Cara Mengejar Kebenaran (12)

Topik apa yang kita persekutukan terakhir kali? Kita mempersekutukan beberapa perwujudan spesifik dari tiga aspek—kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak. Kita telah membahas perwujudan-perwujudan spesifik ini, dan dengan cara ini membedakan termasuk yang mana dari ketiga aspek ini perwujudan-perwujudan tersebut. Jika engkau semua melihat perwujudan yang telah kita persekutukan ini dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya engkau mampu menggolongkan dan mengategorikannya—apakah itu termasuk kondisi bawaan, kemanusiaan, atau watak yang rusak. Mengenai perwujudan yang tidak dipersekutukan, apakah engkau semua sekarang tahu bagaimana cara menggolongkannya berdasarkan prinsip-prinsip ini atau berdasarkan esensi yang diwujudkannya? (Kami merasa sedikit lebih baik dalam hal ini daripada sebelumnya—kami mampu merenungkan hal-hal ini, tetapi kami belum sepenuhnya sampai pada titik mampu membedakan.) Engkau secara umum mampu membedakan perwujudan yang telah kita persekutukan, tetapi mengenai perwujudan yang tidak dipersekutukan dan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan perwujudan yang telah dipersekutukan sebelumnya, engkau tidak tahu apakah engkau mampu membedakannya. (Ya.) Dalam beberapa khotbah terakhir, kita telah mempersekutukan beberapa perwujudan dari minat, hobi, dan kelebihan dalam kondisi bawaan, serta masalah mengenai aspek-aspek yang orang wujudkan ini dalam dirinya. Kita juga telah mempersekutukan sikap dan jalan penerapan yang seharusnya orang miliki mengenai masalah ini, serta tuntutan Tuhan terhadap orang yang memiliki minat, hobi, dan kelebihan. Tujuan mempersekutukan hal ini terutama adalah untuk memberi tahu orang tentang pemikiran dan sudut pandang yang seharusnya mereka miliki—serta jalan penerapan yang seharusnya mereka pahami—tentang minat, hobi, dan kelebihan, serta niat dan tuntutan Tuhan yang berkaitan dengan aspek-aspek yang harus mereka pahami tersebut. Mengenai masalah minat, hobi, dan kelebihan, kita hanya bersekutu secara umum dan tidak secara spesifik mempersekutukan pemikiran dan sudut pandang keliru seperti apa yang orang miliki dalam hal-hal ini, jalan penerapan keliru apa yang mungkin mereka tempuh, atau pemahaman keliru apa yang mereka miliki tentang tuntutan Tuhan dalam hal ini. Jadi, sekarang mari kita persekutukan secara terperinci masalah-masalah spesifik yang harus orang pahami tentang minat, hobi, dan kelebihan berdasarkan masalah-masalah yang orang miliki.

Pernahkah engkau semua memperhatikan apa saja pengertian yang keliru atau pemahaman yang menyimpang mengenai minat, hobi, dan kelebihan yang kaumiliki? Mengenai sebagian besar masalah, apakah yang terjadi adalah engkau semua hanya memahaminya sejauh yang Kupersekutukan, dan setelah itu, engkau tidak merenungkan, juga tidak membandingkan apa yang dikatakan dengan hal-hal dalam hidupmu, tetapi engkau semua merasa telah memahami segalanya dan menganggap masalah-masalah tersebut sangat sederhana? Pertama, pikirkan pertanyaan ini: Apakah ada bedanya antara minat dan hobi dengan kelebihan? (Ya.) Apa bedanya? Jika engkau dapat melihat bahwa ada bedanya, dalam hal apa itu berbeda? (Memiliki minat dan hobi hanya berarti bahwa orang sangat menyukai hal tertentu, itu belum tentu berarti mereka memiliki kelebihan di bidang tersebut.) Poin utama perbedaannya pada dasarnya telah dinyatakan—kurang lebih itulah bedanya. Dari perspektif kemanusiaan, minat dan hobi mengacu pada ketertarikan seseorang pada jenis aktivitas atau hal-hal tertentu yang bersifat khusus, bersedia untuk memperhatikan atau terlibat di dalamnya. Itu berarti preferensi pribadi mereka relatif condong ke hal-hal yang mereka minati dan sukai tersebut. Mereka tidak hanya memiliki sedikit rasa suka akan keterampilan profesional dalam hal itu tetapi sangat tertarik pada hal-hal tersebut, melampaui tingkat kesukaan atau kegemaran yang mungkin mereka miliki terhadap hal-hal biasa. Inilah yang dimaksud dengan minat dan hobi. Namun, mengenai jenis aktivitas atau hal-hal khusus yang mereka minati dan sukai, dari segi kualitas mereka, apakah mereka mahir dalam hal itu, apakah mereka dapat melakukannya dengan baik, dan sejauh mana mereka dapat melakukannya—tidak ada yang pasti. Oleh karena itu, minat dan hobi mengacu pada hal-hal yang orang minati dan sukai, hal-hal yang bersedia untuk sering mereka lakukan, yang untuknya mereka bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk memperhatikan dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai seberapa baik mereka mampu melakukan hal-hal ini, itu tergantung pada kualitas mereka dan apakah mereka mahir dalam hal-hal tersebut. Misalkan hal ini adalah sesuatu yang sangat mereka minati dan sukai, sekaligus mereka juga mahir dalam hal itu—itu berarti, selain berminat dan menyukai hal ini, mereka juga mampu melakukannya dengan sangat baik, mencapai hasil yang signifikan, dan memperoleh prestasi besar. Dengan kata lain, kemahiran mereka dalam minat dan hobi ini melampaui orang kebanyakan, dan ketajaman, kecepatan belajar, serta kecepatan mereka dalam memahami prinsip-prinsip di bidang ini melampaui orang kebanyakan. Ketika terdapat perwujudan seperti ini, ini disebut memiliki kelebihan. Orang lain mungkin perlu menjalani pelatihan dan pendidikan profesional formal jangka panjang, memperoleh pengetahuan, serta menerapkan, dan menerima bimbingan, kepemimpinan, pemeriksaan, standarisasi, dan saran dari para profesional yang relevan, serta hal-hal lain semacam itu, sebelum mereka dapat secara mandiri melakukan sesuatu dengan baik. Namun, orang yang memiliki kelebihan pada umumnya memiliki tingkat ketajaman tertentu dalam keterampilan profesional yang mahir mereka lakukan tanpa harus menjalani pelatihan profesional atau pembelajaran sistematis. Mereka memiliki beberapa pemahaman praktis, pengalaman langsung, atau prestasi pribadi di bidang ini. Dengan pelatihan profesional, kelebihan mereka di bidang ini dapat mencapai tingkat yang jauh lebih tinggi. Singkatnya, memiliki kelebihan berarti sangat mahir dalam hal-hal yang diminati dan disukai, melampaui orang kebanyakan. Apa arti "mahir"? (Memiliki kelebihan di bidang tertentu, relatif berpengetahuan tentang hal-hal ini, dan menangani hal-hal tersebut dengan kemahiran yang diterapkannya tanpa susah payah.) Mahir dalam sesuatu bukan hanya tentang memiliki pengetahuan mengenai hal itu; melainkan, juga berarti memiliki bakat yang luar biasa dan bakat bawaan yang relatif kuat di bidang ini. Bahkan tanpa petunjuk dari orang lain, mereka dapat memahami hal-hal yang tidak dapat dipahami orang lain. Jika digabung dengan pelatihan formal atau bimbingan dari guru ternama, mereka mampu menjadi jauh lebih baik di bidang ini. Mengenai memiliki kelebihan, itu berarti orang sangatlah unggul dalam minat atau hobi tertentu, memiliki bakat yang luar biasa di bidang ini. Kemampuan mereka untuk memahami, ketajaman mereka, dan kemampuan belajar mereka di bidang ini semuanya luar biasa kuat, dan mereka memahaminya dengan sangat cepat. Jelas terlihat bahwa mereka mahir di bidang ini dibandingkan dengan orang kebanyakan. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kelebihan.

Setelah engkau memahami apa yang dimaksud dengan kelebihan, mari kita membahas tentang minat dan hobi. Apa bedanya minat dan hobi dengan kelebihan? Apakah minat dan hobi sama dengan kelebihan? (Tidak sama.) Mengapa minat dan hobi tidak sama dengan kelebihan? (Karena tertarik akan sesuatu belum tentu berarti mampu melakukannya dengan baik, juga belum tentu mahir dalam hal itu; terlebih lagi, belum tentu berarti orang dapat memahami hal itu dengan sangat cepat.) Memiliki minat dan hobi berarti engkau menyukai kategori hal tertentu, tetapi apakah itu adalah kelebihanmu atau bukan, itu tergantung pada kemampuanmu memahami, kemampuanmu belajar dan ketajamanmu yang berkaitan dengan bidang ini, serta bakat alamimu di bidang ini, dan apakah engkau secara alami mahir di dalamnya. Jika engkau mahir di dalamnya, artinya itu adalah kelebihanmu. Jika engkau tidak mahir di dalamnya dan itu hanya preferensi pribadi—sebuah bidang yang kauminati—tetapi kualitasmu buruk, dan bakat alamimu kurang, yang berarti engkau memiliki sedikit kemampuan memahami dalam hal minat dan hobimu ini, tidak mahir sama sekali, melakukannya dengan kikuk, kurang efisien dan tidak memperoleh hasil di bidang ini, itu berarti bidang ini bukanlah kelebihanmu—bagimu, itu tetap hanya pada tingkat minat dan hobi. Mengapa itu hanyalah minat dan hobimu dan bukan kelebihanmu? Karena engkau tidak mahir di dalamnya. Contohnya, ada orang-orang yang berkata, "Aku sangat suka bernyanyi." Seberapa besar mereka menyukainya? Dari saat mereka membuka mata di pagi hari, mereka memainkan lagu-lagu pop; mereka mendengarkan semua jenis lagu, termasuk lagu luar negeri dan opera Barat, serta opera Tiongkok—apa pun yang termasuk musik, mereka suka mendengarkannya. Mereka juga ingin bernyanyi, tetapi ada masalah besar—mereka secara alami tuli nada atau tidak memiliki kelebihan di bidang ini. Ada juga orang yang, bahkan setelah belajar menyanyi selama beberapa tahun, masih belum dapat menemukan teknik yang tepat. Mereka tidak tahu bagaimana bernyanyi dengan cara yang paling menyenangkan, bagaimana membuat nyanyian mereka mengharukan, atau bagaimana mencapai hasil yang baik melalui nyanyian mereka. Meskipun mereka suka bernyanyi sejak kecil, dan itu adalah salah satu minat dan hobi mereka, karena keterbatasan kondisi bawaan mereka, minat dan hobi mereka hanya tetap pada tingkat minat dan hobi—itu bukanlah kelebihan. Misalnya, ketika seseorang yang mahir bernyanyi mempelajari sebuah lagu pujian, dia dapat menyanyikan melodi utamanya setelah hanya menyanyikannya sekitar tiga kali. Setelah empat atau lima kali, dia pada dasarnya mampu menyanyikan seluruh lagu tersebut. Namun, mereka yang suka mendengarkan lagu tetapi tidak mahir bernyanyi mungkin tetap tidak mampu mengingat melodinya secara umum setelah mendengarkan tiga kali. Bahkan setelah lima kali, mereka mungkin masih belum mampu menyanyikannya dan terus-menerus perlu melihat lirik atau lembaran musiknya. Ketika tiba saatnya untuk benar-benar bernyanyi, mereka tidak bisa menghayati lagu tersebut atau tidak menemukan penempatan vokal yang tepat. Mereka juga gagal mengingat liriknya, dan terkadang, mereka bahkan keluar dari melodi lagu tersebut. Selain itu, ketika menyanyikan lagu-lagu yang relatif emosional, mereka tidak pernah mampu mengendalikan ungkapan emosi dengan semestinya. Orang lain berkata bahwa nyanyian mereka tidak enak didengar dan tidak menyenangkan, tetapi mereka tidak berkecil hati ataupun menyerah—mereka tetap gigih dalam belajar bernyanyi. Tentu saja, bernyanyi adalah kebebasan pribadi dan hak pribadi; tak seorang pun sedang membatasi mereka. Namun, yang sedang kita persekutukan hari ini adalah perbedaan antara minat dan hobi, dengan kelebihan. Dinilai dari perwujudan ini, minat dan hobi mereka bukanlah sesuatu yang mahir mereka lakukan. Jadi mengapa kita harus bersekutu dengan jelas tentang hal ini? Untuk membantu orang memahami bahwa minat dan hobi mereka tidaklah sama dengan kelebihan mereka. Jika, berdasarkan semua aspek dari kondisi bawaanmu, engkau tidak mahir dalam suatu bidang tertentu, maka sekalipun itu adalah minat dan hobimu, keterbatasan kondisi bawaanmu menentukan bahwa minat dan hobimu itu bukanlah kelebihanmu. Meskipun engkau sangat menyukainya, bahkan sampai pada titik engkau mencintainya seperti engkau mencintai nyawamu sendiri, sayangnya, itu bukanlah sesuatu yang mahir kaulakukan. Misalnya, ada orang-orang yang sangat suka menari. Setiap kali mendengar musik, tubuh mereka mulai bergerak mengikuti irama dan melodinya, dan mereka merasa cukup senang saat bergerak. Namun, penampilan alami mereka tidak bagus, tubuh mereka tidak terlalu tinggi, anggota tubuh mereka tidak terlalu panjang, dan perawakan mereka tidak terlalu elegan. Secara keseluruhan, tarian mereka tidak terlalu menarik secara visual. Namun, mereka benar-benar suka menari, dan terkadang, di tempat-tempat umum atau di pinggir jalan, mereka menari dengan penuh kepuasan akan diri mereka sendiri. Orang-orang yang lewat menganggapnya konyol, tetapi mereka menari seolah-olah tidak ada orang di sekitar mereka, sama sekali tidak peduli bagaimana orang lain memandang mereka, seolah-olah mereka tidak memiliki kesadaran sama sekali. Mereka terobsesi dengan hal itu sampai pada taraf ini. Meskipun mereka merasa tarian mereka cukup baik, sebenarnya, mereka tidak mahir dalam hal itu. Mereka tidak dapat memahami esensi menari, juga tidak tahu gerakan mana yang tepat, gerakan mana yang anggun, dan gerakan mana yang lebih mampu menyampaikan berbagai macam emosi manusia. Artinya, mereka tidak benar-benar memahami banyak aspek yang berkaitan dengan tari. Bahkan dengan bimbingan dari guru profesional dan pelatihan dari sekolah profesional, dalam hal kualitas bawaan mereka sendiri, mereka tidak mahir dalam hal itu dan tidak dapat memahami esensinya. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan semua aspek dari kondisi bawaan mereka, menari, yang mereka sukai, bukanlah sesuatu yang mahir mereka lakukan. Meskipun mereka sangat menyukainya dan sangat berhasrat mengenainya, seringkali mengagumi gerakan dan penampilan mereka sendiri saat menari di depan kamera atau cermin, jika kita melihat situasi sebenarnya, mereka tidak mahir menari. Dengan kata lain, menari hanyalah minat dan hobi mereka, bukan kelebihan mereka.

Ada orang-orang yang sangat menyukai kesusastraan. Mereka suka menulis artikel serta membacakan dan membuat puisi, mereka menyukai forum-forum kesusastraan, dan juga suka membaca novel dan berbagai karya sastra, baik dari luar negeri maupun dalam negeri, modern maupun klasik—mereka menyukai semua karya ini. Mereka menyukai beragam kosakata dan gaya bahasa yang digunakan para penulis dalam karya sastra mereka, dan mereka juga menyukai berbagai gagasan yang diungkapkan para penulis dalam karya mereka. Apakah ini adalah minat dan hobi mereka? (Ya.) Jelas sekali bahwa ini adalah minat dan hobi mereka. Apa yang orang sukai, apa yang mereka minati dalam hati dan pikiran mereka, adalah bawaan—itu bukan sesuatu yang mereka peroleh di kemudian hari, dan terlebih lagi, bukan sesuatu yang dipupuk oleh orang tua atau keluarga mereka. Ada orang-orang yang menyukai kesusastraan dan telah membaca banyak karya sastra. Ada yang telah mempelajari kesusastraan secara sistematis di universitas. Ada yang bahkan telah bekerja sebagai profesor sastra secara profesional, atau menekuni pekerjaan dan karier yang berkaitan dengan kesusastraan, bahkan telah lama menekuni karier ini; mereka telah menghabiskan sebagian besar hidup mereka untuk hal-hal yang berkaitan dengan minat dan hobi mereka; hampir setiap hari dalam hidup mereka ada kaitannya dengan kesusastraan, yang mereka minati dan sukai. Namun, apakah ini berarti minat dan hobi mereka benar-benar adalah kelebihan mereka? Belum tentu—engkau harus melihat apakah mereka memiliki pengetahuan atau pemikiran dan sudut pandang dalam kesusastraan yang melampaui atau yang berbeda dari orang biasa. Jika apa yang telah mereka pahami dan mengerti dalam kesusastraan hanyalah apa yang telah mereka pelajari dari buku-buku atau hanya terdiri dari pengetahuan umum konvensional yang dapat dipelajari dan dipahami siapa pun, maka ini tidak dianggap sebagai kelebihan. Misalnya, jika engkau meminta mereka untuk menulis sebuah artikel, tidak ada kesalahan tata bahasa, tanda baca digunakan dengan benar, paragraf terstruktur dengan baik, dan struktur keseluruhan artikelnya cukup baik. Bahkan ada banyak kata-kata rumit yang digunakan di seluruh artikel. Namun, ada satu masalah—dalam hal mengungkapkan hal tertentu, sudut pandang tertentu, atau alur tertentu, mereka tidak memiliki metode pengungkapan yang unik, mereka juga tidak memiliki metode pengungkapan yang sangat artistik atau cerdas. Kualitas-kualitas ini tidak ada dalam semua karya sastra mereka. Artinya, artikel-artikel mereka tampak cukup terstruktur dengan baik dan sangat profesional, dengan pilihan kata-kata yang cermat, tetapi mereka kurang memiliki metode yang unik dalam mengungkapkan pemikiran dan sudut pandang, fenomena, atau alur yang seharusnya dimiliki oleh praktisi kesusastraan yang mahir. Kebanyakan artikel mereka agak biasa-biasa saja. Struktur dan cara mereka mengungkapkan ide sangat kaku, tidak fleksibel, dan dogmatis; mereka tidak inovatif, juga tidak unik, kurang bijaksana dan kurang cerdik, serta tentu saja tidak bisa dianggap elegan. Fenomena ini menunjukkan apa? (Mereka tidak mahir menulis dan tidak memiliki bakat untuk menulis.) Mereka tidak mahir menulis dan tidak dapat secara fleksibel menyusun cerita berdasarkan latar belakang peristiwa atau prototipe kisah-kisah semacam itu. Pada akhirnya, ketika orang-orang membaca artikel dan karya sastra mereka, semuanya terasa monoton dan diulang-ulang, mengikuti formula yang sama. Mengapa kita katakan artikel mereka terasa monoton dan diulang-ulang? Secara keseluruhan, artikel mereka tampak terstruktur dengan baik, sesuai standar, dan profesional; dalam hal aspek teknis, orang kebanyakan tidak akan menemukan banyak hal untuk dikritik—bahkan strukturnya pada dasarnya selalu sama. Meskipun mereka dapat mempelajari berbagai bentuk karya sastra, termasuk puisi, prosa, dan penulisan naratif, mereka tidak pernah mampu mengadaptasikan atau menerapkannya pada karya sastra mereka sendiri. Ini karena tingkat keterampilan dan pencapaian kesusastraan mereka akan selalu berada pada tingkat minat dan hobi, tidak pernah mencapai tingkat kelebihan. Mungkin saja mereka memiliki pengetahuan kesusastraan yang luas, tetapi mereka tidak benar-benar memiliki pencapaian kesusastraan apa pun. Dengan kata lain, mereka tidak benar-benar memiliki inovasi apa pun dalam kesusastraan, mereka tidak mungkin menghasilkan karya representatif mereka sendiri, dan tidak memiliki pemikiran dan sudut pandang yang unik serta cara pengungkapan yang unik. Ini membuktikan bahwa kesusastraan bukanlah kelebihan mereka. Mereka memiliki pembelajaran dan pengetahuan umum tentang kesusastraan hanya karena bidang ini adalah minat dan hobi mereka, tetapi mereka tidak memiliki kelebihan dalam kesusastraan. Engkau lihat, banyak orang membaca buku, termasuk berbagai karya sastra; banyak yang mengaku sebagai penggemar sastra atau penulis karya sastra, tetapi di antara mereka yang menekuni penulisan karya sastra, berapa banyak yang benar-benar memiliki karya mereka sendiri? Berapa banyak yang telah menulis karya sastra yang dapat bertahan dalam ujian waktu dan menjadi karya klasik? Sangat sedikit, bukan? Kebanyakan dari orang-orang ini memiliki sedikit minat bawaan dan kegemaran terhadap sastra, dan kemudian, mereka belajar, berlatih, dan menerapkannya di sekolah-sekolah profesional, dan kebetulan menekuni pekerjaan yang berkaitan dengan kesusastraan. Meskipun mereka menekuni pekerjaan yang berkaitan dengan kesusastraan, yang mungkin tampak menunjukkan bahwa minat dan hobi ini dapat menyertai mereka sepanjang hidup mereka, berapa banyak karya yang berhasil mereka selesaikan, berapa banyak kontribusi yang mereka berikan, dan berapa banyak karya orisinal yang mereka hasilkan selama menekuni bidang ini, itu bergantung pada apakah mereka memiliki kelebihan dalam kesusastraan. Banyak orang menekuni profesi yang mereka sukai dan gemari, dan mereka memperoleh mata pencaharian atau keuntungan tertentu darinya, tetapi mereka tidak mencapai hasil yang baik dalam profesi ini. Hal ini cukup untuk membuktikan bahwa profesi yang mereka sukai dan gemari ini bukanlah kelebihan mereka. Di sisi lain, ada orang-orang yang, meskipun tidak menekuni profesi yang berkaitan dengan minat dan hobi mereka, mampu meraih prestasi nyata karena itu adalah kelebihan mereka. Contohnya, para penemu, mereka yang telah memberikan kontribusi luar biasa di berbagai bidang, mereka yang telah merintis gaya unik mereka sendiri di berbagai bidang, dan tokoh-tokoh terkemuka di berbagai bidang, dan sebagainya. Jadi, mempertimbangkan situasi-situasi ini, memiliki minat dan hobi tidak selalu berarti memiliki kelebihan di bidang tersebut. Namun, ada orang-orang yang tidak dapat membedakan hubungan antara minat dan hobi dengan kelebihan. Mereka menganggap bahwa minat dan hobi mereka adalah kelebihan mereka, tetapi setelah menekuni suatu bidang yang mereka minati dan sukai selama bertahun-tahun, mereka tidak benar-benar mencapai hasil apa pun. Setelah memperoleh pemahaman tentang hal-hal ini, bagaimana seharusnya orang memperlakukan minat dan hobi, serta kelebihan mereka? Sangat sederhana—mereka harus memperlakukannya dengan benar. Jika rumah Tuhan membutuhkanmu untuk melaksanakan tugas di bidang tertentu yang melibatkan pengetahuan, keterampilan, atau bakat profesional yang berkaitan dengan minat dan hobimu, engkau harus memperlakukannya berdasarkan prinsip-prinsip pelaksanaan tugas—tidak menolaknya ataupun melontarkan ide yang muluk-muluk atau bersikap gegabah. Jika itu adalah sesuatu yang tidak mahir kaulakukan, sesuatu di luar kemampuanmu yang tidak dapat kaulakukan, janganlah menjadi negatif atau mengeluh tentang Tuhan; engkau harus dapat memperlakukannya dengan benar. Apa artinya memperlakukannya dengan benar? Itu berarti, jika engkau merasa minat dan hobimu di bidang ini unik, tetapi ketika melakukan pekerjaan yang berkaitan dengannya, engkau tidak pernah mampu memenuhi tuntutan rumah Tuhan, engkau juga tidak pernah dapat mencapai prinsip-prinsip yang dituntut oleh rumah Tuhan, maka engkau harus mencapai apa pun yang mampu kaucapai. Tuhan tidak pernah memaksa ikan untuk hidup di darat atau memaksa babi untuk terbang. Tuhan tahu seberapa banyak yang dapat kaucapai dan seberapa banyak beban yang mampu kautanggung. Dengan lebih banyak pengalaman, engkau juga akan mulai mengetahuinya. Berdasarkan keadaan sebenarnya dan kondisi bawaanmu, capailah sebanyak yang mampu kaucapai—jangan mempersulit dirimu sendiri. Jika engkau mampu, jangan menahan apa pun; jika engkau tidak mampu, jangan menjadi negatif atau memaksakan dirimu melebihi kemampuanmu—perlakukanlah itu dengan benar.

