Cara Mengejar Kebenaran (7)
Dalam pertemuan terakhir, kita bersekutu tentang apa yang dimaksud dengan kualitas, serta cara mengukur kualitas seseorang. Seluruhnya, ada berapa standar untuk mengukur kualitas seseorang yang kita sebutkan? (Sebelas.) Ulangi kesebelas standar itu sekali lagi. (Kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk mengerti berbagai hal, kemampuan untuk memahami, kemampuan untuk menerima sesuatu, kemampuan kognitif, kemampuan untuk membuat penilaian, kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal, kemampuan untuk menanggapi berbagai hal, kemampuan untuk mengambil keputusan, kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, serta kemampuan untuk berinovasi.) Masing-masing dari kesebelas kemampuan ini adalah satu bagian dari ukuran kualitas pemahaman yang orang miliki. Terakhir kali, kita bersekutu tentang sepuluh darinya, bersekutu hingga pada kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Untuk setiap kemampuan, kita bersekutu tentang perwujudan kualitas yang baik, kualitas rata-rata, kualitas yang buruk, dan tidak memiliki kualitas. Orang yang tidak memiliki kualitas pada dasarnya tidak memiliki kelebihan, tidak benar-benar memiliki hobi atau minat. Ketika menghadapi apa pun, mereka tidak memiliki pendapat dan tidak memiliki kemampuan untuk membuat penilaian. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi orang, peristiwa, dan hal-hal; mereka tidak memiliki kemampuan untuk menerima apa pun, dan tentu saja mereka bahkan dapat dikatakan tidak memiliki kemampuan untuk menangani berbagai hal atau untuk mengambil keputusan. Karena orang-orang semacam itu tidak memiliki kelebihan, mereka terlebih lagi tidak ada kaitannya dengan kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal.
Mengenai kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, dalam pertemuan terakhir, kita mempersekutukan sebagian dari isinya. Terutama mengacu pada apakah kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal itu? Penilaian mengacu pada apa yang orang sebut sebagai pembedaan, yang berarti kemampuan untuk mengidentifikasi pemikiran, sudut pandang, pendirian, dan tema yang dianjurkan dari orang, peristiwa dan hal-hal. Kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal terutama berkaitan dengan pemikiran dan sudut pandang seseorang tentang masalah tertentu, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan alam pemikiran. Jika engkau memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan menyadari hal-hal ini, berarti engkau adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Jika engkau tidak tahu cara melihat dan pada dasarnya tidak mampu memahami masalah yang berkaitan dengan pemikiran dan sudut pandang ini, berarti engkau tidak bisa dianggap memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal—kemampuan ini tidak ada hubungannya dengan dirimu. Namun, ketika menghadapi sesuatu, jika engkau mampu mengidentifikasi asal mula hal ini dan tujuan di baliknya, serta mampu mengidentifikasi apakah pemikiran dan sudut pandang yang disampaikan dan dianjurkannya benar atau salah, dan juga mampu mengidentifikasi apakah pemikiran dan sudut pandang ini dapat dipertahankan, apakah itu adalah hal yang positif atau hal yang negatif, apakah itu sesuai dengan hukum perkembangan segala sesuatu atau dekat dengan fenomena dalam hukum yang mengatur segala sesuatu yang Tuhan ciptakan—jika engkau memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal semacam ini, itu membuktikan bahwa kualitasmu cukup baik. Jika pemikiran dan sudut pandang yang dianjurkan hal ini, atau arah dan tujuan yang disarankannya mengandung kesalahan, penyimpangan, hal-hal yang tidak sesuai dengan kemanusiaan atau logika berpikir, atau hal-hal yang pada dasarnya tidak sesuai dengan hukum-hukum objektif yang mengatur segala sesuatu yang Tuhan ciptakan—jika engkau mampu mendeteksi semua ini, dan engkau mampu mendeteksi apa yang benar dan apa yang salah, ini cukup untuk membuktikan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal dan engkau memiliki kemampuan yang tinggi untuk menilai dan menyadari berbagai hal; fakta bahwa engkau memiliki kemampuan ini berarti bahwa kualitasmu sangat baik. Sebagai contoh, ketika engkau membaca artikel yang ditulis seorang saudara atau saudari di gereja, engkau dapat mendeteksi apakah pemahaman orang itu tentang berbagai hal, pemahamannya tentang esensi natur yang orang miliki, dan pemahamannya tentang firman Tuhan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, apakah sudut pandang yang diungkapkan dalam artikel itu menyimpang, dan apakah perspektif dan pendirian yang diambilnya benar atau salah—engkau dapat mendeteksi semua hal ini. Jika engkau dapat menyetujui pemikiran dan sudut pandang yang benar dalam artikel itu; dan jika engkau juga dapat mengidentifikasi dan mengoreksi pemikiran dan sudut pandang yang keliru di dalam artikel itu, dan engkau tahu mengapa pemikiran dan sudut pandang tersebut salah, dan aspek logika berpikir manakah atau hukum tentang hal-hal positif yang objektif manakah yang dilanggarnya, dan pada tingkat yang lebih dalam, engkau dapat melihat yang manakah dari aspek prinsip-prinsip kebenaran yang telah Tuhan nasihatkan kepada umat manusia yang dilanggarnya—ini membuktikan bahwa kualitasmu baik. Salah satunya, jika engkau mampu melihat hal-hal positif apakah yang ada dalam artikel ini yang layak untuk dipelajari, dan engkau juga mampu menilai arah positif apa yang diberikannya kepada orang-orang, serta perbekalan, bantuan, dan dukungan positif apa yang disampaikannya—dan, terlebih lagi, jika engkau mampu mengetahui hal-hal merugikan, negatif dan menyimpang apa yang terkandung dalam artikel tersebut; pemikiran dan sudut pandang keliru apa yang terkandung di dalamnya yang dapat mengarahkan pemikiran orang ke arah yang buruk, dan apa dampak negatifnya terhadap orang-orang; bagaimana hal-hal yang keliru ini harus dikoreksi, dan bagaimana kekurangan tertentu harus diperbaiki sehingga itu dapat lebih bermanfaat bagi orang-orang—maka ini adalah salah satu perwujudan memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Sebagai contoh, dalam mempelajari tarian, ketika engkau mengamati pertunjukan tari, engkau dapat mendeteksi gerakan mana yang sangat manusiawi, yang mengungkapkan pemikiran serta keinginan dalam diri manusia, dan berasal dari perspektif kemanusiaan, serta didasarkan pada kemanusiaan, dan sangat sesuai dengan kebutuhan hati nurani dan nalar kemanusiaan normal; dan engkau mampu mendeteksi gerakan, ekspresi wajah, metode pengungkapan bahasa tubuh mana, serta pemikiran yang dianjurkan di dalamnya, yang positif dan dapat memperkaya dunia rohani seseorang—engkau mampu melihat semua hal ini. Engkau bukan hanya mampu menari atau mempertunjukkan beberapa gerakan sederhana—sebaliknya, engkau juga mampu melihat pemikiran yang dianjurkan dalam suatu pertunjukan tari; engkau mampu memahami makna dari pemikiran di dalamnya, serta bentuk tarian yang digunakan di bawah tuntutan pemikiran ini. Jika bentuk dan bahasa tubuh dari tarian itu bermanfaat bagi orang-orang, dan merupakan sesuatu yang harus kaupelajari, terima, dan peroleh darinya—jika engkau mampu melihat dan mempelajari hal-hal ini, dan mampu menerima unsur-unsur positifnya—maka ini adalah perwujudan memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Tentu saja, jika tarian tersebut menyampaikan beberapa pemikiran yang menyimpang yang tidak sesuai dengan kemanusiaan, dan engkau juga dapat melihatnya, mampu mengidentifikasi di mana letak kesalahannya, dan engkau juga tahu apa yang salah dengan bentuk penyajian ini, apa pemikiran yang mendasarinya—jika engkau mampu melihat dan mengidentifikasi semua ini, ini juga adalah perwujudan memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Setelah memberikan kedua contoh ini, apakah kini engkau semua mengerti apa yang dimaksud dengan kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal? Apakah standar untuk mengukur apakah seseorang memiliki kualitas yang baik dan kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal ini telah ditetapkan? (Ya.)
Jika engkau melihat sesuatu dan mengetahui pemikiran dan sudut pandang yang dianjurkan hal tersebut atau perspektif dan pendirian yang mendasarinya, tetapi engkau tidak tahu apakah pemikiran dan sudut pandang ini benar atau salah, itu berarti engkau tidak memiliki banyak kemampuan untuk mengidentifikasi sesuatu. Engkau mungkin hanya merasa, "Tarian ini sangat bagus; artikel ini sangat bagus; film ini sangat bagus; terdapat nilai artistik di dalamnya, dan teknik pengungkapannya bagus sekali," hanya mengamati dan mempelajari hal ini dari perspektif industri atau dari perspektif pengetahuan, tetapi tidak mampu menentukan apakah pemikiran dan sudut pandang yang dianjurkan oleh hal ini benar atau salah, tepat atau keliru, positif atau negatif; dan engkau mungkin mengajukan pertanyaan seperti, "Apakah pemikiran dan sudut pandang ini sesuai dengan kebenaran? Apakah tindakan ini sesuai dengan kemanusiaan? Apakah ini sesuai dengan hukum perkembangan segala sesuatu? Apakah orang-orang semacam itu ada? Apakah peristiwa semacam itu pernah terjadi? Apakah ini hal yang positif?" Jika setiap kalimat yang kauucapkan diakhiri dengan tanda tanya, berarti engkau tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Jika engkau hanya mengetahui hal yang berkaitan dengan aspek teknis, profesional, atau berbasis pengetahuan, tetapi untuk hal yang berkaitan dengan tingkat pemikiran, engkau tidak memiliki kemampuan untuk menilai apakah hal itu benar atau salah, tepat atau keliru, ini menunjukkan seperti apakah kualitasmu? Ini menunjukkan bahwa engkau memiliki kualitas rata-rata. Meskipun engkau memiliki sedikit kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, kemampuanmu itu terbatas pada menyadari pemikiran penulis dari perspektif teknis dan profesional. Engkau hanya mampu memahami atau mengerti mengapa penulis itu melakukan apa yang dia lakukan, tetapi engkau tidak mampu menilai apakah pemikiran dan sudut pandang yang dia anjurkan itu benar atau salah, dan apakah itu adalah hal positif, atau seberapa besar dampak pemikiran dan sudut pandang ini terhadap orang-orang setelah disampaikan, atau apakah dampak itu akan positif atau negatif, atau akibat dari hal itu terhadap orang-orang—engkau tidak mengetahui semua hal ini. Berdasarkan tingkat ini, kualitas orang-orang seperti ini hanyalah rata-rata. Mereka hanya mampu menyadari tetapi tidak mampu menilai, dan karenanya tidak mampu mencapai kualitas memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Ada orang-orang yang, dalam melaksanakan tugas apa pun, memiliki kemampuan yang sangat buruk untuk mengidentifikasi berbagai hal. Menurut mereka melakukan segala sesuatu dengan cara apa pun, dapat diterima. Sudut pandang dan sikap mereka sangat kabur dan sama sekali tidak jelas. Apa pun yang orang lain katakan, mereka dapat menerimanya, karena mereka tidak memiliki sudut pandang atau prinsip penerapan yang akurat. Akibatnya, mereka tidak melaksanakan tugas apa pun dengan baik. Apa pun pekerjaan yang mereka lakukan, mereka sangat kabur dan tidak jelas dalam hal mendefinisikan dan menetapkan batasan mengenai hal positif atau negatif, hal yang benar atau salah dari berbagai pemikiran dan sudut pandang yang muncul selama pelaksanaan pekerjaan tersebut. Ketika orang bertanya kepada mereka, "Pemikiran atau sudut pandang seperti ini telah muncul—apakah ini benar?" mereka berkata, "Pikiran orang itu bebas. Itu tidak boleh dibatasi. Harus ada keberagaman—pemikiran macam apa pun harus diizinkan untuk disampaikan dan diungkapkan." Inilah sudut pandang mereka mengenai keberadaan berbagai pemikiran. Itu berarti, pemikiran atau sudut pandang apa pun yang muncul—entah itu tepat atau keliru, benar atau salah—mereka yakin bahwa semua itu harus diizinkan untuk ada, dan bahwa semua itu boleh disampaikan dengan bebas. Menurut mereka, selama orang berpikir dengan cara tertentu, selama orang memiliki kebutuhan tertentu, selama ada pendengar bagi pemikiran tertentu, atau ada orang-orang yang menyetujuinya, itu berarti keberadaan pemikiran tersebut berharga. Pemikiran dan sudut pandang mereka ini sangat kabur. Dalam bahasa orang tidak percaya, itu sering berada di "wilayah abu-abu" yang tanpa batas. Orang-orang ini tidak memiliki standar atau kriteria yang ketat untuk menilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Dapat juga dikatakan bahwa orang-orang tersebut tidak punya pendirian, tidak memiliki pemikiran atau sudut pandang yang nyata. Tentu saja, dapat juga dikatakan bahwa orang-orang ini tidak memiliki pembelaan yang positif mengenai apa pun. Dengan demikian, dapatkah orang-orang semacam ini menerima kebenaran? Dapatkah mereka mengerti kebenaran? Sangat sulit untuk dikatakan. Memiliki kualitas yang buruk adalah masalah. Ketika orang yang berkualitas buruk menghadapi munculnya dua pemikiran atau sudut pandang pada saat yang sama, mereka tidak memiliki pendapat sendiri; mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Pihak mana pun yang lebih kuat, mereka mengikuti pihak tersebut. Inilah yang disebut tidak punya pendirian. Orang-orang semacam ini adalah orang yang bingung. Kita tidak akan membahas bagaimana pengejaran dari kemanusiaan mereka atau bagaimana karakter mereka—hanya melihat dari kemampuan mereka untuk menilai dan menyadari berbagai hal, orang-orang seperti ini dapat dikatakan memiliki kualitas yang rata-rata. Mengapa Kukatakan demikian? Karena meskipun kualitas mereka memungkinkan mereka untuk menyadari hal-hal tertentu pada tingkat pemikiran, mereka tidak memiliki kemampuan untuk menilai keautentikan dari berbagai hal dan tidak mampu mengidentifikasi apakah sesuatu itu tepat atau keliru, benar atau salah. Oleh karena itu, kualitas mereka tergolong rata-rata. Karena dalam hal menilai berbagai hal, pemikiran, sudut pandang, dan pendirian yang mereka miliki sangat kabur, dan mereka tidak memiliki hal-hal positif sebagai dasar atau kriteria, mereka bisa saja melakukan beberapa hal yang baik tetapi juga beberapa hal yang buruk. Mereka bisa saja melakukan beberapa hal yang relatif benar, yang bermanfaat bagi orang lain dan membantu umat manusia, tetapi pada saat yang sama, mereka bisa saja melakukan hal-hal yang merugikan orang lain dan berdampak buruk bagi mereka. Oleh karena itu, kualitas orang-orang semacam ini hanyalah rata-rata. Sebagai contoh, katakanlah ada sebuah film di mana pemikiran yang dianjurkan sang sutradara relatif positif dan relatif manusiawi, serta merupakan hal-hal yang relatif sesuai dengan kebutuhan manusia—kebutuhan yang dapat dibenarkan dalam masyarakat zaman sekarang, seperti demokrasi, kebebasan, hak asasi manusia, dan hal-hal positif lainnya—dan melalui film itu, sutradara mengangkat hal-hal yang berada jauh dalam pemikiran manusia tersebut untuk menolong orang agar mereka mulai mengetahuinya. Jika seseorang yang berkualitas rata-rata menonton film ini, mereka dapat mengenali bahwa pemikiran tersebut baik dan benar. Mereka dapat melihat bahwa pemikiran itu relatif populer dan dihargai di tengah masyarakat zaman sekarang; mereka dapat melihat benarnya pemikiran yang dianjurkan oleh sutradara itu. Namun, jika dalam film ini, sutradara juga menganjurkan beberapa pemikiran yang relatif khusus—hal-hal yang tidak akan terpikirkan oleh kebanyakan orang dewasa dan orang yang memiliki kemampuan untuk memahami, yang sangat ekstrem dan, bahkan dapat dikatakan, hal-hal yang jarang terlihat atau hampir tidak mungkin terjadi berdasarkan hukum perkembangan normal segala sesuatu—maka orang dengan kualitas rata-rata untuk menilai dan menyadari berbagai hal tidak akan mampu mengidentifikasi hal-hal itu ketika menonton film tersebut. Mereka akan berpikir, "Pemikiran tertentu yang dianjurkan oleh sutradara tidak salah. Sekalipun itu adalah hal-hal yang disukai dan dianut hanya oleh segelintir orang, pemikiran ini tetap perlu untuk dihormati di tengah masyarakat zaman sekarang; pemikiran ini harus dipublikasikan agar semua orang dapat mengetahui dan menerimanya." Engkau bisa melihat bahwa entah hal-hal yang dianjurkan oleh sutradara di film yang sama itu positif, atau berpengaruh negatif bagi orang-orang, mereka akan menerimanya dan bahkan sangat menghargainya. Bagi mereka, tidak ada perbedaan yang jelas atau pasti antara yang benar dan yang salah. Oleh karena itu, mereka dapat menerima hal-hal positif dalam film ini, dan mereka juga dapat menerima hal-hal yang negatif. Karena mereka dapat menerima hal-hal ini, mereka juga akan menerapkannya. Mereka akan memasukkan hal-hal ini ke dalam pekerjaan yang mengungkapkan pemikiran dan sudut pandang mereka sendiri, atau menanamkannya ke dalam diri orang lain dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memengaruhi orang lain. Tentu saja, hal-hal positif akan berdampak baik bagi orang lain, sementara hal-hal negatif pasti akan berdampak negatif bagi orang lain. Oleh karena itu, orang-orang seperti itu juga akan melakukan beberapa hal buruk sementara melakukan hal-hal yang baik. Itu berarti, ketika engkau lapar, mereka memberimu semangkuk bubur, tetapi bubur itu tidak bersih dan bercampur dengan sedikit pasir, dan memakannya dalam waktu lama akan merugikan kesehatanmu. Atau mereka memberimu semangkuk makanan, tetapi makanan itu bercampur dengan serangga seperti lalat dan nyamuk. Engkau mungkin mendapati makanan itu lezat, tetapi di dalamnya terdapat bakteri yang berbahaya bagi tubuh. Meskipun orang-orang tersebut telah menghilangkan rasa laparmu dan mengenyangkan perutmu, mereka juga telah membawa dampak buruk bagi tubuhmu. Demikian pula halnya, jika engkau tidak memiliki kemampuan mengidentifikasi, ketika engkau menonton sebuah karya, kemungkinan besar engkau akan menerima pemikiran dan sudut pandang yang salah dari buah karya tersebut, disesatkan dan diracuni olehnya. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal juga sangat penting. Inilah perwujudan dari orang yang memiliki kualitas rata-rata dalam hal kemampuan mereka untuk menilai dan menyadari berbagai hal.
