46. Berani Menyatakan Kesalahan Sahabat, Menciptakan Persahabatan yang Awet dan Indah

Pada tahun 2023, aku bekerja bersama Ye Xun untuk melaksanakan tugas tulis-menulis. Kemampuan kerja Ye Xun lebih baik daripadaku, dan dia juga lebih efisien. Biasanya, jika aku mengalami keadaan apa pun, dia akan mempersekutukan firman Tuhan untuk membantuku. Kami sangat akur. Pada bulan Februari 2024, dalam sebuah pertemuan, Ye Xun menggabungkan firman Tuhan untuk memahami watak congkaknya sendiri, tetapi pemahamannya sangat umum. Setelah dia selesai, Lan Xin menunjukkan beberapa perilaku Ye Xun yang congkak dan mengekang ketika melaksanakan tugasnya. Dia mengatakan bahwa biasanya ketika Ye Xun menunjukkan masalah Lan Xin, nadanya terasa merendahkan, yang sangat mengekangnya. Ada kalanya juga dia merasa kualitasnya buruk dan tidak cukup baik untuk tugas itu, Ye Xun memberitahunya dengan nada merendahkan agar dia mengundurkan diri jika tidak mampu melakukannya, yang membuatnya sangat negatif. Saat Lan Xin berbicara, wajah Ye Xun perlahan-lahan muram. Ketika Lan Xin menyelesaikan persekutuannya, Ye Xun menangis, mengatakan bahwa dia telah mengekang orang lain dan berbuat jahat, dan suasana hatinya sedang buruk. Kupikir Ye Xun belum sepenuhnya menerima masalah yang ditunjukkan Lan Xin, tetapi kemudian aku juga berpikir bahwa Ye Xun sangat mementingkan gengsi, jadi wajar jika dia tidak bisa langsung menerima ketika Lan Xin menunjukkan masalahnya. Dia semestinya akan membaik setelah beberapa waktu, jadi aku tidak mengatakan apa-apa lagi. Saat makan, Lan Xin beberapa kali mencari Ye Xun untuk mengobrol, tetapi Ye Xun mengabaikannya. Suasananya menjadi sedikit canggung. Ye Xun dan aku bekerja di kantor yang sama, dan setelah makan siang, Lan Xin datang ke kantor kami untuk membantuku dengan komputer. Ye Xun lalu keluar, seolah-olah dia sengaja menghindari Lan Xin. Sebelumnya, dia dan Lan Xin sering mengobrol dan tertawa bersama, tetapi sekarang, seolah-olah dia adalah orang yang berbeda. Aku menyadari bahwa Ye Xun berprasangka terhadap Lan Xin. Aku ingin bertanya tentang keadaannya, dan menunjukkan bahwa sikapnya adalah sikap tidak menerima kebenaran dan akan membuat orang merasa terkekang. Namun kemudian aku berubah pikiran, "Lan Xin baru saja menunjukkan masalahnya, tetapi dia belum menyesuaikan keadaannya. Jika aku datang mengkritiknya sekarang, tidakkah sikapnya akan menjadi makin negatif? Jika nanti dia berpendapat buruk tentangku dan mengabaikanku, apa yang akan kulakukan? Kami adalah rekan sekantor dan setiap saat selalu bertemu. Jika hubungan kami menjadi dingin, maka akan sangat sulit bagi kami untuk bisa akur di masa mendatang. Nanti, jika aku mengalami keadaan atau menghadapi masalah apa pun dalam pekerjaanku, apa yang akan kulakukan jika dia tidak mau membantuku? Bukankah aku hanya akan mempermalukan diriku sendiri?" Setelah memikirkan ini, aku urung menyampaikan apa yang hendak kukatakan. Namun, aku dapat jelas melihat bahwa keadaan Ye Xun tidak baik, dan menyesali sikapku yang tidak mempersekutukannya. Aku lalu memberanikan diri untuk bertanya, "Sepertinya keadaanmu tidak begitu baik. Apakah karena masalah yang ditunjukkan Lan Xin sulit untuk langsung kauterima? Jika ada sesuatu yang kau pikirkan, kau bisa terbuka dan mempersekutukannya. Jangan dipendam di dalam hati!" Ye Xun menjawab dengan lirih, "Aku baik-baik saja. Aku sedang mencernanya," lalu tidak berkata apa-apa lagi. Ketika melihatnya tidak mau terbuka dan mempersekutukannya, tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Aku khawatir jika berkata lebih banyak lagi, itu akan membuatnya antipati terhadapku, dan pendapatnya tentangku menjadi buruk. Oleh karena itu, aku hanya mengucapkan beberapa kata penyemangat dan buru-buru menyudahi pembicaraan.

