tidak tahu bagaimana menemukan beberapa orang yang memahami kebenaran untuk bersekutu; mereka hanya menunggu dengan pasif. Penundaan ini adalah yang paling bermasalah. Engkau tidak memiliki solusinya, tetapi mungkin orang lain memilikinya—mengapa tidak mencari orang lain untuk dimintai bantuan? Orang pintar, bahkan saat menunggu, tidak lupa untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka sendiri. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab ini bersifat proaktif, bukan pasif. Bukan menunggu Tuhan untuk mengeluarkan perintah atau menunggu Tuhan agar bertindak secara pribadi untuk mengubah situasi. Sebaliknya, berupaya keras untuk memulihkan mereka yang dapat dipulihkan selama masa menunggu. Adapun mereka yang tidak dapat dipulihkan—seperti orang-orang bodoh yang bingung, mereka yang dirasuki roh-roh jahat, dan pengikut yang bukan orang yang percaya, yang percaya kepada Tuhan hanya untuk ikut-ikutan dan mendapatkan sumber penghasilan—mereka tidak perlu dipikirkan. Bagi mereka yang belum dibutakan, pengaturan harus segera dibuat agar seseorang dapat mempersekutukan kebenaran dan berbicara tentang cara mengidentifikasi antikristus kepada mereka. Bukankah ini rencana untuk menangani situasi? Ini adalah tindakan menanggapi. Orang-orang yang berkualitas buruk tidak memiliki tindakan menanggapi seperti ini; mereka hanya tahu cara menangis dan mengeluh. Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Jika dalam situasi biasa, orang mampu bekerja secara normal, tetapi begitu menghadapi situasi khusus, mereka tercengang dan bingung, berarti kemampuan untuk menanggapi berbagai hal dari orang semacam ini paling-paling hanya rata-rata. Jika orang bahkan tidak mampu menangani situasi biasa, orang semacam ini tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Misalnya, jika mereka diutus ke gereja untuk menyelenggarakan pemilihan pemimpin gereja, mereka tidak tahu orang seperti apa yang harus dipilih atau bagaimana mengumpulkan orang-orang dan menyelenggarakan pemilihan. Mereka bahkan tidak memahami prosedur dasar pemilihan. Selain itu, ada beberapa orang di gereja yang memiliki watak rusak yang parah—mereka yang termasuk dalam golongan penindas, penjahat, dan bajingan—dan orang-orang ini mengambil kesempatan untuk mengacaukan pemilihan. Dalam situasi seperti ini, orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal terlebih lagi, tidak mampu menanganinya, mereka benar-benar ditawan dan menyerah. Pada akhirnya, mereka hanya dapat berkata kepada saudara-saudari, "Kalian pilihlah sendiri. Kami akan menyetujui siapa pun yang kalian pilih." Makhluk macam apa mereka? Bukankah mereka tidak berguna? Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal juga tidak memiliki kemampuan untuk bekerja. Baik dalam situasi normal maupun situasi khusus, ketika sesuatu terjadi, mereka akan ambruk dan mundur; ketika sesuatu terjadi, mereka akan bingung dan mulai menangis. Ketika tidak terjadi apa-apa, mereka dapat mengucapkan beberapa kata dan doktrin, tetapi ketika sesuatu terjadi dan mereka diminta untuk menangani suatu masalah, mereka tidak mampu melakukannya. Misalnya, ketika beberapa orang bersikap asal-asalan dalam melaksanakan tugas mereka, orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal hanya tahu untuk membicarakannya dengan mereka, dengan berkata: "Tolong jangan bersikap asal-asalan—tolong laksanakan tugasmu dengan baik!" Dapatkah ini menyelesaikan masalah orang-orang tersebut? Mereka harus mempersekutukan masalah bersikap asal-asalan kepada orang-orang tersebut. Jika orang-orang itu tidak memahami kebenaran dan tidak dapat mengenali masalahnya, mereka harus mempersekutukan kebenaran kepada orang-orang itu. Jika orang-orang itu bertindak dengan cara seperti ini meskipun tahu bahwa itu salah, mereka harus menelaah dan memangkas orang-orang itu. Jika itu karena masalah lain, mereka harus bersekutu berdasarkan masalah tersebut. Mereka harus menentukan tindakan yang tepat berdasarkan jenis masalah yang telah muncul, dan kemudian bertindak berdasarkannya. Jika engkau tidak dapat melakukan hal ini, berarti engkau tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Apakah engkau mengerti? (Ya.) Jika, ketika menghadapi hal apa pun, engkau tidak memiliki solusi, sama sekali tidak dapat mengatasinya, dan tidak memiliki prinsip untuk menanganinya, berarti engkau tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Bukankah orang-orang semacam itu memiliki kemampuan terburuk dalam menanggapi berbagai hal? (Ya.)
