91. Bagaimana Aku Melepaskan Rasa Iri
Aku membuat video di gereja dan biasanya, video-video yang kubuat memiliki beberapa sorotan baru. Saudara-saudari sangat mendukung saat mereka menonton video-video itu, dan mereka sering mendatangiku untuk meminta bantuan saat menghadapi masalah. Aku merasa bahwa aku menjalaninya dengan baik dan memiliki kualitas serta karunia. Pada tahun 2016, aku terpilih menjadi pengawas dan merasa sangat senang. Kupikir dengan menjadi pengawas itu artinya aku memiliki keterampilan teknis yang bagus dan aku sedikit lebih baik daripada saudara-saudari lainnya. Untuk menunjukkan kepada semua orang kalau aku mampu bekerja, aku belajar lebih giat tentang pengetahuan profesional. Kemudian, pemimpin menugaskan Saudari Diane untuk bekerja sama denganku. Dia memiliki kualitas dan keterampilan teknis yang cukup bagus, jadi aku senang bisa bekerja sama dengannya. Kami sering berdiskusi bersama tentang inovasi video dan cara meningkatkan teknik kami. Lewat obrolan dan diskusi itu, kami selalu memperoleh pencerahan. Aku merasa senang sekali memiliki saudari sehebat Diane sebagai rekan kerjaku. Setelah beberapa waktu, kualitas video yang kami hasilkan meningkat pesat. Diane sering mengajak semua orang untuk belajar keterampilan teknis bersama, dan saat saudara-saudari menghadapi kesulitan, dia bisa mempersekutukan dan menyelesaikannya berdasarkan firman Tuhan. Lama-kelamaan, aku mulai merasa agak iri padanya. Terutama saat membahas pekerjaan, ketika saudara-saudari berkumpul di sekitarnya untuk bertanya, aku merasa sangat sedih dan merasa diabaikan. Kupikir, "Kalau terus begini, bukankah aku hanya menjadi pengawas pajangan? Apa yang akan saudara-saudari pikirkan tentangku? Apa mereka akan mengira aku tidak sebagus Diane?" Karena itu, diam-diam aku memacu diriku sendiri dan berpikir, "Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus bekerja dua kali lebih keras, aku tidak boleh kalah darinya!"
Setelah itu, aku meluangkan lebih banyak waktu untuk merenungkan firman Tuhan, berharap bisa memperoleh pencerahan, supaya saat pertemuan, aku bisa mempersekutukan wawasan yang belum diperoleh orang lain. Aku ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa pemahamanku lebih baik daripada Diane. Dalam mempelajari keterampilan profesional, aku belajar dengan giat, sering lembur dan bergadang untuk mencari informasi. Namun, hasilnya tidak terlalu bagus dan beberapa kesulitan teknis masih belum teratasi. Sebenarnya, aku tahu bahwa Diane memiliki metode yang bagus dalam mempelajari keterampilan teknis, tetapi aku enggan bertanya padanya, dan berpikir, "Sebelum dia datang, akulah yang mengajak saudara-saudari untuk belajar dan hasilnya juga lumayan bagus. Kalau aku bertanya padanya, bukankah itu justru menunjukkan kalau aku tidak sebagus dia? Kalau saudara-saudari tahu, mereka pasti akan mengatakan bahwa meskipun aku sudah sangat lama melaksanakan tugas ini, kualitasku tidak sebagus dengan saudari yang baru datang." Dengan pemikiran seperti itu, aku makin enggan meminta bantuannya. Selama beberapa hari berturut-turut, aku bukan hanya tidak belajar apa-apa, melainkan juga membuang-buang banyak waktu dan tenaga. Rasanya seperti ada beban berat di hatiku dan aku merasa sangat lelah. Kemudian, rasa iriku makin kuat. Aku ingat suatu kali saat pertemuan, aku merenungkan firman Tuhan lebih dahulu, dengan harapan bisa mempersekutukan pemahaman baru dalam pertemuan kali ini. Namun, saat giliranku untuk bersekutu, pikiranku justru kosong dan aku tidak bisa mempersekutukan apa yang sudah kupersiapkan. Setelah melihat Diane bersekutu dengan jelas dan nyata, sementara saudara-saudari mengangguk setuju, aku merasa sangat tidak nyaman dan berpikir, "Apa kamu tidak bisa bicara lebih sedikit supaya aku tidak