Setelah itu, selama dua hari berturut-turut, baik saat makan atau bekerja, Ye Xun terus menundukkan kepalanya. Pada dasarnya dia tidak bicara sama sekali kecuali ketika kami menanyainya sesuatu, yang akan dia jawab dengan beberapa patah kata. Sebelumnya, setiap kali ada masalah yang tidak dapat kupahami dalam pekerjaan kami, Ye Xun akan secara proaktif mengungkapkan pendapatnya dan memberikan beberapa saran. Jika ada bagian dari surat kerjaku di mana persekutuanku tidak jelas, dia akan membantuku memperbaikinya. Namun, selama dua hari ini, Ye Xun bahkan tidak mau mempersekutukan masalah yang kami hadapi dalam pekerjaan. Aku ingin mengangkat dan membahas hal itu, tetapi ketika melihat Ye Xun sedang tidak dalam suasana hati yang baik, kupikir akan sulit mencapai hasil apa pun dengan membahas pekerjaan itu, jadi aku tidak menyebutkannya. Akibatnya, pekerjaan itu terkena dampaknya. Setelah itu, aku ingin mengungkapkan perilaku Ye Xun agar dia dapat menyadari masalahnya. Namun kemudian aku ingat bahwa Lan Xin saja yang hanya sekilas menyebutkan watak congkaknya, sudah membuat keadaan Ye Xun menjadi seburuk ini. Jika aku menyebutkan lagi bahwa dia tidak menerima kebenaran, maka tidakkah dia akan berprasangka terhadapku, dan melaksanakan tugas dengan ganjalan di hatinya? Bagaimana kami bisa akur nantinya? Oleh karena itu, dengan hati-hati aku berkata kepada Ye Xun, "Jika kau punya pikiran apa pun, kau bisa membicarakannya. Jika kau terus tidak mengatakan apa-apa seperti ini, kau akan mengekang orang. Tuhan mengatur lingkungan semacam ini untuk memungkinkan kita merenungkan watak rusak kita sendiri. Ini bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan kita." Dia berkata lirih, "Aku sedang perlahan-lahan mencernanya. Aku baik-baik saja. Seperti ini lebih baik. Jika di masa mendatang aku lebih sedikit bicara, aku tidak akan membuat orang merasa terkekang." Ketika melihat Ye Xun masih bicara seperti sedang dongkol, aku pun kembali ragu. "Jika aku menunjukkan masalahnya dan dia tidak menerimanya, apakah dia akan mengabaikanku juga? Sudahlah, kita tunggu saja hingga saatnya dia mau terbuka dan bersekutu." Kemudian, ketika kami membahas pekerjaan bersama, Ye Xun masih tidak banyak bicara. Lan Xin melihat bagaimana sikap Ye Xun, dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia merasa itu salahnya, dan sangat menyesali diri. Keadaannya juga agak putus asa. Dua hari itu, yang kupikirkan hanyalah masalah ini. Aku bahkan tidak bisa menenangkan hatiku saat melaksanakan tugas. Aku berdoa kepada Tuhan untuk memberitahukan keadaan diriku agar Dia dapat menuntunku untuk memahami diriku sendiri.

