69. Perenungan tentang Tidak Melakukan Pekerjaan Nyata

Pada bulan Mei 2023, aku bertanggung jawab atas pekerjaan khotbah. Pada pertengahan Oktober, salah satu pemimpin kelompok diberhentikan karena tidak melakukan pekerjaan nyata, dan kemudian, Saudara Li Zhi terpilih sebagai pemimpin kelompok. Pada waktu itu, pemimpin mengirim surat khusus untuk mengingatkanku, mengatakan bahwa Li Zhi memiliki kualitas rata-rata dan kemampuan kerjanya kurang, dan memintaku untuk lebih banyak membantu serta mendukungnya. Jadi pada hari itu juga, aku menulis surat kepada Li Zhi, menjelaskan situasi spesifik anggota kelompok serta masalah-masalah mendesak di dalam kelompok, dan aku memintanya untuk memprioritaskan pekerjaan berdasarkan itu. Li Zhi membalas, mengatakan bahwa pada awalnya, dia merasa kualitasnya tidak cukup baik, bahwa dia memiliki terlalu banyak kekurangan, dan bahwa dia tidak sanggup melaksanakan tugas sebagai pemimpin kelompok, tetapi setelah dia membaca firman Tuhan, keadaannya berbalik, dan dia telah membuat rencana untuk pekerjaan yang akan datang. Aku berpikir, "Li Zhi memiliki sedikit jalan masuk kehidupan. Meskipun kemampuan kerjanya kurang, selama dia adalah orang yang tepat, kekurangan tidak perlu ditakuti, dan aku bisa lebih banyak mendukung dan membantunya." Aku merasa bahwa begitu dia memahami beberapa prinsip dan mendapatkan sedikit pengalaman kerja, segalanya akan baik-baik saja. Setelah itu, aku menindaklanjuti pekerjaan Li Zhi dengan saksama. Dia dapat menerima saran-saran yang kuberikan kepadanya, dan dia memberikan umpan balik mengenai rincian pekerjaan dengan tepat waktu.

Dalam waktu sebulan lebih sedikit, Li Zhi secara bertahap menemukan tiga anggota tim pekerjaan tulis-menulis, yang semuanya cukup berkualitas. Aku merasa cukup senang, dan berpikir, "Aku selalu kesulitan menemukan orang yang cocok, tetapi Li Zhi baru saja datang dan sudah menemukan orang yang cocok. Sepertinya kemampuan kerja Li Zhi tidak terlalu buruk." Aku teringat saat aku bertanggung jawab atas pekerjaan tiga kelompok dan membina orang-orang. Saat itu, aku sibuk sekali setiap hari, tetapi sekarang setelah Li Zhi mulai memahami pekerjaannya, aku bisa sedikit bersantai. Setelah itu, aku tidak menindaklanjuti pekerjaan dengan saksama seperti dulu. Setengah bulan kemudian, aku menyadari bahwa kelompok yang menjadi tanggung jawab Li Zhi belum menyerahkan khotbah apa pun. Aku sedikit bingung, "Menurut Li Zhi, ketiga saudari yang baru saja bergabung dengan kelompok itu memiliki kualitas yang cukup baik, lalu mengapa belum ada hasil yang terlihat dari tugas mereka? Mungkinkah mereka tidak memahami prinsip-prinsip karena mereka baru saja mulai berlatih?" Setelah memikirkan ini, aku pergi mengecek proses pemeriksaan khotbah di kelompok itu, dan aku menemukan bahwa Li Zhi dapat mengidentifikasi beberapa masalah pada khotbah-khotbah itu, dan tidak ada penyimpangan yang terlihat jelas dalam pekerjaan itu. Aku berpikir, "Hasil pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Li Zhi selama ini memang buruk. Tidak mungkin mengharapkan hasil yang instan. Mungkin ini akan membaik seiring berjalannya waktu." Pada waktu itu, aku juga berpikir, "Haruskah aku menyelidiki lebih lanjut?" Namun, aku berpikir, jika memang ada masalah, aku harus menghabiskan banyak waktu untuk menyelesaikannya, dan masih ada pekerjaan dua kelompok lain yang harus kutindaklanjuti. Setelah itu, aku merasa bahwa jika aku harus terlibat dalam semua ini, aku akan kelelahan! Setelah banyak pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk membiarkan Li Zhi yang menyelidiki dan menyelesaikan ini. Suatu kali, aku mengetahui bahwa salah satu dari tiga saudari yang baru dipindahkan, Lu Yuan, merasa menentang terhadap tindak lanjut dan pengawasan Li Zhi, merasa bahwa terus-menerus ditanya tentang kemajuan pekerjaan itu membuang-buang waktunya, dan dia bahkan mengungkapkan pandangan ini di depan orang lain. Aku tahu sikapnya salah dan akan mempengaruhi pekerjaan khotbah, tetapi aku tidak menyelidiki lebih lanjut serta mencoba mengatasinya, dan aku hanya meminta Li Zhi untuk bersekutu dengan Lu Yuan. Kemudian, Li Zhi melaporkan bahwa Lu Yuan melaksanakan tugasnya dengan normal, jadi aku tidak menindaklanjuti masalah itu lebih jauh.