kehilangan muka? Setelah kamu bersekutu, bagaimana orang-orang akan membandingkanku denganmu? Apa mereka akan mengira aku tidak sebagus dirimu?" Makin aku berpikir seperti itu, makin besar prasangkaku terhadap Diane. Aku merasa bahwa bekerja sama dengannya membuatku terlihat tidak berguna. Aku benar-benar merasa dipermalukan! Setelah persekutuannya, aku sama sekali tidak ingin berbicara atau menengadah karena takut saudara-saudari akan melihat ekspresi canggungku. Lalu, Diane bertanya, "Ada yang mau kamu tambahkan?" Saat itulah aku mulai sadar, dan dengan raut wajah yang terlihat tenang, aku menjawab, "Tidak ada." Yang kuinginkan saat itu hanyalah agar pertemuan itu cepat selesai. Setelah itu, aku selalu mencari-cari alasan untuk menghindarinya saat bekerja sama dengannya. Terkadang, saat dia mengirimiku pesan untuk membicarakan soal pekerjaan, aku melihatnya, tetapi tidak membalasnya. Terkadang, bahkan meskipun dalam hati aku setuju dengan sudut pandangnya, tetapi aku tetap saja berkata dengan nada dingin seperti, "Yang kamu bilang hanya membahas satu sisi," yang berarti, "Pembahasanmu tidak menyeluruh, jadi berhentilah bersikap sok pamer!" Saat kami memeriksa video yang dibuat oleh saudara-saudari, dia memberikan beberapa saran, yang sebenarnya menurutku tepat, tetapi aku tetap mencari-cari kesalahan dan menunjukkan masalah. Setelah itu, Diane menjadi sangat berhati-hati saat berbicara denganku, seolah-olah takut salah bicara. Dia pun menjadi ragu-ragu saat berdiskusi tentang pekerjaan dan sering kali menanyakan hal-hal seperti, "Apa boleh seperti ini? Kalau yang itu bagaimana?" Selama bersekutu dalam pertemuan, dia terkadang melirik ke arahku. Aku menyadari bahwa aku telah mengekang saudariku dan merasa agak bersalah. Aku merasa perlakuanku pada Diane itu tidak pantas, tetapi aku juga tidak tahu harus bagaimana menghadapinya. Terkadang kupikir, "Andai saja dia tidak bergabung dengan tim ini, aku pasti masih bisa memimpin."
Selama masa itu, aku hidup dalam keadaan iri, terus-menerus memikirkan cara mengungguli Diane. Pikiranku benar-benar tidak fokus pada tugasku. Saat memeriksa video-video buatan saudara-saudari pun, aku jadi tidak bisa menemukan masalah. Sampai suatu hari, pemimpin datang kepadaku dan berkata bahwa aku sedang bersaing demi reputasi dan keuntungan, bahwa aku iri terhadap orang yang berbakat, tidak bekerja sama secara harmonis dengan yang lain, dan semua itu telah memengaruhi pekerjaan video. Dia juga berkata bahwa aku akan diberhentikan dan harus sungguh-sungguh merenungkan diriku sendiri. Aku terkejut saat pemimpin mengatakan itu. Pikiranku mendadak kosong, dan aku tidak mendengar apa pun yang setelah itu dipersekutukan oleh pemimpin. Keesokan harinya, pemimpin berniat menempatkanku di bagian ilustrasi karena keahlian menggambarku. Namun, saudari yang bertanggung jawab atas tim ilustrasi mengatakan anggota mereka sudah cukup dan tidak membutuhkan tambahan lagi. Itu sungguh terasa seperti pukulan keras bagiku. Aku merasa seperti orang yang tidak berguna, yang sudah tidak diinginkan siapa pun. Aku merasa diriku sepenuhnya telah disingkapkan dan disingkirkan. Aku menjalani hidup dalam keadaan putus asa, tidak ingin berdoa atau membaca firman Tuhan, dan aku tidak berani menghadapi saudara-saudari. Hatiku terasa sangat sakit. Suatu malam, aku terbangun dari mimpi buruk. Tubuhku penuh keringat, sangat ketakutan dan gelisah. Aku menyadari bahwa jika aku terus-menerus begitu berputus asa dan terpuruk seperti ini, aku benar-benar akan disingkapkan dan disingkirkan. Aku berlutut dan berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku ingin menyelesaikan masalahku ini. Tolong cerahkan dan terangilah aku, agar aku bisa memahami diriku sendiri dan membalikkan keadaanku yang salah ini."