Kemudian, aku membaca firman Tuhan ini: "Kebanyakan orang ingin mengejar dan menerapkan kebenaran, tetapi seringkali mereka hanya memiliki tekad dan keinginan untuk melakukannya; kebenaran belum menjadi hidup mereka. Akibatnya, saat mereka bertemu kekuatan jahat atau menghadapi orang-orang jahat dan tidak baik yang melakukan perbuatan jahat, atau para pemimpin palsu dan antikristus melakukan sesuatu dengan cara yang melanggar prinsip—sehingga mengganggu pekerjaan gereja, dan merugikan umat pilihan Tuhan—mereka kehilangan keberanian untuk berdiri dan angkat bicara. Apa artinya saat engkau tidak punya keberanian? Apakah itu berarti bahwa engkau malu atau sukar berbicara? Atau apakah engkau tidak memahami hal itu sepenuhnya, dan karenanya tidak memiliki kepercayaan diri untuk berbicara? Bukan keduanya; ini terutama adalah akibat dirimu dikekang oleh watak yang rusak. Salah satu watak rusak yang kauperlihatkan adalah watak licik; ketika sesuatu terjadi padamu, hal pertama yang kaupikirkan adalah kepentinganmu sendiri, hal pertama yang kaupertimbangkan adalah akibatnya, apakah ini akan bermanfaat bagimu atau tidak. Ini adalah watak licik, bukan? Yang lainnya adalah watak yang egois dan hina. Engkau berpikir, 'Apa hubungannya dirugikannya kepentingan rumah Tuhan dengan diriku? Aku bukan pemimpin, jadi mengapa aku harus peduli? Itu tidak ada hubungannya denganku. Itu bukan tanggung jawabku.' Pemikiran dan perkataan seperti itu bukanlah sesuatu yang secara sadar kaupikirkan, tetapi dihasilkan oleh alam bawah sadarmu—yaitu watak rusak yang tersingkap ketika orang menghadapi suatu masalah. Watak yang rusak seperti ini mengendalikan caramu berpikir, itu mengikat tangan dan kakimu, dan mengendalikan apa yang kaukatakan. Di dalam hatimu, engkau ingin berani bertindak dan angkat bicara, tetapi engkau memiliki keraguan, dan bahkan ketika berbicara, engkau bertele-tele, dan perkataanmu bisa saja berubah sesuai keadaan, atau engkau berbohong dan tidak mengatakan yang sebenarnya. Orang yang berpandangan jernih bisa melihat hal ini; sebenarnya, engkau tahu di dalam hatimu bahwa engkau belum mengatakan semua yang seharusnya kaukatakan, bahwa apa yang telah kaukatakan tidak ada efeknya, bahwa engkau hanya asal-asalan, dan bahwa masalahnya belum teratasi. Engkau belum memenuhi tanggung jawabmu, tetapi engkau berkata secara terang-terangan bahwa engkau telah memenuhi tanggung jawabmu, atau bahwa apa yang sedang terjadi tidak jelas bagimu. Apakah ini benar? Dan apakah ini yang sebenarnya kaupikirkan? Bukankah itu berarti engkau sepenuhnya berada di bawah kendali watak Iblis dalam dirimu? Meskipun beberapa dari apa yang kaukatakan sesuai dengan fakta, tetapi mengenai hal-hal penting dan masalah-masalah penting, engkau berbohong dan menipu orang, yang membuktikan bahwa engkau adalah orang yang berbohong, dan yang hidup berdasarkan watak Iblis dalam dirimu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Tuhan menyingkapkan bahwa sering kali, orang bersedia menerapkan kebenaran, tetapi karena didominasi oleh watak rusak mereka yang egois dan licik, mereka terlalu banyak mempertimbangkan kepentingan mereka sendiri, dan meskipun mereka dengan jelas melihat masalah pada saudara-saudari mereka, mereka tidak berani menunjukkannya atau mengungkapkannya. Bahkan jika mereka menunjukkannya, mereka melakukannya secara tidak langsung, hanya mengatakan setengahnya dan tidak mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan. Aku persis dalam keadaan ini. Aku telah melihat bahwa Ye Xun tidak menerima bimbingan Lan Xin, yang telah diabaikan ketika dia berbicara dengan Ye Xun; ini telah mengekang Lan Xin. Aku seharusnya segera bersekutu dan membantunya. Namun, aku khawatir jika, pada saat itu, aku menunjukkan bahwa dia tidak menerima kebenaran, maka dia tidak akan langsung menerimanya dan akan berpendapat buruk tentangku, sehingga nanti dia tidak akan membantuku saat mengalami kesulitan. Oleh karena itu, aku hanya dengan hati-hati bertanya tentang keadaannya. Ketika melihatnya tidak mau terbuka, aku mulai khawatir lagi bahwa mengungkapkan masalahnya akan membuatnya antipati padaku, sehingga aku urung menyampaikan apa yang hendak kukatakan. Kemudian, keadaan Ye Xun masih belum berubah. Selama beberapa hari berturut-turut, dia tidak banyak berbicara dengan kami, dan kami tidak dapat berkomunikasi tentang pekerjaan atau membahasnya secara normal. Kami juga tidak dapat mencapai hasil yang baik dalam melaksanakan pekerjaan. Aku telah dengan jelas melihat masalah Ye Xun, tetapi aku tidak berani mengungkapkannya karena aku ingin melindungi diriku sendiri. Aku hanya diam saat menyaksikan keadaan Lan Xin dan pekerjaan gereja terkena dampaknya. Satu-satunya yang ada di hatiku hanyalah kepentinganku. Aku sama sekali tidak melindungi pekerjaan gereja. Aku begitu licik dan egois!

