92. Renungan tentang Pengejaran Kekayaan

Aku terlahir di desa terpencil dan miskin, dan karena keluargaku miskin, aku dipandang rendah oleh para kerabat sejak kecil. Dalam hati, aku bertekad "Aku harus belajar giat, dan di masa mendatang, setelah menghasilkan banyak uang, aku bisa naik, unggul, dan membawa kehormatan bagi keluargaku." Di sekolah, aku memanfaatkan setiap kesempatan untuk belajar, sering kali belajar dengan diterangi cahaya lilin hingga pukul dua atau tiga pagi. Suatu kali, aku begitu lelah hingga tertidur, dan baru bangun ketika api membakar rambutku. Walaupun hidup itu keras, aku sangat percaya, "Kau harus menanggung penderitaan yang sangat besar agar bisa unggul dari yang lain." Namun, yang mengejutkanku, saat ujian masuk perguruan tinggi, aku hanya diterima di universitas biasa. Aku seorang yang ambisius dan tidak dapat menerima hasil ini. Jadi, kuputuskan untuk mengulang ujian tahun berikutnya. Tahun itu, aku belajar lebih giat, tetapi ketika hasil ujian diumumkan, aku gagal lagi. Ketika menerima hasil itu, hatiku hancur. Dapat masuk ke universitas bergengsi adalah satu-satunya kesempatan untuk mengubah takdirku, dan aku tidak menyangka akan gagal dalam ujian. Selama masa itu, aku menghabiskan hari-hari dalam keadaan linglung dan tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku bekerja sebagai buruh di tempat konstruksi, mengangkuti batu bata. Tanganku sampai lecet dan dipenuhi luka serta lepuh berdarah, dan pada malam hari, rasa sakitnya membuatku sulit tidur, dan diam-diam aku menangis di balik selimut. Aku berpikir, "Apakah setiap hari aku akan menjalani kehidupan seperti ini selama sisa hidupku? Aku tidak mau!" Aku percaya takdirku ada di tanganku sendiri, jadi aku ingin mencoba mengubah takdirku lagi, dan belajar lebih giat pada tahun berikutnya. Namun, sekeras apa pun usahaku, aku tetap tidak bisa masuk ke universitas unggulan. Mau tak mau aku harus menerima nasibku dan kuliah di sekolah tinggi penerbangan biasa.

Setelah lulus, aku bekerja di perusahaan pemeliharaan pesawat dalam negeri. Awalnya, aku hanya bisa melakukan pekerjaan kasar di bengkel. Pakaianku basah oleh keringat di tengah panas yang menyengat, dan aku berpikir, "Hidup ini sangat keras. Aku tidak puas hanya menjadi pekerja biasa. Aku perlu belajar bahasa Inggris dan meningkatkan keterampilan teknisku, sehingga aku bisa mendapatkan pengakuan dari atasanku dan dipromosikan. Dengan begitu, aku bisa mendapatkan posisi yang lebih tinggi dan gaji yang lebih baik." Selain belajar dari rekan kerja yang terampil, aku bahkan menggunakan waktu perjalanan pergi dan pulang bekerja untuk membaca materi kerja. Kadang kala ketika ada pesawat bermasalah di tengah malam, dan yang lain sedang tidur serta enggan pergi, aku mengajukan diri untuk memecahkan masalah, memperoleh keterampilan dan pengalaman. Aku memanfaatkan setiap kesempatan untuk berlatih dan mengasah diri. Beberapa bulan kemudian, aku bukan hanya menjadi teknisi magang, tetapi gajiku juga naik dua kali lipat, dan aku ditugaskan untuk bekerja dengan tim ahli asing di berbagai proyek. Namun meskipun status dan gajiku meningkat, aku masih belum merasa puas. Supaya bisa segera membeli mobil dan rumah di kota serta menjalani kehidupan kelas atas, aku bekerja di siang hari dan mengambil pekerjaan paruh waktu di malam hari. Sering kali aku begitu sibuk sehingga bahkan tidak punya waktu untuk makan, rata-rata hanya tidur tiga atau empat jam setiap hari, dan terkadang bekerja sepanjang malam. Aku seperti mesin pencetak uang, bekerja tanpa lelah siang dan malam. Hanya dalam waktu dua tahun, aku memperoleh lebih dari satu juta yuan, membeli mobil dan rumah di kota, dan dikagumi serta dicemburui teman-teman dan kolegaku. Terutama ketika aku kembali ke kampung halaman untuk merayakan Tahun Baru Imlek, dari kejauhan orang-orang yang dahulu memandang rendah keluargaku sudah datang menyambutku, bahkan mengundangku makan ke rumah mereka. Bahkan para tetua bersulang untukku, bertanya apakah aku dapat membantu mencarikan pekerjaan bagi anak-anak mereka. Aku mengalami rasa pencapaian yang tak terlukiskan dan berpikir, "Rasanya senang sekali memiliki uang dan status. Akhirnya aku dapat menegakkan kepalaku!" Namun, siang malam bekerja seperti ini, membuat rambutku banyak mengalami kerontokan, dan tubuhku mulai membengkak. Kakiku menjadi sakit dan mati rasa, dan menjadi sulit berjalan. Aku benar-benar ingin mengambil cuti satu atau dua hari, tetapi aku menganggap mengambil cuti sakit akan merusak peluangku dalam evaluasi dan promosi tahun depan, jadi aku harus menanggungnya. Setiap hari adalah siksaan.