Setelah itu, aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Sebagai pemimpin gereja, engkau bukan saja harus belajar menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, engkau juga harus belajar menemukan dan membina orang-orang berbakat, yang kepadanya engkau sama sekali tidak boleh merasa iri atau menekan. Menerapkan dengan cara ini bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Jika engkau dapat membina beberapa orang yang mengejar kebenaran untuk bekerja sama denganmu dan melaksanakan semua pekerjaan dengan baik, dan pada akhirnya, engkau semua memiliki kesaksian pengalaman, maka engkau adalah pemimpin atau pekerja yang memenuhi syarat. Jika engkau mampu menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip, berarti engkau sedang mempersembahkan kesetiaanmu. Ada orang-orang yang selalu takut orang lain lebih baik daripada mereka atau mengungguli mereka, takut orang lain akan dikenali sedangkan mereka diabaikan, dan ini membuat mereka menyerang dan mengucilkan orang lain. Bukankah ini contoh perasaan iri terhadap orang-orang yang berbakat? Bukankah itu egois dan hina? Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang kejam! Orang-orang yang hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri, yang hanya memuaskan keinginan egois mereka sendiri, tanpa memikirkan orang lain atau tanpa memikirkan kepentingan rumah Tuhan memiliki watak yang buruk, dan Tuhan tidak mengasihi mereka. Jika engkau benar-benar mampu memikirkan maksud-maksud Tuhan, engkau akan mampu memperlakukan orang lain dengan adil. Jika engkau merekomendasikan orang yang baik dan membiarkan mereka menjalani pelatihan dan melaksanakan suatu tugas, dengan demikian menambahkan seorang yang berbakat ke dalam rumah Tuhan, bukankah itu akan mempermudah pekerjaanmu? Bukankah itu berarti engkau akan menunjukkan kesetiaan dalam tugasmu? Itu adalah sebuah perbuatan baik di hadapan Tuhan; inilah hati nurani dan nalar yang minimal harus dimiliki oleh orang yang melayani sebagai pemimpin. Mereka yang mampu menerapkan kebenaran mampu menerima pemeriksaan Tuhan dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Ketika engkau menerima pemeriksaan Tuhan, hatimu akan menjadi lurus" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Tuhan menyingkapkan bahwa manusia selalu takut kalau orang lain lebih baik atau lebih unggul dari mereka sehingga mereka menyerang dan mengucilkan orang lain. Orang-orang seperti ini iri terhadap mereka yang berbakat dan memiliki watak yang berniat jahat. Seperti itulah keadaanku. Saat melihat Diane memiliki kualitas yang baik dan keterampilan teknis, serta melihat saudara-saudari mengaguminya dan bertanya padanya, aku merasa terancam. Aku takut tersaingi olehnya. Demi mempertahankan posisiku, aku berusaha keras mempelajari keterampilan profesional dan merenungkan firman Tuhan. Bahkan saat pertemuan, aku berpikir tentang bagaimana caranya bersekutu agar aku bisa lebih unggul dari Diane. Saat melihat Diane bersekutu secara nyata, aku merasa iri dan kesal. Bahkan dalam hati aku berharap dia melakukan kesalahan agar saudara-saudari tidak mengaguminya lagi. Yang kupikirkan hanyalah melindungi reputasi dan statusku. Aku benar-benar egois dan tercela! Kenyataannya, Diane memiliki kualitas yang baik dan hasil kerjanya juga bagus, itu seharusnya menjadi hal yang positif karena membantu saudara-saudari dan membawa manfaat bagi pekerjaan gereja. Hal itu pun menyenangkan hati Tuhan dan aku seharusnya senang atas semua itu. Namun, aku justru tidak memikirkan hal-hal ini dan selalu memikirkan bagaimana mengunggulinya. Aku bahkan dengan sengaja mengucilkannya, mencari-cari kesalahan, dan menunjukkan sikap yang buruk, yang mengekang dan merugikannya. Aku menyadari bahwa aku tidak memiliki kemanusiaan dan memiliki watak yang berniat jahat. Aku sungguh malu saat menyadari hal ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa diriku ternyata seburuk itu!