Kemudian aku membaca firman Tuhan, dan mulai memahami sesuatu tentang akar penyebab ketidakmampuanku untuk menerapkan kebenaran. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ada prinsip dalam falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain yang berbunyi, 'Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain.' Itu berarti untuk menjaga pertemanan yang baik ini, orang harus tutup mulut tentang masalah teman mereka, sekalipun mereka melihatnya dengan jelas. Mereka menaati prinsip tersebut untuk tidak memukul wajah orang atau menyingkapkan kekurangan mereka. Mereka saling menipu, saling menyembunyikan, dan saling terlibat dalam persekongkolan. Meskipun mereka tahu betul orang macam apa orang lain itu, mereka tidak mengatakannya secara langsung, tetapi menggunakan cara-cara licik untuk menjaga hubungan mereka. Mengapa orang ingin menjaga hubungan seperti itu? Ini karena orang tidak mau menciptakan musuh di tengah masyarakat atau di dalam kelompoknya, karena melakukan ini berarti dia akan sering menempatkan dirinya dalam situasi berbahaya. Karena engkau tahu seseorang akan menjadi musuhmu dan menyakitimu setelah engkau menyingkapkan kekurangannya atau menyakiti hatinya, karena engkau tidak ingin menempatkan dirimu dalam situasi seperti itu, engkau menggunakan prinsip falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain yang berbunyi, 'Jika engkau memukul orang lain, jangan pukul wajah mereka; jika engkau menyingkapkan orang lain, jangan singkapkan kekurangan mereka.' Berdasarkan falsafah ini, jika dua orang berada dalam hubungan seperti itu, dapatkah mereka dianggap sebagai sahabat sejati? (Tidak.) Mereka bukan sahabat sejati, apalagi orang kepercayaan dari masing-masing mereka. Jadi, sebenarnya hubungan macam apakah ini? Bukankah ini adalah hubungan sosial yang mendasar? (Ya.) Dalam hubungan sosial semacam itu, orang tidak bisa berbicara dari hati ke hati, juga tidak memiliki hubungan yang mendalam, juga tidak dapat mengatakan apa pun yang ingin mereka katakan. Mereka tidak dapat menyampaikan apa yang ada dalam hati mereka, atau masalah yang mereka lihat dalam diri orang lain, atau perkataan yang akan bermanfaat bagi orang lain. Sebaliknya, mereka memilih mengucapkan perkataan yang menyenangkan, untuk menyenangkan hati orang lain. Mereka tidak berani mengatakan yang sebenarnya ataupun menjunjung tinggi prinsip, dan dengan cara itu mereka menghalangi orang lain agar tidak memiliki pemikiran yang memusuhi mereka. Ketika tak seorang pun mengancam seseorang, bukankah orang tersebut akan hidup relatif tenang dan damai? Bukankah inilah tujuan orang dalam menganjurkan pepatah ini, 'Jika engkau memukul orang lain, jangan pukul wajah mereka; jika engkau menyingkapkan orang lain, jangan singkapkan kekurangan mereka'? (Ya.) Jelas, ini adalah cara bertahan hidup yang bengkok dan licik yang mengandung unsur kewaspadaan, yang tujuannya adalah untuk melindungi diri sendiri. Karena hidup dengan cara seperti ini, orang tidak memiliki orang kepercayaan, tidak memiliki sahabat yang dengannya mereka dapat membicarakan apa pun yang mereka sukai. Di antara orang-orang, yang ada hanyalah sikap saling berwaspada, saling memanfaatkan, dan saling bersiasat, di mana setiap orang mengambil apa yang mereka butuhkan dari hubungan tersebut. Bukankah begitu? Pada dasarnya, tujuan dari 'Jika engkau memukul orang lain, jangan pukul wajah mereka; jika engkau menyingkapkan orang lain, jangan singkapkan kekurangan mereka' adalah untuk menjaga agar tidak menyinggung orang lain dan menciptakan musuh, untuk melindungi diri sendiri dengan tidak menyakiti