Tak terasa, saat itu sudah pertengahan Desember, dan aku menemukan bahwa kelompok yang menjadi tanggung jawab Li Zhi masih belum menyerahkan banyak khotbah. Aku menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, jadi aku segera menulis surat untuk menanyakan situasinya kepada Li Zhi. Dia berkata bahwa keadaannya tidak baik, dan beberapa saudara-saudari mengatakan bahwa dia tidak bisa melakukan pekerjaan nyata atau mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dalam tugas mereka, dan mereka sedang mempertimbangkan untuk melaporkannya. Pada saat itu, aku terkejut. Bukankah dia bisa melakukan beberapa pekerjaan sebelumnya? Bagaimana bisa tiba-tiba dia dilaporkan? Aku merasa sedikit takut. Pekerjaan kelompok ini menjadi seperti ini terkait dengan fakta bahwa aku tidak melakukan pekerjaan nyata selama periode ini. Aku memiliki tanggung jawab yang tidak dapat dielakkan. Aku segera pergi ke kelompok itu untuk memahami situasinya. Tak kusangka, Li Zhi merasa bahwa kualitasnya buruk dan dia tidak bisa menjadi pemimpin kelompok, jadi dia bertanggung jawab dan mengundurkan diri. Tidak peduli bagaimana pemimpin mencoba bersekutu dan membantu, itu tidak ada gunanya. Setelah Li Zhi pergi, aku menemukan bahwa kelompok yang menjadi tanggung jawabnya memiliki begitu banyak masalah. Lu Yuan selalu melampiaskan kenegatifan. Dia pikir pengawasan dan pemeriksaan Li Zhi terhadap pekerjaannya membuang-buang waktunya, menyebabkan Li Zhi tidak dapat menindaklanjuti pekerjaan khotbah, yang sangat mempengaruhi hasil pekerjaan khotbah. Tiga saudari yang baru saja dipindahkan itu tidak terkendali dan tidak disiplin, serta tidak teratur dalam melaksanakan tugas mereka, dan ketika menghadapi kesulitan, mereka hanya melimpahkannya kepada Li Zhi. Namun, Li Zhi tidak pernah menyinggung masalah tentang sikap mereka terhadap tugas, juga tidak melaporkannya ke atasan. Dia hanya membiarkan mereka terus bersantai-santai. Setelah mengetahui semua ini, aku tertegun. Li Zhi telah membawa pekerjaan sampai ke titik ini dalam rentang waktu tiga bulan, dan anggota kelompok bersikap sangat asal-asalan dalam tugas mereka; aku sama sekali tidak tahu tentang masalah-masalah ini. Ini telah membuat pekerjaan khotbah terhenti. Aku menyesal tidak bekerja lebih tekun! Kemudian, aku memberhentikan anggota yang tidak cocok di kelompok itu dan mengalihtugaskan beberapa personel baru. Setelah itu, barulah pekerjaan itu mulai berangsur-angsur membaik.

Setelah kejadian ini, aku merasa sangat bersalah. Aku tahu betul bahwa Li Zhi berkualitas rata-rata dan kemampuan kerjanya tidak terlalu bagus, tetapi bisa-bisanya aku melepaskan kendali dan mengabaikan pekerjaan kelompok ini? Seandainya aku lebih fokus menindaklanjuti dan memeriksa pekerjaan itu, aku bisa menemukan masalah Li Zhi lebih awal, sehingga dapat terhindar dari konsekuensi seperti ini. Pekerjaan yang menjadi seperti ini memperlihatkan bahwa aku tidak melakukan pekerjaan nyata. Selama waktu itu, aku sering mencari firman Tuhan yang menyingkapkan para pemimpin palsu dan membacanya. Di antaranya, ada sebuah bagian yang sangat berkaitan dengan keadaanku. Tuhan berfirman: "Pemimpin palsu tidak pernah bertanya atau menindaklanjuti situasi pekerjaan berbagai pengawas tim. Mereka juga tidak bertanya, menindaklanjuti, atau memahami jalan masuk kehidupan para pengawas dari berbagai tim dan personel yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan penting, serta bagaimana sikap mereka terhadap pekerjaan gereja dan tugas mereka, terhadap iman kepada Tuhan, kebenaran, dan Tuhan itu sendiri. Mereka tidak tahu apakah orang-orang ini telah mengalami perubahan atau pertumbuhan, dan mereka juga tidak tahu tentang berbagai masalah yang mungkin ada dalam pekerjaan orang-orang ini; khususnya, mereka tidak tahu tentang dampak dari kesalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai tahap pekerjaan terhadap pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, serta tidak tahu apakah kesalahan dan penyimpangan ini pernah diperbaiki atau tidak. Mereka sama sekali tidak tahu tentang semua hal ini. Jika mereka tidak tahu apa pun tentang kondisi-kondisi terperinci ini, mereka menjadi pasif setiap kali masalah muncul. Namun, para pemimpin palsu sama sekali tidak peduli dengan masalah terperinci ini saat melakukan pekerjaan mereka. Mereka yakin bahwa setelah mengatur berbagai pengawas tim dan memberikan tugas, pekerjaan mereka sudah selesai—itu dapat dianggap telah melakukan tugas dengan baik, dan jika masalah-masalah lain muncul, itu bukan urusan mereka. Karena para pemimpin palsu gagal mengawasi, mengarahkan, dan menindaklanjuti berbagai pengawas tim, dan mereka tidak memenuhi tanggung jawab mereka di area-area ini, hal ini mengakibatkan kekacauan dalam pekerjaan gereja. Ini artinya para pemimpin dan pekerja mengabaikan tanggung jawab mereka. Tuhan mampu memeriksa lubuk hati manusia; ini adalah kemampuan yang tidak dimiliki manusia. Oleh karena itu, ketika bekerja, orang-orang harus lebih tekun dan penuh perhatian, secara teratur pergi ke lokasi pekerjaan untuk menindaklanjuti, mengawasi, dan mengarahkan pekerjaan agar pekerjaan gereja dapat dipastikan mengalami kemajuan yang normal. Jelaslah bahwa para pemimpin palsu sama sekali tidak bertanggung jawab dalam pekerjaan mereka, dan mereka tidak pernah mengawasi, menindaklanjuti, atau mengarahkan berbagai tugas. Akibatnya, beberapa pengawas tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan berbagai masalah yang muncul dalam pekerjaan, dan tetap menjalankan peran mereka sebagai pengawas meskipun tidak cukup kompeten untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pada akhirnya, pekerjaan berulang kali tertunda dan mereka mengacaukannya. Inilah akibatnya jika para pemimpin palsu tidak menanyakan, mengawasi, atau menindaklanjuti situasi para pengawas, akibat yang sepenuhnya disebabkan oleh pemimpin palsu yang mengabaikan tanggung jawab mereka" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (3)"). Tuhan berfirman bahwa para pemimpin palsu tidak bertanggung jawab dalam tugas mereka dan tidak melakukan pekerjaan nyata. Setelah memilih seorang pengawas, mereka berpikir bahwa semuanya baik-baik saja dan mereka bisa lepas tangan sekarang. Jadi, mereka tidak memeriksa atau memahami rincian dari berbagai item pekerjaan. Mereka bahkan tidak tahu apakah pengawas atau orang-orang yang melaksanakan tugas benar-benar kompeten, atau apakah pekerjaan terhenti, menyebabkan kerugian serius pada pekerjaan. Ini adalah pemimpin palsu yang sesungguhnya. Aku persis seperti jenis pemimpin palsu yang Tuhan bicarakan. Setelah Li Zhi terpilih sebagai pemimpin kelompok, aku melihat bahwa dia menemukan tiga anggota tim pekerjaan tulis-menulis, dan ketika aku berkomunikasi dengannya tentang pekerjaan, sikapnya selalu cukup baik. Jadi, aku berpikir bahwa Li Zhi melakukan pekerjaan dengan baik, dan aku bisa memercayakan pekerjaan itu kepadanya dengan tenang. Aku kemudian menjadi seorang birokrat, tidak mengawasi atau menindaklanjuti pekerjaannya. Akibatnya, aku tidak tahu bahwa Li Zhi sedang kesulitan dalam tugasnya, dan aku juga sama sekali tidak tahu bahwa para anggota kelompok itu mengabaikan tugas yang semestinya dan bersikap asal-asalan dalam tugas mereka. Aku tahu bahwa pekerjaan khotbah di kelompok mereka tidak kunjung membuahkan hasil, tetapi aku takut jika aku memeriksa rinciannya, aku harus menghabiskan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan masalah-masalah itu, jadi aku membiarkan Li Zhi menanganinya. Selain itu, Lu Yuan tidak mengizinkan orang lain mengawasi pekerjaannya dan terus melampiaskan kenegatifan di dalam kelompok. Dia memainkan peran yang menghambat dalam pekerjaan khotbah. Aku tidak menyingkapkan masalahnya, tetapi malah membiarkan Li Zhi menanganinya, dan setelah itu, aku tidak menindaklanjuti hasilnya. Ini menyebabkan masalah-masalah tetap tidak terselesaikan, dan Lu Yuan gagal memainkan peran positif dalam kelompok, yang mempengaruhi kemajuan pekerjaan. Setelah melihat ini, aku menyadari bahwa aku memang seorang pemimpin palsu. Yang kutinggalkan setelah melaksanakan tugasku hanyalah pelanggaran.