Orang yang memiliki kemampuan terbaik untuk menanggapi berbagai hal adalah orang yang ketika menghadapi beberapa hal khusus atau situasi mendadak, dapat segera menilai dan mengidentifikasi hal tersebut, dan kemudian membuat rencana yang relatif tepat untuk menanganinya. Orang yang memiliki kemampuan rata-rata untuk menanggapi berbagai hal dapat menangani hal-hal yang biasa dan rutin ketika mereka menghadapinya. Mereka dapat bekerja dengan mengikuti prosedur untuk menjaga dan mengelola situasi, atau menyesuaikan dan mengganti personel—mereka cukup baik dalam melakukan pekerjaan semacam ini. Namun, ketika menghadapi situasi mendadak, mereka tidak dapat menanganinya. Sekalipun prinsip-prinsip telah diberitahukan kepada mereka, mereka tidak dapat menerapkannya; sekalipun mereka diberi wewenang dan diminta untuk menangani hal tersebut, mereka tetap tidak dapat melakukannya. Ini berarti memiliki kemampuan yang rata-rata untuk menanggapi berbagai hal. Mereka yang memiliki kemampuan yang buruk untuk menanggapi berbagai hal tidak menangani bahkan masalah-masalah rutin dengan baik. Mereka hanya tahu bagaimana berbicara doktrin dan berpegang pada peraturan, dan pada akhirnya, akar penyebab masalahnya tidak terselesaikan sama sekali. Seorang antikristus yang menyebabkan gangguan dan menyesatkan orang sudah cukup untuk membuat mereka berhenti memberitakan Injil; seorang pemimpin palsu yang berbicara omong kosong juga sudah cukup untuk membuat mereka menghentikan pekerjaan penginjilan. Apakah orang-orang ini mengikuti kehendak Tuhan? Mereka tidak mengikutinya. Kemampuan orang-orang semacam itu untuk menanggapi berbagai hal terlalu buruk. Situasi apa pun yang muncul, orang-orang yang memiliki kemampuan yang buruk untuk menanggapi berbagai hal tidak dapat mengatasinya. Misalnya, jika terjadi kebakaran di sebuah ruangan, mereka panik dan segera mencari alat pemadam kebakaran. Setelah menemukan alat pemadam kebakaran, mereka tidak tahu cara menggunakannya dan harus mencari petunjuk penggunaannya. Akibatnya, api makin membesar. Ini terjadi karena mereka tidak tahu cara menggunakan alat pemadam kebakaran dan dengan demikian menunda segala sesuatu, dan itu juga karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Mereka bahkan tidak mampu mengatasi situasi yang mendesak seperti kebakaran; seperti inilah tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal itu. Contoh lainnya, jika seorang anak tersedak saat makan, dan dia tidak dapat bernapas hingga matanya berputar ke belakang, orang-orang ini panik. Mereka tidak tahu apakah harus membawa anak itu ke rumah sakit atau tidak, dan mereka tidak tahu apakah harus memberi anak itu air minum atau tidak. Mereka begitu cemas hingga berkeringat dan wajah mereka menjadi merah padam, tetapi mereka tidak tahu harus berbuat apa. Setelah beberapa saat, anak itu batuk beberapa kali dan akhirnya bisa bernapas lagi. Mereka panik begitu lama tetapi tidak punya solusi untuk mengatasi masalah itu. Untungnya, anak itu beruntung; kalau tidak, anak itu pasti sudah meninggal di bawah perawatan mereka. Orang-orang yang berkualitas buruk tidak memiliki kemampuan sama sekali dan tidak dapat melakukan apa pun dengan baik. Beberapa doktrin yang mereka pahami tidak lebih dari sekadar peraturan dan slogan. Baik menghadapi situasi umum maupun situasi khusus, mereka tidak mampu menangani atau mengatasi keduanya. Oleh karena itu, dalam hal kemampuan mereka untuk menanggapi berbagai hal, orang-orang semacam itu, terlebih lagi, tidak memilikinya—mereka sama sekali tidak memilikinya. Situasi apa pun yang mereka hadapi, mereka tidak dapat menanggapi atau menanganinya—mereka tidak dapat memahami hal-hal ini. Mereka mengira bahwa mampu mengucapkan beberapa kata dan doktrin serta meneriakkan beberapa slogan saja sudah cukup, bahwa itu berarti mereka punya modal dan merasa terpenuhi dalam hidup mereka. Padahal sebenarnya, ketika sesuatu terjadi, doktrin-doktrin yang mereka ketahui tidak ada gunanya sama sekali. Meskipun demikian, mereka gagal menyadari bahwa ini mencerminkan kualitas yang buruk—kualitas mereka sangat buruk, tetapi mereka sendiri tidak menyadarinya. Bukankah ini kualitas yang sangat buruk? (Ya.) Bukankah orang-orang semacam itu bodoh? (Ya.) Orang yang bodoh adalah orang yang tidak waras. Apa yang dimaksud dengan "tidak waras"? Itu berarti, sebanyak apa pun doktrin yang mereka pahami atau sebanyak apa pun peraturan yang dapat mereka ikuti, ketika sesuatu terjadi, tak satu pun dari peraturan atau doktrin ini dapat menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Namun, mereka tetap tidak dapat memahami hal ini, dan berpikir, "Mengapa doktrin dan peraturan ini tidak efektif?" Sekalipun mereka memeras otak, itu tidak ada gunanya—dengan cara apa pun mereka merenungkannya, mereka tetap tidak dapat menemukan cara untuk menangani atau menyelesaikan masalah tersebut. Beberapa orang, ketika menangani insiden antikristus, tidak terlebih dahulu menyelamatkan mereka yang disesatkan oleh antikristus, juga tidak mendukung mereka yang telah menjadi negatif dan tidak mau berkumpul karena disesatkan oleh antikristus. Apa yang terlebih dahulu mereka lakukan? Mereka mengadakan pertemuan besar untuk membicarakan tentang perwujudan apa yang