siapa pun. Ini adalah teknik dan metode yang orang gunakan untuk menjaga dirinya agar tidak dirugikan. Melihat pada beberapa aspek dari esensi pernyataan ini, apakah tuntutan di balik perilaku moral 'Jika engkau memukul orang lain, jangan pukul wajah mereka; jika engkau menyingkapkan orang lain, jangan singkapkan kekurangan mereka' adalah prinsip yang mulia? Apakah ini positif? (Tidak.) Lalu, apa yang pepatah ini ajarkan kepada orang? Pepatah ini mengajarkan bahwa engkau tidak boleh menyinggung atau melukai perasaan siapa pun, jika tidak, engkaulah yang pada akhirnya akan dirugikan; dan selain itu, pepatah ini mengajarkan bahwa engkau tidak boleh memercayai siapa pun. Jika engkau melukai perasaan salah satu dari teman baikmu, persahabatan itu akan mulai berubah secara diam-diam. Mereka akan berubah dari yang tadinya teman baik atau teman dekatmu, menjadi orang asing atau musuhmu. Masalah apa yang dapat diselesaikan dengan mengajari orang bertindak seperti itu? Meskipun, dengan bertindak seperti ini, engkau tidak menciptakan musuh dan bahkan mengurangi beberapa musuh, apakah ini akan membuat orang mengagumi dan memujimu, dan selalu mempertahankan pertemanan denganmu? Apakah ini sepenuhnya memenuhi standar perilaku moral? Paling-paling, ini tak lebih dari sekadar falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain. Dapatkah mematuhi pernyataan dan penerapan ini dianggap sebagai perilaku moral yang baik? Sama sekali tidak" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (8)"). Dari firman Tuhan, aku melihat bahwa alasanku tidak berani langsung menunjukkan masalah Ye Xun adalah karena aku hidup menurut falsafah Iblis tentang cara berinteraksi dengan orang lain. Aku telah menganut pepatah seperti "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain" dan "Jika engkau memukul orang lain, jangan pukul wajah mereka; jika engkau menyingkapkan orang lain, jangan singkapkan kekurangan mereka" sebagai caraku dalam berinteraksi dengan orang lain. Kupikir agar bisa akur dengan orang lain, kau harus memaklumi mereka, berbicara dengan cara yang mudah mereka terima, dan tidak menyinggung mereka, dan hanya dengan cara ini kau dapat melindungi hubunganmu dengan orang lain dan mendapat tempat di antara orang-orang. Ketika aku belum percaya kepada Tuhan, jika seseorang melakukan sesuatu yang salah, aku tidak akan berani menunjukkannya secara langsung. Bahkan jika menyebutkan sesuatu, aku akan melakukannya dengan sangat hati-hati, sehingga aku sangat akur dengan rekan-rekanku. Setelah mulai percaya kepada Tuhan, aku terus mengandalkan falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain ini agar bisa akur dengan saudara-saudariku. Ketika aku melihat saudara-saudariku melakukan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip dan tidak bermanfaat bagi pekerjaan gereja, aku tidak berani menunjukkannya karena khawatir akan merusak suasana yang harmonis. Khususnya, ketika aku melihat bahwa Ye Xun tidak menerima masalah yang ditunjukkan Lan Xin dan hidup dalam watak yang rusak serta menghalangi tugas kami, aku seharusnya bersekutu, memberinya petunjuk, dan membantunya memahami konsekuensi berat dari tidak menerima kebenaran. Namun, aku takut hal itu akan memengaruhi hubungan kami, sehingga aku hanya bertanya tentang keadaannya secara tidak langsung, tanpa menunjukkan masalahnya. Akibatnya, dia terus mendongkol dan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga menghambat pekerjaan. Aku menyadari bahwa hidup menurut falsafah Iblis tentang cara berinteraksi dengan orang lain membuat kita tidak tulus dan tidak membantu orang lain