18. Apakah Gagasan bahwa “Wanita Berhias untuk yang Mengaguminya” itu Benar?
Sejak zaman kuno di Tiongkok, ada pepatah yang mengatakan, "Wanita berhias untuk yang mengaguminya." Banyak wanita, untuk menunjukkan pesonanya dan untuk menyenangkan pria yang mengagumi mereka, berusaha keras untuk menghias dan mendandani dirinya. Aku pun demikian. Ketika berusia tujuh belas tahun, aku diterima di sebuah sekolah kejuruan di ibu kota provinsi. Aku meninggalkan kampung halamanku di desa dan datang ke kota besar untuk belajar. Segalanya terasa begitu baru dan indah. Selama masa studiku, aku bertemu dengan suamiku yang sekarang, dan kami sering mengobrol dan bertemu. Untuk bisa memberi kesan yang baik padanya, setiap kali bertemu, aku selalu merawat penampilanku dengan saksama. Dia juga sering mengajakku bertemu keluarga dan teman-temannya. Mereka semua sangat menyukaiku dan sering memujiku karena kecantikan dan pesonaku. Setiap kali mereka memujiku, pacarku menjadi sangat senang. Dia bilang aku membuatnya merasa sangat bangga ketika dia mengajakku keluar, jadi dia selalu bersedia mengajakku ke mana pun dia pergi. Saat itu, kami tak terpisahkan. Kemudian, kami menikah. Awalnya, dia sangat perhatian padaku. Aku ingat ketika hamil, aku mengalami mual di pagi hari yang sangat parah, dan tidak bisa makan atau minum apa pun. Dia selalu memikirkanku ketika sedang bekerja di luar, dan begitu ada waktu, dia akan pulang merawatku. Aku merasa begitu ditenangkan. Namun setelah anak kami lahir, hidupku jungkir balik. Bentuk tubuhku berubah, dan aku tidak lagi seramping atau secantik dulu. Setiap hari, aku merawat anak dan keluarga, kesibukan itu membuatku kewalahan. dan tidak lagi punya waktu maupun tenaga untuk berdandan. Aku berubah dari seorang gadis menjadi seorang ibu rumah tangga yang kuyu dan tampak tua, sikap suamiku terhadapku juga tidak lagi sama. Dia tidak lagi mengajakku keluar, sebaliknya hampir setiap hari dia habiskan untuk bergaul dengan teman-temannya, dan dia jarang di rumah bersamaku. Setiap kali aku ingin dia pergi bersamaku dan anak kami untuk bersantai, dia pun enggan, tetapi jika teman-temannya menelepon, dia akan segera pergi tanpa berpikir dua kali. Dia suka memelihara anjing, dan suatu kali, aku tidak menutup pintu dengan benar, dan saat aku lengah, anjing itu lari keluar dan tidak kembali. Akibat kejadian itu, dia marah padaku dan dua hari pergi dari rumah. Ada banyak kejadian seperti itu. Aku merasa dia sama sekali tidak peduli padaku, aku pun sangat tertekan dan menderita. Awalnya, aku tidak mengerti mengapa sikap suamiku terhadapku berubah begitu drastis. Suatu hari, sepupuku perempuanku datang ke rumah, dan dia bahkan sampai mengejekku, katanya, "Sudahkah kau bercermin belakangan ini? Kau terlihat begitu lusuh—pria mana yang mau denganmu? Apakah kau tahu mengapa suamimu tidak suka pulang? Aku juga tidak akan mau jika harus pulang ke rumah dan melihat wajah sepertimu." Kata-katanya sungguh menyakitiku. Ternyata suamiku memperlakukanku seperti ini karena aku sudah tidak cantik seperti dahulu, dan dia sudah bosan denganku. Baginya, aku hanyalah sebuah pajangan, bagaikan makanan hambar yang tak berselera, tetapi sayang untuk dibuang. Aku sangat menderita, tetapi tidak tahu bagaimana cara menyelamatkan situasi ini. Kemudian, aku memutuskan untuk memulai dengan mencoba mengubah bentuk tubuhku. Aku mulai fokus pada perawatan kecantikan dan penurunan berat badan. Untuk menurunkan berat badan, aku sering minum pil pelangsing dan membeli pakaian pembentuk tubuh. Aku bahkan melakukan akupunktur dan bekam. Aku mencoba segala macam cara untuk menurunkan berat badan. Karena upayaku menurunkan berat badan terlalu berlebihan, aku sering merasa pusing dan mual, dan ketika makin parah, aku bahkan tidak bisa bergerak saat berbaring di tempat tidur. Aku sangat kesakitan dan tidak ingin menghancurkan diriku seperti ini, tetapi saat teringat akan keinginan merebut kembali hati suamiku, kutahan semua rasa sakit itu. Akhirnya, usahaku membuahkan hasil. Karena kegigihan dan kerja kerasku untuk menurunkan berat badan, akhirnya aku menjadi jauh lebih kurus. Suamiku mulai memandangku berbeda, dan dia memperlakukanku jauh lebih baik dari sebelumnya. Terkadang, dia bahkan mengajakku ke pertemuan dengan teman-temannya. Sepertinya kebahagiaanku yang telah lama hilang akhirnya kembali, dan aku sangat gembira. Dalam hati, aku makin yakin bahwa pepatah "Wanita berhias untuk yang mengaguminya" itu masuk akal.