Setiap kali aku mengunjungi ibu mertuaku pada tahun-tahun itu, dia akan menunjukkan kepadaku firman Tuhan Yang Mahakuasa dan berbicara banyak kepadaku tentang iman kepada Tuhan. Dia akan berkata, "Mengejar uang tidak akan ada akhirnya. Jangan merusak kesehatan dan hidupmu demi uang. Iblis sudah begitu merusak kemanusiaan, dan semua orang berjuang mati-matian demi uang, ketenaran, keuntungan, serta hidup demikian sengsara! Tuhan Yang Mahakuasa telah mengungkapkan kebenaran di akhir zaman untuk menyelamatkan manusia dari bahaya Iblis, dan hanya dengan sungguh-sungguh bertobat serta mengikut Tuhan, barulah orang dapat diselamatkan-Nya, dan selamat dari malapetaka besar. Pekerjaan Tuhan akan segera berakhir, jadi berhentilah hanya berfokus pada mencari uang dan percayalah juga kepada Tuhan!" Aku tahu bahwa percaya kepada Tuhan adalah hal yang baik, tetapi aku merasa karierku baru saja dimulai, dan aku ingin membangun reputasiku sendiri, jadi aku menolak ibu mertuaku, dan terus bekerja tanpa kenal lelah demi uang, tenggelam lebih dalam di pusaran kekayaan. Ibu mertuaku juga berkata kepadaku, "Kau benar-benar rela mengorbankan hidupmu demi uang."

Dalam sekejap mata, saat itu sudah tahun 2015. Aku telah membeli dua rumah, dua mobil, dan membuka dua perusahaan, tetapi aku masih belum merasa puas. Untuk menghasilkan lebih banyak uang dan membeli mobil mewah, aku mendirikan sebuah pabrik, sering kali bekerja siang dan malam tanpa istirahat. Aku terus menghasilkan lebih banyak uang, dan ke mana pun aku pergi, orang-orang akan memanggilku "bos". Aku merasa sangat puas dan bangga dengan diriku. Aku berpikir, "Menjadi kaya itu rasanya benar-benar beda". Namun, gaya hidup yang penuh tekanan dan serba cepat ini sangat menguras kesehatanku. Aku sering mengemudi ke tempat kerja sambil terkantuk-kantuk, dan suatu kali, aku hampir berkendara keluar jalur dari jalan layang. Untuk menghemat biaya, aku tidak ingin mempekerjakan lebih banyak pekerja, jadi aku mengerjakan sendiri sebagian besar pekerjaan di bengkel. Suatu kali, saat sedang terburu-buru menyelesaikan pesanan, jariku tertusuk oleh alat paku tembak. Darah mengalir deras, dan rasa sakitnya membuatku menangis, tetapi untuk menyelesaikan pesanan dengan cepat, aku hanya mengobati lukanya sebentar dan kembali ke bengkel untuk melanjutkan pekerjaan. Karena tidak segera mengobatinya, jariku menjadi sangat bengkak dan mengalami komplikasi yang berlangsung lama, dan setiap kali cuaca dingin atau hujan, jariku terasa sakit dan gatal sekali. Aku terus hidup dalam tekanan setiap hari. Secara fisik dan mental, aku merasa kelelahan dan aku begitu kesakitan. Aku berpikir, "Mengapa aku bekerja begitu keras? Apakah ini benar-benar kehidupan yang selama ini kukejar? Untuk apa aku hidup di dunia ini?"