antikristus perlihatkan, orang macam apa yang merupakan antikristus, perbedaan antara antikristus dan mereka yang memiliki watak antikristus, bagaimana tepatnya mengidentifikasi antikristus, bagaimana tepatnya mengidentifikasi mereka yang memiliki watak antikristus—pada saat mereka selesai mempersekutukan semua ini, beberapa orang yang disesatkan oleh antikristus telah lama meninggalkan gereja, dan beberapa yang negatif dan lemah tidak lagi menghadiri pertemuan. Mereka telah melewatkan waktu terbaik untuk menyelamatkan orang-orang ini, benar-benar telah menyebabkan mereka sangat dirugikan! Singkatnya, mereka yang berkualitas buruk juga memiliki cacat besar dalam hal kemampuan mereka untuk menanggapi berbagai hal—mereka sama sekali tidak memilikinya. Jangan melihat seberapa fasihnya seseorang atau seberapa baiknya mereka dapat mengucapkan kata-kata dan doktrin serta berbicara tentang teologi dalam situasi biasa—lihat saja apakah mereka memiliki kemampuan untuk menangani masalah ketika menghadapi situasi nyata; terutama ketika insiden tiba-tiba muncul, lihatlah apakah mereka memiliki kemampuan untuk membuat penilaian dan kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal, apakah mereka memiliki rencana untuk menangani dan menyelesaikan masalah. Jika mereka memilikinya, itu membuktikan bahwa mereka adalah orang yang memiliki pendapat sendiri dan tahu bagaimana memikirkan berbagai hal. Namun, jika mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal dan kemampuan untuk membuat penilaian, dan ketika sesuatu terjadi, mereka panik dan menjadi cemas, serta hanya mampu mengatakan doktrin-doktrin yang agung dan meneriakkan slogan, berarti orang ini tidak mampu menyelesaikan masalah dan tidak berguna. Sebanyak apa pun kesulitan, masalah, atau kekurangan yang orang lain miliki, orang ini menggunakan serangkaian teori yang sama untuk menjelaskan dan mengatasinya, serta terus bersekutu dengan mereka dengan cara ini, tetapi tidak pernah mampu menyelesaikan masalah—ini berarti sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Tidak memiliki kemampuan untuk menangani masalah justru merupakan ketidakmampuan untuk menanggapi berbagai hal. Mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal tidak memiliki kualitas. Secara umum, mereka adalah orang bodoh, idiot, dan keterbelakangan mental. Sebanyak apa pun doktrin yang mampu mereka sampaikan, itu tidak berguna—semua itu sama sekali tidak dapat digunakan. Ini mengakhiri persekutuan kita tentang kemampuan kedelapan, kemampuan untuk menanggapi berbagai hal.
Sekarang mari melihat kemampuan kesembilan, kemampuan untuk mengambil keputusan. Kemampuan untuk mengambil keputusan sangat menguji kualitas seseorang; orang kebanyakan tidak memiliki kemampuan ini. Orang yang benar-benar memiliki kualitas dan kemampuan untuk mengambil keputusan adalah mereka yang berada di level pengambilan keputusan. Jadi, terutama mengacu pada apakah kemampuan untuk mengambil keputusan? Kemampuan ini mengacu pada bagaimana, ketika muncul berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal yang kebanyakan orang tidak dapat memahaminya, ada orang-orang yang mampu mengidentifikasi dan menangani berbagai jenis masalah serta menangani berbagai jenis orang berdasarkan firman Tuhan dan kebenaran. Kemampuan menangani masalah ini disebut kemampuan untuk mengambil keputusan. Orang yang memiliki kemampuan untuk menangani berbagai hal memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan; orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menangani berbagai hal tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Berkaitan dengan apa kemampuan untuk mengambil keputusan itu? Ini berkaitan dengan kemampuan orang untuk memahami, kemampuan untuk membuat penilaian, kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal, dan kemampuan untuk menanggapi berbagai hal. Semua ini secara kolektif disebut kemampuan untuk mengambil keputusan. Orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan mampu menilai esensi masalahnya dan juga mengidentifikasi atribut dari masalah tersebut. Tentu saja, yang lebih penting, mereka mampu memahami prinsip dan arah untuk menangani berbagai masalah. Hanya mereka yang dapat melakukan hal-hal ini yang adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Misalnya, katakanlah setiap orang sedang berbicara satu per satu tentang sekumpulan fenomena, fakta, serta faktor, keadaan, kondisi yang ada, dan sebagainya. Di atas dasar berbagai faktor dan kondisi yang disebutkan di atas, mereka yang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan pada akhirnya memutuskan dengan cara apa tepatnya mereka harus bertindak, apa seharusnya yang menjadi sarana dan arah dari tindakan mereka, apa tingkat terbaik yang dapat dicapai, dan apa tingkat minimum yang dapat diterima—mereka memiliki garis batasnya. Kemudian, berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran yang mereka pahami, mereka menangani masalahnya. Orang yang memiliki kemampuan ini adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, dan orang-orang semacam itu adalah mereka yang berkualitas terbaik. Apa pun jenis keterampilan profesional yang mereka hadapi, atau apa pun jenis masalah yang mereka tangani, dan entah masalah yang ditemukan itu memiliki satu segi atau banyak segi, sederhana atau rumit, mereka dapat menggunakan berbagai informasi yang muncul dari semua aspek untuk menilai esensi masalahnya, kemudian menganalisis akar penyebab masalah tersebut, dan akhirnya memutuskan bagaimana bertindak berdasarkan masalah dan kondisi yang ada. Keputusan ini terutama diambil berdasarkan apa yang dapat dicapai dengan kondisi yang ada, dan jalan tindakan yang mereka putuskan adalah solusi yang terbaik. Orang yang mampu menangani masalah dengan cara ini adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan seperti ini adalah orang yang berkualitas sangat baik. Hanya orang-orang semacam itulah yang cocok menjadi pemimpin dan cocok untuk melaksanakan tugas dalam kelompok pengambil keputusan. Orang-orang yang berkualitas buruk atau berkualitas rata-rata, ketika menghadapi masalah jenis apa pun, hanya dapat membatasi diri pada masalah itu sendiri dan mengatakan beberapa perkataan yang dangkal, serta mereka sama sekali tidak dapat menyelesaikan masalahnya. Sekalipun mereka berkonsultasi dengan orang lain dan menyelidiki masalah tersebut, mereka pada akhirnya tetap tidak dapat mencapai suatu definisi dan tidak tahu bagaimana harus bertindak. Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Betapa pun rumitnya situasi saat ini atau betapa pun sulitnya masalah yang saat ini perlu ditangani dan sebesar apa pun hambatan yang mungkin ditemui dalam melakukannya, orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan mampu menanganinya dengan benar berdasarkan prinsip, dan penanganan yang mereka lakukan relatif tepat serta dapat diandalkan. Orang-orang semacam itu adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Ketika orang dengan kemampuan rata-rata untuk mengambil keputusan menghadapi situasi biasa dan beberapa kejadian umum di gereja, mereka dapat menanganinya. Namun, jika mereka menghadapi orang, peristiwa, dan hal-hal khusus tertentu, mereka menjadi bingung, tidak tahu bagaimana menghadapi atau menanganinya. Setelah banyak pertimbangan, mereka tetap tidak dapat membuat penilaian yang jelas atau mencapai keputusan. Orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan tahu bahwa mereka harus mencari prinsip-prinsip kebenaran yang menargetkan inti masalahnya. Orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan tidak tahu di mana inti masalahnya, bagaimana cara mencari, atau apa yang harus dicari. Inilah perbedaan di antara mereka. Jika, dengan mencari, orang menjadi tahu apa yang harus mereka lakukan, ini menunjukkan bahwa mereka berkualitas rata-rata. Mengenai orang yang berkualitas buruk, sekalipun dengan mencari mereka mulai memahami beberapa prinsip kebenaran dan merasa pada saat itu bahwa mereka tahu cara menangani masalah tersebut, mereka tetap saja tidak dapat melakukannya ketika tiba saatnya untuk menanganinya. Mereka menjadi bingung: "Mengapa aku tidak mampu menerapkan prinsip-prinsip kebenaran yang baru saja kupahami? Apa yang terlewatkan olehku?" Sekali lagi, mereka merasa bingung, dan pada akhirnya, mereka tetap tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut. Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan; ini berarti berkualitas buruk. Orang-orang yang berkualitas terburuk hanya melakukan apa pun yang kauperintahkan. Jika engkau tidak memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan, mereka tidak tahu bagaimana harus bertindak. Ketika orang-orang di tingkat pengambilan keputusan memberi wewenang dan amanat atau menyuruh mereka untuk melaksanakan suatu tugas, mereka hanya akan dapat melakukannya sesuai dengan apa yang telah diperintahkan kepada mereka. Namun, tentang mengapa tepatnya tugas tersebut harus dilakukan dengan cara itu, hasil apa yang ingin dicapai dengan tugas tersebut, atau apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara menangani jika muncul situasi tak terduga yang berbeda dari skenario semula, mereka tidak mengetahui semua hal ini, dan mereka harus bertanya, serta menunggu orang lain untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Orang-orang semacam itu seperti robot—mereka hanya dapat dimanipulasi dan dikendalikan oleh orang lain, serta tidak memiliki otonomi. Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak mungkin dimiliki oleh orang yang tidak berkualitas semacam ini—mereka sangat jauh dari kemampuan untuk mengambil keputusan, mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan ini. Kemampuan untuk mengambil keputusan hanya perlu dibagi menjadi tiga tingkatan: tinggi, sedang, dan rendah. Tinggi, sedang, dan rendah setara dengan baik, rata-rata, dan buruk. Tidak ada gunanya membicarakan kemampuan untuk mengambil keputusan jika menyangkut orang yang tidak berkualitas; apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak dapat mengambil keputusan. Misalnya, mereka tidak tahu apa tepatnya yang pantas dikenakan pada saat musim gugur tiba dan cuaca menjadi dingin, serta apa yang pantas dikenakan pada saat musim dingin dan cuaca menjadi dingin—mereka bahkan tidak memiliki pengetahuan umum yang paling mendasar ini, jadi bukankah akan menjadi lelucon jika meminta mereka untuk mengambil keputusan tentang hal-hal besar yang berkaitan dengan pekerjaan gereja? Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak mungkin dimiliki oleh orang yang tidak berkualitas. Kemampuan untuk mengambil keputusan terutama berlaku bagi mereka yang berada di level pemimpin, pekerja, dan pengawas. Ada sangat sedikit orang yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengambil keputusan. Berkaitan dengan apa lagikah kemampuan untuk mengambil keputusan itu? Kemampuan ini berkaitan dengan konsekuensi dari hal yang tentangnya engkau mengambil keputusan—apakah konsekuensinya akan bermanfaat bagi orang lain atau berdampak negatif, dan apakah konsekuensinya akan berdampak baik pada pemahaman orang akan kebenaran atau membuat orang bertindak berdasarkan prinsip—engkau harus mencari tahu hal ini. Tidaklah benar bahwa sekadar mampu mengambil keputusan, bersikap tegas, dan cepat mengambil keputusan adalah sama dengan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Kemampuan ini juga tergantung pada apakah solusi, tujuan, dan arah yang kauputuskan itu benar atau tidak. Jika hasil yang dicapai positif, berarti engkau benar-benar memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Jika hasil yang dicapai negatif—menyesatkan orang lain, menyebabkan mereka sangat dirugikan, atau menghancurkan mereka—berarti itu sama sekali bukan kemampuan untuk mengambil keputusan. Jadi, keyakinan orang bahwa semua tokoh terkemuka dan tokoh penting memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, dan bahwa semua tokoh terkemuka memiliki kualitas yang relatif tinggi dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang relatif tinggi, bukanlah sudut pandang yang akurat; itu adalah pendapat yang sepenuhnya salah. Apakah keputusan yang kauambil benar atau salah, itu juga tergantung pada apa prinsip, tujuan, dan arah di baliknya. Jika tujuan dan arah tersebut bermanfaat bagi umat manusia, dan jika itu secara positif membantu dan bermanfaat bagi orang-orang dalam berperilaku, menerapkan kebenaran, memperoleh keselamatan, mencapai perubahan watak, dan takut akan Tuhan serta menjauhi kejahatan, maka kemampuanmu untuk mengambil keputusan benar-benar tinggi. Namun, jika engkau mengambil keputusan buta yang akhirnya sangat menyakiti orang lain, menyebabkan mereka sangat dirugikan, menyesatkan mereka, menyebabkan mereka menjauh dari Tuhan dan kehilangan arah, maka ini merugikan orang lain dan engkau tidak bisa dianggap memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Ini mengakhiri pembahasan kita tentang kemampuan untuk mengambil keputusan.
Kemampuan berikutnya adalah kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Apakah engkau semua tahu apa arti kemampuan ini? Ini adalah topik yang tidak umum. Kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal berarti, apakah ketika menghadapi seseorang, peristiwa, atau suatu hal, engkau mampu menilai dan menyadari kelebihan, manfaat, dan aspek-aspek berharga dari informasi yang dapat kauamati dan pahami, lalu menerapkannya dalam kehidupanmu sendiri dan dalam caramu berperilaku dan bertindak. Jika engkau tidak mampu menilai dan menyadari sesuatu, engkau tidak akan dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan hal tersebut, engkau tidak akan memahami kuncinya, dan tidak akan dapat memperoleh manfaat apa pun darinya. Ini berarti engkau tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Namun, jika engkau mampu menilai dan menyadari berbagai hal, dan mempelajari sesuatu yang berguna dari hal-hal tertentu serta menerapkannya dalam kehidupan nyatamu, dan jika apa yang telah kaupelajari dapat memberikan sejumlah bantuan bagi kehidupanmu sebagai manusia serta dalam memilih jalan hidupmu, maka ini membuktikan bahwa engkau memiliki kemampuan tertentu untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Makin tinggi kemampuanmu dalam hal ini, makin itu membuktikan bahwa engkau berkualitas baik. Mari kita ambil contoh sederhana: tentang melihat sebuah lukisan. Sekalipun engkau tidak mempelajari seni, jika engkau mampu mengamati komposisi sebuah lukisan dan memahami makna yang terkandung di dalamnya dari sudut pandang kemanusiaan—dan lebih jauh lagi, perspektifmu itu sangat akurat dan ada hubungannya dengan