Namun masa-masa indah itu tidak berlangsung lama. Di mata suamiku, perubahanku tampaknya hanyalah hal baru yang sekadar lewat, dan seiring waktu, dia kembali ke kebiasaan lamanya, jarang menghabiskan waktu bersamaku di rumah seperti sebelumnya. Bahkan ketika tidak ada acara sosial yang harus dihadiri, di rumah dia hanya tidur atau menonton TV, hampir tidak pernah menunjukkan perhatian atau mengobrol santai denganku. Aku sangat tertekan dan kecewa. Dahulu aku telah melepaskan pekerjaanku dan memutus semua lingkar pertemananku, dan aku telah menggantungkan semua harapanku padanya. Demi dirinya, aku bukan hanya mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, melainkan juga merawat anak-anak dan orang tua di keluarga kami, di samping fokus menurunkan berat badan dan perawatan kecantikan untuk memenangkan hatinya. Namun sebagai balasannya, aku tidak menerima apa pun selain ketidakpedulian dan sikap acuh tak acuh darinya. Aku sering merasa kesepian, tidak berdaya, kesakitan, dan putus asa. Berkali-kali, aku berjalan sendirian di jalan atau di tepi kanal, dan aku benar-benar ingin mengakhiri semuanya. Namun ketika teringat anakku yang masih kecil dan orang tuaku yang sudah lanjut usia, aku tidak sampai hati menyerah. Berkali-kali, aku menengadah ke langit, dan dalam hatiku, aku terus berteriak, "Wahai Langit di atas sana! Mengapa hidupku begitu menyakitkan? Apa yang harus kulakukan?"
Kemudian, keselamatan Tuhan di akhir zaman datang kepadaku, dan dengan makan dan minum firman Tuhan bersama saudara-saudari di pertemuan, aku jadi mengerti bahwa Tuhan telah mengawasi umat manusia siang dan malam, tetapi umat manusia telah dirusak oleh Iblis. Kita tidak tahu dari mana kita berasal, ke mana kita akan pergi, apalagi bagaimana menjalani hidup. Kita hanya bisa berjuang tanpa daya dalam kesakitan. Semua ini karena kita tidak mendengarkan firman Tuhan dan telah menyimpang dari pemeliharaan-Nya, dan ini disebabkan oleh Iblis yang menyesatkan dan mencelakai kita. Aku juga menyadari bahwa sebagai makhluk ciptaan, orang harus mengejar kebenaran dan melaksanakan tugasnya, dan hanya dengan demikianlah hidup akan bermakna. Ketika melihat saudara-saudari memberitakan Injil, melaksanakan tugasnya, dan setiap hari menjalani kehidupan yang memuaskan serta penuh sukacita, aku merasa sangat iri. Hari-hariku berputar di sekitar pekerjaan dapur dan suamiku. Aku menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja, dan akibatnya, aku tidak memperoleh apa pun, dan dibiarkan terinjak-injak, penuh luka dan diliputi rasa sakit yang tak tertahankan. Nilai atau makna apa yang dimiliki kehidupan seperti itu? Aku memeriksa hatiku, bertanya pada diri sendiri, "Apakah ini benar-benar kehidupan yang kuinginkan? Tidak. Bukan, bukan ini. Aku tidak bisa hidup seperti ini." Jadi aku mulai melaksanakan tugasku di gereja.