Setelah itu, aku merenungkannya kembali: aku selalu merasa iri terhadap saudariku, watak macam apa yang kuperlihatkan? Apa penyebabnya? Aku membaca firman Tuhan: "Agar dapat memperoleh kekuasaan dan status, hal pertama yang dilakukan para antikristus di gereja adalah berusaha memenangkan kepercayaan dan penghormatan dari orang lain, sehingga mereka dapat meyakinkan lebih banyak orang, dan membuat lebih banyak orang menghormati dan memuja mereka, dan dengan demikian mencapai tujuan mereka untuk menjadi penentu keputusan di gereja, dan memegang kekuasaan. Dalam hal memperoleh kekuasaan, mereka paling ahli dalam bersaing dan bertarung melawan orang lain. Orang-orang yang mengejar kebenaran, yang memiliki martabat di gereja, dan yang dikasihi oleh saudara-saudari, adalah pesaing utama mereka. Siapa pun yang mengancam status mereka adalah pesaing mereka. Mereka tanpa gentar bersaing dengan orang-orang yang lebih kuat daripada mereka; dan mereka bersaing melawan orang-orang yang lebih lemah daripada mereka, tanpa merasa kasihan sedikit pun. Hati mereka dipenuhi dengan falsafah pertempuran. Mereka yakin bahwa jika orang tidak bersaing dan bertarung, mereka tidak akan mampu memperoleh manfaat apa pun, dan mereka hanya bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan bersaing dan bertarung. Agar dapat memperoleh status, dan untuk menjadi terkemuka di dalam sekelompok orang, mereka melakukan apa pun untuk bersaing dengan orang lain, dan mereka tidak mengecualikan seorang pun yang mengancam status mereka. Dengan siapa pun mereka berinteraksi, mereka penuh dengan hasrat untuk bertarung, dan bahkan seiring bertambahnya usia, mereka tetap bertarung. Mereka sering kali berkata, 'Dapatkah aku mengalahkan orang itu jika aku bersaing melawan mereka?' Siapa pun yang fasih berbicara dan mampu berbicara secara logis, terstruktur, dan metodis, akan menjadi sasaran kecemburuan dan ditiru mereka. Dan terlebih dari itu, mereka menjadi pesaing mereka. Siapa pun yang mengejar kebenaran dan memiliki iman, serta mampu secara sering membantu dan menyokong saudara-saudari, serta membantu saudara-saudari keluar dari kenegatifan dan kelemahan, juga menjadi pesaing mereka, demikian pula siapa pun yang ahli dalam profesi tertentu dan cukup dihargai oleh saudara-saudari. Siapa pun yang memperoleh hasil dalam pekerjaan mereka, dan memperoleh pengakuan dari Yang di Atas, tentu saja menjadi sumber persaingan yang lebih besar bagi mereka. Apa moto para antikristus, di kelompok mana pun mereka berada? Bagikan pemikiran engkau semua. (Berjuang melawan orang lain dan Surga adalah sumber kesenangan yang tiada habisnya.) Bukankah ini gila? Ini gila. Ada yang lainnya? (Tuhan, bukankah mereka berpikir bahwa, 'Di seluruh alam semesta ini, akulah yang berkuasa'? Artinya, mereka ingin menjadi yang tertinggi, dan saat bersama dengan siapa pun, mereka selalu ingin mengalahkan mereka.) Inilah salah satu pemikiran mereka. Ada yang lain? (Tuhan, aku memikirkan tiga kata, 'Pemenang adalah raja.' Menurutku, mereka selalu ingin menjadi lebih unggul daripada orang lain dan menonjol, di mana pun mereka berada, dan mereka berjuang untuk menjadi yang tertinggi.) Sebagian besar dari apa yang telah engkau semua katakan adalah sejenis pemikiran; cobalah gunakan semacam perilaku untuk menggambarkannya. Para antikristus belum tentu ingin menempati kedudukan tertinggi di mana pun mereka berada. Setiap kali mereka pergi ke suatu tempat, ada watak dan mentalitas tertentu dalam diri mereka yang memerintahkan mereka untuk melakukan sesuatu. Apakah mentalitas ini? Mentalitas ini adalah 'Aku harus bersaing! Bersaing! Bersaing!' Mengapa kata 