kemanusiaan—dan engkau dapat melihat beberapa hal konkret yang berkaitan dengan kemanusiaan di dalamnya dan kemudian menerapkan hal-hal ini dalam kehidupan atau pekerjaanmu sendiri, perwujudan ini membuktikan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Cakupan kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal mengacu pada beberapa hal yang relatif konkret, bukan hal-hal yang abstrak. Hal-hal yang abstrak mencakup warna, karya seni, dan sebagainya. Karena hal-hal ini tidak ada hubungannya dengan kemanusiaan, tidak cukup konkret, serta jauh dari pemikiran manusia normal dan dari hal-hal tertentu yang hadir dalam kehidupan manusia, serta tidak terkait erat dengan kehidupan, kita tidak menggolongkannya dalam lingkup kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Untuk hal-hal tertentu yang relatif dekat dengan kehidupan, yang mengandung beberapa makna tersembunyi atau yang ada hubungannya dengan kemanusiaan, jika engkau mampu menilai, mengidentifikasi, dan menerapkannya; jika engkau mampu melihat kelebihan dan kekurangannya, serta engkau memiliki pemikiran dan sudut pandangmu sendiri tentang hal tersebut, serta engkau mampu memahami aspek-aspek yang bermanfaat bagi kemanusiaan yang orang miliki; dan jika engkau mampu mengidentifikasi adanya unsur-unsur yang menyimpang dan tidak fleksibel yang bertentangan dengan kebenaran saat unsur-unsur itu hadir; inilah yang disebut memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Jika engkau tidak mampu menilai hal-hal ini dan, ketika engkau melihat sesuatu yang konkret, engkau hanya mampu mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya dalam hal doktrin tetapi tidak mampu melihat aspek kemanusiaan apa tepatnya yang berkaitan dengan hal itu dalam kehidupan sehari-hari, berarti kemampuanmu untuk menilai dan menyadari berbagai hal adalah rata-rata. Jika engkau melihat sebuah karya seni dan, setelah memeriksanya berulang kali, engkau tetap tidak tahu apa yang berusaha diungkapkannya, atau mengapa penciptanya membuatnya seperti itu, dan mengenai apakah karya seni itu ada hubungannya dengan kemanusiaan atau tidak, engkau tidak dapat melihat hal-hal esensial apa yang terkandung di dalamnya, dan engkau tidak dapat melihat kuncinya, ini berarti engkau tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal berarti engkau tidak memiliki sudut pandang tentang apa pun dan mudah disesatkan oleh tren-tren sosial atau hal-hal negatif tertentu yang dianjurkan oleh orang-orang—yang berarti engkau mungkin menganggap sesuatu yang pada dasarnya negatif seolah-olah itu adalah hal yang positif dan engkau menerimanya. Konsekuensinya adalah engkau akan diracuni olehnya, dan jika hal ini tetap ada di dalam dirimu untuk waktu yang lama dan menjadi berakar kuat di dalam dirimu, hal itu akan menghalangi dan mengganggu penerimaanmu akan kebenaran. Mari kita ambil contoh lain tentang kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Misalnya, katakanlah rekaman mentah sebuah film berdurasi tiga jam, dan setelah diedit, durasi film itu menjadi dua jam empat puluh menit. Apakah ini durasi yang lazim untuk sebuah film? (Tidak.) Apa yang ditunjukkan oleh hal ini? (Ini menunjukkan bahwa para pembuat film tersebut tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal.) Apa arti spesifik tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal bagi sebuah film? (Itu berarti mereka tidak dapat memilih rekaman yang lebih baik, dan tidak mampu membuat penilaian yang akurat tentang rekaman mana yang harus disimpan dan mana yang harus dibuang.) Mereka tidak tahu tema apa yang ingin disampaikan film tersebut atau adegan mana yang terkait erat dengan tema tersebut. Akibatnya, mereka tidak dapat memutuskan bagian mana yang harus disimpan dan bagian mana yang harus dibuang. Itu berarti, mereka tidak tahu adegan atau alur cerita mana yang tidak diperlukan, dan yang hanya sedikit berhubungan dengan tema dan bisa dihilangkan, serta adegan atau alur cerita mana yang paling berkaitan dengan tema dan perlu dipertahankan. Karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, selama proses penyuntingan mereka "merasa sayang", merasa bahwa bagian ini atau bagian itu sayang jika harus dipotong. Pada akhirnya, setelah upaya yang cukup besar, mereka hanya menghapus adegan yang jelas-jelas bermasalah atau rekaman dengan pengambilan gambar yang buruk. Sedangkan untuk konten yang tidak terkait erat dengan tema, mereka membiarkan semuanya begitu saja. Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Mereka tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang definisi film; mengenai bentuk-bentuk khusus dan teknik ekspresif film dan hubungan antara setiap adegan, serta adegan mana yang benar-benar merupakan adegan dari sebuah film, mereka tidak memahami semua ini. Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Jadi, selama pembuatan film, mereka penuh percaya diri; selama penyuntingan, kesedihan tergambar di wajah mereka; dan ketika tiba saatnya untuk meninjau, mereka sangat khawatir. Setelah peninjauan tersebut, mereka merasa sangat yakin tentang bagaimana cara melanjutkan karena, melalui bimbingan dari Yang di Atas, mereka telah mempelajari adegan mana yang harus dibuang, dan kemudian dengan berani memotongnya. Seberapa banyak mereka memotong film tersebut pada akhirnya? Mereka memotongnya hingga film itu hanya berdurasi satu jam empat puluh menit. Para juru kamera merasa sangat kesal: "Bukankah ini membuang-buang hasil kerja keras kami? Kami menghabiskan enam bulan dengan susah payah merekam begitu banyak rekaman, tetapi tanpa kenal ampun, kau memotong ini dan itu—apakah ini masih sebuah film?" Tanggapan-Ku adalah bahwa memotong sangat banyak adalah hal yang tepat—seperti inilah seharusnya sebuah film. Apa yang tadinya kaumiliki bukanlah sebuah film; paling-paling, itu adalah drama TV. Kebenaran berada di luar jangkauan orang yang memiliki kemampuan yang buruk untuk menilai dan menyadari berbagai hal—mempersekutukan kebenaran kepada mereka tidak akan membuahkan hasil apa pun. Dalam hal apa pun atau ide dan sudut pandang apa pun, mereka tidak mampu menilai mana yang selaras dengan kebutuhan dan standar kemanusiaan yang normal, mana yang bertentangan dengan kemanusiaan yang normal, mana yang nyata dan praktis, mana yang hampa dan hanya imajinasi, mana yang sesuai dengan tuntutan Tuhan, dan mana yang bertentangan dengan maksud-maksud Tuhan. Dalam hal film, adegan mana yang memainkan peran pendukung terhadap tema, yang langsung ke pokok permasalahan dan secara langsung menyampaikan tema, serta yang esensial untuk mengungkapkan inti dari tema, dan mana yang tidak ada hubungannya atau tidak perlu—mereka tidak dapat mengerti hal-hal ini, dan tidak memahami satu pun darinya. Dalam hal penyuntingan, mereka selalu "merasa sayang" dan enggan memotong rekaman. Ini berarti tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Jika, setelah merekam materi, dengan mempertimbangkan ide-ide yang ingin disampaikan dalam film dan arah yang ingin disampaikannya, engkau tahu adegan mana yang seharusnya tidak disertakan, adegan mana yang kurang berdampak, dan adegan mana yang merupakan adegan cadangan yang tidak pernah dimaksudkan untuk digunakan tetapi disiapkan sebagai cadangan jika terjadi keadaan khusus—jika di dalam hatimu engkau telah mempertimbangkan hal-hal ini, dan memiliki rencana untuk menanganinya serta memiliki solusinya, ini disebut memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Jika engkau tidak mampu melakukan semua hal ini, dan perspektif serta metode yang kaugunakan untuk mempertimbangkan dan memandang masalah tidak memiliki dasar, serta engkau tidak mampu menarik kesimpulan yang benar pada akhirnya, ini berarti engkau tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Tentu saja, kebanyakan orang di gereja tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal tidak hanya tentang seberapa banyak engkau dapat mengetahui yang sebenarnya tentang sebuah karya kreatif, ciptaan artistik, atau sesuatu yang berfungsi sebagai makanan rohani atau teori filosofis tentang kemanusiaan yang orang miliki—yang terpenting adalah engkau juga harus memiliki pandangan yang akurat tentang hal-hal ini. Di satu sisi, pandanganmu harus selaras dengan fakta dan kebutuhan manusia. Di sisi lain, apa yang kaumengerti atau pahami harus selaras dengan hal-hal positif dan hukum segala sesuatu; itu tidak boleh kosong atau menyimpang, dan pada akhirnya, semua itu harus sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Jika engkau tidak hanya dapat melihat ide dan sudut pandang apa yang disampaikan, jika engkau tidak hanya terpaku pada level itu, tetapi juga dapat melihat apakah ide dan sudut pandang ini benar-benar tepat, apakah itu benar-benar selaras dengan kebutuhan umat manusia, apakah itu benar-benar murni, dan apakah itu benar-benar sesuai dengan kebenaran—jika engkau mampu melakukan semua hal ini—berarti engkau adalah orang dengan kemampuan yang baik untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Orang dengan kemampuan yang baik untuk menilai dan menyadari berbagai hal adalah orang yang berkualitas baik. Jika engkau tidak dapat mencapai semua hal ini atau hanya dapat mencapainya pada tingkat rata-rata, berarti kemampuanmu untuk menilai dan menyadari berbagai hal hanyalah rata-rata. Jika engkau pada dasarnya tidak mampu memahami hal-hal ini—misalnya, jika engkau tidak mampu memahami karya audio-visual, karya sastra dan seni, karya seni, dan sebagainya, baik yang abstrak maupun yang konkret, dan engkau merasa semuanya sama sekali tidak dapat dipahami, seperti bahasa asing, serta engkau tidak memiliki kapasitas dalam kemanusiaanmu untuk menilai dan menyadari hal-hal tersebut, berarti engkau tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal; engkau