Saat itu, aku tidak merenungkan apakah gagasan "Wanita berhias untuk yang mengaguminya" itu benar, atau memikirkan apakah pengejaranku bermasalah. Baru kemudian, ketika aku membaca bahwa Tuhan menyingkapkan aspek-aspek keliru dari pepatah "Wanita berhias untuk yang mengaguminya," barulah aku mulai merenungkan semua hal yang terjadi padaku, dan aku mulai menyadari betapa absurd dan konyolnya pengejaranku di masa lalu. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Pepatah 'Wanita berdandan untuk orang yang mengaguminya' itu sendiri menempatkan wanita pada posisi yang tidak setara dengan pria. Pepatah ini mengharuskan wanita untuk berdandan demi menyenangkan pria, untuk hidup demi kebahagiaan pria, dan merasa terhormat setiap kali seseorang menyukai dan mengagumi mereka. Ini berarti tidak setara; ini sendiri benar-benar mencerminkan status wanita yang rendah. Maksud sebenarnya dari pepatah 'Wanita berdandan untuk orang yang mengaguminya,' adalah bahwa entah wanita disukai orang lain karena kecantikannya, atau menarik perhatian pria karena tahu cara berdandan agar enak dipandang, dia seharusnya merasa bahagia dan terhormat karenanya. Hal ini sendiri merupakan bentuk penghinaan terhadap wanita. Pepatah ini memberi tahu wanita bahwa nilai keberadaan mereka, sumber kebahagiaan mereka, adalah jika ada seseorang yang menyukai mereka, dan jika tidak ada, mereka harus merasa tidak beruntung dan sedih, dan harus merenungkan mengapa tidak ada yang menyukai mereka, dan apakah, sebagai wanita, mereka sedang menjalani kehidupan yang tidak berharga dan gagal. Jadi, bukankah pepatah 'Wanita berdandan untuk orang yang mengaguminya' merupakan bentuk penghinaan terhadap wanita? (Ya.) Dalam ungkapan 'Wanita berdandan untuk orang yang mengaguminya,' bukankah orang yang mengagumi biasanya merujuk pada pria? Pepatah ini sendiri menempatkan pria pada posisi tuan, di atas wanita. Itu berarti, seorang wanita seharusnya merasa terhormat karena seorang pria—seorang tuan—menyukai dan menghargai dirinya. Jika seorang seorang pria—seorang tuan—tidak menyukainya, berarti ada yang salah dengan dirinya, dia tidak layak dicintai, dia gagal dalam hidup ini, dan dia tidak memenuhi syarat untuk menjadi seorang wanita. Engkau melihat bahwa ini tanpa terasa mengangkat status pria, memungkinkan mereka untuk menginjak leher wanita dan menjulang tinggi di atas mereka. Di sinilah letak kesalahan dalam pepatah 'Wanita berdandan untuk orang yang mengaguminya'" (Firman, Jilid 7, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (14)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mengerti bahwa ungkapan "Wanita berhias untuk yang mengaguminya" pada dasarnya salah. Dengan menempatkan pria di atas wanita, jelas itu merendahkan wanita. Itu membuat wanita tanpa sadar memandang pria sebagai kepala mereka, berpikir bahwa kehidupan wanita seharusnya berputar di sekitar pria, dan gembira ketika mereka disukai serta dikagumi pria. Gagasan ini membuat wanita berpikir bahwa tanpa disukai dan dikagumi pria, hidupnya menjadi tidak berharga, seolah-olah, pada dasarnya, wanita hidup hanya demi kesenangan pria. Pandangan ini sungguh sangat absurd dan tidak adil bagi wanita. Sejak remaja, aku sangat dipengaruhi pepatah ini. Aku percaya jika seorang wanita bisa memenangkan kasih sayang seorang pria, hidupnya akan bahagia dan tanpa beban. Jadi sejak lama aku bermimpi menemukan suami yang akan mencintai dan mengurusku, dan membayangkan akan menua bersama sambil bergandengan tangan dengannya adalah satu-satunya cara menjalani kehidupan yang benar-benar bahagia. Kemudian, aku bertemu dengan suamiku yang sekarang, dan saat itu, aku muda, cantik, dan memiliki bentuk tubuh yang bagus, dan dia sangat menyukaiku. Setiap kali dia punya waktu, dia mengajakku keluar untuk bersenang-senang, dan dia juga mengajakku bertemu keluarga serta teman-temannya. Semua orang memuji penampilanku, dan ini membuatnya makin memanjakanku. Aku tenggelam dalam cinta yang indah ini dan merasa luar biasa bahagia. Untuk menjaga cintanya tetap segar, aku sangat memperhatikan penampilanku setiap kali kami bertemu agar dia melihat sisiku yang paling glamor. Setelah menikah dan melahirkan anak, aku pun berubah dari seorang gadis menjadi ibu rumah tangga yang tua dan kuyu. Sikap suamiku terhadapku memburuk, dan kekagumannya perlahan berubah menjadi penghinaan. Untuk memenangkan hati suamiku dan mempertahankan pernikahan kami yang bahagia, aku menjalani perawatan kecantikan, menurunkan berat badan, dan mencoba segala cara untuk mengubah diriku. Bahkan sekalipun itu berarti merusak tubuhku, aku tak peduli. Ketika melihat sikap suamiku terhadapku membaik, aku merasa sangat puas, dan aku makin melihat "Wanita berhias untuk yang mengaguminya" sebagai kunci untuk mempertahankan pernikahan kami. Aku juga mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, menjaga rumah tetap bersih, dan berdandan dengan cantik. Aku mencurahkan seluruh hati dan pikiranku untuk suamiku, tetapi yang kudapatkan sebagai balasan hanyalah ketidakpeduliannya. Aku merasa sama sekali tidak punya harapan dalam hidup, dan bahkan tidak ingin hidup lagi. Dengan makan dan minum firman Tuhan, aku jadi mengerti bahwa semua penderitaan yang telah kutanggung ini disebabkan oleh Iblis. Aku telah mengikuti ajaran sesat dan kekeliruan Iblis tentang "Wanita berhias untuk yang mengaguminya," dan menghabiskan seluruh waktuku mencoba mencari cara untuk menyenangkannya dan mempertahankan hatinya, membuat kebahagiaanku bergantung pada suamiku. Namun sebagai balasannya, yang kudapatkan hanyalah rasa sakit dan kepahitan. Aku sungguh bodoh dan dungu!