'bersaing' ini diucapkan tiga kali, bukan sekali? (Persaingan telah menjadi hidup mereka, mereka hidup berdasarkan persaingan.) Bersaing adalah watak mereka. Mereka dilahirkan dengan watak yang sangat congkak dan yang sulit dikendalikan, yaitu menganggap diri mereka paling hebat, dan sangat sombong. Tak seorang pun mampu membatasi watak mereka yang sangat congkak ini; mereka sendiri pun tak mampu mengendalikannya. Jadi, hidup mereka adalah tentang bertarung dan bersaing. Untuk apa mereka bertarung dan bersaing? Tentu saja, mereka bersaing untuk ketenaran, keuntungan, status, reputasi, dan kepentingan mereka sendiri. Apa pun metode yang mereka gunakan, asalkan semua orang tunduk kepada mereka, dan selama mereka memperoleh manfaat dan status untuk diri mereka sendiri, mereka telah mencapai tujuan mereka. Keinginan mereka untuk bersaing bukanlah kesenangan sementara; ini adalah sejenis watak yang berasal dari natur Iblis. Ini seperti watak si naga merah yang sangat besar yang bertarung melawan Surga, bertarung melawan bumi, dan bertarung melawan manusia. Jadi, ketika para antikristus bertarung dan bersaing dengan orang lain di gereja, apa yang mereka inginkan? Tanpa keraguan, mereka bersaing untuk mendapatkan reputasi dan status" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa antikristus memiliki watak "Bersaing! Bersaing! Bersaing!" Mereka percaya bahwa hanya dengan bersaing dan berjuang, barulah seseorang bisa memperoleh apa yang diinginkannya. Karena itu, di kelompok mana pun mereka berada, mereka akan berjuang mati-matian untuk naik ke posisi teratas. Inilah esensi natur dari antikristus. Saat merenungkan diriku sendiri berdasarkan firman Tuhan, aku menyadari bahwa aku juga memperlihatkan watak seperti itu. Saat melihat Diane mendapat pengakuan dan dikagumi oleh saudara-saudari, hatiku dipenuhi dengan kebencian. Aku merasa bahwa karena aku sudah membuat video dan memiliki sedikit pengalaman serta keterampilan profesional, jadi aku tidak kalah dari dia. Sebelum dia datang, saudara-saudari sering berdiskusi denganku tentang semua masalah dan kesulitan mereka, dan mereka semua sangat menghargaiku. Namun sekarang, semua orang justru berkumpul di sekeliling Diane dan bertanya padanya. Itu sesuatu yang sulit kuterima. Aku merasa dia telah mencuri perhatian dariku, jadi aku ingin merebut kembali cahayaku. Jadi, aku bekerja keras di balik layar, lembur untuk belajar keterampilan teknis, bahkan saat membaca firman Tuhan pun, itu bukan untuk memahami kebenaran dan menyelesaikan masalahku sendiri, tetapi untuk memahami teori yang mendalam agar bisa pamer dan dikagumi oleh orang lain. Dalam hatiku, aku selalu memikirkan bagaimana mengungguli Diane, bagaimana menjatuhkannya, dan bagaimana mempertahankan posisiku. Aku juga menganggap pengalaman masa laluku sebagai modal, berpikir bahwa karena aku memiliki sedikit pengetahuan profesional, aku luar biasa, seolah-olah aku harus lebih baik dari orang lain dan tidak boleh tertinggal. Jadi, saat melihat ada orang yang lebih baik dariku, aku merasa kesal dan ingin bersaing serta bertarung dengan orang itu. Aku menjadi benar-benar congkak dan tak bernalar sama sekali! Aku menyadari bahwa semboyan "Bersaing! Bersaing! Bersaing!" telah menjadi naturku. Yang kuperlihatkan adalah watak seorang antikristus! Saat menyadari hal ini, hatiku dipenuhi penyesalan dan rasa bersalah yang mendalam. Aku sangat membenci diriku sendiri karena memiliki keinginan yang begitu besar terhadap reputasi dan status, dan karena aku mengacaukan serta mengganggu pekerjaan gereja dan merugikan saudara-saudari demi memperkuat posisiku. Aku benar-benar tidak memiliki kemanusiaan!