Engkau telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, dan kebanyakan darimu telah melaksanakan tugasmu selama lebih dari tiga tahun—bukan hanya satu atau dua tahun engkau telah melaksanakan tugas tertentu di rumah Tuhan. Jadi, mengenai tugas yang kaulaksanakan atau pekerjaan profesional tertentu yang kaulakukan, apakah di dalam hatimu engkau jelas tentang seberapa banyak yang dapat kauperoleh dan tingkat apa yang dapat kaucapai, serta seberapa banyak yang dapat kaujalankan dan sampai sejauh mana? (Ya.) Engkau pada dasarnya jelas tentang semua hal ini. Ada orang-orang yang belum mencapai kemahiran dalam tugas tertentu karena mereka kurang berlatih. Namun, ada orang yang telah melakukan pekerjaan ini selama bertahun-tahun dan telah banyak berlatih tetapi masih belum dapat mencapai prinsip-prinsip yang dituntut oleh rumah Tuhan. Mereka tidak terlalu mahir dalam bidang ini. Meskipun mereka sangat menyukai dan bersemangat melaksanakan tugas ini dan merasa terhormat serta senang melakukannya, mereka sama sekali tidak mahir dalam hal ini. Apa pun tuntutan rumah Tuhan, mereka benar-benar tidak mampu memenuhinya. Ini bukan karena mereka memberontak dan tidak taat, juga bukan karena mereka tidak melakukan bagian mereka; melainkan karena kondisi bawaan mereka tidak dapat mencapainya dan memiliki keterbatasan. Lalu apa yang harus dilakukan? Biarkan saja semuanya berjalan sebagaimana mestinya—jangan menjadi negatif, jangan menjadi lemah, dan jangan mengeluh atau merasa di dalam hatimu bahwa itu tidak adil. Ada orang yang berkata, "Aku suka menari, tetapi aku dilahirkan tanpa bakat menari dan penampilanku tidak menarik. Aku ingin melaksanakan tugas menari tetapi tidak bisa menari. Lalu apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar ingin menari." Keinginanmu untuk menari adalah keinginan pribadimu dan preferensimu, tetapi haruskah Tuhan memuaskan preferensimu? Tidak. Rumah Tuhan memiliki prinsip-prinsip yang dituntutnya serta ketetapannya sendiri. Pemilihan tentang siapa yang melakukan pekerjaan apa, itu didasarkan pada prinsip. Engkau tidak boleh, berdasarkan keinginan pribadi, preferensi pribadimu, atau suasana hatimu sendiri, dengan paksa menuntut rumah Tuhan untuk memuaskan dirimu—ini tidak pantas. Jika engkau tidak cocok untuk melaksanakan tugas di bidang ini, maka dalam hatimu, secara diam-diam doakanlah berkat bagi mereka yang mampu melaksanakan tugas di bidang ini. Lakukan saja apa pun yang mampu kaulakukan, atau engkau bisa secara diam-diam menjadi pekerja di balik layar—membantu dengan bimbingan dan pemeriksaan, membantu dengan latihan atau penyuntingan video tari pascaproduksi, membantu mencari berbagai bahan, atau membantu mencari kebenaran. Ada banyak pekerjaan yang dapat dilakukan di berbagai bidang, dan lingkup pekerjaan yang berkaitan dengan minat dan hobimu itu luas. Engkau tidak harus menjadi orang yang berada di depan kamera—engkau juga dapat mengambil pekerjaan paruh waktu di balik layar. Ini pun berarti melaksanakan tugasmu. Dengan cara ini, engkau memuaskan keinginan pribadimu sekaligus memenuhi prinsip dan standar memuaskan Tuhan melalui pelaksanaan tugas—itu sangat bagus! Bukankah ini berarti sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui? (Ya.) Karena Tuhan tidak memberimu kelebihan di bidang ini sebagai bagian dari kondisi bawaanmu, engkau tidak punya pilihan. Engkau tidak boleh mengeluh, menggerutu, atau menyimpan dendam hanya karena engkau secara bawaan kurang dalam bidang ini dan tidak dapat memenuhi standar penyeleksian bakat di bidang ini oleh rumah Tuhan, lalu menjadi enggan melaksanakan tugas di bidang ini, menolak untuk melakukannya sekalipun rumah Tuhan memintamu untuk melakukannya—ini tidak pantas. Ini bukanlah sikap yang benar dalam melaksanakan tugas. Apa pun yang mampu kaulakukan, lakukan saja itu. Engkau tidak boleh menolak untuk melakukannya, tidak mau melakukannya sekalipun rumah Tuhan memintamu, hanya karena engkau tidak cocok atau tidak mahir dalam hal itu. Dengan menolak melakukannya berarti engkau tidak sedang melaksanakan tugasmu—engkau hanya memuaskan keinginan pribadi dan mengurus urusanmu sendiri. Engkau tidak sedang melaksanakan tugas dengan sikap yang tunduk kepada Tuhan, juga tidak dengan sikap yang tulus dan setia kepada Tuhan. Ini tidak pantas. Ini adalah sesuatu yang harus orang pahami. Di satu sisi, pahami minat, hobi, dan kelebihan dengan benar; di sisi lain, perlakukan minat, hobi, dan kelebihan dengan benar.

Ada orang-orang yang senang menulis artikel dan menekuni pekerjaan yang berkaitan dengan kesusastraan. Mereka selalu ingin merevisi dan mengoreksi artikel, berurusan dengan artikel setiap hari. Namun, karena berbagai alasan—baik subjektif maupun objektif—mereka tidak cocok untuk pekerjaan ini. Di satu sisi, mereka kurang memiliki pengetahuan yang mendasar di bidang kesusastraan; di sisi lain, kualitas mereka relatif buruk, dan mereka tidak memiliki kemampuan memahami. Oleh karena itu, sekalipun mereka menyukai kesusastraan dan berlatih selama beberapa tahun, mereka masih belum dapat mencapai standar memiliki kemampuan menulis. Namun, rumah Tuhan mengharuskan orang memiliki setidaknya kualitas dasar untuk melakukan pekerjaan tulis-menulis. Jika kualitas mereka tidak sesuai untuk melakukan pekerjaan tulis-menulis, dan bahkan revisi dan koreksi artikel mereka tidak memenuhi standar, mereka hanya dapat memilih tugas lain. Sebagai gantinya, mereka mungkin saja cocok untuk melakukan beberapa pekerjaan urusan umum atau mengumpulkan beberapa bahan. Singkatnya, pekerjaan tulis-menulis yang mereka sukai di hati mereka adalah sesuatu yang tidak mampu mereka lakukan—sekalipun mereka tidak diberhentikan dari melakukan pekerjaan tulis-menulis, mereka hanya akan menjadi orang yang sekadar muncul tanpa melakukan apa pun dan tanpa hasil yang nyata. Bagaimana seharusnya orang memahami hal seperti itu dengan cara yang murni? (Mereka harus belajar tunduk pada pengaturan rumah Tuhan dan bersikap masuk akal.) Ini adalah arahan secara umum—bagaimana seharusnya orang menerapkan secara spesifik? Jika itu adalah orang yang cenderung menyimpang, mereka akan berkata, "Semua orang mengatakan bahwa minat dan hobi diberikan oleh Tuhan, bahwa itu adalah kondisi bawaan. Karena Tuhan telah memberiku minat dan hobi ini, maka Tuhan tentunya telah menetapkanku untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan hal itu. Karena hal ini ditetapkan oleh Tuhan, maka di rumah Tuhan, pekerjaan yang berkaitan dengan minat dan hobi ini seharusnya diberikan kepadaku—aku seharusnya ikut ambil bagian di dalamnya. Jika aku tidak diminta untuk melakukan pekerjaan ini, maka masalahnya adalah orang-orangnya—itu berarti orang-orang memandang rendah diriku, itu berarti para pemimpin dan pekerja tidak tahu bagaimana menilai orang. Di sinilah aku, seorang yang berbakat, tetapi tidak ada pencari bakat yang mampu mengenali untuk menemukanku! Aku sangat menyukai kesusastraan, dan aku benar-benar mahir dalam hal itu—merevisi artikel terlalu mudah bagiku. Mengutusku untuk memberitakan Injil atau melakukan pekerjaan kasar—bukankah itu seperti menggunakan palu godam untuk memecahkan buah kenari? Bukankah itu berarti menyia-nyiakan seseorang yang berbakat? Bukankah itu seperti mengubur emas di dalam tanah? Tidak ada yang bisa kulakukan—di bawah atap yang rendah, orang tidak punya pilihan selain menundukkan kepala! Namun, ada sebuah pepatah: Emas sejati ditakdirkan untuk berkilau pada akhirnya. Tunggu saja—mungkin ini berarti Tuhan sedang memurnikanku, mengujiku. Suatu hari, aku pasti akan melakukan pekerjaan yang telah Tuhan tetapkan untukku, pekerjaan yang berkaitan dengan minatku. Hal yang baik layak untuk ditunggu. Ketika engkau semua disingkirkan, itu akan menjadi waktuku untuk bersinar—itu akan menjadi saat aku berkesempatan untuk menggunakan keterampilanku! Seperti kata pepatah, 'Tidak pernah terlambat bagi pria bermartabat untuk membalas dendam', dan 'Di mana ada kehidupan, di situ ada harapan'." Apa pendapatmu tentang sudut pandang ini? Semuanya salah, bukan? Orang-orang semacam itu benar-benar sedang berkhayal dan bahkan membuat rencana jangka panjang, tetapi apakah mereka benar-benar memiliki kemampuan yang nyata, itu tidak diketahui. Ada orang-orang yang bahkan merasa diperlakukan tidak adil, dengan berkata, "Aku memiliki bakat alami di bidang kesusastraan, tetapi aku telah ditugaskan untuk melakukan pekerjaan kasar, berlumuran lumpur sepanjang hari. Kepada siapa aku bisa mencari keadilan tentang hal ini? Tidak ada yang bisa kulakukan—beginilah cara Tuhan telah mengaturnya. Apa pilihan yang kumiliki?" Sebenarnya, tim pengoreksi telah menguji mereka, dan kemampuan menulis mereka tidak memadai. Mereka tidak memiliki dasar dalam kesusastraan, bahkan tidak menggunakan tanda baca yang benar. Di mana pun kalimat harus diputus atau jeda harus dibuat, mereka menggunakan koma. Namun, mereka masih menganggap diri mereka seorang jenius dalam kesusastraan, meyakini bahwa melakukan pekerjaan fisik adalah penyia-nyiaan bakat. Hati mereka penuh dengan keluhan: "Aku dilahirkan dengan kecintaan pada kesusastraan. Sebagai seorang anak, aku suka membaca buku-buku cerita. Saat bertumbuh dewasa, aku suka membaca karya-karya yang ditulis oleh orang-orang terkenal. Aku telah membaca banyak karya sastra klasik baik dari penulis dalam negeri maupun luar negeri; aku telah membaca banyak karya dari semua genre, termasuk drama, prosa, puisi. Melakukan pekerjaan tulis-menulis mampu kulakukan tanpa perlu bersusah payah; menulis artikel adalah hal yang sangat mudah bagiku. Namun, lihatlah aku sekarang—aku telah diturunkan untuk melakukan pekerjaan yang kotor dan melelahkan. Kecintaanku akan kesusastraan, yang telah bersamaku selama separuh hidupku, telah disangkal di rumah Tuhan. Semua pengetahuan yang telah kukumpulkan sepanjang hidupku tidak berguna di rumah Tuhan—karier kesusastraanku telah berakhir! Dahulu kupikir rumah Tuhan adalah tempat di mana kebenaranlah yang berkuasa, di mana keadilan dan kebenaranlah yang berkuasa. Seseorang sepertiku—orang yang sangat berbakat, penggemar kesusastraan—diabaikan dan dipandang rendah di dunia, tanpa kesempatan untuk menggunakan keterampilanku. Kupikir di rumah Tuhan, aku bisa menggunakan bakatku yang tersisa. Dengan penuh semangat, aku mendaftar untuk menjadi tim pengoreksi, hanya untuk mendapati bahwa aku tidak terpilih. Lihat saja aku—berdiri di sini sekarang, siapa yang bisa mengetahui bahwa aku adalah penggemar kesusastraan, orang yang berbakat di bidang kesusastraan? Semua bakat kesusastraanku telah terkikis oleh jerih payah yang kotor dan melelahkan ini. Kini, satu-satunya hal yang keluar dari mulutku hanyalah kata-kata yang sederhana dan kampungan." Di dalam hatinya, mereka merasa sangat dirugikan. Meskipun dengan lantang mereka mengatakan bahwa mereka tunduk pada pengaturan Tuhan dan akan melakukan apa pun yang diminta rumah Tuhan, di dalam hatinya, mereka memiliki penilaian diri yang tidak akurat. Mereka secara keliru telah menganggap minat dan hobi mereka sebagai kelebihan, sebagai sesuatu yang sesuai untuk dipakai Tuhan, tidak menemukan tempat mereka, tidak menyadari situasi mereka yang sebenarnya, tidak tahu batas kemampuan mereka sendiri, dan tidak tahu apakah minat dan hobi mereka benar-benar adalah hal yang mahir mereka lakukan—mereka tidak jelas dan tidak tahu tentang semua ini, tetapi tetap mengaku sebagai orang yang berbakat di bidang kesusastraan, hampir saja menyebut diri mereka seorang maestro kesusastraan. Apa hasil akhir hal ini? (Mereka penuh dengan keluhan tentang pengaturan gereja, dan di dalam hatinya, mereka tidak mau tunduk.) Di dalam hatinya, mereka selalu merasa diperlakukan tidak adil. Meskipun dalam melaksanakan tugasnya, mereka tidak bermalas-malasan dan mampu mengerahkan segenap upaya—mampu tunduk sekalipun terpaksa—karena penilaian diri mereka yang tidak akurat, mereka merasa diperlakukan tidak adil. Suatu pemikiran sering terlintas di benak mereka: "Ada banyak kuda gesit di dunia ini, tetapi ada sedikit penilai kuda yang baik." Siapa kuda yang gesit itu? Siapa penilai kuda yang baik itu? Karena mereka memiliki sedikit minat dan kesukaan pada bidang tertentu, dan kemudian mempelajarinya secara sistematis, mereka menganggap diri mereka tak tertandingi, menganggap diri mereka "kuda gesit", yakin bahwa mereka berbakat. Bukankah ini sama sekali tidak menyadari diri mereka sendiri? Mereka hanya percaya bahwa minat dan hobi diberikan oleh Tuhan, tetapi gagal mengenali kualitas seperti apa yang telah Tuhan berikan kepada mereka. Mereka tidak jelas tentang apakah mereka benar-benar mahir dalam hal-hal yang mereka minati dan sukai, serta apakah mereka benar-benar dapat melakukan pekerjaan dan tugas yang berkaitan dengan minat dan hobi mereka dengan baik, apakah mereka kompeten di dalamnya, dan apakah mereka mampu memikulnya. Mereka tidak jelas tentang hal ini dan tidak tahu tentang hal ini. Bukankah ini sangat menyusahkan? (Ya.) Karena mereka tidak dapat mengenali atau menemukan tempat mereka, mereka merasa sangat diperlakukkan tidak adil. Apa yang mereka perlihatkan secara lahiriah? Mereka sering menghela napas dalam-dalam dan sering mengungkapkan tekad mereka di hadapan Tuhan, berharap bahwa suatu hari Tuhan akan menciptakan kesempatan bagi mereka, akan menangani keluhan mereka, akan menegakkan keadilan bagi mereka, dan akan memungkinkan mereka memenuhi keinginan mereka untuk melaksanakan tugas yang berkaitan dengan minat dan hobi mereka. Lihatlah lagu yang sering mereka nyanyikan: "Aku tidak memikirkan tentang jalan di depan." Apa kalimat selanjutnya? ("Satu-satunya kewajibanku adalah mengikuti kehendak Tuhan".) Bagi mereka yang benar-benar memiliki tingkat pertumbuhan ini, yang benar-benar memiliki kenyataan ini, dan yang benar-benar mampu mengikuti kehendak Tuhan, menyanyikan lagu ini sangatlah cocok—itu benar-benar sesuai. Namun, ketika orang semacam ini menyanyikan lagu ini, bagaimana keadaan emosi mereka? Dalam situasi apa mereka menyanyikannya? (Ketika mereka mengeluh dan merasa diperlakukan tidak adil.) Jadi, ketika mereka bernyanyi, bukankah yang mereka nyanyikan penuh dengan dendam? (Ya.) Yang mereka nyanyikan penuh dengan keluhan, pembangkangan, dan ketidakpuasan—itu tidak lain adalah kesedihan dan dendam. Ketika engkau mendengar mereka menyanyikan lagu ini, itu adalah saat mereka berada dalam keadaan paling melankolis. Ada sebuah pepatah di Tiongkok—bagaimana bunyinya? "Pria mengungkapkan kesedihan dengan bernyanyi, wanita mengungkapkan kesedihan dengan menangis, dan nenek tua mengungkapkan kesedihan dengan menggumamkan omong kosong." Engkau lihat, berbagai jenis orang mengungkapkan kesedihan mereka dengan berbagai cara. Ada wanita, ketika dihadapkan dengan situasi seperti ini, hanya menangis, terus-menerus menyeka air mata mereka secara diam-diam. Mereka tidak bisa melupakannya, dan setiap kali memikirkannya, mata mereka memerah karena air mata, dan di dalam hatinya, mereka merasa diperlakukan tidak adil dan dirugikan. Mereka sama sekali tidak mampu memperlakukan hal ini dengan benar. Sebenarnya, ini adalah hal yang sangat sederhana—minat dan hobi, serta kelebihan, pada dasarnya adalah dua hal yang terpisah. Jika engkau mempunyai kelebihan tertentu, entah itu adalah minat dan hobimu, engkau sangat cocok untuk pekerjaan yang berkaitan dengan kelebihan itu—yang berarti, kualitas, bakat, atau kecakapan bawaanmu membuatmu mahir dalam melakukan hal tertentu tersebut, dan engkau mampu melakukannya dengan baik—dengan demikian, ketika engkau melakukan pekerjaan itu, engkau dapat mencapai hasil tertentu, dan relatif sesuai bagimu untuk melakukannya. Namun, jika engkau hanya memiliki minat dan hobi di bidang ini, tetapi tidak memiliki kelebihan di dalamnya, engkau belum tentu mampu melakukannya dengan baik. Ini adalah hal yang sangat sederhana. Karena sikap keras kepala dan pemahaman menyimpang yang orang miliki, dikombinasikan dengan kebodohan dan ketidaktahuan orang, ketika mereka tidak mampu melakukan pekerjaan yang mereka minati, mereka menjadi berkecil hati, putus asa, dan negatif, serta mengeluh, dipenuhi dengan segala macam emosi negatif. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi orang untuk memahami situasi sebenarnya dari minat, hobi, dan kelebihan mereka. Setelah mereka mengerti, mereka harus memperlakukannya dengan benar—ini adalah di satu sisi. Di sisi lainnya, mereka harus tunduk pada pengaturan rumah Tuhan dan memenuhi tugas mereka dengan baik berdasarkan prinsip-prinsip yang dituntut oleh rumah Tuhan. Jika rumah Tuhan mengharuskanmu untuk melaksanakan tugas di bidang tertentu tetapi engkau tidak mahir di bidang pekerjaan ini, hanya berminat dan berhasrat mengenainya, serta senang melakukan pekerjaan ini, tetapi berdasarkan standar terendah yang dituntut oleh rumah Tuhan, engkau hanya mampu sedikit cakap dalam melakukannya, maka engkau harus tunduk dan berusaha untuk melakukan bagianmu—jangan mencari segala macam alasan objektif untuk menolak atau menampik. Tentu saja, jika kondisi bawaanmu di berbagai bidang terbatas atau engkau memiliki masalah nyata tertentu, dan rumah Tuhan tidak dapat mengizinkanmu untuk melaksanakan tugas di bidang ini, engkau tidak boleh memiliki keluhan, juga tidak boleh menjadi negatif atau lemah. Apa pun yang dapat kaulakukan, lakukan saja. Mengenai minat dan hobimu, simpanlah untuk dirimu sendiri—orang-orang di gereja tidak akan ikut campur, mereka juga tidak akan mengambil hakmu untuk berminat atau berhasrat akan hal-hal tertentu. Itu adalah masalah pribadimu. Namun, dalam hal melaksanakan tugas, engkau harus mampu membedakan dengan jelas berbagai hal yang berkaitan dengan minat, hobi, dan kelebihan, serta harus mampu memperlakukan semuanya dengan benar—inilah hal yang terpenting. Apakah engkau mengerti? (Ya.)