Kemudian, aku merenung, "Apa yang membuatku begitu percaya pada Li Zhi?" Aku membaca firman Tuhan: "Para pemimpin palsu tidak pernah bertanya tentang para pengawas yang tidak melakukan pekerjaan nyata, atau yang tidak melakukan pekerjaan mereka sebagaimana mestinya. Mereka menganggap bahwa mereka hanya perlu memilih seorang pengawas dan itu artinya sudah selesai, dan bahwa setelah itu, pengawas tersebut dapat menangani semua masalah pekerjaan seorang diri. Jadi, para pemimpin palsu hanya sesekali mengadakan pertemuan, dan tidak mengawasi pekerjaan atau bertanya bagaimana perkembangannya, serta bertindak seperti bos yang lepas tangan. ... Mereka sendiri tidak mampu melakukan pekerjaan nyata, dan mereka juga tidak teliti terhadap pekerjaan para ketua kelompok dan para pengawas—mereka tidak menindaklanjutinya atau menanyakannya. Pandangan mereka tentang orang-orang hanya didasarkan pada kesan dan imajinasi mereka sendiri. Saat mereka melihat seseorang bekerja dengan baik selama beberapa waktu, mereka menganggap bahwa orang itu akan selamanya bersikap baik, bahwa orang ini tidak akan berubah; mereka tidak memercayai siapa pun yang berkata bahwa ada masalah dengan orang ini, dan mereka mengabaikannya ketika ada seseorang yang memperingatkan mereka tentang orang tersebut. Apakah menurut engkau semua para pemimpin palsu itu bodoh? Mereka bodoh dan bebal. Apa yang membuat mereka bodoh? Mereka bodoh karena mereka dengan begitu saja menaruh kepercayaan mereka kepada seseorang, meyakini bahwa ketika orang ini dipilih, mereka bersumpah dan bertekad, serta berdoa dengan air mata yang mengalir di wajahnya, itu berarti mereka dapat diandalkan, dan tidak akan pernah ada masalah jika mereka yang bertanggung jawab atas pekerjaan. Para pemimpin palsu tidak memiliki pemahaman tentang natur orang; mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang umat manusia yang rusak. Mereka berkata, 'Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi lebih buruk ketika dirinya terpilih sebagai pengawas? Bagaimana mungkin seseorang yang tampak begitu serius dan dapat diandalkan mengabaikan pekerjaannya? Mereka tidak mungkin seperti itu, bukan? Mereka sangat berintegritas.' Karena para pemimpin palsu telah menaruh keyakinan yang sangat besar pada imajinasi dan perasaan mereka, hal ini pada akhirnya membuat mereka tidak mampu menyelesaikan banyak masalah yang muncul dalam pekerjaan gereja tepat pada waktunya, dan mereka tidak dengan segera memberhentikan dan memindahtugaskan pengawas yang terlibat. Mereka adalah pemimpin palsu tulen. ... Para pemimpin palsu memiliki kekurangan yang fatal: Mereka cepat memercayai orang berdasarkan imajinasi mereka sendiri. Ini disebabkan karena tidak memahami kebenaran, bukan? Bagaimana cara firman Tuhan menyingkapkan esensi umat manusia yang rusak? Mengapa mereka memercayai manusia padahal Tuhan tidak? Para pemimpin palsu sangat congkak dan merasa dirinya benar, bukan? Yang mereka pikirkan adalah, 'Aku tidak mungkin salah menilai orang ini, seharusnya tidak ada masalah dengan orang yang telah kunilai cocok ini; dia pasti bukan orang yang suka makan, minum, dan bersenang-senang, atau yang menyukai kenyamanan dan membenci kerja keras. Dia benar-benar dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Dia tidak akan berubah; jika dia berubah, itu pasti berarti aku keliru tentang dia, bukan?' Logika macam apa ini? Apakah engkau adalah orang yang ahli? Apakah engkau memiliki penglihatan sinar-x? Apakah engkau memiliki keahlian khusus itu? Engkau bisa saja hidup bersama seseorang selama satu atau dua tahun, tetapi akankah engkau mampu melihat siapa diri mereka yang sebenarnya tanpa lingkungan yang sesuai untuk menyingkapkan esensi natur mereka sepenuhnya? Jika dia tidak disingkapkan oleh Tuhan, engkau bisa saja hidup berdampingan dengannya selama tiga atau bahkan lima tahun dan pasti tetap bergumul untuk melihat esensi natur seperti apa yang dia miliki. Betapa lebih sulit lagi jika engkau jarang bertemu dengannya, jarang bersama dengannya? Para pemimpin palsu dengan begitu saja memercayai seseorang berdasarkan kesan yang sesaat atau penilaian positif orang lain tentang mereka, dan berani memercayakan pekerjaan gereja kepada orang semacam itu. Dalam hal ini, bukankah mereka terlalu buta? Bukankah mereka bertindak dengan ceroboh? Dan bukankah para pemimpin palsu bersikap sangat tidak bertanggung jawab ketika mereka bekerja seperti ini?" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (3)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami mengapa aku memercayai orang dengan gegabah dan membabi buta. Akar penyebabnya adalah aku tidak memahami kebenaran dan sangat congkak, dan bahwa aku menilai orang menurut gagasan serta imajinasiku. Aku menganggap bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan nyata hanya karena mereka menunjukkan sedikit kinerja yang baik untuk sesaat. Ini membuatku terlalu memercayai orang dan lalai dalam mengawasi serta menindaklanjuti pekerjaan. Faktanya, pemimpin telah mengingatkanku bahwa kualitas dan kemampuan kerja Li Zhi tidak terlalu baik, dan dia menyuruhku untuk lebih banyak menindaklanjuti rincian pekerjaan serta lebih banyak membimbing Li Zhi dalam melakukan pekerjaan. Namun, karena Li Zhi telah menemukan tiga anggota tim pekerjaan tulis-menulis dan melihat beberapa masalah pada khotbah-khotbah itu, aku mengubah pandanganku tentangnya, berpikir dia memiliki sedikit kemampuan kerja dan kualitasnya tidak terlalu buruk. Setelah itu, aku lepas tangan terhadap pekerjaannya, yang mengakibatkan tertundanya pekerjaan. Setelah kuingat baik-baik, aku menyadari bahwa dua dari tiga anggota itu telah disediakan oleh pemimpin, dan Li Zhi hanya bertanggung jawab untuk mengatur tugas mereka. Bukan berarti Li Zhi telah menemukan mereka dengan membina orang-orang secara pribadi. Selain itu, dia bisa menemukan beberapa masalah pada khotbah karena dia telah berlatih menulis khotbah, dan dia bisa memahami beberapa prinsip. Namun, ketika harus menyelesaikan masalah menggunakan kebenaran, seperti menyelesaikan masalah terkait keadaan anggota kelompok dan sikap mereka terhadap tugas mereka, dia tidak bisa melakukannya. Aku tidak menilai orang menurut prinsip-prinsip kebenaran, dan selain itu, aku telah menikmati kenyamanan dan tidak mau menderita atau membayar harga, tidak menindaklanjuti atau membimbing pekerjaan Li Zhi secara rinci. Pada akhirnya, ini merugikan pekerjaan. Setelah merenungkan ini, aku merasa bersalah dan menyesal di dalam hatiku. Aku menyadari bahwa aku benar-benar buta, baik mata maupun hatiku.