Kemudian, aku membaca firman Tuhan: "Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasatmata, dan dengan belenggu inilah, mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis. Sekarang melihat tindakan Iblis, bukankah motif jahat Iblis benar-benar menjijikkan? Mungkin hari ini engkau semua masih belum dapat memahami motif jahat Iblis karena engkau semua berpikir orang tidak dapat hidup tanpa ketenaran dan keuntungan. Engkau berpikir jika orang meninggalkan ketenaran dan keuntungan, mereka tidak akan mampu lagi melihat jalan di depan, tidak mampu lagi melihat tujuan mereka, bahwa masa depan mereka akan menjadi gelap, redup, dan suram. Namun, perlahan-lahan, engkau semua suatu hari nanti akan menyadari bahwa ketenaran dan keuntungan adalah belenggu besar yang Iblis gunakan untuk mengikat manusia. Ketika hari itu tiba, engkau akan sepenuhnya menentang kendali Iblis dan sepenuhnya menentang belenggu yang Iblis gunakan untuk mengikatmu. Ketika saatnya tiba di mana engkau ingin membuang semua hal yang telah Iblis tanamkan dalam dirimu, engkau kemudian akan memutuskan dirimu sepenuhnya dari Iblis, dan engkau akan dengan sungguh-sungguh membenci semua yang telah Iblis bawa kepadamu. Baru setelah itulah, umat manusia akan memiliki kasih dan kerinduan yang nyata kepada Tuhan" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Dari firman Tuhan, aku menyadari bahwa akar dari rasa iriku terhadap orang lain adalah belenggu keinginanku akan status. Di lubuk hati, aku memegang teguh gagasan "Harus menonjol dan unggul", "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang", "Orang harus selalu berusaha menjadi lebih baik dari rekan seangkatannya", dan sebagainya. Racun-racun Iblis inilah yang menjadi naturku, dan membuat watakku menjadi makin congkak. Aku selalu ingin menonjol dari yang lain dan bersaing untuk mendapatkan kekaguman. Terutama karena aku percaya bahwa aku memiliki bakat dan kualitas, aku menjadi makin merasa diri benar dan bersikap superior. Saat melihat orang lain lebih baik dariku, aku merasa iri dan tidak bisa menahan diri untuk bersaing dan membandingkan diriku dengan orang lain, Jika aku tidak bisa mengungguli mereka, aku akan tenggelam dalam keputusasaan dan rasa sakit. Ketenaran, keuntungan, dan status telah menjadi seperti belenggu tak kasatmata bagiku, dan aku terjerat serta terikat olehnya tanpa bisa mengendalikan diri. Seolah-olah jika aku tidak mengejar ketenaran dan keuntungan, maka hidupku tidak bermakna atau bernilai. Sejak masa sekolah, pikiran untuk mengejar ketenaran, keuntungan, dan status sudah berakar dalam hatiku yang masih muda. Aku ingin menjadi yang terbaik dalam segala hal yang kulakukan. Demi mendapatkan nilai bagus dan bisa menonjol, aku rela menanggung kesukaran apa pun di balik layar untuk mencapai tujuan itu. Setelah memasuki dunia kerja, aku rela bekerja keras demi uang agar bisa dikagumi orang lain, bahkan sampai mengorbankan kesehatanku sendiri. Akibatnya, aku merusak kesehatanku di usia muda dan hampir kehilangan nyawa. Bahkan setelah mengenal Tuhan, aku masih saja terikat oleh ketenaran, keuntungan, dan status. Aku tidak bisa menahan rasa iri terhadap mereka yang lebih unggul dariku dan bersaing dengan mereka karena aku ingin membuktikan bahwa aku lebih baik dari mereka. Saat melihat saudara-saudari dipromosikan dan diberi peran penting, atau mempersekutukan kebenaran dengan cara yang nyata, aku merasa sangat iri. Seperti kali ini saat bekerja sama dengan Diane, aku melihat bahwa dia lebih baik dariku dan hal itu membuatku merasa iri serta kesal. Kadang aku bahkan bermimpi sedang bersaing dan berebut dengannya, sementara aku hidup dalam penderitaan. Hampir seluruh pikiran dan tenagaku kuhabiskan untuk mengejar ketenaran dan keuntungan. Aku sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menenangkan diri dan mencari kebenaran, juga tidak memikirkan cara untuk melaksanakan tugasku dengan baik. Aku melalaikan tanggung jawabku yang seharusnya dan melawan tuntutan Tuhan. Pengejaranku akan ketenaran, keuntungan, dan status bukan hanya membuat hidupku penuh penderitaan, melainkan juga menyakiti saudariku, bahkan menghambat kemajuan pekerjaan video. Jika aku tidak bertobat, aku hanya akan berakhir disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan. Aku sangat takut setelah menyadari hal ini. Jadi, aku segera berdoa kepada Tuhan untuk bertobat, tidak ingin terus hidup berdasarkan watakku yang rusak.