Aku membaca bagian lain dari firman Tuhan, yang membuatku melihat lebih jelas lagi kekeliruan "Wanita berhias untuk yang mengaguminya" ini. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apakah pria menyukai wanita hanya karena penampilan dan perhiasannya? Atau apakah mereka menyukai wanita hanya karena mereka melihat wanita itu lembut, berbudi luhur, bermartabat, dan anggun? Apakah pria menyukai wanita hanya untuk menyenangkan mata mereka? (Tidak, itu adalah untuk memuaskan hasrat seksual daging.) Lalu apa tujuan wanita berusaha menyenangkan pria dan membuat mereka bahagia? (Itu juga untuk memuaskan hasrat seksual daging.) Itu berarti, baik pria maupun wanita memiliki kebutuhan terhadap satu sama lain, dan yang paling mendasar dari kebutuhan ini adalah memuaskan hasrat seksual daging. Kebutuhan pria terhadap wanita bukan hanya tentang menyukai penampilannya, tetapi, berdasarkan hal itu, untuk mendapatkannya secara fisik—dengan kata lain, mendapatkan tubuhnya untuk memuaskan hasrat seksualnya sendiri. Oleh karena itu, tujuan di balik pepatah 'Wanita berdandan untuk orang yang mengaguminya' sebenarnya adalah untuk memuaskan hasrat seksual pria. Itu mengharuskan wanita untuk tidak hanya membuat penampilan dan perhiasan mereka menyenangkan bagi pria, tetapi juga untuk memuaskan hasrat seksual pria. Bukankah itu cara hidup yang sangat hina? Jika wanita masih menganggap pepatah ini benar, bahwa itu adalah sesuatu yang harus mereka capai dan patuhi, berarti wanita sedang merendahkan dirinya sendiri. Pria memiliki kebutuhan seksual terhadap wanita dan ingin mempermainkan tubuh mereka; jika wanita, bukannya menganggap ini hina dan patut dibenci, malah tetap berdandan untuk orang yang mengagumi mereka, merasa bahwa itu adalah kehormatan terbesar dalam hidup mereka, kehormatan tertinggi, bukankah itu berarti mereka sedang merendahkan diri mereka sendiri? (Ya.) Ini sepenuhnya merampas hak-hak wanita. Tidak hanya merampas hak wanita untuk hidup, merampas martabat mereka, dan hak asasi mereka, tetapi juga membuat mereka menganggap bahwa itu adalah kehormatan terbesar. Bukankah ini kejam? Benar-benar kejam! Selain sama sekali tidak memiliki otonomi dan hak asasi manusia, kebahagiaan, kegembiraan, dan kesenangan wanita hanya dapat dicapai di atas dasar menyenangkan pria dan memuaskan mereka sepenuhnya. Perlakuan tidak manusiawi macam apa pun yang wanita alami, mereka dituntut untuk tetap bangga akan hal itu. Bukankah ini menyiksa dan merusak wanita? Baik wanita modern maupun wanita zaman dahulu, mereka semua menganggap pepatah 'Wanita berdandan untuk orang yang mengaguminya' sebagai semboyan mereka, sebagai tujuan hidup mereka. Bukankah ini sepenuhnya salah? Bukankah ini tipu daya Iblis untuk menyiksa dan menyesatkan manusia? (Ya.) ... Tujuan orang mengatakan 'Wanita berdandan untuk orang yang mengaguminya' jelas tidak sesederhana seorang pria menghargai seorang wanita. Itu benar-benar menempatkan pria di posisi di mana mereka lebih tinggi daripada wanita. Lebih tepatnya, pepatah ini muncul di bawah etos bahwa pria lebih unggul dan wanita lebih rendah. Selain itu, kenyataannya adalah bahwa wanita adalah kelompok yang rentan di bawah sistem sosial apa pun, dipandang sebagai pelengkap dan mainan para pria. Oleh karena itu, pepatah 