Tingkat berikutnya adalah orang yang berkualitas buruk. Orang yang berkualitas buruk tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Itu berarti, ketika melihat apa pun, mereka tidak tahu pemikiran dan sudut pandang yang benar seperti apa yang harus mereka miliki, juga tidak tahu pendapat atau pendirian yang benar seperti apa yang harus mereka miliki. Mereka bahkan tidak tahu pemikiran dan sudut pandang yang salah seperti apa yang orang miliki dalam hal ini, atau pemikiran apa yang biasanya mengendalikan orang-orang ketika menghadapi masalah seperti ini—ini berkaitan dengan logika berpikir, dan orang yang berkualitas buruk sama sekali tidak mengetahui hal-hal ini, jadi mustahil bagi mereka untuk mampu menyadari berbagai hal. Hanya setelah orang mampu menyadari berbagai hal, barulah dapat dikatakan bagaimana kemampuan mereka menyadari berbagai hal atau apakah mereka memiliki kemampuan untuk menilai berbagai hal atau tidak. Jika mereka bahkan tidak mampu menyadari berbagai hal, tidak masuk akal untuk membahas apakah mereka memiliki kemampuan untuk menilai berbagai hal. Sebagai contoh, setelah membaca sebuah artikel, seseorang berkata: "Artikel ini menggunakan bahasa yang penuh kiasan, diungkapkan dengan sangat lancar, dan cukup jenaka. Artikel ini ditulis dengan sangat baik!" Seseorang bertanya: "Pemikiran dan sudut pandang apa yang ingin penulis ungkapkan dalam artikel ini? Bagaimana sikapnya terhadap orang, peristiwa, dan hal-hal semacam ini?" "Oh, terdapat sikap di dalamnya? Ini juga ada kaitannya dengan pemikiran dan sudut pandang? Aku tidak memperhatikan hal itu. Bagaimanapun, menurutku artikel ini ditulis dengan baik dan aku senang membacanya." Pihak lain bertanya: "Lalu, pemikiran dan sudut pandang mana yang dia ungkapkan yang kausenangi? Tahukah kau paragraf atau kisah mana yang mengungkapkan pemikiran dan sudut tertentu dari penulis itu, serta apa ide pokok dari artikel ini?" Dia berkata: "Aku belum menemukan jawabannya." Dia membacanya dua atau tiga kali lagi dan tetap hanya merasa bahwa artikel itu ditulis dengan baik dan fasih. Sedangkan mengenai pemikiran dan sudut pandang yang diungkapkan artikel tersebut, dia tidak mampu memahaminya. Ini menyingkapkan seperti apa kualitas dirinya, bukan? Jika dia membaca artikel ini dan tidak mampu memahami pemikiran dan sudut pandang yang dijelaskan dalam artikel tersebut, maka hanya dapat dikatakan bahwa orang ini tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal dan merupakan orang yang berkualitas buruk. Jika artikel itu mengandung bahasa yang jelas yang sudah menerangkan pemikiran dan sudut pandang yang benar dan dia tetap tidak mampu memahaminya, ini membuktikan bahwa kualitasnya sangat buruk. Dia hanya dapat berkata, "Artikel ini ditulis dengan baik, bahasanya lancar, dan gaya penulisannya baik." Tetapi dia tidak tahu atau tidak mengerti apakah fakta-fakta yang dibahas dalam artikel itu objektif atau tidak, apa yang akan dirasakan para pembaca, atau apa yang dapat dipelajari dan diperoleh pembaca darinya—dia masih perlu menanyakannya kepada penulis. Ini sepenuhnya membuktikan bahwa orang-orang semacam itu memiliki kualitas yang buruk. Bagaimana kualitas buruk mereka terlihat? Kualitas buruk mereka terlihat dalam ketidakpahaman mereka tentang apa yang merupakan pemikiran dan sudut pandang, tentang bagaimana cara menyadari berbagai hal, dan tentu saja, terlebih dari itu, terlihat dalam ketidakmampuan mereka yang sepenuhnya untuk menilai berbagai hal. Semua ketidakmampuan inilah yang dimaksud dengan tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal lebih buruk daripada orang yang berkualitas rata-rata karena mereka bukan saja tidak memiliki kemampuan untuk menilai berbagai hal, tetapi mereka bahkan tidak memiliki kemampuan untuk menyadari berbagai hal. Oleh karena itu, mengenai hal-hal pada tingkat pemikiran dan sudut pandang, logika berpikir, atau apakah sesuatu itu sesuai dengan kemanusiaan atau hukum objektif segala sesuatu, mereka tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal itu dan tidak tahu cara untuk menyadarinya. Mereka bahkan tidak mampu memahami apakah artikel ini menjelaskan pemikiran atau sudut pandang tertentu, apalagi mengidentifikasi apakah pemikiran dan sudut pandang ini benar atau salah. Hanya karena mereka pernah bersekolah, maka mereka dapat membaca hal-hal yang berkaitan dengan kata-kata, pengetahuan, keterampilan teknis, dan profesi, tetapi mereka tetap berada pada tingkat mampu membaca, menonton, dan mendengarkan sesuatu tanpa mampu menyadari hal-hal tersebut. Orang-orang seperti ini memiliki kualitas yang rendah. Orang-orang yang berkualitas rendah mampu membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan tingkat keterampilan teknis dan profesi atau pengetahuan, seperti buah karya orang terkenal yang mana sesuatu itu, kutipan terkenal dari orang terkenal mana yang dikutip, gaya pengungkapan mana yang dirujuk, atau keterampilan teknis atau profesi apa yang digunakan untuk mencapai sesuatu—mereka mampu memahami hal-hal ini. Namun, mereka tidak mengerti konsep yang dianjurkan dan diungkapkan berdasarkan tingkat profesi dan keterampilan teknis atau pengetahuan ini, serta apa yang merupakan konsep, dasar, atau hal mendasar di balik rancangan dan penyampaian dari hal-hal tersebut. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kualitas yang buruk. Orang-orang semacam ini memiliki satu karakteristik: mereka tidak tahu cara merenungkan atau cara berpikir tentang masalah. Mereka tidak tahu cara mengidentifikasi, menilai, atau mulai mengetahui akar masalah dan esensi dari fenomena yang disebabkan oleh sesuatu, atau arah perkembangan dari fenomena ini di masa mendatang serta dampaknya bagi orang, peristiwa dan hal-hal. Orang-orang seperti ini tidak memiliki cara berpikir yang normal. Hal-hal yang mereka pahami dan pengalaman hidup yang mampu mereka pahami sangatlah terbatas. Serumit apa pun masalah yang mereka hadapi, mereka tidak mampu mengerti atau tidak tahu yang sebenarnya tentang masalah tersebut. Itu berarti, mereka hanya dapat memikirkan kata-kata yang mereka dengar dan teks yang mereka baca tentang sesuatu di permukaannya saja, serta hanya memahami bentuk dan metode terkait yang terlihat oleh mereka di luarnya, hanya mencapai tingkat ini. Sedangkan mengenai aspek-aspek yang lebih mendalam, seperti hubungan, logika, dan pengaruh timbal balik di antara berbagai hal, mereka tidak memikirkannya, juga tidak mampu memikirkannya. Bahkan ada orang-orang yang berpikir tentang sesuatu sampai mereka kehilangan nafsu makan, tidak bisa tidur, atau menjadi tertekan, dan mereka tetap tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal itu. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kualitas yang buruk. Ukuran apakah seseorang itu memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal atau tidak, itu tergantung pada apakah ketika menghadapi suatu masalah, mereka mampu membuat penilaian yang dapat menghasilkan beberapa kemungkinan tentang hubungan yang rumit itu, tentang hubungan, atau pengaruh timbal balik di antara berbagai hal, serta dampak selanjutnya yang dapat mereka capai. Jika orang hanya mampu mengatakan apa yang seseorang katakan atau lakukan, hanya menceritakan kembali apa yang mereka dengar atau lihat tanpa memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, dan tanpa mampu untuk memahami masalah apa pun, ini menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki pemikiran yang normal. Orang yang tidak memiliki kemampuan untuk berpikir tidak memiliki kemampuan untuk menyadari sesuatu, dan tentu saja, mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, dan mereka tidak tahu cara untuk berpikir. Jadi mengapa kita perlu untuk membahas kemampuan ini? Jika orang tidak memiliki berbagai kemampuan untuk menyadari dunia materi, kualitas orang-orang ini buruk. Mereka tidak tahu cara berpikir dan pikiran mereka tidak logis, jadi orang-orang semacam ini tidak memiliki kemampuan untuk memahami kebenaran. Ini karena kebenaran, di satu sisi, berkaitan dengan berbagai aspek dari masalah dalam kehidupan nyata orang-orang; di sisi lain, itu juga berkaitan dengan berbagai prinsip yang harus orang terapkan untuk membuang watak rusak mereka. Tentu saja, terlebih lagi, itu berkaitan dengan berbagai jenis masalah, baik masalah dengan satu segi maupun masalah rumit dengan banyak segi, yang orang hadapi dalam kehidupan nyata dan hubungan di antaranya. Baik itu tentang satu kebenaran atau banyak kebenaran yang saling berhubungan, tak satu pun kebenaran merupakan peraturan; sebaliknya, kebenaran adalah prinsip atau kriteria untuk mengukur golongan segala sesuatu. Berbicara tentang prinsip dan kriteria, kebenaran bukanlah peraturan atau rumusan seperti satu tambah satu sama dengan dua. Karena itu bukan rumusan, ketika menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan nyata, orang harus mampu merenungkan dan mencari masalah kemanusiaan mana yang terkait, apakah perwujudan kemanusiaan dalam aspek ini mengandung unsur watak yang rusak, keadaan dan perwujudan apa yang ada untuk jenis watak rusak yang sama, serta aspek kebenaran apa yang harus orang terapkan dan taati untuk mengubahnya—semua ini perlu untuk orang pahami. Jika engkau hanya mengetahui kata-kata kebenaran tetapi tidak mengetahui prinsip apa yang dibicarakan dalam aspek kebenaran ini, engkau tidak akan tahu cara menghubungkannya dengan hal-hal dalam kehidupan nyata, dan engkau juga tidak akan tahu cara menerapkan kebenaran. Jika engkau tidak memiliki kemampuan untuk memahami kebenaran, engkau tidak akan mampu untuk menghubungkannya dengan masalah yang ada dalam dirimu sendiri atau dengan masalah yang kauhadapi dalam kehidupan nyata. Engkau tidak akan tahu berapa banyak aspek kebenaran yang ada kaitannya, apa jalan penerapan dan jalan masuknya, atau masalah apa yang harus kauselesaikan. Tentu saja, tidak mungkin engkau akan mampu memandang orang dan hal-hal atau berperilaku dan bertindak berdasarkan firman Tuhan, atau tidak mungkin engkau mampu menaati atau menerapkan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Jika engkau tidak memiliki kemampuan untuk memahami orang, peristiwa, dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, tidak memiliki pemikiran atau sudut pandang tentangnya, dan pada dasarnya tidak mampu memahami hal-hal yang berkaitan dengan tingkat pemikiran, tidak memiliki kemampuan untuk menyadarinya dan terlebih lagi, tidak memiliki kemampuan untuk menilainya, dapat dikatakan bahwa engkau tidak memiliki kemampuan untuk memahami kebenaran. Jika engkau tidak memiliki kemampuan untuk memahami kebenaran dan tidak mampu memahami kebenaran, apa yang akan kaugunakan untuk mengubah cacat dalam kemanusiaanmu dan membuang watak-watak rusakmu? Jika engkau tidak memiliki kemampuan untuk memahami kebenaran, engkau tidak akan tahu prinsip kebenaran mana yang ada kaitannya dengan masalah di hadapanmu. Tentu saja, engkau juga tidak akan tahu prinsip kebenaran apa yang harus kautaati. Jika itu yang terjadi, engkau akan bertindak dengan membabi buta—entah mengikuti peraturan atau bertindak berdasarkan gagasan dan imajinasi, atau jika tidak, engkau akan dengan gegabah melakukan kesalahan. Tidak memahami kebenaran akan mengakibatkan konsekuensi ini, perwujudan ini.
Mengenai topik tentang kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, sekalipun itu tidak berkaitan dengan masalah mengejar kebenaran untuk membuang watak yang rusak, dalam hal kehidupan manusia itu sendiri, jika engkau tidak memiliki kemampuan untuk menyadari berbagai hal, engkau tidak memiliki sudut pandang terhadap apa pun yang kaulihat, dan engkau juga tidak memiliki pendapat pada tingkat pemikiran—melihat segala sesuatu seolah-olah ada lapisan kabut yang menutupi matamu, tidak dapat melihat bahwa ada masalah di sana—dan engkau hanya mengetahui proses terungkapnya seluruh peristiwa atau orang, peristiwa dan hal-hal terkait, tetapi engkau tidak mengetahui esensi dari masalahnya, atau pemikiran dan sudut pandang dari orang-orang yang terlibat, ini menunjukkan bahwa engkau adalah orang dengan kualitas yang buruk. Ini adalah karena engkau sama sekali tidak memiliki pemikiran tentang semua masalah dalam hidupmu. Engkau tidak tahu cara untuk mempertimbangkan, berpikir, atau mendefinisikan masalahnya pada tingkat pemikiran. Berdasarkan usiamu sendiri, engkau tidak tahu cara mempertimbangkan kedewasaan dari kemanusiaanmu, atau pengalaman masa lalumu, masalah macam apa yang sebenarnya terjadi, apa yang seharusnya kaupelajari dan peroleh darinya, apa dampaknya terhadapmu, pelajaran apa yang dapat kaupetik darinya, dengan perspektif apa engkau harus memandang dan menangani masalah semacam ini, atau bagaimana engkau harus bertindak dan apa yang harus kauhindari jika kembali menghadapi masalah semacam ini. Engkau tidak melakukan semua perenungan ini. Apa pun yang terjadi padamu, engkau sama bodohnya dengan binatang dan tidak memiliki sudut pandang. Berapa pun usiamu atau sebanyak apa pun pengalamanmu, engkau tetap tidak tahu bagaimana berpikir tentang masalah. Engkau tidak tahu bagaimana menggunakan pengalaman masa lalumu, pengetahuanmu, atau apa yang telah kaupelajari untuk merenungkan masalah dalam berbagai aspek. Orang-orang seperti ini adalah orang yang berkualitas buruk. Bagi orang yang berkualitas buruk, mereka tidak peduli jika tidak memiliki jalan masuk ke dalam kebenaran—bahkan untuk hal-hal sepele dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak mampu menyimpulkan pola apa pun. Sekalipun mereka telah hidup hingga berusia empat puluh, lima puluh, tujuh puluh, atau delapan puluh tahun, mereka tetaplah orang-orang bingung yang tidak mampu membagikan pengalaman apa pun. Orang-orang semacam itu adalah orang-orang bodoh, yang tidak memiliki pemikiran. Karena kualitas mereka buruk dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, sekalipun orang-orang seperti itu telah mencapai usia lanjut, mereka tidak pernah melihat apa pun pada tingkat pemikiran. Mereka tidak tahu cara memandang sesuatu dan tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang apa pun. Oleh karena itu, ketika menilai kualitas seseorang, khususnya apakah mereka memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, jangan melihatnya dari usia mereka atau dari pengalaman masa lalu mereka. Sebaliknya, apa yang harus kaulihat? (Kami harus melihat apakah mereka memiliki pemikiran.) Dengan kata lain, engkau harus melihat, apakah setelah mengalami berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal selama empat puluh atau lima puluh tahun, mereka memiliki pemahaman pribadi pada tingkat pemikiran, dan apakah pengalaman masa lalu mereka berkaitan dengan nilai kehidupan manusia, jalan yang orang tempuh, atau hal-hal yang berkaitan dengan kedalaman pemikiran manusia dan dunia rohani mereka. Jika pengalaman mereka hanya berkaitan dengan hal-hal tertentu dan tidak ada kaitannya dengan hal-hal pada tingkat pemikiran, berarti mereka tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Sebagai contoh, ada orang-orang yang sering berkata, "Di generasi kami, kami hidup pas-pasan. Tidak mudah untuk bisa makan sesuatu yang enak; kami hanya dapat makan daging selama Tahun Baru atau hari raya lainnya. Orang-orang dari generasi kami sangat sederhana serta lugu dan polos, dan kami berpakaian dengan sangat sederhana." Mereka terus membicarakan hal-hal semacam ini. Setelah mendengarnya, orang lain berkata, "Mengapa generasi kalian begitu layak untuk dikenang? Adakah hal-hal yang bisa kami pelajari sebagai kaum muda dan yang dapat kami sampaikan pada tingkat pemikiran?" Mereka menjawab, "Pada zaman kami, ketika kami pergi ke medan perang untuk bertempur, kami tidak tidur selama berhari-hari karena kami harus terus-menerus berjalan. Terkadang kami tidak makan satu kali pun sepanjang hari. Sesampainya di kamp, para rekrutan baru akan langsung tidur, tetapi kami para veteran akan makan terlebih dahulu, baru setelah itu tidur. Jika tidak, kami bisa saja harus kembali menempuh perjalanan setelah makan, sehingga akhirnya kami kelaparan di tengah perjalanan." Yang lain berkata, "Ini hanyalah suatu kejadian; ini tidak termasuk sesuatu pada tingkat pemikiran. Bagikan kepada kami sesuatu yang layak kami pelajari sebagai kaum muda, atau beberapa pelajaran yang dapat menolong kami agar kami tidak perlu mengambil jalan memutar, dan menghalangi kami agar tidak melakukan kesalahan atau tidak melakukan kesalahan kecil karena kebodohan." Mereka berkata, "Pada masa itu, kami tidak seperti kalian, kaum muda zaman sekarang, yang malas, rakus, dan suka bersenang-senang tetapi tidak suka bekerja. Pada masa itu, kami hanya ingin menanggung lebih banyak kesukaran, bekerja lebih keras, dan berprestasi agar kami dapat menarik perhatian para pemimpin kami dan dipromosikan." Adakah sesuatu pada tingkat pemikiran dalam perkataan ini? (Tidak.) Setelah mendengarnya, apakah perkataan itu membuatmu merasa bahwa ini adalah kata-kata yang diucapkan mentor rohani, semacam perkataan inspiratif yang diucapkan orang-orang tidak percaya? Apakah perkataan ini memperluas cara berpikirmu, meninggikan tingkat pemikiranmu, meningkatkan kemampuanmu untuk menyadari berbagai hal, atau membantumu untuk menemukan beberapa hal baru atau memperbaiki pemikiran dan sudut pandang yang belum pernah terpikirkan olehmu sebelumnya? (Tidak.) Dengan demikian, apakah orang-orang semacam ini memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal? Dengan cara apa pun engkau bertanya pada mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan tingkat pemikiran, engkau tidak akan memperoleh apa pun dari mereka. Sebenarnya bukan karena mereka tidak mau berbicara, tetapi karena mereka sama sekali tidak memiliki apa pun dalam diri mereka. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kualitas yang buruk. Bahkan setelah mereka mencapai usia lima puluh atau enam puluh tahun, mereka tidak memiliki pemikiran atau sudut pandang; mereka sekadar menjalani hidup dengan cara seperti ini. Mereka tidak tahu bahwa hidup itu bukan hanya tentang mengejar prospek, keluarga yang baik, pekerjaan yang baik, atau kehidupan yang baik, melainkan terdapat juga hal-hal pada tingkat pemikiran yang mengharuskan orang untuk memikirkan, merenungkan, dan merangkumkannya secara terus-menerus di lubuk hatinya. Mereka tidak tahu bahwa dalam perjalanan hidup manusia, orang akan menghadapi banyak hal yang tidak diketahui, mereka juga tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. Ketika tidak terjadi sesuatu pada diri mereka, mereka tidak berpikir atau merenung terlebih dahulu agar mereka tidak perlu mengambil jalan memutar ataupun menempuh jalan yang salah. Mereka juga tidak tahu mengapa mereka bertindak dengan cara tertentu dalam beberapa hal yang telah mereka alami, apakah bertindak dengan cara seperti itu benar atau salah, atau bagaimana mereka harus menempuh jalan di depan agar hidup bahagia, hidup dengan pikiran yang tenang, dan menjalani kehidupan yang bernilai, tidak hidup dengan sia-sia. Karena orang-orang semacam ini memiliki kualitas yang buruk, mereka tidak memikikan masalah-masalah ini. Ketika orang-orang ini mencapai usia enam puluh tahun, mereka hanya duduk di sana mengenang masa lalu, dengan berkata, "Ketika masih muda, aku cantik dan berbakat; begitu banyak orang yang mengejarku! Ah, masa mudaku ...." Mereka sering menceritakan kisah-kisah dari masa kejayaan mereka, hal-hal yang tidak layak disebut-sebut. Orang-orang berkualitas buruk, berapa pun usia mereka, tidak memikikran masalah-masalah yang ada kaitannya dengan kehidupan manusia, jalan yang orang tempuh, atau bagaimana orang seharusnya hidup. Mereka tidak berpikir tentang sudut pandang seperti apa yang seharusnya orang miliki ketika menghadapi berbagai masalah. Akibatnya, dengan cara apa pun mereka hidup, tingkat pemikiran mereka tidak menjadi lebih baik, pemikiran mereka tidak ada isinya, dunia kerohanian mereka tetap miskin, dan mereka tidak memiliki pengalaman hidup yang sejati. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kualitas yang buruk. Ketika engkau berinteraksi dengan orang-orang semacam itu, pada usia dua puluh tahun, mereka cukup kekanak-kanakan dan sederhana, penuh tenaga dan sangat pemarah. Setelah mencapai usia tiga puluh, mereka masih dalam keadaan yang sama. Pada usia lima puluh, cara mereka berbicara masih pada tingkat yang sama—mereka hanya tahu cara mengatakan beberapa kalimat sederhana. Terdapat lebih banyak kerutan dan bintik-bintik penuaan pada wajah mereka dan lebih banyak uban di rambut mereka. Mereka jelas menua, tetapi tidak memiliki pemikiran atau sudut pandang. Ketika bercakap-cakap dengan orang lain, mereka tidak pernah memiliki apa pun untuk dikatakan. Kehidupan mereka selama bertahun-tahun ini telah disia-siakan, dan mereka tidak mengalami kemajuan apa pun. Orang-orang berkualitas buruk menjalani kehidupan dengan cara seperti ini, dan jika mereka percaya kepada Tuhan, perwujudan mereka dari awal hingga akhir tetap sama. Ketika pertama kali percaya kepada Tuhan di usia dua puluhan, mereka seperti ini. Setelah mencapai usia tiga puluh atau lima puluh tahun, mereka tetap seperti ini, tidak mewujudkan kemajuan sama sekali. Hal-hal yang mereka katakan masih sama seperti sebelumnya. Hanya saja mereka telah mengalami beberapa hal selagi percaya kepada Tuhan, telah mengerti beberapa kata dan doktrin, dan mampu berbicara tentang istilah rohani dengan lebih lengkap. Namun, mereka tidak memiliki pengertian berdasarkan pengalaman nyata. Pemikiran mereka tetap tidak mendalam, sudut pandang mereka tentang berbagai hal belum berubah, pengetahuan mereka tentang Tuhan dan kebenaran belum bertambah, dan pengenalan mereka akan diri mereka sendiri belum bertumbuh. Mereka belum mengalami perubahan apa pun, bukan? (Ya.) Mengumpulkan beberapa kata dan doktrin atau istilah rohani dengan menghafalkannya atau dengan meluangkan waktu dalam melakukannya bukanlah suatu perubahan, itu bukanlah kemajuan, dan itu tentunya bukanlah memperoleh sesuatu. Inilah tepatnya perwujudan orang yang berkualitas buruk. Sebanyak apa pun pasang surut yang mereka alami, atau sebanyak apa pun kemunduran, kegagalan, atau perasaan frustasi yang mereka alami, mereka tidak memetik pelajaran apa pun atau tidak memperoleh pengalaman apa pun, dan tidak dapat memperoleh apa pun yang bermanfaat. Setelah sesuatu berakhir, itu benar-benar berakhir bagi mereka—mereka hanya menjalani prosesnya dan pada akhirnya tidak memperoleh apa pun. Orang-orang semacam itu dapat digambarkan sebagai orang yang sangat menyedihkan. Kita menganggap orang-orang semacam itu berkualitas sangat buruk justru karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Mereka terlebih lagi dapat dianggap tidak memiliki kemampuan untuk memahami kebenaran, dan tidak mengalami perubahan apa pun.