adalah orang yang tidak berkualitas. Jika, dengan mengamati perilaku atau keadaan psikologis dan keseluruhan ungkapan keadaan mental seorang pemeran dalam suatu adegan dengan warna tertentu, pencahayaan tertentu, dan lingkungan tertentu, engkau dapat mengetahui dampak yang akan ditimbulkan oleh adegan ini pada pikiran penonton, berarti engkau memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Namun, orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal tidak dapat melihat hal ini. Mereka berkata, "Apa pentingnya jika pencahayaannya redup atau tidak, atau warnanya indah atau tidak? Bukankah pemerannya tetap sama? Bagaimana engkau bisa tahu seperti apa kondisi mentalnya? Mengapa aku tidak bisa melihatnya?" Seperti inilah tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Dengan cara apa pun engkau menjelaskannya kepada mereka, mereka mungkin mengaku mengerti, tetapi di dalam hatinya, mereka sebenarnya masih tidak mengerti. Bidang ini akan selalu asing bagi mereka. Orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, jenis pekerjaan apa pun yang mereka lakukan atau jenis karya sastra atau seni apa pun yang mereka lihat, mereka tidak mampu mengungkapkan pemikiran dan sudut pandang mereka sendiri. Terutama untuk pekerjaan atau kreasi yang membutuhkan pengungkapan makna yang dalam, pengungkapan tema, atau pemberian bimbingan rohani, mereka tidak mampu melakukannya dengan baik dan tidak dapat berkompeten untuk tugas-tugas semacam itu. Jika engkau memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal dan selain itu, engkau juga memahami kebenaran, maka untuk pekerjaan rumah Tuhan yang berhubungan dengan film, sastra, dan seni, yang berkaitan dengan kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, engkau dapat melakukannya dengan baik, berkompeten dalam melakukannya, dan mampu melaksanakan tugas semacam ini. Jika engkau tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, berarti engkau berkualitas buruk dan tidak dapat berkompeten untuk jenis pekerjaan ini. Ada orang-orang yang berkata, "Aku telah mendengarkan kebenaran selama bertahun-tahun dan memahami prinsip-prinsip kebenaran. Apakah itu berarti aku dapat berkompeten untuk jenis pekerjaan ini?" Tetap saja tidak dapat. Sekalipun engkau memahami beberapa kebenaran, tanpa kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal sebagai pelengkap, engkau hanya mampu melakukan pekerjaan seperti memberitakan Injil atau menyirami gereja. Namun, untuk pekerjaan yang berkaitan dengan memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, engkau tidak akan berkompeten dalam melakukannya. Oleh karena itu, jika beberapa orang telah secara keliru dipilih untuk jenis pekerjaan ini dan sekarang menyadari bahwa mereka tidak berpotensi di bidang ini dan pada dasarnya tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, mereka harus segera mengundurkan diri, dengan berkata, "Aku tidak mampu melakukan pekerjaan ini. Kemanusiaanku tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal." Tentu saja, apakah engkau memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal atau tidak, itu adalah salah satu standar untuk menilai kualitas seseorang. Meskipun itu bukan standar utama, untuk pekerjaan khusus tertentu, memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal juga diperlukan. Ini mengakhiri persekutuan kita tentang memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Ada satu kemampuan lagi, kemampuan berinovasi, yang akan kita bahas lain kali.
Apakah persekutuan seperti ini membuat segala sesuatunya menjadi lebih jelas bagimu? (Ya.) Jika Aku hanya berbicara secara umum, dengan mengatakan, "Kualitas seseorang dinilai dari efisiensi dan efektivitasnya dalam melakukan segala sesuatu," engkau semua hanya akan mampu melafalkan doktrin ini, tetapi engkau akan tetap tidak mengerti tentang aspek-aspek spesifik dari apa yang dimaksud dengan kualitas. Nantinya, Kupikir akan lebih baik untuk bersekutu secara lebih spesifik; ketika engkau semua memperoleh kejelasan tentang topik ini, engkau akan mampu menilai secara akurat dan memahami dengan jelas kualitasmu sendiri. Ini akan membantumu untuk berada di tempatmu yang semestinya dan tidak melebih-lebihkan kemampuanmu. Melihat dengan jelas dan memahami kemampuanmu sendiri, menentukan apakah kualitasmu baik, rata-rata, buruk, atau tidak ada, dan mengidentifikasi termasuk golongan manakah dirimu—menemukan tempatmu yang semestinya dengan cara seperti ini, memungkinkanmu untuk bertindak dan berperilaku dengan baik. Di satu sisi, ini memungkinkanmu untuk memiliki pemahaman yang akurat tentang dirimu sendiri. Di sisi lain, dalam hal membereskan watak rusakmu, hal ini juga memberikan sejumlah bantuan tertentu untuk mengubah watak congkakmu. Bukankah benar demikian? (Ya.) Mari kita akhiri persekutuan hari ini di sini. Sampai jumpa!
4 November 2023