Banyak orang memiliki minat dan hobi di bidang tertentu. Ada juga orang-orang yang yang sama sekali tidak memiliki minat atau hobi. Artinya, mereka tidak memiliki minat atau hobi tertentu dalam hal pekerjaan atau jenis aktivitas khusus apa pun, atau dalam hal berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal yang sering orang jumpai di dunia—mereka hanyalah orang-orang biasa. Misalnya, jika orang bertanya kepada mereka apakah mereka berhasrat mengenai kesusastraan, apakah mereka biasanya menulis buku harian atau menulis artikel, mereka akan menjawab, "Aku tidak berhasrat mengenai hal itu dan tidak mahir dalam hal itu. Begitu aku mulai membaca atau menulis, aku langsung sakit kepala." Jika mereka diberi beberapa maha karya sastra untuk dibaca, mereka merasa kewalahan, dan sama sekali enggan dalam hatinya. Ada orang yang bahkan berkata, "Melihat tulisan sepanjang waktu membuat mataku tegang dan membuatku menjadi tua, jadi aku tidak suka kesusastraan." Jika engkau bertanya kepada mereka apakah mereka suka menari, mereka berkata, "Menari bukanlah pekerjaan yang pantas, itu adalah sesuatu yang orang lakukan ketika mereka sedang menganggur dan kurang kerjaan. Aku tidak suka menari." Engkau lihat, mereka tidak menyukainya dan bahkan mencari alasan untuk tidak melakukannya, dengan berkata bahwa itu bukanlah pekerjaan yang pantas. Orang lain menari untuk memuji Tuhan—betapa positifnya hal ini! Bernyanyi, menari, memainkan harpa dan kecapi untuk memuji Tuhan—ini telah dilakukan sejak zaman kuno; itu adalah sesuatu yang diperkenan oleh Tuhan, jadi bagaimana mungkin itu bukan pekerjaan yang pantas? Namun bagi mereka, mereka meremehkan dan membicarakan segala sesuatu yang tidak mereka sukai sebagai sesuatu yang negatif. Ketika ditanya, "Kau tidak suka menari—lalu apakah kau suka bernyanyi?" "'Bernyanyi' apa? Begitu aku mulai bernyanyi, suaraku sumbang. Bahkan aku sendiri pun tak tahan mendengarnya. Aku tidak suka bernyanyi. Baru sekarang sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, aku mulai mempelajari beberapa lagu pujian dari firman Tuhan dan lagu pujian berdasarkan pengalaman. Sebelum percaya kepada Tuhan, aku tak pernah bernyanyi; ketika orang lain bernyanyi, aku bahkan tidak mau mendengarkan." "Lalu bagaimana caramu mengungkapkan diri saat sedang merasa senang?" "Saat sedang merasa senang, aku hanya tidur siang." "Lalu apa yang kaulakukan saat menghadapi hal-hal yang menyakitkan dan sedang merasa tidak senang?" "Aku makan camilan, atau hanya tidur siang." "Kau tidak suka bernyanyi—kalau begitu, apakah kau suka mendengarkan musik?" "Aku tidak tertarik, dan aku tidak mengerti apa yang diungkapkan dalam musik. Kalian semua berkata bahwa musik mengungkapkan berbagai emosi orang, mengungkapkan pemikiran dan perasaan orang, tetapi aku tidak mengerti hal ini dan tidak dapat merasakannya. Musik adalah bentuk seni yang tinggi—orang yang rendah seperti diriku tidak bisa memahami musik, dan aku tidak menyukainya." "Apakah kau suka makanan lezat?" "Aku juga tidak suka makanan lezat. Aku bisa makan apa saja. Aku terlahir sebagai orang yang kasar. Aku bisa makan tepung jagung, aku bisa makan kue, aku bisa makan makanan Tiongkok atau makanan Barat—apa saja. Jika aku sedang lapar dan tidak punya apa pun untuk dimakan, aku bahkan bisa makan makanan anjing." Orang-orang semacam ini memang kasar seperti ini. Tanyakanlah beberapa wanita, "Apakah kau suka kosmetik?" Mereka menjawab, "Aku tidak tertarik pada kosmetik. Aku terlahir seperti ini, begitulah penampilanku—siapa pun yang mau melihatku, silakan lihat, dan siapa pun yang tidak mau melihatku, silakan buang muka saja!" Tanyakanlah beberapa pria, "Apakah kau suka barang elektronik atau barang-barang mekanik seperti mobil?" Mereka menjawab, "Apa gunanya menyukai hal-hal itu? Itu menguras pikiran dan melelahkan otak. Jika aku punya waktu, akan lebih baik untuk tidur siang atau mengobrol santai!" Mereka tidak menyukai apa pun dan sama sekali tidak memiliki minat atau hobi. Entah itu bersifat biologis, teknologi, kelas atas, atau kelas bawah, mereka tidak menyukai semua itu. Ketika ditanya, "Hal-hal yang berkaitan dengan kualitas kemanusiaan ini, baik yang luhur maupun yang memiliki daya tarik yang luas—kau tidak menyukai satu pun darinya. Lalu, apakah kau menyukai binatang-binatang kecil, seperti kucing, anjing, dan burung?" "Aku bahkan lebih tidak menyukainya. Binatang tidak dapat berbicara dengan manusia—apa gunanya menyukai binatang?" Ada orang-orang yang tertarik pada anjing. Mereka sering berbicara kepada anjing, dan anjing bahkan dapat memahami ucapan manusia. Ada orang-orang yang sama sekali tidak memiliki hobi dan tidak tertarik pada apa pun—ada banyak orang semacam itu. Ada orang-orang yang berkata, "Kami dilahirkan dengan beberapa minat dan hobi—semua itu diberikan oleh Tuhan. Terutama mereka di antara kita yang memiliki kelebihan di bidang tertentu, mereka yang dilahirkan dengan bakat luar biasa dan menonjol di bidang ini—semua ini adalah kasih karunia Tuhan, peninggian Tuhan, Tuhan memandang kami dengan kebaikan. Terutama sekarang ini, melaksanakan tugas yang berkaitan dengan minat, hobi, atau kelebihan kami di rumah Tuhan makin membuat identitas dan nilai kami jauh lebih terhormat dan luar biasa. Mereka yang tidak memiliki hobi atau kelebihan hanya dapat melakukan beberapa pekerjaan dasar dan pekerjaan yang secara teknis tidak menuntut, seperti menjadi tuan rumah, memasak, membersihkan rumah, atau menanam sayuran, memelihara babi, dan memberi makan ayam. Jadi, dalam hal minat, hobi, dan kelebihan yang orang miliki, bukankah orang dibedakan antara yang tinggi dan yang rendah, yang mulia dan yang hina? Bukankah ada perbedaan hierarkis di antara mereka?" Apakah sudut pandang ini benar? (Tidak.) Engkau lihat, Tuhan telah memberikan kelebihan kepada beberapa orang, telah menetapkan beberapa orang dengan minat dan hobi tertentu, sementara bagi beberapa orang lainnya, Tuhan tidak menetapkan apa pun—mereka sama sekali tidak memiliki kelebihan, tidak bisa menyanyi atau menari, tidak mengerti kesusastraan, dan sama sekali tidak tahu tentang segala jenis keterampilan profesional. Pernah terjadi, ada sebuah keluarga tuan rumah yang memelihara dua ekor anjing, jadi meminta seseorang yang tidak memiliki kelebihan untuk memberi makan anjing-anjing itu seharusnya sesuai—ini adalah tugas yang paling sederhana. Namun, selain memberi makan anjing-anjing tersebut, orang itu tidak mengajak mereka berjalan-jalan, dan tidak tahu cara merawat mereka. Setelah memberi makan selama satu atau dua tahun, bahkan anjing-anjing itu tidak mengenalinya sebagai tuan mereka dan tidak dekat dengannya. Katakan kepada-Ku, orang macam apa ini? Dibandingkan dengan mereka yang memiliki minat dan hobi atau kelebihan di bidang tertentu, bukankah ada perbedaan? Jelas, ini adalah dua jenis orang yang memiliki perbedaan dalam kondisi bawaan mereka: Jenis yang satu hidup dengan memiliki perasaan yang kuat akan keunggulan dirinya, menjalani kehidupan yang kaya dan penuh, sementara jenis lainnya menjalani kehidupan yang hampa, tanpa perasaan unggul apa pun. Jadi, jika status dan nilai orang dibedakan berdasarkan prinsip ini, apakah itu tepat? (Tidak.) Lalu, berdasarkan prinsip apa yang tepat untuk membedakan mereka? Katakan kepada-Ku, apakah ada perbedaan di antara orang-orang? (Ya.) Di mana letak perbedaannya? Bagaimana seharusnya orang dibedakan? Setidaknya, orang harus melihat apakah mereka mencintai kebenaran—bedakan esensi mereka, tinggi dan rendahnya mereka, keluhuran dan kehinaan mereka, serta penggolongan mereka berdasarkan sikap mereka terhadap kebenaran. Secara teoretis, bukankah orang dapat dibedakan seperti ini dengan sangat mudah? (Ya.) Apakah membedakan orang dengan cara seperti ini baik? (Ya.) Namun, apakah membedakan mereka dengan cara seperti ini terlalu sederhana? Ada orang-orang yang sama sekali tidak memiliki kelebihan bawaan, juga tidak memiliki minat atau hobi apa pun—mereka adalah orang yang sangat biasa-biasa saja, orang yang sangat sederhana. Namun, mereka mencintai kebenaran, memahami kebenaran, memiliki pengalaman dan pemahaman tentang kebenaran, serta ketika mereka mempersekutukan kebenaran, mereka mampu membagikan pemahaman mereka tentang firman Tuhan; dalam jalan masuk kehidupan, mereka lebih baik daripada orang kebanyakan. Mereka mampu menolong banyak orang. Jadi, dapatkah engkau mengatakan bahwa orang-orang semacam itu rendah dan tidak berharga? (Tidak.) Secara teoretis, esensi orang, tinggi dan rendahnya mereka, keluhuran dan kehinaan mereka, serta penggolongan mereka, itu haruslah dibedakan berdasarkan sikap mereka terhadap kebenaran, tetapi bagaimana tepatnya mereka harus dibedakan? Itulah yang akan kita persekutukan hari ini.

Apakah seseorang secara bawaan memiliki minat, hobi, dan kelebihan atau tidak, itu telah ditentukan oleh Tuhan dari sejak semula. Jika Tuhan memberikan hal-hal itu kepadamu, maka engkau memilikinya; jika Tuhan tidak memberikan hal-hal itu kepadamu, maka engkau tidak memilikinya—engkau tidak dapat mempelajarinya, juga tidak dapat memperolehnya melalui peniruan. Namun, jika engkau memiliki kelebihan di bidang tertentu, dan engkau berkata, "Melaksanakan tugas yang berkaitan dengan kelebihan ini terlalu melelahkan; aku tidak menginginkan kelebihan ini," sekalipun engkau tidak menginginkannya, engkau tidak dapat menghilangkannya, dan orang lain juga tidak dapat mengambilnya. Apa yang kaumiliki, orang lain tidak dapat mengambilnya; apa yang tidak kaumiliki, engkau tidak dapat merebut atau memperolehnya dengan bersaing untuk mendapatkannya. Semua ini berkaitan dengan penetapan Tuhan. Namun, meskipun demikian, Tuhan memberimu minat, hobi, atau kelebihan tertentu bukan berarti Tuhan pasti memintamu untuk melaksanakan beberapa tugas atau pekerjaan yang berkaitan dengan minat, hobi, atau kelebihanmu. Ada orang yang berkata, "Karena aku tidak diminta untuk melaksanakan tugas di bidang ini atau melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan ini, lalu mengapa aku diberikan minat, hobi, atau kelebihan seperti ini?" Tuhan telah memberi sebagian besar orang minat dan hobi tertentu berdasarkan berbagai kondisi setiap orang. Tentu saja, ada banyak hal yang dipertimbangkan: Di satu sisi, itu adalah untuk mata pencaharian dan kelangsungan hidup orang; di sisi lain, itu adalah untuk memperkaya kehidupan orang. Terkadang, kehidupan seseorang membutuhkan minat dan hobi tertentu, baik untuk hiburan maupun kesenangan atau agar mereka dapat melakukan beberapa tugas yang semestinya, dengan demikian membuat kehidupan mereka sebagai manusia menjadi memuaskan. Tentu saja, dari aspek mana pun itu dipandang, ada alasan di balik pemberian Tuhan, dan Tuhan juga memiliki alasan dan dasar-Nya untuk tidak memberi. Mungkin saja kehidupan manusiamu atau kelangsungan hidupmu tidak mengharuskan Tuhan memberimu minat, hobi, dan kelebihan, dan engkau dapat memenuhi kebutuhan hidupmu atau memperkaya kehidupan manusiamu serta membuatnya memuaskan melalui cara lain. Singkatnya, entah Tuhan telah memberi orang minat, hobi, dan kelebihan atau tidak, ini bukanlah masalah dengan orang-orang itu sendiri. Sekalipun orang tidak memiliki kelebihan, ini bukanlah cacat dalam kemanusiaan mereka. Orang harus memahami hal ini dengan benar dan memperlakukannya dengan benar. Jika orang memiliki minat, hobi, dan kelebihan tertentu, mereka harus menghargainya dan menerapkannya dengan benar; jika mereka tidak memilikinya, mereka tidak boleh mengeluh. Dari perspektif minat, hobi, dan kelebihan, inilah situasi yang sebenarnya. Namun, entah orang memiliki hal-hal ini atau tidak, itu tidak mencerminkan nilai, status, atau identitas yang orang miliki. Jadi, hal ini menyampaikan apa kepada orang-orang? Sekalipun Tuhan telah memberimu minat, hobi, dan kelebihan yang luhur—semua ini adalah milikmu secara pribadi, semua ini adalah kondisi-kondisi yang menguntungkanmu—memilikinya bukan berarti engkau lebih mulia daripada orang lain, bahwa engkau lebih diuntungkan atau lebih istimewa untuk melakukan apa pun dibandingkan orang lain. Ini karena di mata Tuhan, apa pun kondisi bawaan yang orang miliki, mereka adalah salah seorang dari umat manusia yang rusak. Meskipun kondisi bawaan tidak mengandung unsur-unsur kerusakan, semua orang, yang memiliki kondisi bawaan, telah dirusak oleh Iblis dan hidup berdasarkan watak Iblis. Esensi hidup mereka adalah watak rusak Iblis yang mereka miliki. Oleh karena itu, seperti apa pun kondisi bawaanmu dan apakah engkau memiliki minat, hobi, dan kelebihan atau tidak, di mata Tuhan, karena esensi hidup semua orang adalah sama, nilaimu setara dengan nilai orang lain. Orang harus melihat dengan jelas bahwa sekalipun mereka memiliki kondisi-kondisi menguntungkan tertentu atau kelebihan tertentu, dalam hal esensi manusia dan watak yang rusak, esensi semua orang adalah sama dan semua orang adalah sama. Mereka harus menjalani hajaran dan penghakiman Tuhan, dan mereka semua adalah orang-orang yang ingin Tuhan selamatkan. Dalam hal esensi hidup dari daging yang orang miliki, orang-orang adalah sama. Namun, dari perspektif lain, terdapat beberapa perbedaan di antara orang-orang, dan kita perlu bersekutu secara terperinci tentang perbedaan-perbedaan ini. Bagaimana seharusnya perbedaan-perbedaan ini diidentifikasi? Semua itu harus diperiksa dari asal-usul manusia. Apa yang dimaksud dengan "asal-usul"? Ini mengacu pada dari mana orang telah bereinkarnasi—perbedaan dibuat berdasarkan bagaimana mereka muncul di dunia dan dari mana mereka berasal. Secara umum, umat manusia ini dibagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama adalah mereka yang bereinkarnasi dari binatang, golongan kedua adalah mereka yang bereinkarnasi dari berbagai setan, dan golongan ketiga adalah mereka yang bereinkarnasi dari manusia. Ketiga golongan ini membedakan manusia pada akarnya. Alasan ketiga golongan ini dapat membedakan orang adalah karena asal-usul berbagai golongan orang tidaklah sama. Jadi, bagaimana orang dapat mengetahui siapa yang bereinkarnasi dari binatang, siapa yang bereinkarnasi dari setan, dan siapa yang bereinkarnasi dari manusia? Ini harus ditentukan berdasarkan apa yang mereka jalani dan ciri yang mereka perlihatkan. Pernahkah engkau semua mendengar informasi semacam itu sebelumnya, baik dalam cerita rakyat maupun melalui saluran lain? (Ya.) Jadi, topik ini tidak sepenuhnya asing bagi engkau semua, bukan? (Tidak.) Mereka yang bereinkarnasi dari binatang, mereka yang bereinkarnasi dari setan, mereka yang bereinkarnasi dari manusia—yang mana yang engkau semua ingin dengarkan terlebih dahulu? (Golongan pertama.) Golongan pertama adalah mereka yang bereinkarnasi dari binatang. Jika engkau semua benar-benar mengetahui kebenaran tentang hal ini, apakah itu akan berdampak pada kehidupanmu? Akankah itu mendatangkan masalah atau rintangan? (Aku mungkin mulai bertanya-tanya dari mana aku bereinkarnasi.) Bagi beberapa orang, setelah mereka benar-benar tahu termasuk golongan manakah mereka dan mencocokkan diri mereka dengan golongan tertentu, jika mereka memang bereinkarnasi dari manusia, mereka merasa beruntung dan merasa cukup baik tentang hal itu. Namun, jika mereka bukan bereinkarnasi dari manusia, bukankah mereka akan merasa kesal? (Ya.) Itu akan menimbulkan kesulitan tertentu dan juga sedikit kegelisahan, bukan? (Ya.) Karena itu dapat menimbulkan kegelisahan dan beberapa kesulitan, apakah lebih baik bagi orang untuk tahu atau tidak tahu? (Aku merasa akan lebih baik jika orang tahu.) Dalam hal apa itu akan lebih baik? (Dengan mengetahuinya, orang dapat memahami kebenaran dalam hal ini, dan selain itu, mereka akan mampu membedakan beberapa orang, peristiwa, dan hal-hal di sekitar mereka.) Kalau begitu, mari kita bersekutu tentang hal ini.

Mari kita terlebih dahulu bersekutu tentang mereka yang bereinkarnasi dari binatang. Reinkarnasi dari binatang, sebagaimana yang tersirat dari sebutannya, berarti orang tersebut bereinkarnasi dari binatang. Lingkup binatang cukup luas—mengenai berapa banyak tepatnya jenis binatang yang dapat bereinkarnasi menjadi manusia, hal itu tidak termasuk dalam lingkup persekutuan kita. Singkatnya, ada golongan orang yang keberadaan masa lalunya adalah sebagai binatang, yang berarti identitas asli atau golongan mereka saat diciptakan adalah mereka tidak tergolong manusia ciptaan. Golongan awal dan pertama mereka secara biologis adalah binatang. Jadi di mata Tuhan, identitas mereka di alam biologis adalah binatang. Dalam reinkarnasi ini, mereka telah menjadi manusia, yang berarti binatang ini tidak lagi terlahir kembali sebagai binatang, melainkan telah bereinkarnasi sebagai manusia, dilahirkan pada waktu tertentu, dalam keluarga, garis keturunan, dan negara tertentu. Binatang bereinkarnasi menjadi manusia berarti mereka terlahir sebagai manusia, tetapi keberadaan mereka sebelumnya bukanlah sebagai manusia—melainkan sebagai binatang. Sebelumnya, mereka hidup di alam binatang, terlahir kembali di antara binatang; kini, dalam kelahiran kembali ini, mereka tidak lagi berada di alam binatang. Identitas mereka telah berubah, dan mereka telah menjadi anggota umat manusia. Inilah yang disebut binatang bereinkarnasi menjadi manusia. Ketika binatang bereinkarnasi menjadi manusia, penampilan dan naluri mereka pada esensinya sama dengan manusia pada umumnya. Artinya, mereka sepenuhnya memiliki ciri manusia—mereka dapat berjalan tegak, memiliki fitur wajah dan penampilan manusia, serta memiliki cara berpikir manusia, naluri manusia, dan kehidupan manusia normal, dan mereka juga memiliki kemampuan unik manusia dalam berbahasa. Inilah yang dikenal sebagai binatang yang bereinkarnasi menjadi manusia. Artinya, dari bentuk fisik, penampilan luar, dan ciri kehidupan fisik mereka, engkau hanya dapat melihat ciri manusia; tidak ada ciri binatang yang terlihat. Jadi, bagaimana engkau bisa tahu bahwa mereka bereinkarnasi dari binatang? Inilah yang paling orang khawatirkan. Tentu saja, adalah mungkin untuk melihat bahwa mereka bereinkarnasi dari binatang. Jika tidak ada perbedaan antara mereka yang bereinkarnasi dari binatang dan mereka yang bereinkarnasi dari manusia, maka golongan orang-orang ini tidak akan memiliki ciri yang jelas. Justru karena ada perbedaan yang jelas di antara mereka yang bereinkarnasi dari binatang dan mereka yang bereinkarnasi dari manusia sejati, maka kedua kategori orang ini dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan ciri mereka. Lalu, apa sajakah ciri orang yang bereinkarnasi dari binatang? Ciri pertama adalah mereka memiliki pemahaman yang menyimpang. Ciri kedua adalah mereka sangat mati rasa. Ciri ketiga adalah mereka sangat bingung. Ciri keempat adalah mereka bodoh. Keempat ciri ini saja sudah cukup untuk membuat perbedaan antara orang yang bereinkarnasi dari binatang dan manusia sejati menjadi jelas.