Orang-orang yang berkualitas buruk, dalam hal memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, mereka tidak dapat mencapai taraf itu. Apalagi orang-orang yang tidak memiliki kualitas, mereka terlebih lagi tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal—mereka tidak mampu menyadari berbagai hal, dan terlebih lagi, tidak mampu menilai hal-hal tersebut. Ketika engkau membagikan pemikiran dan sudut pandangmu tentang sesuatu, orang-orang berkualitas buruk akan tercengang saat mendengarnya, tidak menunjukkan reaksi apa pun. Di dalam hatinya, mereka berpikir, "Ada pemikiran dan sudut pandang dalam hal ini? Mengapa aku tidak melihatnya?" Sekalipun mereka mampu mengerti sedikit dari apa yang kaukatakan, mereka hanya dapat mendengarkannya sebagai kata-kata dan doktrin atau sebagai rumusan. Adapun orang-orang yang tidak berkualitas, ketika mendengar orang lain mempersekutukan pemikiran dan sudut pandang yang ada dalam sesuatu, atau esensi suatu masalah serta pendirian yang harus orang ambil yang berkaitan dengan hal itu, mereka tidak dapat mengerti hal itu. Mereka hanya merasa bahwa hal itu agak mendalam tetapi itu melebihi yang mampu mereka pahami. Makin engkau mempersekutukan pemikiran dan pemahaman itu, makin mereka menjadi bingung. Mereka merasa, "Bagaimana masalah biasa ini bisa menjadi rumit? Mengapa aku tidak dapat memahami apa pun tentang pemikiran, sudut pandang, atau pendirian? Pendirian apa? Kita sekadar harus percaya kepada Tuhan dengan semestinya dan melaksanakan tugas kita dengan semestinya, dan Tuhan akan berkenan. Mengapa makin lama orang percaya kepada Tuhan makin rumit segala sesuatunya? Mendengar perkataanmu, sepertinya tak seorang pun dapat masuk ke dalam kerajaan!" Dapatkah engkau berkomunikasi dengan orang-orang semacam itu? (Tidak.) Engkau bukan saja tidak dapat berkomunikasi dengan mereka, tetapi mereka juga bisa saja mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal: "Apakah pemikiran dan sudut pandang yang kausebutkan itu benar-benar sangat baik dan sangat benar? Menurutku tidak! Orang tidak akan pernah dapat hidup tanpa uang. Orang harus selalu makan dengan baik dan menikmati hal-hal yang baik. Tanpa uang untuk dibelanjakan atau makanan yang baik untuk dimakan, bagaimana orang dapat melaksanakan tugasnya?" Logika macam apa ini? Mereka berkata, "Kau selalu berbicara tentang kehidupan manusia, tentang nilai, pemikiran, dan sudut pandang yang orang miliki, serta jalan yang orang tempuh. Mengapa kau tidak berbicara tentang makan dan berpakaian? Mengapa kau tidak berbicara tentang bagaimana merawat tubuhmu agar kau dapat melaksanakan tugasmu dengan baik?" Jika yang mereka pikirkan adalah hal-hal ini—masih dapatkah mereka memahami kebenaran? Engkau sama sekali tidak dapat berkomunikasi dengan orang-orang seperti ini. Ketika engkau berusaha untuk berbicara dengan mereka, mereka hanya berbicara tentang menghasilkan uang. Mereka memperlakukan hal menghasilkan uang, menjalani hidup mereka, mengejar dunia, dan menghabiskan hidup mereka untuk makan, minum, dan bersenang-senang sebagai hal-hal utama dalam kehidupan manusia dan jalan yang harus orang tempuh dalam hidup. Sedangkan hal-hal yang harus orang kejar atau peroleh dengan percaya kepada Tuhan, hal-hal ini tidak ada dalam pemikiran atau kesadaran mereka. Mereka yakin bahwa sekalipun orang telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, mereka masih perlu makan dan hidup, dan bahwa orang tidak dapat hidup dengan baik tanpa uang—memiliki uang berarti memiliki kehidupan yang baik, dan tanpa uang kehidupan tidak dapat terus berlangsung. Inilah logika mereka; orang-orang semacam ini cenderung menyimpang. Orang yang cenderung menyimpang tidak memiliki pemikiran atau sudut pandang yang benar; mereka bagaikan orang yang tidak memiliki jiwa. Apa bedanya kehidupan orang-orang seperti itu dengan kehidupan babi dan anjing? (Tidak ada bedanya.) Jika engkau berusaha mendidik seekor anjing atau kucing agar membuatnya patuh dan bertindak seperti anak yang berperilaku baik, dapatkah mereka mengerti? (Tidak.) Apa yang paling-paling dapat dimengerti seekor anjing? Jika engkau menyuruhnya "duduk" lalu memberinya sepotong daging, dia akan mengingatnya. Setelah itu, begitu engkau berkata "duduk", seberapa pun jarak anjing itu darimu, dia akan langsung duduk dan menunggumu untuk memberinya daging. Anjing mampu mengingat tindakan mekanis ini; asalkan engkau memberitahukan kepadanya bahwa duduk akan membuatnya mendapat hadiah, dia akan patuh. Pemikiran anjing sesederhana itu. Jadi, sebesar apa perbedaan antara pemikiran orang yang tidak memiliki kualitas dengan pemikiran binatang? (Tidak ada perbedaan yang signifikan.) Setelah selesai makan setiap harinya, binatang akan pergi bermain. Ketika waktunya tiba untuk makan lagi dan engkau menyuruh mereka pulang, mereka akan segera berlari pulang. Apakah engkau mengikat mereka atau menyuruh mereka untuk duduk, mereka akan patuh. Mengapa demikian? Karena ada makanan untuk dimakan. Mereka dengan senang hati mematuhi perintahmu demi sedikit makanan tersebut. Pemikiran binatang sesederhana itu. Bagi mereka, cukuplah untuk mematuhi peraturan atau rumusan yang menguntungkan mereka; mereka tidak memikirkan hal-hal lainnya. Karena naluri yang Tuhan berikan kepada binatang terbatas pada hal-hal ini, yang memadai untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka, dan Tuhan tidak memberi mereka amanat apa pun, binatang tidak perlu mempertimbangkan tentang kehidupan, masa depan, tempat tujuan, ataupun tanggung jawab dan kewajiban mereka. Mereka juga tidak perlu mempertimbangkan jalan mana yang harus ditempuh atau mengejar kehidupan yang bermakna. Namun, manusia itu berbeda. Tuhan telah menganugerahkan kepada manusia berbagai naluri dan juga menganugerahkan kebenaran untuk menjadi hidup mereka. Oleh karena itu, Tuhan telah menetapkan standar yang harus orang penuhi. Dengan demikian, orang haruslah mempertimbangkan masalah-masalah ini; hanya melakukan hal inilah yang akan kondusif bagi mereka untuk memperoleh kebenaran sebagai hidup mereka. Inilah tanggung jawab dan kewajiban yang harus orang miliki, dan tentu saja, ini juga adalah hak mereka. Namun, jika engkau tidak dapat menjalankan hak ini atau tidak memiliki kemampuan untuk memikirkan masalah-masalah ini, itu membuktikan bahwa kualitasmu sangat buruk. Di antara makhluk hidup pada tingkat manusia. Engkau termasuk golongan orang yang berkualitas buruk. Engkau tidak mampu berpikir sendiri, dan bahkan ketika orang lain menjelaskan sesuatu kepadamu, engkau tidak mengerti. Dalam kasus yang lebih parah, engkau menentang, mengejek, mencemooh, atau bahkan mengkritik orang lain. Jika buruknya kualitasmu telah mencapai taraf ini, itu berarti engkau sama sekali tidak memiliki kualitas. Sebagai contoh, seseorang yang tidak memiliki kualitas membaca artikel kesaksian berdasarkan pengalaman, dan engkau bertanya kepadanya, "Apakah artikel ini bagus?" Dia menjawab, "Ini cukup bagus. Setiap paragraf dibagi secara akurat, dan sebagian besar tanda bacanya tepat. Paragraf pertama menjelaskan waktu dan tempat, paragraf kedua menjelaskan latar belakang para tokoh, paragraf ketiga mulai menceritakan alur ceritanya, dan kemudian beralih ke bagian klimaks dan kesimpulan." Jika engkau kemudian bertanya kepadanya apa pemikiran dan sudut pandang penulis, dia berkata, "Ada pemikiran dan sudut pandang? Bagian firman Tuhan yang dikutip penulis adalah pemikiran dan sudut pandang." Engkau bertanya, "Apakah firman Tuhan yang dikutipnya relevan? Apakah pemikiran dan sudut pandang yang ingin diungkapkannya akurat?" Dia berkata dia tidak tahu. Lalu engkau mengajukan berbagai pertanyaan seperti, "Apakah pemahaman yang penulis utarakan murni dan nyata? Apakah yang dia pahami itu adalah doktrin, atau apakah itu mendekati kenyataannya? Apakah itu mendidik kerohanian orang lain atau bernilai bagi mereka? Apakah itu membekali atau bermanfaat bagi para pembaca?" Dia tidak mengetahui semua ini dan tidak dapat memahaminya. Inilah yang dimaksud memiliki kualitas yang sangat buruk. Jika engkau mempersekutukan kepadanya tentang kesalahan dalam pemikiran dan sudut pandang dalam artikel itu, bagian mana yang nyata dan bagian mana yang tidak, dia tetap tidak mengetahuinya dan tidak dapat menghubungkannya dengan artikel itu. Apakah ini memperlihatkan tidak adanya kualitas? (Ya.) Bahkan ketika orang lain mempersekutukan masalah yang ada, dia tetap tidak mengetahuinya. Bukankah ini memperlihatkan tidak adanya kualitas? Ini seperti halnya beberapa pemimpin gereja: ketika orang jahat atau pengikut yang bukan orang percaya muncul di gereja, mereka tidak tahu cara menangani orang-orang itu. Setelah engkau mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran kepada mereka, mereka tidak mengerti semua itu dan memintamu untuk memberi contoh. Setelah engkau memberi contoh, mereka tetap tidak tahu cara menangani orang-orang itu. Mereka berkata, "Tolong ajari aku. Bagaimana tepatnya aku harus menangani orang itu? Haruskah aku menempatkannya di gereja biasa, menempatkannya di kelompok B, atau mengusirnya? Bagaimana aku harus menyampaikan persekutuan kepada orang itu? Jelaskan kepadaku kata demi kata. Aku akan mencatatnya, lalu mengikutinya kata demi kata untuk menangani situasi tersebut—dengan cara itu, aku dapat melakukannya." Dengan keadaan mereka seperti ini, apa gunanya mempersekutukan prinsip kepada mereka? Bahkan setelah engkau memberi contoh, mereka tidak mengerti dan tidak mampu menangani masalah tersebut. Orang-orang semacam itu sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk memahami. Pada akhirnya, mereka tetap bertanya, "Beri tahu aku apa yang harus kulakukan tentang masalah ini, dan aku akan melakukannya." Engkau memberi tahu mereka ke mana harus pergi untuk menangani masalah itu, apa yang harus dikatakan dan kepada siapa untuk menyelesaikannya, dan sampai sejauh mana masalah tersebut harus ditangani agar dapat dianggap terselesaikan secara menyeluruh. Setelah engkau selesai menjelaskan, mereka tampak mengerti, tetapi mereka tetap tidak mampu menanganinya, dan engkau harus mencari seseorang untuk bekerja sama dengan mereka untuk menyelesaikannya. Orang-orang seperti ini sangat bodoh dan tidak memiliki kualitas. Sebagai contoh, engkau memberi tahu orang-orang yang sedang belajar menari bahwa langkah-langkah tarian tertentu sangat bagus dan menyuruh mereka untuk mengikuti video untuk mempelajarinya. Beberapa hari kemudian, ketika engkau menanyakan kemajuan mereka, beberapa orang yang bodoh akan berkata bahwa mereka tidak bisa membedakan langkah mana yang bagus. Meskipun mereka memiliki materi pelajarannya, mereka tetap tidak dapat mempelajarinya. Mereka tidak tahu gerakan mana yang baik atau mana yang berguna, dan mereka tidak tahu bagaimana harus memilih. Apa yang pada akhirnya mereka lakukan? Mereka memiliki satu taktik; mereka berkata, "Pilih saja beberapa langkah tarian untuk kupelajari, dan aku akan mengikutinya—itu saja." Mereka memang memiliki trik seperti ini; mereka tidak mengerti prinsip, tetapi memiliki sedikit kecerdikan. Bukankah mereka benar-benar seperti robot? Mereka mungkin orang yang berpengetahuan dan berpendidikan, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal—inilah yang dimaksud tidak memiliki kualitas. Mereka tidak tahu mengapa mereka harus mempelajari apa yang kausuruh untuk mereka pelajari. Mengenai hal-hal yang kausuruh mereka untuk tidak mempelajarinya, mereka tidak tahu apa yang salah dengan hal-hal itu atau mengapa mereka tidak boleh mempelajarinya. Bahkan setelah diberi tahu pun, mereka tetap tidak dapat memahaminya. Katakan kepada-Ku, apakah orang-orang seperti itu memiliki kualitas? (Tidak.) Tidak memiliki kualitas untuk menyadari sendiri berbagai hal, dan tidak memiliki kemampuan untuk secara mandiri mengidentifikasi dan menilai yang benar dan yang salah—inilah yang dimaksud dengan tidak memiliki kualitas. Seperti halnya lembu atau kuda, mereka selalu membutuhkan seseorang untuk menuntun mereka—bukankah itu berarti mereka hanyalah alat? Jika engkau memiliki kualitas, apakah engkau tetap akan membutuhkan seseorang untuk menuntunmu? Lalu untuk apa engkau memiliki otak? Otakmu itu tidak ada gunanya. Tepatnya, engkau tidak memiliki kualitas. Engkau harus mendengarkan orang lain dan dituntun oleh mereka—engkau hanyalah alat. Seberapa pun lamanya orang semacam ini mempelajari profesi tertentu atau sebanyak apa pun prinsip yang terkait dengan profesi tersebut yang mereka dengar, mereka tetap tidak mampu mengerti atau memahaminya. Pada akhirnya, mereka tidak tahu bagaimana cara menerapkan dan melaksanakan prinsip-prinsip tersebut. Mereka adalah jenis orang dengan kualitas terburuk—mereka yang tidak memiliki kualitas. Ada orang-orang yang berkata, "Jangan mengira hanya karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal dan selalu mengikuti tuntutanmu dalam pelaksanaan tugas mereka, itu berarti mereka berkualitas buruk. Sebenarnya, mereka tidak berkualitas hanya dalam hal memahami kebenaran. Dalam hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan mereka sendiri, mereka selalu memikirkan berbagai cara untuk melindungi diri mereka dari kerugian apa pun. Dalam hal-hal ini, mereka cerdas—mereka jelas bukan orang yang bodoh. Di gereja, mereka tampak bodoh, tetapi jika mereka kembali ke dunia, mereka tidak bodoh. Dalam hal-hal yang mereka nikmati, mereka memiliki pemikiran dan buah karya yang diciptakan; mungkin mereka bisa meraih keberhasilan tertentu." Ada juga orang-orang yang melakukan kesalahan yang sembrono di gereja, dan semua orang menganggap mereka berkualitas buruk, tetapi mereka sendiri tidak yakin: "Engkau menganggapku berkualitas buruk, tetapi jika aku berada di dunia orang tidak percaya, aku masih bisa menghasilkan uang dan mencari nafkah. Aku masih bisa berkembang—belum tentu aku akan lebih buruk dari orang lain!" Apakah dunia orang tidak percaya mengukur segala sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran? Apakah mereka mengandalkan firman Tuhan sebagai landasan? Jika tidak, maka sekalipun buah karya ciptaan mereka mampu bertahan di dunia orang tidak percaya, itu tidak membuktikan bahwa mereka memiliki kualitas. Sebagai contoh, ada seseorang yang melukis, dan melihat lukisannya sekilas pandang, warna, komposisi, pencahayaan, proporsi tokoh-tokohnya, dan aspek lain dari lukisannya terlihat cukup baik. Namun, ketika dia melukis orang-orang kudus tertentu dari zaman dahulu di rumah Tuhan, masalah pun muncul. Aku berkata, "Buah karya pelukis ini biasanya laku keras di antara orang-orang tidak percaya, dan orang-orang menghargainya. Namun mengapa Aku merasa gambar Abraham, Ayub, dan Nuh terlihat sangat janggal? Mengapa gambar ketiga orang yang berasal dari periode berbeda ini terlihat seolah-olah mereka semua berasal dari satu keluarga? Mereka adalah orang Israel kuno, dan struktur tulang dari ciri khusus wajah mereka seharusnya mencerminkan karakteristik dari kelompok etnis tersebut. Sekalipun pelukis itu tidak mengetahui kepribadian setiap tokoh tersebut, setidaknya, dia harus mengerti seperti apa struktur tulang dan ciri khusus dari etnis tersebut. Berasal dari periode mana pun orang yang dilukisnya, karakteristik etnis mereka harus ditekankan dan harus terlihat jelas melalui rambut, ciri wajah, warna mata, dan bentuk wajah mereka." Namun, mengapa tokoh-tokoh yang berasal dari periode berbeda yang dilukisnya ini, meskipun terlihat adanya perbedaan usia, semuanya memiliki struktur tulang yang tidak menyerupai orang dari kelompok etnis mereka? Mereka semua memiliki bentuk wajah persegi; yang lebih muda hanya memiliki lebih sedikit kerutan dan rambut yang lebih gelap, sementara yang lebih tua memiliki lebih banyak kerutan dan lebih banyak rambut putih. Semua ciri khusus tokoh-tokoh ini pada dasarnya sama: wajah yang lebar dan persegi, perawakan yang tinggi, dan bertubuh sangat kekar. Aku berkata, "Mengapa semua tokoh ini terlihat sama? Mereka terlalu mirip dan kurang memiliki ciri khusus yang membedakan mereka." Pelukis itu sendiri tidak memperhatikan masalah ini. Mungkin dia telah melukis terlalu banyak buah karya sejenis ini, sehingga tekniknya telah menjadi sangat terpoles, dan gayanya sudah menjadi tetap. Setiap kali melukis tokoh, yang pria hampir selalu memiliki bentuk wajah yang sama, dan dia tidak dapat melukiskan ciri khusus wajah yang unik dari karakter berbeda. Bukankah kemampuannya untuk menilai dan menyadari berbagai hal agak buruk? (Ya.) Setelah selesai melukis, dia tidak tahu apakah ciri khusus wajah yang dia gambarkan sesuai dengan karakteristik tulang dari kelompok etnis tersebut; dia tidak yakin tentang karakteristik tersebut. Menurutmu, apakah kualitasnya di bidang ini rata-rata atau buruk? (Buruk.) Dapatkah dia memperbaikinya setelah orang lain memberinya saran? Dahulu, aku pernah memberinya saran, tetapi beberapa waktu kemudian ketika Aku melihat lukisannya, hasilnya tetap sama. Pada saat ini, tidak ada lagi yang bisa dikatakan—menjelaskan lebih jauh akan tetap melebihi yang mampu dia pahami.
Mengenai masalah yang berkaitan dengan kemampuan orang untuk menilai dan menyadari berbagai hal, berikut ini adalah perwujudan orang dengan tingkat kualitas berbeda. Orang yang berkualitas baik bukan saja mampu menyadari berbagai hal tetapi juga mampu menilai hal-hal tersebut. Orang dengan kualitas yang jauh lebih baik, saat menemukan pemikiran dan sudut pandang yang benar, mereka akan menganjurkannya, membagikan atau menyampaikannya kepada orang lain, dan saat menemukan pemikiran dan sudut pandang yang salah, mereka mampu mengidentifikasi dan memperbaikinya. Orang yang berkualitas rata-rata memiliki kemampuan tertentu untuk menyadari berbagai hal tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menilai hal-hal tersebut—mereka tidak mampu mengidentifikasi berbagai hal pada tingkat pemikiran. Orang yang berkualitas buruk tidak mengerti berbagai hal pada tingkat pemikiran, sehingga mereka tidak dapat dianggap memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Orang yang tidak memiliki kualitas tidak mampu mengerti hal-hal ini sama sekali. Sekalipun seseorang menjelaskannya kepada mereka, mereka tetap tidak mampu mengerti pemikiran dan sudut pandang apa yang sebenarnya sedang dibahas. Bagi mereka, itu seperti mendengarkan cerita tentang planet lain—itu sepenuhnya melebihi kemampuan mereka untuk memahami. Inilah karakteristik berbeda yang diperlihatkan orang dengan berbagai kualitas dalam hal kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal.
Standar kesebelas untuk mengukur kualitas seseorang adalah kemampuan berinovasi. Kemampuan berinovasi adalah kemampuan kreatif yang kaumiliki berdasarkan pemahaman yang kaumiliki setelah engkau mengetahui hal-hal mendasar, prinsip dan hukum dari sesuatu. Kemampuan kreatif ini mengacu pada meningkatkan hal ini menjadi lebih baik dari landasan aslinya, mengembangkannya, memperluas ruang lingkup pengaruhnya, atau mengubahnya menjadi generasi baru dari suatu hal tertentu—inilah yang disebut kemampuan untuk berinovasi. Terutama, ini berarti bahwa berdasarkan pemahaman yang akurat tentang hukum objektif dari hal tertentu, engkau mampu menerapkan hal tersebut dalam kehidupan nyata, memperbesar dan memperluas ruang lingkup penerapannya, dan memungkinkan hal-hal mendasar dan prinsip yang sesuai dengan hukum perkembangan segala sesuatu ini melayani lebih banyak orang, sehingga ada lebih banyak orang yang menerima manfaat dan bantuan darinya. Di satu sisi, engkau mempertahankan keberlanjutan hal-hal mendasar dan prinsip-prinsip ini, terus memperluas ruang lingkup pengaruh dan pendengarnya. Di sisi lain, engkau mengubahnya dari penyampaian secara harfiah menjadi hal nyata yang darinya orang dapat memperoleh manfaat nyata dengan cara yang lebih nyata dan dengan selangkah lebih maju. Inilah yang dimaksud dengan kemampuan untuk berinovasi. Jika seseorang, di atas landasan lingkungan keluarga dan latar belakang pertumbuhannya, serta pengetahuan yang diperolehnya, mampu memahami hal-hal mendasar, prinsip-prinsip, dan hukum perkembangan sesuatu secara akurat, tahu cara menerapkan hal-hal mendasar dan prinsip-prinsip ini, dan tahu cara mengubah hal-hal mendasar dan prinsip-prinsip ini dari teori menjadi hal yang nyata—tidak berhenti pada tingkat kata-kata dan doktrin, melainkan menerapkannya dalam kehidupan nyata, membuatnya menjadi bagian dari kehidupan orang-orang dan mengubahnya menjadi hasil yang melayani orang-orang, memungkinkan orang untuk memproleh manfaat dan bantuan darinya, serta membuat kehidupan orang menjadi lebih mudah dan nyaman—jika orang mampu mencapai tingkat ini, mereka adalah orang yang memiliki kemampuan untuk berinovasi dan orang yang berkualitas baik. Dengan kata lain, jika atas dasar pemahaman akan hal-hal mendasar dari hukum perkembangan segala sesuatu dan prinsip-prinsip kebenaran, engkau mampu mewujudkan peningkatan, keberlanjutan, perluasan, atau pembaruan suatu hal—jika engkau memiliki kemampuan ini atau mampu mencapai salah satu dari hal ini, serta dapat memungkinkan hal-hal mendasar dan hukum dari suatu hal positif atau prinsip kebenaran ini untuk diterapkan, diwujudkan, dan diperluas di antara orang-orang—ini membuktikan bahwa kualitasmu baik. Sekalipun engkau tidak mampu membawa hal ini ke tingkat yang lebih mendalam, setidaknya, jika engkau mampu melanjutkan, memperluas, dan mewujudkannya, serta memperbesar pengaruh positifnya, ini membuktikan bahwa engkau adalah orang yang memiliki kemampuan untuk berinovasi. Jika engkau tidak memiliki kemampuan ini, dan hanya memiliki kemampuan untuk memahami hukum tentang hal-hal positif, tetapi kemampuan pemahaman ini hanya tetap pada tingkat pemahaman harfiah dan teoretis, dan engkau tidak mampu membantu orang untuk dapat menerapkan dan mewujudkannya, engkau juga tidak dapat membuatnya melayani orang dan bermanfaat bagi mereka, itu berarti engkau tidak memiliki kemampuan untuk berinovasi. Engkau harus mampu menjalankan dan menerapkan hal-hal mendasar, prinsip, hukum, dan aturan-aturan itu—hanya dengan demikian, barulah engkau dapat dianggap memiliki kemampuan untuk berinovasi. Hanya mereka yang memiliki kemampuan ini yang adalah orang-orang yang berkualitas baik. Sebagai contoh, beberapa pemimpin dan pekerja atau pengawas mampu menerapkan prinsip dan ketentuan rumah Tuhan setelah mereka mengerti hal-hal tersebut. Mereka membantu umat pilihan Tuhan untuk mampu menerapkan prinsip-prinsip kebenaran dari setiap bagian pekerjaan itu, membantu lebih banyak orang untuk mengerti kebenaran dan membuatnya sedemikian rupa sehingga pekerjaan gereja dapat berjalan dengan tertib—yaitu, agar pekerjaan itu disirkulasikan secara positif dalam ruang lingkup prinsip, terus berkembang dan maju, tanpa penyimpangan. Hasil apa yang akan orang lihat dari hal ini? Semua orang akan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan dalam lingkup pekerjaan ini, semua orang mengerti prinsip serta bertindak berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, pekerjaan tidak menyimpang, dan pekerjaan ini terus-menerus membuahkan hasil yang baru atau buah karya yang baru. Sekalipun keadaan khusus bisa saja terjadi selama prosesnya, para pengawas akan tahu bagaimana cara menanganinya secara fleksibel berdasarkan hal-hal mendasar, ketentuan, dan prinsip-prinsip dari pekerjaan tersebut. Di bawah kepemimpinan mereka, pekerjaan ini terus berjalan dengan tertib dan pada dasarnya tidak berhenti. Itu berarti, keadaan khusus apa pun yang terjadi, siapa pun yang bisa saja datang untuk mengacaukan atau menyebarkan kekeliruan, itu tidak akan memengaruhi kemajuan yang tertib dari pekerjaan itu; pekerjaan akan terus bergerak maju. Dapatkah dikatakan bahwa hal-hal mendasar dari pekerjaan ini dan prinsip-prinsip kebenaran dalam hal ini sedang dipertahankan keberlanjutannya? (Ya.) Melalui pelaksanaan, keberlanjutan, dan perkembangan hal-hal mendasar dan prinsip-prinsip pekerjaan ini, pekerjaan ini menjadi tidak terputus; pekerjaan ini terus-menerus dilaksanakan dan diterapkan dengan tertib, dan pada saat yang sama, hasil pekerjaan yang baik telah muncul dalam kurun waktu berbeda. Pengaruh dari hasil pekerjaan ini terus membesar, dan ada makin banyak orang yang memperoleh manfaatnya. Mereka yang memperoleh manfaat, sebenarnya, memperolehnya dari berbagai prinsip, hal-hal mendasar, dan bahkan ketentuan ketat pengaturan kerja yang mampu dipahami dan diterima oleh para pengawas ini. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kemampuan untuk berinovasi. Itu berarti, seseorang yang berkualitas baik mampu secara terus-menerus menerapkan prinsip-prinsip kerja dan prinsip-prinsip kebenaran yang dia pahami dan terima dalam pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya serta membantu semua orang untuk dapat menerapkannya, memungkinkan pekerjaan itu berlangsung dengan tertib atau terus bergerak maju. Pada saat yang sama, hasil pekerjaan akan dihasilkan secara berkala atau tidak berkala; orang-orang tidak percaya menyebutnya "pekerjaan yang sangat menghasilkan"—yang berarti, hasil pekerjaan akan terus-menerus muncul, dan munculnya hasil-hasil pekerjaan ini selanjutnya akan membawa pengaruh yang lebih besar dan menjangkau lebih banyak orang. Orang yang memiliki kemampuan ini pada akhirnya mampu memperbesar hasil pekerjaan secara terus-menerus, sehingga makin banyak orang memperoleh manfaatnya. Orang semacam ini adalah orang yang berkualitas baik. Untuk mengukur kualitasmu berdasarkan kemampuanmu untuk berinovasi, yang perlu diperhatikan adalah bagaimanakah kemampuanmu untuk menerapkan, memajukan, dan memperluas pekerjaan itu setelah memahami prinsip-prinsip pekerjaan, ketentuan pekerjaan itu, dan prinsip-prinsip kebenaran. Dengan kata lain, bagaimanakah kemampuanmu untuk mempertahankan keberlanjutan pekerjaan ini. Kedua, yang perlu diperhatikan adalah berapa banyak orang yang dijangkau oleh pekerjaan yang kaulakukan, seberapa luas ruang lingkup orang yang dijangkaunya, seberapa besar taraf pengaruhnya, serta bagaimana efisiensi dan hasil dari pekerjaanmu. Jika efisiensi pekerjaanmu tinggi, hasil pekerjaanmu baik, dan ruang lingkup orang yang dijangkau terus membesar, berarti kualitasmu baik. Jika jumlah orang yang dijangkau sedikit, efisiensi pekerjaan rendah, hasilnya buruk, dan pekerjaan harus selalu dikerjakan ulang, terhenti, dan ada banyak kekurangan yang harus diperbaiki, berarti kualitasmu rata-rata. Jika orang memahami prinsip-prinsip pekerjaan, pengaturan kerja, dan aspek-aspek lainnya dengan cukup baik dan cepat, tetapi kemajuan mereka dalam pelaksanaannya sangat lambat dan efisiensi mereka sangat rendah—dalam keadaan normal, hasil dapat diperoleh dalam satu bulan, tetapi mereka memerlukan waktu tiga atau bahkan enam bulan, dan hasil yang diperoleh masih sangat rata-rata, jumlah orang yang dijangkau sedikit, dan manfaatnya bagi orang-orang tidak signifikan—berarti orang semacam ini memiliki kualitas rata-rata.