Pada tahun 2017, istriku menerima Injil Kerajaan Tuhan Yang Mahakuasa, dan dia menunjukkan kepadaku sebuah video lagu pujian tentang firman Tuhan. Lirik lagu ini sangat menyentuh hatiku.

Tuhan Mencari Hati dan Jiwamu

1  Umat manusia, setelah meninggalkan perbekalan kehidupan Yang Mahakuasa, tidak mengetahui tujuan keberadaan mereka, tetapi tetap takut akan kematian. Mereka tanpa bantuan atau sandaran, tetapi tetap enggan menutup mata mereka, dan mereka memaksakan diri untuk menopang daging mereka yang tidak memiliki perasaan dalam jiwanya sembari menjalani kehidupan yang hina di dunia ini. Engkau hidup dengan cara ini, tanpa harapan, seperti halnya dengan orang lain, tanpa tujuan. Hanya Yang Mahakudus dari legenda yang akan menyelamatkan mereka yang mengerang di tengah penderitaan dan sangat mendambakan kedatangan-Nya. Keyakinan seperti itu telah lama tidak terwujud dalam diri mereka yang tidak memiliki kesadaran. Kendati demikian, orang-orang tetap merindukannya seperti ini.

2  Yang Mahakuasa berbelas kasihan kepada orang-orang yang sudah sangat menderita ini; pada saat yang sama, Dia merasa muak terhadap orang-orang ini yang sama sekali tidak memiliki kesadaran, karena Dia harus menunggu terlalu lama untuk mendapatkan jawaban dari manusia. Dia ingin mencari, mencari hati dan rohmu, serta membawakanmu air dan makanan, supaya engkau terbangun dan tidak lagi merasa haus atau lapar. Ketika engkau lelah, dan saat engkau merasakan suramnya dunia ini, jangan kebingungan, jangan menangis. Tuhan Yang Mahakuasa, Sang Penjaga, akan menyambut kedatanganmu setiap saat.

............

—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keluhan Yang Mahakuasa"

Setelah membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, aku merasakan kehangatan yang belum pernah kualami sebelumnya. Selama bertahun-tahun, aku telah berjuang keras untuk mendapatkan uang dan hidup dalam kesakitan dan kelelahan. Aku sangat lelah dan kehilangan arah, tetapi aku tidak tahu bagaimana cara membebaskan diri, dan sekarang aku melihat harapan. Manusia diciptakan oleh Tuhan. Hanya Tuhan yang dapat menyelamatkan manusia dari penderitaan ini. Menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa dari akhir zaman adalah satu-satunya cara untuk menerima pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, serta memperoleh keselamatan-Nya, sehingga seseorang dapat hidup dengan tenang dan merdeka. Di masa lalu, aku menolak keselamatan Tuhan karena ingin menghasilkan uang. Tak terpikir olehku bahwa Tuhan masih akan menunjukkan belas kasihan kepadaku dan tidak menyerah untuk menyelamatkanku. Dia masih menantikanku untuk kembali. Aku sangat tersentuh, jadi aku menerima keselamatan Tuhan Yang Mahakuasa dari akhir zaman. Setelah itu, aku sering menghadiri pertemuan dengan saudara-saudari untuk mempersekutukan firman Tuhan.