Ciri pertama orang yang bereinkarnasi dari binatang adalah mereka memiliki pemahaman yang menyimpang. Pertama, berkaitan dengan apakah penyimpangan ini? Ini berkaitan dengan masalah pemikiran dan sudut pandang mereka; ini juga berkaitan dengan kemampuan kognitif mereka dalam memandang, memahami, dan mengerti berbagai hal. Golongan orang ini tidak dapat memahami apa pun dengan benar, mereka juga tidak dapat memandang apa pun dengan benar. Cara mereka memandang orang dan hal-hal, serta cara mereka berperilaku dan bertindak, sangat konyol, keras kepala, dan tidak masuk akal—sama sekali tidak sesuai dengan cara berpikir kemanusiaan yang normal, dan pemikiran serta sudut pandang kemanusiaan yang normal terhadap berbagai hal. Tentu saja, orang dengan pemahaman yang menyimpang sama sekali tidak mampu mengerti atau memahami kebenaran. Kebenaran sama sekali berada di luar jangkauan mereka, dan mereka terlebih lagi, tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran. Sudut pandang mereka sama sekali menyimpang dalam cara mereka memperlakukan sesuatu atau individu apa pun. Setelah engkau menyampaikan persekutuan kepada mereka, mereka memahaminya dalam hal doktrin, tetapi setelahnya, pengetahuan mereka tetap menyimpang. Ketika engkau kemudian menjelaskan hal-hal dengan lebih gamblang dan spesifik, memberikan contoh-contoh, pada saat itu, mereka mungkin mengerti, tetapi kemudian, ketika mereka menghadapi hal yang sama, sudut pandang mereka tetap sama menyimpangnya, dan dengan cara apa pun engkau mempersekutukannya kepada mereka, itu tidak memperbaiki sudut pandang mereka. Selain itu, keadaan mereka ini—cara memahami berbagai hal ini—akan bertahan selamanya tanpa perubahan. Tidak ada persekutuan kebenaran dari siapa pun yang dapat mengubah mereka; sekalipun Aku yang menyampaikan persekutuan dan berkhotbah, itu tetap tidak dapat mengubah pemikiran dan sudut pandang mereka yang menyimpang, serta cara mereka yang menyimpang dalam memahami sesuatu. Orang-orang semacam itu sangat menyusahkan. Misalnya, ketika mereka melakukan sesuatu yang salah, dan engkau memberi tahu mereka, "Apa yang kaulakukan itu salah, itu tidak sesuai dengan prinsip; ada pencampuran pribadi di dalamnya," mereka akan berkata, "Aku tidak melakukannya dengan sengaja. Aku tidak bermaksud agar hasilnya menjadi seperti itu. Karena kalian semua begitu baik, kalian memiliki kebenaran, dan kalian tahu bagaimana melakukan segala sesuatu, mengapa bukan kalian saja yang melakukannya sendiri daripada menyuruhku yang melakukannya? Kaukatakan aku berbuat salah—bukankah itu hanya karena kau menganggapku tidak menyenangkan? Karena kalian semua memiliki kemanusiaan, dan hanya aku yang tidak memilikinya, aku akan masuk neraka dan kalian semua bisa masuk ke surga!" Mereka bahkan mungkin berusaha membela dan membenarkan diri mereka sendiri dengan penalaran, dan mencari-cari alasan untuk menolak tanggung jawab. Mereka menolak untuk mengakui kesalahan, tidak memiliki sikap yang benar, dan tidak berkomitmen untuk memperbaiki diri di masa depan dan berkata bahwa mereka mengerti bagaimana mereka harus bertindak lain kali. Mereka tidak akan pernah mengerti dengan cara ini dan tidak akan pernah memahami masalah ini dari perspektif kemanusiaan dengan cara yang murni. Bahkan ada orang-orang yang, ketika engkau menunjukkan masalah dalam pekerjaan mereka dan mempersekutukan kebenaran kepada mereka, berkata, "Bukankah kau hanya memandang rendah diriku? Bukankah itu hanya karena aku tidak berpendidikan dan berasal dari pedesaan? Bukankah itu hanya karena statusku rendah? Bahkan Tuhan tidak memandang rendah diriku, jadi apa hakmu memandang rendah diriku?" Mereka tidak akan pernah mengakui bahwa apa yang mereka lakukan salah dan kemudian mencari kebenaran, merenungkan diri mereka sendiri untuk melihat di mana letak kesalahan mereka, dan mencari jalan penerapan yang benar untuk menyelesaikannya. Mengapa mereka tidak akan pernah melakukan hal ini? Karena mereka bukan manusia. Mereka tidak memiliki cara berpikir manusia normal, dan mereka tidak dapat memperlakukan kesalahan yang muncul dengan cara yang akan dilakukan oleh manusia normal. Mereka tidak memiliki sikap yang seharusnya dimiliki manusia normal terhadap kesalahan. Pernahkah engkau semua bertemu dengan orang-orang semacam itu? Akan lebih baik untuk merenungkan dirimu juga, untuk melihat apakah nalarmu normal atau tidak. Misalnya, setelah seseorang mengepel lantai, permukaannya masih cukup basah. Orang lain, tanpa menyadari hal ini, berjalan di atasnya dan terpeleset. Orang itu bangkit berdiri dan berkata kepada orang yang mengepel tersebut, "Kau tidak mengeringkan lantai dengan benar setelah mengepel. Kau seharusnya memasang tanda peringatan untuk mengingatkan orang! Untungnya, aku masih muda—jika aku jatuh, aku bisa bangkit kembali. Namun, jika itu orang tua, bukankah tulang mereka akan patah? Kau benar-benar tidak cukup perhatian!" Apakah perkataan ini pantas dan normal? (Ya, itu normal.) Orang yang mengepel tersebut tidak cukup perhatian saat melaksanakan tugas ini, jadi lain kali dia seharusnya lebih perhatian. Karena seseorang jatuh akibat hal tersebut, jelas bahwa dia telah melakukan kesalahan dalam hal ini. Ini adalah kelalaian, dan tak ada seorang pun yang mengutuk dirinya—dia hanya perlu memperbaikinya. Namun, dia tidak mampu mempertimbangkan atau memperlakukan masalah ini dengan benar dan rasional dari perspektif manusia atau dengan cara berpikir manusia. Sebaliknya, dia akan berbalik dan berkata, "Tidak bisakah kau melihat bahwa lantainya basah? Apa kau buta? Kau terpeleset dan jatuh—sudah sepantasnya! Kau tidak menggunakan matamu, dan itu salahku? Setelah selesai mengepel lantai, tentu saja lantainya akan basah—mengapa kau berjalan di atasnya? Aku 'kan tidak menyuruhmu berjalan di sana. Akui saja itu adalah nasib burukmu sendiri sehingga kau jatuh. Itu tidak ada hubungannya denganku!" Apakah perkataan ini rasional? (Tidak.) Itu tidak rasional—apa istilahnya dalam bahasa sehari-hari? Dia tidak masuk akal. Engkau mengepel lantai tetapi tidak mengeringkannya, menyebabkan seseorang terpeleset—meskipun tidak mutlak bahwa engkau perlu mengungkapkan rasa bersalahmu dan meminta maaf, setidaknya engkau harus menerima pengingat dan petunjuk orang lain mengenai kesalahanmu. Engkau seharusnya bertanya, "Apa kau terluka? Apa kau perlu pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan atau perawatan? Aku bertanggung jawab penuh." Inilah sikap yang benar. Beginilah seharusnya orang memperlakukan dan merenungkan kesalahan mereka secara rasional dari perspektif kemanusiaan. Namun, orang yang bereinkarnasi dari binatang tidak memiliki kemanusiaan dan memiliki pemahaman yang menyimpang. Mereka tidak akan pernah berbicara dengan cara seperti ini, dan mereka juga tidak akan pernah mempertimbangkan masalah apa pun dengan cara seperti ini. Sebaliknya, mereka akan dengan keras kepala bersikap tak masuk akal. Mereka tidak mengeringkan lantai setelah mengepel, menyebabkan seseorang terpeleset; maka lain kali, mereka hanya perlu melakukannya secara berbeda, lebih memperhatikan, dan memperbaiki kesalahan—itu saja. Masalah akan terselesaikan. Ini masalah yang sangat sederhana: Tak seorang pun mengatakan apa pun tentang hal itu, dan tak seorang pun mengutuk mereka karenanya. Mereka juga tidak dituntut untuk memikul tanggung jawab hukum apa pun. Namun, mereka menolak untuk menerima fakta-fakta tersebut dan justru berkata, "Oh, jadi kalian semua orang baik, hanya kalianlah yang memiliki kemanusiaan! Aku pastilah orang jahat! Aku dengan sengaja mencelakakan orang lain! Aku punya niat buruk! Kalian semua akan masuk surga, dan aku akan masuk neraka!" Katakan kepada-Ku, mungkinkah orang normal mengucapkan omong kosong seperti itu? (Tidak.) Hanya jenis orang yang bereinkarnasi dari binatang yang memahami segala sesuatu dan memandang segala sesuatu dari perspektif yang sangat ekstrem, keras kepala, dan tidak masuk akal. Karena hal sepele—sesuatu yang sepenuhnya dapat dibenarkan—mereka dapat melontarkan banyak argumen menyimpang yang sepenuhnya tidak masuk akal dan keliru, membuat orang lain bingung apakah harus tertawa atau menangis. Jika mereka dipangkas, bagaimana sikap mereka? Mereka berusaha keras untuk membenarkan dan membela diri mereka sendiri, menjelaskan mengapa mereka bertindak seperti itu dan betapa mereka menderita karenanya, membantah dengan segala macam alasan. Ketika kausampaikan persekutuanmu kepada mereka tentang mengapa mereka dipangkas, bagaimana, ketika mereka melakukan kesalahan, mereka harus memperbaikinya dan bagaimana mereka harus mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta apa saja prinsip-prinsip untuk menangani masalah tersebut, mereka menolak untuk menerima sepatah kata pun. Sebaliknya, mereka menyimpan dendam dan kemarahan, merasa diperlakukan tidak adil dan dipermalukan. Di balik layar, mereka bahkan mengeluh kepada orang lain, dengan berkata, "Huh! Aku tidak memperhatikan masalah-masalah seperti itu, dan aku tidak dengan sengaja bermaksud melakukannya seperti itu. Namun, mereka mengutukku dan mengatakan aku mengacaukan dan mengganggu—apakah aku benar-benar sejahat itu? Apakah aku ini orang jahat?" Mengenai hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kebenaran, mereka akan selalu tidak mampu mencapainya dan tidak pernah memahaminya; pemahaman mereka selalu sangat menyimpang dan sangat tidak masuk akal. Apa pun prinsip-prinsip kebenaran yang dipersekutukan, ketika mereka mendengarnya, itu berubah menjadi satu frasa, satu cara bertindak—itu menjadi formalitas, ritual, peraturan. Ini bukan sekadar masalah memahami prinsip-prinsip kebenaran secara sepihak; melainkan, pemahaman mereka sangatlah tidak masuk akal dan konyol. Cara orang semacam ini memahami kebenaran tampak sangat canggung dan bodoh. Sampai sejauh mana kebodohan itu? Sampai-sampai orang bahkan tidak merasa kasihan kepada mereka, tetapi merasa benar-benar jijik, bingung antara tertawa atau menangis, dan sama sekali tidak bisa berkata-kata. Segala sesuatunya telah dijelaskan sedemikian rupa sehingga mengatakan apa pun lagi menjadi mubazir—perkataan tambahan apa pun hanya akan menjadi bodoh. Tidak ada gunanya terus berbicara tentang prinsip-prinsip kebenaran dengan orang-orang ini. Apa pun yang mereka tangani, bahkan hal sepele dalam kehidupan sehari-hari, mereka melakukannya dengan cara yang tidak normal, tidak masuk akal, dan menyimpang. Mereka tidak mampu memandang dan menangani berbagai hal dalam batasan nalar manusia. Perspektif mereka tentang segala sesuatu begitu keras kepala dan tidak masuk akal seperti ini—pandangan yang dapat mereka ungkapkan tentang hal apa pun akan membuatmu merasa jijik seumur hidup setelah mendengarnya. Jika engkau kebetulan sedang makan saat mendengarnya, engkau mungkin langsung muntah. Katakan kepada-Ku, seberapa menyimpangnya mereka? Ini adalah salah satu ciri utama dari orang yang bereinkarnasi dari binatang—mereka keras kepala dan tidak masuk akal. Dari perspektif kemanusiaan, sikap keras kepala dan tidak masuk akal ini terutama adalah kurangnya cara berpikir kemanusiaan yang normal. Mereka tidak mampu mempertimbangkan masalah apa pun berdasarkan cara berpikir kemanusiaan yang normal—mereka ekstrem, cenderung menyimpang, dan keras kepala. Dengan cara apa pun engkau mempersekutukan kebenaran, fakta-fakta objektif, atau situasi spesifik, mereka berpaut erat pada penalaran mereka dan menolak untuk melepaskannya. Mereka berpikir, "Aku memiliki nalarku sendiri, dan aku belum memberimu apa pun yang dapat kaugunakan untuk melawanku. Aku hanya akan berpaut pada penalaran ini, dan itu akan menjadi kebenaran. Tidak ada yang kaukatakan akan berguna sedikit pun!" Inilah salah satu ciri orang yang bereinkarnasi dari binatang—pemahaman mereka menyimpang.

Perwujudan lain dari orang yang bereinkarnasi dari binatang adalah mereka sangat mati rasa ketika menghadapi banyak orang, peristiwa, dan hal-hal. Mereka tidak hanya memandang berbagai hal dengan cara yang keras kepala dan menyimpang, tetapi mereka juga sama sekali tidak dapat menyadari natur, esensi, atau akar penyebab dari apa pun yang muncul, pengaruh apa yang mungkin ditimbulkannya, atau akibat apa yang mungkin ditimbulkannya. Mereka tetap tidak dapat menyadari dan tetap tidak mengerti hal-hal ini, sekalipun ada orang-orang yang telah mengatakan atau melakukan hal-hal tertentu, atau memperlihatkan tanda-tanda dan indikasi tertentu—mereka seperti orang bodoh. Pada saat mereka akhirnya menyadarinya, hal itu telah terjadi, dan akibatnya telah muncul. Bahkan setelah mendengar begitu banyak kebenaran, mereka tidak tahu dan tidak dapat merasakan orang-orang seperti apa yang ada di sekitar mereka, apa esensi mereka, atau apa yang mampu mereka lakukan. Ada orang-orang yang mengatakan hal-hal yang jelas-jelas bermasalah, tetapi mereka tidak dapat merasakannya. Misalnya, ketika ada orang-orang yang menyombongkan diri, membual, pamer, dan menonjolkan diri, ini jelas merupakan perwujudan watak yang congkak, tetapi orang yang bereinkarnasi dari binatang tidak dapat memahami masalahnya. Sebaliknya, mereka mengira orang-orang ini cakap, mereka mengagumi dan menghormati orang-orang ini, dan bahkan ingin mengikuti orang-orang semacam itu setelahnya. Ini menunjukkan bahwa mereka mati rasa. Orang dan perbuatan yang jelas-jelas jahat, perwujudan watak rusak yang jelas-jelas terlihat, serta arah yang jelas-jelas dituju oleh sesuatu—orang-orang semacam itu tidak dapat menyadari semua ini. Mereka tidak tahu apa esensi masalahnya, atau apa akar masalahnya; mereka sama sekali tidak dapat merasakannya, mereka bahkan tidak memiliki kesadaran tersebut. Mereka adalah apa yang sering kita sebut mayat tanpa roh. Orang semacam ini terlebih lagi tidak akan mencapai hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Engkau memberi tahu mereka tentang berdasarkan prinsip mana mereka harus menerapkan, tetapi mereka tidak mengerti; mereka hanya menghafal peraturan yang seharusnya mereka taati. Mereka tidak mampu memahami prinsip-prinsip yang kaupersekutukan, prinsip-prinsip itu berada di luar jangkauan mereka. Engkau menunjukkan suatu keadaan tertentu dalam diri mereka, yang merupakan perwujudan dari penyingkapan watak rusak mereka, tetapi mereka mengira engkau sedang membicarakan orang lain. Sekalipun mereka mengakui secara lisan bahwa mereka juga memiliki watak rusak semacam ini, mereka tidak mengenali perkataan apa yang telah mereka ucapkan atau tindakan apa yang telah mereka lakukan yang sesuai dengan keadaan atau perwujudan ini. Mereka tidak mengerti dan tidak tahu apa yang sedang kaubicarakan. Ketika mempersekutukan kebenaran selama pertemuan, sementara orang-orang lain telah beralih ke topik berikutnya, mereka tetap mengalihkan kembali pembahasan ke topik sebelumnya. Bukankah ini bersikap bodoh dan mati rasa? Ketika orang lain berbicara, mereka tidak dapat mengikuti—bukan karena cara berpikir mereka tidak dapat mengikuti, tetapi karena kualitas mereka tidak memadai dan kurang. Ketika orang jahat tertentu mencoba menipu, mempermainkan, atau menyiksanya, mereka tidak dapat merasakannya, tetapi justru memperlakukan orang jahat tersebut sebagai saudara-saudari dan bergaul erat dengannya, dan hanya setelah dirugikan olehnya barulah mereka menyadari bahwa mereka telah dipermainkan. Lalu mereka berpikir, "Aku sungguh bodoh! Aku tidak tahu cara menilai orang, aku tidak tahu cara membedakan orang! Kali ini, aku benar-benar telah memetik pelajaran—ke depannya, aku tidak akan memercayai siapa pun, aku hanya akan memercayai diriku sendiri. Itulah hikmat yang tertinggi!" Setelah ditipu sekali, mereka yakin telah memperoleh wawasan dan bahkan menganggap diri mereka kini lebih pintar, beralih dari satu sikap ekstrem ke sikap ekstrem lainnya. Orang yang bereinkarnasi dari binatang mati rasa terhadap segala hal. Contohnya, ada seseorang yang seperti itu bertanggung jawab atas peternakan dan pertanian. Suatu hari suhu turun, dan Aku berkata kepadanya, "Malam ini suhunya akan minus lima derajat. Bukankah seharusnya tanaman dan binatang yang tidak tahan udara dingin itu diurus?" Setelah mendengarnya, dia menjawab, "Aku punya jaket berlapis katun, dan aku tidur di malam hari dengan penutup kain berlapis dan selimut, jadi aku tidak akan kedinginan." Apakah dia mengerti maksud-Ku? Berdasarkan jawaban ini, jelas dia tidak mengerti. Bukankah ini mati rasa? (Ya.) Jika Aku berkata, "Malam ini suhunya akan minus lima derajat. Jika bunga-bunga berada di halaman, semuanya akan mati membeku. Binatang-binatang yang sensitif terhadap udara dingin dan yang lemah harus dimasukkan ke dalam kandang. Kau harus memasang tirai tambahan di pintu dan menambal area yang berangin di kandang." Setelah mendengarnya, dia merenung sejenak dan berpikir, "Oh, tadi Engkau berbicara tentang binatang dan tanaman. Kalau begitu, bukankah memindahkan bunganya ke dalam ruangan saja sudah cukup? Ada begitu banyak binatang, dan Engkau tidak mengatakan binatang mana yang sensitif terhadap udara dingin dan mana yang tidak, mana yang harus dibawa ke dalam kandang dan mana yang tidak." Memang, Aku tidak menyebutkannya secara spesifik—tetapi tidak bisakah engkau bertindak berdasarkan prinsip? Engkau bahkan tidak menyadari bahwa bunga-bunga yang ditinggalkan di luar di musim dingin dapat mati membeku, dan jika Aku tidak menugaskanmu untuk melakukan hal-hal ini, engkau tidak akan melakukannya—masalah macam apa ini? Bukankah ini mati rasa? (Ya.) Ini memperlihatkan bahwa dia mati rasa. Misalnya, jika cuaca cerah dan pakaian sedang dijemur di luar di halaman, dan seseorang berkata, "Sepertinya akan hujan di sore hari. Apakah pakaian yang dijemur di luar akan kebasahan?"—perkataan ini menyampaikan sedikit pengingat. Seseorang dengan cara berpikir manusia normal akan mendengarnya dan berpikir, "Aku harus memperhatikan—ketika langit berubah mendung, aku akan segera membawa pakaian ke dalam." Namun, orang yang tidak memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal tidak akan menyadari hal ini. Ketika engkau mengatakan akan hujan di sore hari, mereka mendengarnya dan berpikir, "Apa gunanya mengatakan hal itu? Itu tidak ada hubungannya denganku. Aku akan berada di dalam, jadi aku tidak akan kebasahan jika hujan. Lagipula, apa yang bisa kulakukan tentang hujan? Tidak ada gunanya memberitahuku hal ini!" Mereka sama sekali tidak menyadari mengapa mereka diberi tahu hal ini atau mengapa hal ini disinggung. Jadi, bagaimana engkau harus berbicara kepada mereka agar mereka benar-benar mengerti? Engkau harus memberi tahu mereka, "Hujan akan turun di sore hari kira-kira pada pukul sekian. Sebelum hujan turun, ketika kau melihat langit berubah mendung, segeralah angkat jemuran dan bawa ke dalam. Jika tidak, pakaian akan basah dan perlu dicuci ulang. Selain itu, ketika mengangkat jemuran, periksalah apakah ada barang lain di halaman yang tidak boleh basah atau terkena hujan, dan bawalah juga ke dalam." Engkau harus menginstruksikan mereka seperti ini. Jika engkau tidak menginstruksikan mereka dengan cara seperti ini, mereka tidak akan menyadari bahwa mereka perlu membawa masuk pakaian yang dijemur, juga tidak akan menyadari bahwa mereka perlu mengumpulkan barang-barang lain yang tidak boleh terkena hujan. Mereka tidak akan melakukan hal-hal ini. Mengapa? Karena mereka terlalu mati rasa, mereka tidak memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal, dan mereka tidak memenuhi standar kemanusiaan yang normal. Artinya, kecerdasan dan kualitas mereka tidak mencapai standar kemanusiaan yang normal. Seperti inilah orang yang bereinkarnasi dari binatang. Ketika meminta orang semacam itu untuk melakukan sesuatu, meskipun Aku telah menginstruksikan mereka beberapa kali, dan mereka telah melakukannya berkali-kali sebelumnya, Aku tetap harus kembali menginstruksikan mereka. Jika Aku tidak menginstruksikan mereka, mereka tidak akan menyadari apa yang perlu dilakukan, dan mereka juga tidak akan mampu melakukannya. Jadi, setiap kali mereka menghadapi tugas semacam ini, engkau harus memberi tahu mereka apa tepatnya yang perlu dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, serta menginstruksikan mereka pada setiap langkah dalam prosesnya. Jika engkau melewatkan satu hal saja, mereka tidak akan mengerjakannya, atau bahkan mungkin mengacaukan semuanya. Jika engkau kemudian menunjukkan masalah mereka, mereka akan menanggapinya dengan banyak argumen yang menyimpang dan mulai dengan keras kepala kembali bersikap tak masuk akal. Seperti inilah perwujudan dari mati rasa itu.

Ciri orang yang bereinkarnasi dari binatang, yakni mati rasa mereka, sangatlah jelas. Contohnya, dari persekutuan tentang kebenaran, mereka memahami dalam hal doktrin tentang cara membedakan apakah seorang pemimpin gereja melakukan pekerjaan nyata, apakah dia adalah pemimpin yang memenuhi standar, atau apakah dia adalah pemimpin palsu ataukah antikristus. Namun, ketika membedakan termasuk golongan apakah pemimpin gereja mereka sendiri, sekalipun mereka menyaksikan perwujudan tertentu yang diperlihatkan oleh pemimpin gereja tersebut, mereka tidak tahu bagaimana membedakan orang itu. Jika engkau bertanya kepada mereka, "Apakah pemimpin gereja kalian melakukan pekerjaan nyata?" mereka menjawab, "Kulihat dia sibuk setiap hari dengan pertemuan, sibuk ke sana kemari mengatur berbagai hal, mendistribusikan buku-buku kepada saudara-saudari, dan menindaklanjuti pekerjaan penginjilan." Lalu, engkau bertanya, "Kalau begitu, seberapa baikkah dia melakukan pekerjaannya? Apakah dia adalah orang yang mengejar kebenaran?" Mereka menjawab, "Dia telah meninggalkan karier dan keluarganya. Bahkan ketika orang tuanya datang berkunjung, dia tidak menemui orang tuanya karena terlalu sibuk melaksanakan tugasnya. Dia pastilah orang yang mengejar kebenaran, bukan?" Mereka hanya melihat perwujudan lahiriah dari pemimpin gereja tersebut; tetapi sebanyak apa pun kejahatan yang dilakukan pemimpin tersebut secara diam-diam, sekalipun mereka melihatnya, mereka tidak mengidentifikasinya sebagai masalah, mereka tidak tahu bahwa itu adalah masalah. Seberapa sering pun hal-hal ini terjadi di depan mereka, rasanya mereka tidak pernah melihat apa pun, seolah-olah mereka tidak hidup di tengah orang-orang, tetapi sepenuhnya berada di dunia lain. Bukankah orang-orang semacam itu sangat mati rasa? (Ya.) Seperti inilah mati rasa itu. Ketika mereka bertemu seseorang yang memiliki pekerjaan roh jahat, yang selalu memperhatikan hal-hal supernatural dan selalu berbicara tentang hal-hal yang dia rasakan, selalu mengatakan hal-hal seperti, "Aku mendengar suara, Tuhan mencerahkanku, Tuhan menerangiku, Tuhan membimbingku, Tuhan kembali menyingkapkan sesuatu di dalam diriku," orang yang mati rasa berpikir, "Dia benar-benar mengasihi Tuhan. Dia telah menerima penyingkapan—mengapa aku belum?" Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa ini adalah pekerjaan roh jahat. Hanya ketika suatu hari orang tersebut tiba-tiba menjadi gila, membuat keributan besar di depan semua orang, berguling-guling di lantai, dan berlari telanjang di jalanan, barulah mereka akhirnya menyadari bahwa ini adalah roh jahat. Sebenarnya, sebelum orang itu menjadi gila, sudah ada banyak tanda, dan perwujudan-perwujudan ini sudah cukup untuk menggolongkan bahwa ada pekerjaan roh jahat di dalam dirinya dan seharusnya dia sudah ditangani lebih awal dengan dikeluarkan. Namun, mereka mati rasa, tidak dapat melihat hal-hal ini, dan tidak menyadari konsekuensi yang bisa ditimbulkan jika orang semacam itu tetap berada di gereja—bukankah kemungkinan besar ini dapat menyebabkan bencana? Ada roh jahat dan setan jahat yang bahkan sampai mencapai taraf menyakiti orang, tetapi orang yang mati rasa tetap tidak mampu melihat siapa sebenarnya orang-orang itu. Mereka bahkan yakin bahwa orang-orang semacam itu benar-benar mengasihi Tuhan dan bahwa mereka penuh semangat, sering bergadang membaca firman Tuhan dan mempelajari lagu pujian, berhari-hari tanpa makan atau tidur, tetapi tetap tidak merasa lelah. Meskipun ini jelas tidak normal, mereka menyatakan bahwa itu adalah kasih kepada Tuhan. Bukankah mereka terlalu mati rasa? Di satu sisi, orang yang mati rasa tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang berbagai hal; mereka tidak mampu melihat melebihi fenomena yang terlihat di luarnya untuk memahami dengan jelas esensi masalahnya. Jadi, sangatlah sulit bagi mereka untuk secara akurat menggolongkan masalah apa pun. Selain itu, orang yang mati rasa tidak memiliki cara berpikir normal atau kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai hal sehingga mereka sama sekali tetap tidak menyadari banyak hal yang sedang terjadi di sekitar mereka. Orang-orang seperti ini dapat hidup di suatu tempat selama beberapa tahun, tetapi ketika ditanya, "Seperti apa iklim di sana? Bagaimana pola musimnya? Apakah tempat itu nyaman untuk ditinggali?" mereka tidak dapat menjawabnya. Mereka berkata, "Bagaimana dengan iklimnya? Aku tidak tahu. Pokoknya, bunga bermekaran pada bulan April, daun menguning dan mulai berguguran sekitar bulan September atau Oktober, dan ketika musim dingin tiba, saatnya turun salju." Jika ditanya, "Seperti apa adat istiadat setempat? Bagaimana sistem sosialnya? Apakah ada diskriminasi rasial? Bagaimana kebijakan pemerintahnya? Bagaimana mereka memperlakukan pendatang?" mereka sama sekali tidak tahu apa pun, menatap dengan tercengang tanpa bisa berkata apa-apa. Bahkan dalam hal yang paling penting pun—sikap pemerintah terhadap keyakinan beragama—mereka tidak bisa berkata apa-apa, hanya menjawab, "Yah, kami tinggal di sana dan pemerintah tidak pernah menyusahkan kami." Mereka seperti boneka kayu, sama sekali tidak menyadari apa pun—ini adalah mati rasa yang ekstrem. Ada juga orang-orang yang berkata bahwa mereka terlalu sibuk melaksanakan tugas dan tidak memiliki waktu untuk merangkum hal-hal ini—bukankah itu hanya alasan? (Ya.) Jelas ini adalah alasan. Apakah hal-hal sederhana semacam itu perlu diperhatikan dan dicatat dengan sengaja? Tentu saja tidak. Jika engkau memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal, setelah tinggal di suatu tempat selama lebih dari tiga tahun, engkau pada dasarnya harus sudah memahami iklim setempat, adat istiadat, kebiasaan gaya hidup, situasi terkait keyakinan beragama, dan kebijakan serta sikap pemerintah terhadap pendatang. Engkau tidak perlu mempelajari, mencari tahu, atau mengumpulkan informasi ini secara khusus—engkau akan mengetahuinya begitu saja. Siapa pun yang memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal dapat memahami hal-hal ini dengan sangat alami. Jika engkau bahkan tidak mampu memahami hal-hal yang dapat dipahami dan dilihat orang normal dengan jelas, hal ini menunjukkan apa? Ini menunjukkan bahwa engkau tidak memiliki cara berpikir atau rasionalitas kemanusiaan yang normal dan engkau tidak memenuhi standar kemanusiaan yang normal. Alasan mendasar mengapa jenis orang ini gagal memenuhi standar kemanusiaan yang normal adalah karena mereka bukan bereinkarnasi dari manusia, tetapi dari binatang. Apakah engkau paham? (Ya.) Jika ciri mati rasa seseorang sangat jelas, itu sudah menunjukkan besarnya masalah yang ada.