Suatu hari, selama waktu teduhku, aku membaca firman Tuhan: "Jika Tuhan menciptakanmu bodoh, maka ada makna dalam kebodohanmu; jika Dia menciptakanmu cerdas, maka ada makna dalam kecerdasanmu. Bakat apa pun yang Tuhan berikan kepadamu, apa pun kelebihanmu, setinggi apa pun IQ-mu, semuanya memiliki tujuan bagi Tuhan. Semua hal ini sudah Tuhan tentukan sejak semula. Peran yang kaumainkan dalam hidupmu dan tugas yang harus kaulaksanakan, telah sejak lama ditentukan oleh Tuhan. Ada orang yang melihat bahwa orang lain memiliki kelebihan yang tidak mereka miliki dan merasa tidak puas. Mereka ingin mengubah segala sesuatunya dengan belajar lebih banyak, melihat lebih banyak, dan menjadi lebih rajin. Namun, ada batas yang mampu dicapai oleh ketekunan mereka, dan mereka tak dapat melampaui orang-orang yang memiliki bakat dan keahlian. Sebanyak apa pun engkau berjuang, itu tidak ada gunanya. Tuhan telah menentukan akan menjadi apa dirimu, dan tidak ada yang bisa dilakukan siapa pun untuk mengubahnya. Apa pun yang kaukuasai, di situlah engkau harus berupaya. Tugas apa pun yang sesuai untukmu, engkau harus melaksanakannya. Jangan coba memaksakan dirimu terjun di bidang yang berada di luar keahlianmu dan jangan iri kepada orang lain. Setiap orang memiliki fungsinya masing-masing. Jangan menganggap dirimu mampu melakukan semuanya dengan baik, atau menganggap dirimu lebih sempurna atau lebih baik daripada yang lain, selalu ingin menggantikan orang lain dan memamerkan dirimu. Ini adalah watak yang rusak. Ada orang-orang yang berpikir bahwa mereka tidak dapat melakukan apa pun dengan baik, dan mereka tidak memiliki keterampilan sama sekali. Jika engkau menganggap dirimu seperti itu, engkau harus menjadi orang yang mendengarkan dan tunduk dengan sikap yang rendah hati. Lakukan apa yang bisa kaulakukan dan lakukanlah itu dengan baik, dengan segenap kekuatanmu. Itu sudah cukup. Tuhan akan dipuaskan. Jangan selalu berpikir untuk melampaui semua orang, melakukan segalanya dengan lebih baik daripada orang lain, dan menonjol dalam segala hal. Watak macam apa itu? (Watak yang congkak.) Orang selalu memiliki watak yang congkak, dan sekalipun mereka ingin berjuang untuk kebenaran dan memuaskan Tuhan, mereka gagal. Dikendalikan oleh watak congkak membuat orang sangat cenderung untuk tersesat. ... Jika engkau memiliki watak seperti itu, engkau akan selalu berusaha mengalahkan orang lain, selalu berusaha mengungguli mereka, selalu berebut, selalu berusaha mengambil dari orang lain. Engkau sangat iri hati, engkau tidak mengalah kepada siapa pun, dan selalu berusaha menonjolkan dirimu sendiri. Ini adalah masalah; seperti inilah cara Iblis bertindak" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa kualitas seseorang telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan dan mengandung maksud-Nya. Orang seharusnya belajar untuk tunduk dan menempatkan diri pada posisi yang semestinya sebagai makhluk ciptaan, memanfaatkan kelebihan mereka untuk melaksanakan tugas dengan baik. Orang tidak seharusnya memaksakan diri di bidang yang bukan keahlian mereka, apalagi bersaing dengan orang lain. Sebaliknya, mereka harus rela tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, serta mampu bekerja sama secara harmonis dengan saudara-saudari untuk saling melengkapi. Inilah perwujudan dari orang yang memiliki nalar. Saat memikirkan kembali interaksiku dengan Diane, sebenarnya di awal aku bisa melihat kelebihannya. Namun, saat rasa iriku makin besar, aku dikendalikan oleh keinginanku, dan tidak bisa melihat apa pun dengan jelas, seolah-olah aku telah dibutakan. Akibatnya, rasa iriku makin menjadi-jadi. Kenyataannya, Diane memang cukup teliti dan memikirkan masalah secara menyeluruh. Terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan prinsip, dia sangat berhati-hati; sementara aku cenderung berpikir sederhana, yang sering membuat pekerjaanku perlu diulang kembali. Aku juga tidak mampu menangani permasalahan yang berkaitan dengan prinsip. Selain itu, Diane pandai dalam mengajak semua orang untuk belajar bersama. Saat mempelajari sesuatu, dia mampu menangkap poin-poin pentingnya, dan dia menyampaikan sesuatu dengan teratur dan pemikiran yang jelas. Setiap kali kami mendiskusikan pekerjaan, persekutuannya melengkapi hal-hal yang mungkin terlewat olehku sehingga diskusi kami menjadi lebih menyeluruh. Kelebihannya menutupi kekuranganku, dan kerja sama ini menghasilkan hasil yang lebih baik dalam tugas kami. Saat menyadari hal ini, aku merasa lega di dalam hatiku.