Suatu kali, aku membaca satu bagian dari firman Tuhan Yang Mahakuasa: "Ketika orang tidak tahu apa yang dimaksud dengan nasib atau tidak memahami kedaulatan Tuhan, mereka hanya berjuang dan tersandung dalam kabut berdasarkan keinginan mereka sendiri, dan bahwa perjalanan itu terlalu sulit, dan menyebabkan terlalu banyak sakit hati. Jadi, ketika orang menyadari bahwa Tuhan berdaulat atas nasib manusia, orang yang pintar memilih untuk menyadari dan menerima kedaulatan Tuhan, dan mengucapkan selamat tinggal pada hari-hari pedih yakni 'berusaha untuk membangun kehidupan yang baik dengan kedua tangan mereka sendiri', dan tidak lagi bergumul melawan nasib dan mengejar apa yang mereka sebut sebagai tujuan hidup dengan cara mereka sendiri. Ketika orang tidak memiliki Tuhan, ketika mereka tidak bisa melihat-Nya, ketika mereka tidak bisa benar-benar dan dengan jelas mampu mengetahui kedaulatan Tuhan, setiap harinya menjadi tidak berarti, tidak bernilai, dan menderita tak terkatakan. Di mana pun seseorang berada, apa pun pekerjaannya, cara bertahan hidup dan tujuan yang mereka kejar tidak menghasilkan apa pun selain sakit hati dan penderitaan yang tak berkesudahan yang sulit untuk diatasi, sampai-sampai mereka tidak tahan ketika mengingat masa lalu mereka. Hanya dengan menerima kedaulatan Sang Pencipta, tunduk pada pengaturan dan penataan-Nya, serta mengejar tercapainya kehidupan manusia yang sejati, barulah orang dapat berangsur-angsur melepaskan diri dari segala sakit hati dan penderitaan, dan lambat laun membebaskan diri dari semua kekosongan hidup manusia" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Firman Tuhan begitu jelas. Kita hidup dalam penderitaan seperti itu karena kita tidak mengenal kedaulatan Tuhan dan tidak memiliki tujuan hidup yang benar. Aku menghasilkan uang, ketenaran, dan mencapai tujuan hidupku, berharap untuk mengubah nasibku melalui usahaku sendiri. Untuk mendapatkan lebih banyak uang, aku menempatkan diriku di bawah tekanan besar setiap hari, aku sangat tegang, dan kesehatanku memburuk. Aku bahkan hampir tidak sengaja berkendara keluar jalur di jalan layang. Meskipun mendapatkan sejumlah uang serta memperoleh kekaguman dan kecemburuan dari kerabat dan teman-teman, kehidupan seperti itu benar-benar menyakitkan dan pahit. Meskipun uang dapat membeli rumah dan mobil yang bagus, juga membuatku menikmati kehidupan jasmani yang baik, dan kekaguman orang lain memuaskan kesombonganku, uang tidak dapat memberiku kedamaian atau keamanan. Uang yang kukejar tidak membawa kebahagiaan sejati padaku; sebaliknya, itu membuatku menjadi budak uang, dan hidupku mengalami penderitaan. Terutama sekarang, ketika malapetaka besar sudah terjadi dan pandemi menyebar ke seluruh dunia, bahkan orang-orang kaya pun telah kehilangan nyawa mereka, aku menyadari bahwa uang sebanyak apa pun tidak dapat membeli kehidupan. Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan: "Apa untungnya jika seseorang mampu mendapatkan seluruh dunia, dan kehilangan jiwanya sendiri? Atau apa yang bisa diberikan seseorang sebagai ganti jiwanya?" (Matius 16:26). Jadi kuputuskan untuk mengubah pengejaran hidupku yang salah ini, dan mulai mengejar kebenaran, melaksanakan tugasku dengan baik, dan menjalani kehidupan yang bermakna.