Apa yang telah engkau semua pahami dari persekutuan kita tadi mengenai ciri orang yang bereinkarnasi dari binatang? Pernahkah engkau semua menyadari sebuah fakta—bahwa baik pemahaman yang menyimpang maupun mati rasa, kedua ciri ini, sangat jelas terlihat pada golongan orang ini? (Ya.) Mengapa orang-orang ini memiliki kedua perwujudan ini? Apa yang kurang dalam kemanusiaan mereka? (Cara berpikir yang normal.) Itu cukup tepat—mereka tidak memiliki kecerdasan manusia. Di luarnya, tampaknya orang-orang ini berkualitas buruk—seberapa burukkah itu? Mereka cenderung menyimpang dan mati rasa; ketika menghadapi beberapa masalah yang biasanya bisa ditangani dan diselesaikan secara mandiri oleh orang yang memiliki kemanusiaan yang normal, mereka gagal dan tidak mampu menyelesaikannya, tampak sangat kekanak-kanakan, konyol, dan tidak dewasa. Yang lebih parah lagi, ada dari orang-orang ini yang tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup secara mandiri—mereka tidak mampu menghidupi diri sendiri, dan entah mereka pergi bekerja atau melakukan jenis pekerjaan apa pun, mereka tidak mampu. Ke mana pun mereka pergi, para pemberi kerja tidak mau mempekerjakan mereka atau akhirnya akan memecat mereka. Selain itu, yang terutama adalah ketika dihadapkan dengan berbagai masalah dalam lingkup kehidupan mereka sendiri, seperti masalah kehidupan yang umum terjadi dan bahkan beberapa hal sepele, mereka tidak mampu menanganinya dengan baik. Mereka bahkan dapat mengacaukan masalah yang sangat sederhana; mereka selalu menerapkan peraturan secara membabi buta. Metode dan pendekatan yang mereka gunakan dalam menangani berbagai hal sangatlah bodoh dan ceroboh; mereka tidak memiliki metode dan cara yang digunakan orang dewasa untuk menangani berbagai hal di dunia. Hal ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa mereka tidak memiliki kecerdasan manusia. Contohnya, ada orang semacam ini yang jatuh sakit dan selalu merasa tidak sehat. Dia mencari informasi dan ada keterangan bahwa ini bisa merupakan penyakit serius atau parah; dia menjadi ketakutan dan bergegas ke rumah sakit untuk diperiksa. Dokter berkata, "Penyakit ini sangat parah. Angka kematiannya sangat tinggi. Jika tidak diobati, akan memburuk dan mengakibatkan kematian. Operasi adalah satu-satunya jalan untuk mengobatinya. Jika kau tidak menjalani operasi, kau paling lama hanya punya waktu tiga bulan untuk hidup." Saat mendengar hal ini, dia menjadi sangat ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tanpa menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan diagnosis, dia hanya mendengarkan dokter dan memutuskan untuk menjalani operasi. Sebelum operasi, dia bahkan tidak bertanya tindakan pencegahan apa yang perlu diambil, apakah akan ada efek samping setelah operasi selesai—dia bahkan tidak tahu harus mengajukan pertanyaan ini, dan sudah terintimidasi oleh dokter hingga dengan patuh naik ke meja operasi. Akhirnya, setelah operasi selesai, dia merasakan ketidaknyamanan di sana-sini, dan bahkan minum obat tidak membantu. Kemudian, dia mendengar dari orang lain bahwa penyakit ini tidak memerlukan operasi, bahwa itu sebenarnya bukan penyakit parah, dan bahwa dengan berolahraga serta minum obat biasa, penyakit itu akan membaik secara bertahap dan tidak akan memburuk atau bertambah parah. Dokter terkadang, demi menghasilkan uang, membuat pernyataan yang mengkhawatirkan untuk menakut-nakuti orang, dan orang yang mati rasa tidak mampu berpikir sendiri serta tidak dapat membuat penilaian; begitu mendengar ucapan dokter, dia menjadi ketakutan setengah mati, dan ketika dokter menyuruhnya menjalani operasi, dia menurutinya. Ketika hal-hal semacam itu menimpa mereka, jika ada seseorang di sekitar mereka yang mampu berpikir sendiri, tidak mudah dipengaruhi orang lain, dan memiliki kecerdasan untuk membantu mereka memeriksa berbagai hal, mereka akan dapat menghindari jalan memutar dan menderita lebih sedikit. Namun, jika mereka dibiarkan menangani hal-hal semacam itu seorang diri, terutama hal-hal besar, mereka akan menyimpang ke berbagai arah, tertipu, atau dirugikan; mereka selalu mengambil tindakan yang ekstrem. Mereka sama sekali tidak mampu mengukur berbagai hal secara menyeluruh berdasarkan prinsip atau cara dan metode yang umum digunakan untuk menangani hal-hal itu, lalu menemukan cara yang paling masuk akal dan rasional untuk menanganinya. Siapa pun bisa menipu, mempermainkan, memengaruhi, dan menyesatkan mereka. Ada orang-orang yang bertanya, "Apakah orang-orang ini tidak punya pemikiran atau pendapat sendiri?" Sebenarnya, bukan karena mereka tidak memiliki pemikiran atau pendapat sendiri—engkau lihat, ketika mereka melakukan kesalahan dan mengucapkan argumen keliru, mereka pasti bersikap keras kepala. Siapa pun yang menyampaikan kebenaran, mereka tidak mendengarkan, dan sekalipun ada yang berbicara benar, mereka menentang dan hanya bersikeras mempertahankan argumen mereka yang keliru dan menyimpang. Namun, ketika benar-benar perlu menggunakan nalar dan cara berpikir yang normal untuk menghadapi, menyikapi, dan menangani masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari dengan benar, mereka tidak tahu metode atau prosedur apa yang harus digunakan, tidak tahu cara menyelesaikannya, tidak memiliki cara atau metode, dan tidak memiliki pemikiran atau pendapat mereka sendiri. Pada akhirnya, mereka hanya dapat dimanipulasi oleh orang lain—mereka melakukan apa pun yang orang lain perintahkan. Tidak memiliki kecerdasan kemanusiaan yang normal adalah ciri orang yang bereinkarnasi dari binatang. Jadi, mengapa mereka mampu bersikeras dengan argumen mereka yang keliru dan menyimpang, bahkan mampu mengucapkannya dengan lantang serta menyebarkannya ke mana-mana? Ini membuktikan bahwa dalam hal kecerdasan, mereka tidak mampu membedakan apa itu kebenaran dan apa itu penalaran keliru, apa yang sesuai dengan rasionalitas yang normal dan apa yang tidak—mereka tidak dapat membedakan hal-hal ini; oleh karena itu, ketika engkau menyampaikan penalaran yang benar, mereka tidak dapat menerimanya dan tidak memahaminya. Mereka hanya bersikeras dengan penalaran mereka sendiri yang menyimpang dan keliru, serta menganggapnya benar. Apa pun metode yang digunakan orang lain untuk berbicara kepada mereka, betapa pun baik atau penuh hikmatnya cara mereka berbicara, mereka yang bereinkarnasi dari binatang tidak dapat menerimanya dan tidak memahaminya—mereka sudah tak tertolong lagi. Ini memperlihatkan bahwa mereka tidak memiliki kecerdasan kemanusiaan yang normal. Bahkan untuk hal-hal yang paling normal dalam kehidupan sehari-hari pun, ketika engkau bernalar dengan mereka, itu tidak dapat dipahami—mereka tetap bersikeras dengan penalaran menyimpang. Ketika orang-orang melihat hal ini, mereka berpikir, "Mengapa orang ini begitu aneh? Mengapa mereka begitu tidak bernalar? Mereka seperti orang yang sakit jiwa dan orang yang belum cukup umur—mengapa mereka selalu berbicara dengan cara yang kekanak-kanakan?" Namun, mereka sudah tidak muda lagi—ketika mereka berusia lima puluh atau enam puluh tahun, mereka seperti ini, dan ketika mereka mencapai usia delapan puluh tahun, mereka masih seperti ini. Sepanjang hidupnya, mereka adalah orang-orang yang kurang cerdas; sepanjang hidupnya, mereka tidak memiliki cara berpikir manusia normal atau kecerdasan manusia normal. Inilah ciri orang yang bereinkarnasi dari binatang. Apakah ciri ini jelas? (Ya.) Misalnya, katakanlah ada seorang wanita bodoh yang lumayan cantik, dan setelah dirayu oleh seorang bajingan, mereka tinggal bersama. Bajingan itu selalu menggoda wanita lain di luar, tetapi ketika wanita ini mengetahuinya, dia tidak marah—bagaimanapun juga, tidak masalah baginya selama bajingan itu memperlakukannya dengan baik. Kemudian, bajingan itu berkencan dengan orang lain, tetapi ketika wanita ini mengetahuinya, dia tidak peduli dan tetap tinggal bersama bajingan itu dengan pengabdian yang tak tergoyahkan. Wanita ini bahkan berkata, "Asalkan dia tidak meninggalkanku, aku baik-baik saja." Seseorang menasihatinya dengan berkata, "Dia sudah berperilaku serendah ini—kau harus meninggalkannya." Wanita ini berkata, "Tidak, aku tidak bisa hidup tanpanya. Dia mencintaiku dan aku menyukainya!" Orang semacam itu pantas tinggal bersama bajingan ini dan menderita seumur hidup—dia sama sekali tidak mampu mengenali siapa orang baik atau siapa orang terhormat. Dia bergaul dengan seorang bajingan dan bahkan berpikir bahwa bajingan itu benar-benar mencintainya. Bajingan itu mengucapkan beberapa rayuan manis kepadanya dan membelikannya makanan enak, dan dengan begitu saja, bajingan itu berhasil membujuk wanita itu ke dalam pelukannya. Bajingan itu mempermainkannya seperti bermain dengan Play-Doh. Ketika bajingan itu menggoda wanita lain di belakangnya dan dia mengetahuinya, hanya dengan beberapa kata, bajingan itu meredakan semuanya, menipunya, dan dia sama sekali tidak bisa mengetahui yang sebenarnya tentang hal itu. Pada akhirnya, bajingan itu merampas semua harta dan rumahnya lalu meninggalkannya. Dia mengutuk bajingan tersebut karena tidak memiliki hati nurani, tetapi dia sama sekali tidak mengatakan bahwa dia telah ditipu karena dia tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang orang. Mengapa bajingan itu tidak menipu orang lain, tetapi mampu menipunya? Bukankah karena dia bodoh? Ciri utama orang semacam itu adalah mereka keras kepala dan konyol dalam cara mereka memahami dan menyikapi segala sesuatu, dan tidak memiliki kecerdasan kemanusiaan yang normal. Itulah sebabnya kita katakan bahwa mereka bereinkarnasi dari binatang. Karena mereka adalah binatang, mereka tidak memiliki kecerdasan manusia. Fakta bahwa mereka tidak memiliki kecerdasan manusia sudah cukup untuk membuktikan bahwa esensi dalam diri mereka bukanlah esensi manusia. Oleh karena itu, mereka tidak dapat menangani permasalahan manusia atau menangani dan menyelesaikan masalah yang seharusnya dapat ditangani dan diselesaikan oleh manusia normal. Bahkan dalam pendekatan mereka terhadap berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari—makanan sehari-hari, kebutuhan pokok, serta hubungan antarmanusia dan lingkungan sekitar—mereka juga sangat mati rasa. Selain itu, ketika menghadapi permasalahan tertentu yang perlu mereka tangani, mereka tidak memiliki kecerdasan manusia normal, apalagi hikmat. Ketika menghadapi permasalahan ini, mereka menanganinya dengan susah payah, sangat kelelahan, dan sangat canggung. Mereka sudah sangat tua dan hidup begitu lama: Bagaimana mereka bisa menangani berbagai hal seperti ini? Mengapa hal-hal yang mereka ucapkan terdengar begitu menjijikkan dan canggung? Mengapa mereka tidak berbicara seperti orang normal? Mereka telah hidup selama bertahun-tahun dan mengalami banyak hal, tetapi ketika menangani masalah sesederhana itu, bagaimana mungkin mereka bersikap seperti itu? Mereka bahkan tidak memiliki batasan kemanusiaan yang paling dasar atau prinsip paling mendasar yang seharusnya orang miliki.

Selain kedua ciri yakni memiliki pemahaman yang menyimpang dan mati rasa, orang yang bereinkarnasi dari binatang juga memiliki ciri lainnya, yaitu mereka sangat bingung. Sebelumnya, ketika kita mempersekutukan kebenaran, kita hanya membahas garis besar dan arahnya secara luas—persekutuan itu relatif umum. Mengenai berbagai detail kebenaran, kita tidak mempersekutukannya secara spesifik, tetapi hanya membahas beberapa pernyataan dan isi yang konseptual. Selama bertahun-tahun persekutuan, ada berbagai aspek kebenaran yang telah dipersekutukan secara spesifik dan terperinci. Namun, bagi orang yang bereinkarnasi dari binatang, ketika mereka mendengarkan firman yang diucapkan dalam persekutuan sekarang ini, mereka berpikir bahwa firman tersebut kurang lebih sama dengan apa yang disampaikan dalam persekutuan sebelumnya, hanya saja cara penyampaiannya telah sedikit berubah, isinya menjadi agak lebih kaya, dan jumlah persekutuan telah meningkat secara signifikan dibandingkan sebelumnya. Jadi, mereka bertanya-tanya mengapa selama periode mendengarkan yang panjang ini, mereka justru makin bingung. Mereka telah mendengarkan khotbah selama bertahun-tahun, tetapi mereka tidak memperoleh apa pun darinya. Mengenai bagaimana cara berperilaku, bagaimana memperlakukan orang lain, bagaimana mengenal diri sendiri, bagaimana mengalami pekerjaan Tuhan untuk memperoleh pengenalan akan Tuhan, dan terutama bagaimana memperlakukan Tuhan dan firman-Nya, sejak awal mereka tidak mampu memahami hal-hal ini, dan sekarang pun, mereka masih belum dapat memahaminya. Ini bukanlah tingkat kebingungan yang kecil, melainkan tingkat kebingungan yang parah. Betapa pun spesifiknya berbagai aspek kebenaran tersebut dijelaskan, mereka mencampuradukkan semuanya. Yang mereka pahami hanyalah beberapa slogan dan doktrin, seperti, "Kita harus mengorbankan diri kita untuk Tuhan, setia kepada Tuhan, dan melaksanakan tugas kita dengan baik!" Mereka berpaut pada beberapa peraturan, slogan, dan teori, serta mengira bahwa mereka sedang menerapkan kebenaran. Makin spesifik persekutuan yang kausampaikan, makin mereka menjadi bingung, dan makin mereka merasa bahwa itu berada di luar jangkauan mereka, bahwa lebih baik persekutuan sebelumnya yang sederhana. Selain itu, makin terperinci penjelasannya, makin banyak kesulitan yang mereka miliki: "Bagaimana aku bisa mengingat sesuatu yang sedetail ini? Sebelumnya, melakukan penerapan adalah hal yang cukup sederhana. Mengapa sekarang makin kita bersekutu, makin banyak pernyataan yang ada? Mengapa makin banyak yang dikatakan, makin aku tidak tahu bagaimana cara menerapkan? Sebelumnya, melaksanakan tugas itu cukup sederhana—hanya meninggalkan, mengorbankan diri, menyibukkan diri, banyak memberitakan Injil, dan banyak bersaksi bagi Tuhan. Sekarang kebenaran tentang melaksanakan tugas telah dijelaskan secara terperinci, seperti halnya semua aspek kebenaran lainnya, tetapi makin banyak hal-hal ini dijelaskan, makin aku tidak memahami hal-hal ini dan makin hal-hal ini berada di luar jangkauanku." Makin terperinci penjelasannya, makin kebenaran-kebenaran ini berada di luar jangkauan mereka—bukankah ini berarti mereka bingung? Mereka benar-benar bingung, bukan? Meskipun berbagai aspek kebenaran telah dijelaskan secara terperinci, mereka tetap bingung dan selalu bingung tentang beberapa istilah yang konseptual dan mendefinisikan. Misalnya, mereka tidak tahu dan tidak mampu memahami dengan jelas apa itu orang jahat atau apa itu pemimpin palsu; mereka juga tidak tahu apa itu kemanusiaan yang baik dan apa itu kemanusiaan yang buruk, mereka juga tidak tahu perbedaan antara menerapkan prinsip-prinsip kebenaran dan mematuhi peraturan. Semua masalah spesifik ini adalah hal yang membingungkan bagi mereka. Mereka bahkan tidak memahami hal-hal konseptual ini—cara berpikir mereka kacau. Selain itu, apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak dapat menemukan prinsip-prinsipnya, mereka tidak memiliki langkah-langkah yang harus diikuti, tidak ada rencana konkret, dan tidak tahu metode apa yang harus mereka gunakan atau hasil apa yang harus mereka capai; mereka juga tidak dapat melihat dengan jelas konsekuensi apa yang akan ditimbulkan oleh tindakan tertentu. Di benaknya, mereka berpikir, "Mengapa aku harus repot-repot memikirkan hal-hal ini? Jika aku tidak tahu cara melakukan sesuatu, aku hanya akan melakukannya secara membabi buta—pokoknya, selama hatiku tulus kepada Tuhan, itu sudah cukup." Engkau lihat, orang-orang semacam itu sangat bingung, bukan? Mereka telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi mereka tidak tahu aspek kebenaran apa yang telah mereka pahami, juga tidak tahu apakah mereka telah menerapkan kebenaran atau belum. Ketika ditanya apakah mereka memiliki jalan masuk kehidupan, mereka berkata, "Aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan meninggalkan keluargaku." Mereka tidak jelas tentang semua hal ini—inilah yang disebut sangat bingung. Selama bernyanyi dan menari di pertemuan, mereka penuh semangat, tetapi ketika tiba saatnya untuk mendengar khotbah dan mempersekutukan kebenaran, rasa kantuk pun tiba, dan mereka bahkan bisa tertidur. Dalam hal melakukan pekerjaan, mereka bersedia mengerahkan upaya, dan mereka berkata, "Mari kita laksanakan tugas kita dengan baik, dan berikan kesetiaan kita kepada Tuhan!" Dalam hal mempersekutukan kebenaran, jika mereka ditanya, "Apakah kau telah memperoleh sesuatu baru-baru ini? Sudahkah kau mengenali watak rusak apa yang telah kauperlihatkan? Setelah mengenalinya, sudahkah kau menemukan jalan untuk membereskannya?" mereka menjawab, "Tidak tahu. Aku telah mengenalinya sedikit, tetapi aku tidak tahu apakah yang telah kukenali itu benar atau tidak. Pokoknya, aku hanya terus melakukan penerapan seperti itu, tetapi aku tidak tahu apakah itu akurat atau tidak." Mereka tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang apa pun, pikiran mereka bingung dan tidak jelas. Mereka tidak tahu hal apa yang mahir mereka lakukan, juga tidak tahu apa kekurangan mereka. Selama bersekutu tentang mulai mengenali watak yang rusak, mereka mengakui bahwa mereka memiliki watak yang rusak, bahwa mereka juga berbohong, dan terkadang bertindak penuh tipu daya dan bermalas-malasan. Namun, ketika dihadapkan dengan situasi nyata, jika engkau bertanya kepada mereka, "Mengapa kau bertindak penuh tipu daya dan bermalas-malasan? Mengapa kau melakukan tipu daya?" mereka berkata, "Tidak! Aku tidak melakukannya dengan sengaja—kupikir ini adalah cara yang tepat untuk melakukannya, jadi begitulah caraku melakukannya." Misalkan seseorang menyingkapkan mereka, dengan berkata, "Kaupikir melakukannya dengan cara itu tepat, tetapi adakah niat pribadi atau rencana licik apa pun dalam dirimu? Tahukah kau bagaimana cara merenungkan dirimu sendiri? Tahukah kau apa akibatnya jika itu dilakukan dengan cara seperti itu?" Mereka menjawab, "Selama aku tidak berniat buruk, itu tidak masalah." "Apakah tidak berniat buruk sama artinya dengan bertindak berdasarkan prinsip kebenaran?" "Aku tidak tahu." Mereka tidak tahu apa pun. Mereka telah mendengarkan begitu banyak kebenaran dan begitu banyak persekutuan, dan dalam kehidupan sehari-hari mereka telah menghadapi segala macam masalah yang berkaitan dengan kebenaran, tetapi mereka tetap tidak jelas dan samar tentang setiap kebenaran. Mereka tidak mampu membedakan hal-hal apa yang adalah kebenaran dan hal-hal apa yang bukan kebenaran, mereka juga tidak tahu bagaimana menerapkan kebenaran ketika dihadapkan dengan berbagai situasi. Mereka tidak jelas tentang apakah tindakan dan perilaku mereka sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran atau tidak, dan mereka hanya melakukan segala sesuatu dengan cara apa pun yang mereka anggap baik. Bukankah ini berarti bingung? (Ya.) Mereka tidak memiliki prinsip dalam apa pun yang mereka lakukan, mereka juga tidak memiliki prinsip dalam cara mereka memperlakukan siapa pun. Contohnya, dalam hal perlakuan terhadap orang jahat, ada orang-orang jahat yang memiliki kelebihan atau keterampilan profesional tertentu, dan masih dapat melakukan pelayanan untuk saat ini—orang-orang semacam itu dapat diizinkan untuk melakukan pelayanan. Namun, ada orang-orang yang sama sekali tidak dapat memahami hal ini: "Bukankah Tuhan tidak menyukai orang jahat? Jadi mengapa mereka masih dipakai?" Ketika kaupersekutukan kepada mereka bahwa ini adalah hikmat dan juga sebuah prinsip, mereka merenungkannya dan berpikir, "Prinsip apa? Bukankah ini hanya menipu orang? Bukankah ini mengeksploitasi orang?" Beginilah cara mereka memahaminya. Katakan kepada-Ku, apakah mereka memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal? Mereka tidak tahu bagaimana mengidentifikasi prinsip-prinsip untuk bertindak berdasarkan keadaan yang sebenarnya—dapatkah mereka mencapai tingkat kecerdasan manusia normal? (Tidak.) Semua orang yang memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal dan kecerdasan normal mampu mengerti dan memahami hal ini, tetapi orang yang bereinkarnasi dari binatang bahkan tidak mampu memahami hal sederhana ini. Jadi, bagaimana mungkin mereka mampu memahami kebenaran? Satu hal yang sering mereka katakan adalah, "Sebelumnya, kaukatakan sesuatu tentang hal ini. Mengapa hari ini kaukatakan sesuatu yang berbeda? Perkataanmu tidak dapat diandalkan—bagaimana kau bisa mengubahnya kapan saja?" Mereka tidak tahu bahwa status dari hal ini sekarang berbeda, jadi pendekatan untuk menanganinya juga harus berubah. Namun, prinsip dan tujuannya tetap sama. Hanya saja, metode penanganannya telah berubah—itu disesuaikan dengan keadaan-keadaan spesifik, beradaptasi dan merespons kapan pun diperlukan berdasarkan status dari hal ini, agar dapat mencapai hasil yang lebih baik. Ketika orang yang bereinkarnasi dari binatang menghadapi hal-hal semacam itu, mereka tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal tersebut. Mereka yakin bahwa prinsip-prinsip kebenaran adalah peraturan, dan bahwa semua itu harus selalu dipatuhi tanpa perubahan. Jadi, ketika engkau, berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, menyesuaikan metode untuk melakukan sesuatu, mereka tidak memahaminya, dan mereka tidak dapat menerimanya. Beberapa dari mereka bahkan mungkin mengutukmu dan menemukan pijakan tertentu untuk melawanmu. Di dalam hatinya, mereka tidak dapat melihat esensi atau natur dari apa pun dengan jelas. Pemikiran mereka bingung. Ketika mereka memandang sesuatu, mereka hanya menerapkan peraturan pada hal itu; mereka tidak pernah tahu bagaimana mengukurnya berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, mereka juga tidak tahu bagaimana memakai metode yang berbeda untuk menyelesaikan dan menanggapi hal itu berdasarkan hukum perkembangannya. Dalam diri orang-orang yang bereinkarnasi dari binatang, ciri bingung ini sangat jelas, bukan? (Ya.)