Ada orang yang setelah mengerti prinsip atau hal-hal mendasar tertentu, hanya memahami makna harfiahnya pada saat itu dan sama sekali tidak mampu menghubungkannya dengan orang, peristiwa, atau hal-hal dalam pekerjaan mereka yang berkaitan dengan prinsip atau hal-hal mendasar tersebut. Mereka hanya mendengarkan prinsip dan hal-hal mendasar tersebut sebagai peraturan atau doktrin, dan setelah mendengarkannya, mereka tidak memiliki rencana di dalam hatinya dan tidak tahu cara melaksanakannya atau cara menerapkan pengaturan kerja serta hal-hal mendasar atau prinsip-prinsip yang mereka pahami itu dalam kehidupan nyata. Mereka pada dasarnya sama sekali tidak mampu mengaitkan antara kehidupan nyata dengan hal-hal mendasar dan prinsip-prinsip tersebut. Dalam kehidupan nyata atau dalam pekerjaan, mereka mengesampingkan prinsip, hal-hal mendasar, dan hukum perkembangan segala sesuatu, tidak mampu menerapkannya, dan hanya melakukan apa pun yang mereka inginkan. Untuk saat ini, mari kita tidak membahas apakah kemanusiaan mereka baik atau buruk, atau seperti apa karakter mereka, atau apakah mereka sengaja tidak melakukan sesuatu, atau apakah mereka tidak ingin melakukan sesuatu—hanya dari kualitas mereka, orang-orang seperti ini memiliki kualitas yang buruk. Di mana pun mereka berada, mereka mampu mengatakan banyak doktrin, membicarakan beberapa hal mendasar, dan membahas apa yang orang lain sebut sebagai hukum perkembangan segala sesuatu. Di luarnya mereka terlihat memiliki tingkat pemikiran yang cukup tinggi, memiliki kemampuan untuk memahami, dan terlihat cukup berkualitas. Namun, ketika diberi suatu tugas, satu atau dua bulan berlalu tanpa hasil, dan tidak terdengar kabar yang baru dari mereka. Pada saat mereka mengungkapkan tekad, mereka berbicara dengan sangat baik, tetapi ketika tiba saatnya bagi mereka untuk benar-benar melaksanakannya, mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. "Yang di Atas menjelaskan prinsip-prinsip dengan sangat jelas, jadi apa yang harus kulakukan sekarang? Siapa yang harus kutunjuk untuk menjadi pengawas, siapa yang menjadi pengkhotbah, dan siapa yang harus menangani urusan luar? Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan! Namun, aku telah mengucapkan pernyataan yang berani dan mengungkapkan tekadku, jadi aku harus melakukannya!" Mereka sangat cemas sampai-sampai terkena panas dalam dan sariawan, tidak bisa makan atau tidur, dan akhirnya terlihat begitu kusut dan kewalahan, tetapi tetap saja tidak tahu harus berbuat apa. Seperti inilah perwujudan orang yang berkualitas buruk. Jangan melihat bagaimana ketika pekerjaan diatur untuk mereka, mereka mengucapkan janji yang penuh khidmat, mengungkapkan tekad mereka, mengucapkan perkataan yang berani dan muluk-muluk dengan begitu bersemangat—engkau harus melihat apakah mereka mampu melaksanakan pekerjaan itu, apakah mereka memiliki langkah dan rencana, dan apakah mereka mengerti bagaimana cara menerapkan pengaturan kerja dan bertindak berdasarkan prinsip. Jika mereka tidak mengerti atau tidak mampu melakukan hal ini, berarti mereka memiliki kualitas yang buruk. Jika mereka hanya mengerti doktrin tetapi tidak mampu menerapkan prinsip, dan hanya bertindak secara membabi buta dan gegabah, ini juga menunjukkan kualitas yang buruk. Selama engkau tidak mampu menerapkan prinsip, hal-hal mendasar, atau hukum perkembangan segala sesuatu secara efektif dan dalam kehidupan nyata, maka entah engkau cemas atau bingung, entah engkau melakukan kesalahan yang gegabah atau tidak, ini adalah perwujudan kualitas yang buruk. Tepatkah perkataan ini? (Ya.) Ada orang yang bertindak secara membabi buta, sementara yang lain tidak tahu bagaimana cara untuk melakukannya dan tidak berani melakukannya—mereka bahkan tidak tahu harus mulai dari mana. Perwujudan spesifik orang yang berkualitas buruk, dalam hal kemampuan mereka untuk berinovasi adalah bahwa mereka tidak tahu bagaimana cara menerapkan hal-hal mendasar dan prinsip dalam pekerjaan yang spesifik dan nyata; mereka hanya mampu mengulang kata-kata, mempelajari doktrin dan menghafalkan peraturan. Sekadar menghafalkan doktrin dan peraturan tidak ada gunanya, dan tidak menunjukkan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk berinovasi. Apakah engkau memiliki kemampuan untuk berinovasi atau tidak, itu terlihat jelas dari apakah engkau mampu menerapkan hal-hal mendasar, prinsip dan aturan ini dalam kehidupan nyata, melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan hal-hal mendasar dan prinsip-prinsip ini dengan baik, sehingga hal-hal mendasar dan prinsip-prinsip ini tidak tetap menjadi sekadar kata-kata dan doktrin, peraturan dan rumusan, melainkan dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia dan diterapkan oleh orang-orang, memungkinkan orang untuk menggunakannya dan memperoleh manfaat serta bantuan darinya, menjadikannya jalan penerapan dalam hidup, atau panduan, arah serta tujuan hidup. Jika orang tidak memiliki kemampuan untuk berinovasi dan hanya tahu cara melontarkan kata-kata dan doktrin serta meneriakkan slogan, dan tidak mampu menggunakan prinsip dan hal-hal mendasar ini ketika tiba waktunya untuk melaksanakan tugas mereka, maka mereka yang mengikuti pemimpin atau pengawas seperti ini tidak akan memperoleh prinsip penerapan dalam aspek kebenaran ini. Pemimpin atau pengawas seperti ini adalah orang-orang yang berkualitas buruk, tidak mampu bekerja dan harus dilaporkan serta dikeluarkan begitu teridentifikasi. Untuk menilai apakah seseorang mampu memikul suatu bagian pekerjaan atau tidak, pertama-tama engkau harus melihat apakah setelah mereka membaca pengaturan kerja dan mengerti prinsip-prinsip kebenaran, mereka mampu mengatur dan menerapkannya, serta memulai pekerjaan itu. Sebanyak apa pun orang yang ada dalam gereja, jika mereka mampu membuat semua pekerjaan gereja itu dijalankan, dan sebanyak apa pun pekerjaan orang yang menjadi tanggung jawab mereka—apakah lima puluh atau seratus—mereka mampu membuat pekerjaan itu berkembang, memastikan semua orang memiliki tempatnya masing-masing dan dapat bekerja serta melaksanakan tugas mereka berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, maka orang seperti ini dapat dipertimbangkan untuk dipilih menjadi pemimpin atau pengawas. Tentu saja, engkau juga harus melihat seperti apa karakter mereka, apakah mereka orang yang tepat, dan apakah mereka orang yang mengejar kebenaran—mengetahui hal-hal ini sangat penting! Seorang pemimpin atau pekerja setidaknya harus memiliki kualitas dan tingkat pertumbuhan dalam aspek-aspek ini untuk dapat memimpin umat pilhan Tuhan agar masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan agar semua orang mampu bekerja dan melaksanakan tugas mereka berdasarkan pengaturan kerja atau prinsip-prisnip kebenaran—dengan demikian, umat pilihan Tuhan dapat memperoleh manfaat dari mereka. Jika mereka tidak memiliki kemampuan ini, mereka tidak boleh dipilih. Jika engkau memilih orang semacam itu, meskipun dagingmu mungkin terasa nyaman saat engkau mengikuti mereka dengan bermalas-malasan dan tidak melakukan pekerjaan apa pun setiap harinya, apakah engkau akan merasa puas di dalam rohmu? Jika engkau menghabiskan beberapa jam setiap hari dalam pertemuan untuk mendengarkan mereka mengkhotbahkan doktrin tetapi tidak melakukan pekerjaan nyata, apakah ini berarti engkau melaksanakan tugasmu? (Tidak.) Mereka mengkhotbahkan doktrin kepadamu setiap hari, dan meskipun telingamu mungkin diperkaya, engkau tidak sedang melaksanakan tugasmu dan sekadar mengikuti mereka dalam kebingungan yang tanpa tujuan. Dalam hal itu, engkau telah disesatkan dan dihalangi oleh mereka. Jika engkau terus mendengarkan mereka mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin yang kering itu, dan pada akhirnya engkau tidak melaksanakan tugasmu atau tidak menunjukkan kesetiaanmu, serta tidak memiliki pengalaman nyata dalam kebenaran, tidak mempersembahkan kesetiaan dalam apa yang telah Tuhan percayakan kepadamu, tidak melaksanakan pekerjaan atau tidak mencapai hasil apa pun—sehingga ketika Tuhan menanyakan hasil yang orang peroleh dan engkau tidak memiliki apa pun untuk kautunjukkan—bukankah engkau telah menderita kerugian? Oleh karena itu, jika engkau sebelumnya mengira bahwa orang-orang semacam ini adalah calon pemimpin, sekarang cepatlah ubah sudut pandangmu dan coret orang-orang semacam ini dari daftar calonmu. Mereka tidak boleh dipilih untuk menjadi pemimpin. Apa masalahnya dengan orang yang berkualitas buruk dan sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk berinovasi? Masalahnya adalah mereka hanya tahu bagaimana bertindak sebagai jenderal yang duduk di kursi malas, tidak pernah tahu bagaimana cara menerapkan ide-ide mereka dalam kehidupan nyata, dan tidak mampu melakukan pekerjaan yang sebenarnya. Apa akibatnya jika orang-orang semacam itu menjadi pemimpin? Mereka hanya akan mengacaukan pekerjaan. Jika mereka melayani sebagai pemimpin gereja di Tiongkok daratan, mereka akan menuntun seluruh gereja menuju kehancuran. Mereka sendiri tidak hanya gagal memperoleh kebenaran, tetapi kehidupan orang-orang yang mereka pimpin pun akan dirugikan. Jika engkau mampu segera mengidentifikasi orang-orang semacam itu dan mengeluarkan mereka, beberapa bencana akan dapat dihindari, dan pekerjaan gereja tidak akan mengalami kerugian. Namun, jika engkau tetap menjadi pengikut orang-orang tersebut dan menerima kepemimpinan mereka, harapanmu untuk memperoleh keselamatan bisa saja dihancurkan oleh mereka, dan kesempatanmu untuk memperoleh keselamatan akan hilang. Oleh karena itu, kemampuan untuk berinovasi adalah kemampuan penting bagi pemimpin atau pekerja atau pengawas. Jika engkau tidak memiliki kualitas dan kemampuan dasar untuk melaksanakan pekerjaan, engkau benar-benar harus waspada, dan tidak hanya terus maju karena semangatmu, dan engkau tidak boleh selalu ingin menonjol dan selalu ingin menjadi pemimpin atau pengawas. Melakukannya bukan saja menghalangi dirimu sendiri tetapi juga akan menghalangi orang lain sehingga tidak menerima keselamatan. Jika engkau hanya menghalangi dirimu sendiri, hanya kematianmu sendirilah yang kausebabkan, tetapi jika engkau menghalangi saudara-saudari, bukankah engkau sedang merugikan banyak orang? Engkau mungkin tidak memedulikan hidupmu sendiri, tetapi orang lain memedulikan hidup mereka. Selain itu, menghalangi kehidupanmu sehari-hari atau keberhasilan keuanganmu sendiri, itu bukan masalah, tetapi menghalangi pekerjaan gereja bukan masalah kecil. Dapatkah engkau memikul tanggung jawab seperti itu? Jika engkau benar-benar orang yang berhati nurani dan merasa bahwa hal ini adalah tanggung jawab yang signifikan, bahwa menghalangi pekerjaan gereja bukanlah sesuatu yang sanggup kaujadikan tanggung jawabmu, maka engkau sama sekali tidak boleh menggunakan cara apa pun untuk pamer dan bersaing demi menjadi pemimpin. Jika engkau tidak memiliki kualitas dan tingkat pertumbuhan, jangan selalu berusaha untuk menonjolkan diri. Jangan menghalangi pekerjaan gereja atau menghalangi umat pilihan Tuhan untuk masuk ke dalam kebenaran dan memperoleh tempat tujuan yang baik hanya untuk memuaskan keinginanmu akan otoritas—ini adalah pelanggaran! Engkau harus memiliki kesadaran diri. Lakukan apa yang mampu kaulakukan dan jangan selalu bercita-cita untuk menjadi pemimpin. Selain menjadi pemimpin, ada banyak tugas lain yang dapat kaulakukan. Menjadi pemimpin bukanlah hak eksklusifmu dan tidak seharusnya menjadi pengejaranmu. Jika engkau memiliki kualitas dan tingkat pertumbuhan untuk menjadi pemimpin, dan engkau juga memiliki rasa terbeban, maka akan lebih baik bagimu untuk membiarkan orang lain untuk memilihmu. Penerapan ini bermanfaat bagi pekerjaan gereja dan setiap orang yang terlibat. Jika engkau tidak memiliki kualitas untuk menjadi pemimpin, engkau harus menunjukkan sedikit kebaikan dan bertanggung jawab atas masa depan orang lain. Jangan selalu bersaing untuk menjadi pemimpin dan jangan menghalangi orang lain. Ingin menjadi pemimpin dan penanggung jawab pekerjaan gereja padahal memiliki kualitas yang buruk memperlihatkan tidak bernalarnya dirimu. Jika engkau tidak memiliki kualitas dan tingkat pertumbuhan, lakukan saja tugasmu sendiri dengan baik. Melaksanakan tugasmu dengan sungguh-sungguh menunjukkan bahwa engkau memiliki sedikit nalar. Lakukan pekerjaan apa pun sesuai dengan kemampuanmu; jangan memendam ambisi dan keinginan. Jangan hanya berusaha untuk memuaskan keinginan pribadimu sembari mengabaikan pekerjaan gereja—ini merugikan baik dirimu sendiri maupun gereja. Ini adalah perwujudan orang yang berkualitas buruk dalam hal kemampuan untuk berinovasi.