Setelah itu, aku mencari firman Tuhan tentang cara melakukan pekerjaan nyata dan membacanya. Tuhan berfirman: "Apa pun pekerjaan penting yang dilakukan seorang pemimpin atau pekerja, dan apa pun natur pekerjaan ini, prioritas nomor satu mereka adalah memahami dan mengerti bagaimana pekerjaan tersebut berlangsung. Mereka harus berada di sana secara langsung untuk menindaklanjuti segala sesuatu dan mengajukan pertanyaan, mendapatkan informasi mereka secara langsung. Mereka tidak boleh hanya mengandalkan rumor atau mendengarkan laporan orang lain. Sebaliknya, mereka harus mengamati dengan mata kepala sendiri kondisi personel dan bagaimana kemajuan pekerjaan, dan memahami kesulitan apa yang sedang dihadapi, apakah ada area yang bertentangan dengan tuntutan Yang di Atas, apakah terdapat pelanggaran terhadap prinsip, apakah ada gangguan atau kekacauan, apakah ada kekurangan peralatan yang diperlukan atau materi pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan profesional; mereka harus terus-menerus mengetahui dan memberikan perhatian pada semua hal ini. Sebanyak apa pun laporan yang mereka dengar, atau sebanyak apa pun informasi yang mereka kumpulkan dari rumor, tak satu pun dari hal-hal ini yang lebih baik dari kunjungan pribadi; itu lebih akurat dan dapat diandalkan bagi mereka untuk melihat berbagai hal dengan mata kepala mereka sendiri. Begitu mereka familier dengan semua aspek situasinya, mereka akan mengetahui dengan jelas tentang apa yang sedang terjadi. Mereka terutama harus memiliki pemahaman yang jelas dan akurat tentang siapa yang berkualitas baik dan layak untuk dibina, karena hanya inilah yang akan memungkinkan mereka untuk membina dan menggunakan orang dengan tepat, yang sangat penting jika para pemimpin dan pekerja ingin melakukan pekerjaan mereka dengan baik" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (4)"). Tuhan berfirman bahwa untuk melakukan pekerjaan nyata dengan baik, kuncinya adalah tidak mempertimbangkan daging dan tidak hanya mendengarkan laporan orang lain. Kita harus berpartisipasi secara pribadi, terjun langsung ke lokasi pekerjaan itu sendiri, dan memahami rincian pekerjaan. Kita juga harus berpartisipasi secara pribadi dalam menyelesaikan masalah. Kita harus menindaklanjuti hasil pekerjaan setelah periode waktu tertentu, bukan hanya melaksanakannya tanpa tindak lanjut, dan kita harus memastikan bahwa kita menemukan dan menyelesaikan masalah. Jadi aku berdoa kepada Tuhan dalam hatiku, mengatakan bahwa aku tidak akan bersikap birokratis lagi, dan setelah itu, aku mulai fokus melakukan pekerjaan yang detail, secara pribadi menanyakan beberapa masalah dan bekerja untuk menyelesaikannya. Pada waktu itu, pekerjaan khotbah di kelompok yang menjadi tanggung jawab Saudari Su Jing tidak membuahkan hasil, dan ketika aku datang untuk memeriksa pekerjaan itu, dia melaporkan bagaimana dia melakukan pekerjaan nyata dan bagaimana dia menderita serta membayar harga. Setelah mendengar laporannya, sepertinya Su Jing melakukan banyak hal, tetapi ini tidak sesuai dengan hasil pekerjaan itu, jadi aku mulai memeriksa pekerjaan itu secara rinci. Aku menemukan bahwa Su Jing sangat peduli dengan reputasi dan statusnya, dan ketika melaporkan pekerjaan, dia hanya melaporkan kabar baik, tidak dengan yang buruk. Ketika aku menanyakan rincian pekerjaan, dia selalu menghindari masalah-masalah utama, dan setelah berkali-kali menyelidiki dan bertanya, aku memastikan bahwa Su Jing tidak memiliki kemampuan kerja, kemudian aku memberhentikannya. Karena aku tidak dapat menemukan orang yang cocok untuk menjadi pemimpin kelompok pada saat itu, aku mengambil alih beberapa rincian pekerjaan itu sendiri. Setelah dua bulan terlibat langsung dan menindaklanjuti pekerjaan, hasil pekerjaan khotbah membaik. Aku merasakan manisnya melakukan pekerjaan nyata.