Orang yang bereinkarnasi dari binatang tidak mampu membedakan orang lain. Ketika melihat orang yang berbicara cukup jujur tetapi melakukan segala sesuatu dengan cara yang agak licik, mereka tidak mampu memahami sepenuhnya orang macam apa mereka sebenarnya, apakah mereka benar-benar adalah orang yang mengejar kebenaran atau bukan. Ketika menghadapi situasi rumit yang membutuhkan pemikiran dialektis, mereka bingung dan tidak mampu memahaminya, serta tidak tahu bagaimana menilainya. Mereka bingung dalam cara berpikir mereka; cara berpikir mereka seperti benang kusut, dan mereka tidak pernah bisa memilah pemikiran mereka sendiri. Berapa kali pun engkau memberitahukan prinsip kepada mereka, mereka tidak tahu bagaimana cara menerapkan prinsip-prinsip kebenaran untuk membedakan berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal. Misalnya, dalam hal melaporkan masalah, mereka tidak mampu melaporkan berbagai hal secara akurat berdasarkan situasi yang sebenarnya. Ada para pemimpin yang mampu melakukan beberapa pekerjaan nyata, tetapi dalam kasus tertentu, mungkin ada beberapa penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan mereka, dan mereka mungkin memperlihatkan beberapa watak yang rusak; tetapi, dalam hal kemanusiaan dan kemampuan kerja mereka, pada dasarnya mereka memenuhi standar. Namun, ada orang-orang bingung yang tidak melihat fakta bahwa para pemimpin ini mampu melakukan pekerjaan nyata, juga tidak melihat kelebihan dalam kemanusiaan mereka—sebaliknya, mereka hanya mencari-cari kekurangan, kelemahan, dan beberapa masalah sepele untuk dilaporkan. Sebaliknya, orang yang benar-benar antikristus dan orang jahat, orang yang melakukan kejahatan besar, tidak mampu melakukan pekerjaan nyata apa pun dan hanya mengucapkan kata-kata dan doktrin untuk menyesatkan orang lain, di luarnya mereka melakukan sesuatu dengan megah, tetapi sebenarnya kemanusiaan mereka tidak memenuhi standar, jalan yang mereka pilih salah, kemanusiaan mereka adalah kemanusiaan orang jahat dan antikristus, serta jalan yang mereka tempuh adalah jalan antikristus, yaitu tidak mengejar kebenaran, tetapi orang-orang yang bingung ini tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal ini. Mereka melihat orang-orang ini memamerkan kehebatan mereka dalam melakukan pekerjaan dan berasumsi bahwa mereka memiliki bakat kepemimpinan dan keterampilan berorganisasi, bahwa mereka mampu melakukan pekerjaan dengan baik. Mengenai hasil seperti apa yang sebenarnya dihasilkan oleh pekerjaan mereka, apakah mereka telah bertobat dan berubah, atau apakah kemanusiaan mereka memenuhi standar atau tidak, mereka tidak mengetahui semua hal ini. Sekalipun mereka disesatkan dan dikendalikan oleh antikristus, mereka tidak akan menyadarinya; mereka akan mengikuti dan menaati antikristus, tetapi tetap meyakini bahwa mereka sedang mengikuti Tuhan, bahwa mereka sedang memberitakan Injil dan bersaksi tentang Tuhan. Sebenarnya, antikristus telah lama mengendalikan mereka; mereka tidak akan percaya kepada Tuhan, tetapi akan mengikuti manusia, mengikuti para setan dan Iblis—tetapi mereka tidak akan mengetahuinya. Di dalam hatinya, mereka telah lama dipenuhi kegelapan, mereka telah lama kehilangan hadirat Tuhan, dan mereka telah lama kehilangan pekerjaan Roh Kudus. Karena mereka sangat mati rasa, karena pemahaman mereka menyimpang, dan karena mereka tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran apa pun, mereka tidak dapat mengetahui yang sebenarnya tentang berbagai hal dan tidak mampu membedakan orang. Mereka bukan saja tidak melaporkan masalah atau menyingkirkan antikristus, melainkan mereka bahkan membela antikristus itu. Sebaliknya, ketika menyangkut para pemimpin dan pekerja yang benar-benar mampu melakukan pekerjaan nyata, jika mereka melihat kekurangan kecil atau masalah kecil, mereka bersikeras melaporkannya dan mengangkat masalah tersebut, sekalipun itu bukan masalah prinsip. Mereka benar-benar bingung! Mereka tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal prinsip apa pun—bahkan mengenai siapa yang harus mereka ajak berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari, dari siapa mereka bisa mendapatkan bantuan dan manfaat, atau siapa yang harus mereka jauhi, mereka tidak dapat membedakan atau melihat dengan jelas hal-hal ini. Beberapa dari mereka berhubungan sangat baik dengan para pengikut yang bukan orang percaya dan orang tidak percaya, mengira bahwa orang-orang ini berpengetahuan, memiliki kualitas, dan dengan demikian dapat membantu mereka, dan bahwa mereka sangat layak untuk diajak bergaul. Mereka bahkan sering memuji orang-orang yang mereka idolakan, mengatakan betapa cakapnya mereka dan betapa banyaknya prestise yang mereka miliki. Mereka menyembah setan-setan sebagai berhala—bukankah ini berarti mereka bingung? (Ya.)

Secara spesifik, apa yang dimaksud dengan "bingung"? (Berkualitas buruk.) Itu adalah secara umum—secara spesifik, bingung berarti bahwa orang tidak memiliki pemikiran dan sudut pandang yang akurat untuk membedakan apa pun, dan bahwa dalam memandang apa pun, mereka tidak memiliki prinsip atau dasar, dan pandangan mereka tentang hal itu bingung. Ini adalah di satu sisi. Di sisi lain, orang seperti ini tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah—mereka sering kali secara keliru menganggap hal-hal yang negatif sebagai hal-hal yang positif dan menyebut hal-hal yang positif sebagai hal-hal yang negatif. Mereka tidak dapat membedakan apa itu hal-hal positif dan apa itu hal-hal negatif. Misalnya, ada orang-orang yang berkata, "Tuhan yang kalian percayai hanyalah seorang manusia." Mereka merenungkan hal ini dan berkata, "Tidak, itu tidak benar. Pribadi yang kupercayai adalah tuhan. Jika dia hanya seorang manusia, bagaimana mungkin dia mampu mengungkapkan kebenaran? Pribadi yang kupercayai adalah tuhan—aku yakin tentang hal ini." Pada titik ini, mereka tidak bingung. Namun, ketika seseorang berkata, "Tuhan yang kalian percayai telah melarikan diri dengan membawa banyak uang, melarikan diri ke Amerika Serikat untuk bersenang-senang di sana," mereka menjadi bingung dan disesatkan. Jika orang yang memiliki kecerdasan mendengar perkataan ini, mereka akan memahami bahwa ini adalah rumor yang dikarang. Bagaimana ini bisa disebut "melarikan diri dengan membawa banyak uang"? Saat melewati bea cukai, semua orang menjalani pemeriksaan yang ketat, dan jumlah uang tunai yang dapat dibawa setiap orang telah diatur. Apakah membawa sejumlah uang yang sedikit seperti itu termasuk "melarikan diri dengan membawa banyak uang"? Selain itu, uang siapakah itu? Jika seseorang menggelapkan atau merampas uang orang lain, barulah itu disebut "melarikan diri dengan membawa banyak uang"—tetapi jika itu adalah uang mereka sendiri, dapatkah itu disebut "melarikan diri dengan membawa banyak uang"? Itu bukanlah "melarikan diri dengan membawa uang", melainkan membawa uang secara normal. Ini adalah salah satu aspeknya. Selain itu, apa arti "melarikan diri"? Seorang buronan yang meloloskan diri setelah melakukan kejahatan disebut "melarikan diri". Apakah Kristus yang berinkarnasi melakukan kejahatan? Dia hanya mengungkapkan banyak kebenaran dan melakukan pekerjaan penghakiman-Nya di Tiongkok daratan, mendapatkan sekelompok orang yang mengikuti-Nya, dan karena hal ini Dia mengalami penindasan kejam dari PKT dan penangkapan yang gila-gilaan. Pada akhirnya, Dia tak punya pilihan selain memimpin beberapa orang keluar dari negara itu untuk melanjutkan pekerjaan Tuhan di luar negeri. Bagaimana itu bisa disebut "melarikan diri dengan membawa banyak uang"? Itu adalah perjalanan biasa, melewati bea cukai dan naik pesawat ke Amerika Serikat dengan cara yang sepenuhnya normal. Dia meninggalkan negara itu karena Dia sedang diburu oleh PKT, tidak punya tempat untuk beristirahat dan tidak punya tempat untuk tinggal. Di bawah pemerintahan PKT yang diktator, bukan saja tidak ada kebebasan beragama, melainkan percaya kepada Tuhan juga menyebabkan penangkapan dan penganiayaan; adapun Kristus, yang mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan umat manusia, jika Dia tertangkap, Dia akan menghadapi hukuman mati dan penyaliban. Hanya karena kebutuhan pekerjaan-Nya, maka Kristus memilih untuk pergi ke negara yang demokratis dan bebas, serta memperoleh paspor dan visa melalui jalur normal sebelum tiba di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, Dia tidak memiliki teman atau kerabat, tidak mengenal tempat itu, dan menjalani kehidupan biasa, memakan masakan rumahan sederhana—sama sekali tidak ada yang namanya "bersenang-senang". Bukankah "bersenang-senang" hanyalah perkataan orang-orang yang memiliki motif tersembunyi? Bukankah itu sebuah kebohongan? Kristus menjalani kehidupan orang biasa di Amerika Serikat: memakan masakan rumahan, tidak pernah makan di restoran mewah untuk menikmati hidangan mewah, apalagi menginap di hotel mewah, dan sangat jarang bepergian—cukuplah hanya berkeliling di daerah sekitar. Semua hal ini tidak menarik bagi-Nya. Ada orang-orang yang suka makan dan ingin mencoba semua makanan yang belum pernah mereka coba sebelumnya, bahkan sampai-sampai memesan makanan yang dikirim lewat udara hanya untuk mencobanya. Pernahkah Aku melakukan hal itu? Tidak pernah. Namun meskipun demikian, ada orang-orang dengan motif tersembunyi telah membesar-besarkan mengenai hal ini! Orang-orang ini adalah para setan. Mereka dilahirkan sebagai musuh Tuhan, dan tindakan mereka yang seperti ini adalah natur bawaan mereka; mereka terutama mengandalkan kebohongan untuk menipu orang dan memfitnah Tuhan. Bahwa mereka adalah para setan, itu tidak dapat diragukan. Jadi, orang macam apa yang dapat memercayai kebohongan para setan ini? Tentu saja, mereka juga pasti adalah para setan—hanya setan yang memercayai perkataan setan. Ada orang-orang yang berkata, "Kristus yang kalian percayai telah melarikan diri dengan membawa banyak uang," dan mereka langsung percaya dan menerima sepenuhnya. Ada orang-orang yang berkata, "Kristus yang kalian percayai melarikan diri ke Amerika Serikat dan bersenang-senang di sana, menyantap begitu banyak makanan lezat sampai bosan, menginap di hotel mewah, berkeliling dengan mobil mewah, dengan koki dan pelayan pribadi, serta pergi ke luar negeri untuk mengunjungi tempat-tempat wisata terkenal—dia menghabiskan seluruh waktunya untuk bersenang-senang." Setelah dicuci otak oleh Iblis, orang-orang bingung ini langsung memercayainya. Kukatakan bahwa orang-orang semacam itu harus diserahkan kepada Iblis—mereka tidak layak percaya kepada Tuhan. Sebanyak apa pun khotbah yang telah mereka dengar, mereka sama sekali tidak mengerti, dan mereka masih bisa memercayai rumor-rumor ini. Orang-orang semacam itu bukanlah manusia. Jika mereka bukan manusia, lalu apakah mereka? Mereka adalah binatang. Meskipun mereka bukan orang jahat, mereka benar-benar bingung, tidak mampu membedakan apa yang baik dan yang buruk, yang positif dan yang negatif, yang benar dan yang salah, kebenaran dan kejahatan serta penalaran yang menyimpang. Orang-orang semacam itu harus dikeluarkan—jika mereka tidak pergi sendiri, mereka harus dikeluarkan dari gereja. Mereka harus segera diberhentikan, dan kami akan dengan senang hati mengantar kepergian mereka. PKT memiliki caranya sendiri untuk menggambarkan cara gereja mengeluarkan orang, mengatakan bahwa mengeluarkan dan mengusir orang adalah unjuk kekuatan. Engkau lihat, para setan dan Iblis memahami segala hal dengan cara yang sangat tidak masuk akal. Ini hanya menyingkapkan bahwa banyak tindakan PKT yang dilakukan demi unjuk kekuatan; dengan demikian, mereka menafsirkan tindakan gereja yang mengeluarkan orang-orang sebagai unjuk kekuatan. Mereka berasumsi bahwa orang lain berpikir dengan cara yang sama seperti mereka. Mereka tidak akan pernah mengerti bahwa gereja melakukan hal ini sepenuhnya berdasarkan kebenaran dan firman Tuhan—membersihkan gereja adalah bagian dari ketetapan administratif gereja. Bukankah para setan itu jahat? (Ya.) Mereka benar-benar jahat! Ada banyak orang yang bingung—betapa pun jahatnya para setan, orang yang bingung tidak dapat melihat bahwa mereka jahat. Ketika para setan mengarang rumor tentang Tuhan, menghina Tuhan, dan menghujat Tuhan, mereka memercayai setiap perkataan itu. Sedangkan betapa pun nyata dan positifnya firman Tuhan, mereka tidak memercayainya. Sebanyak apa pun manfaat yang dibawa firman Tuhan kepada orang-orang, mereka tidak dapat melihatnya. Namun, saat Iblis mengucapkan sepatah kata, mereka disesatkan dan memercayainya tanpa ragu. Orang bisa saja mengatakan bahwa mereka adalah sejenis Iblis, tetapi Iblis sebenarnya tidak menginginkan mereka. Mengapa? Karena orang-orang bodoh seperti mereka, orang-orang yang sangat idiot seperti itu, terlalu bodoh bahkan untuk Iblis. Engkau tidak mampu melakukan apa pun, jadi yang Iblis lakukan hanyalah menyesatkanmu agar tidak percaya kepada Tuhan dan mengkhianati Tuhan—Iblis tidak menginginkan orang seperti dirimu. Apa yang kemungkinan mampu kaulakukan? Apakah engkau memiliki keterampilan untuk melakukan pengintaian? Engkau bahkan tidak memiliki kecerdasan manusia. Engkau akan menyingkapkan identitasmu sebelum menyelesaikan tiga kalimat. Sekalipun engkau ingin menjadi mata-mata untuk PKT, PKT tidak akan menginginkanmu. Karena engkau bodoh, bingung, sangat mudah ditipu, dan engkau tidak memiliki kecerdasan manusia, bahkan Iblis memandang rendah dirimu dan tidak menginginkanmu. Jadi, ketika rumah Tuhan memintamu untuk melaksanakan tugasmu, itu berarti Tuhan sedang meninggikan dirimu—jangan merasa diperlakukan tidak adil. Engkau memercayai semua yang Iblis katakan, tetapi sebanyak apa pun pekerjaan yang telah Tuhan lakukan atau sebanyak apa pun firman yang telah Tuhan ucapkan, engkau tidak memercayainya. Engkau tidak memiliki kepercayaan sejati kepada Tuhan dan tetap penuh keraguan. Iblis mengucapkan sepatah kata, dan engkau ditawan olehnya. Orang celaka macam apa engkau ini? Martabat apa yang kaumiliki? Nilai apa yang kaumiliki? Engkau hanyalah orang yang bingung, tetapi engkau menganggap dirimu cukup baik dan meyakini bahwa dirimu mulia. Engkau tidak dapat membedakan bahkan kebohongan Iblis yang begitu jelas, dan engkau tidak dapat mengenali tujuan Iblis di baliknya—bukankah ini kebingungan yang ekstrem? PKT berkata, "Kristus yang kaupercayai telah melarikan diri dengan membawa banyak uang dan bersenang-senang di Amerika Serikat." Ketika orang-orang yang bingung ini mendengarnya, jantung mereka berdebar kencang: "Benarkah? Mengapa aku tidak mengetahuinya? Apakah dia melarikan diri dengan semua uang yang kupersembahkan? Itu tidak digunakan untuk pekerjaan gereja, ya? Itu dihabiskan untuk kesenangan pribadinya, bukan? Itu digunakan untuk membeli makanan lezat, pakaian bagus, dan perhiasan berharga untuk dirinya sendiri, bukan? Aku bahkan tidak menikmatinya—aku mempersembahkannya kepadanya dan dia menggunakannya untuk kesenangannya sendiri. Aku sama sekali menolak untuk menerima hal ini. Aku tidak percaya lagi! Aku harus mendapatkan uangku kembali!" Jika engkau menyesal telah mempersembahkan uang, rumah Tuhan dapat mengembalikannya kepadamu, tetapi sejak saat itu, engkau akan sepenuhnya terputus dari rumah Tuhan. Engkau telah mendengarkan khotbah selama bertahun-tahun—berapa banyak kebenaran yang telah kauperoleh secara cuma-cuma? Engkau telah menikmati kasih karunia, berkat, perlindungan, dan pemeliharaan Tuhan selama bertahun-tahun—pernahkah engkau mengeluarkan satu sen pun? Pernahkah Tuhan meminta uang kepadamu? Kasih karunia, berkat, pemeliharaan, dan perlindungan Tuhan—termasuk nyawamu—semuanya dianugerahkan kepadamu oleh Tuhan. Dapatkah engkau membeli dengan uang apa yang Tuhan anugerahkan? Apa yang dapat kautukarkan dengannya? Dapatkah engkau menukar beberapa koin kotor milikmu itu dengannya? Hal-hal ini adalah harta yang tak ternilai—engkau tidak dapat menukarnya dengan apa pun; tak seorang pun dapat! Semua itu dianugerahkan kepadamu karena Tuhan berkehendak melakukannya, karena Tuhan menunjukkan kasih karunia-Nya kepadamu dan Tuhan memperlakukanmu sebagai makhluk ciptaan. Semua itu bukanlah barang yang kaubeli dengan uang, juga bukan barang yang kaudapatkan dengan membayar harga. Orang yang bingung tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal ini. Di dalam hatinya, mereka selalu bingung; mereka selalu berpikir, "Apakah Tuhan memiliki beberapa rahasia tersembunyi? Selain berkhotbah, bukankah ada banyak hal lain yang seharusnya diterangkan dan dijelaskan kepada kami? Bukankah seharusnya ada penjelasan, beberapa pertanggungjawaban? Bukankah seharusnya kehidupan pribadinya dan perkataan serta tindakannya di balik layar diungkapkan kepada semua orang?" Banyak orang yang bingung memiliki pola pikir seperti ini—mereka mungkin tidak mengatakan hal-hal semacam itu dengan lantang, tetapi inilah yang mereka pikirkan dalam hati mereka. Apakah Tuhan perlu mengungkapkan semua yang Dia lakukan kepada umat manusia yang rusak? Tuhan telah mengungkapkan begitu banyak kebenaran, dan itulah jenis pengungkapan yang paling agung—itu menyingkapkan semua orang. Jika engkau tidak percaya bahwa semua yang Tuhan lakukan adalah kebenaran, itu artinya engkau sama sekali tidak memiliki pengenalan akan Tuhan. Jika engkau berkomentar tentang Tuhan dengan seenaknya, itu artinya engkau sedang menyerang dan menentang Tuhan. Tuhan telah mengungkapkan semua kebenaran sehingga orang-orang dapat menggunakan kebenaran untuk memandang berbagai hal. Bagaimana mereka seharusnya memandang orang, bagaimana mereka seharusnya memandang berbagai hal, dan sudut pandang serta prinsip apa yang seharusnya mereka miliki dalam cara mereka berperilaku dan bertindak—semua ini ada dalam firman Tuhan. Jika engkau masih belum tahu dan tidak memahami hal ini, itu karena engkau bingung—engkau adalah orang yang bingung. Orang yang bingung tidak layak mengetahui tentang urusan Tuhan dan rumah Tuhan—terlebih lagi para setan—karena orang yang bingung dan para setan sama sekali tidak memiliki pemahaman akan kebenaran; mereka cenderung menerapkan peraturan secara membabi buta, membuat penilaian tanpa berpikir, dan mengutuk urusan-urusan ini tanpa berpikir panjang. Mereka tidak memiliki kemampuan membedakan dan tidak berprinsip. Dapat dikatakan dengan pasti: Orang yang bingung dan para setan tidak layak tinggal di rumah Tuhan—mereka harus pergi! Orang yang bingung dan orang yang tidak masuk akal tidak memiliki kondisi dasar untuk memahami kebenaran, mereka juga tidak memiliki kondisi dasar untuk memperoleh keselamatan—mereka dapat ditawan oleh Iblis kapan saja dan di mana saja. Katakan kepada-Ku, kapan Tuhan pernah berkhotbah atau menjelaskan kebenaran kepada binatang? Jadi, jika orang-orang dapat mendengar begitu banyak khotbah, entah mereka dapat memahami kebenaran atau tidak, itu sepenuhnya karena kasih karunia Tuhan dan peninggian dari Tuhan. Jika engkau selalu meragukan Tuhan, berpikir, "Apakah Pribadi yang kupercayai ini betul-betul adalah Tuhan yang benar? Apakah Tuhan benar-benar ada? Apakah Tuhan benar-benar berdaulat atas segala sesuatu? Apakah Tuhan benar-benar baik kepada manusia, atau apakah Dia hanya berpura-pura? Apakah Tuhan benar-benar adalah kebenaran, dan dapatkah Dia benar-benar menyelamatkan manusia?"—jika engkau berpikir seperti ini dan memperlakukan Tuhan dengan sikap seperti itu, maka engkau pantas mati. Cepat atau lambat, Tuhan akan mengatur lingkungan tertentu untuk menyerahkanmu kepada Iblis, dan hubunganmu dengan Tuhan akan sepenuhnya terputus. Hubungan antara dirimu dan Tuhan tidak akan lagi menjadi hubungan antara makhluk ciptaan dan Sang Pencipta, dan sejak saat itu, engkau tidak akan memiliki hubungan apa pun dengan Tuhan.