Semua orang yang berkualitas buruk sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk berinovasi—apalagi orang yang tidak memiliki kualitas. Orang-orang semacam itu sama sekali tidak mampu mengerti hal-hal mendasar tentang segala sesuatu, hukum perkembangan segala sesuatu, ataupun prinsip-prinsip kebenaran ketika mendengarkannya. Ketika membaca firman Tuhan, sekalipun mereka dapat melihat bahwa ini adalah prinsip-prinsip kebenaran, mereka tidak dapat mengaitkan prinsip-prinsip tersebut dengan ruang lingkup penerapannya atau dengan orang dan masalah yang berkaitan dengannya. Mereka bahkan berpikir, "Persekutuan tentang kebenaran ini terlalu terperinci, dan terlalu banyak. Setelah mendengar perkataan ini, aku bisa mengerti bahwa ini adalah prinsip, tetapi aku tidak tahu apa definisi dari prinsip-prinsip tersebut atau ruang lingkup yang dibatasi oleh prinsip-prinsip tersebut." Jika mereka bahkan tidak tahu definisi dari prinsip-prinsip tersebut. Mereka tentunya tidak tahu cara melaksanakan atau menerapkannya. Sebagai contoh, ketika terjadi sesuatu yang perlu untuk ditangani, orang lain memberi tahu mereka: "Engkau seharusnya menerapkannya berdasarkan prinsip." Mereka berkata: "Aku bahkan tidak tahu bagaimana menerapkannya berdasarkan prinsip. Aku tidak tahu prinsip mana yang berkaitan dengan masalah ini." Bahkan setelah orang lain menjelaskan kepada mereka prinsip yang harus mereka terapkan dalam menangani masalah ini, mereka tetap tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Orang-orang semacam ini memiliki kualitas yang sangat buruk; mereka bahkan tidak dapat mengerti bahasa manusia, dan terlebih lagi, tidak layak untuk dipakai. Bukankah ini memperlihatkan bahwa orang-orang semacam ini tak tertolong lagi dalam hal tidak kompetennya mereka? Orang yang tak tertolong lagi dalam hal tidak kompetennya mereka, tidak memiliki cara berpikir dan kemampuan manusia normal untuk mengerti berbagai hal, apalagi berpikir logis. Oleh karena itu, orang yang mengerti prinsip-prinsip kebenaran atau berbagai hal mendasar dan aturan tidak mungkin dapat berkomunikasi dengan orang yang tidak berkualitas; mereka tidak dapat mencapai kesepakatan, dan tentu saja, tidak memiliki bahasa yang sama. Mengapa mereka tidak dapat berkomunikasi? Ada satu masalah mendasar, yaitu karena kemampuan kedua jenis orang ini untuk menyadari, mengidentifikasi, menilai, mengerti, dan menerima berbagai hal tidak berada pada tingkat atau jalur yang sama—mereka seperti dua garis paralel yang tidak pernah berpotongan. Ini penjelasan dalam istilah yang agak abstract. Dalam istilah konkretnya, kualitas kedua jenis orang ini jauh berbeda, dan tidak berada pada tingkat yang sama. Oleh karena itu, mereka tidak akan pernah memiliki kemampuan yang sama untuk membuat penilaian, kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal, ataupun kemampuan kognitif mengenai hal yang sama. Itu berarti, hal yang mampu dikenali oleh orang berkualitas baik atau orang berkualitas rata-rata sama sekali tidak dapat dikenali oleh orang yang tidak berkualitas—mereka benar-benar tidak mampu mengenali hal ini, dan akan selamanya tidak mampu, seolah-olah mereka tidak memiliki fungsi itu. Sebagai contoh, setelah ayam betina menjadi dewasa, mereka secara alami akan bertelur. Sekalipun telur yang dihasilkannya sedikit, ayam betina akan tetap bertelur karena memiliki fungsi tersebut. Namun, sebaik apa pun ayam jantan diberi makan, mereka tidak dapat bertelur karena tidak memiliki fungsi tersebut. Ayam jantan berkata, "Meskipun aku tidak memiliki fungsi untuk bertelur, aku bisa berkokok di pagi hari!" Sesering apa pun engkau berkokok atau senyaring apa pun suaramu, itu tidak berarti engkau dapat bertelur. Ayam betina memang tidak berkokok, tetapi mereka memiliki fungsi untuk bertelur. Mengapa Aku memberimu contoh ini? Karena orang yang tidak memiliki kualitas akan mengucapkan penalaran yang menyimpang, keliru, dan tidak logis—inilah yang disebut tidak memiliki kualitas. Oleh karena itu, ketika orang-orang yang berkualitas baik, berkualitas rata-rata, atau bahkan berkualitas buruk menyampaikan dan membahas berbagai masalah dengan orang yang tidak memiliki kualitas, itu terasa canggung. Kepada orang yang berkualitas buruk, engkau masih dapat menyampaikan masalah tertentu yang sederhana dan mudah dipahami. Namun kepada orang yang tidak berkualitas, tak seorang pun dapat menyampaikan sesuatu kepada mereka, karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk memahami, dan tidak memiliki pemikiran atau sudut pandang tentang apa pun. Inilah gambaran atau penjelasan tentang orang yang tidak berkualitas. Ketika engkau menyampaikan sesuatu kepada mereka, meskipun engkau menjelaskannya secara menyeluruh dan jelas, dan mereka mungkin berkata bahwa mereka mengerti, tetapi ketika hal yang sama kembali terjadi, mereka tetap tidak mengerti dan akan kembali mengucapkan penalaran yang menyimpang dan keliru. Katakan kepada-Ku, dapatkah orang-orang semacam itu mengerti kebenaran? (Tidak.) Mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi atau menyadari berbagai hal—bagaimana mungkin mereka dapat mengerti kebenaran? Menganggap mereka dapat mengerti kebenaran hanyalah omong kosong. Orang-orang yang tidak berkualitas tidak memiliki kemampuan untuk berinovasi, sehingga perwujudan mereka dalam hal ini adalah seperti ini. Karena mereka tidak mengerti hal-hal mendasar atau prinsip apa pun, mereka tidak memiliki perencanaan dalam apa pun yang mereka lakukan. Di benaknya, mereka tidak memiliki rencana atau langkah apa pun, dan terlebih lagi, tidak mampu menerapkan hal-hal mendasar atau prinsip apa pun. Apa pun yang mereka lakukan, itu benar-benar kacau, sepenuhnya bingung. Orang-orang semacam itu hanya dapat mengerahkan upaya fisik dan melakukan tugas-tugas kasar. Mereka hampir tidak mampu melakukan pekerjaan tunggal yang sederhana; bagaimanapun juga, mereka hanyalah orang biasa, yang hanya mampu melakukan satu tugas, tetapi ketika situasinya meningkat ke tingkat melaksanakan bidang pekerjaan tertentu, mereka tidak lagi kompeten untuk pekerjaan itu. Orang-orang semacam itu tidak mampu melaksanakan pekerjaan apa pun yang bernilai atau yang menuntut keterampilan teknis. Mereka hanya mampu melakukan beberapa pekerjaan kecil seperti pekerjaan kasar, pekerjaan bertani atau beternak, dan bahkan mengerjakan itu pun, mereka perlu didampingi pengawas yang mengawasi dan mendukung mereka. Terkadang, ketika suasana hati mereka sedang buruk, seseorang perlu mencerahkan hati mereka; dan terkadang ketika mereka berada dalam keadaan menyimpang atau menjadi negatif, seseorang harus menasihati mereka dalam cara berpikir mereka. Bahkan untuk tugas-tugas kecil, seseorang perlu memeriksa apa yang mereka lakukan; jika tidak, masalah dan kesalahan akan muncul, dan pekerjaan harus dikerjakan ulang. Jika tidak membuang-buang bahan, mereka membuang-buang tenaga, atau air, listrik, dan gas. Di negara-negara Barat, mereka selalu dilaporkan oleh orang lain dan didenda oleh polisi. Tanpa ada orang yang mengawasi mereka, mereka bahkan tidak mampu melakukan pekerjaan kecil dengan semestinya—mereka memang bermasalah dan menyedihkan seperti ini. Inilah perwujudan orang yang tidak berkualitas. Bukankah orang-orang semacam ini hanyalah orang yang tidak berguna dan bodoh? Masih dapatkah mereka dipakai sebagai manusia? Sebenarnya, di rumah Tuhan, orang-orang semacam ini hanya dapat mengerahkan sedikit upaya fisik. Dalam hal pekerjaan gereja, mereka tidak dapat melakukannya; mereka tidak mampu melakukan apa pun. Bahkan untuk pekerjaan yang menuntut upaya fisik pun, mereka tidak dapat menyelesaikannya secara mandiri dan tetap membutuhkan orang lain untuk memberi instruksi, mengawasi, dan memeriksa apa yang mereka lakukan. Namun ketika melaksanakan tugas yang menuntut upaya fisik, mereka tetap merasa bahwa melakukannya berarti menyia-nyiakan bakat mereka, bahwa keahlian mereka terlalu tinggi untuk tugas itu, sehingga mereka bersikap menentang, bahkan mengeluh: "Lihatlah orang-orang yang melaksanakan pekerjaan komputer teknis, menulis artikel, menyanyi, dan menari, atau berakting—betapa glamornya mereka! Sedangkan aku, aku hanya menerima orang di rumahku dan memasak, berurusan dengan lemak dan asap sepanjang hari. Dalam beberapa tahun, aku akan berubah menjadi wanita yang kurus kering. Lihat betapa menyedihkannya aku!" Mereka selalu merasa melaksanakan pekerjaan ini sangat menyedihkan, tetapi tidak pernah berhenti untuk berpikir mengapa mereka hanya dapat melakukan pekerjaan semacam ini. Mereka tidak mengukur apakan mereka benar-benar mampu melaksanakan pekerjaan lain. Karena kualitas mereka buruk, mereka selalu merasa kesal ketika melaksanakan tugas-tugas tertentu yang membutuhkan upaya fisik. Jika kualitas mereka benar-benar baik, mereka tidak akan merasa kesal. Kualitas mereka sudah sangat buruk sehingga mereka hanya dapat melaksanakan tugas-tugas fisik, tetapi masih merasa bahwa melaksanakannya berarti menyia-nyiakan bakat mereka. Bukankah mereka orang yang bodoh? Orang-orang seperti ini sangat bodoh. Orang-orang semacam ini bahkan tidak mampu melaksanakan tugas yang membutuhkan upaya fisik dengan semestinya. Ketika memasak, mereka memasak terlalu banyak atau terlalu sedikit, dan sekalipun mereka sudah lama memasak, mereka tetap tidak tahu pola apa yang harus mereka ikuti dalam melakukannya. Meski demikian, mereka tetap merasa bahwa melaksanakan tugas semacam itu berarti menyia-nyiakan bakat mereka, bahwa keahlian mereka terlalu tinggi untuk tugas-tugas itu, dan menganggap bahwa mereka seharusnya tidak melaksanakan tugas yang membutuhkan upaya fisik. Mereka yakin bahwa mereka seharusnya bekerja di kantor sebagai sekretaris, memikul beberapa bagian pekerjaan di rumah Tuhan, atau setidaknya, melayani sebagai pemimpin gereja. Bukankah ini sepenuhnya tidak bernalar? Katakan kepada-Ku, dalam pekerjaan apa engkau kompeten? Jika engkau tidak kompeten dalam pekerjaan apa pun, dan rumah Tuhan masih menyediakan tugas yang membutuhkan upaya fisik bagimu, bukankah ini adalah peninggian terhadapmu? Namun, engkau masih merasa tidak puas. Bukankah nalarmu benar-benar sangat buruk? (Ya.) Adakah hubungan antara nalar dan kualitas? (Ya.) Jika orang tidak mengenal dirinya sendiri, tidak mengetahui tingkat kualitas dirinya, selalu menganggap kualitasnya tinggi—bukankah ini adalah perwujudan kualitas yang buruk? (Ya.) Orang-orang yang berkualitas baik akan mengetahui cara untuk menilai dirinya sendiri, dan setelah menilai, mereka akan mengetahui tingkat kualitas mereka. Setelah menentukan seperti apa kualitas mereka, mereka akan mampu menemukan tempat mereka di gereja. Mereka akan merasa tenang apa pun yang mereka lakukan, dan akan mampu memperlakukan tugas yang mereka laksanakan dengan bernalar. Sekalipun mereka diberi tugas yang membutuhkan upaya fisik, mereka akan merasa tenang dan dapat dibenarkan dalam melaksanakannya; di lubuk hatinya, mereka akan tunduk dan menyetujuinya, menerima pekerjaan dan tugas ini. Inilah yang disebut bernalar. Jika orang tidak pernah merasa tenang ketika melaksanakan tugas mereka, selalu merasa dirugikan, dan merasa tugas apa pun yang diminta untuk mereka laksanakan berarti menyia-nyiakan bakat mereka, bukankah itu berarti mereka tidak bernalar?
Sekarang kita telah selesai membahas yang terakhir dari sebelas kemampuan untuk mengukur kualitas orang, yakni kemampuan untuk berinovasi. Setelah mempersekutukan sebelas kemampuan ini, apakah engkau semua agak lebih jelas tentang kualitasmu sendiri? (Ya.) Lalu, apakah engkau semua dapat mengukurnya? Dapatkah engkau mengukur dengan tepat seperti apa sebenarnya kualitasmu? Terdapat standar pengukuran dalam hal menentukan apakah engkau sendiri berkualitas baik, berkualitas rata-rata, berkualitas buruk, atau tidak berkualitas—engkau tidak dapat melihat hanya satu aspek; itu harus diukur secara menyeluruh. Lalu, aspek apa saja yang harus diperhatikan untuk mengukur kualitas seseorang? Dilihat dari perwujudan kesebelas kemampuan yang kita persekutukan, untuk dapat dinilai sebagai orang yang berkualitas baik, orang setidaknya harus memiliki beberapa kemampuan yang relatif penting. Pikirkan sejenak: manakah dari kesebelas kemampuan yang merupakan kemampuan utama yang dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki kualitas yang baik? Dapatkah engkau mengukurnya? Urutannya haruslah dari kemampuan yang terakhir ke kemampuan yang pertama: orang yang berkualitas baik harus setidaknya memiliki kemampuan untuk berinovasi; selanjutnya kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, kemampuan untuk mengambil keputusan, dan kemampuan untuk menanggapi berbagai hal; kemudian ada kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal, kemampuan untuk membuat penilaian, dan kemampuan kognitif; dan akhirnya, ada kemampuan untuk menerima sesuatu, kemampuan untuk memahami, kemampuan untuk mengerti berbagai hal, dan kemampuan untuk belajar. Urutannya seperti ini. Mengapa urutannya dibalik? Urutan yang kita susun pada awalnya adalah dari rendah ke tinggi, tetapi untuk mengukur orang yang berkualitas baik, urutannya adalah dari tinggi ke rendah. Orang yang berkualitas baik setidaknya harus memiliki kemampuan untuk berinovasi. Ini dicapai di atas landasan sudah memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal, dan kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Jika engkau mampu menyadari, mengidentifikasi, dan menilai berbagai hal, dan engkau juga memiliki kemampuan untuk mengerti berbagai hal, dan kemudian engkau mampu berinovasi, itu menjadikanmu orang yang berkualitas baik. Orang-orang seperti ini adalah mereka yang memiliki kemampuan kepemimpinan, mampu memasuki tingkat pengambilan keputusan; mereka berbakat untuk menjadi pemimpin, dan mampu memimpin bidang pekerjaan tertentu. Mereka adalah orang-orang yang berkualitas baik. Orang yang berkualitas rata-rata adalah mereka yang kemampuannya dalam semua aspek, dari kemampuan untuk berinovasi hingga kemampuan untuk belajar, semuanya rata-rata. Efisiensi dan hasil yang mereka peroleh dalam melakukan sesuatu hanya rata-rata. Orang-orang seperti ini adalah orang yang berkualitas rata-rata. Apa perwujudan utama orang yang berkualitas rata-rata? Itu terlihat dari pemahaman dan pengertian mereka tentang prinsip yang kurang mendalam dan kurang akurat. Ketika melaksanakan dan menerapkan, selalu terdapat celah dan penyimpangan. Mereka selalu melewatkan sesuatu, melupakan ini dan itu, dan tidak dapat memperhitungkan segala sesuatunya secara menyeluruh. Sebagai contoh, mereka dipilih untuk menjadi pemimpin gereja tetapi tidak mampu menjadi penanggung jawab atas semua aspek pekerjaan secara menyeluruh. Ketika menjadi penanggung jawab atas pekerjaan penginjilan, mereka hanya berfokus pada pekerjaan penginjilan dan tidak mampu melakukan pekerjaan lainnya. Mereka mungkin membuat pekerjaan penginjilan itu berjalan tetapi tidak punya waktu untuk mengajukan pertanyaan tentang pekerjaan tulis-menulis atau pekerjaan pembuatan film. Mengapa demikian? Karena kualitas mereka secara keseluruhan hanyalah rata-rata dan mereka hanya mampu menangani satu aspek pekerjaan; mereka hampir tidak mampu kompeten dalam satu bidang pekerjaan, tetapi ketika diminta juga untuk menangani pekerjaan lainnya, mereka mengeluh dengan getir dan menjadi kewalahan, tidak mampu melaksanakan pekerjaan apa pun dengan baik. Dalam pekerjaan mereka, harus selalu ada seseorang yang mengawasi, mengingatkan, menginspeksi, dan memeriksa apa yang mereka lakukan. Harus selalu ada seseorang di samping mereka yang mendukung, mempersekutukan kebenaran, berulang kali menekankan prinsip-prinsip pekerjaan dan berbagai penyimpangan dan celah yang mungkin terjadi. Harus selalu ada seseorang yang mengingatkan mereka. Mengapa mereka selalu membutuhkan seseorang untuk mengingatkan dan memberi mereka pengarahan? Bukan karena pengalaman kerja mereka kurang memadai, tetapi karena kualitas mereka hanya rata-rata. Mereka tidak dapat mengantisipasi situasi dan masalah yang mungkin akan muncul, atau apa yang mampu mereka antisipasi sangatlah terbatas. Oleh karena itu, harus selalu ada seseorang di samping mereka yang membimbing, memeriksa, dan menindaklanjuti, yang sering bertanya kepada mereka. Ketika ditanya, ternyata mereka belum melakukan bagian pekerjaan ini atau lupa melakukan bagian pekerjaan itu; jika tidak, mereka mengabaikan beberapa aspek atau tidak tahu bagaimana harus melanjutkan, tetapi tetap tidak tahu harus bertanya kepada siapa atau bagaimana harus mencari, dan tetap terus menunggu. Singkatnya, kemampuan mereka untuk kompeten dalam bekerja sangatlah rata-rata. "Rata-rata" ini tidak ada hubungannya dengan seberapa bertekadnya mereka, seberapa kuatnya mereka, seberapa senangnya mereka dalam melaksanakan pekerjaan, atau seberapa banyak mereka mampu menanggung kesukaran dan membayar harga—itu tidak ada hubungannya dengan hal-hal ini, melainkan hanya mengacu pada kemampuan kerja mereka yang rata-rata. Sebaliknya, orang-orang yang berkualitas baik pada dasarnya tidak melakukan kesalahan besar dalam pekerjaan mereka. Prinsip, arah dan kerangka kerja keseluruhan yang mereka ikuti pada dasarnya akurat. Meskipun mereka mungkin mengabaikan beberapa rincian kecil, rincian ini tidak memengaruhi efisiensi dan hasil pekerjaan secara keseluruhan. Seperti inilah orang-orang yang berkualitas baik itu. Tentu saja tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan orang yang berkualitas baik pun mungkin memiliki beberapa celah kecil dalam pekerjaan mereka, terkadang mengabaikan sesuatu untuk sementara waktu, atau sedikit mengabaikan satu bagian pekerjaan karena pada saat itu mereka sangat sibuk dengan pekerjaan lainnya. Namun, hanya dalam hal kualitas mereka, mereka mampu dengan cepat membalikkan keadaan serta mengelola dan mengendalikannya, memastikan keseluruhan pekerjaan itu pada dasarnya bebas dari kesalahan, dan keseluruhan pekerjaan secara umum dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, dengan pengaturan kerja, atau dengan ketentuan dalam ketetapan administratif, memastikannya berjalan dengan tertib. Bahkan ketika para antikristus atau orang-orang jahat muncul untuk menyebabkan gangguan dalam ruang lingkup pekerjaan mereka, karena mereka memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal, mereka akan segera menangani situasi tersebut. Mereka akan menangani dan menyelesaikan masalah pada kesempatan pertama, memastikan pekerjaan gereja segera kembali ke jalur yang benar dan lingkungan bagi saudara-saudari untuk melaksanakan tugas mereka tidak terpengaruh. Bahkan ketika situasi yang tidak terduga terjadi, orang-orang yang berkualitas baik akan tahu cara menanganinya. Sekalipun mereka belum pernah menangani situasi semacam itu sebelumnya, mereka akan tahu bagaimana mencari prinsip-prinsipnya. Karena mereka memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, menilai, dan menyadari berbagai hal, mereka akan segera menyelesaikan masalah berdasarkan prinsip. Mereka benar-benar memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan mereka untuk mengidentifikasi berbagai hal, menanggapi berbagai hal, dan membuat penilaian membuat mereka mampu untuk segera meredakan dan menenangkan situasi yang tidak terduga, dan dengan cara demikian menjaga kemajuan pekerjaan gereja yang normal dan tertib serta melindungi kepentingan rumah Tuhan, memastikan situasi semacam itu tidak terjadi lagi atau tetap tidak ditenangkan untuk waktu yang lama. Pada saat yang sama, prinsip yang mereka gunakan untuk menangani berbagai hal dan hasil akhir yang mereka peroleh, keduanya berfungsi untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan. Efisiensi yang tinggi dan hasil yang baik adalah hal yang mampu dicapai oleh orang-orang yang berkualitas baik dalam pekerjaan mereka. Namun, ketika orang yang berkualitas rata-rata menangani masalah yang muncul dalam pekerjaan gereja atau dalam kehidupan sehari-hari, mereka agak kewalahan dan merasa agak kesulitan. Cara mereka menangani masalah sering kali tidak efisien dan sangat lambat. Untuk masalah yang seharusnya diselesaikan dalam satu atau dua hari, karena mereka tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang masalah itu, mereka mungkin harus menunggu, dan harus merenungkannya selama tiga atau lima hari. Mereka tidak mampu mengambil keputusan yang tegas untuk membalikkan keadaan tetapi malah tidak berdaya, dan hanya dapat membiarkan keadaan menjadi makin memburuk. Mereka hanya dapat menangani beberapa tugas sederhana, seperti memverifikasi fakta, menanyai orang-orang terkait tentang keadaan tersebut, atau memilah masalah serta melaporkannya ke atas. Masalah yang dapat orang lain selesaikan dalam dua hari, mungkin membutuhkan setengah bulan untuk mereka selesaikan. Meskipun pada akhirnya masalah tersebut dapat diselesaikan, penundaan yang berkepanjangan telah menyebabkan pekerjaan gereja mengalami kerugian. Selama masa ini, beberapa orang mungkin disesatkan oleh antikristus, uang persembahan mungkin hilang, atau bagian pekerjaan tertentu mungkin mengalami kerugian karena masalah tidak segera diselesaikan. Meskipun sesudahnya kompensasi atau ganti rugi diberikan, dan orang-orang yang seharusnya ditangani pada akhirnya ditangani, hasil dan efisiensinya sangatlah rata-rata. Seperti halnya memadamkan api: orang yang berkualitas baik memiliki keahlian untuk memadamkan api, memperoleh hasil yang baik dan mencegah kerugian finansial. Namun, orang yang berkualitas rata-rata, karena metode yang tidak tepat, tidak tahu cara bertindak pada saat darurat, bertindak dengan lambat, tidak mampu mengambil keputusan yang tegas dan tidak memahami poin-poin penting untuk menyelesaikan masalah, dan pada akhirnya menyebabkan kerugian yang lebih besar. Ada orang-orang yang berkata, "Aku bersedia membayar ganti rugi atas kerugian yang kusebabkan." Jika itu hanya kerugian ekonomi, ganti rugi dapat menyelesaikan masalah. Namun, jika dihadapkan dengan penangkapan si naga merah yang sangat besar dan engkau gagal menangani hal itu dengan semestinya, sehingga pekerjaan gereja mengalami kerugian, dapatkah engkau membayar ganti rugi atas hal itu? Dapatkah engkau membayar ganti rugi atas pekerjaan yang tertunda dan waktu yang hilang? Ketika kejadian yang tidak diharapkan terjadi, karena kemampuan untuk menanggapi berbagai hal, membuat penilaian, mengidentifikasi berbagai hal, dan bahkan kemampuan untuk mengambil keputusan dari orang yang berkualitas rata-rata semuanya hanya rata-rata, mereka pun menangani masalah dengan lambat dan dengan efisiensi yang sangat rendah, dan tindakan darurat mereka tidak efektif, yang pada akhirnya membuahkan hasil pekerjaan yang tidak memuaskan dan beberapa kerugian. Meskipun masalah pada akhirnya dapat diselesaikan, karena terjadi penundaan berkepanjangan dan berkurangnya efisiensi, ini merupakan suatu kerugian. Oleh karena itu, orang-orang ini digolongkan sebagai orang yang berkualitas rata-rata. Ada orang yang berkata, "Itu tidak adil. Mereka juga berusaha, bekerja keras, dan menyelesaikan masalah. Mengapa Engkau tetap menganggap mereka berkualitas rata-rata?" Menilai hal-hal semacam ini tidak dapat didasarkan pada emosi atau perasaan. Secara objektif dan adil, dalam hal tingkat yang dapat dicapai kualitas seseorang, kualitasmu itu rata-rata. Mengapa rata-rata? Karena ada orang-orang yang kualitasnya lebih tinggi daripadamu; dalam keadaan di mana kemanusiaan mereka kira-kira sama dengan kemanusiaanmu, orang-orang yang berkualitas baik menangani masalah dengan lebih efisien dan dengan hasil yang lebih baik daripadamu, dan kerugiannya lebih kecil daripadamu. Oleh karena itu, kualitasmu hanya dapat digolongkan sebagai rata-rata. Mengertikah engkau? (Ya.) Alasan orang-orang seperti ini digolongkan sebagai orang yang berkualitas rata-rata adalah karena terdapat orang-orang berkualitas baik yang dalam tindakannya mencapai efisiensi dan hasil yang lebih baik daripada mereka. Oleh karena itu, kualitas mereka rata-rata. Penjelasan ini adil dan masuk akal. Ada orang yang berkata, "Mereka memiliki ketulusan, dan melaksanakan tugas ini dengan segenap hati; mereka menanggung banyak kesukaran dan membayar harga yang tidak sedikit." Apa gunanya mengatakan hal itu? Apakah itu berarti mereka memiliki kualitas yang baik? Seperti apa pun kemanusiaan, emosi, atau keinginan mereka, hanya dalam hal kualitas mereka, seperti inilah perwujudan orang yang berkualitas rata-rata.