Kemudian, aku juga bertanya-tanya, "Mengapa mengejar kekayaan, ketenaran, dan keuntungan selalu mendatangkan penderitaan bagi orang lain?" Selama waktu teduhku, aku membaca dua bagian dari firman Tuhan Yang Mahakuasa, dan aku memperoleh sedikit pemahaman tentang masalah ini. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "'Uang membuat dunia berputar' adalah salah satu falsafah Iblis. Falsafah ini tersebar luas di antara semua manusia, di tengah setiap masyarakat; dapat dikatakan bahwa ini adalah sebuah tren. Ini karena pepatah itu telah tertanam di dalam hati setiap orang, yang awalnya tidak menerima pepatah ini, tetapi kemudian diam-diam menerimanya ketika mereka mulai berhubungan dengan kehidupan nyata, dan mulai merasa bahwa kata-kata ini sebetulnya benar. Bukankah ini sebuah proses bagaimana Iblis merusak manusia? ... Iblis menggunakan uang untuk mencobai manusia dan merusak mereka agar mereka memuja uang dan mengagungkan hal-hal materi. Lalu bagaimanakah pemujaan terhadap uang ini terwujud dalam diri manusia? Apakah engkau semua merasa bahwa engkau tidak dapat bertahan hidup di dunia ini tanpa uang, bahwa satu hari saja tanpa uang tak mungkin bagimu? Status orang didasarkan pada berapa banyak uang yang mereka miliki dan begitu pula kehormatan mereka. Punggung orang miskin membungkuk malu, sementara orang kaya menikmati status tinggi mereka. Mereka berdiri tegak dan bangga, berbicara keras-keras dan hidup dengan congkak. Apa yang ditimbulkan oleh pepatah dan tren ini terhadap manusia? Bukankah banyak orang mengorbankan apa pun demi mendapatkan uang? Bukankah banyak orang kehilangan martabat dan integritas mereka demi mendapatkan lebih banyak uang? Bukankah banyak orang kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugas mereka dan mengikut Tuhan karena uang? Bukankah kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan adalah kerugian terbesar bagi manusia? Bukankah Iblis itu jahat, menggunakan cara dan pepatah ini untuk merusak manusia sampai tingkat seperti itu? Bukankah ini tipu muslihat yang kejam?" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V"). "Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasatmata, dan dengan belenggu inilah, mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa Iblis menggunakan perkataan orang-orang terkenal dan tokoh-tokoh besar, pengaruh doktrin pengetahuan, dan pendidikan dari sekolah untuk menanamkan berbagai aturan dan cara bertahan hidup yang keliru kepada manusia, yang menyebabkan generasi demi generasi mengejar dan mengerahkan upaya demi ketenaran dan keuntungan, dan akhirnya hancur dalam pusaran pengejaran ini. Sejak kecil, aku dididik dengan cara seperti ini, dengan gagasan seperti "Kau harus menanggung penderitaan yang sangat besar agar bisa unggul dari yang lain," dan "Uang membuat dunia berputar," dan aturan bertahan hidup lain dari Iblis yang berakar dalam di hatiku. Aku percaya bahwa seseorang tidak dapat hidup tanpa uang, bahwa memiliki uang diperlukan untuk kenikmatan materi dan mendapatkan kekaguman serta kecemburuan orang lain, bahwa hanya dengan cara inilah seseorang dapat hidup bermartabat, dan tanpa uang, orang akan dianggap hina dan dipandang rendah, membuat hidup jadi menyedihkan dan tertindas. Demi memperoleh ketenaran dan keuntungan, aku belajar giat selama lebih dari satu dekade, dan setelah mulai bekerja, aku bekerja keras siang dan malam demi mendapatkan promosi dan kenaikan gaji. Keinginanku makin lama makin bertambah, dan makin banyak yang kuperoleh, makin banyak pula yang kuinginkan, dan aku tidak pernah merasa puas. Bahkan ketika tubuhku kelelahan hingga sakit, aku tetap menolak untuk beristirahat. Ibu mertuaku berulang kali bersaksi kepadaku tentang keselamatan Tuhan dari akhir zaman, dan aku tahu bahwa percaya kepada Tuhan itu baik, tetapi aku tetap menolak untuk berhenti mengejar uang, mencurahkan seluruh waktu dan energiku untuk mengejar ketenaran dan keuntungan. Pada akhirnya, walaupun aku memperoleh ketenaran dan keuntungan, jiwaku tidak pernah mengenal kedamaian dan ketenangan; sebaliknya, aku dibuat benar-benar kelelahan dan menderita. Sekarang aku melihat dengan jelas bahwa, semua rasa sakit ini disebabkan oleh kerusakan dan bahaya dari Iblis. Ketenaran dan keuntungan adalah perangkap yang dipasang oleh Iblis untuk memikat orang ke neraka, itu adalah cara jahat yang digunakan Iblis untuk merusak dan mencelakakan orang, menyebabkan orang makin menjauh dari Tuhan dan menjalani hidup yang lebih menyakitkan, yang pada akhirnya menuntun mereka kepada kematian karena bahaya Iblis. Jika bukan karena pengungkapan firman Tuhan, aku tidak akan mampu menyadari niat jahat Iblis dalam menggunakan ketenaran serta keuntungan untuk merusak dan mencelakakan orang, dan aku akan terus disiksa oleh Iblis, bahkan membahayakan nyawaku sendiri. Sekarang aku hanya ingin sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran, dan tidak lagi tertipu oleh Iblis untuk mengejar uang. Setelah itu, setiap kali kami punya waktu, keluarga kami akan membaca firman Tuhan bersama, mendengarkan lagu-lagu rohani, dan menonton video kesaksian berdasarkan pengalaman. Aku tidak lagi hidup untuk bekerja keras demi uang seperti waktu itu, tetapi sebaliknya, sering bersekutu tentang kebenaran dengan saudara-saudari, dan menikmati penyiraman serta pembekalan firman Tuhan. Aku merasakan kedamaian dan ketenangan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Pada paruh kedua tahun 2021, karena kelesuan industri, pabrikku tutup karena kurangnya pesanan. Walaupun merasa sedikit kecewa, aku tidak seperti dahulu lagi, yang memutar otak agar pabrik tetap beroperasi seperti biasa. Sebaliknya, aku berserah diri dan mengandalkan Tuhan untuk mengalaminya, merasa jauh lebih lega tanpa terkekang oleh uang. Saat itu, aku diterima bekerja paruh waktu di suatu tempat. Sekalipun gajinya tidak seberapa, itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, dan yang terpenting, aku punya waktu untuk menghadiri pertemuan dan melaksanakan tugas dengan baik.