Yang baru saja kita persekutukan adalah perwujudan ketiga dari orang yang bereinkarnasi dari binatang—bahwa mereka bingung. Ada perwujudan lainnya, yaitu bahwa mereka bodoh. Kebodohan juga berkaitan dengan kecerdasan—jadi seberapa bodohkah orang-orang ini? Perwujudan apa sajakah yang menunjukkan kebodohan? Ada orang-orang yang, ketika memberitakan Injil, berkata, "Perhatikanlah maksud-maksud Tuhan! Tuhan bahkan tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Niat Tuhan itu tekun! Pekerjaan Tuhan tidaklah mudah—itu berat!" Ketika orang-orang tidak percaya mendengarnya, mereka berkata, "Omong kosong apa yang sedang kaubicarakan?" Perkataan ini tidak dapat dipahami oleh orang-orang tidak percaya. Mereka tidak percaya kepada Tuhan, jadi mereka tidak tahu apa yang dimaksud atau apa latar belakang perkataan ini. Jadi, bukankah bodoh bagimu untuk mengatakan hal-hal ini? (Ya.) Dalam hal apa itu bodoh? Perkataan itu ditujukan kepada pendengar yang salah, bukan? (Ya.) Ada orang-orang bingung yang, setelah ditangkap, diinterogasi oleh polisi jahat: "Kalian percaya kepada tuhan—apa yang tuhan suruh untuk kalian lakukan? Tidak tahukah kau bahwa percaya kepada tuhan itu ilegal? Kalian telah melanggar hukum. Negara tidak mengizinkan kepercayaan semacam itu!" Sebenarnya, para petugas polisi yang jahat ini hanya mencari-cari beberapa kesalahan yang dapat mereka gunakan untuk menghukum orang yang percaya kepada Tuhan, tetapi orang bodoh semacam ini gagal mengetahui yang sebenarnya tentang hal ini. Mereka berkata, "Kepercayaan kami kepada Tuhan tidak ilegal. Tuhan meminta kami untuk menjadi orang yang jujur, menempuh jalan yang benar, dan menjadi orang baik." Ketika para setan tersebut mendengarnya, mereka berkata, "Karena tuhan meminta kalian untuk menjadi orang yang jujur, katakan kepada kami—siapa pemimpin gereja kalian? Di mana uang gereja kalian disimpan? Bicaralah dengan jujur! Jika kau tidak bicara dengan jujur, tuhanmu akan mengutukmu!" Mendengar perkataan ini, orang bodoh seperti ini tercengang. Bukankah ini bodoh? Bagaimana mungkin orang berbicara jujur kepada para setan? Bolehkah orang memberitahukan kebenaran dari Tuhan kepada para setan? Apa pun yang terjadi, orang tidak boleh memberitahukannya kepada mereka. Ada juga orang-orang bodoh yang bertanya kepada polisi, "Mengapa kalian selalu menangkap kami? Mengapa kalian selalu mempersulit kami, orang-orang yang percaya kepada Tuhan? Mengapa kalian selalu mengarang rumor tentang kami?" Apakah mereka benar-benar tidak tahu alasannya? Apakah mereka berharap mendapatkan jawaban dari para polisi tersebut? Akankah mereka mendapatkan jawaban? Bertanya kepada mereka alasannya—bukankah ini tidak masuk akal, bukankah ini bodoh? Namun, orang-orang bodoh ini memang bisa saja menanyakan hal-hal bodoh semacam itu. Mereka sama sekali tidak mengerti dan terus bertanya, "Mengapa PKT selalu menganiaya kami? Mengapa mereka selalu menangkap kami, orang-orang yang percaya kepada Tuhan dan bahkan mengarang rumor tentang kami? Kami jelas sedang dianiaya dan tidak dapat pulang ke rumah, tetapi mereka mengatakan kamilah yang telah meninggalkan keluarga kami. Perkataan para setan tidak berdasarkan fakta! Bukankah ini sepenuhnya rekayasa? Kami hanya membuat beberapa video pertunjukan artistik yang menjadi kesaksian bagi Tuhan dan menyebarluaskan firman Tuhan—mengapa para setan dan Iblis sangat membenci hal ini? Mereka selalu pergi ke rumahku untuk mengancam dan mengintimidasi keluarga dan kerabatku, bahkan memasang kamera CCTV—mengapa?" Apakah perlu menanyakan hal ini? Bukankah itu adalah hal yang bodoh untuk dikatakan? Jika engkau baru mulai percaya kepada Tuhan, adalah wajar jika engkau tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Namun, engkau telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun—bagaimana engkau masih tidak tahu? Jika engkau memang sudah tahu, lalu mengapa engkau bertanya? Ada orang-orang yang masih tidak dapat memahaminya: "Kami tidak pernah menentang Partai atau negara, kami tidak pernah terlibat dalam kegiatan politik, kami tidak pernah mencoba menggulingkan pemerintah atau kekuasaan mereka, kami tidak pernah menjadi ancaman bagi kekuasaan mereka—jadi mengapa PKT selalu menangkap dan menganiaya kami? Kami selalu bersembunyi, tidak dapat pulang atau menelepon keluarga kami meskipun ingin. Aku sama sekali tidak mengerti—mengapa PKT selalu mempersulit kami?" Jika engkau benar-benar tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal ini, itu artinya engkau terlalu bebal—engkau benar-benar bodoh. Katakanlah ada seorang wanita yang menikahi seorang suami yang tidak percaya. Ketika mereka berpacaran, dia berkata, "Aku juga akan percaya bersamamu—kita akan masuk ke dalam kerajaan surga bersama-sama." Pria ini berbicara dengan sangat baik, tetapi sebenarnya, dia adalah pengikut yang bukan orang percaya, seorang setan—dia hanya menipu wanita ini. Namun, ketika wanita ini meninggalkan segalanya untuk mengorbankan dirinya bagi Tuhan, suaminya menjadi marah. Dia tidak mengizinkan isterinya menghadiri pertemuan, tidak mengizinkannya melaksanakan tugas, dan tidak mengizinkannya membaca firman Tuhan. Wanita bodoh ini masih bertanya-tanya, "Dia tidak seperti ini sebelumnya. Dia sangat mencintaiku, sangat peduli kepadaku, sangat memahamiku, dan sepenuhnya mendukung kepercayaanku kepada Tuhan. Mengapa dia tampak seperti orang yang sama sekali berbeda sekarang? Dahulu dia juga percaya—mengapa dia telah menjadi seperti ini?" Selama beberapa tahun wanita ini jauh dari rumah melaksanakan tugasnya, dia terus-menerus merenungkan hal ini: "Suamiku tidak mungkin mencari wanita lain. Dia paling mencintaiku. Akulah satu-satunya baginya, aku adalah cinta pertamanya. Dia tidak akan pernah mencintai wanita lain. Lagipula, suamiku adalah pria yang polos, dan dia tidak memiliki kemampuan atau keterampilan hebat apa pun—siapa yang mau bersamanya?" Sebenarnya, bahkan saat memikirkan hal ini, dia merasa gelisah di dalam hatinya. Dia berharap suaminya masih menunggunya. Padahal sebenarnya, bahkan ketika dia masih berada di rumah, karena dia sibuk percaya kepada Tuhan dan melaksanakan tugasnya setiap hari, suaminya sudah menemukan wanita lain. Namun, dia berpikir itu mustahil: "Orang lain mungkin mencari wanita lain, tetapi dia tidak. Dia bukan orang seperti itu! Ketika aku masih berada di rumah, dia bahkan mengatakan ingin percaya kepada Tuhan!" Katakan kepada-Ku, bukankah dia sangat bodoh? (Ya.) Selama bertahun-tahun dia tidak berada di rumah—suaminya bukan saja telah menemukan orang lain, melainkan anak-anak dan orang tuanya juga sudah tidak mengakui dirinya. Dia sudah lama tidak lagi dianggap sebagai anggota keluarga itu. Siapa yang tahu bagaimana mereka menghinanya di belakangnya atau seberapa dalam mereka membencinya. Namun, dia tak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal ini—katakan kepada-Ku, bukankah ini bodoh? (Ya.) Hingga mencapai taraf apa dia bodoh? Hingga mencapai taraf sama sekali tidak memiliki kecerdasan manusia normal; jadi, dia tidak dapat menggunakan cara berpikir manusia normal untuk memandang orang dan hal-hal. Dia selalu menggunakan pemikiran dan sudut pandangnya yang kekanak-kanakan, menyimpang, dan idiot untuk memandang dan mengukur berbagai hal. Pada akhirnya, dia sering membuat dirinya terjebak dalam situasi sulit, menjadi sangat pasif, dan bertindak dengan cara yang sangat bodoh. Bukankah ini bodoh? (Ya.) Ada orang-orang yang bodoh seperti ini. Menjadi bodoh berarti mereka tidak memiliki kecerdasan kemanusiaan yang normal, sehingga ketika memandang orang dan hal-hal atau menangani masalah, mereka tidak memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai pendukung untuk memungkinkan mereka mencapai hasil yang baik, bukan? (Ya.)

Singkatnya, jika orang yang bereinkarnasi dari binatang diukur dengan menggunakan kebenaran sebagai standar, ciri utama mereka pada dasarnya jauh di bawah standar tersebut—itu adalah standar yang tinggi. Jika diukur dengan kecerdasan kemanusiaan yang normal, mereka bahkan tidak mampu memandang orang, peristiwa, hal-hal, atau situasi yang muncul dalam kehidupan sehari-hari mereka dengan cara berpikir kemanusiaan yang normal. Sebenarnya, dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang semacam itu bahkan tidak mampu mengelola makanan, pakaian, tempat tinggal, atau transportasi mereka sendiri, juga tidak mampu menanggapi dan menangani masalah-masalah ini secara mandiri. Sekalipun mereka nyaris tak mampu bertahan hidup tanpa kelaparan, dari perwujudan mereka dalam menangani berbagai hal, orang-orang semacam itu terlihat sangat bodoh dan canggung, jauh dari memiliki kemanusiaan normal yang sejati. Ambillah contoh beberapa binatang—mereka sendiri bahkan tidak tahu berapa banyak makanan yang pantas untuk dimakan. Hanya jika manusia memberi mereka makan pada waktu yang ditentukan dan dalam jumlah yang terukur, barulah mereka dapat makan dengan cara yang sehat. Contohnya anjing, jika dibiarkan makan dengan bebas, tanpa batasan jumlahnya, mereka akan makan terlalu banyak. Mereka akan terus makan sampai benar-benar kekenyangan dan secara fisik tidak mampu makan lagi. Jadi, ciri yang sangat jelas dari orang yang bereinkarnasi dari binatang adalah mereka tidak mampu mengelola banyak aspek kehidupan mereka sendiri secara mandiri. Mengapa mereka tidak mampu melakukannya secara mandiri? Itu karena mereka tidak pernah tahu apa sajakah prinsip untuk melakukan hal-hal tersebut, seperti apa kondisi dasarnya, atau batasan apa yang tidak boleh mereka langgar. Hal ini sama seperti beberapa binatang ketika mereka makan—mereka tidak tahu berapa banyak makanan yang tepat. Jika manusia tidak mengaturnya untuk mereka, mereka akan makan sampai kekenyangan dan mati. Jika ada seseorang yang mengatur dan memberi mereka makan, mereka mungkin tetap sehat. Ciri ini juga cukup jelas dalam diri orang yang bereinkarnasi dari binatang. Sebagaimana yang dikatakan beberapa orang: "Mereka makan tanpa mengetahui apakah mereka sedang lapar atau kenyang, dan tidur tanpa mengetahui apakah itu sedang siang atau malam." Jadi, apakah orang-orang semacam itu memiliki kecerdasan manusia? Sangat jelas bahwa mereka tidak memilikinya. Pertimbangan seperti bagaimana mereka harus makan untuk mengatur kesehatan mereka sepanjang empat musim dalam setahun karena tubuh mereka mengalami kondisi yang berbeda, makanan apa yang sehat dan makanan apa yang tidak sehat di musim apa, cara hidup seperti apa yang sehat dan tidak sehat—orang normal, pada usia dua puluh tahun, mungkin tidak mengetahui hal-hal ini, tetapi pada usia tiga puluh tahun, mereka mengetahui beberapa di antaranya, dan pada usia empat puluh tahun mereka mengetahui jauh lebih banyak. Pada usia lima puluh tahun, berdasarkan kondisi fisik mereka sendiri yang sebenarnya, mereka telah merangkum satu set aturan hidup yang cocok bagi mereka, dan ini pada dasarnya akan mantap dan tetap, tanpa perubahan besar lebih lanjut. Namun, orang yang bereinkarnasi dari binatang, sekalipun mereka hidup hingga berusia delapan puluh tahun, masih tidak mampu merangkum satu set aturan hidup. Mereka makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, dan mengalami sakit perut atau gangguan pencernaan. Mereka tidak tahu masalah kesehatan apa yang disebabkan oleh kebiasaan gaya hidup atau makanan apa—mereka hanya makan dengan sembarangan. Jika engkau meminta mereka untuk merangkum sebuah pola makan atau pendekatan diet yang cocok bagi mereka berdasarkan makanan apa yang cocok atau tidak cocok untuk tubuh mereka, dan berdasarkan berbagai informasi, mereka tidak mampu melakukannya. Contohnya, seseorang di internet mengatakan bahwa kulit telur mengandung kalsium yang tinggi dan memakan kulit telur dapat menambah asupan kalsium mereka, jadi mereka mempertimbangkannya dengan saksama: "Tubuhku tidak terlalu tinggi karena kekurangan kalsium—aku akan makan kulit telur untuk menambah asupan kalsiumku." Namun ternyata, setelah memakannya selama beberapa waktu, kadar kalsium mereka tampaknya tidak meningkat. Katakan kepada-Ku, bukankah ini menyimpang? Ketika engkau secara kebetulan menemukan informasi di internet yang mengatakan bahwa kulit telur itu tinggi kalsium dan dapat digunakan sebagai suplemen kalsium, bagaimana seharusnya engkau memahaminya? Jelas sekali bahwa orang yang makan kulit telur bersikap tak masuk akal. Pemahaman mereka salah, sehingga penerapan mereka menyimpang, ekstrem, dan sangat bodoh. Lalu apa cara yang benar untuk memahami hal ini? Meskipun kulit telur mungkin tinggi dalam kalsium, tetapi itu bukanlah sesuatu yang bisa kita makan. Apakah kulit telur benar-benar dapat memberikan efek seperti suplemen kalsium, itu masih belum diketahui, dan sekalipun dapat menambah kadar kalsiummu, apakah engkau dapat menyerapnya, itu juga masih belum pasti. Selain itu, adakah bukti bahwa kulit telur dapat menjadi suplemen kalsium? Apakah pernyataan ini telah diverifikasi? Sebenarnya, ada banyak hal yang dapat menambah asupan kalsium, dan semuanya telah terbukti secara medis. Jika engkau menolak untuk menerima metode yang telah terbukti ini, itu berarti engkau adalah orang yang tak masuk akal. Tidak bisakah engkau hanya minum tablet kalsium untuk menambah asupan kalsiummu? Itu adalah metode yang paling sederhana. Tablet kalsium tidak membahayakan perut ataupun merusak gigi, rasanya enak, dan engkau bisa merasakan efeknya. Bukankah ini pemahaman yang benar? (Ya.) Namun, mereka dengan pemahaman yang menyimpang tidak memahaminya dengan cara seperti ini—mereka bertindak ekstrem. Mereka percaya, "Jika seseorang berkata bahwa kulit telur dapat menambah asupan kalsiummu, maka pasti tidak apa-apa untuk memakan kulit telur. Jika kau perlu menambah asupan kalsiummu, kau harus memakannya." Mereka bahkan tidak mempertimbangkan apakah tubuh dapat menyerapnya setelah memakannya. Ini mencerminkan pemahaman yang menyimpang, ini artinya bersikap ekstrem. Jika seseorang berkata, "Kulit pisang kaya akan vitamin, dan memakannya dapat menambah kecantikanmu," apakah engkau semua akan memakannya? (Tidak.) Mengapa tidak? (Karena menurut hukum alam, beberapa makanan yang diciptakan oleh Tuhan harus dimakan setelah dikupas. Bersikeras memakan kulitnya artinya bertindak ekstrem. Jika seseorang ingin menambah asupan vitaminnya untuk menambah kecantikannya, mereka harus memakan makanan yang biasanya dapat dimakan dan memiliki efek mempercantik.) Ini adalah pemahaman yang benar. Namun, lihatlah si bodoh yang ekstrem itu—mereka tidak memahaminya seperti ini. Mereka bersikeras memaksa diri untuk memakan kulitnya dan bahkan berkata, "Aku harus memberontak terhadap dagingku. Aku harus makan kulit pisang untuk menambah kadar nutrisi spesifikku." Namun, mereka tidak berpikir, "Kulit pisang rasanya tidak enak. Itu bukanlah makanan. Aku tidak mau memakannya. Mengapa aku tidak makan sesuatu yang lain yang mengandung nutrisi ini saja sebagai gantinya?" Bukankah ini pemahaman yang benar? (Ya.) Jika engkau dapat membedakan dengan cara seperti ini, jika engkau dapat memahami berbagai hal dengan cara ini, itu membuktikan bahwa engkau memiliki kecerdasan manusia. Namun, jika engkau tidak dapat membedakan dengan cara ini, dan begitu mendengar bahwa kulit pisang mengandung nutrisi tertentu, engkau bersikeras memakannya meskipun rasanya tidak enak—itu artinya engkau orang bodoh, engkau adalah orang yang bereinkarnasi dari binatang, dan engkau tidak memiliki cara berpikir kemanusiaan yang normal. Ajaran sesat atau kekeliruan apa pun dapat menyesatkan orang-orang semacam itu, dan mereka sama sekali tak mampu membedakan ketepatan atau keakuratan berbagai informasi—mereka selalu tertipu. Semua ini merupakan perwujudan dari bagaimana orang yang bereinkarnasi dari binatang memperlakukan berbagai hal spesifik—mereka sangat bodoh, pemahaman mereka menyimpang serta tak masuk akal, dan mereka bertindak ekstrem. Ketika orang mengatakan bahwa penelitian menunjukkan sesuatu dapat dimakan, itu bukan berarti engkau harus memakannya, juga bukan berarti tidak ada yang dapat menggantikan hal tersebut. Jika engkau mengatakan bahwa kebenaran tidak dapat digantikan oleh teori apa pun, itu objektif dan akurat. Namun, nutrisi-nutrisi ini adalah zat materiel—tidak mungkin tidak ada penggantinya. Tuhan menciptakan banyak ragam makanan, dan ada banyak makanan yang mengandung nutrisi berbeda. Masing-masing orang dapat membuat pilihan yang tepat berdasarkan kondisi tubuh, kelompok usia, dan kondisi kesehatan mereka saat ini—tidak perlu terpaku pada aturan. Setelah mendengar suatu informasi, orang yang bertindak ekstrem tidak mampu memperlakukannya dengan benar, dan mereka juga tidak dapat membedakannya. Mereka selalu disesatkan oleh hal-hal ini, dan pada akhirnya, mereka berkata, "Semua yang ada di internet adalah kebohongan—tak ada satu kata pun yang benar!" Engkau lihat, mereka sekarang melakukan tindakan ekstrem lainnya. Engkau boleh mencari informasi di internet, tetapi engkau harus tahu bagaimana menggunakan kecerdasan manusia dan cara berpikir manusia yang benar untuk membedakannya, untuk membuat pilihan yang tepat tentang apa yang harus digunakan dan apa yang harus dibuang. Jika sesuatu itu bermanfaat bagimu, engkau dapat menggunakannya; jika itu tidak bermanfaat atau tidak cocok untukmu, engkau dapat memperlakukannya sebagai referensi atau sebagai semacam pengetahuan umum. Orang yang memiliki cara berpikir manusia menerapkan dengan cara seperti ini. Mereka yang tidak memiliki cara berpikir manusia menerapkan dengan cara yang menyimpang ke kiri atau ke kanan—mereka entah tertipu atau sama sekali tidak memercayai segalanya. Mereka tidak mampu membedakan hal-hal seperti itu dengan hati-hati. Orang-orang semacam itu terlihat sangat keras kepala, tidak masuk akal, bingung, dan bodoh dalam cara mereka memperlakukan berbagai jenis informasi atau menangani hal-hal dalam kehidupan nyata. Orang-orang yang sebodoh ini, yang tidak dapat membedakan yang benar dan yang salah atau yang tepat dan yang keliru—bagaimana cara mereka menjalani kehidupan sehari-hari? Hanya melihat cara mereka berperilaku saja sudah membuatmu khawatir—apakah engkau masih berharap mereka akan mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran?