sama sekali, juga tidak melindungi pekerjaan gereja. Itu juga membuatku makin licik dan egois: Itu benar-benar merugikan orang lain dan dirimu sendiri! Ketika orang yang benar-benar memiliki kemanusiaan melihat bahwa saudara-saudari mereka hidup dalam watak yang rusak, mereka akan mempersekutukan firman Tuhan berdasarkan kasih, dan membantu saudara-saudari mereka memahami watak rusak mereka sendiri. Namun, yang kupertimbangkan hanyalah apakah setelah kutunjukkan masalahnya, Ye Xun akan berpendapat buruk tentangku dan apakah kami akan menjadi sulit akur nantinya. Yang kupikirkan hanyalah bagaimana melindungi diriku sendiri. Aku sama sekali tidak mempertimbangkan jalan masuk kehidupan saudariku atau pekerjaan gereja. Aku menyadari bahwa meskipun aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, aku tidak berubah sedikit pun. Aku tidak memiliki kemanusiaan yang normal, dan aku benar-benar telah membuat Tuhan muak. Ketika aku memahami ini, hatiku dipenuhi penyesalan dan menyalahkan diri. Aku juga berdoa kepada Tuhan tentang keadaanku agar Dia dapat menuntunku untuk dapat menerapkan kebenaran.

Setelah itu, aku menonton sebuah video kesaksian pengalaman. Di dalamnya dikutip dua bagian dari firman Tuhan yang sangat membantuku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Terkadang, harmonis berarti bersikap sabar dan bertoleransi, tetapi harmonis juga berarti engkau memiliki pendirian dan mematuhi prinsip. Harmonis bukan berarti mengkompromikan prinsip untuk memuluskan segalanya, atau berusaha menjadi 'penyenang orang', atau bersikeras untuk mencari jalan tengah—dan tentu saja, harmonis bukan berarti menjilat orang lain. Inilah prinsip-prinsipnya. Setelah engkau memahami prinsip-prinsip ini, tanpa kausadari, engkau akan berbicara dan bertindak sesuai dengan maksud Tuhan, dan hidup dalam kenyataan kebenaran, dan dengan cara ini, akan mudah bagimu untuk mencapai kesatuan. Di rumah Tuhan, jika orang hidup berdasarkan falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain, dan jika mereka mengandalkan gagasan mereka sendiri, kecenderungan, keinginan, motif egois, bakat mereka sendiri, dan kepandaian dalam bergaul satu sama lain, maka mereka sama sekali tidak akan mampu hidup di hadapan Tuhan, dan mereka tidak akan mampu mencapai kesatuan. Mengapa demikian? Karena jika orang hidup berdasarkan watak Iblis, mereka tidak akan dapat mencapai kesatuan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Tentang Kerja Sama yang Harmonis"). "Jika engkau memiliki niat dan perspektif penyenang orang, engkau tidak akan menerapkan kebenaran ataupun menaati prinsip dalam segala hal, dan engkau akan selalu gagal dan jatuh. Jika engkau tidak sadar dan tidak pernah mencari kebenaran, berarti engkau adalah pengikut yang bukan orang percaya, dan engkau tidak akan pernah memperoleh kebenaran dan hidup. Lalu, apa yang harus kaulakukan? Ketika menghadapi hal-hal semacam itu, engkau harus berdoa kepada Tuhan dan berseru kepada-Nya, memohon keselamatan dari-Nya dan memohon agar Tuhan memberimu iman dan kekuatan dan membuatmu mampu untuk menaati prinsip, melakukan apa yang harus kaulakukan, menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip, tetap teguh pada pendirianmu, melindungi kepentingan rumah Tuhan, dan mencegah kerugian apa pun terjadi pada pekerjaan rumah Tuhan. Jika engkau mampu memberontak terhadap kepentingan diri sendiri, reputasimu, dan sudut pandangmu sebagai penyenang orang, dan jika engkau melakukan apa yang harus kaulakukan dengan hati yang jujur dan seutuhnya, engkau akan mengalahkan Iblis dan memperoleh aspek kebenaran ini. Jika