Setelah itu, aku mengambil inisiatif untuk mendekati Diane dan dengan jujur bersekutu dengannya tentang keadaanku akhir-akhir ini yang hidup dalam rasa iri, dan aku pun meminta maaf padanya. Diane senang melihat pemahaman yang kuperoleh, dan dia pun terbuka kepadaku tentang kerusakan yang pernah dia perlihatkan serta pelajaran yang telah dia petik. Menerapkan seperti ini membuatku merasa lega. Setelah itu, setiap kali gereja memintaku untuk melakukan pekerjaan, aku pun bekerja sama dengan aktif, dan keadaanku menjadi jauh lebih baik. Beberapa waktu kemudian, para pemimpin kembali menugaskanku untuk mengawasi pekerjaan video, dan aku sungguh-sungguh bersyukur kepada Tuhan. Suatu kali, aku bekerja sama dengan Diane dalam sebuah video, dan Diane terutama bertugas melaporkan perkembangan serta menyampaikan masalah kepada para pemimpin. Kadang para pemimpin juga menanyakan informasi terbaru tentang pekerjaan kepada Diane. Saat itu, aku merasa sedikit tidak nyaman dan berpikir, "Aku juga banyak berusaha di balik layar untuk membuat video ini, tetapi pada akhirnya, Diane-lah yang melaporkan pekerjaan dan mendapat sorotan. Apa para pemimpin akan berpikir aku tidak sebagus dia?" Saat itu, aku menyadari bahwa rasa iriku mulai muncul lagi, jadi aku cepat-cepat berdoa dalam hati kepada Tuhan, berusaha untuk memberontak terhadap diriku sendiri. Aku teringat akan firman Tuhan: "Engkau harus belajar untuk melepaskan dan mengesampingkan hal-hal ini, merekomendasikan orang lain, dan membiarkan mereka menonjol. Jangan berjuang atau bergegas memanfaatkan kesempatan untuk menonjol dan menjadi pusat perhatian. Engkau harus mampu mengesampingkan hal-hal ini, tetapi engkau juga tidak boleh menunda pelaksanaan tugasmu. Jadilah orang yang bekerja dengan tenang tanpa ingin terlihat dan jangan pamer kepada orang lain saat engkau melaksanakan tugasmu dengan setia. Makin engkau melepaskan kesombongan dan statusmu, dan makin engkau melepaskan kepentinganmu, engkau akan makin merasa damai, dan hatimu akan makin dicerahkan, dan keadaanmu akan makin membaik. Makin engkau berjuang dan bersaing, keadaanmu akan menjadi makin gelap. Jika engkau tidak memercayai-Ku, coba saja dan lihatlah! Jika engkau ingin membalikkan keadaan rusak semacam ini, dan ingin dirimu tidak dikendalikan oleh hal-hal ini, engkau harus mencari kebenaran, dan memahami dengan jelas esensi dari hal-hal ini, dan kemudian mengesampingkan dan melepaskan hal-hal ini" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Firman Tuhan memberiku prinsip-prinsip penerapan. Saat menghadapi situasi yang berkaitan dengan menonjolkan diri atau menjadi sorotan, aku harus belajar melepaskan dan mengesampingkan keinginanku. Inilah yang Tuhan tuntut dan inilah yang seharusnya diterapkan oleh manusia. Kali ini, aku ingin memuaskan Tuhan dalam hal ini. Jadi, terlepas dari bagaimana para pemimpin memandangku, atau apa yang saudara-saudari pikirkan tentangku, aku harus melakukan yang terbaik untuk menjalankan tanggung jawabku. Meskipun aku tidak terlihat oleh orang lain, aku harus menerima pemeriksaan Tuhan dan melaksanakan tugasku dengan baik. Lagi pula, tidak salah jika Diane yang secara proaktif melaporkan pekerjaan kepada pemimpin. Justru itu menunjukkan bahwa dia sungguh-sungguh dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Diane dapat berbicara dengan jelas, dan itulah kelebihannya. Kemampuannya dalam melaporkan pekerjaan dengan jelas juga bermanfaat bagi pekerjaan. Pemahaman ini membuat hatiku terasa jauh lebih tenang.
Sejak saat itu, aku bisa bekerja sama dengan Diane secara normal. Kami sering mendiskusikan pekerjaan dan merangkum masalah bersama-sama. Aku sering meminta nasihatnya tentang masalah teknis, dan aku belajar banyak darinya. Aku menyadari bahwa kerja sama yang harmonis sangat bermanfaat untuk melaksanakan tugas kami dengan baik. Syukur kepada Tuhan!