Tak lama kemudian, aku dicobai oleh sesuatu. Suatu hari, pemilik sebuah perseroan terbuka mendatangiku, memintaku untuk mengelola perusahaan yang baru diakuisisinya, dengan tawaran gaji tahunan sebesar 500.000 yuan. Aku berpikir, "Perusahaan ini punya dana yang sangat besar. Kalau aku menerima pekerjaan ini, aku akan menjadi seorang eksekutif, dan kerabat serta teman-temanku pasti akan sangat menghargaiku lagi." Namun kemudian aku berpikir, "Jika aku setuju, aku harus sering bepergian dan menghadiri berbagai acara pertemuan bisnis; makan dan minum firman Tuhan serta menghadiri pertemuan akan sulit kulakukan, apalagi melaksanakan tugasku. Aku telah terbebas dari pusaran pengejaran uang, dan aku kini punya waktu untuk makan dan minum firman Tuhan, menghadiri pertemuan, serta melaksanakan tugasku. Aku tidak bisa lagi membuang waktuku untuk hal sia-sia ini." Aku teringat satu bagian dari firman Tuhan: "Sebagai seseorang yang normal, dan yang mengejar untuk mengasihi Tuhan, masuk ke dalam kerajaan untuk menjadi salah seorang umat Tuhan adalah masa depanmu yang sejati dan suatu kehidupan yang paling berharga dan bermakna; tak seorang pun lebih diberkati dari dirimu. Mengapa Kukatakan demikian? Sebab mereka yang tidak percaya kepada Tuhan hidup untuk daging, dan mereka hidup untuk Iblis, tetapi sekarang, engkau semua hidup untuk Tuhan, dan hidup untuk mengikuti kehendak Tuhan. Itu sebabnya Kukatakan bahwa hidup engkau semua adalah hidup yang paling bermakna" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kenalilah Pekerjaan Terbaru Tuhan dan Ikutilah Jejak Langkah-Nya"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa mengejar kebenaran demi mencapai perubahan watak dan memasuki kerajaan sebagai umat Tuhan adalah cara paling bermakna untuk menjalani hidup dan masa depan yang sejati. Iblis memakai bos ini untuk mencobaiku dengan posisi "eksekutif," berupaya membuatku jatuh kembali ke pusaran menyibukkan diri demi ketenaran dan keuntungan, dan sepenuhnya kehilangan kesempatanku untuk diselamatkan Tuhan. Aku tidak boleh jatuh ke dalam siasat jahat Iblis. Sekarang adalah waktu yang genting bagi keselamatan dan penyempurnaan manusia oleh Tuhan. Aku belum lama percaya kepada Tuhan dan sangat sedikit memahami kebenaran, jadi ini adalah kesempatan terakhirku untuk mengejar kebenaran dan memperoleh hidup. Jika kesempatan ini lenyap, akan terlambat untuk mengejarnya ketika pekerjaan Tuhan berakhir. Jadi aku menolaknya, dan aku merasakan kelegaan yang luar biasa.

Sekarang aku melaksanakan tugasku di gereja dan sering bersekutu dengan firman Tuhan bersama saudara-saudari. Lambat laun, aku mulai memahami beberapa kebenaran dan melihat banyak hal, dan aku tidak lagi merasakan sakit dan kelelahan seperti dahulu. Aku merasakan rasa tenang dan kebebasan di hatiku yang belum pernah kurasakan sebelumnya, yang tidak dapat dibeli dengan uang sebanyak apa pun. Ini benar-benar kasih dan keselamatan Tuhan!

Sebelumnya:  90. Aku Tidak Akan Pernah Mengeluh Tentang Nasibku Lagi

Selanjutnya:  94. Pelajaran yang Kupetik dari Penugasan Ulang dalam Tugasku

Konten Terkait

44. Aku Telah Pulang

Oleh Saudara Chu Keen Pong, MalaysiaAku telah percaya kepada Tuhan selama lebih dari sepuluh tahun dan melayani di gereja selama dua tahun,...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Connect with us on Messenger