Apa sajakah perwujudan orang yang berkualitas buruk? Dilihat dari perspektif berbagai kemampuan, orang yang berkualitas buruk relatif memiliki sedikit kemampuan untuk belajar dan kemampuan untuk mengerti berbagai hal. Ketika mereka mempelajari pengetahuan, teori, keterampilan profesional, atau bidang studi akademis tertentu, mereka mampu mengingatnya dengan kuat dan akurat, mencatat poin-poin penting di buku catatan mereka. Karena mereka telah menerima pendidikan, kemampuan mereka untuk mengerti berbagai hal tidaklah terlalu buruk; itu dapat mencapai tingkat rata-rata. Namun, mereka tidak memiliki kemampuan yang muncul setelah kemampuan untuk memahami, seperti kemampuan untuk menerima sesuatu dan kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal. Itu berarti, kemampuan mereka tetap terbatas pada mempelajari dan mengerti teori, pengetahuan, keterampilan teknis, atau profesi pada tingkat teks. Dalam hal memandang orang, menangani berbagai hal, menyelesaikan masalah, dan menerapkan pengaturan kerja dalam kehidupan nyata, mereka sangat kurang. Kemampuan mereka tetap terbatas pada kemampuan untuk belajar dan kemampuan untuk mengerti berbagai hal; mereka dapat mencapai kemampuan untuk memahami, tetapi sangat kurang dalam hal kemampuan untuk menerima sesuatu. Orang yang memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu dapat mengetahui hal-hal apa saja dalam kehidupan nyata yang berkaitan dengan prinsip, teori dan hal-hal mendasar ini, serta manakah yang praktis dan dapat diterapkan, manakah yang tidak praktis, dan manakah yang sesuai bagi diri mereka sendiri dan mana yang tidak. Namun, orang-orang berkualitas buruk tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal ini. Sebagai contoh, ada berbagai pengetahuan tentang kesehatan dan materi latihan kebugaran yang tersedia di internet. Orang-orang yang berkualitas buruk juga dapat mempelajari cara berolahraga dan merawat diri sendiri dari sumber-sumber ini. Mereka memiliki kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk mengerti berbagai hal, dan kemampuan untuk memahami, dan mereka juga tahu cara menemukan apa yang mereka sukai. Namun, mengenai yang manakah dari hal-hal ini yang praktis, efektif, dan benar-benar dibutuhkan manusia, orang yang berkualitas buruk tidak dapat mengidentifikasi hal ini. Mereka sangat kurang dalam hal kemampuan untuk menerima sesuatu. Hari ini, dikatakan di internet bahwa bayam yang direbus dengan tahu sangat bergizi, jadi mereka memakannya setiap hari. Namun setelah memakannya selama beberapa waktu, mereka tidak tahu seperti apa efeknya atau apakah efeknya akan seperti yang dinyatakan di internet. Beberapa waktu kemudian, dikatakan di internet bahwa bayam dengan tahu tidak cocok, dan setelah mendengarnya, mereka tidak pernah lagi makan bayam yang direbus dengan tahu. Mengenai apakah bayam dan tahu benar-benar sangat bergizi atau tidak cocok, mereka tidak mengetahuinya dan tidak akan bertanya; mereka hanya tahu untuk mengikuti secara membabi buta. Informasi sangat berkembang belakangan ini; berbagai berita sangatlah kompleks. Mereka tidak dapat mengidentifikasi apa yang tepat dan apa yang keliru atau apa yang benar dan apa yang salah. Mereka membaca dan mendengarkan segala sesuatu, yakin bahwa apa pun yang belum pernah mereka dengar sebelumnya, apa pun yang baru atau terdengar mendalam, pasti merupakan hal yang baik. Sebagai contoh, dikatakan di internet bahwa makan cokelat itu baik bagi jantung, jadi mereka makan cokelat setiap hari. Akibatnya, mereka terkena panas dalam, sariawan, mata merah, dan telinga berdenging. Sebenarnya, yang dikatakan adalah bahwa makan cokelat secukupnya baik untuk jantung, tetapi mereka tidak ingat kata "secukupnya" tersebut. Mereka tidak mampu memahami poin pentingnya dan akhirnya merugikan diri mereka sendiri. Beberapa hari kemudian, kini dikatakan di internet: "Makan cokelat itu tidak baik bagi jantung, dan makan terlalu banyak juga dapat menyebabkan kegemukan." Orang yang mampu mengidentifikasi akan tahu bahwa makan terlalu banyak tidak baik untuk tubuh, tetapi makan secukupnya tidak masalah. Namun, mereka tidak dapat mengidentifikasi hal ini; setelah mendengarnya, mereka berhenti makan cokelat sama sekali. Mereka melakukan satu ekstrem atau ekstrem lainnya, entah terlalu condong ke kiri atau terlalu condong ke kanan, tetapi mereka menganggap diri mereka orang yang paling mutakhir: "Lihat, apa pun yang baik menurut internet, aku memakannya; apa pun yang tidak baik menurut internet, aku tidak memakannya. Aku orang yang selalu mengikuti tren terbaru." Padahal sebenarnya, mereka adalah orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal, orang-orang bingung yang mengikuti pendapat orang banyak secara membabi buta. Ada berbagai macam informasi di internet, dan sebagian besar klaim itu tidak akurat. Tentu saja, ada juga sejumlah kecil informasi dan klaim yang benar. Engkau harus mampu mengidentifikasi hal-hal tersebut. Mengenai berbagai informasi yang engkau terima, engkau harus mengukurnya berdasarkan kebutuhanmu, apakah itu bermanfaat bagimu, dan apakah informasi itu positif atau tidak. Orang yang berkualitas buruk tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi hal-hal tersebut. Mereka kurang dalam semua kemampuan mulai dari tingkat kemampuan untuk menerima sesuatu hingga kemampuan selanjutnya. Mereka tetap terbatas pada mempelajari dan mengerti berbagai hal pada tingkat teks, teori, dan pengetahuan, memiliki sedikit kemampuan untuk memahami. Namun, untuk mengidentifikasi lebih jauh tentang benar tidaknya berbagai klaim, dan apakah klaim tersebut bernilai dan berarti, orang yang berkualitas buruk tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan mengidentifikasi hal ini. Kemudian ada kemampuan untuk menanggapi berbagai hal, yang juga tidak dimiliki oleh orang yang berkualitas buruk. Ketika menghadapi berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan nyata atau dalam perjalanan bertahan hidup, mereka tidak mampu menangani semua itu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran yang mereka ketahui atau yang telah mereka pahami. Sekalipun mereka mampu mengkhotbahkan banyak kata dan doktrin, semua ini kosong dan tidak nyata. Untuk masalah yang terjadi di sekitar mereka atau dalam perjalanan bertahan hidup, mereka mengandalkan trik-trik kecil mereka sendiri untuk mengatasinya; mereka hanya berusaha untuk menghindari kerugian, dan hanya itu, sembari gagal mencapai tingkat mengalami, memahami, atau memverifikasi prinsip-prinsip yang telah mereka pahami. Lebih jauh lagi, mereka yang berkualitas buruk juga tidak memiliki kemampuan kognitif. Itu berarti, ketika muncul masalah apa pun, mereka tidak dapat menyimpulkan sesuatu ataupun mengenali esensi dari masalah itu sendiri, akar masalah di baliknya, atau akibat yang akan ditimbulkannya di masa mendatang. Orang yang berkualitas buruk sama sekali tidak tahu bagaimana cara memikirkan hal-hal ini, apalagi menerapkan kebenaran atau prinsip dan hukum tentang berbagai hal yang telah mereka pahami untuk menghadapi dan menangani masalah semacam itu. Karena kualitas mereka rendah, cara berpikir mereka pun sederhana dan dangkal, dan perspektif mereka terhadap berbagai hal pun menyimpang. Selain itu, yang jauh lebih bermasalah adalah bahwa mereka tidak tahu dari perspektif apa mereka dapat memandang sesuatu dengan benar. Oleh karena itu, mereka tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang esensi dari segala sesuatu, dan tidak dapat menilai benar tidaknya sesuatu atau apakah sesuatu itu benar atau salah. Tanpa menilai, mereka tidak dapat mengidentifikasi; sehingga tentu saja, mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai hal, apalagi kemampuan untuk mengambil keputusan. Ada orang yang berkata, "Orang yang berkualitas buruk juga tahu apa yang harus dimakan dan dikenakan setiap hari, dan mampu mengelola kehidupannya sehari-hari." Bukan itu yang dimaksud dengan memiliki kualitas. Memiliki kualitas berarti orang mampu menangani berbagai masalah esensial yang dihadapi dalam kehidupan dan dalam perjalanannya bertahan hidup berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran yang dimengerti olehnya. Berbagai masalah yang orang hadapi dalam kehidupan meliputi menilai orang, menangani suatu masalah, dan sebagainya. Masalah yang orang hadapi dalam perjalanan bertahan hidup meliputi menghadapi masalah-masalah besar tentang yang benar dan yang salah, lingkungan yang diatur bagimu oleh Tuhan, kedaulatan Tuhan, hal-hal yang berkaitan dengan prospek dan tempat tujuan serta bagaimana memilih jalan ke depan, dan sebagainya—semua ini termasuk masalah yang berkaitan dengan bertahan hidup. Jika orang tidak memiliki kemampuan untuk menangani masalah yang terjadi dalam kehidupan atau dalam perjalanan bertahan hidup, ini berarti mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Orang-orang seperti itu kosong secara mental, jadi membahas tentang kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal kepada mereka agak tidak beralasan. Tentu saja, kemampuan yang terakhir, yakni kemampuan untuk berinovasi, terlebih lagi berada di luar jangkauan orang-orang yang berkualitas buruk. Itu seperti membahas singa atau harimaukah yang merupakan raja atas binatang buas. Setidaknya, keduanya adalah calon yang memenuhi syarat karena baik singa maupun harimau memiliki sikap dan kemampuan untuk menjadi penguasa di antara binatang buas. Masing-masing dari mereka memiliki kelebihannya sendiri, dan ketika dibandingkan, mereka mungkin seimbang, yang membuat mereka memenuhi syarat untuk bersaing memperebutkan gelar raja atas binatang buas. Jika engkau membandingkan rusa liar, rusa besar, atau yak dengan singa dan harimau untuk menentukan raja atas binatang buas, orang-orang akan menertawakanmu. Mengapa mereka akan menertawakanmu? (Karena binatang-binatang ini tidak sebanding.) Mereka tidak berada pada tingkat yang sama, tidak berada pada golongan bobot yang sama; mereka tidak sebanding. Demikian pula, orang-orang yang berkualitas buruk tidak memiliki pemikiran apa pun, dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari orang, peristiwa, atau hal apa pun pada tingkat mental. Oleh karena itu, tidak ada gunanya untuk membahas apakah orang-orang seperti itu memiliki kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal. Kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal relatif maju dan berlaku bagi orang-orang yang berkualitas baik. Apalagi kemampuan untuk berinovasi, itu terlebih lagi berlaku bagi orang-orang yang berkualitas baik. Kemampuan untuk berinovasi dinilai dari kemampuan orang untuk secara nyata menangani apa pun dalam kehidupan nyata. Orang-orang yang berkualitas buruk bukan saja tidak memiliki pemikiran dan langkah dalam apa pun yang mereka lakukan, tetapi mereka juga tidak memiliki kemampuan unutk menyelesaikan sesuatu, jadi mereka tidak dapat dianggap memiliki kemampuan untuk berinovasi. Jadi, kemampuan apakah yang dimiliki oleh orang-orang yang tidak berkualitas? Sebagian besar orang yang tidak berkualitas memiliki ciri yang sama: mereka tidak memiliki kelebihan. Dalam hal kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu, mereka tidak memilikinya; dalam hal kelebihan teknis atau profesional, mereka juga tidak memilikinya; bahkan dalam hal melaksanakan tugas yang paling sederhana, seperti bersih-bersih, mereka tidak memiliki solusi yang cepat dan ringkas, tidak ada langkah, dan tidak ada urutan. Dari pelaksanaan pekerjaan yang sederhana, engkau dapat melihat seperti apa sebenarnya ciri-ciri orang yang tidak berkualitas. Ciri paling jelas adalah mereka tidak memiliki kemampuan dalam setiap aspek. Sederhananya, mereka bahkan tidak mampu mengelola kehidupan manusiawi mereka sendiri atau kebutuhan mereka yang paling dasar—semuanya itu benar-benar kacau dan tanpa prinsip apa pun. Deskripsi yang paling akurat tentang orang yang tidak berkualitas adalah mereka tidak mampu mencapai apa pun dan hidup hanya untuk memuaskan kebutuhan dasar mereka sehari-hari—tidak lebih dari itu. Berbagai perwujudan orang dengan tingkat kualitas berbeda, beserta ciri dari kualitas dan kemampuan yang mereka miliki, semuanya telah diterangkan dengan jelas. Jika engkau semua sudah mengerti, engkau akan mampu mengetahui cara untuk mengidentifikasi dan memperlakukan orang yang memiliki kualitas berbeda.
Setelah mempersekutukan apa yang dimaksud dengan kualitas, serta bagaimana membagi tingkatan dan jenis kualitas yang orang miliki, setelah engkau semua selesai mendengarkannya, apakah engkau memperoleh manfaat? (Ya.) Apakah engkau benar-benar tahu bahwa kualitasmu sendiri buruk? (Ya.) Ada orang yang tidak berkualitas berkata: "Mengapa aku tidak memiliki kualitas? Sekalipun hanya memiliki kualitas rata-rata atau buruk, itu masih tidak apa-apa." Tak seorang pun mau tergolong tingkatan orang yang tidak berkualitas, orang idiot, bodoh, atau tidak berguna, tetapi pada kenyataannya, jika diukur berdasarkan perwujudan utama mereka dan hasil dari pelaksanaan tugas mereka selama bertahun-tahun, beberapa orang memang termasuk dalam tingkatan orang yang tidak berkualitas. Apakah ini membuat beberapa orang menjadi negatif? Jika banyak hal tidak diterangkan dengan jelas, orang akan dengan bodohnya berpikir, "Aku memiliki kemampuan, aku memiliki kesanggupan, aku ini bijak, kualitasku tidak buruk, aku ini mulia, aku adalah seseorang di dalam kerajaan Tuhan, aku adalah pilar, sokoguru," dengan bodohnya berpegang teguh pada angan-angan mereka, merasa cukup baik, cukup percaya diri, mengira bahwa mereka berpotensi dan ada harapan; bahwa mereka tidak negatif, dan hidup dengan memiliki tujuan. Namun setelah mengetahui kenyataan sebenarnya, mereka kemudian menjadi sedih, berpikir, "Bukankah ini berarti tidak ada harapan bagiku untuk menerima keselamatan?" dan terjerumus dalam keadaan negatif. Jika hal-hal ini tidak diterangkan dengan jelas, orang akan dengan bodohnya bersikap congkak; makin bodoh seseorang, makin mereka menjadi congkak, dan makin tak terbatas kecongkakan mereka. Mereka yang cerdas, setelah menerima perbekalan kebenaran selama bertahun-tahun ini, akan merenungkan dan memeriksa diri mereka, akan membandingkan kebenaran dengan diri mereka, dan lambat laun perwujudan watak rusak mereka akan berkurang. Makin buruk kualitas seseorang, makin mereka bersikap congkak dengan bodohnya. Bukankah ada pepatah yang mengatakan: "Mereka bukan siapa-siapa, tetapi tidak tunduk kepada siapa pun"? Pepatah ini cukup tepat; mereka yang bukan siapa-siapa tidak tunduk kepada siapa pun. Mengapa? Karena kualitas mereka terlalu buruk. Seburuk apa? Seburuk mereka tidak memiliki kecerdasan, tidak tahu sejauh mana kesanggupan mereka, tidak tahu setinggi apa kecerdasan mereka, tidak tahu bahwa selalu ada orang yang lebih baik daripada mereka, dan tidak tahu apa yang dimaksud dengan kualitas yang baik. Hingga sejauh mana kecongkakan mereka? Hingga sejauh orang-orang merasa jijik dan mual melihatnya—seperti inilah bersikap congkak dengan bodohnya. "Mereka bukan siapa-siapa, tetapi tidak tunduk kepada siapa pun" artinya mereka tidak dapat mencapai apa pun, urusan kehidupan mereka sendiri sepenuhnya kacau, mereka tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang apa pun, mereka tidak memiliki pemikiran atau sudut pandang, dan mereka tidak dapat membedakan apakah sudut pandang orang lain benar atau apakah itu akurat atau tidak, dan mereka hanya dengan bodohnya bersikeras dalam kecongkakan mereka, berpikir, "Aku memiliki kemampuan, aku memiliki kesanggupan, aku ini bijak, aku lebih baik daripada orang lain!" Katakan kepada-Ku, apakah lebih baik membiarkan mereka menjadi orang congkak dengan bodohnya, yang tidak tunduk kepada siapa pun, ataukah memberi tahu mereka bahwa kualitas mereka buruk, bahwa mereka bukan siapa-siapa, hanya orang yang bodoh, tidak berguna, dan cacat secara mental, sehingga mereka menjadi negatif? Mana yang engkau semua pilih? (Membiarkan mereka menjadi negatif, karena jika mereka bersikap congkak dengan bodohnya, kemungkinan besar mereka akan melakukan hal-hal yang melanggar prinsip, dan mereka bisa saja mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja.) Jika mereka menjadi negatif, mereka bisa saja kembali memiliki nalar kemanusiaan dan berperilaku dengan lebih baik, melakukan lebih sedikit hal yang mengacaukan dan mengganggu. Ini adalah perlindungan bagi mereka. Meskipun mereka belum melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi orang lain, melakukan lebih sedikit hal yang mengacaukan dan mengganggu berarti mereka akan melakukan jauh lebih sedikit pelanggaran dan perbuatan jahat, dan kemungkinan mereka untuk dihukum di masa mendatang akan berkurang, bukan? (Ya.) Tanpa membahas apakah mereka dapat memperoleh keselamatan atau tidak, karena itu adalah sesuatu yang relatif jauh, apakah kemungkinan mereka untuk melanggar ketetapan administratif Tuhan dan melanggar watak Tuhan akan berkurang? Dan apakah kesempatan mereka untuk bertahan hidup akan meningkat? (Ya.) Dilihat dari perspektif keuntungan ini, membiarkan orang mengenali kualitas mereka sendiri dan pada akhirnya menyadari bahwa mereka tidak berkualitas dan menjadi negatif ternyata adalah hal yang baik. Jika tidak, ketika orang berkata, "Kau ini bukan siapa-siapa, tetapi kau tidak mau tunduk kepada siapa pun—ini berarti bersikap congkak dengan bodohnya!" mereka pasti tidak akan mengetahui yang sebenarnya tentang hal ini ataupun mengenalinya; mereka akan menentangnya dan tetap mengira, "Kualitasku tidak buruk! Dan kau malah menganggapku bersikap congkak dengan bodohnya. Aku jauh lebih baik daripada orang bodoh!" Ini makin membuktikan bahwa mereka benar-benar bodoh, kecerdasan mereka terlalu rendah, dan mereka terlebih lagi harus menerima kenyataan bahwa mereka tidak berkualitas. Apa keuntungan menerima kenyataan ini? Ini bukanlah untuk membuatmu menjadi negatif, tetapi untuk menolongmu agar memperlakukan dirimu dengan benar dan menghindarkan dirimu bertindak bodoh. Orang bersikap congkak karena mereka memiliki watak yang rusak dan sama sekali tidak mengenal diri mereka sendiri. Namun, kecongkakan beberapa orang adalah kecongkakan yang normal. Sebagai contoh, ada orang-orang yang memiliki modal karena pernah dipenjarakan dan menanggung penderitaan, pernah berkontribusi kepada gereja dengan cara tertentu, atau memiliki karunia yang membuat mereka menjadi lebih baik daripada orang lain; karena mereka memiliki watak yang congkak dipadukan dengan memiliki beberapa modal, masih dapat dianggap wajar jika mereka memperlihatkan kecongkakan. Namun, jika engkau bukan siapa-siapa, jika engkau pada dasarnya tidak dapat mencapai apa pun, tidak pernah berkontribusi, dan terlebih lagi, tidak memiliki kelebihan, tetapi engkau masih bersikap congkak, ini berarti engkau tidak masuk akal—ini berarti tidak bernalar. Sekarang sudah jelas bagimu bahwa engkau tidak berkualitas, engkau bukan siapa-siapa, dan engkau bahkan sama sekali tidak memiliki kelebihan apa pun. Pikiranmu kosong, dan dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki pemikiran, pikiranmu itu tidak ada isinya. Meskipun engkau semua sama-sama manusia, engkau sangat kurang dibandingkan mereka; dalam pandangan Tuhan, engkau tidak memenuhi syarat sebagai manusia. Jadi, apa yang masih kausombongkan? Diukur berdasarkan firman Tuhan, engkau tidak memenuhi standar sebagai manusia. Di mata Tuhan, engkau tidak seharusnya diperlakukan sebagai manusia. Namun, karena kasih karunia Tuhan yang begitu besarnya, Tuhan telah meninggikan dirimu, memilihmu, dan memperlakukanmu sebagai manusia, mengizinkanmu untuk melaksanakan tugas di rumah Tuhan. Apakah Tuhan memperlakukanmu sebagai manusia agar engkau memperlakukan Tuhan dan kebenaran yang Dia berikan kepadamu dengan cara congkak yang begitu bodohnya? Apakah agar engkau memperlakukan tugasmu dan hidupmu dengan cara seperti ini? Tidak. Karena Tuhan memperlakukanmu sebagai manusia dan memberitahumu berbagai kebenaran yang harus manusia pahami, Dia berharap engkau dapat menjadi manusia sejati, berharap engkau dapat menerima pemikiran yang seharusnya manusia miliki, dan tidak akan bersikap congkak dengan bodohnya. Oleh karena itu, bersikap negatif itu salah—engkau tidak boleh bersikap negatif. Karena Tuhan tidak memperlakukanmu atau mengabaikanmu berdasarkan kualitasmu, sebaliknya telah memperlakukanmu sebagai manusia normal dan memakaimu dengan cara ini, engkau haruslah hidup sesuai dengan kasih karunia dari Tuhan ini dan tidak mengecewakan Tuhan. Seperti apa pun kualitasmu dan apa pun pekerjaan yang mampu kaulakukan, lakukan saja pekerjaan itu dengan baik. Jangan berusaha melontarkan ide yang muluk-muluk, jangan lakukan apa yang tidak seharusnya orang lakukan, dan jangan memiliki ide atau ambisi berlebihan yang tidak seharusnya orang miliki. Lakukan apa yang seharusnya orang lakukan dan hiduplah sesuai dengan peninggian Tuhan terhadapmu. Bukankah ini sudah sepantasnya? Bukankah ini menyelesaikan masalah bersikap negatif? (Ya.)