Tak terasa, bulan April telah tiba. Pekerjaan tiga kelompok yang menjadi tanggung jawabku berangsur-angsur menunjukkan kemajuan, dan kami telah menemukan calon pemimpin kelompok. Dalam hatiku, aku membuat rencana, "Pekerjaan akhirnya berjalan lancar, dan selama aku melakukan tindak lanjut secara teratur, seharusnya semuanya baik-baik saja, dan akhirnya aku bisa beristirahat." Perlahan-lahan, aku hanya fokus pada khotbah yang dikumpulkan setiap hari, dan aku tidak lagi berinisiatif untuk memeriksa rincian pekerjaan. Suatu hari di bulan Juni, aku menonton sebuah video kesaksian pengalaman, di mana seorang saudara, yang merupakan pemimpin gereja, bertanggung jawab atas pekerjaan penginjilan. Dia melakukan pekerjaan itu dengan sangat rinci dan mengetahui situasi setiap calon penerima Injil dengan baik. Aku membandingkan diriku dengannya dan menyadari bahwa aku tertinggal jauh. Terutama dalam setengah bulan terakhir, aku hanya merasa puas setelah khotbah-khotbah itu dikumpulkan, dan aku tidak memeriksa rincian pekerjaan setiap kelompok. Aku menyadari bahwa aku menjadi sedikit bermalas-malasan dalam pekerjaanku. Aku merasa harus segera mengubah situasi ini. Kemudian, aku mulai memeriksa rincian pekerjaan beberapa kelompok. Awalnya aku tak tahu, tetapi ketika melihatnya, aku terkejut. Satu kelompok memiliki banyak tumpukan khotbah yang belum diperiksa, dan di kelompok lain, hasil pekerjaan menurun secara signifikan. Makin kuperiksa, makin banyak masalah yang kutemukan. Aku sangat marah pada diriku sendiri. Bisa-bisanya aku kembali menempuh jalan pemimpin palsu tanpa kusadari? Aku berdoa dan mencari, lalu membaca sebuah bagian firman Tuhan: "Ada tipe pemimpin palsu lainnya yang sering kita bicarakan ketika mempersekutukan topik 'tanggung jawab para pemimpin dan pekerja'. Tipe pemimpin palsu ini memiliki kualitas tertentu, mereka tidak bodoh, dalam pekerjaannya, mereka memiliki cara dan metode, serta rencana untuk menyelesaikan masalah, dan ketika diberi suatu pekerjaan, mereka dapat melakukannya dengan standar yang mendekati harapan. Mereka mampu menemukan masalah yang muncul dalam pekerjaan dan juga mampu menyelesaikan beberapa di antaranya; ketika mendengar masalah yang dilaporkan sejumlah orang, atau mengamati perilaku, perwujudan, ucapan, dan tindakan sebagian orang, mereka bereaksi terhadapnya dalam hati dan memiliki pendapat dan sikapnya sendiri. Tentu saja, jika orang-orang ini mengejar kebenaran dan merasa memiliki beban, semua persoalan tersebut dapat diselesaikan. Namun, tanpa diduga, masalah dalam pekerjaan yang menjadi tanggung jawab tipe orang yang sedang kita bahas hari ini justru tetap tidak terselesaikan. Mengapa demikian? Itu karena orang-orang tersebut tidak melakukan pekerjaan nyata. Pemimpin seperti ini menyukai kenyamanan dan membenci kerja keras, mereka hanya bekerja secara asal-asalan tanpa upaya yang nyata, suka bermalas-malasan dan menikmati manfaat dari status, suka memerintah orang, sekadar menggerakkan mulut dan memberikan sedikit saran, lalu menganggap pekerjaannya sudah selesai. Mereka tidak peduli dengan pekerjaan nyata gereja atau pekerjaan penting yang Tuhan percayakan kepadanya—mereka tidak merasa memiliki beban ini. Bahkan, ketika rumah Tuhan berulang kali menekankan hal tersebut, mereka tetap tidak mengindahkannya. ... Apa masalah dari tipe orang seperti ini? (Mereka terlalu malas.) Katakan pada-Ku, siapa yang punya masalah serius: orang malas, atau orang berkualitas buruk? (Orang malas.) Mengapa orang malas punya masalah yang serius? (Orang berkualitas buruk tidak bisa menjadi pemimpin atau pekerja, tetapi mereka bisa menjadi sedikit efektif ketika melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuan mereka. Namun, orang yang malas tidak dapat melakukan apa pun; meskipun mereka berkualitas, itu tidak berpengaruh.) Orang malas tidak bisa melakukan apa pun. Untuk meringkasnya dalam empat kata, mereka adalah orang yang tidak berguna; mereka memiliki kecacatan kelas dua. Sehebat apa pun kualitas yang dimiliki oleh para pemalas, itu tidak lebih dari sekadar hiasan; meskipun mereka memiliki kualitas yang bagus, tetapi tidak ada gunanya. Mereka terlalu malas—mereka tahu apa yang harus mereka lakukan, tetapi mereka tidak melakukannya, dan bahkan sekalipun mereka tahu ada sesuatu yang menjadi masalah, mereka tidak mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, dan meskipun mereka tahu kesulitan apa yang harus mereka tanggung agar pekerjaan menjadi efektif, mereka tidak mau menanggung kesulitan yang berharga ini, jadi mereka tidak memperoleh kebenaran apa pun, dan mereka tidak dapat melakukan pekerjaan nyata apa pun. Mereka tidak ingin menanggung kesukaran yang seharusnya orang alami; mereka hanya tahu menikmati kenyamanan, menikmati saat bersenang-senang dan bersantai, serta kenikmatan hidup yang bebas dan tenang. Bukankah mereka tidak berguna? Orang yang tidak mampu menanggung kesukaran tidak layak untuk hidup. Mereka yang selalu menjalani hidup sebagai parasit adalah orang-orang yang tidak berhati nurani atau tidak bernalar; mereka adalah binatang buas, dan orang-orang seperti itu bahkan tidak layak untuk berjerih payah. Karena mereka tidak mampu menanggung kesukaran, bahkan ketika mereka berjerih payah, mereka tidak mampu melakukannya dengan benar, dan jika mereka ingin memperoleh kebenaran, bahkan harapan untuk itu makin kecil. Seseorang yang tidak mampu menderita dan tidak mencintai kebenaran adalah orang yang tidak berguna; mereka tidak memenuhi syarat bahkan untuk berjerih payah. Mereka adalah binatang buas, tanpa sedikit pun kemanusiaan. Orang-orang seperti itu harus disingkirkan; hanya ini yang sesuai dengan maksud Tuhan" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (8)"). Setelah membaca penyingkapan Tuhan terhadap para pemimpin palsu yang memiliki kualitas tetapi tidak melaksanakan tugas mereka dengan benar, hatiku gemetar. Dulu, aku selalu berpikir bahwa aku tidak terlalu malas, dan aku tidak pernah mengaitkan diriku dengan orang tidak berguna yang disingkapkan oleh Tuhan. Namun kali ini, di hadapan fakta, aku harus mengakui bahwa akar dari kegagalanku melakukan pekerjaan nyata adalah karena aku mencintai kenyamanan, membenci kerja keras, mendambakan kemudahan, dan terlalu malas. Jika mengingat kembali saat aku mengawasi pekerjaan tiga kelompok, pada awalnya, aku bisa memikul tanggung jawab, menanggung kesukaran, serta membayar harga, dan pekerjaan menunjukkan kemajuan. Namun, aku terlalu memikirkan dagingku, dan aku selalu takut menghabiskan lebih banyak waktu serta tenaga dan takut kelelahan, jadi ketika aku melihat bahwa pekerjaan membuahkan beberapa hasil, keinginanku akan kenyamanan pun muncul, dan aku mulai melimpahkan pekerjaan kepada para pemimpin kelompok dan diam-diam menikmati waktu luangku. Dari luar, aku tampak bekerja setiap hari, tetapi aku tidak melakukan pekerjaan yang terperinci dan nyata. Aku tahu betul bahwa Li Zhi baru saja mulai berlatih, tetapi aku tetap melimpahkan pekerjaan kepadanya. Aku juga tahu betul bahwa beberapa anggota kelompok memiliki masalah dan membutuhkan tindak lanjut serta perhatian terus-menerus, tetapi aku tetap saja lepas tangan. Terutama ketika seorang saudari yang bekerja sama denganku memintaku untuk mengawasi kelompok yang lemah, aku menentang dalam hatiku dan ingin memilih tugas yang lebih mudah, dan meskipun akhirnya aku setuju, aku enggan dan tidak mau. Itu karena aku mendambakan kenyamanan sehingga dalam tugasku, aku hanya fokus menghindari penderitaan daging dan agar tidak perlu terlalu banyak berpikir. Setiap hari, aku sudah cukup puas hanya dengan memeriksa khotbah, dan aku tidak bersusah payah untuk secara aktif memikirkan masalah setiap kelompok. Aku mulai melaksanakan tugasku dengan penuh semangat, tetapi tidak bisa melanjutkannya sampai akhir, dan aku selalu mengambil jalan termudah. Tuhan memberi manusia pikiran untuk merenungkan hal-hal yang semestinya, tetapi aku tidak pernah mau menggunakan pikiranku atau merenungkan masalah. Gereja telah mengatur agar aku melaksanakan tugas yang begitu penting, tetapi aku tidak memikirkan cara membayar harga agar pekerjaan itu efektif. Sebaliknya, aku tidak bertanggung jawab terhadap tugasku demi kenyamanan daging. Aku benar-benar tidak punya hati nurani atau kemanusiaan. Bukankah aku persis seperti orang tidak berguna yang Tuhan bicarakan? Meskipun aku tidak cacat, aku tidak melaksanakan tugasku dengan upaya terbaikku. Karena itu, aku adalah orang yang tidak berguna.