'Wanita berdandan untuk orang yang mengaguminya' benar-benar memalukan bagi semua wanita. Jika wanita sangat menyetujui pepatah ini, itu adalah duka bagi para wanita, dan orang seharusnya merasa betapa hina semua wanita yang menyetujui papatah ini" (Firman, Jilid 7, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (14)"). Dari firman Tuhan, aku melihat dengan jelas bahwa entah pria menyukai wanita atau wanita berusaha menyenangkan pria, tujuan mereka adalah untuk memuaskan keinginan daging. Umat manusia yang rusak tidak memiliki pandangan hidup yang benar, dan tidak tahu bagaimana menjalani hidup dengan benar atau memenuhi tanggung jawabnya untuk mempertahankan kehidupan pernikahan yang normal. Ketika pria dan wanita bersama, sebagian besar adalah tentang melepaskan keinginan daging mereka. Wanita, untuk memuaskan keinginan pria, harus berusaha keras menghias diri untuk mencoba menyenangkan pria. Namun pria mempermainkan wanita sambil mengharapkan wanita mempercantik diri demi kesenangan mereka. Logika ini sungguh tidak masuk akal. Ini murni tipu daya Iblis untuk menginjak-injak dan menghancurkan wanita! Jika bukan karena Tuhan menyingkapkan semua ini, aku akan berpikir pepatah ini benar. Betapa bodoh dan hinanya aku! Ketika mengingat kembali masa-masa aku masih muda, cantik, dan memiliki bentuk tubuh yang bagus, pergi keluar bersamanya membuat dia merasa sangat bangga. dan sangat memuaskan kesombongannya, jadi dia memperlakukanku dengan baik. Setelah melahirkan, aku tidak lagi seramping dan secantik dahulu, sehingga tampaklah sifat aslinya. Kekaguman dan sikap sayangnya yang dahulu berangsur-angsur berubah menjadi penghinaan dan sikap dingin. Untuk merebut kembali hati suamiku, aku telah mencoba mencari berbagai cara untuk menyenangkannya, mencoba segala cara untuk mempercantik diri dan menurunkan berat badan. Namun ini hanya memuaskannya seperti hal baru yang sekadar lewat, dan sama sekali tidak memperbaiki kehidupan pernikahan kami. Kami tinggal serumah tetapi seolah-olah kami orang asing. Perasaan itu sering membuatku merasa cemas dan menderita, bahkan membuatku berpikir untuk mengakhiri hidup. Baru setelah membaca firman Tuhan aku merenung, dan menyadari bahwa sikap sayang suamiku kepadaku dahulu tidaklah tulus. Dia hanya menyukai penampilanku. Terus terang saja, dia hanya menyukaiku karena kemudaan dan kecantikanku, dan ketika kecantikanku memudar serta bentuk tubuhku berubah, semua penghinaan dan sikap dinginnya pun tersingkap. Dia tidak pernah benar-benar peduli padaku, dan dia tidak mengerti bagaimana memenuhi tugasnya sebagai seorang suami. Bagaimana mungkin pernikahan seperti itu bisa bahagia? Aku telah mengaitkan pandangan hidup dan nilai-nilaiku pada menyenangkan pria, dengan keliru berpikir bahwa memenangkan kasih sayang seorang pria akan membuatku bisa mempertahankan hatinya, bahwa hanya dengan cara inilah hidupku akan bahagia serta penuh sukacita dan beginilah seharusnya wanita hidup. Akibatnya, aku menyiksa diri sendiri hingga mengalami derita yang tak terperikan. Semua ini disebabkan oleh perspektif keliru di balik pengejaranku. Jika seorang wanita hidup dengan gagasan "Wanita berhias untuk yang mengaguminya," pada akhirnya, dia hanya akan menjadi korban Iblis. Sungguh menyedihkan dan tragis!
Aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Sekarang, mengertikah engkau apakah pepatah 'Wanita berdandan untuk orang yang mengaguminya' itu benar atau salah? (Itu salah.) Pepatah ini bukanlah hal yang positif, juga bukan pemikiran atau sudut pandang yang benar. Lihatlah dalam Alkitab dan dalam firman yang Tuhan ungkapkan—adakah kalimat yang mengatakan bahwa wanita harus berdandan untuk orang yang mengagumi mereka? Adakah kalimat yang membagi status pria dan wanita ke dalam tingkatan, yang mengatakan bahwa pria lebih tinggi daripada wanita? Tidak ada. Hal yang tercatat dalam kitab Kejadian di Alkitab adalah bahwa wanita adalah tulang dari tulang pria dan daging dari dagingnya. Pria dan wanita sama-sama manusia yang diciptakan oleh Tuhan; mereka setara di hadapan Tuhan, tanpa pembagian tingkatan, tidak ada perbedaan antara yang lebih unggul dan yang lebih rendah. Membagi orang menjadi yang lebih unggul dan yang lebih rendah serta membedakan tingkat status adalah sesuatu yang Iblis lakukan; itu adalah bukti nyata penindasan dan penganiayaan Iblis terhadap wanita. Sejak awal mula Tuhan menciptakan manusia, pria dan wanita itu setara di mata Tuhan. Keduanya adalah makhluk ciptaan dan objek penyelamatan Tuhan. Tuhan tidak pernah mengatakan bahwa pria lebih unggul dan wanita lebih rendah, dan Dia juga tidak pernah mengatakan bahwa pria harus menjadi kepala dari wanita atau tuan mereka, bahwa pria harus lebih tinggi daripada perempuan, bahwa pria harus lebih diutamakan daripada wanita dalam pekerjaan apa pun, atau bahwa pria memiliki pendapat mereka sendiri dan menjadi andalan sementara wanita harus lebih mendengarkan pria. Tuhan tidak pernah mengatakan hal-hal semacam itu. Hanya karena perusakan yang Iblis lakukan, maka muncullah pepatah tentang pria yang lebih unggul dan wanita yang lebih rendah di tengah masyarakat, dan tren ini kemudian terbentuk di seluruh masyarakat dan di antara semua manusia, terus-menerus menekan wanita di bawah otoritas pria. Karena kurangnya pemahaman akan kebenaran, setelah wanita dipengaruhi dan disesatkan oleh segala macam tren jahat Iblis, mereka merasa bahwa mereka adalah makhluk yang sekunder dibandingkan pria atau berstatus lebih rendah daripada pria. Itulah sebabnya, hingga saat ini, banyak wanita masih percaya bahwa pepatah 'Wanita berdandan untuk orang yang mengaguminya' adalah benar. Ini hal yang sangat menyedihkan. Jika orang tidak memahami kebenaran, mereka tetap disesatkan dan dikendalikan oleh berbagai pemikiran dan sudut pandang Iblis dalam banyak hal spesifik. Bahkan hal kecil ini sangat ilustratif, bukan? (Ya.) ... Sebagai anggota umat manusia yang diciptakan, wanita berbeda dari pria hanya dalam jenis kelamin dan fisiologi; dalam aspek lainnya, tidak ada perbedaan sama sekali. Di mata Tuhan, pria dan wanita tidak memiliki perbedaan status apa pun. Tuhan tidak pernah, dalam keadaan apa pun, mengajukan tuntutan terhadap wanita yang berbeda dari tuntutan-Nya terhadap pria. Dalam aspek-aspek seperti jumlah orang yang dipilih Tuhan, harapan untuk diselamatkan, kesempatan mereka untuk melaksanakan tugas, tugas yang dapat mereka lakukan, dan pekerjaan yang dapat mereka lakukan, wanita pada dasarnya setara dengan pria; wanita tidak lebih rendah daripada pria. Inilah situasi yang sebenarnya" (Firman, Jilid 7, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (14)"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa semua orang, baik itu pria maupun wanita, adalah makhluk ciptaan dan setara di hadapan Tuhan. Tidak ada yang namanya superioritas pria atau inferioritas wanita. Tuhan menciptakan pria dan wanita, juga mengatur pernikahan serta keluarga bagi mereka, berharap agar orang-orang hidup rukun dan memenuhi tanggung jawab mereka satu sama lain. Namun, Iblis menanamkan dalam diri manusia ajaran sesat dan kekeliruan seperti "Wanita berhias untuk yang mengaguminya" dan "Laki-laki lebih unggul daripada perempuan," dengan tujuan untuk menekan dan menganiaya wanita. Dahulu, aku selalu hidup dengan gagasan keliru "Wanita berhias untuk yang mengaguminya" dan aku memperlakukan suamiku sebagai sandaranku dan segalanya bagiku. Aku memutar otak memikirkan cara untuk menyenangkannya, bahkan terus-menerus mengubah diriku demi dia. Namun, yang terjadi tidak seperti yang kubayangkan, dan bagaimanapun aku berusaha menyenangkannya, aku tidak pernah mendapatkan kasih sayangnya yang tulus, dan kami menjadi seperti orang asing satu sama lain. Aku mengeluh bahwa dia tidak peduli ataupun cinta padaku, dan dia mengeluh bahwa aku tidak mengerti dia. Tidak ada cinta atau perhatian di antara kami, kami jadi saling membenci, dan hubungan kami menjadi tidak dapat diperbaiki lagi, berangsur-angsur menuju kehancuran. Pada titik ini, dengan makan dan minum firman Tuhan, aku mengerti bahwa dalam kehidupan keluarga, sebagai seorang istri, aku hanya perlu memenuhi tanggung jawabku sendiri, dan aku tidak perlu repot dengan berusaha mempertahankan hati suamiku, ataupun mencoba segala cara untuk menyenangkannya. Dengan melakukan hal itu berarti aku menghancurkan diri sendiri. Suami dan istri setara satu sama lain, dan masing-masing memiliki tanggung jawab serta kewajiban sendiri. Artinya, dalam kerangka pernikahan yang ditetapkan oleh Tuhan, mereka harus memenuhi tanggung jawabnya akan satu dengan yang lain serta saling mendukung dalam setiap fase kehidupannya.