Seorang wanita menikahi seorang bajingan dan berpikir, "Suamiku sangat mencintaiku. Aku telah menemukan cinta sejati, aku telah jatuh cinta," dan dia merasa sangat bahagia. Namun, orang lain melihat suaminya dan melihat bahwa dia bahkan bukan manusia—bahwa dia adalah setan—dan bertanya-tanya bagaimana wanita itu masih bisa begitu mabuk kepayang dan begitu merasa senang. Bahkan mereka mencemaskan wanita ini dan mengkhawatirkannya. Pada akhirnya, setelah melahirkan anak-anak, wanita ini disingkirkan dan tidak dinafkahi oleh suaminya—hidupnya menjadi sangat sulit! Dari hal-hal bodoh yang dilakukan oleh orang yang bereinkarnasi dari binatang, jelaslah bahwa fakta mereka dapat hidup dan bertahan hidup sebagian besar adalah karena kasih karunia Tuhan. Tuhan memberi mereka napas agar mereka dapat tetap hidup, dan memberi mereka makanan agar mereka dapat bertahan hidup. Burung-burung di udara, binatang-binatang kecil dan bahkan semut di tanah semuanya memiliki makanan untuk dimakan—betapa jauh lebih benarnya hal ini bagi manusia? Karena engkau bereinkarnasi sebagai manusia, Tuhan memberimu sarana untuk bertahan hidup. Entah seseorang menafkahi dirimu, atau engkau memiliki kelebihan tertentu yang memungkinkanmu untuk memenuhi kebutuhan hidupmu. Ini adalah kasih karunia Tuhan. Tuhan tidak membiarkanmu mati kelaparan, tetapi memberimu cara untuk bertahan hidup, sehingga engkau mampu hidup hingga berusia lanjut, hidup sampai akhir. Tanpa kasih karunia Tuhan, maka dengan kualitas bawaan mereka yang bereinkarnasi dari binatang, dengan tidak adanya cara berpikir yang normal, dan bahkan tidak adanya sedikit pun kemampuan untuk menangani masalah, mereka bahkan tidak mampu mencari nafkah untuk diri mereka sendiri. Dari perspektif lain, orang yang bereinkarnasi dari binatang sebenarnya cukup diberkati. Mengingat kemampuan mereka dalam semua hal dan kecerdasan mereka, hampir mustahil bagi mereka untuk mencari nafkah di dunia yang rumit dan jahat ini. Namun, karena Tuhan menunjukkan kasih karunia dan berbelas kasihan kepada semua makhluk ciptaan, entah engkau bereinkarnasi dari binatang atau manusia, di mata Tuhan, jika engkau adalah makhluk ciptaan dan Dia telah memberimu napas, maka Dia menyediakan secara normal apa yang kaubutuhkan untuk hidup dan bertahan hidup, memungkinkan kebutuhan hidupmu dipenuhi dan memungkinkanmu untuk terus hidup. Jadi, jika engkau berkata, "Aku telah keluar dan berjuang untuk menghasilkan uang, memenuhi kebutuhan hidupku sendiri sehingga aku cukup gizi dan sehat—bukankah aku baik-baik saja? Bukankah engkau menghinaku dengan menyebutku bodoh?" maka engkau salah. Fakta bahwa engkau dapat menghasilkan uang dan menafkahi dirimu sendiri sebenarnya belum tentu karena kemampuanmu sendiri—sembilan puluh sembilan persennya adalah kasih karunia Tuhan. Tuhan memberimu sedikit kekuatan, dan dengan demikian memungkinkanmu bekerja keras untuk menghasilkan uang untuk membeli makanan; Dia memberimu kelebihan tertentu, serta tubuh yang sehat, dan dengan demikian memungkinkanmu untuk melakukan pekerjaan, menghasilkan uang, menghidupi keluarga, dan bertahan hidup. Apa dasarmu dapat melakukan hal-hal ini? Semua itu didasarkan pada Tuhan yang memberimu kondisi bawaan paling mendasar yang memungkinkanmu untuk melakukan pekerjaan manusia normal, yang pada akhirnya memungkinkanmu untuk menafkahi dirimu sendiri dan memenuhi kebutuhan hidupmu. Singkatnya, apa pun yang terjadi, entah engkau bodoh atau bingung, saat ini, sebagai makhluk ciptaan dengan penampilan luar seorang manusia, engkau harus mengetahui identitas dan nilai dirimu. Selain itu, engkau harus memahami dengan benar apa yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu, apa yang telah Tuhan sediakan bagimu, dan kasih karunia serta belas kasihan Tuhan. Jika engkau cocok dengan beberapa ciri orang yang bereinkarnasi dari binatang dan merasa bahwa engkau pasti termasuk dalam kategori orang ini, apa yang harus kaulakukan? Ini mudah ditangani: Apa pun asal-usulmu, entah engkau secara alami memiliki kecerdasan dan cara berpikir manusia, faktanya adalah engkau sekarang memiliki identitas manusia. Karena engkau memiliki identitas manusia, engkau harus melaksanakan tugas manusia dengan baik—lakukan sebanyak yang kaubisa, dengan sebaik mungkin, dan dengan semaksimal mungkin, capai dan lakukan dengan baik apa yang seharusnya dilakukan manusia. Ada orang-orang yang berkata, "Kau berkata bahwa orang yang bereinkarnasi dari binatang memiliki ciri pemahaman yang menyimpang, mati rasa, bingung, dan bodoh—itu berarti mereka tidak memiliki kecerdasan manusia. Kebanyakan dari orang-orang ini sama sekali tidak memahami kebenaran—bagaimana mereka bisa melaksanakan tugas mereka dengan baik dan benar?" Jika engkau tidak terikat pada standar yang ketat, engkau dapat mencapai hal ini dengan baik dan benar, karena, bagaimanapun juga, engkau sekarang memiliki identitas manusia; selama engkau patuh dan tidak melontarkan argumen yang menyesatkan, engkau bisa mencapai hal ini. Jika engkau bahkan tidak mampu mencapai kedua hal ini, maka menurut-Ku engkau benar-benar sedang berada dalam bahaya, dan engkau harus dikeluarkan dari gereja. Jika engkau berkata, "Aku mampu melakukan kedua hal ini. Aku tidak akan melontarkan argumen yang menyesatkan, dan aku menerima pernyataan yang benar. Apa pun yang disuruh untuk kulakukan, akan kulakukan; dan bagaimana pun cara aku disuruh melakukannya, begitulah caraku akan melakukannya."—jika engkau sungguh-sungguh mampu menerapkan dengan cara ini, engkau akan mampu melaksanakan tugasmu dengan baik dan benar. Ada orang-orang yang berkata, "Aku telah melaksanakan tugasku dengan baik dan benar, dan aku juga ingin melaksanakannya berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran." Jika engkau sungguh-sungguh berniat untuk mengejar dan menerapkan prinsip-prinsip kebenaran di atas dasar mampu melaksanakan tugasmu dengan baik dan benar, maka tingkat apa pun yang dapat kaucapai, itu sudah cukup—tidak ada tuntutan. Asalkan engkau tidak keras kepala, tidak melontarkan argumen yang menyimpang, tidak terus-menerus menekankan alasan-alasanmu sendiri, tidak bertindak dengan cara yang bingung, dan tidak menolak untuk mengakui ketika engkau telah melakukan sesuatu yang bodoh, itu sudah cukup. Mengenai bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, engkau dapat melakukan sebanyak yang kaumampu; apa pun yang kaupikir dapat kaulakukan, lakukan saja. Tuntutan terhadap jenis orang ini tidak tinggi karena agak sulit bagi mereka untuk mencapai prinsip-prinsip kebenaran. Jadi, berdasarkan kondisi bawaan mereka, mereka tidak secara ketat diharuskan untuk bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Mengapa mereka tidak diharuskan? Karena mereka tidak mampu melakukannya. Jika engkau bersikeras mengharuskan mereka untuk bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, itu seperti memaksa ikan untuk hidup di darat. Ambillah contoh beberapa binatang—jika engkau mengharuskan mereka untuk makan dalam jumlah yang tepat untuk setiap kali makan dan tidak makan berlebihan yang membuat perut mereka kembung, dapatkah mereka melakukannya? Mereka tidak dapat melakukannya. Mereka makan sebanyak yang mereka bisa dalam sekali makan hingga mereka secara fisik tidak dapat makan lagi. Orang yang bereinkarnasi dari binatang juga sama. Jika engkau mengharuskan mereka bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, mereka tidak mampu melakukannya. Jadi, apakah itu berarti orang-orang semacam itu ditinggalkan? Tidak, mereka tidak ditinggalkan. Namun, tidak meninggalkan mereka bukan berarti mengharuskan mereka untuk memahami prinsip-prinsip kebenaran atau masuk ke dalam prinsip-prinsip kebenaran. Itu hanya berarti memperlakukan mereka dengan benar, membiarkan mereka melakukan apa yang mampu mereka lakukan. Itu tidak mencabut kualifikasi mereka untuk melaksanakan tugas mereka, juga tidak mencabut kualifikasi mereka untuk mengejar kebenaran, apalagi mencabut kualifikasi mereka untuk mempoleh keselamatan. Itu hanya berarti bahwa mereka tidak diharuskan secara ketat untuk menerapkan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, juga tidak diharuskan secara ketat untuk mencapai prinsip-prinsip kebenaran dalam segala hal. Artinya, mereka harus melakukannya semampu mereka. Selama mereka tidak dengan sengaja mencoba menimbulkan kekacauan, tidak melontarkan argumen yang menyimpang, atau tidak dengan gegabah melakukan perbuatan jahat dalam hal-hal prinsip yang krusial, itu sudah cukup. Tuntutan terhadap orang-orang semacam itu tidaklah tinggi. Apakah engkau mengerti? (Ya.)

Mengenai orang yang bereinkarnasi dari binatang, kita telah mempersekutukan beberapa perwujudan dari esensi mereka. Tentu saja, ada beberapa perwujudan yang belum kita bahas secara terperinci. Jika kita membahasnya lebih spesifik, ada orang-orang yang mungkin tidak tahan mendengarnya, jadi kita telah membahasnya secara lebih umum, dengan tidak menyebutkan beberapa hal. Dari apa pun engkau bereinkarnasi, pada akhirnya engkau kini memiliki identitas manusia. Karena engkau memiliki identitas manusia, engkau memedulikan citramu dan martabatmu, jadi kita akan membahas sedikit tentang martabat—kita tidak akan membahas terlalu terperinci tentang aspek ini. Yang telah kita bahas pada dasarnya adalah hal-hal ini—cocokkanlah dirimu dengannya. Katakanlah perwujudanmu sama dengan perwujudan orang yang bereinkarnasi dari binatang, dan di dalam hatimu, engkau merasa sangat tidak nyaman—merasa bahwa karena engkau memiliki identitas seperti ini, di satu sisi, nilaimu telah menurun, dan di sisi lain, integritasmu telah dihina dan martabatmu telah ditantang. Engkau tidak tahu bagaimana menangani hubunganmu dengan Tuhan, dan engkau tiba-tiba merasa bahwa statusmu telah anjlok, bahwa engkau lebih rendah daripada orang lain, tidak lagi merasa bahwa ada sesuatu yang terhormat tentang dirimu sendiri, tidak lagi merasa bahwa karaktermu mulia atau bahwa engkau memiliki nilai yang terhormat, dan tiba-tiba engkau merasa di dalam hatimu bahwa engkau tidak memiliki harapan atau dukungan, dan bahwa tempat tujuan masa depanmu tidak jelas. Apakah ini akan menjadi perwujudan yang baik? (Tidak.) Kalau begitu, bukankah seharusnya engkau berbalik? (Ya.) Karena perwujudan dan pemahaman semacam ini tidak baik, apa yang harus dilakukan? Kita perlu mencari jalan keluar bagi orang-orang seperti ini, untuk membuat mereka merasa sedikit lebih baik. Ini bukanlah tentang menenangkan mereka, ataupun menipu mereka—ini adalah tentang memungkinkan mereka untuk memperlakukan hal ini dengan benar dan berusaha untuk menerapkan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Jadi, apa yang harus mereka lakukan? Bagaimana seharusnya orang yang bereinkarnasi dari binatang memahami hal ini? Pertama-tama, dari perspektif Tuhan, dari apa pun seseorang bereinkarnasi, itu ditetapkan oleh Tuhan—orang bukanlah penentu keputusan dalam hal ini. Misalkan engkau adalah salah seorang dari orang-orang ini. Jika engkau diminta untuk memilih, apakah engkau akan memilih untuk bereinkarnasi sebagai binatang, atau sebagai manusia? (Bereinkarnasi sebagai manusia.) Mengapa engkau memilih itu? (Karena hanya jika kami bereinkarnasi sebagai manusia, barulah ada kesempatan bagi kami untuk mendengar apa yang Tuhan firmankan dan memahami firman-Nya.) Lalu jika engkau bereinkarnasi sebagai binatang? (Tidak akan ada kesempatan bagi kami untuk mendengar firman Tuhan.) Ini berarti tidak pernah akan ada kesempatan bagimu untuk mendengar suara Tuhan. Jadi, karena engkau tahu bahwa, sebagai binatang, bereinkarnasi sebagai manusia adalah hal yang baik, engkau terlebih lagi harus bersyukur kepada Tuhan—engkau seharusnya tidak mengeluh tentang Dia. Engkau seharusnya bersyukur kepada Tuhan karena memberimu kesempatan untuk menjadi manusia—yang, terlebih lagi, merupakan kesempatan sekali dalam seribu tahun. Lagipula, Tuhan menjadi daging untuk menyelamatkan manusia, dan meskipun kebanyakan orang belum memperoleh anugerah keselamatan ini, engkau telah memperolehnya—engkau telah beruntung mendengar suara Tuhan dan mendengar Tuhan mengungkapkan kebenaran. Ini adalah berkatmu. Ini adalah sesuatu yang dirimu, sebagai makhluk ciptaan, tidak dapat memperolehnya bahkan selama lebih dari beberapa masa kehidupan atau banyak zaman, sekalipun engkau memohon untuk memperolehnya. Tuhan justru memilihmu pada zaman ini, memungkinkanmu untuk bereinkarnasi sebagai manusia, untuk tinggal di rumah Tuhan dan, bersama-sama umat manusia, melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, mengubah identitasmu dari binatang menjadi salah seorang dari umat manusia dan memungkinkanmu untuk melaksanakan tugas manusia. Sungguh suatu kehormatan dan hak istimewa yang luar biasa! Ini adalah sesuatu yang banyak makhluk ciptaan hanya bisa berharap tetapi tidak pernah memperolehnya—tetapi engkau telah memperolehnya dan menikmatinya hari ini. Kesempatan ini sangat langka; bagi makhluk ciptaan apa pun, ini adalah kesempatan sekali dalam seribu tahun. Jadi, engkau bukan saja tidak boleh berputus asa dan mengeluh, serta tidak boleh merasa kesal atau menganggap bahwa statusmu lebih rendah daripada orang lain, melainkan, engkau seharusnya benar-benar merasa beruntung. Engkau harus bersyukur kepada Tuhan—bersyukur kepada Tuhan atas kesempatan yang telah Dia berikan kepadamu, bersyukur kepada-Nya atas peninggian-Nya terhadapmu, karena apa yang telah Dia lakukan yang begitu besar: Apa yang telah Dia lakukan benar-benar kasih karunia dan belas kasihan terhadap makhluk ciptaan. Setelah menerima kasih karunia dari Tuhan ini, engkau seharusnya bersyukur bahwa Dia telah mengubah identitas dan kelasmu. Namun, engkau tidak boleh hanya bersyukur kepada-Nya dan selesai—selain bersyukur kepada-Nya, engkau juga perlu memikirkan cara untuk memanfaatkan kesempatan ini. Apa pun identitas awalmu, kini setelah engkau dapat melaksanakan tugasmu sebagai manusia, ini adalah kesempatan yang baik untuk mengubah identitas dan kelasmu sebagai makhluk ciptaan. Jadi, bagaimana engkau bisa melakukan perubahan ini? Poin penting pertama adalah melaksanakan tugasmu dengan baik. Jika, karena berbagai keterbatasan kondisi bawaanmu, engkau hanya mampu bekerja keras dan melakukan pekerjaan kasar, melakukan pekerjaan yang kotor dan melelahkan, serta, berdasarkan identitas dan nilaimu, tugas yang kaulaksanakan hanya dapat berada dalam lingkup ini, tanpa ada kemungkinan pengurangan atau peningkatan, lalu apa yang harus kaulakukan? Prinsip mana yang harus kaupatuhi? Jika, apa pun perwujudan yang sedang kita lihat ini, entah itu kecerdasanmu, karaktermu, atau kondisi bawaanmu, nilaimu di mata orang lain akan selalu seperti ini—engkau akan selalu menjadi orang yang tidak berharga, bodoh, bingung, mati rasa, dungu dengan pemahaman yang menyimpang, dan nilaimu tidak akan pernah meningkat—lalu bagaimana seharusnya engkau memperlakukan tugasmu? Ini adalah hal yang terpenting. Misalnya katakanlah nilaimu tidak akan pernah meningkat, dan engkau tidak akan pernah memiliki martabat apa pun di antara orang-orang. Di mata Tuhan, engkau selamanya tetap di posisimu—inilah dirimu yang sebenarnya. Kelasmu mungkin memiliki ciri yang jelas terlihat di luarnya, dan engkau tidak akan pernah berubah dari binatang menjadi manusia sejati. Engkau tidak memiliki harapan untuk memperoleh keselamatan, karena engkau tidak mampu memahami kebenaran, dan engkau bahkan tidak memiliki kecerdasan manusia. Engkau tidak memahami kebenaran tentang visi, dan di rumah Tuhan, engkau tidak tahu cara memberitakan Injil, engkau gagal dan tidak memenuhi standar untuk tugas apa pun yang melibatkan keterampilan profesional—engkau akan selalu terjebak melakukan pekerjaan yang kotor dan melelahkan, dan engkau tidak memiliki cara untuk mengubah situasimu. Misalkan begitulah keadaanmu, apa yang akan kaulakukan? Apakah engkau akan berhenti percaya kepada Tuhan? Apakah engkau akan menyerah pada dirimu sendiri? Apakah ada orang-orang yang bahkan akan bunuh diri? Akankah mereka berkata, "Aku tidak mau hidup lagi. Lagipula aku tidak punya jalan keluar—apa gunanya hidup seperti ini?" Jika sebanyak apa pun upaya yang kaulakukan, setekun apa pun dirimu, sebanyak apa pun engkau berusaha, atau sebesar apa pun harga yang kaubayar, nilai dirimu tidak akan pernah berubah, dan di rumah Tuhan, engkau hanya akan menjadi seseorang yang bekerja keras dan berkeringat, orang yang rendah tanpa martabat yang dipandang rendah oleh semua orang, maka dalam hal caramu memperlakukan tugasmu, amanat Tuhan, dan berbagai tuntutan Sang Pencipta, cara penerapan apa yang harus kaupilih? Ini adalah hal yang paling krusial. Secara prinsip dan teori, nilai dan identitasmu telah ditetapkan, tetapi sebenarnya, saat ini, di antara orang-orang dan di mata Tuhan, identitas sejatimu adalah identitas manusia. Mengapa Kukatakan identitas manusia? Karena tugas yang dapat kaulaksanakan, perwujudanmu setiap hari, dan berbagai kemampuan naluriah dari kondisi bawaanmu berada dalam lingkup dasar dari apa yang normal bagi manusia—engkau memiliki kondisi-kondisi dasar sebagai manusia. Dalam hal ini saja, bagaimana seharusnya engkau memperlakukan tugasmu? Binatang tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran, mereka tidak tahu bagaimana melaksanakan tugas mereka dengan baik, bagaimana menjunjung tinggi tugas mereka, atau bagaimana melaksanakan tugas mereka dengan setia dan teguh dalam melakukan pelayanan sampai akhir—binatang tidak memahami hal-hal ini. Namun sekarang, sebagai manusia, engkau memahaminya, engkau mengetahuinya, jadi engkau harus mencapai hal-hal ini. Karena engkau mampu mencapai hal-hal ini, Tuhan akan menuntutmu berdasarkan prinsip ini. Namun, jika, karena engkau merasa tidak puas dengan identitasmu dan merasa bahwa Tuhan tidak adil, engkau menjadi berkecil hati, dan mengeluh tentang-Nya, merasa bahwa hidupmu memalukan dan tidak bermartabat, lalu tidak mau lagi melaksanakan tugasmu, menolak bahkan untuk melakukan apa yang mampu kaulakukan—itu berarti engkau benar-benar memberontak. Di mata Tuhan, engkau tidak memenuhi standar sebagai makhluk ciptaan; engkau adalah sebuah kelainan. Jadi, apa yang harus kaulakukan? Entah harga dirimu terhormat atau rendah, dan dari apa pun engkau berasal atau masalah apa pun yang ada dengan kondisi bawaanmu, singkatnya, apa pun yang mampu kaulakukan, berupayalah sebaik mungkin untuk melakukannya, dan berupayalah sebaik mungkin untuk melakukannya dengan baik. Jika bahkan setelah berupaya sebaik mungkin, engkau masih kurang dalam prinsip kebenaran, Tuhan memiliki standar mininal yang dituntut dari semua jenis orang: Selama engkau mengerahkan segenap kemampuanmu, memperlihatkan ketulusanmu, dan memberikan kesetiaanmu, engkau akan memenuhi standar. Tuhan tidak mengharuskan setiap orang untuk mencapai seratus persen—enam puluh persen sudah cukup. Apa yang Tuhan inginkan? Yang Tuhan inginkan adalah sikap—jika sikapmu adalah ingin melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, melakukan dengan baik hal-hal yang seharusnya kaulakukan dan capai, tanpa penyesalan, maka sikap ini diterima oleh Tuhan. Tuhan akan menyetujui sikap ini, dan itu akan melindungimu sehingga engkau mencapai akhir perjalanan. Ada orang-orang yang berkata, "Apa yang akan terjadi ketika aku mencapai akhir perjalanan?" Aku tidak akan memberitahumu sekarang—Aku akan memberitahumu nanti. Ketika engkau mencapai akhir perjalanan, engkau akan mengetahuinya. Singkatnya, yang terpenting saat ini adalah bagaimana engkau menangani masalah ini, bagaimana engkau memperlakukan tugas yang telah Tuhan berikan kepadamu, dan bagaimana engkau memenuhi tugas yang telah Tuhan berikan kepadamu dengan baik. Apa pun tugas ini, selama itu adalah sesuatu yang ditugaskan kepadamu oleh rumah Tuhan, engkau harus mengerahkan segenap kemampuanmu dalam melakukannya. Ketika engkau mengenali masalahmu sendiri, engkau harus berupaya sebaik mungkin agar tidak melontarkan argumen yang menyesatkan, tidak melakukan hal-hal yang menyinggung Tuhan, dan tidak mengucapkan hal-hal yang menyinggung Tuhan; sebaliknya, lakukanlah hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain dan rumah Tuhan, serta ucapkanlah hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain dan rumah Tuhan. Beberapa darimu berkata, "Aku masih belum mampu melakukan ini sekarang." Kalau begitu, ambillah waktu sebanyak yang kauperlukan—jangan terburu-buru. Jika engkau tidak mampu melakukannya hari ini, lakukanlah besok. Jika engkau tidak mampu melakukannya tahun ini, cobalah melakukannya tahun depan. Ambil saja waktu sebanyak yang kauperlukan. Namun, jika saat kesudahan orang-orang diumumkan, engkau masih belum mencapainya, engkau harus menanggung sendiri konsekuensinya. Tak seorang pun akan bertanggung jawab atas perilakumu. Mengerti? (Ya.) Hal ini seharusnya mudah diselesaikan—semuanya tergantung pada rasionalitas yang orang miliki dan apakah mereka mampu memahami firman ini. Jika engkau mampu memahaminya, maka hal-hal ini akan cukup mudah untuk diselesaikan. Sekalipun ada beberapa orang yang mengatakan itu agak sulit, selama mereka berusaha ke arah ini, pada akhirnya mereka akan mendapatkan beberapa hasil. Jika engkau tidak menempuh jalan ini, mungkin engkau masih akan bisa bertahan hidup, tetapi mengenai kesudahan apa yang akan menantimu pada akhirnya—itu sulit untuk dikatakan; tak ada seorang pun yang dapat menjaminnya, dan tak ada seorang pun yang akan memberimu jaminan apa pun tentang hal itu.

Bagaimana perasaan engkau semua setelah mendengar topik hari ini? Engkau semua mungkin merasa cukup kesal secara emosional, bukan? Ini adalah salah satu topik yang paling enggan dihadapi orang sejak mulai percaya kepada Tuhan, bukan? Bukankah ini jauh lebih membuat sedih dan lebih sulit diterima dibandingkan topik tentang menjadi pelaku pelayanan? Apakah itu sulit untuk diterima? Engkau sebenarnya mampu menerimanya, bukan? (Ya.) Jika orang yakin tentang identitas Tuhan dan telah menemukan tempat mereka sendiri, maka firman ini dan masalah semacam ini seharusnya tidak terlalu sulit bagi mereka—hanya beberapa orang yang mungkin mengalami sedikit kesulitan dengannya. Namun kebanyakan orang, setelah mendengarnya, kecil kemungkinan mereka akan terus menggali apa sebenarnya nilai dan identitas mereka. Sekalipun mereka benar-benar cocok dengan beberapa perwujudan orang yang bereinkarnasi dari binatang, mereka akan dapat memperlakukannya dengan benar, dan setelah beberapa waktu, mereka akan merasa baik-baik saja, bukan? (Ya.) Jadi, kita akan akhiri persekutuan kita di sini untuk hari ini. Sampai jumpa!

20 Januari 2024

Sebelumnya:  Cara Mengejar Kebenaran (10)

Selanjutnya:  Cara Mengejar Kebenaran (13)

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Connect with us on Messenger