Kemudian, aku mulai bertanya-tanya, "Apa yang akhirnya akan kudapatkan jika terus-menerus mendambakan kenyamanan daging? Apakah ada nilainya jika aku terus-menerus menghargai dagingku?" Aku membaca firman Tuhan: "Kedagingan manusia ibarat ular itu: esensinya adalah untuk mencelakakan hidupnya—dan ketika daging telah mendapatkan semua keinginannya, engkau akan kehilangan hidupmu. Daging adalah dari Iblis. Selalu ada keinginan berlebihan di dalamnya; daging selalu memikirkan dirinya sendiri, dan selalu menginginkan kemudahan dan ingin menikmati kenyamanan, kurang memiliki perasaan cemas dan perasaan urgensi, berkubang dalam kemalasan, dan jika engkau memuaskannya sampai titik tertentu, pada akhirnya ia akan melahapmu. Artinya, jika engkau memuaskannya saat ini, maka lain kali ia akan memintamu untuk memuaskannya lagi. Daging selalu memiliki keinginan yang berlebihan dan permintaan baru, dan memanfaatkan caramu menurutinya untuk membuatmu semakin lebih menyayanginya dan hidup di tengah kenyamanannya—dan jika engkau tidak pernah bisa mengalahkannya, pada akhirnya engkau akan merusak dirimu sendiri" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Memang, daging itu seperti ular; makin diberi, makin menuntut. Makin kau memuaskannya, makin ia tak terpuaskan, dan pada akhirnya, ia bisa melahap seseorang. Jika mengingat kembali beberapa waktu sebelumnya, ketika aku terlibat langsung dalam pekerjaan, meskipun dagingku sedikit lelah, aku bisa fokus mencari kebenaran untuk mengatasi apa pun yang muncul, aku lebih banyak berdoa kepada Tuhan, dan lebih banyak merenungkan diriku sendiri. Yang terpenting, saat melaksanakan tugasku, aku merasakan bimbingan Tuhan, rohku damai dan tenteram, serta memiliki hubungan yang normal dengan Tuhan. Namun, ketika aku memikirkan kenyamanan tubuhku, aku tidak lagi memikirkan cara melaksanakan tugasku dengan baik. Sebaliknya, aku memikirkan cara agar dapat lebih banyak beristirahat dan menenangkan pikiranku, dan perlahan-lahan, ketika melihat masalah, aku tidak mau menanganinya, apalagi menyelesaikannya secara aktif. Terkadang aku bahkan berpikir, "Untuk apa aku berlelah-lelah? Untuk apa aku terlibat dalam segala hal, membuat diriku begitu lelah; bukankah itu bodoh?" Aku perlahan-lahan menyerah pada dagingku, membuatku makin pasif dalam melaksanakan tugasku, menunda pekerjaan, dan melanggar. Setelah memahami hal-hal ini, aku menjadi bersedia untuk memberontak terhadap dagingku, jadi aku berdoa kepada Tuhan, bersedia untuk bertobat dan melakukan pekerjaan nyata.