Dari firman Tuhan, aku juga mengerti salah satu kebenaran terpenting: Sebagai makhluk ciptaan, orang harus memenuhi amanat dan misi yang telah Tuhan berikan. Inilah makna dan nilai hidup yang sebenarnya, dan ini juga merupakan pengejaran yang paling benar. Sebagaimana Tuhan berfirman: "Apa nilai kehidupan seseorang? Apakah nilai hidup seseorang hanyalah demi menikmati kesenangan daging seperti makan, minum, dan menikmati hiburan? (Tidak, bukan itu.) Lalu apa nilai hidup seseorang? Silakan bagikan pemikiranmu. (Untuk melaksanakan tugas makhluk ciptaan, inilah yang setidaknya harus dicapai seseorang dalam hidupnya.) Benar. ... Di satu sisi, ini adalah tentang melaksanakan tugas makhluk ciptaan dengan baik. Di sisi lain, ini adalah tentang melakukan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan dan kapasitasmu dengan sebaik mungkin, setidaknya mencapai titik di mana hati nuranimu tidak menuduhmu, di mana engkau bisa berdamai dengan hati nuranimu sendiri dan terbukti dapat diterima di mata orang lain. Lebih jauh lagi, di sepanjang hidupmu, di keluarga mana pun engkau dilahirkan, dan apa pun latar belakang pendidikanmu atau kualitas dirimu, engkau harus memiliki beberapa pemahaman tentang prinsip-prinsip yang seharusnya orang pahami dalam hidup ini. Sebagai contoh, jalan seperti apa yang harus orang tempuh, bagaimana mereka harus hidup, dan bagaimana menjalani kehidupan yang bermakna—engkau setidaknya harus menelusuri sedikit tentang nilai hidup yang benar. Di satu sisi, hidup ini tidak boleh dijalani dengan sia-sia, dan orang tidak boleh dilahirkan ke dunia ini dengan sia-sia. Di sisi lain, selama masa hidupmu, engkau harus memenuhi misimu; inilah yang terpenting. Kita tidak akan berbicara tentang menyelesaikan misi, tugas, atau tanggung jawab yang sangat besar, tetapi setidaknya, engkau harus menyelesaikan sesuatu. Sebagai contoh, ada orang-orang di gereja yang mengerahkan segenap kemampuan mereka ke dalam pekerjaan memberitakan Injil, mendedikasikan seluruh tenaga mereka, membayar harga yang mahal, dan memenangkan banyak orang. Karena hal ini, mereka merasa hidup mereka tidak dijalani dengan sia-sia, merasa hidup mereka bernilai dan memberi ketenangan. Ketika menghadapi penyakit atau kematian, ketika merangkum seluruh kehidupan mereka dan mengingat kembali segala sesuatu yang pernah mereka lakukan, mengingat jalan yang telah mereka tempuh, mereka menemukan penghiburan di dalam hati mereka. Mereka tidak merasa tertuduh dan tidak menyesali apa pun. Ada orang-orang yang mengerahkan segenap kemampuan mereka saat memimpin di gereja atau saat bertanggung jawab atas suatu aspek pekerjaan tertentu. Mereka mengeluarkan potensi maksimal mereka, mengerahkan seluruh kekuatan mereka, mengeluarkan seluruh tenaga mereka dan membayar harga untuk pekerjaan yang mereka lakukan. Melalui penyiraman, kepemimpinan, bantuan, dan dukungan yang mereka lakukan, mereka membantu banyak orang di tengah kelemahan dan kenegatifan mereka sendiri agar orang-orang itu menjadi kuat dan tetap teguh, bukan menarik diri, melainkan kembali ke hadirat Tuhan dan bahkan akhirnya bersaksi bagi Dia. Selain itu, selama masa kepemimpinan mereka, mereka menyelesaikan banyak tugas penting, mengeluarkan banyak orang jahat, melindungi banyak umat pilihan Tuhan, dan memulihkan banyak kerugian besar. Semua pencapaian ini terjadi selama masa kepemimpinan mereka. Saat mengingat