Mengidentifikasi berbagai perwujudan orang dengan kualitas berbeda dan memberimu contoh-contoh yang spesifik ini dimaksudkan untuk membantumu menghubungkan dirimu dengan hal-hal tersebut. Ini bertujuan agar engkau dapat secara akurat mengidentifikasi posisimu sendiri, memperlakukan kualitasmu sendiri dan berbagai keadaan secara rasional, serta memperlakukan penyingkapan, penghakiman, dan pemangkasan Tuhan terhadapmu, atau pekerjaan yang diatur bagimu secara rasional, dan agar engkau mampu tunduk dan merasa bersyukur di lubuk hatimu, bukannya memperlihatkan penentangan dan rasa jijik. Ketika orang dapat memperlakukan kualitas mereka sendiri secara rasional, dan kemudian secara akurat mengidentifikasi posisi mereka sendiri, bertindak sebagai makhluk ciptaan yang Tuhan inginkan dengan sikap yang praktis dan realistis, melakukan apa yang harus mereka lakukan dengan semestinya berdasarkan kualitas bawaan mereka, dan mengabdikan kesetiaan dan segenap upaya mereka, mereka akan memperoleh kepuasan Tuhan. Karena Tuhan telah memberimu kualitas ini dan keadaan ini, Tuhan tidak akan memaksamu melakukan hal-hal yang sulit bagimu, Dia tidak akan memaksa ikan untuk hidup di darat. Sebanyak apa pun yang telah Dia berikan kepadamu, itulah yang telah Dia karuniakan kepadamu. Hal yang tidak Tuhan berikan kepadamu, Dia tidak akan menuntutnya secara berlebihan. Jika engkau terus-menerus menetapkan tuntutan yang terlalu tinggi terhadap dirimu sendiri, berusaha menjadi orang yang kuat, manusia super, seseorang yang luar biasa, ini menunjukkan bahwa engkau memiliki watak yang rusak—ini adalah ambisi. Jika kualitasmu baik, ambillah lebih banyak pekerjaan; jika kualitasmu rata-rata, engkau boleh hanya mengambil lebih sedikit pekerjaan. Apa pun tugas yang mampu kaulakukan, curahkanlah segenap kemampuanmu, berikanlah kesetiaanmu, dan bertindaklah berdasarkan prinsip—jangan berusaha melontarkan ide yang muluk-muluk. Selalu ingin membuktikan bahwa engkau bukan orang biasa, selalu ingin orang lain menganggap tinggi dirimu—ini salah. Ini memperlihatkan bahwa engkau sangat tidak menyadari dirimu sendiri, tidak tahu ukuranmu sendiri. Jika engkau terus mengejar berdasarkan ambisi dan keinginanmu, segala sesuatunya tidak akan berakhir baik bagimu. Oleh karena itu, orang-orang yang berkualitas buruk tidak boleh selalu bercita-cita ingin menjadi pemimpin, ketua tim, atau pengawas; mereka tidak boleh bercita-cita terlalu tinggi. Jika kualitasmu buruk, lakukan saja dengan patuh hal-hal yang mampu dilakukan oleh orang-orang yang berkualitas buruk. Jika engkau tidak memiliki pemikiran dan tak mampu menangani pekerjaan apa pun, jangan memaksa diri—karena Tuhan tidak memberimu kualitas itu, Dia tidak menetapkan tuntutan yang terlalu tinggi terhadapmu. Mengenai prinsip-prinsip kebenaran, terapkanlah sejauh yang mampu kaumengerti dan terimalah itu—inilah yang terpenting. Apa yang mampu kaupahami adalah apa yang telah Tuhan berikan kepadamu. Sudahkah engkau menerapkan hal-hal ini dalam tugasmu atau dalam amanat yang telah Tuhan percayakan kepadamu? Jika engkau telah menerapkannya, berarti engkau telah mengerahkan segenap kemampuanmu dan mempersembahkan kesetiaanmu. Tuhan akan merasa puas, dan engkau akan memenuhi standar sebagai makhluk ciptaan. Jika kualitasmu buruk, Tuhan pasti tidak akan menuntutmu berdasarkan standar bagi mereka yang berkualitas baik. Tuhan tidak akan melakukan hal seperti itu. Mereka yang tidak berkualitas memiliki tingkat kualitas yang paling rendah di antara orang-orang. Jika orang-orang yang percaya kepada Tuhan tidak memiliki kualitas, tindakan apa yang harus mereka lakukan? Apakah engkau mau mengikuti Tuhan? Apakah engkau mengakui bahwa Tuhan itu berdaulat atas segala sesuatu mengenai manusia? Apakah engkau mau tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan bagimu? Jika engkau bersedia menerima dan tunduk, maka tenangkanlah hatimu dan terimalah semua pengaturan Tuhan bagimu. Berdasarkan kualitasmu, engkau hanya dapat melakukan beberapa pekerjaan yang membutuhkanu upaya fisik, pekerjaan yang tidak terlihat, yang dipandang rendah dan tidak diingat orang—jika seperti inilah situasimu, engkau harus menerima bahwa hal ini adalah dari Tuhan dan tidak memendam keluhan, dan terlebih lagi engkau tidak boleh memilih tugasmu berdasarkan keinginanmu sendiri. Lakukan apa pun yang rumah Tuhan atur bagimu, dan asalkan itu berada dalam kualitasmu, engkau harus melakukannya dengan baik. Sebagai contoh, jika engkau ditugaskan untuk memelihara babi, engkau harus memberi mereka makan dengan baik agar saudara-saudari dapat makan daging babi yang baik. Jika engkau ditugaskan untuk memelihara ayam, engkau harus memberi makan dan mengurus mereka dengan baik agar mereka bertelur secara normal selama musim bertelur, dan engkau juga harus melindungi mereka dari binatang lainnya, sehingga semua orang yang melihat ayam-ayam yang kaupelihara akan berkata bahwa ayam-ayam itu telah dipelihara dengan baik. Ini membuktikan bahwa engkau menghargai semua yang Tuhan ciptakan, dan engkau mampu mengurus mereka dengan baik; ini membuktikan bahwa jenis makhluk atau binatang apa pun itu, engkau mampu menghargainya dan mengurusnya dengan baik, menjadikan ini sebagai tanggung jawab dan tugas yang harus kaulaksanakan. Sekalipun engkau tidak dapat melakukan pekerjaan lain, sekalipun engkau tidak dapat memegang peranan yang terpenting dan menentukan dalam pekerjaan gereja, dan tidak dapat berkontribusi secara signifikan, jika engkau dapat mengerahkan segenap upaya dan kesetiaanmu dalam beberapa pekerjaan yang biasa-biasa saja dan hanya berusaha untuk memuaskan Tuhan, itu sudah cukup. Ini berarti tidak mengecewakan peninggian Tuhan terhadapmu. Jangan bersikap pilih-pilih terhadap tugas berdasarkan apakah tugas itu kotor atau melelahkan, apakah orang lain melihatmu melakukannya atau tidak, apakah orang lain memujimu atau apakah mereka merendahkanmu karena melakukannya. Jangan memikirkan hal-hal ini; berusaha sajalah untuk menerima bahwa hal ini adalah dari Tuhan, tunduk dan laksanakan tugas yang seharusnya kaulakukan. Ketika Aku mempersekutukan perwujudan orang-orang yang tidak berkualitas, Aku mungkin mengatakan bahwa engkau adalah orang bodoh, orang tidak berguna, dan cacat secara mental. Namun, jika engkau mampu memikul pekerjaan yang dipercayakan kepadamu, dan pada akhirnya engkau tidak mengecewakan Tuhan yang telah meninggikan dirimu, atau telah mengaruniakan napas hidup kepadamu, engkau tidak hidup atau makan dengan sia-sia, engkau tidak menikmati semua hal materi yang Tuhan sediakan bagi manusia dengan sia-sia, dan engkau tidak gagal untuk hidup sesuai dengan firman yang keluar dari mulut Tuhan, itu sudah cukup. Sekalipun dalam hal kualitas, engkau tidak dapat dianggap sebagai orang yang sempurna, jika engkau mampu melaksanakan tugas dan pekerjaanmu dengan kesetiaan dan ketulusan seperti ini, setidaknya di dalam hati Tuhan, engkau memenuhi standar sebagai makhluk ciptaan. Yang Tuhan inginkan adalah kesetiaan dan ketulusan ini; Dia menginginkan makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Apa pun tugas yang rumah Tuhan atur bagimu, engkau menerima bahwa ini adalah dari Tuhan, serta dapat menerimanya dan tunduk. Inilah hal yang paling berharga. Jika engkau telah melakukan apa yang Tuhan tuntut darimu, dan engkau telah mengerahkan segenap kemampuanmu, apakah Tuhan masih akan menuntut lebih banyak darimu? Jika ketulusan dan kesetiaanmu dianggap berharga di mata Tuhan, berarti hidupmu bernilai. Apakah pemahaman ini baik? (Ya.)
Ada orang-orang yang berkata, "Aku masih merasa tidak mengerti. Mengapa Tuhan menentukan sejak semula bahwa orang memiliki berbagai macam kualitas? Karena Tuhan ingin agar orang memberi kesaksian bagi-Nya, menerapkan kebenaran, dan membuang watak rusak mereka, mengapa Dia tidak memberi orang kualitas yang baik? Apakah sesulit itu bagi Tuhan untuk memberi orang kualitas yang baik? Jika Tuhan membuat orang memiliki kemampuan di segala bidang—kemampuan kognitif, kemampuan untuk membuat penilaian, kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal, kemampuan untuk menanggapi berbagai hal, kemampuan untuk mengambil keputusan, kemampuan untuk berinovasi, dan terlebih lagi kemampuan untuk menilai dan menyadari berbagai hal—memberi orang kemampuan di segala bidang, bukankah orang akan memiliki kualitas yang baik? Sekalipun Dia memberi orang kualitas rata-rata, bukankah mereka akan mampu memahami kebenaran pada tingkat rata-rata? Jika orang mampu memahami kebenaran, bukankah mereka akan mampu menerapkan kebenaran? Dan bukankah mereka akan mampu membuang watak rusak mereka dan memperoleh keselamatan?" Apa masalah orang yang memiliki pemikiran semacam ini? Orang tidak mengerti mengapa Tuhan memberi mereka kualitas yang sangat rata-rata. Sulit untuk menemukan pemimpin yang berkualitas baik, dan sangat sulit untuk melaksanakan pekerjaan gereja dengan baik. Orang-orang berpikir, "Jika Tuhan memberi orang kualitas yang baik, bukankah akan lebih mudah untuk menemukan pemimpin? Bukankah pekerjaan gereja akan lebih mudah untuk dilaksanakan? Mengapa Tuhan tidak memberi orang kualitas yang baik?" Jika melihatnya dari perspektif pekerjaan rumah Tuhan secara keseluruhan, tentu saja, jika ada lebih banyak orang yang berkualitas baik, pekerjaan Tuhan memang akan menjadi lebih mudah. Namun, ada satu dasar pemikiran: di rumah Tuhan, Tuhan sedang melakukan pekerjaan-Nya sendiri, dan manusia tidak memainkan peran yang menentukan. Oleh karena itu, entah kualitas yang orang miliki itu baik, rata-rata, atau buruk, itu tidak menentukan hasil dari pekerjaan Tuhan. Hasil akhir yang ingin dicapai adalah hasil yang akan dicapai oleh Tuhan. Segala sesuatu dipimpin oleh Tuhan; segala sesuatu adalah pekerjaan Roh Kudus. Dari perspektif pekerjaan Tuhan, hal ini harus dijelaskan dengan cara ini—ini adalah salah satu alasannya. Ada alasan lainnya: setelah dirusak Iblis, orang memiliki watak-watak rusak Iblis sebagai esensi dari hidup mereka; ini berarti mereka semua hidup berdasarkan watak rusak mereka, dan hidup mereka dikendalikan oleh watak rusak mereka. Jika, selain ini, orang juga memiliki kualitas yang baik, atau luar biasa, dan kemampuan mereka di segala bidang lengkap, sempurna, dan tidak bercela, itu akan memperkuat watak rusak mereka. Itu akan membuat watak rusak mereka makin menjadi-jadi, membuatnya tidak dapat dikendalikan dan membuat orang itu menjadi makin congkak, keras kepala, licik, dan jahat. Kesulitan mereka untuk menerima kebenaran akan meningkat, dan tidak mungkin bagi mereka untuk mengubah watak rusak mereka. Ini adalah alasan lainnya. Selain itu, Tuhan memberi orang kualitas seperti itu karena manusia yang ingin Tuhan selamatkan adalah manusia yang secara bawaan tidak sempurna, yang kemampuannya di segala aspek hanyalah rata-rata dan memiliki kekurangan. Selain itu, mengetahui firman Tuhan dan kebenaran tidak dicapai hanya dengan menggunakan berbagai kemampuan; ini membutuhkan suatu proses. Apa sajakah yang termasuk dalam proses ini? Proses ini meliputi perubahan lingkungan, pertambahan usia seseorang, bertambahnya pengalaman hidup dan pengetahuan, dan pengalaman yang diperoleh melalui berbagai lingkungan, yang memungkinkan orang, di atas landasan kualitas dan naluri bawaan mereka, untuk berangsur-angsur mulai memahami dan mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud oleh kebenaran dalam firman Tuhan; dan dengan demikian, mereka menerima dan menerapkan firman Tuhan. Melalui proses seperti itu, kebenaran dalam firman Tuhan bekerja dalam diri seseorang untuk menjadi hidup mereka—kebenaran itu tidak menjadi semacam teori kehidupan atau semacam falsafah dan cara hidup; sebaliknya firman Tuhan itu menjadi landasan bagi keberadaan mereka. Orang-orang seperti itu adalah orang baru, kehidupan yang dilahirkan kembali. Ini adalah proses yang esensial. Sekalipun kualitas dan kemampuanmu di segala aspek luar biasa baik dan tinggi, proses-proses ini tidak dapat dilewatkan. Sebagai manusia ciptaan, untuk pada akhirnya mencapai perubahan oleh firman Tuhan dalam hidupmu, tak seorang pun dapat melewatkan satu langkah pun dari keseluruhan proses yang harus dialami. Itu berarti, semua orang akan mengembangkan gagasan, imajinasi, penentangan, perlawanan, dan pemberontakan terhadap Tuhan. Mereka semua akan mengalami kemunduran, kegagalan, tersandung, diberhentikan, dihakimi, dan dihajar, mengalami berbagai lingkungan, bertemu dengan berbagai jenis orang, dan proses-proses lain semacam itu. Sebaik atau setinggi apa pun kualitasmu, atau sekuat apa pun kemampuanmu di segala aspek, tak satu pun dari proses atau langkah ini yang dapat dilewatkan. Oleh karena itu, sekalipun Tuhan memberimu kualitas dan kemampuan yang luar biasa tinggi, itu tetap akan sia-sia. Lebih baik bagimu untuk menjadi orang biasa, orang yang rata-rata. Meskipun engkau mungkin memiliki beberapa kekurangan dalam kemanusiaanmu, engkau dapat mengalami pekerjaan Tuhan, mengerti firman Tuhan setelah mendengarnya, dan mengenali kelemahan dan kekuranganmu. Dengan cara ini, di satu sisi, hal yang kauperoleh menjadi lebih nyata, dan engkau menerima lebih banyak dari Tuhan; di sisi lain, engkau mulai mengetahui kemampuan alamimu dengan lebih akurat, dan engkau menjadi lebih rasional. Itulah sebabnya Tuhan tidak bermaksud memberi kepada semua orang kualitas yang baik—Dia memberi kepada orang kualitas yang rata-rata.
Setelah mendengar tentang perwujudan spesifik berbagai kemampuan yang mengukur kualitas orang, engkau menilai dirimu sendiri dan mendapati bahwa paling maksimal engkau hanyalah berkualitas rata-rata, tidak mencapai tingkat berkualitas baik. Jadi, siapakah orang yang mencapai tingkat berkualitas baik? Mereka adalah orang-orang yang dipakai oleh Roh Kudus. Jika Tuhan memberimu kualitas yang baik, engkau harus mengambil pekerjaan yang sesuai dengan kualitas yang baik. Jika tidak perlu bagimu untuk mengambil pekerjaan semacam itu, sudah cukup baik bahwa Tuhan telah memberimu kualitas rata-rata—ini adalah kasih karunia Tuhan. Jika Tuhan memberimu kualitas rata-rata, engkau tidak akan dapat melakukan pekerjaan yang sangat penting, jadi engkau tidak akan bisa bersikap congkak. Ini adalah perlindungan bagimu. Dengan kualitas rata-rata yang diberikan kepadamu, engkau tidak punya modal untuk kausombongkan, dan engkau juga tidak dapat memberikan kontribusi yang menggemparkan. Engkau harus selalu berpikir, "Kualitasku rata-rata; aku tidak bagus di bidang ini, maupun di bidang itu. Aku harus berhati-hati dan mencari prinsip-prinsip kebenaran dalam melaksanakan tugasku." Ketika engkau merasa bahwa engkau kurang dalam semua aspek, engkau akan berperilaku baik jauh lebih banyak dan jauh lebih menaati aturan, jauh lebih rendah hati. Sebagai contoh, apa pun pekerjaan yang engkau semua lakukan, entah engkau adalah pengawas atau anggota biasa, jika selama kurun waktu tertentu, pekerjaanmu berjalan dengan cukup lancar, membuahkan beberapa hasil, dan pencapaianmu cukup menonjol, dan engkau menerima penegasan dari Yang di Atas, akan seperti apa pola pikirmu? (Kami akan menjadi sombong, merasa diri kami hebat, dan tidak akan lagi mudah mencari kebenaran.) Akan menjadi sulit bagimu untuk mengikuti aturan dan tetap bersikap praktis dan realistis dalam caramu berperilaku. Ini adalah pencobaan yang sangat berbahaya bagimu; ini bukan pertanda yang baik. Namun, karena engkau kurang atau memiliki kelemahan dalam berbagai kemampuan, dan ketika bekerja engkau gagal untuk mempertimbangkan satu aspek atau gagal mengantisipasi atau mengabaikan dan melupakan aspek lainnya, engkau mengalami dirimu dipangkas dalam satu aspek atau menghadapi kemunduran dan pukulan di aspek lainnya, maka di lubuk hatimu, engkau akan terus-menerus mengingatkan dirimu: "Aku tidak mampu. Kualitasku buruk, dan aku tidak mengerti kebenaran. Aku tidak mengerti prinsip." Dengan demikian, engkau menjadi sangat berhati-hati dalam melakukan sesuatu, sangat takut melakukan kesalahan dan dipangkas, sangat takut mengacaukan dan mengganggu, dan sangat takut menciptakan celah dalam pekerjaan yang akan mengakibatkan kerugian. Karena kemampuanmu dalam berbagai aspek kurang atau semuanya sangat rata-rata, kesanggupanmu untuk kompeten dalam bekerja juga sangat rata-rata. Jadi, engkau merasa tidak ada apa pun yang dapat kausombongkan—sekalipun engkau berhasil memperoleh beberapa hasil yang kauperoleh dengan susah payah, engkau hanya memperolehnya setelah mengalami banyak kesukaran dan secara diam-diam mengerahkan upaya yang luar biasa. Engkau ingin berpura-pura bahwa engkau mampu dan cukup baik di depan orang lain, tetapi di dalam hatimu, engkau kurang percaya diri. Engkau tahu bahwa apa pun yang kaulakukan, engkau tidak dapat melakukannya dengan baik, dan tetap membutuhkan Yang di Atas untuk memeriksanya. Dalam beberapa hal, hanya setelah dihadapkan dengan pemangkasan, barulah engkau menyadari di mana letak kesalahanmu, dan menyadari betapa buruknya kualitasmu. Dengan demikian, engkau tidak akan dapat menjadi congkak. Itu berarti, akan selalu ada seseorang yang berkualitas baik di sekitarmu yang melebihi dirimu, dan akan selalu ada kebenaran dan standar tuntutan Tuhan yang mengekang dirimu. Engkau merasa, "Aku mampu menyelesaikan pekerjaan kecil ini hanya karena Yang di Atas memeriksa dan memutuskannya; pekerjaan ini hanya selesai karena Yang di Atas berulang kali memeriksa, mengecek, dan mengoreksinya. Tidak ada apa pun yang dapat kusombongkan." Ketika selanjutnya engkau melakukan sesuatu, engkau masih berpikir untuk memamerkan keterampilanmu, tetapi engkau tetap gagal melakukannya dengan baik dan tidak pernah mampu membuat dirimu menonjol. Justru karena kualitas dan kemampuanmu terbatas, hasil dari pelaksanaan tugasmu selalu rata-rata, selalu gagal mencapai tingkat atau standar yang kaucita-citakan. Jadi, tanpa sadar, engkau terus-menerus menyadari bahwa engkau bukanlah orang yang menonjol, unggul atau luar biasa. Lambat laun, engkau mulai mengerti bahwa kualitasmu tidaklah sebaik yang kaubayangkan, melainkan sangat biasa-biasa saja. Proses yang bertahap ini akan sangat membantumu untuk mengenal dirimu sendiri—engkau mengalami beberapa kegagalan dan kemunduran secara nyata, dan setelah merenungkannya di dalam hatimu, engkau menjadi makin akurat dalam menilai tingkat, kemampuan dan kualitasmu. Engkau makin menyadari bahwa engkau bukanlah orang yang berkualitas baik, bahwa meskipun engkau mungkin memiliki sedikit kelebihan dan karunia, sedikit kemampuan untuk membuat penilaian, atau sesekali memiliki beberapa ide atau rencana, engkau tetaplah sangat kurang dalam prinsip-prinsip kebenaran, jauh dari tuntutan Tuhan dan standar kebenaran, dan bahkan sangat jauh dari standar memiliki kenyataan kebenaran—tanpa kausadari, engkau memiliki penilaian dan pemahaman ini tentang dirimu sendiri. Selama proses menilai dan memahami dirimu sendiri ini, pengenalanmu akan dirimu sendiri akan menjadi makin akurat, dan watak rusak serta perwujudan kerusakanmu akan menjadi makin berkurang, menjadi makin dapat dikekang dan dikendalikan. Tentu saja, watak rusakmu menjadi terkendali bukanlah tujuannya. Lalu, apa tujuannya? Tujuannya adalah agar, saat watak rusakmu dikendalikan, engkau secara bertahap belajar mencari kebenaran dan berperilaku dengan baik, tidak selalu berusaha melontarkan ide yang muluk-muluk, atau memamerkan keterampilanmu, tidak selalu berusaha bersaing untuk menjadi yang terbaik atau yang terkuat, dan tidak selalu berusaha membuktikan diri. Saat kesadaran ini terus-menerus terpatri dalam hatimu, engkau akan merenung, "Aku harus mencari prinsip kebenaran apa sajakah untuk melakukan hal ini, dan apa yang Tuhan katakan mengenai hal ini." Lambat laun, kesadaran ini akan tertanam kuat di dalam hatimu, dan taraf pencarian, pengakuan, dan penerimaanmu akan firman Tuhan dan kebenaran akan makin meningkat, yang menandakan bahwa ada harapan bagimu untuk diselamatkan. Makin engkau mampu menerima kebenaran, makin berkurang watak rusak yang akan kauperlihatkan; hasil yang jauh lebih baik adalah engkau akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menggunakan firman Tuhan sebagai standar bagi penerapanmu. Bukankah ini berarti engkau secara bertahap mulai menempuh jalan keselamatan? Bukankah ini hal yang baik? (Ya.) Sedangkan jika semua kemampuanmu unggul dan sempurna, serta luar biasa dibandingkan orang lain, mungkinkah engkau akan tetap mencari kebenaran saat menangani masalah dan melaksanakan tugasmu? Belum tentu. Sangat sulit bagi seseorang yang memiliki kemampuan luar biasa di segala bidang untuk datang ke hadapan Tuhan dengan hati yang tenang atau dengan sikap yang rendah hati untuk mengenal dirinya sendiri, mengetahui kekurangan dan wataknya yang rusak, serta mencapai titik mencari kebenaran, menerima kebenaran, dan kemudian menerapkan kebenaran. Ini hal yang sangat sulit untuk dilakukan, bukan? (Ya.)