engkau selalu bersikeras untuk hidup berdasarkan falsafah Iblis, melindungi hubunganmu dengan orang lain, tidak pernah menerapkan kebenaran, dan tidak berani mematuhi prinsip, lalu, akan mampukah engkau menerapkan kebenaran dalam hal-hal lain? Engkau tetap tidak akan memiliki iman atau kekuatan. Jika engkau tak pernah mampu mencari atau menerima kebenaran, apakah percaya kepada Tuhan seperti itu akan memungkinkanmu memperoleh kebenaran? (Tidak.) Dan jika engkau tidak mampu memperoleh kebenaran, dapatkah engkau diselamatkan? Tidak. Jika engkau selalu hidup berdasarkan falsafah Iblis, sama sekali tidak memiliki kenyataan kebenaran, engkau tidak akan pernah dapat diselamatkan. Seharusnya engkau mengerti dengan jelas bahwa memperoleh kebenaran adalah syarat yang diperlukan untuk memperoleh keselamatan. Jadi, bagaimana agar engkau dapat memperoleh kebenaran? Jika engkau mampu menerapkan kebenaran, jika engkau mampu hidup berdasarkan kebenaran, dan kebenaran menjadi dasar hidupmu, maka engkau akan memperoleh kebenaran dan memiliki hidup, dan karena itu engkau akan menjadi salah satu dari mereka yang diselamatkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Tuhan berkata bahwa keharmonisan sejati bukan hanya kesabaran dan toleransi, melainkan juga harus memiliki prinsip dan teguh pada pendirian. Kau tidak bisa terus memilih jalan tengah atau menjadi penyenang orang. Hanya dengan memperlakukan orang dan bekerja sama dengan mereka berdasarkan prinsip kebenaran, barulah kau menjadi selaras dengan maksud Tuhan. Jika kau terus hidup menuruti falsafah Iblis tentang cara berinteraksi dengan orang lain, melindungi hubungan antarpribadimu, tidak dapat menjunjung tinggi prinsip kebenaran, dan tidak dapat menerapkan firman Tuhan, maka pada akhirnya, kau pasti tidak akan dapat memperoleh kebenaran, dan kau akan menjadi salah satu yang disingkirkan Tuhan. Aku telah hidup mengikuti pemikiran dan cara pandang penyenang orang. Aku jelas mengetahui bahwa aku seharusnya menunjukkan masalah Ye Xun dan membantunya memahami dirinya sendiri serta mengubah keadaannya, tetapi aku terus-menerus khawatir jika aku menunjukkannya, ini akan merusak hubungan di antara kami. Oleh karena itu, aku tidak menerapkan keterbukaan dan persekutuan. Dari luarnya, kami berdua tampaknya memiliki hubungan yang harmonis, tetapi dia tidak juga memahami masalahnya dan keadaannya makin memburuk. Semua orang terkekang, dan pekerjaan pun terpengaruh. Semua ini adalah akibat dari aku yang tidak menerapkan kebenaran. Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus menerapkan sesuai dengan firman Tuhan dan menunjukkan perilaku Ye Xun yang tidak menerima kebenaran serta natur dari perilakunya itu. Jika dia menerima kebenaran setelah persekutuan dan penyingkapan, itu akan bermanfaat baginya—itu benar-benar akan menolongnya. Namun, jika setelah bersekutu dia masih tidak menerimanya dan terus menentang, maka aku perlu mendapatkan beberapa pemahaman. Malam itu, aku berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk memberiku iman agar aku dapat menunjukkan masalah Ye Xun. Setelah berdoa, aku berinisiatif untuk bertanya tentang keadaan Ye Xun, dan menunjukkan perilakunya yang tidak mau menerima dan muak akan kebenaran. Setelah Ye Xun mendengarkanku, dia memiliki sedikit pemahaman tentang keadaannya dan bersedia untuk mengubahnya. Aku melihat bahwa dia bersedia menerima kebenaran, tetapi pada awalnya, dia hidup dalam watak yang rusak dan tidak dapat langsung mengubahnya. Aku juga mengalami bagaimana ketika kau menerapkan sesuai dengan firman Tuhan, hatimu pun merasa tenteram dan damai.