kembali jalan yang telah mereka tempuh, saat mengingat kembali pekerjaan yang telah mereka lakukan dan harga yang telah mereka bayar selama bertahun-tahun, mereka sama sekali tidak merasakan penyesalan ataupun merasa tertuduh. Mereka tidak merasa menyesal melakukan hal-hal tersebut dan yakin bahwa mereka telah menjalani kehidupan yang bernilai, dan mereka memiliki keteguhan dan penghiburan di dalam hati. Betapa luar biasanya hal itu! Bukankah ini buah yang telah mereka peroleh? (Ya.) Keteguhan dan penghiburan yang mereka rasakan, dan tidak adanya penyesalan ini adalah hasil dan panen yang mereka dapatkan karena mengejar hal-hal positif dan kebenaran. Jangan menuntut standar yang tinggi terhadap orang lain. Mari kita pertimbangkan keadaan di mana orang dihadapkan dengan tugas yang harus mereka lakukan atau yang bersedia mereka lakukan dalam hidup mereka. Setelah menemukan tempatnya, mereka tetap berdiri teguh pada posisinya dan mempertahankan posisinya, mencurahkan hati dan usaha serta seluruh tenaga mereka, dan mencapai serta menyelesaikan apa yang harus mereka kerjakan dan selesaikan. Ketika akhirnya mereka berdiri di hadapan Tuhan untuk memberikan pertanggungjawaban, mereka merasa relatif puas, tanpa merasa tertuduh atau tanpa penyesalan di hati mereka. Mereka merasa terhibur dan merasa telah memperoleh sesuatu, merasa hidup mereka begitu bernilai" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (6)"). Aku teringat betapa banyak wanita hidup demi suami mereka, menghabiskan seluruh hidupnya berusaha menyenangkan pria, dan menyenangkan suami mereka. Meskipun mereka mungkin bisa mempertahankan pernikahan dan keluarga mereka dengan baik, mereka tidak tahu tujuan hidup yang semestinya, atau bagaimana orang seharusnya menjalani kehidupan yang benar-benar bernilai. Tanpa mengetahui ini, apa makna hidup mereka? Pada akhirnya, bukankah mereka hidup sia-sia? Aku teringat kembali bagaimana dahulu aku mengejar kebahagiaan pernikahan. Aku melakukan segala macam hal yang sia-sia hanya demi usaha menyenangkan suamiku, dan aku menanggung begitu banyak penderitaan yang tidak perlu, tetapi pada akhirnya, apa yang kudapatkan, selain tubuh yang hancur? Setelah direnungkan, pengalaman itu benar-benar terukir dalam ingatanku. Itu adalah titik terendah dalam hidupku, dan masa ketika aku paling putus asa dan menderita. Firman Tuhanlah yang membuatku mengerti bahwa kemanusiaan yang rusak dipenuhi oleh watak Iblis, dipenuhi nafsu, dan sama sekali tidak tahu apa itu cinta sejati, apalagi bagaimana mempertahankan pernikahannya. Manusia hanya saling memanfaatkan dan menipu. Tidak ada cinta sejati. Hanya kasih Tuhan kepada umat manusialah yang tanpa pamrih, tanpa tukar menukar, dan tanpa tuntutan. Itulah kasih yang paling sejati dan paling nyata. Jika seorang wanita hidup hanya untuk berusaha menyenangkan suaminya tanpa mengejar kebenaran atau melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, maka kehidupan seperti itu sungguh hina!
Sekarang, aku telah meninggalkan rumah untuk melaksanakan tugasku, dan dalam proses melaksanakan tugasku, aku fokus untuk memeriksa watak rusak dan pikiran serta pandangan keliru apa yang kumiliki, dan dengan sadar kucari kebenaran untuk mengatasinya. Aku merasa hanya dengan dijalani seperti inilah, maka hidup menjadi memiliki makna. Syukur kepada Tuhan karena telah membimbingku keluar dari pikiran dan pandanganku yang keliru!