Suatu hari, di saat teduh, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Saat ini, kesempatanmu untuk melaksanakan tugas tidak banyak, jadi engkau harus memanfaatkannya sebisa mungkin. Justru ketika dihadapkan dengan suatu tugaslah engkau harus mengerahkan dirimu; pada saat itulah, engkau harus mempersembahkan dirimu, mengorbankan dirimu untuk Tuhan, dan ketika engkau dituntut untuk membayar harganya. Jangan menahan apa pun, menyimpan rencana apa pun, memberi ruang bagimu untuk mengatur siasat, atau mencadangkan jalan keluar untuk dirimu sendiri. Jika engkau memberi kelonggaran, membuat perhitungan, atau bersikap licin dan malas, engkau pasti akan melakukan pekerjaan dengan buruk" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Jalan Masuk Kehidupan Dimulai dengan Pelaksanaan Tugas"). "Jika engkau benar-benar memiliki tingkat kualitas tertentu, benar-benar menguasai keterampilan profesional dalam lingkup tanggung jawabmu, dan bukan orang yang awam dalam profesimu, maka engkau hanya perlu mematuhi satu frasa, dan kemudian engkau akan mampu setia pada tugasmu. Apakah frasa tersebut? 'Lakukanlah dengan segenap hatimu.' Jika engkau melakukan segala sesuatu dengan segenap hatimu dan memperlakukan orang dengan segenap hatimu, engkau akan mampu setia dan bertanggung jawab dalam tugasmu. Apakah frasa ini mudah diterapkan? Bagaimana caramu menerapkannya? Itu bukan berarti menggunakan telingamu untuk mendengar, atau pikiranmu untuk berpikir; itu berarti menggunakan hatimu. Jika orang benar-benar mampu menggunakan hatinya, ketika matanya melihat seseorang melakukan sesuatu, bertindak dengan cara tertentu, atau memiliki semacam tanggapan terhadap sesuatu, atau ketika telinganya mendengar pendapat atau argumen seseorang, dengan menggunakan hatinya untuk memikirkan dan merenungkan hal-hal ini, beberapa ide, pandangan, dan sikap akan muncul di benaknya. Ide, pandangan, dan sikap ini akan membuatnya memiliki pemahaman yang mendalam, spesifik, dan benar tentang orang atau hal tersebut, dan pada saat yang sama, akan menghasilkan penilaian dan prinsip yang sesuai dan benar. Hanya ketika seseorang memiliki perwujudan seperti ini karena menggunakan hatinya, itu berarti bahwa dia setia terhadap tugasnya" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab para Pemimpin dan Pekerja (7)"). Firman Tuhan membuatku memahami bahwa untuk melaksanakan tugasku dengan baik dan melakukan pekerjaan nyata, pertama-tama aku harus secara sadar memberontak terhadap watak rusakku dan melaksanakan tugasku dengan sepenuh hati. Selama aku mencurahkan hatiku, aku akan dapat menemukan masalah dan benar-benar menyelesaikannya. Hanya dengan melakukan ini, aku dapat melaksanakan tugasku dengan setia, dan hanya dengan begitu, aku dapat dianggap melakukan pekerjaan nyata. Jika aku tidak mencurahkan hatiku dan tidak mau berusaha atau membayar harga, aku tidak akan berusaha mencari kebenaran ketika aku melihat masalah, dan aku bahkan mungkin tidak akan menemukan masalahnya, apalagi menyelesaikannya, dan pada akhirnya, aku tidak akan dapat melaksanakan tugasku dengan baik.