Pada pertemuan keesokan harinya, ketika Ye Xun bersekutu tentang keadaannya, dia berkata bahwa dia sadar telah mengekang orang dengan watak congkaknya, dan tidak menerima kebenaran. Namun, dia belum memahami natur dan akibat dari bertindak seperti ini. Aku mulai merasa bimbang lagi, "Mungkin aku harus kembali menunjukkannya, agar dia lebih memahami detailnya. Jika dia hanya memahami garis besarnya, itu tidak membantunya mengubah keadaan dan jalan masuknya di kemudian hari. Namun jika aku menunjukkannya, akankah dia berpikir bahwa aku terlalu banyak menuntutnya? Bagaimana jika dia tidak dapat menerimanya dan menjadi negatif lagi? Jika dia menjadi berprasangka kepadaku, bagaimana kami bisa akur nantinya? Mungkin aku sebaiknya membiarkannya perlahan-lahan memahami sendiri." Ketika memikirkan ini, aku kembali mundur sedikit. Saat ini, aku menyadari bahwa keragu-raguanku masih karena aku ingin mempertahankan hubunganku dengannya. Aku diam-diam berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk memberiku iman dan agar aku bisa jujur memperlakukan saudariku. Aku teringat firman Tuhan ini: "Bagaimana mengungkapkan perkataan yang membangun? Perkataan itu terutama harus mendorong, mengarahkan, membimbing, menasihati, memahami, dan menghibur. Selain itu, dalam beberapa situasi khusus, perlu untuk secara langsung menyingkapkan kesalahan orang lain dan memangkas mereka, sehingga mereka memperoleh pengetahuan tentang kebenaran dan ingin bertobat. Hanya dengan cara demikianlah, hasil yang diinginkan akan tercapai. Cara penerapan ini sangat bermanfaat bagi orang-orang. Ini adalah bantuan yang nyata bagi mereka, dan ini membangun mereka, bukan?" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (3)"). Firman Tuhan membuatku mengerti bahwa bukan hanya kata-kata penyemangat dan nasihat yang membantu orang. Dengan memangkas orang karena masalahnya dan menunjukkan kekurangan serta kelemahan mereka, itu akan lebih membangunnya. Itu dapat membantu orang untuk lebih memahami keadaan mereka, mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, dan juga bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan mereka. Sekarang, Ye Xun tidak memahami natur dan akibat dari sikapnya yang tidak menerima kebenaran. Dengan menunjukkannya, aku dapat membantunya memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Ini akan bermanfaat bagi jalan masuk kehidupannya sendiri dan pekerjaan gereja. Apa pun yang Ye Xun pikirkan tentangku tidaklah penting. Yang terpenting adalah aku harus menerapkan firman Tuhan dan memberi bantuan yang tulus kepada saudariku. Oleh karena itu, aku membaca beberapa bagian dari firman Tuhan sehubungan dengan keadaan Ye Xun, dan menunjukkan bahwa pemahamannya bersifat umum dan kurang detail. Kemudian, dengan menggabungkan firman Tuhan, aku mempersekutukan tentang natur dan akibat dari bertindak seperti itu. Melalui persekutuan, Ye Xun mengakui bahwa saat ini dia tidak memiliki pemahaman yang sangat mendalam, dan bersedia untuk berbalik dan berubah. Dia juga meminta maaf kepada Lan Xin saat itu juga. Lan Xin juga mempersekutukan keadaannya sendiri. Semua orang membuka diri tentang dirinya sendiri, dan tidak ada lagi ganjalan antara seorang dengan yang lain. Aku mengalami bagaimana menerapkan sesuai dengan firman Tuhan sungguh-sungguh membantu dan bermanfaat bagi orang lain. Selama orang bersedia menerima kebenaran, maka menunjukkan masalah, saling membantu, bersekutu, dan menyingkapkan di antara saudara-saudari bukan hanya tidak akan membuat orang menjadi negatif, tetapi akan benar-benar membantu orang untuk memahami dirinya dengan lebih baik, sehingga semua orang akan membuat kemajuan dalam jalan masuk kehidupan mereka. Inilah yang didapat dari menerapkan kebenaran.

Sebelumnya:  44. Aku Tak Lagi Berusaha Menjaga Gengsi

Selanjutnya:  47. Kini Aku Tahu Caranya Menyikapi Pernikahan

Konten Terkait

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Connect with us on Messenger