Terdapat maksud baik Tuhan bahwa orang berkualitas rata-rata; juga terdapat maksud baik Tuhan bahwa orang berkualitas sangat buruk. Karena ingin menyelamatkanmu, Tuhan tidak memberimu kualitas yang sangat baiknya. Mengapa demikian? Tuhan memberi kepada manusia berbagai kondisi bawaan, seperti latar belakang keluarga, penampilan, naluri, kepribadian, dan berbagai kemampuan hidup. Tuhan bahkan memberi kepada manusia kelebihan, minat, dan hobi tertentu, dan juga menganugerahkan karunia khusus kepada orang-orang tertentu. Hal ini memadai. Hal ini cukup untuk mempertahankan kelangsungan hidupmu sendiri. Dengan memilikinya, engkau memiliki kemampuan dan keadaan untuk hidup secara mandiri, dan di atas dasar memiliki tingkat kualitas tertentu, engkau mampu menerima firman Tuhan, membuang watak rusakmu hingga taraf berbeda, dan memperoleh keselamatan. Inilah sebabnya Tuhan tidak memberi orang kualitas yang sangat tinggi. Tuhan tidak memberi orang kualitas yang sangat baik. Di satu sisi, ini adalah agar orang, dengan memiliki kondisi dasar ini, bisa tetap sedikit praktis dan realistis, dan di atas dasar merasa bahwa mereka adalah orang biasa, orang rata-rata, orang yang memiliki watak yang rusak, mereka dapat dengan rela menerima pekerjaan Tuhan dan keselamatan Tuhan. Hanya dengan cara inilah, orang memiliki kondisi dasar untuk menerima firman Tuhan. Di sisi lain, jika orang memiliki kualitas yang sangat baik atau pikiran yang luar biasa cerdas, memiliki kemampuan yang sangat kuat di segala aspek, semuanya luar biasa, semuanya berjalan lancar bagi mereka di dunia—menghasilkan banyak uang dalam bisnis, memiliki karier politik yang sangat lancar, bertindak dengan mudahnya di segala situasi, merasa bagaikan ikan di air—orang-orang seperti itu tidak dapat dengan mudah datang ke hadapan Tuhan dan menerima keselamatan dari Tuhan, bukan? (Ya.) Kebanyakan dari mereka yang Tuhan selamatkan tidak memiliki kedudukan tinggi di dunia atau di antara orang-orang di tengah masyarakat. Karena kualitas dan kemampuan mereka rata-rata atau bahkan buruk, dan mereka mengalami kesulitan untuk memperoleh popularitas atau keberhasilan di dunia, selalu merasa dunia ini suram dan tidak adil, mereka memiliki kebutuhan untuk beriman, dan pada akhirnya mereka datang ke hadapan Tuhan dan masuk ke dalam rumah-Nya. Inilah persyaratan dasar yang Tuhan berikan kepada manusia dalam memilih mereka. Hanya dengan memiliki kebutuhan ini, barulah engkau bisa memiliki keinginan untuk menerima keselamatan dari Tuhan. Jika keadaanmu dalam segala aspek sangat baik dan sesuai untuk berjuang di dunia ini, dan engkau selalu ingin terkenal dan dihormati, engkau tidak akan memiliki keinginan untuk menerima keselamatan dari Tuhan, dan engkau bahkan tidak akan memiliki kesempatan untuk menerima keselamatan dari Tuhan. Meskipun engkau mungkin berkualitas rata-rata atau buruk, engkau masih jauh lebih diberkati daripada orang-orang tidak percaya karena memiliki kesempatan untuk diselamatkan oleh Tuhan. Oleh karena itu, memiliki kualitas yang buruk bukanlah kekuranganmu, juga bukan merupakan hambatan bagimu untuk menyingkirkan watak rusakmu dan memperoleh keselamatan. Kesimpulannya, Tuhanlah yang memberimu kualitas ini. Engkau memiliki sebanyak yang Tuhan berikan kepadamu. Jika Tuhan memberimu kualitas yang baik, berarti engkau memiliki kualitas yang baik. Jika Tuhan memberimu kualitas rata-rata, berarti kualitasmu rata-rata. Jika Tuhan memberimu kualitas yang buruk, berarti kualitasmu buruk. Begitu engkau memahami hal ini, engkau harus menerima bahwa hal ini adalah dari Tuhan dan mampu tunduk pada kedaulatan dan pengaturan-Nya. Kebenaran manakah yang menjadi dasar bagimu untuk tunduk? Bahwa pengaturan Tuhan tersebut mengandung maksud baik Tuhan; Tuhan memikirkannya dengan penuh kesungguhan, dan orang tidak boleh mengeluh atau salah memahami hati Tuhan. Tuhan tidak akan menghargaimu karena kualitasmu yang baik, dan Dia juga tidak akan memandang rendah atau membencimu karena kualitasmu yang buruk. Apa yang Tuhan benci? Yang Tuhan benci adalah orang yang tidak mencintai atau menerima kebenaran, orang yang memahami kebenaran tetapi tidak menerapkannya, orang yang tidak melakukan apa yang mampu mereka lakukan, orang yang tidak mampu mencurahkan segenap kemampuan mereka dalam tugas mereka tetapi selalu memiliki keinginan yang berlebihan, selalu menginginkan status, selalu bersaing untuk mendapatkan kedudukan, dan selalu mengajukan tuntutan terhadap-Nya. Inilah yang Tuhan anggap memuakkan dan menjijikkan. Sejak awal, engkau berkualitas buruk atau tidak berkualitas, tidak mampu melakukan pekerjaan apa pun, tetapi engkau masih selalu ingin untuk menjadi pemimpin; engkau selalu bersaing untuk mendapatkan kedudukan dan kekuasaan, dan selalu ingin Tuhan memberimu jawaban yang pasti, mengatakan kepadamu bahwa di masa depan engkau dapat masuk ke dalam kerajaan, menerima berkat, dan memiliki tempat tujuan yang baik. Bahwa Tuhan memilihmu, itu sudah merupakan peninggian yang luar biasa, tetapi engkau masih meminta ampela setelah diberi hati. Tuhan telah memberimu apa yang seharusnya kauterima, dan engkau sudah memperoleh banyak dari Tuhan, tetapi engkau masih mengajukan tuntutan yang tidak masuk akal. Inilah yang Tuhan benci. Kualitasmu sangat buruk atau engkau bahkan tidak mencapai kecerdasan manusia, tetapi Tuhan tidak memperlakukanku seperti binatang melainkan masih memperlakukanmu sebagai manusia. Oleh karena itu, engkau harus melakukan apa yang seharusnya manusia lakukan, mengatakan apa yang seharusnya manusia katakan, dan menerima segala sesuatu yang telah Tuhan berikan kepadamu sebagai hal yang berasal dari Dia. Tugas apa pun yang mampu kaulakukan, lakukanlah itu. Jangan mengecewakan Tuhan. Jangan menginginkan ampela setelah diberi hati karena Tuhan memperlakukanmu sebagai manusia, dengan berkata, "Karena Tuhan memperlakukanku sebagai manusia, Dia seharusnya memberiku kualitas yang lebih baik, membiarkanku menjadi ketua tim, pengawas, atau pemimpin. Yang terbaik adalah jika Dia membuatku tidak perlu melakukan pekerjaan yang melelahkan, membuat rumah Tuhan menyediakan kebutuhanku secara cuma-cuma, dan membuatku tidak perlu mengerahkan upaya atau menderita kelelahan, sehingga aku dapat melakukan apa pun yang kuinginkan." Semua ini adalah tuntutan yang tidak masuk akal. Ini bukanlah perwujudan atau permintaan yang seharusnya dimiliki atau diajukan oleh makhluk ciptaan. Tuhan tidak memperlakukanmu sesuai dengan kualitasmu yang buruk, sebaliknya malah telah memilihmu dan memberimu kesempatan untuk melaksanakan tugasmu. Ini adalah peninggian Tuhan. Engkau seharusnya tidak menginginkan ampela setelah diberi hati dan mengajukan tuntutan yang tidak masuk akal kepada Tuhan. Sebaliknya, engkau seharusnya bersyukur kepada Tuhan, dan melaksanakan tugasmu untuk membalas kasih Tuhan. Inilah tuntutan Tuhan terhadapmu. Kualitasmu buruk, tetapi Tuhan tidak menuntutmu berdasarkan standar bagi mereka yang berkualitas baik. Engkau tidak memiliki kualitas dan kecerdasan, tetapi Tuhan tidak menuntutmu untuk mencapai standar yang mampu dicapai oleh orang-orang yang berkualitas baik. Apa pun yang mampu kaulakukan, lakukan saja itu. Tuhan tidak memaksamu melakukan hal yang melebihi kemampuanmu. Engkau sendirilah yang selalu memiliki keinginan yang berlebihan, dan selalu enggan untuk menjadi orang biasa, orang rata-rata yang berkualitas buruk; engkau sendirilah yang tidak mau melaksanakan tugas-tugas yang melelahkan yang tidak membuatmu menjadi pusat perhatian, dan dalam melaksanakan tugasmu, engkau selalu membenci kesukaran dan menghindari kelelahan, selalu memilah dan memilih apa yang mau kaulakukan; engkau selalu seenaknya dan selalu memiliki rencana dan preferensimu sendiri—ini bukanlah Tuhan telah memperlakukanmu secara tidak adil. Jadi, apa yang harus orang lakukan agar memperlakukan kualitas mereka sendiri dengan benar? Di satu sisi, kualitas seperti apa pun yang Tuhan berikan kepadamu, engkau harus menerima bahwa hal itu adalah dari Tuhan, dan tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan. Ini adalah pemikiran dan sudut pandang paling dasar yang harus orang miliki. Sudut pandang ini benar, dan ini berlaku dalam situasi apa pun. Ini adalah prinsip kebenaran yang tetap tidak berubah sekalipun segala sesuatu berubah. Di sisi lain, entah engkau berkualitas baik, rata-rata, buruk, atau tidak berkualitas, engkau harus melaksanakan pekerjaan yang mampu kaucapai dengan kualitasmu. Engkau tidak boleh menahan apa pun, dan tidak berusaha untuk menonjol. Entah engkau berkualitas baik atau rata-rata, engkau dapat melakukan hal-hal yang berada dalam lingkup kualitas dan kemampuanmu; tidak ada apa pun yang perlu kausombongkan—itu adalah apa yang telah Tuhan berikan kepadamu; engkau harus mempersembahkannya. Seluruh keberadaanmu, napasmu, kondisi bawaanmu, dan kemampuanmu di semua aspek kualitasmu diberikan oleh Tuhan. Berbagai prinsip kebenaran yang sekarang kaupahami juga diberikan oleh Tuhan. Tanpa pekerjaan Tuhan dan tanpa berbagai kondisi bawaan yang Tuhan berikan kepada orang-orang, manusia hanyalah segenggam debu. Oleh karena itu, tidak ada apa pun yang bisa orang sombongkan. Ini adalah aspek kedua. Ada aspek lainnya: entah engkau berkualitas rata-rata, buruk, atau tidak berkualitas, engkau harus memperlakukan hal ini dengan benar. Pertama, kenali termasuk tingkat manakah kualitasmu, dan kemudian, berdasarkan kualitas bawaanmu, lakukan apa yang seharusnya kaulakukan. Jangan selalu berusaha untuk melakukan apa yang melebihi kemampuanmu dan melakukan hal-hal yang tidak dapat kaucapai, selalu berusaha membuktikan dirimu kepada orang lain atau kepada Tuhan. Engkau tidak dapat membuktikan apa pun. Makin engkau berusaha untuk membuktikan dirimu dengan cara seperti ini, makin itu membuktikan bahwa kualitasmu buruk, bahwa engkau tidak mengetahui ukuranmu sendiri, dan makin itu membuktikan bahwa engkau tidak bernalar dan memiliki watak rusak yang sangat parah. Jangan melakukan segala cara untuk mengubah kualitas atau meningkatkan kemampuanmu dalam semua aspek, sebaliknya engkau harus secara akurat mengenali dan memperlakukan kualitas dan kemampuan bawaanmu dengan benar. Jika engkau menemukan hal yang menjadi kekuranganmu, segeralah pelajari bidang-bidang di mana engkau dapat mencapai kemajuan dalam waktu singkat untuk menutupi kekurangan di bidang-bidang tersebut. Untuk bidang-bidang yang tidak mampu kaujangkau, jangan memaksakan diri. Bertindaklah berdasarkan keadaanmu yang sebenarnya; lakukan segala sesuatu berdasarkan kualitas dan kemampuanmu sendiri. Prinsip yang utama adalah engkau harus melaksanakan tugasmu berdasarkan firman Tuhan, tuntutan Tuhan terhadap manusia, dan prinsip-prinsip kebenaran. Seberapa pun tingginya kualitasmu, engkau mampu mencapai berbagai tingkat dalam tindakanmu dan melaksanakan tugasmu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran; engkau mampu memenuhi standar Tuhan. Prinsip-prinsip kebenaran ini sama sekali bukan omong kosong dan sama sekali tidak melampaui kemanusiaan. Semua ini adalah jalan penerapan yang dibuat sesuai bagi watak rusak, naluri, dan berbagai kemampuan dan kualitas manusia ciptaan. Oleh karena itu, seperti apa pun kualitasmu, entah kemampuanmu tidak memadai atau kurang, itu bukan masalah; jika engkau sungguh-sungguh memahami kebenaran dan mau menerapkan kebenaran, pasti ada jalan ke depan. Kekurangan manusia dalam aspek kualitas dan kemampuan tertentu sama sekali bukan hal yang menghalangi mereka untuk menerapkan kebenaran. Jika engkau kurang dalam kemampuanmu untuk membuat penilaian atau dalam kemampuan lainnya, engkau bisa lebih banyak mencari dan bersekutu—carilah petunjuk dan saran dari mereka yang mengerti kebenaran. Setelah engkau mengerti dan memahami prinsip dan jalan penerapannya, engkau harus menerapkannya dengan segenap upaya berdasarkan tingkat pertumbuhanmu. Menerima dan menerapkan—inilah yang harus kaulakukan. Apakah persekutuan-Ku dengan cara seperti ini membantumu untuk mengerti? (Kami sedikit lebih mengerti.)
Mengapa Tuhan menetapkan sejak semula bahwa orang memiliki berbagai macam kualitas? Mengapa Tuhan tidak memberi orang kualitas yang sempurna? Berapa banyak aspek yang telah kita persekutukan mengenai apa maksud Tuhan dalam hal ini dan apa yang seharusnya orang lakukan untuk memperlakukannya dengan benar? Mari kita menyimpulkannya. Aspek pertama adalah menerima bahwa hal ini adalah dari Tuhan. Inilah pemikiran dan sudut pandang paling dasar yang harus orang miliki. Aspek kedua adalah menyadari dan menilai seperti apa kualitasmu, serta bertindak dan melaksanakan tugasmu berdasarkan kualitas dan kemampuanmu. Jangan berusaha melakukan hal-hal yang melampaui kualitas dan kemampuanmu. Apa yang mampu kaulakukan, lakukanlah itu dengan sungguh-sungguh dan dengan cara praktis dan realistis, serta laksanakanlah itu dengan baik. Apa yang tak mampu kaulakukan, jangan memaksakan diri. Apa aspek yang ketiga? (Kami tidak boleh selalu ingin mengubah kualitas kami. Sekalipun kualitas kami rata-rata, buruk, atau tidak berkualitas, kami harus memperlakukannya dengan benar. Kami tidak boleh selalu ingin membuktikan diri kepada Tuhan bahwa kualitas kami baik. Ini tidak pantas.) Benar. Perlakukan kualitasmu dengan benar. Jangan mengeluh. Sebanyak apa pun yang telah Tuhan berikan kepadamu, itulah yang akan Dia tuntut terhadapmu. Apa yang tidak Tuhan berikan kepadamu, Tuhan tidak menuntutnya darimu. Sebagai contoh, jika Tuhan telah memberimu kualitas rata-rata atau kualitas yang buruk, Dia tidak menuntutmu untuk menjadi pemimpin, ketua tim, atau pengawas. Namun, jika Tuhan telah memberimu kefasihan, kemampuan untuk mengungkapkan diri, atau karunia tertentu, dan menuntutmu untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan karunia ini, maka engkau harus melakukannya dengan baik. Jangan gagal untuk hidup sesuai dengan kondisi yang telah Tuhan berikan kepadamu. Engkau harus hidup sesuai dengan pemberian Tuhan, memanfaatkan hal itu sepenuhnya dan menerapkannya dengan baik, menerapkannya pada hal-hal positif dan membuahkan hasil pekerjaan yang berharga yang bermanfaat bagi umat manusia. Itu akan sangat baik, bukan? (Ya.) Selain itu, engkau tahu bahwa ada maksud baik Tuhan dalam memberi orang berbagai kualitas. Justru karena Tuhan ingin menyelamatkanmu, maka Dia tidak memberimu kualitas yang sangat baik. Ini mengandung maksud Tuhan yang sungguh-sungguh. Bahwa Tuhan memberimu kualitas yang rata-rata atau buruk, itu adalah perlindungan bagimu. Jika orang memiliki kualitas yang sangat baik atau luar biasa, akan mudah bagi mereka untuk mengikuti dunia dan Iblis, dan mereka tidak akan mudah percaya kepada Tuhan. Lihatlah orang-orang yang menonjol di berbagai industri dan bidang di dunia—orang-orang macam apakah mereka? Mereka semua adalah dalang yang licik, inkarnasi setan. Jika engkau meminta mereka untuk percaya kepada Tuhan, mereka berpikir, "Percaya kepada Tuhan itu tidak menguntungkan—hanya orang tidak mampu yang percaya kepada Tuhan!" Orang yang memiliki kualitas yang sangat baik, kemampuan yang hebat, dan taktik yang canggih ditawan oleh Iblis. Mereka sepenuhnya hidup berdasarkan watak rusak mereka dan sepenuhnya hidup demi dunia. Semua orang semacam itu adalah inkarnasi setan. Katakan kepada-Ku, apakah Tuhan menyelamatkan orang-orang semacam itu? (Tidak.) Jadi, apakah engkau semua bersedia menjadi inkarnasi setan, atau engkau bersedia menjadi orang biasa, orang berkualitas buruk yang dapat menerima keselamatan dari Tuhan? (Kami bersedia menjadi orang biasa.) Dari kedua jenis orang ini, manakah yang diberkati? Mereka yang makmur di dunia, yang menjadi terkemuka, memiliki ketenaran, menjadi pejabat tinggi atau orang kaya, yang memiliki semua yang mereka inginkan dan uang yang tak terbatas untuk dibelanjakan—apakah engkau semua bersedia menjadi orang-orang semacam itu, atau apakah engkau bersedia datang ke hadapan Tuhan dan menjadi orang berkualitas rata-rata yang sederhana dan biasa-biasa saja? Apa pilihanmu? (Menjadi orang yang sederhana dan biasa-biasa saja.) Jika engkau memilih untuk menjadi orang berkualitas rata-rata yang sederhana dan biasa-biasa saja, lebih memilih untuk tidak menikmati kehidupan materi yang baik dalam hidup ini, tidak ingin menjadi terkemuka, tidak menganggap kehadiranmu penting di dunia ini, dan dipandang rendah oleh semua orang, lebih memilih untuk menjadi orang semacam ini dan menghargai atau mendapat kesempatan untuk memperoleh keselamatan yang Tuhan berikan kepada manusia—jika ini adalah pilihanmu, jika engkau memilih untuk diselamatkan dan memilih untuk tidak mengikuti dunia ini, dan di dalam hatimu, engkau tidak mau menjadi milik dunia ini melainkan mau menjadi milik Tuhan, maka engkau tidak boleh memandang rendah kualitas yang telah Tuhan berikan kepadamu. Sekalipun kualitasmu sangat buruk atau Tuhan tidak memberimu kualitas apa pun, engkau tetap harus menerima kenyataan ini dengan senang hati, dan dengan berbagai kemampuan yang telah Tuhan berikan kepadamu sebagai kondisi bawaanmu, laksanakankah tugasmu sebagai makhluk ciptaan. Aspek lainnya adalah bahwa sekalipun kualitas yang Tuhan berikan kepada manusia bukanlah kualitas yang sangat baik—hanya kualitas orang biasa—dan kemampuan yang Dia berikan kepada mereka di semua aspek hanyalah rata-rata atau bahkan buruk, kebenaran paling dasar yang harus orang terapkan yang Tuhan ajarkan kepada manusia dapat tetap dicapai dan diperoleh jika mereka bersedia menerapkannya dengan segenap hati. Sekalipun kualitasmu sangat buruk, dan kemampuanmu untuk memahami, kemampuanmu untuk menerima sesuatu, kemampuanmu untuk membuat penilaian, dan kemampuanmu untuk mengidentifikasi berbagai hal sangat buruk atau bahkan tidak ada, asalkan engkau memiliki kemanusiaan dan nalar yang paling dasar, tugas dan pekerjaan yang Tuhan percayakan kepadamu akan dapat diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Selain itu, cara paling dasar untuk takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan yang Tuhan tuntut terhadap manusia, adalah sesuatu yang mampu kauikuti; itu adalah sesuatu yang mampu kaucapai dan peroleh. Oleh karena itu, Tuhan tidak pernah bermaksud untuk memberimu kualitas yang sangat baik. Jika Tuhan memberimu kualitas yang baik dan beberapa kemampuan istimewa, memungkinkanmu untuk menjadi inkarnasi setan di dunia ini, berarti Tuhan tidak akan menyelamatkanmu. Dapatkah engkau semua mengerti hati Tuhan dalam hal ini sekarang? (Ya.) Jika engkau mampu mengerti hati Tuhan, itu bagus; engkau akan mengerti kebenaran ini dan memperlakukan kualitasmu sendiri dengan benar; tidak akan ada lagi kesulitan dalam hal ini. Dari sini, orang haruslah melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Sekalipun hanya satu pekerjaan, lakukanlah itu dengan segenap hati dan berusahalah melakukannya dengan baik dan jangan gagal memenuhi harapan Tuhan terhadapmu. Apakah engkau mengerti? (Ya.) Sekian persekutuan hari ini tentang topik ini. Sampai jumpa!
11 November 2023