Kemudian, aku berkomunikasi dengan saudari yang bekerja sama denganku tentang masalah-masalah di kelompok itu satu per satu. Kami memeriksa pekerjaan di kelompok itu dengan teliti dan menemukan beberapa penyimpangan serta celah, kemudian aku menulis surat untuk berkomunikasi secara praktis, dan masalah rendahnya efisiensi dalam pelaksanaan tugas di kelompok itu berangsur-angsur teratasi. Namun, aku tahu bahwa tugas-tugas ini tidak dapat diselesaikan hanya dalam sekali jalan, perlu ditindaklanjuti dan diawasi secara berkelanjutan, dan ini adalah pekerjaan yang harus dilakukan dalam jangka panjang. Terkadang, ketika pekerjaan menumpuk, aku masih menunjukkan keadaan ingin bermalas-malasan dan menghindari kelelahan, tetapi aku dapat segera berubah dan memberontak terhadap dagingku, serta melakukan pekerjaan nyata berdasarkan firman Tuhan. Tanpa kusadari, pekerjaan khotbah di kelompok-kelompok yang menjadi tanggung jawabku mulai menunjukkan hasil yang jelas, dan aku merasa sangat senang. Aku merasa damai di hatiku saat melaksanakan tugasku dengan cara ini.

Setelah mengalami ini, aku menyadari bahwa melakukan pekerjaan nyata tidaklah sulit. Yang penting adalah melakukannya dengan sepenuh hati. Ketika kau meluruskan niatmu—tidak fokus pada kesenangan dan kenyamanan daging, tetapi fokus memikirkan cara melakukan pekerjaan nyata—hatimu lebih fokus pada hal-hal yang semestinya, dan dalam tugasmu, kau dapat merasakan bimbingan Tuhan, serta melihat masalah dengan lebih jelas dan akurat. Yang terpenting, dengan melakukan pekerjaan nyata, kau dapat menemukan lebih banyak masalah, dan kau dapat berlatih menyelesaikan masalah dengan kebenaran, dan melalui pencarian, kau juga dapat memahami aspek lain dari prinsip-prinsip kebenaran. Aku telah menyadari bahwa melakukan pekerjaan nyata adalah jalan menuju kedamaian dan ketenteraman di dalam hati. Syukur kepada Tuhan!

Sebelumnya:  63. Bagaimana Aku Mengatasi Kebohonganku

Selanjutnya:  71. Hanya Mereka yang Berpegang pada Tugasnya yang Memiliki Hati Nurani

Konten Terkait

73. Penyelamatan Tuhan

Oleh Saudari Yi Chen, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Setiap langkah dari pekerjaan Tuhan—entah itu firman yang keras, atau...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Connect with us on Messenger